Professional Documents
Culture Documents
Analisis Sistem Deteksi Dini Terhadap Krisis Perbankan Syariah Analysis An Early Warning System On Sharia Banking Crisis Sumandi
Analisis Sistem Deteksi Dini Terhadap Krisis Perbankan Syariah Analysis An Early Warning System On Sharia Banking Crisis Sumandi
1 T a h u n 2 0 1 7 | 365
Sumandi1a
1aProgram Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul Yogyakarta 55183.
E-mail: andi.excellent@yahoo.co.id
(Diterima oleh Dewan Redaksi: 01-04-2016)
(Dipublikasikan oleh Dewan Redaksi: 01-06-2017 )
ABSTRACT
The research aimed at analyzing the early warning system (EWS) model in Islamic Banking.
The data of the research were in the form of monthly time series from January 2004 to
December 2016. The dependent indicator in the research was Sharia Banking Robustness
Index. This dependent indicator was established from two components, i.e. third party fund
and financing of Islamic Banking. Meanwhile, the independent indicator was non-
performing financing (NPF), financing deposit to ratio (FDR), inflation, gross domestic
product (GDP) and interest rate. The research result showed that based on sharia banking
robustness index, there was a bad robustness in Islamic Banking in 2004 and 2005. The
bad robustness was caused more by internal factor of banking. Besides, based on the 5
indicators used, there were only 3 indicators that can be leading indicators, i.e. interest
rate, inflation, financing to deposit ratio (FDR). Three leading indicators were obtained
based on the appraisal of various criteria. One of them was noise to signal ratio (NSR). The
next step was processing 3 leading indicators using logit. The result using logit showed that
from 3 leading indicators, only the interest rate significant and the value ods ratio leading
indicator of the interest rate is 79.29%. The conclusion of the research was that the interest
rate indicator was a very influential indicator towards the performance of Islamic Banking.
Key words: Logit, Syariah banking robustness index.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis model sistem deteksi dini (early warning
system/EWS) pada perbankan Syariah. Data dalam penelitian ini berbentuk time series
bulanan dari bulan Januari 2004 sampai bulan Desember 2016. Indikator dependen dalam
penelitian ini adalah indeks ketahanan perbankan syariah (Syariah banking robustness
index), indikator dependen ini dibentuk melalui dua komponen yaitu dana pihak ketiga
(DPK) dan pembiayaan perbankan Syariah. Sedangkan indikator independen yaitu non
performing financing (NPF), financing deposit to ratio (FDR), inflasi, produk domestik bruto
(PDB) dan suku bunga. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan indeks ketahanan
perbankan Syariah (Syariah banking robustness index), terdapat ketahanan yang buruk
pada perbankan Syariah di tahun 2004 dan 2005. Ketahanan yang buruk ini lebih
disebabkan oleh faktor internal perbankan. Selain itu, berdasarkan 5 indikator yang
digunakan, hanya 3 indikator yang dapat menjadi leading indicators yaitu suku bunga,
inflasi dan financing to deposit ratio (FDR). Tiga leading indicators didapatkan berdasarkan
penilaian berbagai kriteria, salah satunya adalah noise to signal ratio (NSR). Langkah
J u r n a l N i s b a h V o l . 3 N o . 1 T a h u n 2 0 1 7 | 366
selanjutnya adalah mengolah 3 leading indicators dengan logit. Hasil dengan logit
menunjukkan dari 3 leading indicators,hanya suku bunga yang berpengaruh signifikan dan
nilai ods ratio leading indicator suku bunga sebesar 79.29%. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah indikator suku bunga menjadi indikator yang sangat berpengaruh terhadap kinerja
perbankan Syariah.
Kata kunci: Indeks ketahanan perbankan Syariah, Logit.
Sumandi. 2017. Analisis Sistem Deteksi Dini Terhadap Krisis Perbankan Syariah. Jurnal
Nisbah 3 (1) : 365 – 381.
d) Suku Bunga (Interest Rate) bulanan Bank Umum Syariah, Unit Usaha
Tingkat suku bunga (interest rate) Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat
adalah balas jasa yang diberikan oleh bank Syariah. Sementara itu, kredit dalam
dengan prinsip konvensional kepada negeri (DC) yang didapat dari pembiayaan
nasabahnya yang membeli atau menjual bulanan Bank Umum Syariah, Unit Usaha
produknya. Dalam penelitian ini suku Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat
bunga yang digunakan adalah suku bunga Syariah. Pengembangan SBRI oleh Duasa,
pinjaman/kredit dari perbankan Kusuma dan Sumandi (2016) ini mengacu
konvensional. pada index banking crisis (IBC). IBC
dihitung dengan menggunakan indikator
e) Inflasi (Inflation), tingkat hutang luar negeri sektor
Variabel inflasi merupakan variabel perbankan, tingkat kredit, dan tingkat
makroekonomi yang dicirikan sebagai simpanan (Kibritciouglu, 2003) yang
kenaikan harga secara umum dalam selanjutnya dimodifikasi oleh Hagen dan
perekonomian dan terjadi secara terus Ho (2003). Ketiga indikator tersebut
menerus. Inflasi terjadi dikarenakan digunakan karena berkaitan dengan risiko
jumlah uang beredar (JUB) terlalu tinggi kurs, risiko kredit dan risiko likuiditas.
dibandingkan dengan barang-barang dan Dibawah ini adalah rumus SBRI yang
jasa yang tersedia. Variabel inflasi dapat digunakan, yaitu sebagai berikut:
diproksikan dengan indeks harga
konsumen (IHK) atau consumer price index ( ) ( )
(CPI). Secara matematis, rumus dari inflasi SBRI= )+( )
sebagai berikut :
Dimana : DCt=( )
DEPt = ( )
Metode Analisis Data Penelitian SBRI = Syariah banking robustness index
Penelitian ini menggunakan eviews 7 DC = Domestic credit
dan microsoft excel sebagai alat bantu DEP = Deposito bank Syariah
analisis dan metode analisis data = Standard deviasi perubahan
menggunakan pendekatan sinyal krisis masing-masing komponen
perbankan model sinyal dan regresi logit.
Perbankan syariah dikatakan tidak
1) Model Non Parametric dengan resilience jika Syariah banking robustness
Pendekatan Sinyal (Signal index (SBRI) melebihi rata-ratanya
Approach) ditambahkan dengan standar deviasi yang
a) Penentuan Ketahanan Perbankan telah ditentukan. Dalam penelitian ini
Syariah penggunaan standar deviasi sebesar 1,5
Dalam menentukan sinyal yang mengacu pada penelitian
guncangan pada perbankan syariah, sebelumnya yaitu sesuai dengan model
penelitian ini menggunakan model yang digunakan oleh Bank Dunia (2009)
Syariah banking robustness index (SBRI). dan Kusuma (2009) sebesar 1.5 dan sesuai
Indeks ini mengacu pada penelitian dengan penelitian yang dilakukan oleh
sebelumnya yang dilakukan oleh Duasa, Hereira dan Garcia (1999). Namun dalam
Kusuma dan Sumandi (2016). Indeks ini penelitian ini juga akan dikembangkan
menggunakan indikator utama yaitu (i) standar deviasi terendah yaitu sebesar 1
deposito bank Syariah (DEP), dan (ii ) oleh Lestano, Jacob dan Kuper (2003) dan
kredit dalam negeri (DC). Dalam hal ini, standar deviasi 2 mengacu pada penelitian
secara khusus, deposito bank syariah sebelumnya yang dilakukan oleh
(DEP) dihitung sebagai komposisi DPK Imansyah (2009). Penggunaan standar
J u r n a l N i s b a h V o l . 3 N o . 1 T a h u n 2 0 1 7 | 370
deviasi sebesar 1, 1,5 dan 2 ini adalah terjadinya guncangan. Pemilihan indikator
sebagai bentuk batas toleransi terhadap selanjutnya akan dianalisis secara terpisah
pergerakan Syariah banking robustness dengan pendekatan univariate untuk
index (SBRI). Penelitian ini tidak memprediksi terjadinya krisis pada
menggunakan standar deviasi yang perbankan syariah dan masing-masing
digunakan sebelumnya oleh Kaminsky, indikator akan dilihat apakah akan
Lizondo dan Reinhart (1998) sebesar 3. mengalami deviasi dari perilaku “normal”
Alasannya tidak menggunakan standar melebihi pagu ketentuannya (beyond the
deviasi yang dikembangkan oleh threshold). Jika indikator melewati batas
Kaminsky, Lizondo dan Reinhart (1998) pagu ketentuannya maka dikatakan ada
karena standar deviasi yang terlalu tinggi isu sinyal (to issue a sinyal) terjadinya
tidak sesuai dengan kondisi perekonomian guncangan. Definisi sinyal berdasarkan
negara Indonesia yang masuk kategori penelitian sebelumnya Kusuma (2009),
emerging market. Penggunaan standar jika X dinotasikan untuk menunjukkan
deviasi yang dikembangkan oleh indikator, maka Xt,j adalah nilai indikator j
Kaminsky, Lizondo dan Reinhart (1998) pada periode t, sehingga sinyal untuk
cocok untuk negara maju dengan indikator j pada periode t didefinisikan
perekonomian yang stabil. sebagai berikut:
Penggunaan standar deviasi sebesar
1 menjelaskan bahwa pada kondisi ini jika St,j=
pergerakan Syariah banking robustness {
index (SBRI) menyentuh level ini maka
berada pada kondisi guncangan ringan,
jika pergerakan Syariah banking Jika beberapa indikator mengalami
robustness index (SBRI) menyentuh batas pergerakan diatas batas ketentuannya
ambang sebesar 1.5 maka dikatakan (threshold), maka kemungkinan terjadinya
berada pada posisi guncangan waspada guncangan akan semakin besar.
dan Jika nilai SBRI lebih besar dari rata-
rata dan standar deviasinya sebesar 2, c) Menjelaskan Kerangka Matrik
maka dikatakan terjadi guncangan berat Setelah guncangan dan sinyal
pada perbankan syariah. didefinisikan, tahap selanjutnya adalah
melakukan evaluasi kriteria. Evaluasi
b) Mendefinisikan Sinyal Krisis kriteria dapat dilakukan dengan
Perbankan Syariah menggunakan kerangka matrik. Goldstein,
Dari penjelasan sebelumnya, dapat di Kaminsky dan Reinhart (2000)
jabarkan bahwa jika μSBRI adalah rata- mengembangkan kerangka matrik sinyal
rata dari Syariah banking robustness index krisis dengan menggunakan 12 bulan
(SBRI) dan mσ SBRI adalah standar deviasi sebagai signal windows. Supaya bisa
dari Syariah banking robustness index melakukan evaluasi terhadap kinerja
(SBRI), maka guncangan perbankan model, maka harus ditentukan batas
syariah dapat didefinikan dengan ambang nilai probabilitas agar mampu
persamaan model matematika sebagai memberikan indikasi tingginya
berikut : kemungkinan terjadinya krisis perbankan.
Nilai ambang batas atas atau bawah
Guncangant = 1,Jika SBRI>μ SBRI + mσ ditentukan dengan rata-rata ditambah 1,5
SBRI = 0, Jika SBRI< μ SBRI + mσ SBRI kali standar deviasi, seperti yang penulis
jelaskan sebelumnya diatas.
Menurut Dewi (2015) langkah Dari kerangka matrik ini, data
selanjutnya adalah menentukan indikator- diamati setiap bulannya dan sinyal
indikator yang memberikan peran penting dianggap benar jika 12 bulan kemudian
terjadi krisis (atau disebut dengan A),
J u r n a l N i s b a h V o l . 3 N o . 1 T a h u n 2 0 1 7 | 371
Apr-05
Okt-07
Apr-10
Okt-12
Apr-15
Jan-04
Jan-09
Jan-14
Jul-06
Jul-11
Jul-16
-9,9
guncangan dalam perbankan dan Y=0
-9,95
diartikan bahwa tidak terdapat guncangan
dalam perbankan. Interpretasi atau -10
estimasi dalam model logit menunjukkan -10,05
besarnya kemungkinan suatu kejadian, SBRI Threshold 1
yang ditunjukkan dengan prosentase
Threshold 1.5 Threshold 2
probabilitas, sehingga nilainya 0%-100%.
Dibawah ini dijelaskan terkait dengan
rumus dari model logit. Gambar 2. Syariah Banking Robustnes Index (SRI)
Secara umum rumus model logit Sumber : diolah peneliti
dapat dinyatakan sebagai berikut : Perbankan syariah dikatakan
terguncang ketika nilai dari SBRI pada
periode tertentu lebih tinggi dari nilai
rata-rata SBRI ditambah dengan standar
Pi = Kemungkinan guncangan deviasi yang telah ditentukan sebelumnya
1-Pi = Kemungkinan tidak terjadi yaitu 1.5. Gambar 2 diatas menunjukkan
guncangan bahwa, walaupun terdapat ketahanan
Xit = Variabel independen yang buruk pada tahun 2004 dan awal
1 = Intercept 2005, namun secara umum, berdasarkan
1… 5 = Koefisien variabel bebas
Syariah banking robustness index (SBRI),
kondisi perbankan syariah pada saat krisis
Dalam model logit, statistik t tidak global 2008 berada dalam kondisi stabil
berlaku karena probabilitas yang berada karena pergerakan indeks masih berada
di kisaran 0 dan 1. Sebagai gantinya maka dibawah Syariah banking robustness index
digunakan nilai z statistik. Selain itu dalam (SBRI).
model logit, nilai koefisien determinasi R2 Bank Indonesia (2009) mengamati
menggunakan versi yang disarankan oleh bahwa tahannya perbankan syariah
McFadden, sehingga disebut dengan R2 terhadap krisis global 2008 disebabkan
McFadden (Winarno, 2015). oleh dua hal yaitu, eksposur pembiayaan
perbankan syariah yang masih diarahkan
pada aktivitas perekonomian domestik,
sehingga belum memiliki tingkat integrasi
J u r n a l N i s b a h V o l . 3 N o . 1 T a h u n 2 0 1 7 | 373
yang tinggi dengan perekonomian global sebanyak 16 bulan, serta dengan standar
seperti halnya perbankan konvensional deviasi sebesar 2, maka periode
dan perbankan syariah belum memiliki guncangan dalam perbankan syariah
tingkat sofistifikasi transaksi yang tinggi sebanyak 14 bulan.
jika dibandingkan dengan perbankan Munculnya potensi guncangan
konvensional. Berdasarkan Gambar 2 terhadap ketahanan perbankan syariah
diatas, maka periode guncangan yang terjadi selama tahun 2004 dan awal
perbankan syariah dapat dilihat pada tabel 2005, lebih disebabkan dari sisi internal
dibawah ini: perbankan syariah. Pada tahun 2004 dan
Tabel 2 Periode Guncangan pada Ketahanan awal 2005 kondisi eksternal perbankan
Perbankan Syariah di Indonesia tidak terjadi guncangan atau tidak
Batas Bulan Terjadinya
Ambang
Tahun
Guncangan
terdapat shock, namun terdapat shock
2004 Januari, Februari, dalam internal perbankan, dimana
Maret, April, Mei, pergerakan pembiayaan dan dana pihak
Juni, Juli, Agustus, ketiga yang sangat fluktuatif.
September,Oktober,
Threshold 1 November,
Penentuan Leading Indicators
Desember
2005 Januari, Februari, Dalam menemukan indikator dini
Maret, April, Mei, atau indikator utama dalam penelitian ini,
Juni peneliti menggunakan berbagai kriteria
2004 Januari, Februari, penilaian, seperti penelitian sebelumnya
Maret, April, Mei, yang dilakukan oleh Kusuma (2009).
Juni, Juli, Agustus,
September, Oktober, Kususma (2009) mengembangkan
Threshold 1.5 berbagai kriteria penilaian dalam
November,
Desember penentuan indikator utama (leading
2005 Januari, Februari, indicators) krisis keuangan. Berikut adalah
Maret, April berbagai kriteria penilaian dalam
2004 Januari, Februari,
Maret, April, Mei,
penentuan leading indicators.
Juni, Juli,
Threshold 2 Agustus,September, Tabel 3 Hasil Matrik Indikator
Oktober, November,
Desember The The
The The pro prop
2005 Januari,Februari, Nois propo propo port
The ortio
Sumber : diolah peneliti e to rtion rtion ion
propo n of
Berdasarkan Tabel 2 diatas, Sign
rtion
of of of Prob
menggambarkan bahwa dengan al obser false crisi of
N Indika Rati of
vation alarm s Crisis
penentuan standar deviasi yang berbeda o tor o crises
s of of give
correc given
seperti 1, 1,5 dan 2 menyebabkan (NS
tly
correc total n an no
perbedaan periode guncangan, jika R) tly alarm alar alar
called
called s m m=
standar deviasi yang digunakan terlalu = issued issu
rendah, maka akan banyak memunculkan = ed =
sinyal dan jika terlalu tinggi, maka akan
sedikit muncul sinyal. 1 Bunga 0.47 100 51.04 94.32 5.67 0.00
2 Inflasi 0.76 52.08 60.01 96.38 3.61 2.21
Dengan penggunaan standar deviasi 3 FDR 0.95 56.25 46.35 97.08 2.91 2.62
yang berbeda-beda menyebabkan 4 PDB 3.15 16.67 48.49 99.10 0.08 4.77
perbedaan waktu dalam munculnya 5 NPF - 0 46.29 100 0 6.00
guncangan. Dengan standar deviasi Sumber : diolah peneliti
sebesar 1, periode guncangan dalam Tabel 3 diatas menjelaskan terkait
perbankan Syariah sebanyak 18 bulan dan dengan beberapa kriteria evaluasi dalam
standar deviasi sebesar 1.5 periode menilai beberapa variabel yang dapat
guncangan dalam perbankan syariah dijadikan sebagai leading indicators.
J u r n a l N i s b a h V o l . 3 N o . 1 T a h u n 2 0 1 7 | 374
oleh Ascarya (2009) menunjukkan hasil 2014 tepatnya bulan Desember, tingkat
bahwa penyebab krisis keuangan berakar equivalent rate of return/profit
dari riba (fiat money (lnFM)2,8%, tingkat sharing/fee/ dari perbankan syariah
bunga (interest) 45,2%, dan kurs (lnEXC) sebesar 12.79%, posisi ini sama dengan
18,6%) memberi andil 66,6% terhadap suku bunga kredit perbankan
krisis keuangan di Indonesia, sedangkan konvensional sebesar 12.79% pada bulan
jika kita mengganti ketiga sistem tersebut yang sama. Terkait dengan peran suku
sesuai dengan perspektif Islam (lnJM bunga yang cukup besar dalam
persediaan just money 0,7%, RS laba PLS memberikan potensi krisis terhadap
2,5%, dan lnGOLD mata uang global sistem perbankan di Indonesia, Ascarya
tunggal 0,2%) hanya akan memberi andil (2009) menjelaskan bahwa kondisi ini
3,4% terhadap krisis keuangan di disebabkan karena suku bunga dalam
Indonesia. Selain itu, hasil penelitian ini ekonomi konvensional memusatkan uang
juga didukung oleh penelitian sebelumnya di sektor moneter untuk mendapatkan
yang dilakukan oleh Susanty (2016) yang keuntungan yang lebih tinggi dengan
melakukan penelitian terkait dengan krisis sedikit atau tanpa risiko Akibatnya, uang
perbankan konvensional di Indonesia. atau investasi yang harusnya disalurkan
Dengan menggunakan variabel perubahan kepada sektor riil untuk tujuan produktif
indeks harga saham gabungan, M2 sebagian besar justru mengalir ke sektor
multiplier, rasio bunga pinjaman dan moneter dan menghambat pertumbuhan
tabungan, serta rasio konsumsi dan bahkan mengurangi besarnya sektor
pemerintah dan PDB. Dari 4 leading riil. Penciptaan uang tanpa penambahan
indicators yang digunakan dalam nilai akan menyebabkan inflasi. Pada
penelitian tersebut, hanya variabel rasio akhirnya, tujuan pertumbuhan ekonomi
suku bunga pinjaman dan tabungan yang akan terhambat. Disamping itu,
signifikan berpotensi menyebabkan krisis peningkatan suku bunga mengindikasikan
pada perbankan konvensional. Hasil kondisi perekonomian sedang overheating
penelitian Susanty (2016) menunjukkan dan dimasa yang akan datang terdapat
hasil dengan model regresi logit bahwa kemungkinan kondisi perekonomian yang
jika terjadi kenaikan 1 persen pada rasio buruk.
bunga pinjaman dan tabungan akan
meningkatkan probabilitas indeks tekanan KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
perbankan (banking pressure index)
sebesar 89 sampai 100 persen. Beberapa Kesimpulan
hasil penelitian sebelumnya menunjukkan Berikut peneliti jabarkan beberapa
jika suku bunga meningkat, maka akan hasil kesimpulan dalam penelitian ini,
muncul potensi risiko tingkat bunga bagi diantaranya :
perbankan syariah, walaupun dalam 1. Berdasarkan hasil dari indeks
penerapan operasionalnya perbankan ketahanan perbankan syariah (Syariah
syariah tidak menggunakan bunga dari sisi banking robustness index) terdapat
pembiayaan ataupun pendanaan. Namun ketahanann yang buruk pada tahun
dalam menentukan tingkat bagi hasil baik 2004 dan 2005, namun saat terjadi
dalam pendanaan ataupun dipembiayaan, krisis global pada tahun 2008, kondisi
bank syariah masih mengacu kepada perbankan syariah tetap stabil dan
tingkat suku bunga umum sebagai pergerakannya tidak menyentuh
equivalent rate atau masih menjadikan ambang batas (threshold) yang telah di
suku bunga sebagai benchmark dalam tetapkan oleh peneliti sebesar 1, 1,5
penentuan margin bagi hasil (profit dan 2. Buruknya ketahanan
sharing), berdasarkan sumber dari perbankan syariah pada tahun 2004
Otoritas Jasa Keuangan (2014) pada tahun
J u r n a l N i s b a h V o l . 3 N o . 1 T a h u n 2 0 1 7 | 378
and Developed Countries. IMF Staff Hardy, Daniel C. & Ceyla Pazarbasioglu.
Papers, 45, 81-109. 1999. Determinants and Leading
Dewi, Ervien Kurnia. 2015. Analisis Indicators of Banking Crises: Further
Keterkaitan Tekanan Indeks Nilai Evidence. IMF Staff Papers Vol. 46 No.
Tukar Terhadap Variabel Makro 3 September/December 1999,
Terpilih di Indonesia. Skripsi. International Monetary Fund,
Universitas Muhammadiyah Washington.
Yogyakarta. Yogyakarta. Herrera, Santiago and Conrado Garcia.
Duasa, Jarita., Wiranata, D. B., & Sumandi. 1999. User’s Guide to an Early
2016. Building An Early Warning Warning System for Macroeconomics
Toward the Reselience of Islamic Vulnerability in Latin American
Banking in Indonesia. di Countries, Paper presented in the
presentasikan dalam 10th Call for XVII Latin American Meeting of the
Paper International Conference Econometric Society, August, Cancun,
Bulletin of Monetary Economic And 1999.
Banking, 08-09 agustus 2016. Imansyah dan Kusdarjito. 2009.
Edison, Hali J. 2000. Do Indicator of Meramalkan Potensi Risiko Krisis
Financial Crises Work? An atau Instabilitas di Sektor Keuangan:
Evaluation of An Early Warning Pendekatan Jaringan Saraf Buatan.
System. Board of Governors of the Kajian Stabilitas Keuangan no 13
Federal Reserve System International September 2009. Direktorat
Finance Discussion Papers, Number Penelitian dan Pengaturan
675. Perbankan Biro Stabilitas Sistem
Goldstein, Kaminsky and Reinhart. 2000. Keuangan. Bank Indonesia. Jakarta.
Assesing Financial Vulnerability: An Kaminsky, Graciela; Lizondo, Saul;
Early Warning System for Emerging Reinhart, Carmen M. 1998. Leading
Markets. Washington DC: Institute for Indicators of Currency Crises. IMF
International Economics. Staff Papers. Vol. 45 (1). p 1-48.
Gunadi, Taruna dan Harun. 2013. March 1998.
Penggunaan Indeks Stabilitas Sistem Kaminsky, G. and Reinhart, C.M. 1999. The
Keuangan (ISSK) dalam Pelaksanaan Twin Crises: the Causes of Banking
Surveilans Makroprudensial. and Balance of Payments Problems,
Working Paper. Bank Indonesia. American Economic Review, 89, 473-
Gunadi, I., Yumanita, D., Hafidz, J., & Astuti, 500
R. I. 2013. Identifikasi Indikator Koc,Emre. 2009. Currency Crisis Theory :
Countercyclical Capital Buffer. Kajian Third Generation Models, Master’s
Stabilitas Keuangan (No.21, Thesis, Bilkent University, Ankara.
September 2013). Jakarta: Bank Krugman,Paul. 1979. A Model of Balance –
Indonesia. of-Payment Crises, Journal of Money,
Hadad Muliaman D, Wimboh Santoso, Credit and Banking,
Bambang Arianto. 2003. Indikator Vol.11(August),pp 311-325.
Awal Krisis Perbankan. Direktorat Kunt, Asli Dermiguc and Enrica
Penelitian dan Pengaturan Detragiache. 1998. The Determinants
Perbankan, Bank Indonesia of Banking Crises in Developing and
Hagen, Ho. 2006. Money Market Pressure Developed Countries. IMF Staff
and the Determinants of Banking Papers Vol. 45 No. 1 (March),
Crises. Department of Economics, International Monetary Fund,
University of Bonn, Indiana Washington.
University, and CEPR, Walter-Flex- Kusuma, Dimas Bagus Wiranata. 2009.
Str. 3, D-53113, Bonn, Germany. Analisis Variabel Makroekonomi dan
J u r n a l N i s b a h V o l . 3 N o . 1 T a h u n 2 0 1 7 | 381