You are on page 1of 12

p-ISSN 1978-3000

e-ISSN 2528-7109

Penggunaan Ampas Tahu pada Level Berbeda terhadap Performa Entok


(Muscovy Duck) Umur 3 - 10 Minggu
Tofu by Product Usage in Different Levels on Performance of Muscovy Duck
Aged 3-10 weeks
T. Akbarillah, D. Kaharuddin, Hidayat, dan A. Primalasari
Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu (UNIB)
Jl Raya Kandang Limun Bengkulu, Bengkulu
Email trisakbarillah@yahoo.co.id

ABSTRACT
This research was conducted to evaluate the effects of usage of ration containing different levels of tofu waste
product on (Muscovy duck) performance aged 3±10 weeks. Research design was completely randomized design
with 4 treatments and 16 replications. Each replication consisted of 1 Muscovy duck. The treatments in rations
were P0 (0% tofu by-product), P1 (30% tofu by-product), P2 (35% tofu by- product) and P3 (40% tofu by-
product). All treatment rations were formulated in isoenergy content of 3000 kcal/kg and isoprotein of 16%.The
results showed that there were significant effects (P<0.01) on feed consumption, body weight gain, and feed
convertion. Total feed consumptions of Muscovy duck were P0 = 6180 ± 157.99 gram, P1 = 5868 ± 191.34 g,
P2 = 5639 ± 268.59 g and P3 = 5252.13± 200.69 g. Average body weight gain of P0, P1, P2 and P3 in
respective order were 1555.06 ± 173.66 g, 1176.06 ± 106.21 g, 1062. 68 ± 127.48 g and 776.81 ± 83.35 g.
Average feed convertion of P0, P1, P2 and P3 were 4.02 ± 0.47, 5.02 ± 0.43, 5.37 ± 0.62 and 6.83 ± 0.78,
respectively. The usage of tofu by-product in the ration reduced weekly ration consumption, cumulative ration
consumption, body weight, body weight gain, but increased feed convertion. It is concluded that the usage of
tofu by-product in ration for level of 30%, 35% and 40% decreased performance of Muscovy duck.
Key words: tofu waste, muscovy duck, performance.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan level ampas tahu terhadap performa entok
(Muscovy duck) umur 3±10 minggu. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 4
perlakuan dan 16 ulangan. Setiap ulangan terdiri atas 1 ekor entok sehingga entok yang dipergunakan sebanyak
64 ekor. Perlakuan ransum adalah: P0 (ampas tahu 0%), P1 (ampas tahu 30%), P2 (ampas tahu 35%) dan P3
(ampas tahu 40%) dengan kandungan energi dan protein yang setara yaitu sekitar 3000 kkal/kg dan protein
kasar sekitar 16%. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan ampas tahu berpengaruh sangat nyata (P<0,01)
terhadap konsumsi pakan, pertambahan berat badan dan konversi pakan entok yang diberi ampas tahu dengan
level yang berbeda 30%, 35% dan 40%. Konsumsi pakan selama penelitian, menunjukkan bahwa P0=
6180±157,99 g, P1= 5868±191,34 g, P2= 5639±268,59 g dan P3=5252,13±200,69 g. Rataan pertambahan berat
badan yaitu P0, P1, P2 dan P3 berturut-turut adalah 1555,06±173, 66 g, 1176,06±106,21 g, 1062,68±127,48 g
dan 776,81±83,35 g. Rataan konversi pakan yaitu P0, P1, P2 dan P3 berturut-turut adalah 4,02±0,47, 5,02±0,43,
5,37±0,62 dan 6,83±0,78. Penggunaan ampas tahu dalam pakan entok dengan level 30%, 35% dan 40%
menurunkan konsumsi pakan, berat badan, pertambahan berat badan, dan menaikkan konversi pakan. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa penggunaan ampas tahu mulai level 30% menurunkan performa entok.
Kata kunci : ampas tahu, entok, performa

PENDAHULUAN optimal. Untuk meningkatkan


Tingginya biaya pakan yang produktivitas entok dapat dilakukan
mencapai 70% menjadi hambatan bagi dengan pemeliharaan yang intensif dengan
peternak untuk mengembangkan menggunakan pakan lokal yang tidak
peternakan unggas khususnya ternak bersaing dengan manusia (Tanwiriah et al.,
entok. Perkembangan entok agak lambat 2007).
dikarenakan pemeliharaannya yang kurang

112 | Penggunaan Ampas Tahu pada Level Berbeda terhadap Performa Entok (Akbarillah et al, 2017)
p-ISSN 1978-3000
e-ISSN 2528-7109

Entok memiliki potensi yang baik serat kasar lebih baik dibanding itik dan
untuk dikembangkan sebagai penghasil ayam. Sutrisna (2011), melaporkan bahwa
daging, juga memiliki kemampuan mudah pemberian serat kasar sebanyak 20%
beradaptasi dengan lingkungan sekitar dalam ransum, meningkatkan fungsi organ
(Yuspa dan Rizal, 2002; Fatmarischa et pencernaan pada itik jantan. Entok mampu
al., 2013). mencerna serat kasar lebih baik dari itik
Ampas tahu merupakan hasil limbah karena entok memiliki alat pencernaan
dari pengolahan tahu yang dapat berupa sekum, kolon dan ileum yang
berdampak buruk bagi lingkungan sekitar berukuran lebih besar
bila ampas tahu dibiarkan dan tidak Hasil Penelitian Tanwiriah et al.
dimanfaatkan. Dalam waktu dua hari (2007) menunjukkan bahwa konsumsi
ampas tahu akan mengeluarkan bau yang ransum entok berkisar 4225,73 g ± 4536,
tidak enak dan sangat menyengat dan 30 g selama 8 minggu pengamatan. Jumlah
mencemari lingkungan sehingga pakan yang dikonsumsi pada semua
menimbulkan masalah bagi manusia. perlakuan tidak berbeda dan dapat
Ampas tahu yang kering mengandung dikatakan bahwa tepung ampas tahu dalam
protein kasar 22,64%, lemak kasar 6,12%, ransum tidak mempengaruhi konsumsi
serat kasar 22,65%, abu 2,62%, kalsium pakan. Ampas tahu hingga 30% dalam
0,04%, fosfor 0,06 dan Gross Energi 4010 ransum entok tidak menurunkan konsumsi
kkal/kg. Adanya kandungan gizi tersebut ransum meskipun serat kasar meningkat
ampas tahu dapat dijadikan pakan ternak lebih dari 8%. Pakan yang kandungan
(Tanwiriah et al., 2006). energinya sangat rendah memiliki sifat
Protein dan energi metabolis (ME) amba (bulky), yang mengakibatkan dalam
yang dibutuhkan itik pedaging fase starter upaya meningkatkan konsumsi pakan
adalah PK 22% dengan ME 2900 kkal/kg sesuai dengan kebutuhan energi per hari
dan untuk fase finisher kebutuhan PK 16% menjadi terbatas. Beberapa faktor yang
dengan ME 3000 kkal/kg (NRC, 1994). mempengaruhi konsumsi pakan yaitu:
Menurut Tanwiriah et al. (2006), umur, aktivitas, kondisi fisiologis dan
pertumbuhan entok umur 0-8 minggu kesehatan ternak (Dewanti et al., 2009;
paling baik dihasilkan oleh perlakuan Rasyaf, 2011)
dengan protein kasar sebesar 18-20%. Pertumbuhan merupakan
Lebih lanjut disampaikan bahwa pertambahan berat badan yang dihasilkan
penggunaan ampas tahu sebanyak 30% dari konsumsi pakan yang memiliki nutrisi
tidak berpengaruh negatif terhadap yang berkualitas baik. Pertumbuhan dan
perfomans entok (Tanwiriah et al., 2007). perkembangan berat badan yaitu suatu hal
Pemanfaatan ampas tahu sebagai bahan yang penting dalam pemeliharaan ternak
pakan unggas memiliki kendala karena untuk mencapai bobot ternak yang optimal
mengandung serat kasar tinggi, namun sesuai dengan yang diinginkan (Mirfat,
entok mempunyai kemampuan mencerna 2011).

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 12 No. 1 Januari- Maret 2017 | 113
p-ISSN 1978-3000
e-ISSN 2528-7109

Bobot badan dari berbagai jenis itik untuk mengukur efesiensi penggunaan
sangat dipengaruhi oleh faktor genetik. Itik pakan yaitu dengan membandingkan
manila atau entok memiliki berat badan jumlah pakan yang dikonsumsi pada waktu
yang tinggi dibandingkan itik lainnya. tertentu dengan pertambahan bobot badan
Pertumbuhan merupakan pertambahan dalam kurun waktu yang sama. Semakin
berat badan ternak yang merupakan salah rendah konversi pakan maka semakin
satu sifat kuantitatif yang penting dalam efesien ternak mengubah pakan menjadi
pemeliharaan ternak. Menurut Harahap daging. Hasil penelitian entok yang diberi
(1993), rataan pertambahan berat badan pakan dengan beberapa level ampas tahu
entok jantan pada minggu kelima adalah menunjukkan bahwa perlakuan
392,95 gram dan rataan pertambahan berpengaruh tidak nyata terhadap konversi
berat badan entok betina pada minggu pakan entok umur 8 minggu, konversi
kelima adalah 287,57 gram. pakan paling tinggi didapat pada level
Pertumbuhan bobot badan yang baik ampas tahu 10%, yaitu 3,87, dan paling
dapat dilihat dari bangsa ternak dan rendah pada level ampas tahu 30%, yaitu
tetuanya. Ternak dengan kualitas genetik 3,46 (Tanwiriah et al., 2007).
yang baik akan tumbuh dengan cepat dan
dapat meningkatkan produksi daging yang MATERI DAN METODE
tinggi dengan didukung oleh pakan dan Penelitian ini dilaksanakan pada
lingkungan yang baik. Pakan dengan bulan November 2015 sampai dengan
kandungan nutrisi yang baik dan Januari 2016 di CZAL (Commercial Zone
manajemen pemeliharaan yang baik of Animal Laboratory) Jurusan Peternakan
mempunyai peranan penting terhadap Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
pertumbuhan dan produksi ternak tersebut Entok digunakan sebanyak 64 ekor.
(Pamungkas et al., 2013, Ambara et al., Peralatan yang digunakan antara lain:
2013). kandang individu, timbangan, tempat
Faktor-faktor yang mempengaruhi pakan, tempat minum, dan
pertambahan berat badan unggas yaitu : kelengkapannya. Bahan pakan digunakan
spesies, tipe produksi, jenis kelamin, suhu ialah ampas tahu, jagung, dedak, minyak
lingkungan, musim, mutu dan jumlah goreng, konsentrat broiler (KBR).
makanan, manajemen pemeliharaan, Ampas tahu diambil dari pabrik tahu
bentuk pakan, sistem pemberian pakan, yang ada di kota Bengkulu kemudian
bangsa, ukuran tubuh dan berat awal diperas dengan kain agar mengurangi
(Santoso, 2008). kadar air dan selanjutnya dikeringkan di
Konversi pakan merupakan bawah terik matahari selama ± 3 hari
perbandingan antara jumlah konsumsi sampai benar-benar kering. Setelah ampas
pakan dengan pertambahan berat badan. tahu kering, kemudian dipersiapkan bahan
Menurut Nikmah (2006), bahwa konversi pakan lain seperti jagung, dedak,
pakan merupakan salah satu indikator konsentrat dan minyak. Bahan pakan

114 | Penggunaan Ampas Tahu pada Level Berbeda terhadap Performa Entok (Akbarillah et al, 2017)
p-ISSN 1978-3000
e-ISSN 2528-7109

tersebut diformulasikan sesuai dengan Pemberian minum dilakukan ad


kebutuhan nutrisi itik pedaging libitum sedangkan pakan diberikan 2 kali
berdasarkan NRC (1994) fase grower yaitu sehari (pagi dan sore). Anak entok
PK 16% dan ME 3000 kkal/kg. ditimbang berat badannya pada awal
Kandang yang digunakan dalam penelitian, diulang setiap minggu sampai
penelitian ini adalah kandang individu akhir penelitian. Pemberian pakan anak
sebanyak 64 buah petak dan setiap petak entok fase grower berdasarkan Fitrianto
diisi 1 ekor entok dengan total entok yang (2007) yang dimodifikasi dengan
digunakan sebanyak 64 ekor. Setiap petak penambahan 10%, dapat dilihat Tabel 2.
kandang dilengkapi dengan tempat pakan
Tabel 2. Konsumsi pakan entok
dan tempat minum. Kandang entok dan
perlengkapannya dibersihkan. Kandang Umur Entok (gr/ekor/minggu)
disemprot dengan desinfektan untuk (minggu)
1 150
membunuh bakteri yang ada di dalam 2 310
kandang. 3 400
DOD yang baru datang diberi air 4 610
5 780
minum setelah puas minum baru diberi
6 800
pakan. Anak entok umur 0-2 minggu 7 950
diberi pakan komersial berupa BR1, 8 1000
Sumber: Fitriyanto (2007).
karena entok starter memerlukan protein
kasar sebesar 22% dan energi metabolik Pakan yang digunakan dalam
sebesar 2.900 (kkal/kg) (NRC, 1994). penelitian ini adalah pakan komersial BR1
Setelah umur 2 minggu, anak entok diberi untuk entok umur 0-2 minggu dan untuk
pakan perlakuan yaitu formulasi dari perlakuan anak entok umur 3-10 minggu
ampas tahu, dedak, jagung, minyak dan menggunakan bahan pakan yang tersaji
konsentrat yang diberikan sampai umur 10 pada Tabel 3, dengan formulasi ransum
minggu. Kebutuhan nutrisi entok starter perlakuan dan kandungan nutrisi masing-
dan grower mengacu kebutuhan nutrisi itik masing pakan perlakuan seperti yang
Peking dalam NRC (1994) yang disajikan tersaji pada Tabel 4.
pada Tabel 1. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan
Tabel 1. Kebutuhan nutrisi itik Peking 4 perlakuan dan 16 ulangan. Adapun
Komposisi Starter Grower
perlakuannya yaitu : P0: Pakan tanpa
Nutrien
Protein ampas tahu (0%) , P1: Pakan dengan
Kasar (%) 22,00 16,00 ampas tahu 30%, P2 :Pakan dengan ampas
tahu 35%, dan P3: Pakan dengan ampas
Energi
Metabolik 2900 3000 tahu 40%. Variabel yang diamati meliputi
(kkal/kg) konsumsi pakan, berat badan, pertambahan
Sumber: NRC (1994). berat badan dan konversi ransum.

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 12 No. 1 Januari- Maret 2017 | 115
p-ISSN 1978-3000
e-ISSN 2528-7109

Konsumsi pakan dihitung setiap seminggu sisa ransum yang diberikan selama
sekali dengan cara menimbang jumlah seminggu.
ransum yang diberikan dikurangi dengan

Tabel 3. Kandungan nutrisi bahan pakan penyusun ransum penelitian


Bahan EM PK LK SK Ca P
Pakan
Kkal/kg «««««««« ««««««««««
Jagung 3340a 8,20a 0,75a 2,24a 0,15a 0,08a
Dedak 2185a 9,76e 6,96a 21,5a 0,27a 0,23a
Konsentrat 2800g 40,00 c
8,00 c
8,00 c
3,50 c
1,60c
Ampas tahu 2830f 24,50f 9,96d 19,94d 0,14d 1,13d
Minyak 8600b
Sumber: a. Rita et al., (2013), b. Wahju, (2004), c. Badan Standardisasi Nasional Pakan konsentrat Broiler
(2009) d. Suparyanto (2001), e. Akbarillah et al.(2007), f. Sutrisno (2013).

Konsumsi pakan kumulatif dihitung minggu. Konvesi pakan kumulatif


konsumsi ransum selama penelitian Berat merupakan perbandingan jumlah ransum
badan entok diukur dengan cara berbanding pertambahan berat badan
menimbang setiap minggu. Pertmbahan selama penelitian. Data yang diperoleh
berat badan (PBB) kumulatif merupakan dianalisis dengan menggunakan sidik
pertambahan berat badan selama ragam (ANOVA), apabila terdapat
penelitian. Konversi pakan dihitung setiap perbedaan nyata (P<0,05) dilanjutkan
minggu dengan cara membandingkan dengan uji 'XQFDQ¶V 0XOWLSOH 5DQJH 7HVW
jumlah ransum yang dikonsumsi dengan (DMRT) untuk melihat perbedaan antar
pertambahan berat badan dan di akhir perlakuan (Steel and Torrie,1980).

Tabel 4. Formulasi ransum dan kandungan nutrisi ransum


Perlakuan
Bahan Pakan
P0 P1 P2 P3
(%)
Ampas Tahu 0 30 35 40
Jagung 42 33 31 29,5
Dedak 31 25 24,6 23,6
Konsentrat Broiler 24 9 6,4 3,9
Minyak 3 3 3 3
Total (%) 100 100 100 100
Kandungan Nutrisi
PK (%) 16,07 16,10 16,08 16,08
EM (kkal/kg) 3.010 3.007 3.001 3.000
Ca (%) 0,99 0,47 0,39 0,30
P (%) 0,49 0,57 0,58 0,59
SK(%) 9,53 12,67 13,30 13,82
LK (%) 4,39 5,70 5,94 6,16

116 | Penggunaan Ampas Tahu pada Level Berbeda terhadap Performa Entok (Akbarillah et al, 2017)
p-ISSN 1978-3000
e-ISSN 2528-7109

HASIL DAN PEMBAHASAN


Konsumsi Pakan
Rataan konsumsi pakan entok umur tiga sampai sepuluh minggu disajikan pada Tabel
5.
Tabel 5. Rataan konsumsi pakan entok (Muscovy duck) , berat awal, berat umur 3-10 minggu
dan pertambahan berat badan selama penelitian dan konversi pakan (FCR)

Variabel Perlakuan
P
Pengamatan P0 P1 P2 P3
««« ««««« JUDP HNRU PLQJJX«««« ««
Konsumsi pakan
6180,56a ± 157,99 5868,00b ± 191,34 5639,00c ± 268,59 5252,13d ± 200,69 .0000
kumulatif (g/ekor)
Berat badan awal
penelitian 186,81 ± 25,54 189,25 ± 35,65 201,37 ± 44,53 170,68 ± 36,62 .1210
(umur 3 mg, g/ekor)
Berat badan akhir
penelitian (umur 1741,87a ± 165,20 1365,31b ± 103,4 1264,06c ±122,83 947,50d ±77,88 .0000
10mg, g/ekor)
Pertambahan berat
badan (PBB, 1555,06a ± 173,66 1176,06b ± 106,21 1062,68c ± 127,48 776,81d ±83,35 .0000
g/ekor)
FCR 4,02c ± 0,47 5,02b ± 0,43 5,37b ± 0,62 6,83a ± 0,78 .0000
Keterangan :P0: Pakan tanpa ampas tahu (0%) , P1: Pakan dengan ampas tahu 30 %; P2: Pakan dengan ampas tahu 35% dan P3: Pakan
dengan ampas tahu 40%. Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahan pakan yang digunakan termasuk


bahwa pemberian ampas tahu berpengaruh sumber protein yang baik dengan kadar
sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi serat rendah. Sumber nutrisi pada pakan
pakan entok. Penggunaan ampas tahu konsentrat adalah bahan-bahan yang
dalam jumlah banyak pada P3 mengandung asam amino dengan kualitas
menyebabkan penurunan konsumsi pakan yang baik dan kandungan serat kasarnya
yang kemungkinan disebabkan ampas tahu yang rendah
yang bersifat bulky karena kandungan Mairizal dan Erwan (2008),
seratnya yang tinggi. Sifat bulky bahan melaporkan bahwa kandungan serat kasar
pakan dapat meyebabkan tembolok entok yang tinggi dalam pakan akan menurunkan
cepat menjadi penuh sehingga terjadi konsumsi pakan karena serat kasar yang
penurunan konsumsi pakan, padahal ternak tinggi dapat mengurangi ketersediaan
entok tersebut sebenarnya belum terpenuhi energi dan nutrisi lainnya. Serat kasar juga
kebutuhannya. Selain itu, palatabilitas mempunyai sifat sebagai pengenyang atau
pakan sangat mempengaruhi nilai bulky sehingga kapasitas tembolok pada
konsumsi pakan dan pada gilirannya unggas cepat terpenuhi dan konsumsi
mempengaruhi bobot hidup (Widjaja et al., pakan akan terhenti sehingga mengalami
2006). penurunan konsumsi pakan. Pakan yang
Rataan konsumsi pakan paling baik bulky, menyebabkan saluran pencernaan
terjadi pada pakan kontrol, yang kualitas cepat penuh, sehingga unggas mengurangi

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 12 No. 1 Januari-Maret 2017 | 117


p-ISSN 1978-3000
e-ISSN 2528-7109

konsumsi pakannya. Ampas tahu Berat Badan


merupakan hasil sampingan dari Rataan berat badan entok mulai
pengolahan kedelai menjadi tahu, sehingga umur tiga sampai sepuluh minggu tertera
kandungan sebagian besar nutrisinya pada Tabel 6. Hasil analisis ragam
sudah berkurang. Suryana(1993) menunjukkan bahwa penggunaan ampas
menyatakan bahwa kacang kedelai tahu dalam ransum berpengaruh sangat
merupakan salah satu sumber protein nyata (P<0,01) terhadap berat badan entok.
nabati yang bermutu tinggi karena Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa berat
kandungan proteinnya yang dapat badan entok semakin menurun dengan
mencapai sekitar 40% juga susunan asam kenaikan jumlah penggunaan ampas tahu.
amino pada kacang kedelai lebih lengkap Berat badan sangat dipengaruhi oleh
seperti isoleusin, leusin, lisin, metionin, banyaknya konsumsi pakan, semakin
sistin, fenilalanin, glisin dan masih banyak tinggi entok mengkonsumsi pakan
lainnya. Hasil penelitian Suryana (1993) semakin besar berat badan entok dan
bahwa perubahan komposisi asam amino semakin rendah entok mengkonsumsi
kedelai, tempe, tahu dan tempe gembus pakan, berat badan entok pun semakin
diperoleh hasil bahwa asam amino kedelai kecil. Bintang et al. (1997) melaporkan
lebih tinggi dari pada tempe gembus bahwa semakin tinggi tingkat kepadatan
(fermentasi ampas). Hal ini diduga ampas nutrisi dalam pakan semakin tinggi pula
tahu yang berasal dari kacang kedelai berat badan yang dihasilkan dan semakin
asam amino sangat berkurang dan rendah tingkat kepadatan nutrisi dalam
menyebabkan penurunan konsumsi nutrisi pakan semakin rendah pula berat badan
(asam amino). yang dihasilkan akibat menurunnya
Unggas air (itik) lebih menyukai konsumsi pakan. Hal ini disebabkan pakan
pakan yang bersifat basah dari pada pakan yang mengandung kepadatan nutrisi
yang sifatnya kering. Pemberian ampas rendah umumnya kurang palatable, karena
tahu kering dalam ransum yang jumlahnya selain mengandung serat kasar yang lebih
semakin banyak mungkin akan tinggi dan kadar energi metabolis juga
menyisakan pakan yang cukup banyak. rendah.
Hal ini yang menyebabkan penurunan
pertambahan berat badan, seiring dengan Pertambahan Berat badan
konsumsi pakan yang menurun (Zainuddin Rataan pertambahan berat badan
et al., 2015). entok dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil
Dari penjelasan diatas bahwa analisis ragam menunjukkan pemberian
pemberian ampas tahu dengan jumlah ampas tahu dengan level berbeda pada
semakin tinggi sangat mempengaruhi entok umur 3-10 minggu berpengaruh
konsumsi pakan. sangat nyata (P<0,01) pertambahan berat
badan.

118 | Penggunaan Ampas Tahu pada Level Berbeda terhadap Performa Entok (Akbarillah et al, 2017)
p-ISSN 1978-3000
e-ISSN 2528-7109

Pertambahan berat badan sangat dibutuhkan waktu yang cukup panjang


dipengaruhi oleh konsumsi pakan, karena dalam proses pencernaan hingga
konsumsi pakan menentukan zat nutrisi penyerapan oleh itik. Penyerapan unsur
masuk kedalam tubuh untuk pertumbuhan. nutrisi yang rendah dari pakan
Hasil penelitian tidak sejalan dengan menyebabkan pertambahan bobot badan
Tanwiriah (2006), bahwa entok yang itik menjadi menurun. Dari hasil penelitian
diberi pakan dengan ampas tahu dengan tersebut pertambahan berat badan
level 10% - 30% tidak mempengaruhi mengalami penurunan dengan pemberian
pertambahan berat badan. ampas tahu dalam pakan yang semakin
Perbedaan berat badan penelitian ini tinggi.
disebabkan oleh jumlah pakan yang
dikonsumsi berbeda, konsumsi pakan yang Konversi Pakan
tinggi menghasilkan pertambahan berat Konversi pakan merupakan salah
badan yang lebih tinggi dan sebaliknya. satu indikator untuk mengukur
Ambara et al. (2013), menyatakan bahwa keberhasilan efisiensi penggunaan pakan
performa itik yang diberi pakan komersial dalam menghasilkan daging ataupun berat
dan pakan buatan ada perbedaan berat badan untuk produksi. Rataan konversi
badan dan pertambahan berat badan karena ransum entok tertera pada Tabel 6.
Hasil analisis ragam menunjukkan
adanya perbedaan nilai nutrisi pakan
komersial dan pakan buatan meskipun pemberian ampas tahu pada level berbeda
dalam penyusunan pakan diharapkan pada entok berpengaruh sangat nyata
memiliki komposisi nutrisi yang sama. Hal (P<0,01) terhadap konversi pakan.
ini disebabkan karena pada penyusunan Konversi pakan diperoleh dari hasil
pakan buatan, beragamnya mutu bahan penjumlahan konsumsi pakan 2-10 minggu
penyusun menyebabkan mutu pakan dibagi dengan pertambahan berat badan 3-
buatan yang dihasilkan tidak dapat 10 minggu Rataan konversi pakan tertinggi
dipastikan memiliki nilai nutrisi yang sama P3 (6,83 ), diikuti P2 (5,37), kemudian P1
dengan pakan komersial. Seperti tepung (5,02) dan terendah P0 (4,02). Hasil
ikan, kedelai, dan dedak padi yang ada di konversi pakan lebih tinggi dan tidak
pasaran memiliki kualitas bahan pakan sejalan dengan penelitian Tanwiriah et al.
yang beragam misalnya ada dedak kasar, (2006). Mereka menyatakan bahwa entok
dedak halus, bekatul, atau kombinasi dari yang diberi pakan ampas tahu dengan level
ketiganya sehingga komposisi nutrisi 10%, 20% dan 30% selama delapan
bahan penyusun pakan sulit dipastikan minggu pemeliharaan menunjukkan
sesuai standar. berbeda tidak nyata terhadap konversi
Purba dan Prasetyo (2014), pakannya. Sementara, konversi pakan hasil
penelitian menunjukkan perlakuan yang
melaporkan bahwa kandungan protein
yang tinggi diikuti dengan kadar serat paling efisien terdapat pada perlakuan P0
maupun kandungan lignin yang tinggi karena konversi pakan rendah. Ambara et

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 12 No. 1 Januari-Maret 2017 | 119


p-ISSN 1978-3000
e-ISSN 2528-7109

al. (2013), menyatakan bahwa perbedaan KESIMPULAN


konversi pakan pada itik yang diberi
Penggunaan ampas tahu dalam
perlakuan pakan komersial dan pakan
pakan pada level 30%, 35% dan 40%
buatan dikarenakan ada keseimbangan
menurunkan performa pertumbuhan entok,
antara konsumsi pakan dan pertambahan
yang ditandai dengan penurunan konsumsi
bobot badan yang diperoleh
pakan, berat badan dan pertambahan berat
Konvesi pakan mengalami kenaikan
badan, serta kenaikan konversi pakan.
seiring dengan pemberian ampas tahu
Ampas tahu digunakan pada entok
dalam ransum yang semakin tinggi. Fitria
sebaiknya tidak melebihi 30%, apabila
(2011), melaporkan bahwa konversi pakan
digunakan ampas tahu lebih dari 30%
dipengaruhi oleh dua hal yaitu konsumsi
terlebih dahulu dilakukan fermentasi.
pakan dan pertambahan bobot badan.
Purba dan Ketaren (2013), nilai konversi
DAFTAR PUSTAKA
ransum yang tinggi pada ternak itik sangat
berhubungan dengan kandungan serat Akbarillah, T., Hidayat, dan K. Tuti. 2007.
dalam ransum. Semakin tinggi kadar serat Kualitas dedak dari berbagai
diimbangi dengan kadar protein pakan varietas padi di Bengkulu Utara.
yang optimal dapat meningkatkan konversi Jurusan Peternakan Fakultas
pakan. Bintang et al. (1997), bahwa pakan Pertanian Universitas Bengkulu.
dengan tingkat kepadatan nutrisii tinggi Jurnal Sains Peternakan
menghasilkan efisiensi/konversi pakan Indonesia. 2 (1): 36-40.
lebih baik . Ambara, A. A., I. N. Suparta dan I. M.
Nilai konversi pakan menunjukkan Suasta. 2013. Performan itik Cili
tingkat efisiensi tubuh dalam (persilangan itik Peking itik
memanfaatkan pakan yang diberikan. Bali) umur 1-9 minggu yang
Nikmah (2006) menyatakan bahwa diberi ransum komersial dan
semakin rendah nilai konversi pakan, ransum buatan dibandingkan itik
maka efisiensi pakan semakin tinggi. Nilai Bali. Jurnal Peternakan Tropika.
konversi yang rendah menunjukkan 1 (1): 20- 33.
jumlah pakan yang dibutuhkan untuk Badan Standarisasi Nasional.2009. Pakan
menaikkan bobot badan semakin rendah, konsentrat bagian 5: Ayam ras
sehingga efisiensinya tinggi, sejalan pedaging (broiler concentrate).
dengan Suparyanto (2001) menyampaikan SNI 3148, 5. 2009
bahwa semakin rendah nilai konversi Bintang. I. A. K., M. Silalahi., T.
pakan maka ternak tersebut semakin Antawidjaja dan Y. C. Raharjo.
efisien dalam memanfaatkan pakan . 1997. Pengaruh berbagai tingkat
kepadatan gizi ransum terhadap
kinerja pertumbuhan itik jantan

120 | Penggunaan Ampas Tahu pada Level Berbeda terhadap Performa Entok (Akbarillah et al, 2017)
p-ISSN 1978-3000
e-ISSN 2528-7109

lokal dan silangannya. Balai ditinjau dari berat karkas dan


penelitian Ternak. Bogor. penilaian organoleptik
Dewanti, R., J. H. P. Sidadolog dan dagingnya dibandingkan dengan
Zuprizal. 2009. Pengaruh tetuanya. Tesis. Progam Pasca
pejantan dan pakan terhadap Sarjana Institut Pertanian Bogor.
pertumbuhan itik Turi sampai Mairizal, dan E. Erwan. 2008. Respon
umur delapan minggu. Buletin biologis pemberian bungkil
Peternakan. Jogyakarta. 33 (2) : kelapa hasil fermentasi dengan
88-95. Trichoderma harzianum dalam
Ditjetnak. 2013. Statistik peternakan dan ransum terhadap performans
kesehatan hewan. Direktorat ayam pedaging. Jurnal Ilmiah
Jenderal Peternakan dan Ilmu-Ilmu Peternakan. 11 (4):
Kesehatan Hewan Kementrian 108- 116.
Pertanian. Mirfat, F. 2011. Performa itik alabio jantan
Fatmarischa, N. Sutopo dan S. Johari. umur 1-10 minggu yang diberi
2013. Ukuran tubuh entok di daun beluntas, vitamin C dan E
tiga Kabupaten Provinsi Jawa dalam pakan. Skripsi.
Tengah. Sains Peternakan. Departemen Ilmu Produksi dan
Fakultas Peternakan dan Teknologi Peternakan Fakultas
Pertanian, Universitas Peternakan Institut Pertanian
Diponegoro.11 (2) : 106-112. Bogor.
Fitria, N. 2011. Pengaruh penggunaan N R C. 1994. Nutrient Requirement of
ampas kecap dalam ransum Poultry. Ninth Revised Edition.
sebagai substitusi bungkil Printing and Publishing National
kedelai terhadap konsumsi Academy of Science.
pakan, pertambahan bobot Washington.
badan dan konversi pakan ayam Nikmah, D. K. 2006. Performan itik
pedaging periode grower. Mojosari Alabio (MA) jantan
Skripsi. Jurusan Biologi dengan pemberian silase ransum
Fakultas Sains dan Teknologi komplit. Skripsi. Program Studi
Negeri (UIN). Malang Nutrisi dan Makanan Ternak
Fitrianto, A. 2007.Pengaruh tingkat protein Fakultas Peternakan Institut
pakan dan frekuensi pemberian Pertanian Bogor.
pakan terhadap kinerja entok Pamungkas, R., S. Ismoyowati dan S. A
(Cairina muschata) jantan Santosa. 2013. Kajian bobot
starter. Skripsi. Jurusan tetas, bobot badan umur 4 dan 8
Produksi Ternak Fakultas minggu serta korelasinya pada
Harahap, D. 1993. Potensi itik Mandalung berbagai itik lokal (Anas
sebagai penghasil daging plathyrynchos) dan itik Manila

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 12 No. 1 Januari- Maret 2017 | 121
p-ISSN 1978-3000
e-ISSN 2528-7109

(Cairina moscata) jantan. Statistics. Diterjemahkan oleh


Jurnal Ilmiah Peternakan. 1(2) : Sumantri, B. 1993.Prinsip dan
488-500. 3URVHGXU 6WDWLVWLND ³6XDWX
Purba, M dan P. P. Ketaren. 2013. 3HQGHNDWDQ %LRPHWULN´ 37
Performa itik genotype EPMp Gramedia Pustaka Utama,
umur enam minggu dengan Jakarta.
pemberian berbagai level Suparyanto. 2001. Pengaruh pemberian
protein dan serat kasar dalam tepung ampas tahu dalam
ransum. Balai Penelitian Ternak, ransum terhadap produksi telur
Seminar Nasional Teknologi puyuh (Coturnix ± coturnix
Peternakan dan Veteriner. japonica) umur 20-32 minggu.
Purba, M dan Prasetyo. 2014. Respon Skripsi Jurusan Peternakan
pertumbuhan dan produksi Fakultas Pertanian Universitas
karkas itik pedaging EPMp Bengkulu.
terhadap perbedaan kandungan Suryana, D. S. Slamet dan U. S. S.
serat kasar dan protein dalam Soetrisno. 1993. Perubahan
pakan. Balai Penelitian Ternak. kandungan protein dan
Bogor. komposisi asam amino kedelai
Rasyaf, M. 2011. Panduan Beternak Ayam pada waktu pembuatan tempe
Pedaging. Cetakan keempat. dan tahu. Peneliti Gizi
Penebar Swadaya. Jakarta. Makanan.16 : 117-124.
Rita, W., E. Oktavidiati dan L. Malianti. Sutrisno, B. 2013. Http://bumiternak-
2013. Pemanfaatan tepung biji betha.blogspot.co.id/2013/04/fer
durian (Durio zibethinus Murr) mentasi ampas tahu.html
dan suplementasi mineral Tanwiriah, W. G. dan I. Y. Asmara. 2006.
proteinat dalam ransum terhadap Pengaruh tingkat protein dalam
performan ayam broiler. ransum terhadap performans
Universitas Muhammadiyah entok lokal (Muscovy duck)
Bengkulu. pada periode pertumbuhan.
Santoso, U. 2008. Faktor-faktor yang Seminar Nasional Teknologi
mempengaruhi pertambahan Peternakan dan Veteriner.
berat badan pada Tanwiriah, W. G dan I. Y. Asmara. 2007.
unggas.https://uripsantoso.word Pengaruh tingkat pemberian
press.com/2008/06/29/faktor- ampas tahu dalam ransum
faktor-yang mempengaruhi- terhadap performans entok
pertambahan-berat-badan-pada- (Muscovy duck) pada periode
unggas/ pertumbuhan. Seminar Nasional
Steel, R. G. D. and J. H Torrie. 1980. Teknologi Peternakan dan
Principle and Procedures of Veteriner. Wahju, J. 2004. Ilmu

122 | Penggunaan Ampas Tahu pada Level Berbeda terhadap Performa Entok (Akbarillah et al, 2017)
p-ISSN 1978-3000
e-ISSN 2528-7109

Nutrisi Unggas. Cetakan ke-5. pedesaan kecamatan Linggosari


Gadjah Mada University Press, Baganti Kabupaten Pesisir
Yogjakarta. Selatan. Med. Pet. 25 ( 2): 59-
Widjaja, E., W. Piliang. I. Rahayu dan B. 63.
N. Utomo. 2006. Produk Zainuddin, D. Masyitha, Fitriani, F.
samping kelapa sawit sebagai Muharrami. S. Wahyuni,
bahan pakan alternatif di Roslizawaty dan M. Adam.
Kalimantan Tengah: 1. 2015. Gambaran histologi
Pengaruh pemberian solid kelenjar tembolok ayam
terhadap performans ayam kampung, bebek dan merpati.
broiler. JITV 11 (1): 1-5. Jurnal Medika Veterinaria. 9
Yuspa, K. P. S dan Y. Rizal. 2002. (1): 68- 70.
Performans ternak entok di

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 12 No. 1 Januari-Maret 2017 | 123

You might also like