You are on page 1of 17

J u r n a l N i s b a h V o l . 3 N o .

1 T a h u n 2 0 1 7 | 365

ANALISIS SISTEM DETEKSI DINI TERHADAP KRISIS PERBANKAN SYARIAH

ANALYSIS AN EARLY WARNING SYSTEM ON SHARIA BANKING CRISIS

Sumandi1a

1aProgram Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul Yogyakarta 55183.

E-mail: andi.excellent@yahoo.co.id
(Diterima oleh Dewan Redaksi: 01-04-2016)
(Dipublikasikan oleh Dewan Redaksi: 01-06-2017 )

ABSTRACT

The research aimed at analyzing the early warning system (EWS) model in Islamic Banking.
The data of the research were in the form of monthly time series from January 2004 to
December 2016. The dependent indicator in the research was Sharia Banking Robustness
Index. This dependent indicator was established from two components, i.e. third party fund
and financing of Islamic Banking. Meanwhile, the independent indicator was non-
performing financing (NPF), financing deposit to ratio (FDR), inflation, gross domestic
product (GDP) and interest rate. The research result showed that based on sharia banking
robustness index, there was a bad robustness in Islamic Banking in 2004 and 2005. The
bad robustness was caused more by internal factor of banking. Besides, based on the 5
indicators used, there were only 3 indicators that can be leading indicators, i.e. interest
rate, inflation, financing to deposit ratio (FDR). Three leading indicators were obtained
based on the appraisal of various criteria. One of them was noise to signal ratio (NSR). The
next step was processing 3 leading indicators using logit. The result using logit showed that
from 3 leading indicators, only the interest rate significant and the value ods ratio leading
indicator of the interest rate is 79.29%. The conclusion of the research was that the interest
rate indicator was a very influential indicator towards the performance of Islamic Banking.
Key words: Logit, Syariah banking robustness index.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis model sistem deteksi dini (early warning
system/EWS) pada perbankan Syariah. Data dalam penelitian ini berbentuk time series
bulanan dari bulan Januari 2004 sampai bulan Desember 2016. Indikator dependen dalam
penelitian ini adalah indeks ketahanan perbankan syariah (Syariah banking robustness
index), indikator dependen ini dibentuk melalui dua komponen yaitu dana pihak ketiga
(DPK) dan pembiayaan perbankan Syariah. Sedangkan indikator independen yaitu non
performing financing (NPF), financing deposit to ratio (FDR), inflasi, produk domestik bruto
(PDB) dan suku bunga. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan indeks ketahanan
perbankan Syariah (Syariah banking robustness index), terdapat ketahanan yang buruk
pada perbankan Syariah di tahun 2004 dan 2005. Ketahanan yang buruk ini lebih
disebabkan oleh faktor internal perbankan. Selain itu, berdasarkan 5 indikator yang
digunakan, hanya 3 indikator yang dapat menjadi leading indicators yaitu suku bunga,
inflasi dan financing to deposit ratio (FDR). Tiga leading indicators didapatkan berdasarkan
penilaian berbagai kriteria, salah satunya adalah noise to signal ratio (NSR). Langkah
J u r n a l N i s b a h V o l . 3 N o . 1 T a h u n 2 0 1 7 | 366

selanjutnya adalah mengolah 3 leading indicators dengan logit. Hasil dengan logit
menunjukkan dari 3 leading indicators,hanya suku bunga yang berpengaruh signifikan dan
nilai ods ratio leading indicator suku bunga sebesar 79.29%. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah indikator suku bunga menjadi indikator yang sangat berpengaruh terhadap kinerja
perbankan Syariah.
Kata kunci: Indeks ketahanan perbankan Syariah, Logit.

Sumandi. 2017. Analisis Sistem Deteksi Dini Terhadap Krisis Perbankan Syariah. Jurnal
Nisbah 3 (1) : 365 – 381.

PENDAHULUAN Gambar 1 diatas menggambarkan


tentang dominasi industri perbankan
Isu stabilitas sistem keuangan syariah terhadap aset lembaga keuangan
beberapa dekade terakhir menjadi agenda syariah secara nasional. Dominasi
khusus bagi otoritas moneter di seluruh perbankan syariah dalam pangsa aset
dunia. Kajian tentang isu stabilitas sistem lembaga keuangan syariah, menjadikan
keuangan diperlukan guna mengantisipasi perbankan syariah sebagai institusi yang
krisis keuangan yang sering terjadi baik di rentan terekspos potensi krisis keuangan
negara maju maupun negara berkembang. dibandingkan dengan institusi lainnya.
Di Indonesia, Bank Indonesia dan Dengan adanya potensi krisis pada
Otoritas Jasa Keuangan menjadi otoritas perbankan syariah, maka perlu
keuangan yang memiliki peran penting dikembangkan serangkaian tools
dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. surveillance yang mampu menangkap
Alasan otoritas keuangan dalam menjaga sinyal imbalances dan dapat menilai
stabilitas sistem keuangan adalah terkait potential losses guna menjaga resilience
dengan pengalaman krisis keuangan pada perbankan syariah di Indonesia (Bank
tahun 1997/1998 dan tahun 2008. Dari Indonesia, 2016). Salah satu metode yang
krisis keuangan tahun 1997/1998 dan bisa digunakan adalah sistem deteksi dini
tahun 2008, institusi perbankan menjadi (early warning system).
salah satu institusi yang sangat rentan Menurut Duasa, Kusuma dan
akan potensi krisis keuangan, salah Sumandi (2016) metode EWS dapat
satunya adalah institusi perbankan digunakan sebagai salah satu
syariah. Rentannya potensi krisis metode/tools surveillance dalam menjaga
keuangan dari perbankan syariah ketahanan perbankan syariah di
dibandingkan dengan institusi syariah Indonesia. Sedangkan menurut Kusuma
lainnya, disebabkan karena dan Asif (2012) EWS penting bagi
mendominasinya pangsa pasar perbankan perbankan syariah, karena dapat
syariah terhadap pangsa pasar institusi memitigasi risiko sistemik yang
keuangan secara nasional, dominasi ini berpotensi muncul akibat kondisi
dapat diamati berdasarkan Gambar 1 perekonomian yang tidak stabil.
dibawah ini. Berdasarkan latar belakang diatas,
penelitian ini bermaksud untuk
menganalisis early warning system (EWS)
pada perbankan syariah. Dengan EWS
diharapkan dapat mengantisipasi
kemungkinan kegagalan dari berbagai
kondisi pasar yang dinamis pada
Gambar 1. Pangsa Aset Lembaga Keuangan Syariah perbankan syariah. Sehingga, pembuat
Secara Nasional kebijakan dapat menyiapkan berbagai
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, Desember 2015
J u r n a l N i s b a h V o l . 3 N o . 1 T a h u n 2 0 1 7 | 367

kebijakan untuk mengurangi dampak dampaknya terhadap ketahanan


instabilitas perekonomian. perbankan syariah.
Penggunaan variabel dependen
MATERI DAN METODE mengacu pada indeks sebelumnya yang
dikembangkan oleh Duasa, Kusuma dan
Jenis dan Objek Penelitian Sumandi (2016). Duasa, Kusuma dan
Jenis data dalam penelitian ini adalah Sumandi (2016) mengembangkan Islamic
data kuantitatif. Data kuantitatif banking resilience index (IBRI), perbedaan
merupakan data yang berbentuk angka dengan penelitian ini terletak pada model
dan dapat diolah dengan teknik yang digunakan. Dalam penelitian Duasa,
perhitungan matematika ataupun Kusuma dan Sumandi (2016) hanya
statistika. Sedangkan objek penelitian menggunakan model sinyal, namun dalam
yang digunakan adalah potensi tekanan penelitian ini peneliti menyempurnakan
dari indikator-indikator internal dan penelitian sebelumnya dengan
eksternal terhadap kondisi perbankan menambahkan model logit.
syariah di Indonesia, selama periode Disisi lain, terdapat berbagai indeks
Januari 2004 sampai dengan dengan yang digunakan dalam melakukan
Desember 2016. Penggunaan data dari monitoring terhadap kondisi
Januari 2004 karena ketersediaan data perekonomian maupun perbankan,
dalam perbankan syariah yang masih misalkan indeks yang dikembangkan oleh
terbatas dan untuk melihat kondisi Bank Indonesia. Indeks yang
perbankan syariah saat krisis global 2008. dikembangkan oleh Bank Indonesia adalah
indeks stabilitas sistem keuangan (ISSK)/
Sumber Data financial stability index (FSI) dan
Sumber data yang digunakan adalah Danareksa Research Institute (DRI)
data sekunder. Data sekunder merupakan mengembangkan indeks dengan nama
data yang diperoleh secara tidak langsung banking pressure index (BPI). Sedangkan di
dari sumbernya. Data dalam penelitian ini Rumania, indeks yang dibentuk diberi
diperoleh dari berbagai sumber seperti nama aggregate financial stability index
dari laporan bulanan Statistik Ekonomi (AFSI) (Gunadi, Taruna dan Harun, 2013).
Keuangan Indonesia (SEKI) Bank Alasan peneliti mengacu pada indeks yang
Indonesia, Statistik Perbankan Syariah dibentuk oleh Duasa, Kusuma dan
(SPS) Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Badan Sumandi (2016) adalah karena indeks
Pusat Statistik (BPS) dan beberapa sumber IBRI, dapat merefleksikan input dan
data yang dapat mendukung penelitian ini. output perbankan syariah sebagai
lembaga intermediasi.
Definisi Operasional Variabel-Variabel Sedangkan penggunaan variabel
Penelitian independen dalam penelitian ini
Variabel dependen dalam penelitian berdasarkan penelitian terdahulu dan
ini adalah indeks ketahanan perbankan kriteria indikator dari Wolken (2013).
syariah (Syariah banking robustness index) Menurut Wolken (2013) terdapat
dan variabel independennya terdiri dari beberapa kriteria indikator yang dapat
variabel internal perbankan, yaitu non mengidentifikasi timbulnya kondisi build
performing financing (NPF), financing to up dari risiko sistemik, diantaranya a)
deposit ratio (FDR) dan variabel eksternal relevance b). collectable c). comprehensive
terdiri dari produk domestik bruto (PDB), & dynamic d). forward looking dan e).
suku bunga (interest rate), inflasi accurate. Berdasarkan berbagai kriteria
(inflation), variabel internal untuk melihat ini, maka terdapat berbagai indikator yang
kondisi makroekonomi Indonesia, beserta relevan, diantaranya non performing
financing (NPF), financing to deposit ratio
J u r n a l N i s b a h V o l . 3 N o . 1 T a h u n 2 0 1 7 | 368

(FDR), inflasi, suku bunga dan PDB. Semua


data ini memenuhi berbagai kriteria
terutama terkait dengan ketersedian data
selama periode penelitian dan tingkat b) Financing to Deposite Ratio (FDR)
keakuratan data. Variabel ini membandingkan antara
Berikut adalah definisi dari variabel rasio jumlah total pembiayaan dengan
dependen dan independen dalam dana pihak ketiga. FDR dalam perbankan
penelitian ini, definisinya sebagai berikut : syariah digunakan untuk mengukur
kemampuan yang dimiliki perbankan
1) Variabel Dependen syariah dalam memenuhi pembayaran
Indeks Ketahanan Perbankan Syariah pembayaran kembali deposito yang telah
(Syariah Banking Robustness Index) jatuh tempo kepada deposannya serta
Dalam rangka memonitoring kondisi dapat memenuhi permohonan
perbankan syariah, penelitian ini pembiayaan yang diajukan tanpa terjadi
mengembangkan indeks ketahanan penangguhan. Jika rasio FDR meningkat,
perbankan syariah (Syariah banking ini diartikan bahwa total total pembiayaan
robustness index). Model ini mengacu pada yang diberikan bank tersebut melebihi
penelitian sebelumnya yaitu Duasa, dana yang dihimpun dari masyarakat.
Kusuma dan Sumandi (2016). Duasa, Variabel ini berpotensi menimbulkan
Kusuma dan Sumandi (2016) risiko likuiditas (liquidity risk) bagi
mengembangkan Islamic banking perbankan syariah.
resilience index (IBRI) dengan Rumus secara matematis dari FDR
menggunakan dua indikator utama yaitu adalah sebagai berikut :
(i) deposito bank syariah (DEP), dan (ii )
kredit dalam negeri/ domestic credit (DC).
Kedua indikator indikator pembentuk
merefleksikan peran perbankan syariah
sebagai lembaga intermediasi antara pihak c) Produk Domestik Bruto (PDB) atau
yang kelebihan dana kepada pihak yang Gross Domestic Bruto (GDP)
kekurangan dana. Dalam penelitian ini, produk
domestik bruto (PDB) di proxy dengan
2) Variabel Independen indeks produksi industri bulanan (IPI).
a) Non Performing Financing (NPF) Penggunaan data IPI dilakukan karena
Variabel ini merupakan rasio antara tidak terdapat ketersedian data PDB
perbandingan total pembiayaan yang dalam bentuk bulanan. industrial
bermasalah dengan total pembiayaan yang production index (IPI) merupakan suatu
diberikan oleh perbankan syariah. NPF ukuran perubahan bulanan secara rill atas
merupakan pembiayaan bermasalah yang total produksi dari industri besar dan
terdiri dari pembiayaan yang menengah yang dihitung secara nasional
diklasifikasikan berdasarkan kurang dan mengukur volume aktual dari output
lancar, diragukan dan macet. Besarnya dalam produksi barang tanpa dipengaruhi
nilai NPF merupakan hasil dari kegagalan harga. Semakin tinggi IPI suatu negara
pihak debitur dalam memenuhi menunjukkan bahwa produksi barang dan
kewajibannya kepada perbankan syariah. jasa yang ada di negara tersebut semakin
Jika semakin kecil nilai NPF, maka akan meningkat, sehingga hal ini juga
menurunkan potensi terjadinya mengindikasikan bahwa pertumbuhan
guncangan dalam perbankan syariah. ekonomi negara tersebut meningkat. Data
Rumus secara matematis dari NPF indeks produksi industri didapat dari
adalah sebagai berikut: Badan Pusat Statistik (BPS) dengan
periode Januari 2004 sampai dengan
Desember 2016.
J u r n a l N i s b a h V o l . 3 N o . 1 T a h u n 2 0 1 7 | 369

d) Suku Bunga (Interest Rate) bulanan Bank Umum Syariah, Unit Usaha
Tingkat suku bunga (interest rate) Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat
adalah balas jasa yang diberikan oleh bank Syariah. Sementara itu, kredit dalam
dengan prinsip konvensional kepada negeri (DC) yang didapat dari pembiayaan
nasabahnya yang membeli atau menjual bulanan Bank Umum Syariah, Unit Usaha
produknya. Dalam penelitian ini suku Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat
bunga yang digunakan adalah suku bunga Syariah. Pengembangan SBRI oleh Duasa,
pinjaman/kredit dari perbankan Kusuma dan Sumandi (2016) ini mengacu
konvensional. pada index banking crisis (IBC). IBC
dihitung dengan menggunakan indikator
e) Inflasi (Inflation), tingkat hutang luar negeri sektor
Variabel inflasi merupakan variabel perbankan, tingkat kredit, dan tingkat
makroekonomi yang dicirikan sebagai simpanan (Kibritciouglu, 2003) yang
kenaikan harga secara umum dalam selanjutnya dimodifikasi oleh Hagen dan
perekonomian dan terjadi secara terus Ho (2003). Ketiga indikator tersebut
menerus. Inflasi terjadi dikarenakan digunakan karena berkaitan dengan risiko
jumlah uang beredar (JUB) terlalu tinggi kurs, risiko kredit dan risiko likuiditas.
dibandingkan dengan barang-barang dan Dibawah ini adalah rumus SBRI yang
jasa yang tersedia. Variabel inflasi dapat digunakan, yaitu sebagai berikut:
diproksikan dengan indeks harga
konsumen (IHK) atau consumer price index ( ) ( )
(CPI). Secara matematis, rumus dari inflasi SBRI= )+( )
sebagai berikut :
Dimana : DCt=( )
DEPt = ( )
Metode Analisis Data Penelitian SBRI = Syariah banking robustness index
Penelitian ini menggunakan eviews 7 DC = Domestic credit
dan microsoft excel sebagai alat bantu DEP = Deposito bank Syariah
analisis dan metode analisis data = Standard deviasi perubahan
menggunakan pendekatan sinyal krisis masing-masing komponen
perbankan model sinyal dan regresi logit.
Perbankan syariah dikatakan tidak
1) Model Non Parametric dengan resilience jika Syariah banking robustness
Pendekatan Sinyal (Signal index (SBRI) melebihi rata-ratanya
Approach) ditambahkan dengan standar deviasi yang
a) Penentuan Ketahanan Perbankan telah ditentukan. Dalam penelitian ini
Syariah penggunaan standar deviasi sebesar 1,5
Dalam menentukan sinyal yang mengacu pada penelitian
guncangan pada perbankan syariah, sebelumnya yaitu sesuai dengan model
penelitian ini menggunakan model yang digunakan oleh Bank Dunia (2009)
Syariah banking robustness index (SBRI). dan Kusuma (2009) sebesar 1.5 dan sesuai
Indeks ini mengacu pada penelitian dengan penelitian yang dilakukan oleh
sebelumnya yang dilakukan oleh Duasa, Hereira dan Garcia (1999). Namun dalam
Kusuma dan Sumandi (2016). Indeks ini penelitian ini juga akan dikembangkan
menggunakan indikator utama yaitu (i) standar deviasi terendah yaitu sebesar 1
deposito bank Syariah (DEP), dan (ii ) oleh Lestano, Jacob dan Kuper (2003) dan
kredit dalam negeri (DC). Dalam hal ini, standar deviasi 2 mengacu pada penelitian
secara khusus, deposito bank syariah sebelumnya yang dilakukan oleh
(DEP) dihitung sebagai komposisi DPK Imansyah (2009). Penggunaan standar
J u r n a l N i s b a h V o l . 3 N o . 1 T a h u n 2 0 1 7 | 370

deviasi sebesar 1, 1,5 dan 2 ini adalah terjadinya guncangan. Pemilihan indikator
sebagai bentuk batas toleransi terhadap selanjutnya akan dianalisis secara terpisah
pergerakan Syariah banking robustness dengan pendekatan univariate untuk
index (SBRI). Penelitian ini tidak memprediksi terjadinya krisis pada
menggunakan standar deviasi yang perbankan syariah dan masing-masing
digunakan sebelumnya oleh Kaminsky, indikator akan dilihat apakah akan
Lizondo dan Reinhart (1998) sebesar 3. mengalami deviasi dari perilaku “normal”
Alasannya tidak menggunakan standar melebihi pagu ketentuannya (beyond the
deviasi yang dikembangkan oleh threshold). Jika indikator melewati batas
Kaminsky, Lizondo dan Reinhart (1998) pagu ketentuannya maka dikatakan ada
karena standar deviasi yang terlalu tinggi isu sinyal (to issue a sinyal) terjadinya
tidak sesuai dengan kondisi perekonomian guncangan. Definisi sinyal berdasarkan
negara Indonesia yang masuk kategori penelitian sebelumnya Kusuma (2009),
emerging market. Penggunaan standar jika X dinotasikan untuk menunjukkan
deviasi yang dikembangkan oleh indikator, maka Xt,j adalah nilai indikator j
Kaminsky, Lizondo dan Reinhart (1998) pada periode t, sehingga sinyal untuk
cocok untuk negara maju dengan indikator j pada periode t didefinisikan
perekonomian yang stabil. sebagai berikut:
Penggunaan standar deviasi sebesar
1 menjelaskan bahwa pada kondisi ini jika St,j=
pergerakan Syariah banking robustness {
index (SBRI) menyentuh level ini maka
berada pada kondisi guncangan ringan,
jika pergerakan Syariah banking Jika beberapa indikator mengalami
robustness index (SBRI) menyentuh batas pergerakan diatas batas ketentuannya
ambang sebesar 1.5 maka dikatakan (threshold), maka kemungkinan terjadinya
berada pada posisi guncangan waspada guncangan akan semakin besar.
dan Jika nilai SBRI lebih besar dari rata-
rata dan standar deviasinya sebesar 2, c) Menjelaskan Kerangka Matrik
maka dikatakan terjadi guncangan berat Setelah guncangan dan sinyal
pada perbankan syariah. didefinisikan, tahap selanjutnya adalah
melakukan evaluasi kriteria. Evaluasi
b) Mendefinisikan Sinyal Krisis kriteria dapat dilakukan dengan
Perbankan Syariah menggunakan kerangka matrik. Goldstein,
Dari penjelasan sebelumnya, dapat di Kaminsky dan Reinhart (2000)
jabarkan bahwa jika μSBRI adalah rata- mengembangkan kerangka matrik sinyal
rata dari Syariah banking robustness index krisis dengan menggunakan 12 bulan
(SBRI) dan mσ SBRI adalah standar deviasi sebagai signal windows. Supaya bisa
dari Syariah banking robustness index melakukan evaluasi terhadap kinerja
(SBRI), maka guncangan perbankan model, maka harus ditentukan batas
syariah dapat didefinikan dengan ambang nilai probabilitas agar mampu
persamaan model matematika sebagai memberikan indikasi tingginya
berikut : kemungkinan terjadinya krisis perbankan.
Nilai ambang batas atas atau bawah
Guncangant = 1,Jika SBRI>μ SBRI + mσ ditentukan dengan rata-rata ditambah 1,5
SBRI = 0, Jika SBRI< μ SBRI + mσ SBRI kali standar deviasi, seperti yang penulis
jelaskan sebelumnya diatas.
Menurut Dewi (2015) langkah Dari kerangka matrik ini, data
selanjutnya adalah menentukan indikator- diamati setiap bulannya dan sinyal
indikator yang memberikan peran penting dianggap benar jika 12 bulan kemudian
terjadi krisis (atau disebut dengan A),
J u r n a l N i s b a h V o l . 3 N o . 1 T a h u n 2 0 1 7 | 371

sebaliknya jika 12 bulan kemudian tidak bahwa semua pengamatan membawa


terjadi krisis (atau disebut dengan B) kebenaran informasi tentang krisis
maka sinyal dianggap salah dan disebut dan tidak krisis. Semakin tinggi
dengan kesalahan tipe II. Dengan analogi proporsi kriteria ini, maka semakin
yang sama, jika data indikator yang baik untuk dijadikan sebagai leading
diamati berada pada daerah normal dan indicators.
memberikan sinyal tidak ada krisis, maka 2.
dalam 12 bulan kemudian terjadi krisis NSR didefinisikan sebagai
berarti adalah sinyal yang salah (atau
disebut dengan C) atau disebut dengan perbandingan probabilitas dari
tipe I; atau jika benar maka tidak terjadi sebuah indikator yang memberikan
krisis pada 12 bulan kemudian (atau sinyal selama masa tidak krisis
disebut dengan D). terhadap probabilitas dari sebuah
Tabel 1 Ringkasan Peluang Terjadinya Krisis indikator yang memberikan signal
Terjadi krisis Tidak terjadi selama krisis. NSR yang lebih dari 1
dalam 12 bulan krisis dalam 12 berarti indikator tersebut tidak dapat
kemudian bulan kemudian dijadikan sebagai leading indicators.
Sinyal A B Jika nilai NSR mendekati nol (0), maka
Tidak Ada C D semakin baik dijadikan leading
Sinyal
indicators.
Sumber : Goldstein, Kaminsky dan Reinhart 2000.
3.
Dari matrik diatas, skenario yang
baik adalah pada kategori A dan D. merupakan ukuran yang
Skenario A menjelaskan bahwa terdapat menunjukkan seberapa tepatkah
sinyal krisis dan diikuti oleh adanya krisis suatu indikator dapat
dalam 12 bulan kemudian. Sedangkan menginsyaratkan bahwa suatu sinyal
yang skenario D menunjukkan bahwa dapat memberikan respon terjadinya
tidak terdapat sinyal krisis dan tidak krisis secara tepat. Sehingga semakin
terjadi krisis dalam 12 bulan kemudian. besar respon benar dalam peringatan
Sementara yang masuk skenario B krisis, maka semakin baik sebagai
menunjukkan bahwa ada sinyal krisis indikator sistem peringatan dini
dalam 12 bulan kemudian, namun tidak 4. of False Alarms Of
terjadi krisis dan skenario C menunjukkan Total Alarms = merupakan
tidak terdapat sinyal krisis, namun terjadi ukuran yang menunjukkan besar atau
krisis dalam 12 bulan kemudian. jumlah false alarm dalam dominasi
Alasan penggunaan waktu 12 bulan terhadap total alarm. Sehingga
dalam penelitian ini adalah supaya semakin kecil % false alarm, semakin
pembuat kebijakan dapat memiliki waktu baik indeks komposit indikator
yang cukup dalam melakukan mitigasi sebagai sistem peringatan dini.
terhadap berbagai potensi risiko yang 5. of Crisis given an
dapat memberikan tekanan terhadap
Alarm (Pc ) merupakan ukuran
perbankan Syariah.
probabilitas terjadinya krisis ketika
d) Penentuan Leading Indicators sinyal dikeluarkan. Semakin tinggi
Kusuma (2009) membangun peluang terjadinya krisis saat sinyal
beberapa kriteria evaluasi dalam menilai muncul, semakin baik indeks
beberapa variabel yang dapat dijadikan komposit indikator sebagai sistem
sebagai leading indicators. Kriterianya peringatan dini.
adalah sebagai berikut : 6. Probabilitas of
1. Crisis given No Alarm .
diartikan merupakan ukuran yang
J u r n a l N i s b a h V o l . 3 N o . 1 T a h u n 2 0 1 7 | 372

menunjukkan terjadinya krisis ketika HASIL DAN PEMBAHASAN


sinyal tidak muncul. Dengan demikian
semakin kecil peluang terjadinya Penentuan Periode Guncangan
krisis saat sinyal tidak muncul, maka Perbankan Syariah
semakin baik indeks komposit Dalam mengembangkan Syariah
indikator sebagai sistem peringatan banking robustness index (SBRI),
dini penelitian ini menggunakan standar
deviasi sebesar 1.5. Penggunaan standar
2. Analisis Regresi Logistik/Logit deviasi ini berdasarkan model yang
Model regresi logit adalah salah satu dikembangkan oleh Bank Dunia, Bank
bagian dari pendekatan sistem deteksi Indonesia dan penelitian sebelumnya yang
dini. Regresi logit merupakan pendekatan dilakukan oleh Kusuma (2009). Tidak
ekonometrik yang digunakan untuk terdapat aturan baku dalam penentuan
menganalisis hubungan beberapa faktor standar deviasi ini. Berikut adalah hasil
dengan sebuah variabel yang bersifat sistem deteksi dini dengan pendekatan
dikotomus (biner). Dalam regresi logit sinyal dalam perbankan syariah:
terdiri dari dua kategori. Contohnya dalam
menganalisis guncangan dalam perbankan -9,85
adalah Y=1 menyatakan bahwa terdapat

Apr-05

Okt-07

Apr-10

Okt-12

Apr-15
Jan-04

Jan-09

Jan-14
Jul-06

Jul-11

Jul-16
-9,9
guncangan dalam perbankan dan Y=0
-9,95
diartikan bahwa tidak terdapat guncangan
dalam perbankan. Interpretasi atau -10
estimasi dalam model logit menunjukkan -10,05
besarnya kemungkinan suatu kejadian, SBRI Threshold 1
yang ditunjukkan dengan prosentase
Threshold 1.5 Threshold 2
probabilitas, sehingga nilainya 0%-100%.
Dibawah ini dijelaskan terkait dengan
rumus dari model logit. Gambar 2. Syariah Banking Robustnes Index (SRI)
Secara umum rumus model logit Sumber : diolah peneliti
dapat dinyatakan sebagai berikut : Perbankan syariah dikatakan
terguncang ketika nilai dari SBRI pada
periode tertentu lebih tinggi dari nilai
rata-rata SBRI ditambah dengan standar
Pi = Kemungkinan guncangan deviasi yang telah ditentukan sebelumnya
1-Pi = Kemungkinan tidak terjadi yaitu 1.5. Gambar 2 diatas menunjukkan
guncangan bahwa, walaupun terdapat ketahanan
Xit = Variabel independen yang buruk pada tahun 2004 dan awal
1 = Intercept 2005, namun secara umum, berdasarkan
1… 5 = Koefisien variabel bebas
Syariah banking robustness index (SBRI),
kondisi perbankan syariah pada saat krisis
Dalam model logit, statistik t tidak global 2008 berada dalam kondisi stabil
berlaku karena probabilitas yang berada karena pergerakan indeks masih berada
di kisaran 0 dan 1. Sebagai gantinya maka dibawah Syariah banking robustness index
digunakan nilai z statistik. Selain itu dalam (SBRI).
model logit, nilai koefisien determinasi R2 Bank Indonesia (2009) mengamati
menggunakan versi yang disarankan oleh bahwa tahannya perbankan syariah
McFadden, sehingga disebut dengan R2 terhadap krisis global 2008 disebabkan
McFadden (Winarno, 2015). oleh dua hal yaitu, eksposur pembiayaan
perbankan syariah yang masih diarahkan
pada aktivitas perekonomian domestik,
sehingga belum memiliki tingkat integrasi
J u r n a l N i s b a h V o l . 3 N o . 1 T a h u n 2 0 1 7 | 373

yang tinggi dengan perekonomian global sebanyak 16 bulan, serta dengan standar
seperti halnya perbankan konvensional deviasi sebesar 2, maka periode
dan perbankan syariah belum memiliki guncangan dalam perbankan syariah
tingkat sofistifikasi transaksi yang tinggi sebanyak 14 bulan.
jika dibandingkan dengan perbankan Munculnya potensi guncangan
konvensional. Berdasarkan Gambar 2 terhadap ketahanan perbankan syariah
diatas, maka periode guncangan yang terjadi selama tahun 2004 dan awal
perbankan syariah dapat dilihat pada tabel 2005, lebih disebabkan dari sisi internal
dibawah ini: perbankan syariah. Pada tahun 2004 dan
Tabel 2 Periode Guncangan pada Ketahanan awal 2005 kondisi eksternal perbankan
Perbankan Syariah di Indonesia tidak terjadi guncangan atau tidak
Batas Bulan Terjadinya
Ambang
Tahun
Guncangan
terdapat shock, namun terdapat shock
2004 Januari, Februari, dalam internal perbankan, dimana
Maret, April, Mei, pergerakan pembiayaan dan dana pihak
Juni, Juli, Agustus, ketiga yang sangat fluktuatif.
September,Oktober,
Threshold 1 November,
Penentuan Leading Indicators
Desember
2005 Januari, Februari, Dalam menemukan indikator dini
Maret, April, Mei, atau indikator utama dalam penelitian ini,
Juni peneliti menggunakan berbagai kriteria
2004 Januari, Februari, penilaian, seperti penelitian sebelumnya
Maret, April, Mei, yang dilakukan oleh Kusuma (2009).
Juni, Juli, Agustus,
September, Oktober, Kususma (2009) mengembangkan
Threshold 1.5 berbagai kriteria penilaian dalam
November,
Desember penentuan indikator utama (leading
2005 Januari, Februari, indicators) krisis keuangan. Berikut adalah
Maret, April berbagai kriteria penilaian dalam
2004 Januari, Februari,
Maret, April, Mei,
penentuan leading indicators.
Juni, Juli,
Threshold 2 Agustus,September, Tabel 3 Hasil Matrik Indikator
Oktober, November,
Desember The The
The The pro prop
2005 Januari,Februari, Nois propo propo port
The ortio
Sumber : diolah peneliti e to rtion rtion ion
propo n of
Berdasarkan Tabel 2 diatas, Sign
rtion
of of of Prob
menggambarkan bahwa dengan al obser false crisi of
N Indika Rati of
vation alarm s Crisis
penentuan standar deviasi yang berbeda o tor o crises
s of of give
correc given
seperti 1, 1,5 dan 2 menyebabkan (NS
tly
correc total n an no
perbedaan periode guncangan, jika R) tly alarm alar alar
called
called s m m=
standar deviasi yang digunakan terlalu = issued issu
rendah, maka akan banyak memunculkan = ed =
sinyal dan jika terlalu tinggi, maka akan
sedikit muncul sinyal. 1 Bunga 0.47 100 51.04 94.32 5.67 0.00
2 Inflasi 0.76 52.08 60.01 96.38 3.61 2.21
Dengan penggunaan standar deviasi 3 FDR 0.95 56.25 46.35 97.08 2.91 2.62
yang berbeda-beda menyebabkan 4 PDB 3.15 16.67 48.49 99.10 0.08 4.77
perbedaan waktu dalam munculnya 5 NPF - 0 46.29 100 0 6.00
guncangan. Dengan standar deviasi Sumber : diolah peneliti
sebesar 1, periode guncangan dalam Tabel 3 diatas menjelaskan terkait
perbankan Syariah sebanyak 18 bulan dan dengan beberapa kriteria evaluasi dalam
standar deviasi sebesar 1.5 periode menilai beberapa variabel yang dapat
guncangan dalam perbankan syariah dijadikan sebagai leading indicators.
J u r n a l N i s b a h V o l . 3 N o . 1 T a h u n 2 0 1 7 | 374

Berdasarkan Tabel 3 maka berikut adalah FDR memiliki ketepatan diatas 50


penjelasan dari masing masing kriteria, sehingga dapat dijadikan sebagai leading
diantaranya : indicators bersama dengan suku bunga
dan inflasi. Sedangkan variabel PDB dan
a) Noise to Signal Ratio (NSR) NPF tidak dapat dijadikan sebagai leading
NSR merupakan perbandingan indicators karena memiliki nilai kriteria
antara jumlah sinyal salah terhadap sinyal yang sangat rendah PDB hanya 16.67 dan
benar. Jika nilai NSR dari masing-masing NPF hanya 0.
variabel semakin kecil atau mendekati 0
dan kurang dari 1, maka semakin baik c) The proportion of observations of
variabel tersebut digunakan sebagai correctly called
leading indicators. Tetapi jika nilai NSR Kriteria ini diartikan bahwa semua
lebih dari 1 maka variabel tersebut tidak pengamatan membawa kebenaran
dapat digunakan sebagai leading informasi tentang guncangan dan stabil.
indicators. Berdasarkan Tabel 3 diatas, Semakin tinggi proporsi kriteria ini, maka
dari 5 variabel yang digunakan dalam semakin baik untuk dijadikan sebagai
penelitian ini, hanya variabel suku bunga, leading indicators.
inflasi dan FDR yang dapat dijadikan Berdasarkan Tabel 3 suku bunga dan
sebagai leading indicators, sedangkan inflasi memiliki proporsi nilai kriteria
variabel PDB dan NPF tidak dapat yang cukup tinggi yaitu masing masing
dijadikan sebagai leading indicators. Hal sebesar 51.04 dan 60.01, ini diartikan
ini dikarenakan memiliki nilai NSR lebih bahwa variabel suku bunga dan inflasi
dari 1. dalam membawa kebenaran terkait
dengan kebenaran informasi tentang
b) The proportion of crises correctly guncangan dan stabil sebesar 51.04 dan
called 60.01 dari 100 sinyal.
Kriteria ini digunakan untuk
menentukan seberapa tepatkah suatu d) The proportion of false alarm of
variabel dapat menginsyaratkan bahwa total alarms issued
suatu sinyal dapat memberikan respon Kriteria ini digunakan untuk melihat
terjadinya guncangan secara tepat. seberapa besar jumlah false alarm dalam
Sehingga semakin besar respon benar dominasi terhadap total alarm. Jika
dalam peringatan guncangan, maka kriteria ini semakin kecil nilai false alarm,
semakin baik sebagai indikator sistem maka semakin baik variabel untuk
peringatan dini. Berdasarkan Tabel 3 dijadikan sebagai leading indicators.
diatas, variabel suku bunga merupakan Berdasarkan Tabel 3 nilai kriteria dari
variabel yang memiliki nilai paling tinggi suku bunga sebesar 94.32, ini diartikan
dibandingkan dengan variabel lainnya. dari 100 sinyal yang muncul, probabilitas
Dimana nilai kriteria dari suku bunga munculnya sinyal palsu sebesar 94.32
sebesar 100. Kondisi ini diartikan sinyal. Variabel suku bunga memiliki nilai
pengamatan dari variabel suku bunga kriteria paling kecil diantara variabel
yang diperoleh dari pendekatan sinyal, lainnya. Variabel yang memiliki tingkat
memberikan proporsi akurasi ketepatan probabilitas sinyal salah adalah NPF yang
dalam memberikan peringatan terjadinya nilai kriterianya sebesar 100. Ini diartikan
guncangan sebesar 100 sinyal yang tepat dari 100 sinyal yang muncul, probabilitas
dari 100 sinyal yang muncul. Sedangkan munculnya sinyal palsu sebesar 100 sinyal
untuk variabel inflasi memiliki nilai 52.08, atau memiliki tingkat kesalahan yang
diartikan memberikan proporsi akurasi sempurna. Sehingga variabel NPF tidak
ketepatan dalam memberikan peringatan dapat dijadikan sebagai leading indicators.
terjadinya guncangan sebesar 52.08 sinyal
yang tepat dari 100 sinyal yang muncul.
J u r n a l N i s b a h V o l . 3 N o . 1 T a h u n 2 0 1 7 | 375

e) The proportion of crisis given an 3. Analisis Pendekatan Logit


alarm issued a) Regresi Logit
Nilai kriteria ini digunakan untuk Model logit adalah bagian dari model
melihat ukuran probabilitas terjadinya parametric approach. Model ini digunakan
guncangan ketika sinyal dikeluarkan. sebagai alat untuk mengetahui besarnya
Semakin tinggi peluang terjadinya krisis elastisitas ataupun pengaruh dari
saat sinyal muncul, semakin baik variabel beberapa leading indicators terpilih yang
sebagai leading indicators. Berdasarkan memiliki indikasi memicu terjadinya
Tabel 3, variabel suku bunga, inflasi dan guncangan dalam sektor perbankan
FDR memiliki nilai kriteria yang cukup Syariah di Indonesia. Berikut penulis
besar jika dibandingkan dengan variabel sajikan terkait hasil regresi logit dengan
PDB dan NPF yang berada dibawah 1. menggunakan Eviews 7.
Sehingga kedua variabel ini tidak dapat
dijadikan sebagai leading indicators. Tabel 4 Hasil Estimasi Logit dengan Eviews
Sedangkan variabel suku bunga memiliki
ESTIMASI HASIL LOGIT
nilai kriteria tertinggi diantara semua
variabel yang ada dalam pengamatan, z-
Variable Coefficient Std. Error Prob.
sehingga variabel ini dapat menjadi Statistic
leading indicators. C -17.08034 6.672099
-
0.0105
2.559964
-
FDR -0.070624 0.049212 0.1513
1.435105
f) The proportion of Prob of Crisis Bunga 1.342958 0.334107 4.019548 0.0001
given no alarm Inflasi 0.157570 0.290217 0.542939 0.5872
Nilai kriteria ini merupakan ukuran
yang menunjukkan terjadinya guncangan
McFadden Mean dependent
ketika sinyal tidak muncul. Dengan R-squared
0.317896
var
0.102564
demikian semakin kecil peluang terjadinya S.D.
krisis saat sinyal tidak muncul, maka dependent 0.304366 S.E. of regression 0.266678
semakin baik variabel dijadikan sebagai var
leading indicators. Berdasarkan Tabel 3 Akaike info
0.502399 Sum squared resid 10.80977
criterion
variabel suku bunga memiliki nilai paling
Hannan-
sempurna yaitu sebesar 0.00, sehingga Quinn criter.
0.534161 Deviance 70.37426
dapat dijadikan sebagai leading indicators, Restr. Restr. log
103.1724 -51.58618
sedangkan variabel GDP dan NPF memiliki deviance likelihood
nilai paling besar diantara variabel LR statistic 32.79810 Avg. log likelihood -0.225559
lainnya, sehingga dua variabel ini tidak Prob(LR
0.000001
statistic)
dapat dijadikan sebagai leading indicators.
Sumber : diolah peneliti
Secara umum berdasarkan penilaian
Berdasarkan hasil estimasi logit pada
kriteria yang dilakukan berdasarkan Tabel
Tabel 4 diatas, maka langkah selanjutnya
3 maka terdapat beberapa variabel yang
adalah menghitung persamaan logit,
dapat dijadikan sebagai leading indicators
berikut adalah persamaan logit:
diantaranya variabel suku bunga, inflasi
dan FDR. Pemilihan leading indicator ini
berdasarkan nilai kriteria dengan variabel ( )
yang memiliki NSR paling rendah atau
mendekati nol dan berada dibawah 1.
Sedangkan penilaian kriteria lainnya
hanya sebagai pendukung dari keberadaan Berdasarkan hasil logit pada Tabel 4
nilai kriteria NSR. diatas, dari 3 leading indicators yang
digunakan, hanya variabel suku bunga
yang berpengaruh signifikan positif
J u r n a l N i s b a h V o l . 3 N o . 1 T a h u n 2 0 1 7 | 376

terhadap Syariah banking robustness index yang memiliki tingkat


(SBRI) karena memiliki probabilitas probabilitas<0.05. Variabel yang
sebesar 0.0001 yang lebih kecil dari alfa signifikan pada tabel 4 yang memiliki
5%. Sedangkan variabel lainnya tidak tingkat probabilitas<0.05 hanyalah
berpengaruh signifikan terhadap Syariah variabel suku bunga, sedangkan
Banking Robustness Index (SBRI). variabel inflasi dan FDR tidak
signifikan pada tingkat
b) Pembahasan Hasil Estimasi Logit probabilitas<0.05, sehingga variabel
Hasil estimasi dalam model logit ini tidak akan di interpretasi.
adalah sebagai berikut: Interpretasi variabel dalam model
1) Nilai McFadden dari hasil estimasi logit tidak seperti pada regresi linier
dalam penelitian ini sebesar 0.317896, berganda/sederhana. Interpretasi
hasil ini menunjukkan bahwa variabel atau estimasi dalam model logit
bebas mampu menerangkan menunjukkan besarnya kemungkinan
perubahan terjadinya guncangan suatu kejadian, yang ditunjukkan
perbankan syariah sebesar 31.78 dengan prosentase probabilitas,
persen sedangkan sisanya sebesar sehingga nilainya 0%-100%.
68.22 persen diterangkan oleh Interpretasi tidak bisa dibaca
variabel lain di luar model empiris. langsung melalui koefisien, tetapi
Hasil ini lebih besar jika dibandingkan setiap variabel harus di
dengan penelitian sebelumnya yang interpretasikan melalui nilai Odds
dilakukan oleh Hadad et al(2003), Ratio dari variabel. Hasil Odds Ratio
dimana penelitiannya memiliki nilai tiap variabel seperti di bawah ini.
McFadden sebesar 17.19 persen,
sedangkan sisanya 82.81 persen Tabel 5 Hasil Ods Ratio Indikator dalam Penelitian
dijelaskan oleh hal-hal lain diluar Variable Coefficient Odds Ratio
model. Dalam model logit tidak
menjadikan nilai McFadden sebagai C -17.08034 3.8205E-06
BUNGA 1.342958 79.29%
acuan utama seperti pada regresi pada
umumnya.
2) Uji Likelihood Ratio (LR statistik) McFadden R- Prob(LR
digunakan untuk mengetahui apakah squared 0.317896 statistic) 0.000001
variabel–variabel independen secara LR statistic 32.79810
bersama–sama mempengaruhi Sumber : Diolah Penulis
variabel dependen secara nyata. Dari Berdasarkan Tabel 5 diatas, maka
hasil estimasi diperoleh nilai berikut adalah penjabaran dari masing
probabilitas LR statistik adalah masing indikator, diantaranya:
0.000001 yang nilainya lebih kecil Hasil dari ods ratio indikator suku
dibandingkan dengan tingkat bunga dengan pendekatan logit,
kepercayaan yang digunakan sebesar menunjukkan bahwa jika tingkat suku
5%. Dengan demikian dapat bunga meningkat sebesar 1 persen, maka
disimpulkan bahwa secara bersama- peluang indikator ini memberikan tekanan
sama variabel bebas pada model terhadap ketahanan perbankan syariah
empiris berpengaruh signifikan akan meningkat sebesar 79.29%. Hasil ini
terhadap probabilitas terjadinya menunjukkan bahwa tingkat suku bunga
guncangan perbankan syariah. memiliki peran yang cukup besar dalam
3) Tahap selanjutnya adalah interpretasi mempengaruhi ketahanan perbankan
hasil regresi pada setiap variabel Syariah. Hasil penelitian ini diperkuat juga
dalam penelitian dan interpretasi hasil dari penelitian sebelumnya yang
ini hanya dilakukan untuk variabel dilakukan oleh Ascarya (2009).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
J u r n a l N i s b a h V o l . 3 N o . 1 T a h u n 2 0 1 7 | 377

oleh Ascarya (2009) menunjukkan hasil 2014 tepatnya bulan Desember, tingkat
bahwa penyebab krisis keuangan berakar equivalent rate of return/profit
dari riba (fiat money (lnFM)2,8%, tingkat sharing/fee/ dari perbankan syariah
bunga (interest) 45,2%, dan kurs (lnEXC) sebesar 12.79%, posisi ini sama dengan
18,6%) memberi andil 66,6% terhadap suku bunga kredit perbankan
krisis keuangan di Indonesia, sedangkan konvensional sebesar 12.79% pada bulan
jika kita mengganti ketiga sistem tersebut yang sama. Terkait dengan peran suku
sesuai dengan perspektif Islam (lnJM bunga yang cukup besar dalam
persediaan just money 0,7%, RS laba PLS memberikan potensi krisis terhadap
2,5%, dan lnGOLD mata uang global sistem perbankan di Indonesia, Ascarya
tunggal 0,2%) hanya akan memberi andil (2009) menjelaskan bahwa kondisi ini
3,4% terhadap krisis keuangan di disebabkan karena suku bunga dalam
Indonesia. Selain itu, hasil penelitian ini ekonomi konvensional memusatkan uang
juga didukung oleh penelitian sebelumnya di sektor moneter untuk mendapatkan
yang dilakukan oleh Susanty (2016) yang keuntungan yang lebih tinggi dengan
melakukan penelitian terkait dengan krisis sedikit atau tanpa risiko Akibatnya, uang
perbankan konvensional di Indonesia. atau investasi yang harusnya disalurkan
Dengan menggunakan variabel perubahan kepada sektor riil untuk tujuan produktif
indeks harga saham gabungan, M2 sebagian besar justru mengalir ke sektor
multiplier, rasio bunga pinjaman dan moneter dan menghambat pertumbuhan
tabungan, serta rasio konsumsi dan bahkan mengurangi besarnya sektor
pemerintah dan PDB. Dari 4 leading riil. Penciptaan uang tanpa penambahan
indicators yang digunakan dalam nilai akan menyebabkan inflasi. Pada
penelitian tersebut, hanya variabel rasio akhirnya, tujuan pertumbuhan ekonomi
suku bunga pinjaman dan tabungan yang akan terhambat. Disamping itu,
signifikan berpotensi menyebabkan krisis peningkatan suku bunga mengindikasikan
pada perbankan konvensional. Hasil kondisi perekonomian sedang overheating
penelitian Susanty (2016) menunjukkan dan dimasa yang akan datang terdapat
hasil dengan model regresi logit bahwa kemungkinan kondisi perekonomian yang
jika terjadi kenaikan 1 persen pada rasio buruk.
bunga pinjaman dan tabungan akan
meningkatkan probabilitas indeks tekanan KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
perbankan (banking pressure index)
sebesar 89 sampai 100 persen. Beberapa Kesimpulan
hasil penelitian sebelumnya menunjukkan Berikut peneliti jabarkan beberapa
jika suku bunga meningkat, maka akan hasil kesimpulan dalam penelitian ini,
muncul potensi risiko tingkat bunga bagi diantaranya :
perbankan syariah, walaupun dalam 1. Berdasarkan hasil dari indeks
penerapan operasionalnya perbankan ketahanan perbankan syariah (Syariah
syariah tidak menggunakan bunga dari sisi banking robustness index) terdapat
pembiayaan ataupun pendanaan. Namun ketahanann yang buruk pada tahun
dalam menentukan tingkat bagi hasil baik 2004 dan 2005, namun saat terjadi
dalam pendanaan ataupun dipembiayaan, krisis global pada tahun 2008, kondisi
bank syariah masih mengacu kepada perbankan syariah tetap stabil dan
tingkat suku bunga umum sebagai pergerakannya tidak menyentuh
equivalent rate atau masih menjadikan ambang batas (threshold) yang telah di
suku bunga sebagai benchmark dalam tetapkan oleh peneliti sebesar 1, 1,5
penentuan margin bagi hasil (profit dan 2. Buruknya ketahanan
sharing), berdasarkan sumber dari perbankan syariah pada tahun 2004
Otoritas Jasa Keuangan (2014) pada tahun
J u r n a l N i s b a h V o l . 3 N o . 1 T a h u n 2 0 1 7 | 378

disebabkan oleh guncangan dari menentukan tingkat suku bunga


internal perbankan syariah. acuan, karena indikator suku bunga
2. Berdasarkan hasil dari sistem deteksi sangat sensitif terhadap
dini dengan menganalisis indeks perkembangan perbankan syariah.
ketahanan perbankan syariah (Syariah Jika tingkat bagi hasil yang digunakan
banking robustness index), dari 5 oleh perbankan syariah tidak
indikator yang digunakan dalam kompetitif dengan suku bunga acuan,
penelitian ini seperti inflasi, PDB, NPF, maka perbankan syariah akan kalah
FDR dan suku bunga, terdapat bersaing dengan perbankan
beberapa leading indicators yang konvensional. Disamping itu, Bank
dapat digunakan untuk mengamati Indonesia perlunya melonggarkan
ketahanan perbankan syariah di kebijakan moneter terutama tingkat
Indonesia, diantaranya adalah suku suku bunga, penurunan suku bunga
bunga, inflasi dan financing to depofits ini berpotensi untuk menyelamatkan
ratio (FDR). Berdasarkan ketiga aktivitas perekonomian domestik
leading indicators yang terdapat dalam Indonesia. Hal ini dikarenakan kondisi
model sinyal ini, indikator suku bunga perekonomian global yang tidak
menjadi indikator yang paling stabil. Jika suku bunga tinggi ditengah
sempurna dalam memberikan potensi kelesuan ekonomi global, maka akan
guncangan terhadap perbankan membahayakan aktivitas perbankan
syariah di Indonesia dikarenakan nasional karena tingkat kredit macet
memiliki nilai kriteria noise to signal akan tinggi. Penurunan tingkat suku
ratio (NSR) terkecil dan variabel ini bunga acuan diharapkan dapat
mampu memberikan proporsi akurasi mendorong pertumbuhan ekonomi
ketepatan dalam memberikan domestik dan memperkuat ketahanan
peringatan terjadinya guncangan perekonomian domestik dari kondisi
sebesar 100 sinyal yang tepat dari 100 perekonomian global yang tidak stabil.
sinyal yang muncul. 2. Bank Indonesia dalam mengendalikan
3. Berdasarkan 3 leading indicators yang inflasi secara nasional, maka perlu
ditemukan dengan menggunakan koordinasi yang kuat dengan berbagai
pendekatan logit, hanya indikator pihak-pihak terkait, baik di daerah
suku bunga yang signifikan berpotensi maupun di pusat. Pihak-pihak yang
memberikan kemungkinan terkait dengan inflasi salah satu
(Probability) terjadinya guncangan diantaranya adalah tim pengendali
pada perbankan syariah di Indonesia. inflasi daerah (TPID). Bank Indonesia
perlu melibatkan TPID dalam
Saran Kebijakan merumuskan kebijakan yang terkait
Berdasarkan kesimpulan penelitian dengan Inflasi. Disamping itu, Bank
yang dijabarkan sebelumnya, maka Indonesia juga perlu berkoordinasi
pemerintah perlu memperhatikan dengan pemerintah daerah dalam hal
berbagai leading indicators yang ini adalah pemerintah daerah Provinsi
berpotensi memberikan potensi risiko ataupun pemerintah Kota/Kabupaten,
terhadap ketahanan perbankan syariah di koordinasi ini diperuntukkan guna
Indonesia. Berdasarkan berbagai leading memaksimalkan setiap kebijakan yang
indicators, berikut saran kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.
peneliti sarankan kepada otoritas terkait Dengan koordinasi yang kuat antara
dalam hal ini Bank Indonesia adalah Bank Indonesia dengan pemerintah
sebagai berikut: daerah, maka pemerintah daerah akan
1. Bank Indonesia perlu memperhatikan cepat mendapatkan berbagai
dampak yang diakibatkan jika Informasi yang terkait setiap
J u r n a l N i s b a h V o l . 3 N o . 1 T a h u n 2 0 1 7 | 379

kebijakan yang dicanangkan oleh dan Pengaturan Perbankan Biro


Bank Indonesia. Jika informasi antara Stabiltas Sistem Keuangan.
Bank Indonesia dan pemerintah Bank Indonesia. 2015. Peraturan Bank
daerah sempurna, maka pemerintah Indonesia Nomor 17/11/PBI/2015
daerah dapat menyesuaikan dengan tentang wajib giro minimum bank
kebijakan yang ada di daerah. umum dalam rupiah dan valuta asing
3. Terkait dengan indikator financing to bagi bank umum konvensional.
deposits ratio (FDR) Bank Indonesia Bank Indonesia. 2016. Mitigasi Risiko
perlu memaksimalkan berbagai Sistemik dan Penguatan Intermedasi
instrumen kebijakan makroprudensial Dalam Upaya Menjaga Stabilitas
seperti, giro wajib minimum financing Sistem Keuangan. Kajian Stabilitas
to deposit ratio(GWM FDR) dan Keuangan. No. 27, September 2016.
countercyclical capital buffer (CCB). Beachy, Ben. 2012. A Financial Crisis
Kedua kebijakan ini akan dapat Manual : Causes, Consequences, and
meningkatkan kualitas dari likuiditas Lessons of the Financial Crisis. Global
perbankan syariah. Dengan kondisi Development and Environment
likuiditas yang baik, peran serta fungsi Institute. Working Paper No. 12-06
perbankan syariah sebagai lembaga Berry, Christine, Josh Ryan-Collins and
intermediasi dapat berjalan dengan Tony Greenham. 2015. Financial
maksimal. System Resilience Index Building a
strong financial system. New
DAFTAR PUSTAKA Economics Foundation
Blancher, N., S. Mitra., H. Morsy., A. Otani.,
Abimanyu, Anggito dan Imansyah. M. T. Severo., and L. Valderma.. 2013.
Handry. 2008. Sistem Pendeteksian “Systemic Risk Monitoring(“SysMo”)
Dini Krisis Keuangan di Indonesia: Toolkit – A User Guide”, IMF Working
Penerapan Berbagai Model Ekonomi. Paper No. 13/168, July.
Yogyakarta: BPFE UGM. Bussiere dan Marcel. 2002. Toward A New
Allen, Franklin. 2015. Moral Hazard and Early Warning System of Financial
Government Guarantees in the Crises. Working Paper No.145.
Banking Industry. Journal of European Central Bank.
Financial Regulation Advance Access Ceraa dan saxena,. 2000. Contagion,
published February 2, 2015. Mnonsoons and Domestic Turmoil in
Al-Osaimy, Mahmood H. and Ahmed S. Indonesia : A Case Study in The Asian
Bamakhramah. 2004. An Currency Crisis. IMF. Working Paper,
EarlyWarning System for Islamic May 2000.
Banks Performance. J.KAU: Islamic Choudhury, Alam Masudul. 2010. The
Econ., Vol. 17, No. 1, pp. 3-14 (1425 Islamic Panacea to Global Financial
A.H / 2004 A.D). King Abdul-Aziz Predicament : A New Financial
University - Jeddah - Saudi Arabia. Architecture. Jurnal Hadhari 2 (2)
Ascarya. 2009. Pelajaran yang dapat (2010): 41-72.
dipetik dari Krisis Berulang: Crossen, Christopher. Xuan Liang, Andriy
Perspektif Ekonomi Islam. Protsyk, Jing Zhang. 2014. Measuring
Buletin Ekonomi Moneter dan the Banking System’s Resilience. A
Perbankan, Volume 12 Nomor 1 Juli report prepared for The Clearing
2009: 33-82. House Association. Moody’s Analytics.
Bank Indonesia. 2007. Booklet Stabilitas Demirgüç-Kunt, A. and E. Detragiache.
Sistem Keuangan : Stabilitas Sistem 1998. The Determinants of Banking
Keuangan Apa, Mengapa, dan Crises: Evidence from Developing
Bagaimana? Direktorat Penelitian
J u r n a l N i s b a h V o l . 3 N o . 1 T a h u n 2 0 1 7 | 380

and Developed Countries. IMF Staff Hardy, Daniel C. & Ceyla Pazarbasioglu.
Papers, 45, 81-109. 1999. Determinants and Leading
Dewi, Ervien Kurnia. 2015. Analisis Indicators of Banking Crises: Further
Keterkaitan Tekanan Indeks Nilai Evidence. IMF Staff Papers Vol. 46 No.
Tukar Terhadap Variabel Makro 3 September/December 1999,
Terpilih di Indonesia. Skripsi. International Monetary Fund,
Universitas Muhammadiyah Washington.
Yogyakarta. Yogyakarta. Herrera, Santiago and Conrado Garcia.
Duasa, Jarita., Wiranata, D. B., & Sumandi. 1999. User’s Guide to an Early
2016. Building An Early Warning Warning System for Macroeconomics
Toward the Reselience of Islamic Vulnerability in Latin American
Banking in Indonesia. di Countries, Paper presented in the
presentasikan dalam 10th Call for XVII Latin American Meeting of the
Paper International Conference Econometric Society, August, Cancun,
Bulletin of Monetary Economic And 1999.
Banking, 08-09 agustus 2016. Imansyah dan Kusdarjito. 2009.
Edison, Hali J. 2000. Do Indicator of Meramalkan Potensi Risiko Krisis
Financial Crises Work? An atau Instabilitas di Sektor Keuangan:
Evaluation of An Early Warning Pendekatan Jaringan Saraf Buatan.
System. Board of Governors of the Kajian Stabilitas Keuangan no 13
Federal Reserve System International September 2009. Direktorat
Finance Discussion Papers, Number Penelitian dan Pengaturan
675. Perbankan Biro Stabilitas Sistem
Goldstein, Kaminsky and Reinhart. 2000. Keuangan. Bank Indonesia. Jakarta.
Assesing Financial Vulnerability: An Kaminsky, Graciela; Lizondo, Saul;
Early Warning System for Emerging Reinhart, Carmen M. 1998. Leading
Markets. Washington DC: Institute for Indicators of Currency Crises. IMF
International Economics. Staff Papers. Vol. 45 (1). p 1-48.
Gunadi, Taruna dan Harun. 2013. March 1998.
Penggunaan Indeks Stabilitas Sistem Kaminsky, G. and Reinhart, C.M. 1999. The
Keuangan (ISSK) dalam Pelaksanaan Twin Crises: the Causes of Banking
Surveilans Makroprudensial. and Balance of Payments Problems,
Working Paper. Bank Indonesia. American Economic Review, 89, 473-
Gunadi, I., Yumanita, D., Hafidz, J., & Astuti, 500
R. I. 2013. Identifikasi Indikator Koc,Emre. 2009. Currency Crisis Theory :
Countercyclical Capital Buffer. Kajian Third Generation Models, Master’s
Stabilitas Keuangan (No.21, Thesis, Bilkent University, Ankara.
September 2013). Jakarta: Bank Krugman,Paul. 1979. A Model of Balance –
Indonesia. of-Payment Crises, Journal of Money,
Hadad Muliaman D, Wimboh Santoso, Credit and Banking,
Bambang Arianto. 2003. Indikator Vol.11(August),pp 311-325.
Awal Krisis Perbankan. Direktorat Kunt, Asli Dermiguc and Enrica
Penelitian dan Pengaturan Detragiache. 1998. The Determinants
Perbankan, Bank Indonesia of Banking Crises in Developing and
Hagen, Ho. 2006. Money Market Pressure Developed Countries. IMF Staff
and the Determinants of Banking Papers Vol. 45 No. 1 (March),
Crises. Department of Economics, International Monetary Fund,
University of Bonn, Indiana Washington.
University, and CEPR, Walter-Flex- Kusuma, Dimas Bagus Wiranata. 2009.
Str. 3, D-53113, Bonn, Germany. Analisis Variabel Makroekonomi dan
J u r n a l N i s b a h V o l . 3 N o . 1 T a h u n 2 0 1 7 | 381

Pemulihan Ekonomi di Indonesia : Markets. Washington, DC: Institute


Studi Deteksi Dini Krisis Mata Uang. for International Economics.
Kulliyah of Economics and Schoenmaker, Dirk. 2008. A New Financial
Management Sciences .International Stability Framework for Europe. The
Islamic University Malaysia. Financial Regulator, Vol 13(3),
Kusuma, Dimas Bagus Wiranata dan Asif. December 2008.
2012. Building an Early Warning Susanti, Weni Septi. 2016. Analisis
System for Islamic Banking Crisis in Tekanan Perbankan di Indonesia.
Indonesia Signal Approach Model, Skripsi tidak di publikasikan,
draft paper; Universitas Muhammadiyah
Lestano, Jacobs dan Kuper. 2003. Yogyakarta, Yogyakarta.
Indicators of financial crises do Warjiyo, P. 2016. Bauran Kebijakan Bank
work! An early-warning system for Sentral:Konsepsi Pokok dan
six Asian countries. Department of Pengalaman Bank Indonesia. i-viii, 55
Economics, University of Groningen. hlm.; 15,2 cm x 22,8 cm. -- (Seri
Minsky, Hyman P. 1992. The Financial Kebanksentralan ; 25) .
Instability Hypothesis. The Jerome Winarno, Wing Wahyu. 2015. Analisis
Levy Economics Institute of Bard Ekonometrika dan Statistiks dengan
College. Working Paper No. 74. ISSN Eviews. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.
1547-366X. Wolken, Tony., 2013, Measuring Systemic
Miskhin, Frederic S. 1996. Understanding Risk: the role of Macro-prudential
Financial Crises:A Developing Indicators. Bulletin Vol. 76 No.
Country Perspective. Federal 4,Reserve Bank of New Zealand,
Reserve Bank of New York,Graduate
School of Business, Columbia
University and National Bureau of
Economic Research
Mishkin, F. S. 2010. Over The Cliff : From
The Subprime to The Global
Financial Crisis.Working Paper 16609
:
http://www.nber.org/papers/w1660
9
Nasution, Anwar. 2003. Masalah-masalah
Sistem keuangan dan Perbankan
Indonesia, Paper disajikan dalam
Seminar Pembangunan Hukum
Nasional VIII yang diselenggarakan
oleh Badan Pembinaan Hukum
Nasional - Departemen Kehakiman
dan Hak Asasi Manusia Rl. tanggal
14-18 Juli 2003 di Denpasar.
Otoritas Jasa Keuangan. 2014. Booklet
Perbankan Indonesia 2014.
Departemen Perizinan dan Informasi
Perbankan. EDISI 1ISSN : 1858 –
4233
Reinhart,Goldstein dan Kaminsky. 2000.
Assessing Financial Vulnerability: An
Early Warning System for Emerging

You might also like