You are on page 1of 17

PERBANDINGAN PEMBENTUKAN GAP SENSITIVITAS

PADA BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) DAN BANK MEGA PERIODE 2011-20151)

Muhammad Wasiqul Firdaus Askarullah


Mahasiswa Program Studi S1 Ekonomi Islam-Fakultas Ekonomi dan Bisnis-Universitas Airlangga
Email : wasiqulfir@gmail.com

Achsania Hendratmi
Departemen Ekonomi Syariah-Fakultas Ekonomi dan Bisnis-Universitas Airlangga
Email : nia_rachmadi@yahoo.com

ABSTRACT:
Interest rate risk arise when there was a gap between assets and liabilities so the
purpose of this study was to determine the position of the gap formed at Bank Syariah
Mandiri (BSM) and Bank Mega and analyze the difference in the formation of gap based on
the period of sensitivity ≤ 1 month, > 1-3 months, and > 3-12 months.
This was a quantitative research with comparative study which uses sensitivity gap
analysis to identify the position of the gap were formed and conduct the comparative
analyzed with independent sample t-test and Mann-Whitney. The data being used was
secondary data from Maturity Profile which contained in the Annual Financial Report of BSM
and Bank Mega in the periods of 2011-2015.
The results showed that in BSM, cumulatively, the formation of the gap in the periods
of 2011-2015 was negative gap. Likewise at Bank Mega, the cumulative gap formation in the
periods of 2011-2015 was negative gap. From the results of independent sample t-test and
Mann-Whitney known that the formation of the gap in BSM and Bank Mega for a period of
sensitivity of ≤ 1 month and> 1-3 months showed a significant difference, while the period of
sensitivity> 3-12 months there was no difference significant.
BSM suffered exposure to interest rate risk higher than the Bank Mega as the asset
structure is dominated by Murabaha Financing (fixed rate) with long term (> 12 months) while
liabilities dominated by Mudharabah Deposits (variable rate) with short-term (<12 months).
Keywords : Interest Rate Risk, Assets and Liability Management (ALMA), Gap Management

I. PENDAHULUAN
Sebagai lembaga intermediasi, pendapatan dan permodalan bank.
perbankan syariah akan selalu Risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindari,
berhadapan dengan berbagai jenis risiko tetapi dapat dikelola dan dikendalikan.
yang melekat pada kegiatan usahanya. Risiko utama yang dihadapi oleh
Risiko didefinisikan sebagai keseluruhan bank syariah menurut Karim (2014:260)
hal yang dapat mengakibatkan kerugian diklasifikasikan menjadi tiga jenis risiko,
bagi perusahaan (Muslich, 2007:5). yaitu risiko pembiayaan, risiko pasar, serta
Menurut Karim (2014:255), risiko dalam risiko operasional. Risiko pasar merupakan
konteks perbankan merupakan suatu risiko kerugian yang terjadi pada
kejadian potensial, baik yang dapat portofolio yang dimiliki oleh bank akibat
diperkirakan (anticipated) maupun yang adanya pergerakan variabel pasar
tidak dapat diperkirakan (unanticipated) (adverse movement) berupa suku bunga
yang ber-dampak negatif terhadap dan nilai tukar.

1Jurnalini merupkan bagian dari skripsi dari Muhammad Wasiqul Firdaus Askarullah, NIM :
041211431001, yang diuji pada 21 Oktober 2016

613
Askarullah, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 4 No. 8 Agustus 2017: 613-629; PERBANDINGAN
PEMBENTUKAN GAP SENSITIVITAS PADA BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) DAN BANK MEGA PERIODE 2011-2015

Risiko pasar yang diakibatkan maka nasabah dapat berpindah ke


pergerakan tingkat suku bunga terbukti perbankan konvensional. Sebaliknya
berdampak masif terhadap perkem- pada sisi pembiayaan, jika tingkat bagi
bangan industri perbankan di Indonesia. hasil yang dikenakan lebih besar daripada
Pengalaman krisis keuangan pada tahun tingkat bunga, maka nasabah dapat
1998 memberi pelajaran berharga beralih ke perbankan konvensional.
tentang begitu besarnya dampak risiko Di antara sekian banyak piranti
akibat pergerakan suku bunga tersebut. manajemen risiko, langkah antisipasi yang
Pada tahun 1998, naiknya tingkat bunga bisa dilakukan berkaitan dengan risiko
yang relatif tinggi akibat krisis, menurut tingkat suku bunga adalah manajemen
Laporan Bank Indonesia, menyebabkan gap. Gap merupakan perbedaan atau
kredit macet atau non-performing loan selisih antara aset yang sensitif terhadap
saat itu mencapai 70 %. Dalam periode suku bunga (Rate Sensitive Asset/RSA)
Juli 1997 sampai dengan 13 Maret 1999, dengan liabilitas yang sensitif terhadap
pemerintah telah menutup tidak kurang suku bunga (Rate Sensitive Liability/RSL).
dari 55 bank disamping mengambil alih 11 Sedangkan manajemen gap bertujuan
bank (Bank Take Over / BTO) dan 9 bank mempersempit lebarnya kesenjangan
lainnya dibantu melakukan rekapitalisasi antara Rate Sensitive Asset (RSA) dengan
(Alsa, 2004:2). Rate Sensitive Liability (RSL) tersebut
Secara teori, perbankan syariah di (Riyadi, 2006:133).
Indonesia memang tidak perlu waspada Posisi gap yang terbentuk akibat
terhadap tingkat suku bunga karena tidak mismatch pada RSA dan RSL dapat
menggunakan instrumen-instrumen yang memberikan informasi tentang potensi
berbasis bunga. Bagaimanapun, dalam risiko perbankan syariah seiring dengan
sistem perbankan ganda (dual banking adanya perubahan tingkat suku bunga
system), secara tidak langsung tingkat sehingga pengelolaan gap yang tepat
bagi hasil perbankan syariah dipengaruhi akan berpengaruh terhadap kinerja
oleh fluktuatifnya tingkat suku bunga perbankan syariah.
karena beroperasi dalam sistem Berdasarkan uraian diatas, peneliti
keuangan yang didominasi oleh tertarik untuk meneliti lebih lanjut
perbankan konvensional (Chapra, dkk., mengenai manajemen gap pada
2002:59). Hal ini disebabkan pasar yang perbankan syariah dilihat dari posisi
dijangkau oleh perbankan syariah tidak pembentukannya. Adapun Bank Syariah
hanya untuk nasabah-nasabah yang loyal yang digunakan sebagai sampel pene-
penuh terhadap prinsip Syariah (Karim, litian adalah Bank Syariah Mandiri (BSM).
2014:272). Bila terjadi tingkat bagi hasil Hingga Desember 2015, BSM merupakan
pada produk simpanan perbankan Bank Syariah dengan pangsa pasar dan
syariah lebih kecil dari tingkat bunga aset terbesar dalam industri perbankan

614
Askarullah, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 4 No. 8 Agustus 2017: 613-629; PERBANDINGAN
PEMBENTUKAN GAP SENSITIVITAS PADA BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) DAN BANK MEGA PERIODE 2011-2015

syariah di Indonesia. Aset BSM tercatat Mega tercatat sebesar Rp. Rp. 68,23 triliun
telah mencapai sebesar Rp. 70,37 triliun, dan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp.
pembiayaan yang disalurkan sebesar Rp. 49,74 triliun.
51,09 triliun, sedangkan dana pihak ketiga Persamaan ukuran sampel
(DPK) yang berhasil dihimpun dari tersebut menjadi penting sebagai tolak
masyarakat mencapai sebesar Rp. 62,11 ukur yang seimbang untuk melihat
triliun. perbandingan pembentukan gap.
BSM juga merupakan Bank Syariah Adapun periode gap dibagi dalam
pertama yang masuk dalam kategori beberapa periode sensi-tivitas
Bank BUKU III, yaitu Bank dengan modal berdasarkan ketentuan dari The Banking
inti antara Rp. 5 – 30 triliun. Dalam of International Settlement (BIS) yang
www.syariahmandiri.com yang diakses tertuang dalam Basel Capital Accord II
pada tanggal 29 Agustus 2016, BSM tahun 1996 yaitu jangka waktu kurang dari
mendapat tambahan modal inti sebesar satu bulan (≤ 1 bulan), lebih dari satu
Rp. 500 miliar dari Bank Mandiri selaku sampai dengan tiga bulan (> 1-3 bulan),
pemilik saham mayoritas pada 25 dan lebih dari tiga bulan sampai dengan
November 2015 sehingga jumlah modal satu tahun (> 3-12 bulan).
inti BSM menjadi Rp. 5,4 triliun dan total Perumusan Masalah
ekuitas menjadi Rp. 5,62 triliun. 1. Bagaimana posisi gap yang terbentuk
Disisi lain, penelitian ini juga akan di Bank Syariah Mandiri (BSM) dan
memperbandingkan pembentukan gap Bank Mega pada periode sensitivitas
pada perbankan syariah dengan per- ≤ 1 bulan, > 1-3 bulan, dan > 3-12
bankan konvensional untuk melihat per- bulan selama tahun 2011 – 2015 ?
bedaan pembentukan gap sehingga 2. Apakah terdapat perbedaan
manajemen perbankan syariah dapat pembentukan gap di Bank Syariah
menggunakan hasil penelitian sebagai Mandiri (BSM) dan Bank Mega pada
dasar pengambilan keputusan strate- periode sensitivitas ≤ 1 bulan, > 1-3
gisnya serta menjadi referensi tambahan bulan, dan > 3-12 bulan selama tahun
mengenai manajemen gap perbankan 2011 – 2015 ?
syariah dalam perspektif yang lebih luas, Tujuan Penelitian
yaitu industri perbankan. Sampel Bank 1. Untuk menganalisis posisi gap yang
Konvensional yang digunakan dalam terbentuk pada Bank Syariah Mandiri
penelitian ini yaitu Bank Mega. Seperti (BSM) dan Bank Mega periode 2011-
halnya BSM, Bank Mega juga merupakan 2015.
Bank yang termasuk kategori BUKU III. Per 2. Untuk menguji apakah terdapat
Desember 2015, jumlah modal inti Bank perbedaan pembentukan gap pada
Mega sebesar Rp. 10,28 triliun dan total Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Bank
ekuitas Rp. 11,52 triliun. Untuk aset Bank Mega periode 2011-2015.

615
Askarullah, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 4 No. 8 Agustus 2017: 613-629; PERBANDINGAN
PEMBENTUKAN GAP SENSITIVITAS PADA BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) DAN BANK MEGA PERIODE 2011-2015

II. LANDASAN TEORI penggunaan dana (asset) yang satu


Risiko Tingkat Suku Bunga sama lain saling terkait (koordinasi) dalam
Menurut Karim (2014:272), mencapai tingkat laba yang optimal
meskipun perbankan syariah tidak dengan tingkat risiko yang telah
menetapkan tingkat bunga, baik dari sisi diperhitungkan. Muhamad (2015:210)
pendanaan, maupun sisi pembiayaan, menyebutkan komponen-komponen
tetapi per-bankan syariah tidak akan yang dipergunakan dalam menyusun
dapat terlepas dari risiko tingkat suku kebijakan tersebut yaitu foreign exchange
bunga. Hal ini disebabkan pasar yang manage-ment, net open position (posisi
dijangkau oleh perbankan syariah tidak devisa neto), manajemen gap, risk
hanya untuk nasabah-nasabah yang loyal analysis, dan pengendalian cost of funds.
penuh ter-hadap syariah. Bila terjadi bagi Manajemen Gap
hasil pendanaan syariah lebih kecil dari Riyadi (2006:133) menjelaskan, gap
tingkat suku bunga, nasabah dapat merupakan perbedaan atau selisih antara
pindah ke bank konvensional, sebaliknya aset yang sensitif terhadap suku bunga
pada sisi financing, bila margin yang (Rate Sensitive Asset / RSA) dengan
dikenakan lebih besar dari tingkat suku liabilitas yang sensitif terhadap suku bunga
bunga maka nasabah dapat beralih ke (Rate Sensitive Liability / RSL). Sedangkan
bank konven-sional. manajemen gap bertujuan
Manajemen Risiko mempersempit lebarnya kesenjangan
Kountur (2006) dalam Loristiana antara Rate Sensitive Asset (RSA) dengan
(2009:30) mendefinisikan manajemen risiko Rate Sensitive Liability (RSL) tersebut.
sebagai cara-cara yang digunakan Secara definisi, manajemen gap
manajemen untuk menangani berbagai merupakan pengaturan gap yang
permasalahan yang disebabkan oleh disebabkan tingkat (degree of) sensitivitas
adanya risiko. Berkaitan dengan risiko dari masing – masing pos aset maupun
tingkat suku bunga yang dihadapi oleh masing – masing pos liabilitas yang
perbankan syariah, salah satu tindakan berbeda-beda.
preventif yang dapat dilakukan adalah Menurut tingkat kepekaannya,
dengan melaksanakan Asset Liability aset/liabilitas dibagi menjadi dua jenis,
Management (ALMA). yaitu rate sensitive assets-liablities dan
Menurut Riyadi (2006:21), ALMA fixed rate assets-liablities (Antonio,
pada dasarnya adalah suatu proses 2001:180). Aset yang digolongkan sebagai
planning, organizing, actuating, dan rate sensitive assets (RSA) adalah semua
controlling untuk mendapatkan peneta- aset, termasuk aset dengan bunga tetap
pan kebijaksanaan di bidang (fixed rate), yang mempunyai jatuh tempo
pengelolaan permodalan (equity), kurang dari 1 (satu) tahun (jangka
pemupukan dana (funding), dan pendek) atau aset dengan bunga

616
Askarullah, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 4 No. 8 Agustus 2017: 613-629; PERBANDINGAN
PEMBENTUKAN GAP SENSITIVITAS PADA BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) DAN BANK MEGA PERIODE 2011-2015

mengambang (floating rate) yang harus mengindikasikan bahwa sebagian RSA


diperbaharui setiap 1 (satu) bulan, 3 (tiga) dibiayai dengan dana yang tidak
bulan, 6 (enam) bulan, dan maksimal 1 sensitif.
(satu) tahun. Liabilitas yang digolongkan c. Positive Gap, apabila RSA > RSL
rate sensitive liablities (RSL) adalah semua Pada posisi gap negatif, Rate Sensitive
liabilitas, termasuk liabilitas dengan bunga Asset lebih kecil daripada Rate Sensitive
tetap (fixed rate liabilities), yang Liabilities (RSA<RSL).
mempunyai jatuh tempo tidak lebih dari 1 Hubungan antara posisi gap,
(satu) tahun, atau pinjaman dengan perubahan tingkat suku bunga dan
bunga mengambang yang harus pengaruhnya terhadap pendapatan
diperbaharui setiap 1 (satu) bulan, 3 (tiga) terdapat pada Tabel 2.1 berikut (Riyadi,
bulan, atau 6 (enam) bulan, atau tidak 2006: 138) :
lebih dari 1 (satu) tahun. Formulasi umum Tabel 2.1
Hubungan Gap, Tingkat Suku Bunga, dan
tentang manajemen gap yaitu :
Pendapatan
Posisi Gap = RSA – RSL (Riyadi, 2006)
Tingkat
ୖୗ୅ିୖୗ୐ Posisi gap Pendapatan
bunga
Rasio Gap = (Hanafi, 2009)
்௢௧௔௟஺௦௘௧ Naik Tetap
Zero Gap
Turun Tetap
Posisi Gap
Positive Naik Naik
Menurut Antonio (2001:179), Gap Turun Turun
potensi risiko tingkat suku bunga muncul Negative Naik Turun
Gap Turun Naik
manakala terjadi gap antara aset dan Sumber : Riyadi, Slamet. 2006. Banking
Assets and Liability
liabilitas, dimana komposisi RSA tidak Management. Jakarta:
sesuai atau mismatch dengan komposisi Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia
RSL. Dengan mengacu pada mismatch
tersebut, maka dapat terbentuk tiga jenis Hipotesis

posisi gap yaitu (Riyadi, 2006:136-137) : H1 : Terdapat perbedaan signifikan pem-

a. Zero Gap, apabila RSA = RSL bentukan gap antara Bank Syariah

Zero gap menandakan rendahnya Mandiri (BSM) dan Bank Mega pada

variabel risiko dalam menunjang periode sensitivitas ≤ 1 bulan.

pendapatan karena kuantitas aset H2 : Terdapat perbedaan signifikan pem-

sensitif terhadap suku bunga sama bentukan gap antara Bank Syariah

dengan kuantitas kewajiban sensitif Mandiri (BSM) dan Bank Mega pada

terhadap suku bunga periode sensitivitas > 1-3 bulan.

b. Positive Gap, apabila RSA > RSL H3 : Terdapat perbedaan signifikan pem-

Pada posisi gap positif, aset sensitif bentukan gap antara Bank Syariah

terhadap suku bunga lebih besar Mandiri (BSM) dan Bank Mega pada

daripada kewajiban sensitif terhadap periode sensitivitas > 3-12 bulan.

suku bunga (RSA>RSL). Nilai ini Metode Analisis

617
Askarullah, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 4 No. 8 Agustus 2017: 613-629; PERBANDINGAN
PEMBENTUKAN GAP SENSITIVITAS PADA BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) DAN BANK MEGA PERIODE 2011-2015

Metode analisis yang digunakan Variabel dalam penelitian ini


dalam penelitian ini adalah analisis gap mengacu pada model analisis yang
sensitivitas serta analisis perbandingan digunakan oleh peneliti dalam menjawab
dengan uji beda. Analisis gap sensitivitas permasalahan. Model analisis yang
digunakan untuk mengukur aset dan memuat beberapa teknik analisis
kewajiban yang sensitif terhadap memberikan perbedaan variabel yang
perubahan risiko pasar sehingga diketahui dipakai dalam masing-masing teknik.
posisi gap yang terbentuk berdasarkan Adapun variabel yang dipakai dalam
periode sensitivitas. Uji beda untuk menguji penelitian ini adalah sebagai berikut :
apakah pembentukan gap berdasarkan 1. Analisis Gap Sensitivitas
periode sensitivitas memiliki perbedaan. a. RSA = Rate Sensitive Assets
Model analisis dalam penelitian ini adalah b. RSL = Rate Sensitive Liabilities
sebagai berikut : 2. Analisis Perbandingan (Uji Beda)
a. Rasio Gap
Definisi Operasional
Untuk memberikan keterangan
lebih jelas terhadap variabel-variabel
yang digunakan di dalam penelitian ini,
maka variabel-variabel tersebut
didefinisikan :
1. Rate Sensitive Assets (RSA)
Aset yang digolongkan sebagai rate
Gambar 2.1 sensitive assets (RSA) adalah semua
Model Analisis
aset, termasuk aset dengan bunga

III. METODE PENELITIAN tetap (fixed rate), yang mempunyai

Penelitian yang dilakukan penulis jatuh tempo kurang dari 1 (satu) tahun

menggunakan pendekatan kuantitatif, (jangka pendek) atau aset dengan

yaitu berupa analisis gap sensitivitas dan bunga mengambang (floating rate)

uji beda untuk melihat perbandingan hasil yang harus diperbaharui setiap 1

pembentukan gap pada perbankan (satu) bulan, 3 (tiga) bulan, 6 (enam)

syariah dan perbankan konvensional yang bulan, dan maksimal 1 (satu) tahun.

bersumber dari laporan keuangan 2. Rate Sensitive Liabilities (RSL)

perusahaan. Uji beda merupakan salah Liabilitas yang digolongkan rate

satu teknik statistik parametrik yang sensitive liablities (RSL) adalah semua

digunakan untuk menguji hipotesa liabilitas, termasuk liabilitas dengan

komparatif (uji perbedaan). bunga tetap (fixed rate liabilities),

Identifikasi Variabel yang mempunyai jatuh tempo tidak


lebih dari 1 (satu) tahun, atau

618
Askarullah, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 4 No. 8 Agustus 2017: 613-629; PERBANDINGAN
PEMBENTUKAN GAP SENSITIVITAS PADA BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) DAN BANK MEGA PERIODE 2011-2015

pinjaman dengan bunga Langkah dalam analisis ini adalah


mengambang yang harus sebagai berikut :
diperbaharui setiap 1 (satu) bulan, 3 1. Menyusun Mismatch Rate Sensitivity
(tiga) bulan, atau 6 (enam) bulan, Pengelompokkan repricing/maturity
atau tidak lebih dari 1 (satu) tahun. schedule yaitu penyusunan aset dan
3. Rasio Gap kewajiban berdasarkan penetapan
Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat bunga baru atau tingkat bagi
gap akibat perubahan fluktuatif dari hasil dan margin, dan berdasarkan
tingkat suku bunga. Rasio ini jatuh tempo, serta pengelompokkan
menunjukkan sensitivitas terhadap aset dan kewajiban berdasarkan
tingkat suku bunga. Adapun rumus tingkat kesensitifannya. Mengikuti
perhitungannya sebagai berikut : pendekatan Ali (2004), penyusunan
ୖୗ୅ ି ୖୗ୐ kerangka gap untuk suku bunga
Rasio Gap =
୘୭୲ୟ୪୅ୱୣ୲ dilakukan dengan mengelompokkan
Jenis dan Sumber Data asset-liabilities dalam empat
Penelitian ini menggunakan data kelompok, yaitu Rate Sensitive Asset
sekunder yang diperoleh dari laporan (RSA), Fixed and Non Rate Sensitive
keuangan tahunan Bank Syariah Mandiri Asset (NRSA), Rate Sensitive Liabilities
(BSM) dan Bank Mega pada periode 2011 (RSL) dan Fixed Rate dan Non Rate
– 2015. Data sekunder yang dibutuhkan Sensitive Liabilities (NRSL).
dalam penelitian ini yaitu Maturity Profile Tabel 3.1
atau Analisa Jatuh Tempo yang berisi Matriks Analisis Gap Sensitivitas

informasi mengenai jumlah aset dan


liabilitas pada setiap periode sensitivitas.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh Bank Umum Syariah (BUS)
Sumber : Ali, M. 2004. Asset-Liability
dan Bank Umum Konvensional (BUK) di Management: Menyiasati
Risiko Pasar dan Risiko
Indonesia. Sampel yang diambil yaitu
Operasional Dalam
Bank Syariah Mandiri (BSM) sebagai Bank Perbankan. Jakarta : Elex
Media Komputindo
Umum Syariah (BUS) dan Bank Mega
sebagai Bank Umum Konvensional (BUK). 2. Risk Analysis

Teknik Analisis Analisis terhadap gap yang terjadi

Dalam penelitian ini, teknik analisis akibat perubahan suku bunga:

yang digunakan ialah analisis gap Posisi Gap = RSA – RSL, dan
ୖୗ୅ ି ୖୗ୐
sensitivitas dan uji beda. Rasio Gap =
୘୭୲ୟ୪୅ୱୣ୲
1. Analisis Gap Sensitivitas
2. Uji Beda

619
Askarullah, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 4 No. 8 Agustus 2017: 613-629; PERBANDINGAN
PEMBENTUKAN GAP SENSITIVITAS PADA BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) DAN BANK MEGA PERIODE 2011-2015

Langkah - langkahnya adalah Bank Syariah Mandiri (BSM) dan


sebagai berikut: Bank Mega. (uji t)
1. Menghitung Rasio Gap untuk masing- b. H0 diterima dan HA ditolak,
masing bank sampel selama periode apabila Asymp.sig > 0,05 ini
penelitian. menunjukkan bahwa tidak ada
2. Melakukan uji normalitas (Kolmogrov- perbedaan yang signifikan
smirnov). Data akan berdistribusi pembentukan gap antara
normal saat nilai sig > 0,05, sedangkan Bank Syariah Mandiri (BSM) dan
saat nilai sig < 0,05 maka data Bank Mega. (uji Mann Whitney)
berdistribusi tidak normal. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
3. Apabila data penelitian berdistribusi Analisis Gap Sensitivitas
normal dan memenuhi asumsi Dari analisis gap sensitivitas yang
parametrik, maka diuji menggunakan sudah dilakukan kemudian dapat
alat uji t (Independent Sample t-test). disimpulkan pembentukan posisi gap oleh
Sedangkan apabila data penelitian BSM selama tahun 2011-2015 adalah
berdistribusi tidak normal maka alat uji negatif gap seperti yang ditunjukkan oleh
yang digunakan adalah uji statistik Gambar 4.1.
nonparametrik Mann-Whitney (Mann-
Whitney Test). Berikut langkah-
langkahnya:
1. Menentukan hipotesis operasional
a. H0 : μ1 = μ2 , tidak ada
perbedaan yang signifikan
pembentukan gap antara Sumber : Hasil Analisis Gap Sensitivitas Bank
Syariah Mandiri (BSM)
Bank Syariah Mandiri dan Bank
Gambar 4.1.
Mega Posisi Gap Bank Syariah Mandiri (BSM)
b. HA : μ1 ≠ μ2, ada perbedaan Tahun 2011-2015

yang signifikan pembentukan Pada periode sensitivitas ≤ 1 bulan


gap antara Bank Syariah posisi gap yang terbentuk adalah negatif
Mandiri dan Bank Mega gap, pada periode sensitivitas > 1-3 bulan
2. Menentukan level of significant (α) menunjukkan hasil yang fluktuatif. Pada
sebesar α = 5% tahun 2011 dan 2012 posisi gap yang
3. Menentukan kriteria pengujian dihasilkan adalah negatif sedangkan
a. H0 diterima dan HA ditolak, tahun 2013-2015 BSM mampu
apabila Sig. > 0,05 ini menghasilkan posisi gap yang positif.
menunjukkan bahwa tidak ada Secara kumulatif, periode sensitivitas ini
perbedaan yang signifikan menghasilkan posisi gap negatif, dan
pembentukan gap antara

620
Askarullah, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 4 No. 8 Agustus 2017: 613-629; PERBANDINGAN
PEMBENTUKAN GAP SENSITIVITAS PADA BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) DAN BANK MEGA PERIODE 2011-2015

pada periode sensitivitas > 3-12 bulan terhadap perubahan tingkat suku bunga
menunjukkan hasil positif gap. benchmark lebih kecil dari pada jumlah
Posisi gap negatif secara kumulatif liabilitas yang sensitif terhadap perubahan
menunjukkan bahwa selama 5 tahun ini suku bunga. Maka, posisi negatif gap ini
jumlah aset BSM yang sensitif terhadap akan menyebabkan turunnya pendapa-
perubahan tingkat suku bunga tan Bank Mega jika terjadi peningkatan
benchmark lebih kecil dari pada jumlah suku bunga sementara ketika suku bunga
liabilitas yang sensitif terhadap perubahan turun terjadi peningkatan pada
suku bunga. Maka, posisi negatif gap ini pendapatan bank.
akan menyebabkan turunnya Analisis Hasil Penelitian dan Pengujian
pendapatan BSM jika terjadi peningkatan Hipotesis
suku bunga sementara ketika suku bunga Uji Normalitas
turun terjadi peningkatan pada Hasil uji normalitas ditunjukkan oleh
pendapatan bank. Tabel 4.3. sebagai berikut :
Hasil analisis gap sensitivitas pada Tabel 4.3.
Hasil Uji Normalitas
Bank Mega menunjukkan bahwa
Shapiro-Wilk
pembentukan posisi gap Bank Mega
Statistic df Sig.
selama tahun 2011-2015 adalah negatif RASIO GAP SENSITIVITAS ≤
.876 10 .119
1 BULAN
gap seperti yang ditunjukkan oleh RASIO GAP SENSITIVITAS
.874 10 .113
> 1-3 BULAN
Gambar 4.2.
RASIO GAP SENSITIVITAS
.785 10 .010
> 3-12 BULAN
a. Lilliefors Significance Correction

Tabel 4.3. diatas menunjukkan


Rasio Gap periode sensitivitas ≤ 1 bulan
dan > 1-3 bulan terdistribusi normal karena
memiliki nilai signifikansi ditas 0,05
sehingga pengujian menggunakan uji t,
Sumber : Hasil Analisis Gap Sensitivitas Bank
Mega sedangkan Rasio Gap periode sensitivitas
Gambar 4.2. > 3-12 bulan tidak terdistribusi normal
Posisi Gap Bank Mega Tahun 2011-2015
karena nilai signifikansi dibawah 0,05
Pada periode sensitivitas ≤ 1 bulan
sehingga pengujian menggunakan uji
posisi gap yang terbentuk adalah negatif
Mann-Whitney.
gap, pada periode sensitivitas > 1-3 bulan
Uji Beda
menunjukkan hasil negatif gap, dan pada
1. Uji t (t-test)
periode sensitivitas > 3-12 bulan
Pada Tabel 4.4. dapat dilihat
menunjukkan hasil positif gap.
bahwa F hitung levene test Rasio Gap
Posisi gap negatif secara kumulatif
periode sensitivitas ≤ 1 bulan dan > 1-3
menunjukkan bahwa selama 5 tahun ini
bulan memiliki nilai signifikansi > 0,05
jumlah aset Bank Mega yang sensitif

621
Askarullah, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 4 No. 8 Agustus 2017: 613-629; PERBANDINGAN
PEMBENTUKAN GAP SENSITIVITAS PADA BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) DAN BANK MEGA PERIODE 2011-2015

sehingga analisis uji beda t-test harus periode sensitivitas > 3-12 bulan sebesar
menggunakan asumsi equal variance 0,465. Nilai signifikansi ini lebih besar dari
assumed. Dari output terlihat bahwa Rasio batas 0,05 sehingga dapat disimpulkan
Gap periode sensitivitas ≤ 1 bulan dan > 1- bahwa pembentukan gap sensitivitas
3 bulan memiliki nilai signifikansi yang antara BSM dengan Bank Mega pada
kurang dari 0,05 sehingga dapat periode sensitivitas > 3-12 bulan tidak
disimpulkan bahwa pembentukan gap terdapat perbedaan yang signifikan.
sensitivitas antara BSM dan Bank Mega Pembahasan
pada periode sensitivitas ≤ 1 bulan dan > Dampak Posisi Gap
1-3 bulan berbeda secara signifikan. Tabel 4.6
Perkembangan NIM BSM dan Bank Mega
Tabel 4.4.
Periode 2011 – 2015 (Miliar Rupiah)
Hasil Uji Beda T (T-Test)
Leven’s Test
Var. Sig. Ket.
F Sig.
Equal Ho ditolak
Rasio variances 2.580 .147 .000 (Terdapat
Gap assumed perbedaan)
Sensitivi Equal
tas ≤ 1 variance
.000
bulan not
assumed
Equal Ho ditolak
Rasio variances 1.377 .274 .027 (Terdapat Sumber : Hasil Penelitian, data diolah.
Gap assumed perbedaan)
Sensitivi Equal
Tas > 1- variance Berdasarkan Tabel 4.6., posisi gap
.030
3 bulan not
assumed yang terbentuk pada BSM dan Bank

2. Uji Mann-Whitney Mega secara kumulatif selama periode

Tabel 4.5. penelitian adalah negatif. Hal tersebut


Hasil Uji Mann-Whitney mengindi-kasikan sumber dana pihak
Test Statisticsa
ketiga pada BSM dan Bank Mega
RASIO GAP
sebagian besar memiliki periode
SENSITIVITAS
sensitivitas yang pendek (≤ 12 bulan)
3-12 BULAN
sedangkan penempatan dana untuk
Mann-Whitney U 9.000
pendanaan memiliki periode sensitivitas
Wilcoxon W 24.000
Z -.731 yang panjang (> 12 bulan).

Asymp. Sig. (2-tailed) .465 Hasil penelitian tersebut juga sesuai


Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .548b dengan literatur yang dikemukakan
a. Grouping Variable: BANK UMUM SAMPEL Kopenhaver (1985) dan Supriyanto (2015)
b. Not corrected for ties. bahwa sebagian besar perbankan
Berdasarkan hasil perhitungan uji menggunakan liabilitas jangka pendek
beda dengan uji Mann-Whitney pada untuk membiayai asetnya, baik dengan
Tabel 4.5. diatas dapat diketahui bahwa jangka waktu pendek maupun panjang.
nilai Asymp. Sig. (2-tailed) Rasio Gap Teori gap yang dikemukakan Riyadi

622
Askarullah, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 4 No. 8 Agustus 2017: 613-629; PERBANDINGAN
PEMBENTUKAN GAP SENSITIVITAS PADA BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) DAN BANK MEGA PERIODE 2011-2015

(2006), dalam keadaan posisi gap negatif Murabahah ditentukan di awal (ex-ante)
pengaruh perubahan tingkat suku bunga dan tidak berubah hingga selesainya
benchmark terhadap pendapatan terjadi pembiayaan (fixed). Dengan begitu, sisi
dalam dua kondisi, pertama, pendapatan aset BSM akan sulit menyesuaikan diri
akan meningkat jika tingkat suku bunga terhadap perubahan pada tingkat suku
benchmark menurun, dan kedua, bunga benchmark sedangkan di sisi
pendapatan akan menurun jika tingkat liabilitas, pembagian keuntungan ditetap-
suku bunga benchmark meningkat. kan secara variable.
Teori tersebut sesuai dengan NIM Penelitian yang dilakukan Rosly
yang dihasilkan oleh Bank Mega selama (1999) menemukan bahwa mayoritas
periode penelitian. NIM Bank Mega pembiayaan pada Perbankan Malaysia
mengalami peningkatan disaat BI Rate yang didominasi pembiayaan dengan
mengalami penurunan dan sebaliknya tingkat margin tetap seperti Al Bay’
mengalami penurunan disaat BI Rate Bithaman ‘Ajil dan Murabahah, menye-
menunjukkan peningkatan, namun babkan penurunan pendapatan seiring
pengaruh perubahan tingkat suku bunga dengan meningkatnya tingkat suku bunga
benchmark kaitannya dengan pemben- benchmark. Dalam keadaan tingkat suku
tukan gap dirasakan berbeda oleh BSM bunga benchmark menurun seperti pada
walaupun secara umum selama periode tahun 2012, perbankan konvensional
penelitian BSM mampu menghasilkan NIM dalam hal ini Bank Mega lebih mampu
yang lebih tinggi. menawarkan kredit dengan tingkat
Pada tahun 2012, NIM BSM justru bunga yang rendah, sedangkan BSM
turun dalam keadaan posisi gap negatif dengan mayoritas piutang Murabahah
dan BI Rate menunjukkan penurunan membuat tingkat margin yang ditawarkan
sedangkan pada tahun 2014, NIM BSM menjadi lebih tinggi dari tingkat bunga
mengalami penurunan lebih tajam pasar. Akibatnya, deposan lebih memilih
dibandingkan Bank Mega ditengah menggunakan kredit pada perbankan
keadaan posisi gap negatif dan BI Rate konvensional. Hal tersebut kemudian
menunjukkan peningkatan. Berdasarkan membuat BSM mengalami penurunan
Maturity Profile BSM selama periode NIM. Dan dalam keadaan tingkat suku
penelitian, struktur terbesar aset adalah bunga benchmark meningkat seperti
pembiayaan Murabahah, sedangkan pada tahun 2014, pembiayaan
disisi liabilitas, struktur terbesar adalah Murabahah memang lebih murah
Deposito Mudharabah. Karakter akad daripada kredit yang ditawarkan
Murabahah berbeda dengan akad perbankan konvensional karena tidak bisa
Mudharabah yang menggunakan serta merta merubah tingkat margin,
pendekatan profit sharing, dimana namun karena struktur gap didominasi
penetapan tingkat margin dalam Deposito Mudharabah, mem-buat BSM

623
Askarullah, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 4 No. 8 Agustus 2017: 613-629; PERBANDINGAN
PEMBENTUKAN GAP SENSITIVITAS PADA BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) DAN BANK MEGA PERIODE 2011-2015

harus meningkatkan tingkat bagi hasil akan memperkecil selisih profit yang
agar kompetitif. Akibatnya biaya dana dibagikan kepada nasabah setiap bulan
berupa bagi hasil yang dibagikan kepada dengan realisasi profit pada bulan
deposan meningkat. berjalan untuk deposito mudharabah
Dalam sistem keuangan ekonomi yang jatuh tempo tidak pada saat
Islam yang sesuai dengan kaidah fikih pembagian profit setiap akhir bulan.
yaitu yang tidak melanggar prinsip dasar Pengelolaan dengan prinsip alokasi aset
riba al-fadhl (riba yang terjadi ketika yang sesuai dengan jangka waktu
pertukaran antarbarang sejenis dengan liabilitas akan menetralkan posisi neraca
kadar atau takaran yang berbeda, perbankan syariah terhadap risiko
sedangkan barang yang dipertukarkan itu perubahan variable pasar (Risiko Pasar),
termasuk dalam jenis barang ribawi– seperti pengaruh tidak langsung suku
Antonio, 2001:41) maka seharusnya di bunga pada margin, harga komoditas
perbankan syariah pengelolaan dan harga mata uang.
pendapatan yang didasarkan atas Pembahasan Uji Beda
kecocokan maturity (jatuh tempo) sesuai 1. Periode Sensitivitas ≤ 1 Bulan
akadnya, akan memisahkan pengelolaan Berdasarkan uji yang telah dilaku-
bank syariah berdasarkan aset jangka kan, dapat dinyatakan bahwa pemben-
pendek (murabahah, istishna dan salam), tukan gap sensitivitas antara BSM dan
medium term investment (ijarah, istishna), Bank Mega pada periode sensitivitas ≤ 1
dan kemitraan jangka panjang bulan dilihat dari Rasio Gap berbeda
(mudharabah, musharakah) (Greuning & secara signifikan. Adapun posisi gap yang
Iqbal, 2008). dihasilkan oleh BSM dan Bank Mega
Dengan sistem Assets and Liability adalah negatif.
Management (ALMA) tersebut maka Komposisi RSL periode sensitivitas ≤
tingkat margin dan bagi hasil perbankan 1 bulan pada kedua bank menunjukkan
syariah tidak akan berfluktuasi karena pola yang sama, yaitu sebagian besar
terjadi perubahan variable pasar. Secara memiliki jatuh tempo pada periode
teori risk management dalam Supriyanto sensitivitas ini. Sedangkan disisi RSA,
(2015:189), aset dan liabilitas dengan komposisi pada kedua bank menunjukkan
Maturity Profile (Analisa Jatuh Tempo) jumlah yang berbeda, dimana RSA Bank
berdasarkan periode sensitivitas yang Mega secara umum lebih besar daripada
hampir sama akan menghasilkan gap BSM selama tahun 2011 – 2015. Hal inilah
yang mendekati nol atau risk netral yang menyebabkan pembentukan gap
sehingga akan kebal terhadap pada kedua bank kemudian menjadi
perubahan variable pasar seperti tingkat berbeda signifikan.
suku bunga. Pengelolaan berdasarkan Tabel 4.6
kecocokan maturity (jatuh tempo) ini juga

624
Askarullah, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 4 No. 8 Agustus 2017: 613-629; PERBANDINGAN
PEMBENTUKAN GAP SENSITIVITAS PADA BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) DAN BANK MEGA PERIODE 2011-2015

Jumlah Penempatan di Bank Indonesia 2. Periode Sensitivitas > 1-3 bulan


dan Bank Lain tahun 2011-2015 (Dalam
Berdasarkan uji yang telah dilaku-
Miliar Rupiah)
kan, dapat dinyatakan bahwa pemben-
tukan gap sensitivitas antara BSM dan
Sumber : Maturity Profile Tahun 2011-2015 BSM Bank Mega pada periode sensitivitas > 1-3
dan Bank Mega
bulan dilihat dari Rasio Gap berbeda
Struktur pembentuk RSA yang secara signifikan.
dominan pada periode sensitivitas ≤ 1 Secara kumulatif posisi gap yang
bulan seperti yang ditunjukkan oleh Tabel terbentuk pada periode sensitivitas > 1-3
4.6 adalah komponen penempatan pada bulan pada kedua bank adalah negatif,
pasar uang, baik pada Bank Indonesia namun BSM mampu menghasilkan posisi
maupun Bank lain. gap positif selama tahun 2013-2015
Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa sedangkan pada Bank Mega secara
jumlah penempatan oleh Bank Mega keseluruhan adalah negatif. Perbedaan
selalu lebih besar daripada BSM selama posisi gap yang dihasilkan tersebut
periode penelitian kecuali pada tahun menyebabkan hasil perhitungan uji
2014. Hal tersebut mengindikasikan BSM statistik untuk pembentukan gap
kurang leluasa dalam mengalokasikan menunjukkan perbedaan yang signifikan.
dananya pada instrumen-instrumen pasar Struktur pembentuk RSL Bank Mega
uang. Alamsyah (2012:7) mengemukakan pada periode sensitivitas > 1-3 bulan terdiri
hal ini disebabkan oleh faktor bisnis model dari simpanan dari nasabah, simpanan
industri keuangan syariah di Indonesia, dari bank lain dan pinjaman yang
khususnya perbankan syariah, yang lebih diterima. Sedangkan RSL pada BSM hanya
fokus pada pemenuhan kebutuhan di terdiri dari Dana Syirkah Temporer (DST)
sektor riil dan sangat menjaga “maqasid yang meliputi Deposito Mudharabah dan
syariah”. Hal ini berbeda dengan negara Deposito Mudharabah dari Bank Lain.
lain yang peranan produk-produk di sektor Perkembangan RSL selama 2011-2015
keuangan (pasar uang dan pasar modal) ditunjukkan oleh Tabel 4.7. dibawah ini :
lebih dominan walaupun secara esensi, Tabel 4.7.
struktur pengembangan keuangan Perkembangan RSL BSM dan Bank Mega
Periode Sensitivitas > 1-3 Bulan
syariah di Indonesia akan lebih kuat Tahun 2011 – 2015 (Miliar Rupiah)
dibanding dengan negara lain.
Kekurangan instrumen di pasar
keuangan syariah tersebut berdampak
pada manajemen gap BSM untuk periode
sensitivitas ≤ 1 bulan ini sehingga jumlah
RSA yang dimiliki tidak mampu mengim-
bangi RSL seperti pada Bank Mega.

625
Askarullah, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 4 No. 8 Agustus 2017: 613-629; PERBANDINGAN
PEMBENTUKAN GAP SENSITIVITAS PADA BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) DAN BANK MEGA PERIODE 2011-2015

Sumber : Maturity Profile Tahun 2011-2015 Pembentukan gap kedua bank


BSM dan Bank Mega, diolah.
untuk periode sensitivitas > 3-12 bulan
Tabel 4.7. diatas memperlihatkan menunjukkan posisi yang sama yaitu positif
bahwa jumlah RSL BSM pada periode dengan jumlah yang tidak jauh berbeda
sensitivitas > 1-3 bulan selalu lebih kecil selama tahun 2011-2015. Hal inilah yang
daripada Bank Mega kecuali pada tahun kemudian menyebabkan hasil uji statistik
2012. Adapun struktur RSL pada kedua dilihat dari Rasio Gap–yang merupakan
bank untuk periode sensitivitas > 1-3 bulan persentase posisi gap terhadap total aset–
didominasi oleh deposito. menunjukkan tidak terdapat perbedaan
Kecilnya volume deposito BSM yang signifikan.
untuk periode sensitivitas > 1-3 bulan ini Posisi Gap periode sensitivitas > 3-
disebabkan perilaku menabung di 12 bulan pada BSM dan Bank Mega yang
perbankan syariah paling dipengaruhi menunjukkan hasil tidak berbeda secara
oleh tingkat bagi hasil (profit distribution). signifikan disebabkan oleh kesamaan
Deposan (nasabah) perbankan syariah di alokasi RSA dan RSL kedua bank tersebut
Indonesia terbagi dalam beberapa pada periode sensitivitas ini. Berdasarkan
segmentasi pasar. Karim dan Affif (2005) Maturity Profile (Analisa Jatuh Tempo) BSM
menyatakan bahwa di Indonesia dan Bank Mega, periode sensitivitas > 3-12
ditemukan tiga segmentasi pasar, yaitu bulan secara umum menjadi periode
sharia loyalist (terdiri dari penganut sensitivitas dengan jumlah RSA terbesar
agama yang patuh), floating segment kedua setelah periode sensitivitas ≤ 1
(kombinasi agama dan kekuatan pasar) bulan dan disisi lain memiliki jumlah RSL
dan conventional loyalist. Penelitian yang terkecil dibandingkan dua periode
dilakukan oleh Khairunnisa (2001) sensitivitas lainnya (≤ 1 bulan dan > 1-3
menemukan bahwa deposan di Indonesia bulan).
mengincar profit maximization. Penelitian Jumlah RSA periode sensitivitas > 3-
Mangkuto (2004) juga menegaskan 12 bulan yang lebih besar daripada
bahwa faktor yang menjadi periode sensitivitas > 1-3 bulan tentu
pertimbangan masyarakat dipengaruhi oleh jangka waktu yang lebih
menginvestasikan dananya di perbankan lama, namun jumlah RSL yang lebih kecil
syariah adalah faktor return bagi hasil. dibandingkan dua periode sensitivitas
3. Periode Sensitivitas > 3-12 Bulan sebelumnya menjadi indikator
Berdasarkan uji yang telah dilaku- terbatasnya produk penghimpunan dana
kan, dapat dinyatakan bahwa pemben- pada periode sensitivitas > 3-12 bulan baik
tukan gap sensitivitas antara BSM dan di BSM maupun Bank Mega. Walaupun
Bank Mega pada periode sensitivitas > 3- secara prinsip dasar berbeda, produk
12 bulan dilihat dari Rasio Gap tidak penghimpunan dana di BSM sebagai
terdapat perbedaan yang signifikan. Bank Syariah dan Bank Mega sebagai

626
Askarullah, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 4 No. 8 Agustus 2017: 613-629; PERBANDINGAN
PEMBENTUKAN GAP SENSITIVITAS PADA BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) DAN BANK MEGA PERIODE 2011-2015

Bank Konvensional terdiri dari tiga struktur bukan bunga yang dijanjikan. Namun,
utama, yaitu giro, tabungan, dan seperti juga pada penjelasan
deposito. Deposito memiliki karakter yang sebelumnya, karakter deposan
berbeda dibandingkan dengan giro dan perbankan syariah serta tingkat bagi hasil
tabungan karena terdapat tenggang menjadi daya tawar kritis bagi BSM.
waktu penyimpanan. Adanya tenggang Sosialisasi serta peningkatan kinerja
waktu tersebut membuat tujuan utama menjadi hal yang perlu dilakukan oleh
dari penggunaan produk deposito adalah BSM agar kualitas sumber dana dari pihak
investasi daripada motif berjaga-jaga. ketiga serta pengaturan gap untuk
Tenggang waktu tersebut juga periode sensitivitas yang lebih panjang
menyebabkan struktur pembentuk RSL menjadi lebih baik daripada perbankan
pada periode sensitivitas yang lebih konvensional.
panjang akhirnya didominasi oleh V. SIMPULAN
deposito. Simpulan dari hasil analisis gap
Secara teknis pada perbankan sensitivitas pada Bank Syariah Mandiri
konvensional, ketergantungan sumber (BSM) dan Bank Mega pada periode
dana pihak ketiga berupa deposito untuk 2011-2015 adalah:
memenuhi kebutuhan likuiditas akan 1. Untuk BSM, posisi gap yang terbentuk
membuat bank cenderung harus pada periode sensitivitas ≤ 1 bulan
membayar bunga yang lebih tinggi adalah negatif gap, periode
dibandingkan giro dan tabungan dan sensitivitas > 1-3 bulan adalah negatif
juga akan mengalami variasi yang lebih gap, dan pada periode sensitivitas > 3-
besar dalam biaya dana-dana (Arifin, 12 bulan adalah positif gap.
2009:147). Perbankan konvensional 2. Untuk Bank Mega, posisi gap yang
cenderung menghindari hal tersebut terbentuk pada periode sensitivitas ≤ 1
dengan lebih memilih menggunakan bulan adalah negatif gap, periode
sumber dana dengan jangka pendek sensitivitas > 1-3 bulan adalah negatif
untuk membiayai kredit jangka panjang gap, dan pada periode sensitivitas > 3-
agar meminimalisir pengaruh negatif 12 bulan adalah positif gap.
volatilitas tingkat suku bunga terhadap 3. Walaupun selama periode penelitian
profitabilitasnya. BSM sebagai bank BSM mampu menghasilkan NIM yang
syariah seharusnya tidak perlu lebih tinggi, namun eksposur risiko
mengkhawatirkan biaya-biaya dana perubahan tingkat suku bunga bench-
tersebut karena deposito dengan akad mark pada BSM lebih tinggi daripada
mudharabah menggunakan pendekatan Bank Mega dikarenakan penggunan
profit sharing (seperti penjelasan pada dominan pembiayaan Murabahah
subbab 4.4.1.2) sehingga biaya dana (fixed rate) pada sisi aset dengan
yang timbul disesuaikan dengan kinerja jangka waktu panjang sedangkan sisi

627
Askarullah, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 4 No. 8 Agustus 2017: 613-629; PERBANDINGAN
PEMBENTUKAN GAP SENSITIVITAS PADA BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) DAN BANK MEGA PERIODE 2011-2015

liabilitas didominasi Deposito peneliti selanjutnya dapat


Mudharabah (variable rate) dengan mengetahui secara tepat return
jangka waktu pendek. dan cost dari masing-masing asset
Simpulan dari uji beda pembentukan dan liabilitasnya.
gap pada BSM dan Bank Mega Periode
DAFTAR PUSTAKA
2011-2015 adalah:
Alamsyah, D. H., 2012. Perkembangan dan
1. Berdasarkan uji beda (α=0,05)
Prospek Perbankan Syariah Indonesia:
pembentukan gap pada periode
Tantangan Dalam Menyongsong MEA
2011-2015 untuk periode sensitivitas ≤ 1
2015. Makalah disampaikan dalam
bulan dan > 1-3 bulan terdapat
Ceramah Ilmiah Ikatan Ahli Ekonomi
perbedaan signifikan, sedangkan
Islam (IAEI), Milad ke-8 IAEI, Hal. 1-8.
pada periode sensitivitas > 3-12 bulan
Ali, M., 2004. Asset-Liability Management:
tidak terdapat perbedaan siginifikan.
Menyiasati Risiko Pasar dan Risiko
Saran yang direkomendasikan adalah:
Operasional dalam Perbankan.
1. Bagi Bank Syariah Mandiri (BSM)
Jakarta: Elex Media Komputindo.
mengupayakan agar melakukan
Alsa, Y. I. 2004. Pengaruh Kualitas Asset
penyesuian jatuh tempo aset dan
dan Liabilitas Terhadap Kinerja
liabilitasnya.
Perbankan Syariah. Tesis Tidak
2. Bagi BSM mengupayakan untuk
Diterbitkan. Semarang: Universitas
mengurangi ketergantungan ter-
Diponegoro.
hadap komponen RSA seperti
Antonio, M. S. 2001. Bank Syariah Dari Teori
Pembiayaan Murabahah dan
Ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press.
meningkatkan volume komponen
Arifin, Z., 2009. Dasar-Dasar Manajemen
yang berbasis profit sharing seperti
Bank Syariah. 7 ed. Jakarta: Azkia
Pembiayaan Mudharabah dan
Publisher
Musyarakah agar mengurangi
Chapra, M. U., & Ahmed, H. 2002.
risiko akibat fluktuatifnya
Corporate Governance in Islamic
perubahan tingkat suku bunga
Financial Institutions. Riyadh: Islamic
benchmark.
Development Bank.
3. Bagi penelitian selanjutnya diha-
Greuning, H. V. & Iqbal, Z., 2008. Analysis
rapkan melengkapi analisis gap
for Islamic Bank. Washington: World
dengan menyertakan simulasi
Bank.
kenaikan atau penurunan tingkat
Hanafi, M., 2009. Manajemen Risiko. Edisi
suku bunga benchmark agar objek
Kedua. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
yang diteliti memperoleh strategi
Karim, A. A. 2014. Bank Islam: Analisis Fiqih
dalam mengatasi perubahan suku
dan Keuangan. Edisi Kelima. Jakarta: PT
bunga. Penggunanaan duration
RajaGrafindo Persada.
gap dirasakan perlu sehingga

628
Askarullah, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 4 No. 8 Agustus 2017: 613-629; PERBANDINGAN
PEMBENTUKAN GAP SENSITIVITAS PADA BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) DAN BANK MEGA PERIODE 2011-2015

Karim, A. A. & Affif, A. Z., 2005. Islamic Rosly, S. A., 1999. Al-Bay’ Bithaman "Ajil
Banking Consumer Behaviour in Financing: Impacts on Islamic Banking
Indonesia: A Qualitative Approach. Performance. Thunderbird International
International Journal Islamic Finance, Business Review, 41(4/5), pp. 461-480.
5(1). pp. 1-18.
Khairunnisa, D., 2001. Preferensi Supriyanto, T., 2015. Konsep Rate of Profit
Masyarakat Terhadap Bank Syariah dan Stabilitas Ekonomi Perbankan
(Studi Kasus Bank Muamalat Indonesia Syariah. Jurnal Etikonomi, 14(2), Hal.
dan BNI Syariah). Yogyakarta, P3EI- 175-204.
FEUII.
Koppenhaver, G. D., 1985. Bank Funding
Risks, Risk Aversions, and The Choice of
Futures Hedging Instrument. The Journal
of Finance, XL(1), pp. 241-255.
Kountur, R. 2006. Manajemen Risiko.
Jakarta: Abdi Tandur.
Loristiana, D. W. 2009. Analisis Sensitivitas
Gap Suku Bunga dan Nilai Tukar Bank
Rakyat Indonesia Periode 2007-2008.
Skripsi Tidak Diterbitkan. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Mangkuto, I., 2004. Pengaruh Tingkat Suku
Bunga Deposito Bank Konvensional dan
Tingkat Pendapatan Deposito
Mudharabah Terhadap Pertumbuhan
Deposito di Bank Muamalat. Tesis tidak
dipublikasikan. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Muhamad. 2015. Manajemen Dana Bank
Syariah. Jakarta: Rajawali Pers.
Muslich, M. 2007. Manajemen Risiko
Operasional: Teori dan Praktik. Jakarta:
Sinar Grafika Offset.
Riyadi, S. 2006. Banking Assets and Liability
Managements. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.

629

You might also like