You are on page 1of 29

  Rizki Ramadiyah : Model Sistem Manajemen Resiko Perbankan Syariah

MODEL SISTEM MANAJEMEN RESIKO PERBANKAN SYARIAH


ATAS TRANSAKSI USAHA MASYARAKAT
Oleh : Rizki Ramadiyah (HP.081261747750)
Alumni UIN Suska Riau Fakultas Psikologi
Mahasiswa Pascasarjana UIN Suska Riau

Abstract

Risk management is a relatively new scientific discipline in the management of


the company. Finance and banking industry began to pay great attention to risk
management, especially after the events that led to the collapse of this industry since last
few decades . Meanwhile, Islamic banking and finance industry requires the expertise
along with the rapid development and the global environment continues to move . The risk
of Islamic banks appears as in conventional banks minus interest . But unique is that the
risks in Islamic banks related to the structure of assets and liabilities that exist in Islamic
banks . In the asset side , Islamic banks filled by berbada financial instruments with
conventional banks . He did not know the interest despite the instrument that gives a
definite advantage . While the liabilitasya side , Islamic banks charged by financial
instruments that require customers to share the results with customers considering only
invest his wealth in the form of money . Contracts made in mobilizing both sides provide
important implications for the risk profile faced by Islamic banks . Islamic Bank will face
six types of risk ( IFSB - version of Islamic Financial Services Board - ) , namely : Credit
Risk ( credit risk ) , Equity Investment Risk ( risk of equity investment ) , Market Risk (
market risk ) , Liquidity Risk ( liquidity risk ) , rate of Return risk ( risk rate of return ) ,
operational Risk ( operational risk ) . Meanwhile , according to Bank Indonesia Regulation
No. 5/8 of 2003 on the Application of Risk Management for Banks , banks will face at
least eight types of risk , namely : 1 ) Credit Risk ; 2 ) Market Risk; 3) Liquidity Risk ; 4 )
Operational Risk ; 5 ) Legal Risk ; 6 ) Reputation Risk ; 7 ) Strategic Risk ; and 8 ) Risk
Compliance . Four first risk is the risk that a financial institution owned by each of the
different levels of complexity of bank operations . Each bank shall manage those risks in
accordance with the needs of the concerned bank . While the last four risks associated with
the complexity of the bank in which the bank will face the risk of a more diverse and
difficult.

Keyword : Resiko, Manajemen, Bank Syariah.

Pendahuluan konvensional sebagai basis, tentunya


Perkembangan industri perbankan setelah dimodifikasi agar sesuai dengan
syariah yang demikian masif di berbagai syariah, menambah tinggi kesadaran itu.
negara, telah mengantarkan industri ini Para pegiat perbankan syariah tentu tidak
pada kesadaran yang lebih tinggi akan ingin industri perbankan syariah
pentingnya mengelola risiko yang muncul mengalami krisis yang sama seperti yang
atau diantisipasi akan muncul. telah terjadi di perbankan konvensional.
Kecenderungan pengembangan produk- Kesadaran ini sangat beralasan
produk keuangan syariah global yang mengingat beberapa hal yang sangat
mengambil produk-produk keuangan fundamental sebagai fondasi struktur

220 
Menara Riau : Jurnal Kewirausahaan , Vol 13, No.2, Juli - Desember 2014 
 

perbankan syariah nasional masih berada sebagaimana risiko yang biasa dihadapi
pada level awal. Misalnya dalam hal oleh bank konvensional seperti resiko
manajemen dan sistem operasional, bank kredit, resiko pasar, resiko likuiditas dan
syariah masih mengadopsi model risiko operasional. Kedua, resiko-resiko
perbankan konvensional. Kemudian dari yang disebutkan diatas akan menghadapi
sisi landasan hukum dan peraturan kondisi yang berbeda ketika berhadapan
perundang – undangan yang masih sangat dengan kewajiban mematuhi prinsip-
baru (UU No.21/2008) dan masih ditopang prinsip syari’ah. Faktor lain juga muncul
dengan kehadiran regulasi lainnya yang dari keunikan sisi struktur asset dan
berlaku umum (UU Perseroan Terbatas, liabilitas bank syari’ah. Konsekuensi dari
UU Pasar Modal, dan Peraturan Bank semua itu adalah bank syari’ah, selain
Indonesia). Demikian juga halnya menerapkan manajemen resiko
mengenai pola pengelolaan seperti sebagaimana yang diterapkan oleh bank
hubungan antara manajemen dengan pada umumnya yang tidak bertentangan
pemilik modal, manajemen dengan dengan syari’ah, juga harus mampu
nasabah, kemudian penerapan paradgima merancang sistem sendiri sesuai dengan
dan prinsip – prinsip yang menjadi ciri karakter aktivitas yang dijalankannya.1
utama bank syariah, eksistensi lembaga – Kerumitan tersebut terlihat dari beberapa
lembaga pendukung seperti DSN, DPS, faktor seperti penerapan skema profit and
BAMUI, produk – produk yang loss sharing (PLS) dan produk-produk
dikembangkan bank syariah hingga bentuk bank syari’ah, relasi kepentingan organ
dan model manajemen yang diterapkan perusahaan dengan nasabah, faktor jaminan
semuanya masih menjadi pertanyaan besar terhadap kredit, aturan-aturan yang
bagi publik. Hal ini disebabkan oleh membatasi dalam memperoleh dan
tahapan sosialisasi bank syariah yang menyalurkan dana serta dilarangnya
masih sangat dangkal pada masyarakat penggunaan instrument bunga baik dalam
umum yang pada dasarnya menjadi pasar tabungan maupun pinjaman dan kredit.
potensial bagi perbankan syariah nasional. Kemampuan dalam menerapkan
Dengan lemahnya sosialiasi ditambah manajemen risiko tentunya harus lebih baik
dengan beragam anggapan miring yang agar bank syariah tidak mengalami
berkembang cukup masif menjadikan gangguan-gangguan dalam aktivitas
keberadaan dan kesyariahan bank syariah operasionalnya. Maka sudah selayaknya,
masih diragukan oleh sebagian masyarakat. dengan produk yang berbeda dari bank
Bank syariah memiliki resiko konvensional, mekanisme manajemen
yang lebih kompleks dibandingkan dengan risiko yang diterapkan bank syari’ah juga
perusahaan yang bergerak di sektor harus disesuaikan dengan potensi dan
lainnya. Kompleksitas persoalan perbankan tingkat risiko yang akan dihadapi.
tidak semata menyangkut organ – organ
perusahaan tetapi juga melibatkan nasabah
dan masyarakat luas serta kondisi stabilitas                                                             
1
perekonomian dalam cakupan yang lebih Lihat Tariqullah Khan dan Habib
luas. Ahmed, Risk Management; An Analysis of
Resiko dan pelaksanaan Issues In Islamic Financial Industry,
manajemen resiko pada perbankan syariah Occasional paper, IDB and IRTI, Jeddah:
lebih rumit. Dianggap lebih rumit 2001, hlm. 21. Lihat juga Hennie Van
setidaknya disebabkan dua hal, pertama Greuning dan Zamir iqbal, Risk Analysis
bank syari’ah menghadapi resiko for Islamic Banks, Washington DC: World
Bank, 2008).

221 
Rizki Ramadiyah : Model Sistem Manajemen Resiko Perbankan Syariah

Berdasarkan latar belakang diatas yang sangat baik. Setiap lembaga bisnis
memunculkan keinginan penulis untuk bertujuan untuk memperoleh return
melakukan kajian yang lebih mendalam tertentu dari aktifitas bisnisnya. Untuk itu,
mengenai bagaimana sesungguhnya konsep mereka akan menanggung suatu risiko
manajemen resiko yang tepat untuk tertentu sesuai dengan sasaran perolehan
diterapkan pada perbankan syariah di yang ingin dicapai.
Indonesia. Manajemen risiko merupakan Pengertian risiko dalam kehidupan
suatu disiplin keilmuan yang relatif baru umum sehari-hari biasa dipahami secara
dalam manajemen perusahaan. Industri intuitif. Akan tetapi, setiap disiplin ilmu
keuangan dan perbankan mulai memiliki terminologinya sendiri.
memberikan perhatian besar terhadap Pengertian risiko, dengan demikian akan
manajemen risiko terutama setelah sesuai dengan konteks dimana istilah ini
berbagai kejadian yang menyebabkan digunakan. Pengertian yang dikemukakan
ambruknya industri ini sejak beberapa umumnya berkaitan dengan kemungkinan
dekade terakhir. Sementara itu, industri terjadinya akibat buruk (kerugian) yang
keuangan dan perbankan syariah tidak diinginkan atau tidak terduga.
memerlukan keahlian ini seiring dengan Kemungkinan ini menunjukkan
perkembangannya yang pesat dan dalam ketidakpastian dan merupakan kondisi
lingkungan global yang terus bergerak. yang menyebabkan tumbuhnya risiko.
Djojosoedarsono mencatat
Manajemen Resiko beberapa pengertian risiko secara umum
Pengertian Manajemen Risiko seperti disampaikan beberapa penulis,
Setiap bidang hal dalam bisnis antara lain3:
senantiasa berhadapan dengan risiko. 1. Risiko adalah suatu variasi dari hasil-
Interaksi suatu lembaga dalam kegiatannya hasil yang dapat terjadi selama periode
akan menimbulkan risiko dari faktor mikro tertentu (Arthur Williams Dan Richard
dan makro ekonomi. Resesi ekonomi dan MH.).
persaingan bisnis, keunggulan teknologi, 2. Risiko adalah ketidaktentuan
kesalahan suplier, intervensi politik, atau (uncertainty) yang mungkin melahirkan
bencana alam merupakan risiko potensial peristiwa kerugian (loos) (A. Abas
yang akan dihadapi oleh setiap lembaga Salim).
bisnis. Namun demikian, peran lembaga 3. Risiko adalah ketidakpastian atas
keuangan yang spesifik dalam proses terjadinya peristiwa (Soekarto).
intermediasi dan sistem pembayaran akan 4. Risiko merupakan
menyebabkannya menghadapi berbagai penyebaran/penyimpangan hasil aktual
risiko yang tidak dihadapi oleh jenis dari hasil yang diharapkan (Herman
lembaga lainnya2. Untuk itu, setiap Darmawi).
lembaga harus mampu mengelola setiap 5. Risiko adalah probabilitas suatu hasil /
risiko yang dihadapinya. outcome yang berbeda dengan yang
Kenyataan tersebut menuntut diharapkan (Herman Darmawi).
sebuah pelaksanaan manajemen risiko
Dari definisi- definisi tersebut, risiko
                                                             memiliki karakteristik sebagai berikut:
2
Santoso, Wimboh dan Enrico
Heriantoro, “Market Risk di Perbankan                                                             
3
Indonesia”, Kajian Stabilitas Keuangan, Djojosoedarsono, Soeisno,Prinsip
No. 1 Juni, Jakarta: Bank Indonesia, - Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi,
2003,hlm.76 Jakarta: Salemba Empat, 1999,hlm.1-2

222 
Menara Riau : Jurnal Kewirausahaan , Vol 13, No.2, Juli - Desember 2014 
 

1. Merupakan ketidakpastian atas Bank Indonesia (PBI No.


terjadinya suatu peristiwa. 5/8/PBI/2003) mendefinisikan risiko
2. Merupakan ketidakpastian yang bila sebagai “potensi terjadinya peristiwa
terjadi akan meimbulkan kerugian. (events) yang dapat menimbulkan kerugian
Dalam konteks ilmu keuangan bank.” Sehingga, risiko bank dapat
(finance) dan ekonomi, seperti didefinisikan sebagai kombinasi dari
dikemukakan Heffernan (1995) dalam tingkat kemungkinan terjadinya sebuah
Wimboh Santoso dan Heriantoro4, risiko peristiwa beserta konsekuensinya terhadap
didefinisikan sebagai volatiltas atau deviasi bank, di mana setiap kegiatan mengandung
standar dari net cash flow suatu kemungkinan itu dan memiliki
perusahaan/unit usaha. Risiko ada ketika konsekuensi untuk mendatangkan
terdapat kemungkinan bahwa outcome dari keuntungan atau kerugian atau mengancam
suatu peristiwa tidak hanya satu dan hasil sebuah kesuksesan7. Khasanah Islam
terbesarnya tidak diketahui. Risiko juga tentang risiko tertuang dalam terma-terma
merupakan perubahan-perubahan atau maysir dan gharar. Sebagaimana Islam
pergerakan atas outcome yang tidak melarang pemenuhan kebutuhan secara
diperkirakan (Jorijon and khoury, 1996:2 bathil; riba, maysir , dan gharar merupakan
dalam Khan & Ahmed, 2001)5. sumber terpenting dari kebatilan itu. Aspek
Kemungkinan bank megalami kerugian keadilan yang sangat ditekankan dalam
sebagai akibat perubahan kondisi yang Islam tidak menghendaki kebatilan tersebut
mempengaruhi nilai dari posisi bank karena akan merusak pencapaian sasaran
termasuk diantara definisi mengenai risiko Islam yang menyeluruh (falah atau
6
. kesejahteraan).
Dokumen Sate Bank of Pakistan Larangan riba dan gharar
mendefinisikan risiko keuangan dalam (termasuk maysir) menjadi isu pokok
organisasi perbankan dengan possibility dalam pembahasan keuangan syariah. Riba
(kemungkinan) bahwa outcome dari lebih banyak bersinggungan dengan bunga
sebuah kegiatan “....could bring up adverse (interest), sementara gharar berkaitan
impact.” Hal ini akan menimbulkan dengan masalah risiko (risk). Larangan-
kerugian langsung terhadap pendapatan larangan tersebut memiliki implikasi
atau permodalan bank atau terhadap posisi penting terhadap hakikat aset-aset
kemampuan bank untuk mencapai tujuan keuangan, perdagangannya, risiko dan
bisnisnya. Ini juga akan mempengaruhi mitigasinya, serta terhadap manajemen
kemampuan bank menyelenggarakan aset-aset keuangan syariah secara umum 8.
bisnisnya atau untuk memperoleh Pelarangan riba dan gharar dapat
keuntungan dan kesempatan memperluas menimbulkan pandangan bahwa keuangan
jangkauan bisnisnya. syariah tidak mengakui keuntungan tetap
                                                                                                                         
4 7
 Santoso dan Heriantoro, Market Tampubolon, Robert, Risk
Risk di Perbankan Indonesia,hlm.76  Management: Qualitative Approach Aplied
5
  Tariqullah Khan dan Habib to Commercial Bank, Jakarta: PT. Elex
Ahmed, Risk Management; An Analysis of Media Komputindo,2004,hlm 21.
8
Issues In IslamicFinancial Industry, Tariq, Ali Arsalan, 2004,
Occasional paper, IDB and IRTI, Jeddah: Managing Financial Risk Of Sukuk
2001, hlm. 21.  Structures,
6
 Santoso dan Heriantoro, Market www.islamicfinance.de/sukukrisks.pdf,
Risk di Perbankan Indonesia,hlm.76  diakses Oktober 2005,hlm 9.

223 
Rizki Ramadiyah : Model Sistem Manajemen Resiko Perbankan Syariah

yang ditetapkan di muka (fixed menjelaskan bahwa dalam perjudian adalah


predetermined rate of return). Meskipun dosa (mudharat)-nya lebih besar dari pada
mode-mode bagi hasil (profit loss sharing) manfaatnya. Allah berfirman:
adalah karakteristik utama dalam keuangan
syariah, akan tetapi transaksi berbasis Artinya: “Mereka bertanya kepadamu
pertukaran (exchange) dan cost-plus seperti tentang khamar dan judi. Katakanlah:
berdasar jual beli dan sewa dapat "Pada keduanya terdapat dosa yang besar
digunakan dan memberikan tingkat return dan beberapa manfaat bagi manusia,
tetap. Mode-mode bagi hasil-pun tetapi dosa keduanya lebih besar dari
sesungguhnya menampilkan suatu risiko manfaatnya". dan mereka bertanya
tertentu yang akan ditanggung bersama kepadamu apa yang mereka nafkahkan.
oleh para pihak yang berserikat. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan."
Sementara pelarangan maysir dan Demikianlah Allah menerangkan ayat-
gharar menimbulkan persepsi seolah-olah ayat-Nya kepadamu supaya kamu
keuangan syariah menuntut return tanpa berfikir”(QS. al- Baqarah: 219).
resiko, transaksi-transaksi yang
menimbulkan bagi hasil seperti Selanjutnya, al-Maidah : 3 dan 90
mudlarabah dan musyarakah pada dasarnya menegaskan bahwa perjudian adalah
adalah berbagi keuntungan dan risiko. terlarang dan dibenci. Allah berfirman:
Bahkan transaksi berbasis pertukaran dan
cost-plus juga tetap menghadapi risiko Artinya :diharamkan bagimu (memakan)
layaknya bisnis secara umum. bangkai, darah10, daging babi, (daging
Meskipun bunga dan risiko adalah hewan) yang disembelih atas nama selain
dua isu berbeda, dilarangnya riba dalam Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang
keuangan dan perbankan berkaitan dengan jatuh, yang ditanduk, dan diterkam
pandangan bahwa sistem bunga yang binatang buas, kecuali yang sempat kamu
berlaku dalam perekonomian konvensional menyembelihnya11, dan (diharamkan
telah membebankan keseluruhan risiko bagimu) yang disembelih untuk berhala.
bisnis kepada para peminjam, sementara dan (diharamkan juga) mengundi nasib
bank tidak bertanggung jawab atas risiko dengan anak panah12, (mengundi nasib
bisnis yang dijalankan nasabahnya.
Disamping larangan riba, al-                                                             
10
Quran secara tegas juga melarang maysir. Ialah: darah yang keluar dari
Perihal larangan gharar hanya ditemukan tubuh, sebagaimana tersebut dalam surat
dalam sunnah, sementara al-Quran tidak Al An-aam ayat 145.
11
menyampaikan kata-kata itu. Maysir dan Maksudnya Ialah: binatang
gharar kemudian menjadi satu isu bersama yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh,
terkait dengan aspek risiko dalam yang ditanduk dan yang diterkam binatang
keuangan syariah. buas adalah halal kalau sempat disembelih
Perjudian (gambling) sebagai kata sebelum mati.
12
lain untuk maysir/qimar adalah tercela Al Azlaam artinya: anak panah
sebagai suatu kejahatan sosial9. Ayat yang belum pakai bulu. orang Arab
mengenai perjudian dalam al-Baqarah: 219 Jahiliyah menggunakan anak panah yang
belum pakai bulu untuk menentukan
                                                             Apakah mereka akan melakukan suatu
9
Rahman, Afzalur, Doktrin perbuatan atau tidak. Caranya Ialah:
Ekonomi Islam (Jilid 4), Jakarta: Dana mereka ambil tiga buah anak panah yang
Bhakti Wakaf,1995,hlm. 140-141 belum pakai bulu. setelah ditulis masing-

224 
Menara Riau : Jurnal Kewirausahaan , Vol 13, No.2, Juli - Desember 2014 
 

dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pelarangan gharar dalam sunnah
pada hari ini13orang-orang kafir telah terutama berkaitan dengan transaksi
putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, pertukaran (jual-beli). Sementara gharar
sebab itu janganlah kamu takut kepada yang meliputi kegiatan mukhadarah
mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari (mudlarabah) tidak termasuk dalam yang
ini telah Kusempurnakan untuk kamu dilarang.
agamamu, dan telah Ku-cukupkan Secara harfiah, maysir berarti
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai memperoleh sesuatu dengan sangat mudah
Islam itu Jadi agama bagimu. Maka tanpa kerja keras atau bahkan tanpa bekerja
15
barang siapa terpaksa14 karena kelaparan ,Sedangkan gharar berarti resiko atau
tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya hazard.
Allah Maha Pengampun lagi Maha Istilah gharar dalam bahasa arab
Penyayang. (QS. al-Maidah : 3). berarti risiko, ketidakpastian, atau hazard.
Tidak seperti riba, gharar tidak secara
Selanjutnya, Allah berfirman: terang terdefinisikan. Gharar juga
dipertimbangkan lebih ringan dari pada
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, riba. Ketika pengharaman riba adalah
Sesungguhnya (meminum) khamar, sesuatu yang absolut, beberapa bentuk atau
berjudi, (berkorban untuk) berhala, kategori dalam gharar atau ketidakpastian
mengundi nasib dengan panah, adalah dapat diterima dalam kerangka Islam.
Termasuk perbuatan syaitan. Maka Hanya gharar dengan kondisi yang sangat
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar eksesif yang tidak diperkenankan.
kamu mendapat keberuntungan. (QS. Dalam terminologi fikih seperti
al-Maidah : 90). dikemukakan al-Dhareer16, gharar
mempunyai banyak definisi yang dapat
diringkas menjadi tiga. Pertama, gharar
berlaku eksklusif kepada kasus
                                                                                        keraguraguan atau ketidakpastian, seperti
masing Yaitu dengan: lakukanlah, jangan dalam kasus tidak mengetahui apakah
lakukan, sedang yang ketiga tidak ditulis sesuatu yang akan berlangsung atau tidak.
apa-apa, diletakkan dalam sebuah tempat Ini mengabaikan sesuatu yang yang tidak
dan disimpan dalam Ka'bah. bila mereka diketahui. Definisi lbn Abidin bahwa
hendak melakukan sesuatu Maka mereka gharar adalah ketidakpastian atas
meminta supaya juru kunci ka'bah keberadaan pokok materi dalam hal
mengambil sebuah anak panah itu. penjualan. Kedua, gharar berlaku hanya
Terserahlah nanti Apakah mereka akan untuk yang yang tak dikenal, yang hasil
melakukan atau tidak melakukan sesuatu, keluarannya diragukan sepenuhnya.
sesuai dengan tulisan anak panah yang Pandangan ini hanya diikuti oleh kalangan
diambil itu. kalau yang terambil anak
panah yang tidak ada tulisannya, Maka                                                             
15
undian diulang sekali lagi. Rahman, Afzalur,Doktrin
13
Yang dimaksud dengan hari Ekonomi Islam (Jilid 4), ,hlm.141
16
Ialah: masa, Yaitu: masa haji wada', haji Al-Dhareer, Siddiq Mohammad
terakhir yang dilakukan oleh Nabi Al-Ameen, Al-Gharar In Contracts And Its
Muhammad s.a.w. Effects on Contemporary Transactions,
14
Maksudnya: dibolehkan Eminent Scholars' Lecture Series No. 16,
memakan makanan yang diharamkan oleh Jeddah : IRTI - Islamic Development
ayat ini jika terpaksa. Bank, 1997,hlm.10.

225 
Rizki Ramadiyah : Model Sistem Manajemen Resiko Perbankan Syariah

Dzahiri saja. Seperti menurut lbn Hazm, dilarang20. Kegiatan Mukhadarah adalah
gharar dalam penjualan terjadi ketika kegiatan yang juga melibatkan unsur risiko
pembeli tidak mengetahui apa yang telah ia di dalamnya. Menurut ini, yang dilarang
beli dan penjual tidak mengetahui apa yang adalah memakan (mengambil) harta pihak
ia miliki dan dijualnya. Ketiga, suatu lain secara bathil.
kombinasi dari dua kategori di atas; gharar Literatur konvensional menurut
di sini meliput kedua-duanya, yang tak el-Diwany menganggap risiko sebagai
diketahui dan yang diragukan, al-Sarakhsy suatu yang dapat atau tidak dapat
mengusulkan bahwa gharar akan terjadi diprediksi berdasarkan pengalaman masa
ketika konsekuensinya terahasiakan. Ini lalu21. Suatu ketidakpastian ada apabila
adalah pandangan yang didukung oleh hasil yang mungkin dari suatu proses di
kebanyakan ahli fikih. masa yang akan datang tidak dapat
El-Gamal juga mengartikan gharar ditentukan dari penilaian mengenai masa
sebagai risiko17. Dalam hal ini, presensi lalu. Ketidakpekaan dalam suatu kontrak,
risiko adalah acak, dan dengan begitu, bisa jadi legalitas transaksi, dan hal ini
kemungkinan kerugian berhubungan jelas berbada dengan risiko.
dengan beberapa bancmark yang Konsep gharar didefinisikan
digunakan. Menurutnya, penting untuk secara bebas dalam dua cara. Pertama
melarang suatu kontrak berdasarkan pada adalah gharar yang berimplikasi
gharar. ketidakpastian dan kedua adalah gharar
Gharar juga sebagai yang berimplikasi ketidakjelasan. Al-
diterjemahkan sebagai “ketidakpastian” Qur’an telah secara jelas melarang semua
sebagaimana dikutip al-Suwailem dari Zaki bentuk transaksi bisnis yang menyebabkan
Badawi (1998)18. Meskipun demikian, ketidakadilan kepada pihak manapun.
harus dibedakan antara risiko (gharar) yang Pengertian sederhana tentang gharar
diakibatkan oleh ketidakjelasan item-item umumnya berkaitan dengan konsep
dalam kontrak dengan ketidakpastian uncertainty (ketidakpastian) dalam
dalam kegiatan investasi. Islam hanya tidak keuangan konvensional. Al- Sarakhsi dari
memperkenankan pada yang disebut fikih Hanafi mendefinisikan gharar dengan
pertama 19. Ibnu Taymiah seperti dikutip semua bentuk transaksi di mana hasil
al-Suwaiem menjelaskan bahwa tidak keluarannya tidak diketahui (tersembunyi).
semua jenis risiko (gharar) adalah Umumnya, gharar tidak memiliki
satu bentuk definisi yang secara umum
mencakup keseluruhan konsep tentang
                                                             gharar yang sesungguhnya. Kebanyakan
17
El-Gamal, Mahmoud, “An pemahaman tentang gharar terkait dengan
Economics Explication of The Prohibition trnsaksi jual beli atau pertukaran. Ibn Juzay
of Gharar In Clasical Islamic dari kalangan fikih Maliki menyediakan
Jurisprudeence,” Islamics Economics sepuluh daftar yang digunakan sebagai
Studies, vol. 8 (2) (April),2001,hlm 2.
18
Al-Suwailem,Sami,“Towards                                                             
20
An Objective Measure of Gharar in Al-Suwailem,Sami,“Towards An
Exchange,”Islamic Economic Studies, Vol. Objective Measure of Gharar in
7, Nos. 1 & 2, Oct. ’99, Apr., 2000,hlm.61. Exchange,”Islamic Economic
19
El-Diwany,Tarek,The Problem Studies,hlm.65.
21
With Interest: Sistem Bunga dan El-Diwany,Tarek, The Problem
Permasalahannya, Jakarta: Akbar Media With Interest: Sistem Bunga dan
Eka Sarana,2003, hlm.173. Permasalahannya,hlm.173.

226 
Menara Riau : Jurnal Kewirausahaan , Vol 13, No.2, Juli - Desember 2014 
 

kasus khusus pelarangan gharar22. Kasus - 7. Penjualan sesuatu yang tidak


kasus ini adalah : diperkirakan kuat, seperti menjual
1. Kesulitan bagi pembeli untuk binatang yang sakit.
mendapatkan barang yang dimaksud 8. Bay’ al-hasah, yaitu tipe jual beli di
dalam transaksi, seperti jual beli mana outcome-nya tertunda oleh
hewan yang kabur atau bayi binatang penghalang yang sangat kuat.
yang belum lahir sedangkan induknya 9. Bay’ munabadhah di mana penjual
bukan bagian dari transaksi jual beli menutup objek jual beli dengan kain
dimaksud. dan menyelenggarakan transaksi tanpa
2. Ketiadaan pengetahuan (Jahl) terkait memberi kesempatan kepada pembeli
dengan harga atau subjek transaksi, untuk memeriksa barang secara cukup.
seperti seorang vendor yang 10. Bay’ Mulamasah, yaitu transaksi yang
mengatakan kepada calon pembeli diselenggarakan hanya dengan
potensialnya “saya akan menjual menyentuh objek transaksi tanpa
kepadamu apa yang ada dalam memeriksanya lebih lanjut.
kantong saya.” Dari sini terlihat bahwa gharar
3. Ketiadaan pengetahuan (Jahl) terkait timbul karena dua sebab penting. Pertama
dengan karakteristik harga atau subjek adalah kurangnya informasi atau
transaksi, seperti seorang vendor yang pengetahuan (jahl/ignorance) pada pihak
mengatakan kepada calon pembeli yang melakukan transaksi sehingga tidak
potensialnya “saya akan menjual dimilikinya kontrol atau kemampuan
kepadamu sepotong kain yang ada di diperlukan. Kedua adalah karena tidak
rumah saya.” adanya (non-exist) objek yang
4. Ketiadaan pengetahuan (Jahl) terkait ditransaksikan, kecuali para pihak yang
dengan harga yang digunakan atau bertransaksi memiliki kontrol untuk
jumlah barang sebagai subjek menjamin (hampir bisa) memastikannya di
transaksi, seperti seperti akan menjual masa depan.
barang “dengan harga hari ini” atau Ibn Taymiyah sebagaimana dikutip al
“dengan harga pasar.” Suwailem menjelaskan bahwa Allah dan
5. Ketiadaan pengetahuan (Jahl) terkait Rasulnya tidak melarang setiap bentuk
dengan waktu atau keadaan masa risiko23. Tidak semua bentuk transaksi
depan seperti jual beli dengan yang mengandung kemungkinan untung
ketentuan ketika seseorang tertentu atau rugi adalah terlarang. Yang dilarang
telah masuk rumah atau orang tertentu adalah kejadian yang jika terlaksana
mati. memiliki risiko besar, bukan risiko itu
6. Dua jual beli dalam satu transaksi, sendiri yang dilarang.
seperti penjualan satu artikel dengan Berdasarkan pengertian risiko di
dua harga berbeda, satu untuk tunai atas, maka manajemen risiko secara umum
dan satu untuk kredit, satu untuk merupakan pelaksanaan fungsi-fungsi
pembayaran segera dan lainnya untuk manajemen dalam penanggulangan
pembayaran tunda.

                                                                                                                         
22 23
Obaidullah, Muhammed,“Are Al-Suwailem,Sami,“Towards An
Islamic Banks Adquately Capitalised?” Objective Measure of Gharar in
Majalah Ekonomi Syariah, Vol. 4 No. 4, Exchange,”Islamic Economic
Jakarta: FE-Trisakti,2005,hlm.29-30. Studies,hlm.65.

227 
Rizki Ramadiyah : Model Sistem Manajemen Resiko Perbankan Syariah

risiko24. Secara praktis, Tampubolon (exposures) yang telah diidentifikasi,


memberikan pengertian manajemen risiko, pengendalian ancaman tersebut melalui
sebagai berikut25 : eliminasi atau pengurangan; dan
1. Bank Indonesia mendefinisikan pembiayaan ancaman yang tersisa agar
manajemen risiko sebagai “serangkaian apabila kerugian tetap terjadi, organisasi
prosedur dan metodologi yang dapat terus menjalankan usahanya tanpa
digunakan untuk mengidentifikasi, terganggu stabilitas keuangannya.”
mengukur, memantau, dan Lebih sederhana, Cumming dan
mengendalikan risiko yang timbul dari Hirtle mendefinisikan manajemen risiko
kegiatan usaha bank” (PBI No. sebagai keseluruhan proses yang disusun
5/8/PBI/2003). oleh lembaga keuangan untuk
2. Widigdo Sukarman mendefinisikan menggambarkan strategi bisnisnya,
manajemen risiko sebagai : mengidentifikasi berbagai risiko yang
”keseluruhan sistem pengelolaan dan mungkin terjadi, mengukur risiko-risiko
pengendalian risiko yang dihadapi oleh tersebut, memahami dan mengendalikan
bank yang terdiri dari seperangkat alat, sifat alami risiko yang dihadapinya 26.
teknik, proses manajemen (termasuk Dalam hal ini berbeda antara manajemen
kewenangan dan sistem dan prosedur risiko dengan pengukuran risiko (risk
operasional) dan organisasi yang measurement). Risk measurement
ditujukan untuk memelihara tingkat merupakan salah satu bagian atau tahapan
profitabilitas dan tingkat kesehatan bank dalam manajemen risiko, yaitu kegiatan
yang telah ditetapkan dalam corporate yang diarahkan untuk mengukur seberapa
plan atau rencana strategis bank lainnya besar risiko yang akan dihadapi.
sesuai dengan tingkat kesehatan bank Dalam konteks fikih, segala
yang berlaku.” sesuatu dalam mu’amalah pada dasarnya
3. William T. Tornhill memberikan adalah boleh (mubah/jaiz) kecuali yang
definisi manajemen risiko dengan : dilarang atau diharamkan. Dengan dasar
“sebagai sebuah disiplin pengelolaan ini, lembaga keuangan sesungguhnya
yang tujuannya adalah untuk memiliki keleluasaan untuk penyediaan
memproteksi aset dan laba sebuah berbagai layanan keuangan dan perbankan
organisasi dengan mengurangi potensi yang variatif. Mereka juga dapat
kerugian sebelum hal tersebut terjadi, membangun sistem yang diperlukan
dan pembiayaan melalui asuransi atau sedemikian rupa untuk mendukung
cara lain atas kemungkinan rugi besar kegiatan bisnis mereka.
karena bencana alam, keteledoran Meskipun demikian, keleluasaan
manusia, atau karena keputusan tersebut harus dipahami bahwa Islam
pengadilan. Dalam prakteknya, proses memiliki sejumlah ketentuan penting
ini mencakup langkahlangkah logis terkait dengan aktivitas sosioekonomi.
seperti pengidentifikasian risiko, Ketentuan tersebut akan menjamin bahwa
pengukuran dan penilaian atas ancaman sasaran-sasaran sosioekonomi yang hendak
dicapai oleh Islam, yaitu masyarakat yang
                                                             mampu memenuhi kebutuhannya dalam
24
Djojosoedarsono,Soeisno,Prinsip
-Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi,                                                             
26
1999,hlm.4   Tariqullah Khan dan Habib
25
Tampubolon, Robert, Risk Ahmed, Risk Management; An Analysis of
Management: Qualitative Approach Aplied Issues In Islamic Financial Industry, hlm.
to Commercial Bank,hlm.33-34.  27. 

228 
Menara Riau : Jurnal Kewirausahaan , Vol 13, No.2, Juli - Desember 2014 
 

suatu cara yang adil dan saling menekankan pentingnya akad/kontrak dan
menguntungkan di antara anggota-anggota objek yang sangat jelas. Secara mikro,
masyarakat itu dan masyarakat lainnya. mereka juga akan tetap memperhatikan
Penekanan Islam terhadap aspek kepentingannya sendiri sebagaimana
keadilan dan perolehan kekayaan secara layaknya perusahaan bisnis.
halal dan bebas dari unsur kebatilan, harus Sebuah ketentuan penting lainnya
menjadi perhatian utama beroperasinya dalam syariah yang terkait dengan risk-
lembaga-lembaga keuangan atas nama return adalah: al-kharaj bi al-dlaman di
Islam. Dengan demikian, kegiatan mana pendapatan harus disertai dengan
operasional mereka harus kewajiban yang melekat padanya 29. Ini
senantiasa tunduk pada ketentuan dan adalah ketentuan terpenting dalam
prinsip Islam. Setiap upaya yang diakukan transaksi keuangan Islam. Dalam
oleh lembaga-lembaga ini harus mampu pengertian konvensional, ini berimplikasi
memberikan kontribusi pada pencapaian bahwa tidak ada keuntungan positif yang
sasaran Islam secara menyeluruh, yaitu akan diperoleh dalam kondisi yang berisiko
falah dan kesejahteraan bagi umat manusia nol.
27
.
Hal itu akan memperhatikan Risiko Lembaga Keuangan
sejumlah larangan penting dalam Islam. Walaupun semua bisnis
Penyelenggaraan lembaga keuangan menghadapi ketidakpastian (risiko),
syariah sebagaimana disampaikan banyak lembaga keuangan akan menampilkan
ahli harus terbebas dari tiga unsur suatu ciri khusus atas risiko yang
sekaligus, yaitu riba, maysir, dan gharar diakibatkan aktivitas mereka. Tujuan
karena ketiha hal tersebut merupakan lembaga keuangan adalah untuk
sumber terpenting dari kebatilan. memperbesar keuntungan dan nilai tambah
Larangan-larangan tersebut pemegang saham
memiliki implikasi penting terhadap (shareholder) melalui penyediaan berbagai
hakikat aset-aset keuangan, bentuk layanan keuangan dan perbankan
perdagangannya, risiko dan mitigasinya, dengan cara mengelola risiko. Risiko yang
serta terhadap manajemen aset-aset dihadapi lembaga keuangan dapat dibagi
keuangan syariah secara umum28. kepada risiko keuangan dan non keuangan.
Mengingat bank-bank syariah juga Risiko keuangan terdiri dari risiko pasar
akan mengelola risiko, maka manajemen dan risiko kredit. Risiko non keuangan -
risiko yang akan dijalankan harus selaras tidak terbatas hanya- mencakup risiko
dengan ketentuan dan sasaran pencapaian operasional, risiko regulasi, dan risiko
sosioekonomi Islam. Disamping itu, dalam legal30
menghindari gharar yang disebabkan oleh
ketidakjelasan dalam transaksi, Islam
                                                            
29
                                                             Obaidullah, Muhammed, 2005,
27
Chapra, M. Umer, 2000, Sistem Islamic Financial Service,
Moneter Islam, Jakarta: Gema Insani http://Islamiccenter.kau.edu.sa/english/pub
Press,2000,hlm.5,12. lications/ifs/master. zip, Maret
28
Tariq, Ali Arsalan, 2004, 2006,hlm.72
30
Managing Financial Risk Of Sukuk Tariqullah Khan dan Habib
Structures, Ahmed, Risk Management; An Analysis of
www.islamicfinance.de/sukukrisks.pdf, Issues In IslamicFinancial Industry,hlm.
Oktober 2005,hlm.9. 28

229 
Rizki Ramadiyah : Model Sistem Manajemen Resiko Perbankan Syariah

Bank Indonesia sebagaimana atau karena suatu transaksi tidak dapat


Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8 tahun dilaksanakan pada harga pasar yang
2003 mengidentifikasi ada 8 jenis risiko terjadi (asset liquidity risk).
yang melekat pada industri perbankan, 4. Risiko Operasional, adalah risiko yang
yaitu: risiko kredit, risiko pasar, risiko timbul akibat ketidakcakapan atau tidak
likuiditas, risiko operasional, risiko hukum berfungsinya proses internal. Risiko ini
(legal), risiko reputasi, risiko dapat bersumber dari kesalahan atau
strategik, dan risiko kepatuhan kekurangan manusia, kegagalan sistem
(compliance). Berikut adalah penjelasan pencatatan, pembukuan, dan pelaporan
singkat mengenai definisi dari masing- transaksi secara lengkap, benar, dan
masing risiko tersebut sebagaimana tepat waktu. Ini juga karena
31
diberikan oleh Ghozali dan ketidakpatuhan pada ketentuan internal
32
Tampubolon : atau regulasi yang berlaku atau
1. Risiko Kredit, adalah risiko yang timbul perubahan perubahan regulasi yang
sebagai akibat kegagalan counterpart mempengaruhi operasional bank.
memenuhi kewajibannya. Risiko ini 5. Risiko Hukum, adalah risiko yang
dapat berasal dari aktifitas fungsional timbul akibat kelemahan aspek yuridis
bank (seperti penyaluran pinjaman, atau kelemahan kontrak. Ini dapat
tresuri dan investasi, jasa pembiayaan berasal dari tuntutan hukum terhadap
perdagangan yang tercatat dalam buku bank, ketiadaan peraturan perundangan
bank) maupun berasal dari kinerja yang mendukung, putusan pengadilan,
debitur yang buruk sehingga gagal serta pelanggaran hukum dan perbuatan
menyelesaikan kewajibannya lainnya oleh karyawan yang dapat
sebagaimana yang disepakati dalam menimbulkan kerugian bank.
kontrak. 6. Risiko Reputasi, adalah risiko yang
2. Risiko Pasar, adalah risiko yang timbul disebabkan oleh publikasi negatif
karena adanya pergerakan variabel pasar berkaitan dengan bank atau persepsi
(adverse movement) dari portofolio negatif terhadap bank.
yang dimiliki oleh bank, yang dapat 7. Risiko Strategik, adalah risiko yang
merugikan bank. Risiko ini sangat timbul akibat adanya penetapan dan
berkaitan dengan faktor sistemik di pelaksanaan strategi bank yang tidak
mana terdapat korelasi antara instrumen tepat, pengambilan Keputusan bisnis
produk, mata uang, atau pasar (systemic yang tidak tepat atau kurangnya
risk atau correlations risk). kepekaan bank terhadap perubahan
3. Risiko Likuiditas, adalah risiko yang kondisi lingkungan eksternal.
timbul akibat ketidakmampuan bank 8. Risiko Kepatuhan, adalah risiko yang
untuk membayar kewajibannya pada timbul akibat ketidakpatuhan bank
saat jatuh tempo (funding liquidity risk) terhadap ketentuan peraturan atau
perundangan yang berlaku.
                                                            
31
Ghozali, Imam,Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah
Risiko Perbankan: Pendekatan Kuantitatif Risiko bank syariah muncul
Value at Risk (VaR), Semarang: Badan sebagaimana yang terjadi di bank
Penerbit Universitas Diponegoro, 2007,hlm konvensional minus bunga. Namun yang
12-19 unik adalah bahwa risiko di bank syariah
32
Tampubolon, Robert, Risk terkait dengan struktur aset dan liabilitas
Management: Qualitative Approach Aplied yang ada di bank syariah. Dalam sisi aset,
to Commercial Bank, hlm.24-29

230 
Menara Riau : Jurnal Kewirausahaan , Vol 13, No.2, Juli - Desember 2014 
 

bank syariah diisi oleh instrumen keuangan pembiayaan secacar sebagian atau
yang berbada dengan bank konvensional. keseluruhan dalam aktivitas bisnis
Ia tidak mengenal bunga meskipun terdapat sebagaimana yang dideskripsikan dalam
instrumen yang memberikan keuntungan kontrak, dan penyedia dana akan
pasti. Sementara pada sisi liabilitasya, bank berbagi atas risiko bisnisnya.
syariah diisi oleh instrumen keuangan yang 3. Market Risk (risiko pasar), digambarkan
mengharuskannya berbagi hasil dengan sebagai resiko dari kerugian-kerugian
nasabahnya mengingat nasabah hanya atas posisi on dan off balance sheet
menginvestasikan kekayaannya dalam yang timbul dari pergerakan harga
bentuk uang. Kontrak-kontrak yang pasar, diantaranya fluktuasi nilai aset
dilakukan dalam memobilisasi kedua sisi yang dapat diperdagangkan, dijual atau
tersebut memberikan implikasi penting disewakan (termasuk sukuk) dan dalam
terhadap profil risiko yang dihadapi bank portofolio individual off balance sheet
syariah. (contoh: akun investasi terbatas). Risiko
Sesuai dengan standar manajemen ini berhubungan dengan volatilitas pasar
risiko yang diterbitkan oleh IFSB –Islamic sekarang dan akan datang atas nilai aset
Financial Service Board, lembaga spesifik (contoh: harga komoditas aset
keuangan syariah (non asuransi) Salam, nilai pasar atas sukuk, nilai pasar
menghadapi –tidak terbatas hanya- enam atas aktiva Murabahah yang dibeli
risiko, sebagai berikut: untuk dikirimkan dalam suatu periode
1. Credit Risk (risiko kredit), secara umum tertentu) dan nilai tukar valuta asing.
didefinisikan sebagai potensi kegagalan 4. Liquidity Risk (risiko likuiditas), adalah
counterpart untuk menyelesaikan potensi rugi lembaga keuangan yang
kewajibannya sesuai dengan timbul dari ketidakmampuan mereka
persetujuan. Definisi ini dapat untuk memenuhi kewajibannya atau
digunakan terhadap lembaga dalam untuk meningkatkan dana atas aset jatuh
mengelola eksposur pembiayaan tempo tanpa mengakibatkan biaya atau
berdasarkan piutang dan sewa-guna- kerugian yang tak dapat diterima.
usaha (contoh: murabahah, diminishing 5. Rate of Return Risk (risiko tingkat
musyarakah dan ijarah) dan return), yaitu risiko berhubungan
transaksi/proyek pembiayaan modal dengan perubahan tingkat return
kerja (contoh: salam, istisna` atau banchmark dalam keseluruhan konteks
mudlarabah). Lembaga keuangan neraca mereka, dan
syariah perlu mengelola risiko kredit 6. Operational Risk (risiko operasional)
yang terdapat dalam pembiayaan dan yaitu risiko yang berkaitan dengan
portofolio investasi mereka berkenaan kegiatan operasional bank, termasuk
dengan default/cidera janji, yang timbul dari kesalahan atau
downgrading/penurunan peringkat dan ketidaklayakan proses internal, sumber
konsentrasi pembiayaan. Risiko kredit daya manusia dan sistem serta kejadian
mencakup risiko-risiko yang timbul eksternal. Risiko ini terkait juga dengan
dalam transaksi-transaksi pembukaan ketaatan dan kepatuhan bank terhadap
dan penyelesaian. ketentuan syariah.
2. Equity Investment Risk (risiko investasi
ekuitas), yaitu risiko yang ditimbulkan Proses dan Sistem Manajemen Risiko
oleh masuknya lembaga keuangan Elemen utama dalam manajemen
dalam sebuah kemitraan dengan tujuan risiko mencakup kegiatan
untuk terlibat dalam penyertaan mengidentifikasi, mengukur, memonitor,

231 
Rizki Ramadiyah : Model Sistem Manajemen Resiko Perbankan Syariah

dan mengelola berbagai macam eksposur dilakukan untuk menyebarkan risiko


risiko. Hal ini harus dilakukan secara kepada berbagai aset sehingga
efektif dalam suatu proses dan sistem yang kemungkinan menghadapi kerugian
tangguh di tempatnya. Keseluruhan proses dapat diminimumkan. Beberapa aset
dan sistem tersebut harus terinternalisasi fisik lain –umumnya risikonya
dalam setiap seksi atau departemen yang ditanggungkan kepada pihak lain(
ada dalam lembaga keuangan tersebut dan diasuransikan).
menjadi sebuah budaya manajemen risiko Berikut ini adalah proses dan
dalam institusi. sistem manajemen risiko yang digunakan
Proses manajemen risiko pada perbankan sebagaimana diadopsi oleh
dasarnya dilakukan melalui tahapan- Khan dan Ahmed 34:
tahapan sebagai berikut33 : 1) Pembentukan Lingkungan Manajemen
1) Identifikasi risiko Risiko dan Kebijakan dan Prosedur
Identifikasi risiko dilakukan untuk yang baik.
mengidentifikasi risikorisiko yang Taraf ini berkaitan dengan keseluruhan
dihadapi oleh suatu organisasi. Teknik tujuan dan strategi bank terhadap
pengidentifikasian ini dapat dilakukan risiko dan kebijakan manajemennya.
dengan melakukan penelusuran Dewan direktur bertanggung jawab
sumber risiko sampai terjadinya menyusun seluruh tujuan, kebijakan,
peristiwa tidak diinginkan. dan strategi manajemen risiko bagi
2) Evaluasi dan pengukuran risiko lembaga keuangannya. Tujuan tersebut
Tahap ini dilakukan untuk memahami harus dikomunikasikan kepada seluruh
karakteristik risiko dengan lebih baik lini dalam organisasi. Di samping
sehingga dapat lebih mudah menyetujui seluruh kebijakan bank
dikendalikan. terkait dengan risiko, dewan direktur
3) Pengelolaan risiko harus menjamin bahwa manajemen
Setiap bisnis akan menghadapi mengambil tindakan yang cukup untuk
risikonya sendiri-sendiri dan mengidentifikasi, mengukur,
karakteristik risikonya juga berbeda- memonitor, dan mengontrol risiko
beda. Hal ini memerlukan pengelolaan tersebut. Dewan secara periodik juga
yang berbeda pula sesuai dengan harus memperoleh informasi dan
karakteristik risiko tersebut. Pada review status berbagai risiko terkini
umumnya, pengelolaan risiko dapat yang dihadapi bank.
dilakukan dengan berbagai cara, Manajemen senior bertanggung
seperti penghindaran, ditahan jawab untuk mengimplementasikan
(retention), diversifikasi, ataupun semua persetujuan dewan direktur.
ditransfer kepada pihak lain. Cara Untuk menjalankannya, manajemen
termudah dan aman adalah dengan harus membuat kebijakan dan
menghindari risiko. Dalam situasi prosedur yang akan digunakan bank
tertentu, risiko dapat ditahan atau dalam mengelola risiko. Hal ini
ditanggung sendiri. Teknik mencakup penyelenggaraan proses
diversifikasi biasanya banyak review manajemen risiko, batasan

                                                                                                                         
33 34
Hanafi, Mamduh M.,   Tariqullah Khan dan Habib
Manajemen Risiko, Yogyakarta: UPP Ahmed, Risk Management; An Analysis of
STIM YKPN, 2006,hlm.10-12. Issues In Islamic Financial Industry,
  hlm.32-33. 

232 
Menara Riau : Jurnal Kewirausahaan , Vol 13, No.2, Juli - Desember 2014 
 

pengambilan risiko yang tepat, sistem reguler menghasilkan laporan


pengukuran risiko yang memadai, manajemen risiko dan laporan audit.
sistem pelaporan yang komprehensif, Bank juga dapat menggunakan sumber
dan kontrol internal yang efektif. daya luar untuk menilai (asses) risiko,
Prosedur yang dibuat harus mencakup penggunaan pemeringkatan risiko
proses persetujuan (approval), batasan, apapun, ataupun kriteria penilaian -
dan mekanisme yang tepat, yang pengawasam risiko seperti CAMEL
desain untuk menjamin pencapaian (Capital Asset Management Equity
tujuan manajemen risiko bank. Bank Liability).
harus secara jelas mengidentifikasi Risiko yang diambil bank harus
individu dan atau komite yang termonitor dan terkelola secara efisien.
bertanggung jawab terhadap Bank juga harus menyelenggarakan
manajemen risiko dan mendefinisikan pengujian stress untuk melihat
garis Kewenangan dan pertanggung portofolio yang dimiliki terhadap
jawabannya. Perhatian harus diambil berbagai perubahan potensial di masa
bahwa pemisahan kewajiban yang depan. Area-area yang harus diperiksa
cukup atas fungsi pengukuran, bank adalah efek penuntunan dalam
pemantauan, dan kontrol. industri atau perekonomian dan
Selanjutnya, aturan dan standar keadaan risiko pasar dalam hal tingkat
keikutsertaan yang jelas harus disertai default dan kondisi likuiditas bank. Uji
batasan posisi, tekanan harus dirancang untuk
keterbukaan/jangkauannya terhadap mengidentifikasi kondisi di mana
counterpart, kredit, dan konsentrasi. posisi bank akan menjadi lemah dan
Panduan dan strategi investasi harus tanggapan-tanggapan yang dapat
disertakan untuk membatasi risiko dilakukan terhadap situasi tersebut.
dalam berbagai aktifitas. Panduan Bank juga harus memiliki rencana
tersebut harus mencakup struktur asset kontijensi/alternatif yang dapat
dalam hal konsentrasi dan jatuh tempo, digunakan dalam berbagai skenario.
ketidak-sesuaian asset-liabilitas, 3) Kontrol Internal yang Memadai
hedging, sekuritisasi, dan sebagainya. Bank harus memiliki kontrol internal
2) Proses Pengukuran, Mitigasi, dan untuk menjamin bahwa semua
Monitoring yang Terpelihara kebijakan dapat dipertahankan. Sebuah
Bank harus memiliki sistem informasi sistem kontrol internal yang efektif
manajemen reguler untuk mengukur, mencakup proses yang memadai untuk
memonitor, mengontrol, dan mengidentifikasi dan mengevaluasi
melaporkan berbagai eksposur risiko. berbagai jenis risiko dan kepemilikan
Tahapan yang diperlukan untuk tujuan sistem informasi yang cakap
pengukuran dan pemantauan risiko (sufficient) untuk mendukung hal ini.
adalah pembuatan standar kategorisasi Sistem itu juga harus menguatkan
dan review risiko, serta evaluasi dan kebijakan dan prosedur dan
pemeringkatan eksposur yang keberlangsungannya yang secara terus-
konsisten. Frekuensi risiko dan laporan menerus dapat ditinjau. Hal ini akan
audit yang terstandarisasi dalam mencakup pelaksanaan audit internal
lembaga juga penting. Tindakan yang secara periodik atas berbagai proses
diperlukan dalam hal ini adalah dan menghasilkan laporan independen
menciptakan standar inventarisasi secara reguler dan evaluasi untuk
risiko berdasarkan aset, dan secara mengidentifikasi bidang-bidang dari

233 
Rizki Ramadiyah : Model Sistem Manajemen Resiko Perbankan Syariah

kelemahan. Bagian penting dari disediakan. Dalam fungsi intermediasinya,


kontrol internal adalah untuk bank syariah akan menghadapi risiko-
menjamin bahwa kewajiban orang- risiko yang berkaitan dengan
orang yang mengukur, memonitor, dan kemampuannya berkompetisi dan
mengontrol risiko adalah terpisah. memenuhi kepentingan stakeholder-nya,
Akhirnya, struktur insentif dan yaitu depositor, shareholder, dan regulator.
akuntabilitas yang terukur dengan Bank Syariah akan menghadapi 6
pengurangan pengambilan risiko dari jenis risiko (versi IFSB –Islamic Financial
setiap karyawan juga merupakan suatu Services Board-), yaitu: Credit Risk (risiko
elemen penting untuk mengurangi kredit), Equity Investment Risk (risiko
keseluruhan risiko. Suatu prasyarat investasi ekuitas), Market Risk (risiko
yang berbasis kontrak perangsangan pasar), Liquidity Risk (risiko likuiditas),
ini adalah pelaporan akurat atas Rate of Return Risk (risiko tingkat return),
eksposur bank dan sistem kontrol Operational Risk (risiko operasional).
internalnya. Sebuah struktur insentif 1. Risiko Kredit
yang terukur dan efisien akan Risiko Kredit didefinisikan sebagai
membatasi individu untuk mencapai potensi gagalnya counterparty untuk
level dan mendorong pembuat memenuhi kewajibannya sesuai
kebijakan untuk mengelola risiko dengan persetujuan. Definisi ini
dalam suatu cara yang konsisten digunakan IFSB terhadap berbagai
dengan goal dan tujuan bank. eksposur risiko atas aset-aset
receivables dan sewa (seperti:
Resiko-Resiko Bank Syariah murabahah, diminishing musyarakah,
Instrumen-instrumen keuangan dan ijarah’) serta transaksi pembiayan
sebagaimana diformulasikan sebelumnya proyek modal kerja (seperti: salam,
dapat dilihat sebagai sebuah model untuk istisna’, dan mudlarabah). Bank akan
beroperasinya suatu intermediasi finansial menghadapi risiko ini yang melekat
dalam sistem keuangan Islam. Lembaga dalam aktivitas pembiayaannya dan
keuangan syariah –bank syariah- akan dalam portofolio investasinya
menjalankan fungsi intermediasi tersebut sehubungan dengan default (gagal
dalam memperoleh keuntungan sekaligus bayar), downgrading, dan konsentrasi.
melakukan pengawasan terhadap kinerja 2. Risiko Investasi Ekuitas
proyek yang sedang dibiayai. Risiko investasi ekuitas didefinisikan
Sebagai lembaga intermediasi, sebagai risiko yang timbul dari
bank-bank syariah telah menjalankan memasuki suatu kemitraan untuk
fungsi sebagaimana bank komersial tujuan memiliki bisnis atau mengambil
sekaligus bank investasi. Sisi liabilitas bagian dalam pembiayaan tertentu atau
lembaga keuangan ini terdiri dari rekening dalam aktivitas bisnis yang umum
giro, tabungan, investasi, dan investasi sebagaimana digambarkan dalam
terbatas. Sementara sisi asetnya akan kontrak, dan, di mana penyedia dana
terdiri dari berbagai macam instrumen turut serta dalam risiko bisnis
pembiayaan yang didasarkan pada (paragraf 49). Risiko ini berkaitan
pembiayaan atas nama penyertaan dengan kualitas para mitra, aktivitas
(mudlarabah-musyarakah) dan hutang bisnis dasar, dan hal-hal operasional
(jual-beli dan sewa serta pinjaman/qard), yang berlangsung. Sehingga risiko ini
serta fee based income untuk berbagai jenis sangat terkait dengan mitra
layanan keuangan dan perbankan yang (mudlarib/musyarakah), aktivitas

234 
Menara Riau : Jurnal Kewirausahaan , Vol 13, No.2, Juli - Desember 2014 
 

bisnis, serta operasional di lapangan. kondisi keuangan bank, dan c) tidak


Risikonya akan mencakup gambaran patuh pada ketentuan dan prinsip
rekaman terakhir kinerja tim syariah dalam berbagai macam
manajemen dan kualitas rencana kontrak dan aktivitas (paragraf 85).
bisnisnya, sumber daya manusia yang 5. Risiko Tingkat Return
terlibat, dan aktivitas mudharabah atau Risiko tingkat return merupakan
musyarakah yang diusulkan (paragraf dampak potensial dari faktor pasar
50). yang mempengaruhi tingkat return aset
3. Risiko Pasar dibandingkan dengan ekspektasi
Risiko pasar didefinisikan sebagai tingkat return pemegang rekening
risiko kerugian-kerugian dalam posisi investasi. Suatu peningkatan dalam
on-balance sheet dan off-balance sheet tingkat banchmark akan menyebabkan
yang timbul dari pergerakan harga ekspektasi tingkat return yang lebih
pasar, antara lain: fluktuasi nilai aset- tinggi oleh pemegang rekening
aset yang dapat diperdagangkan, investasi. Akan tetapi, hal ini tidak
diperjualbelikan, atau disewakan dapat ditetapkan di muka karena
termasuk sukuk serta portofolio tergantung dari aktivitas bisnis bank.
individual rekening investasi terbatas. Konsekuensi dari risiko tingkat return
Risiko ini berkaitan dengan ini dapat menjadi displaced
pergerakan harga pasar saat ini commercial risk. Bank mungkin
maupun yang akan datang terpaksa membayar tingkat return yang
(paragraf 67). lebih tinggi dibandingkan yang dapat
4. Risiko Likuiditas diberikan bank jika tingkat return aset
Risiko Likuiditas adalah potensi lebih rendah dari tingkat return
kerugian yang dapat dialami bank kompetitor. Displaced commercial risk
yang ditimbul akibat berasal dari tekanan terhadap bank
ketidakmampuannya untuk memenuhi untuk dapat menjaring dan
kewajiban-kewajibannya atau untuk mempertahankan investor/penyedia
meningkatkan dananya dalam aset dana.
ketika diperlukan tanpa meningkatkan 6. Risiko Operasional
biaya atau kerugian yang tidak dapat Risiko operasional merupakan risiko
diterima (paragraf 81). Bank akan yang muncul terhadap seluruh material
memerlukan likuiditas yang terpelihara yang dapat mempengaruhi kegiatan
agar dapat menyediakan kepada operasional bank, di antaranya: risiko
pemilik dana (pemegang rekening kerugian yang disebabkan oleh
koran dan rekening investasi) yang ketidakmampuan atau kesalahan
memerlukan kembali dananya. Bank proses, orang-orang, dan sistem, serta
harus menjamin bahwa dana dalam kejadian-kejadian eksternal. Bank juga
rekening koran dapat tersedia pada akan menghadapi risiko dari
saat diminta kembali, kapanpun ketidakpatuhan mereka terhadap
(paragraf 83). Sedang, atas dana-dana syariah dan kesalahan lainnya dalam
dalam rekening investasi di mana hal fidusia. Bank karena hal ini dapat
mereka berbagi dalam hal keuntungan mengalami penurunan reputasi dan
dan kerugian atas bisnis bank, mereka keterbatasan dalam memperoleh
dapat menerima kondisi bahawa: a) kesempatan bisnis.
return yang diterima lebih rendah dari Sementara itu, menurut Peraturan
yang diharapkan, b) tergantung pada Bank Indonesia Nomor 5/8 Tahun 2003

235 
Rizki Ramadiyah : Model Sistem Manajemen Resiko Perbankan Syariah

tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi karakteristik yang berbeda dengan


Bank Umum, bank akan menghadapi konvensional. Meskipun penamaan jenis
sekurangnya 8 jenis risiko, yaitu: 1) Risiko risikonya sama, akan tetapi perlakukan
Kredit; 2) Risiko Pasar; 3) Risiko risiko tersebut berbeda kepada bank
Likuiditas; 4) Risiko Operasional; 5) syariah. Jika dalam perbankan
Risiko Hukum; 6) Risiko Reputasi; 7) konvensional risikonya tidak ditransfer
Risiko Strategik; dan 8) Risiko Kepatuhan. kepada para nasabah bank, risiko bank
Empat risiko pertama merupakan risiko syariah sesungguhnya merupakan transfer
yang dimiliki oleh setiap lembaga risiko dari para mitra bisnisnya di samping
keuangan dalam berbagai tingkat risiko tersebut juga akan ditransfer kepada
kompleksitas operasional bank. Setiap para pemegang rekening investasi di bank.
bank wajib mengelola risiko tersebut sesuai
dengan kebutuhan bank bersangkutan. Manajemen Resiko Bank Syariah
Sedangkan empat risiko terakhir berkaitan Sistem keuangan dan perbankan
dengan kompleksitas usaha bank di mana sebagaimana diusulkan dalam ekonomi
bank akan menghadapi risiko yang lebih Islam adalah suatu sistem yang secara
beragam dan sulit. Risiko hukum adalah khusus didesain berdasarkan pada
risiko yang disebabkan oleh adanya ketentuan dan prinsip Islam. Untuk itu,
kelemahan aspek yuridis. Kelemahan aspek sistem ini secara fundamental akan berbeda
yuridis antara lain disebabkan adanya dengan sistem konvensional yang sedang
tuntutan hukum, ketiadaan peraturan berlangsung hingga hari ini. Singkatnya,
perundang - undangan yang mendukung sistem keuangan dan perbankan syariah
atau kelemahan perikatan seperti tidak dirancang sedemikian rupa dan menjadi
dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan sistem bagi hasil Islam untuk menyediakan
pengikatan agunan yang tidak sempurna. sarana investasi dan pembiayaan yang
Risiko reputasi adalah risiko yang antara diperlukan masyarakat.
lain disebabkan adanya publikasi negatif Sistem keuangan dan perbankan
yang terkait dengan kegiatan usaha bank dengan model sistem bagi hasil ini
atau persepsi negatif terhadap bank. Risiko didasarkan dikembangkan mengikuti
strategik adalah risiko yang antara lain kontrak-kontrak pembiayaan yang secara
disebabkan adanya penetapan dan legal disahkan dalam hukum Islam.
pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, Kontrak-kontrak tersebut adalah kontrak
pengambilan keputusan bisnis yang tidak kemitraan bisnis yang pernah dijalankan
tepat atau kurang responsifnya bank generasi muslim awal berdasarkan
terhadap perubahan eksternal. Sedang, mudharabah dan musyarakah.
risiko kepatuhan adalah risiko yang Dalam sistem keuangan dan
disebabkan bank tidak mematuhi atau tidak perbankan modern hari ini, mudharabah
melaksanakan peraturan perundang- dan musyarakah dikembangkan menjadi
undangan dan ketentuan lain yang instrumen-instrumen keuangan yang dapat
berlaku. Pengelolaan risiko kepatuhan digunakan secara luas. Umumnya,
dilakukan melalui penerapan sistem instrumeninstrumen tersebut
pengendalian intern secara konsisten. dikembangkan dengan memenuhi tuntutan
Sebagai bank komersial, bank untuk menghindari praktek riba yang
syariah akan menghadapi semua jenis secara tegas dilarang Islam.
risiko perbankan secara keseluruhan. Di perbankan, instrumen-
Berdasarkan terminologinya sendiri, risiko- instrumen tersebut digunakan sebagai
risiko dalam bank syariah akan memiliki sarana investasi dan pembiayaan oleh

236 
Menara Riau : Jurnal Kewirausahaan , Vol 13, No.2, Juli - Desember 2014 
 

bank. Mengingat berbagai kesulitan dan perwujudan menyeluruh oleh semua satuan
kendala yang dihadapi bank hari ini, kerja dalam institusi bersangkutan untuk
instrumen-instrumen tersebut cenderung menciptakan suatu budaya pengelolaan
terbatas digunakan sebagai instrumen risiko. Proses manajemen risiko secara
pembiayaan. Di antara yang paling krusial spesifik dari lembaga keuangan individual
dalam penggunaan instrumen-instrumen ini bergantung pada sifat alamiah dari aktivitas
adalah bisnis dan ukuran serta kompleksitas
terkait dengan risiko yang harus dihadapi lembaga tersebut. Sistim pengelolaan risiko
bank. Mudharabah dan musyarakah masih yang ditetapkan merupakan suatu patokan
merupakan instrumen-instrumen bagi bank yang harus diikuti35.
pembiayaan yang berisiko tinggi. Proses dan sistem pengelolaan
Manajemen risiko yang risiko yang secara umum dilakukan dalam
diperlukan untuk mendukung pembiayaan lembaga keuangan mencakup suatu
berdasarkan instrumen-instrumen ini juga penciptaan lingkungan manajemen risiko
merupakan hal baru dan langka. Panduan dan kebijakan dan prosedur yang tepat;
standar tentang manajemen risiko proses pengukuran, mitigasi, dan
diterbitkan IFSB – Islamic Financial pengawasan yang terpelihara; serta kontrol
Services Board merupakan standar internal yang memadai. Ketiga hal ini
manajemen risiko pertama yang dimiliki harus dikerjakan secara konsisten dan
perbankan syariah. Pelaksanaan dari berkelanjutan sehingga bank dapat
standar ini bagi bank-bank syariah akan memastikan bahwa aktivitas bisnisnya
mengikuti ketentuan yang diberlakukan telah dijalankan dalam batasan yang dapat
terhadap perbankan di mana berada. diterima dan menguntungkan.
Disamping itu, pelaksanaan manajemen Untuk menerapkan ketiga prinsip
risiko bagi bank-bank syariah akan tersebut, Bank Indonesia melalui Peraturan
disesuaikan dengan karakteristik dan profil Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003
risiko yang dihadapi setiap bank. Sehingga, sebagaimana pula yang dimuat dalam
seperti dipahami umum, manajemen risiko standar manajemen risiko untuk lembaga
yang akan terdapat dalam perbankan akan keuangan syariah oleh IFSB pada
berbeda bagi setiap bank atau lembaga Desember 2005, Penerapan manajemen
keuangan syariah. Bank-bank syariah risiko di perbankan setidaknya harus
hanya memiliki standar umum yang akan mencakup: 1) pengawasan aktif dewan
digunakan dalam mengelola risikonya, komisaris dan direksi, 2) pembentukan
sedangkan pelaksanaannya yang terinci organisasi dan fungsi manajemen risiko, 3)
akan disesuaikan dengan kebutuhan penetapan kebijakan, prosedur, dan
masing-masing bank. penetapan limit, dan 4) proses penerapan
manajemen risiko yang baik.
Proses dan Sistem Manajemen Risiko Berikut adalah pedoman
Bank Syariah penerapan manajemen risiko sebagai mana
Unsur-unsur utama dalam dimuat dalam lampiran Surat Edaran No.
manajemen risiko mencakup kegiatan 5/21/DPNI tanggal 29 September 2003
mengidentifikasi, mengukur, monitoring, tentang Pedoman Standar Penerapan
dan mengelola berbagai eksposur risiko.
Hal ini dapat secara efektif diterapkan jika                                                             
35
ada suatu proses dan sistem yang   Tariqullah Khan dan Habib
diberlakukan untuk hal itu. Keseluruhan Ahmed, Risk Management; An Analysis of
proses pengelolaan risiko harus merupakan Issues In IslamicFinancial Industry, hlm.
31. 

237 
Rizki Ramadiyah : Model Sistem Manajemen Resiko Perbankan Syariah

manajemen Risiko bagi Bank Umum, mempengaruhi kegiatan usaha Bank


yaitu: secara signifikan;
1. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris b. Bertanggung jawab atas pelaksanaan
dan Direksi kebijakan manajemen risiko dan
Bagian ini harus mencakup eksposur risiko yang diambil oleh Bank
kewenangan dan tanggung jawab secara keseluruhan, termasuk
dewan komisaris dan direksi, dan mengevaluasi dan memberikan arahan
kualifikasi sumber daya manusia yang strategi manajemen risiko berdasarkan
jelas untuk setiap jenjang jabatan laporan yang disampaikan oleh Satuan
terkait dengan penerapan manajemen Kerja Manajemen Risiko dan
risiko. penyampaian laporan
Wewenang dan tanggung jawab pertanggungjawaban kepada dewan
Komisaris, sekurang - kurangnya meliputi: Komisaris secara triwulanan;
a. Menyetujui dan mengevaluasi kebijakan c. Mengevaluasi dan memutuskan
manajemen risiko yang dilakukan transaksi yang melampaui kewenangan
sekurang-kurangnya satu kali dalam pejabat Bank satu tingkat di bawah
satu tahun atau dalam frekuensi yang Direksi atau transaksi yang memerlukan
lebih tinggi dalam hal terdapat persetujuan sesuai dengan kebijakan
perubahan faktor-faktor yang dan prosedur intern yang berlaku;
mempengaruhi kegiatan usaha Bank d. Mengembangkan budaya manajemen
secara signifikan; risiko pada seluruh jenjang organisasi,
b. Mengevaluasi pertanggungjawaban antara lain meliputi komunikasi yang
Direksi atas pelaksanaan kebijakan memadai kepada seluruh jenjang
manajemen risiko tersebut di atas, yang organisasi tentang pentingnya
dilakukan sekurang-kurangnya secara pengendalian intern yang efektif;
triwulanan; e. Memastikan peningkatan kompetensi
c. Mengevaluasi dan memutuskan sumber daya manusia yang terkait
permohonan atau usulan Direksi yang dengan penerapan manajemen risiko,
berkaitan dengan transaksi atau kegiatan antara lain dengan cara program
usaha yang melampaui kewenangan pendidikan dan latihan yang
Direksi untuk memutuskan sehingga berkesinambungan terutama yang
memerlukan persetujuan dewan berkaitan dengan sistem dan proses
Komisaris. manajemen risiko;
Sedangkan wewenang dan tanggung jawab f. Memastikan bahwa fungsi manajemen
Direksi, sekurang-kurangnya meliputi: risiko telah diterapkan secara
a. Menyusun kebijakan dan strategi independen yang dicerminkan antara
manajemen risiko secara tertulis dan lain adanya pemisahan fungsi antara
komprehensif termasuk penetapan dan Satuan Kerja Manajemen Risiko yang
persetujuan limit risiko secara melakukan identifikasi, pengukuran,
keseluruhan, per jenis risiko, dan per pemantauan dan pengendalian risiko
aktivitas fungsional (kegiatan usaha) dengan satuan kerja yang melakukan
Bank. Penyusunan kebijakan dan dan menyelesaikan transaksi;
strategi manajemen risiko dilakukan g. Melaksanakan kaji ulang secara berkala
sekurang-kurangnya satu kali dalam dengan frekuensi yang disesuaikan
satu tahun atau dalam frekuensi yang kebutuhan Bank, untuk memastikan: (1)
lebih tinggi dalam hal terdapat keakuratan metodologi penilaian risiko;
perubahan faktor-faktor yang (2) kecukupan implementasi sistem

238 
Menara Riau : Jurnal Kewirausahaan , Vol 13, No.2, Juli - Desember 2014 
 

informasi manajemen risiko; dan (3) 2. Pembentukan Organisasi dan Fungsi


ketepatan kebijakan, prosedur, dan Manajemen Risiko
penetapan limit risiko. Dalam rangka penerapan manajemen
Sementara terkait dengan sumber risiko yang efektif, secara umum bank
daya manusia (SDM), bank harus harus menyusun struktur organisasi
menetapkan kualifikasi SDM yang jelas yang sesuai dengan tujuan dan
untuk setiap jenjang jabatan yang terkait kebijakan usaha, ukuran dan
dengan penerapan manajemen risiko untuk kompleksitas serta kemampuan Bank.
menjamin pelaksanaan proses manajemen Struktur organisasi suatu Bank harus
risiko yang berlandaskan dirancang untuk memastikan bahwa
prinsip kehati-hatian. Bank harus satuan kerja yang berfungsi melakukan
meningkatkan tingkat kompetensi dan suatu transaksi (risk taking unit)
integritas pejabat terutama pimpinan satuan adalah independen terhadap satuan
kerja operasional dan Satuan Kerja kerja yang melakukan fungsi
Manajemen Risiko, dengan memperhatikan pengendalian intern (satuan kerja audit
faktor-faktor seperti pengetahuan, intern), serta independen pula terhadap
pengalaman (track record), kemampuan, Satuan Kerja Manajemen Risiko.
serta pendidikan yang memadai di bidang Dalam kaitan dengan pengembangan
manajemen risiko. Bank juga harus struktur organisasi yang ada, bank
mengembangkan sistem penerimaan wajib membentuk Komite Manajemen
pegawai, pengembangan dan pelatihan Risiko (Risk Management Committee)
pegawai, serta remunerasi yang memadai dan Satuan Kerja Manajemen Risiko
untuk memastikan tersedianya pegawai (Risk ManagementUnit). Komite
yang kompeten di bidang manajemen Manajemen Risiko akan memiliki
risiko. Bank harus menempatkan pejabat wewenang dan tanggung jawab untuk
dan staf yang kompeten pada Satuan Kerja memberikan rekomendasi kepada
Manajemen Risiko (Risk Management Direktur Utama yang sekurang-
Unit) sesuai dengan sifat, jumlah, dan kurangnya meliputi:
kompleksitas usaha Bank. Pejabat dan staf a. Penyusunan kebijakan Manajemen
yang ditempatkan di Satuan Kerja Risiko serta perubahannya,
Manajemen Risiko tersebut harus termasuk strategi manajemen risiko
memiliki: dan contingency plan apabila
a. Pemahaman mengenai risiko yang kondisi eksternal tidak normal
melekat pada setiap produk/aktivitas terjadi. Penyusunan dimaksud
fungsional Bank; dilakukan bersama-sama dengan
b. Pemahaman mengenai faktor-faktor pimpinan satuan kerja operasional
risiko yang relevan dan kondisi pasar dan pimpinan Satuan Kerja
yang mempengaruhi produk/aktivitas Manajemen Risiko;
fungsional Bank, serta mampu b. Perbaikan atau penyempurnaan
mengestimasi dampak dari perubahan penerapan Manajemen Risiko yang
faktor-faktor tersebut terhadap dilakukan secara berkala maupun
kelangsungan usaha Bank; bersifat insidentil sebagai akibat
c. Pengalaman dan kemampuan untuk dari suatu perubahan kondisi
memahami dan mengkomunikasikan eksternal dan internal Bank yang
implikasi eksposur risiko Bank kepada mempengaruhi kecukupan
Direksi dan komite manajemen risiko permodalan dan profil risiko Bank
secara tepat waktu.

239 
Rizki Ramadiyah : Model Sistem Manajemen Resiko Perbankan Syariah

dan hasil evaluasi terhadap melakukan aktivitas dan atau produk


efektivitas penerapan tersebut; baru termasuk sistem dan prosedur
c. Penetapan (justification) atas hal- yang digunakan serta dampaknya
hal yang terkait dengan terhadap eksposur risiko Bank secara
keputusankeputusan bisnis yang keseluruhan;
menyimpang dari prosedur normal e. Rekomendasi mengenai besaran atau
(irregularities), seperti keputusan maksimum eksposur risiko yang wajib
pelampauan ekspansi usaha yang dipelihara Bank kepada satuan kerja
signifikan dibandingkan dengan operasional dan kepada Komite
rencana bisnis Bank yang telah Manajemen Risiko, sesuai dengan
ditetapkan sebelumnya atau kewenangan yang dimiliki Satuan
pengambilan posisi/eksposur risiko Kerja Manajemen Risiko;
yang melampaui limit yang telah f. Evaluasi terhadap akurasi dan validitas
ditetapkan. Justifikasi ini data yang digunakan oleh bank untuk
disampaikan dalam bentuk mengukur risiko bagi Bank yang
rekomendasi kepada Direktur menggunakan model untuk keperluan
Utama berdasarkan suatu intern;
pertimbangan bisnis dan hasil g. Penyusunan dan penyampaian laporan
analisis yang terkait dengan profil risiko kepada Direktur Utama
transaksi atau kegiatan us aha Bank dan Komite Manajemen Risiko secara
tertentu sehingga memerlukan berkala atau sekurang-kurangnya
adanya penyimpangan terhadap secara triwulanan. Apabila kondisi
prosedur yang telah ditetapkan oleh pasar berubah dengan cepat maka
Bank. frekuensi laporan harus ditingkatkan.
Sementara Satuan Kerja Sedangkan untuk eksposur risiko yang
Manajemen Risiko akan memiliki relatif lambat seperti risiko kredit,
wewenang dan tanggung jawab uang frekuensi laporan disampaikan
meliputi: sekurang-kurangnya secara triwulanan.
a. Pemantauan terhadap implementasi
strategi manajemen risiko yang 3. Penetapan Kebijakan, Prosedur, dan
direkomendasikan oleh Komite Penetapan Limit
Manajemen Risiko dan yang telah Kebijakan Manajemen Risiko
disetujui oleh Direksi; merupakan arahan tertulis dalam
b. Pemantauan posisi/eksposur risiko menerapkan manajemen risiko dan
secara keseluruhan, per jenis risiko harus sejalan dengan visi, misi, dan
maupun per aktvitas fungsional; rencana strategik Bank serta lebih
c. Penerapan stress testing guna terfokus pada risiko yang relevan pada
mengetahui dampak dari implementasi aktivitas fungsional Bank. Penetapan
kebijakan dan strategi manajemen Kebijakan Manajemen Risiko antara
risiko terhadap kinerja masing-masing lain dengan cara menyusun Strategi
satuan kerja operasional; Manajemen Risiko, yang memastikan
d. Pengkajian terhadap usulan aktivitas bahwa: 1) Bank tetap mempertahankan
dan/atau produk baru yang diajukan eksposur risiko yang sesuai dengan
atau dikembangkan oleh suatu unit kebijakan, prosedur intern Bank,
tertentu yang ada pada bank. peraturan perundang-undangan dan
Pengkajian difokuskan terutama pada ketentuan lain yang berlaku; dan 2)
aspek kemampuan bank untuk Bank dikelola oleh sumber daya

240 
Menara Riau : Jurnal Kewirausahaan , Vol 13, No.2, Juli - Desember 2014 
 

manusia yang memiliki pengetahuan, budaya risiko pada setiap jenjang


pengalaman, dan keahlian di bidang organisasi bank;
manajemen risiko, sesuai dengan e. Penetapan penilaian peringkat
kompleksitas dan kemampuan usaha risiko sebagai dasar bagi Bank
Bank. untuk menentukan langkah-langkah
Kebijakan Manajemen Risiko perbaikan terhadap produk,
sekurang-kurangnya memuat: transaksi perbankan, dan area
a. Penetapan risiko yang terkait aktivitas fungsional tertentu dan
dengan produk dan transaksi mengevaluasi hasil pelaksanaan
perbankan yang didasarkan atas kebijakan dan strategi manajemen
hasil analisis Bank terhadap risiko risiko;
yang melekat pada setiap produk f. Penyusunan rencana darurat atas
dan transaksi perbankan yang telah kemungkinan kondisi eksternal dan
dan akan dilakukan sesuai dengan internal terburuk, sehingga
nature dan kompleksitas usaha kelangsungan usaha bank dapat
Bank; dipertahankan.
b. Penetapan penggunaan metode Penetapan strategi manajemen risiko
pengukuran dan sistem informasi juga harus mempertimbangkan kondisi
manajemen risiko dalam rangka keuangan Bank, organisasi bank, dan risiko
mengkalkulasi secara tepat yang timbul sebagai akibat perubahan
eksposur risiko pada setiap produk faktor eksternal dan faktor internal. Dalam
dan transaksi perbankan serta menyusun prosedur dan penetapan limit
aktivitas fungsional Bank, dan risiko, bank wajib memperhatikan risk
penetapan pelaporan data dan appetite berdasarkan pengalaman yang
informasi yang terkait dengan dimiliki Bank dalam mengelola Risiko.
eksposur risiko sebagai input untuk Penetapan limit didasarkan atas limit
pengambilan keputusan bisnis yang secara keseluruhan, limit per jenis risiko,
menguntungkan dengan tetap dan limit per aktivitas fungsional tertentu
memperhatikan prinsip kehati- yang memiliki eksposur risiko. Prosedur
hatian Bank; dan penetapan limit risiko sekurang-
c. Penentuan limit dan penetapan kurangnya mencakup:
toleransi risiko yang merupakan a. Akuntabilitas dan jenjang delegasi
batasan potensi kerugian yang wewenang yang jelas;
mampu diserap oleh kemampuan b. Dokumentasi prosedur dan penetapan
permodalan bank dan sarana limit secara memadai untuk
pemantauan terhadap memudahkan pelaksanaan kaji ulang
perkembangan eksposur risiko dan jejak audit; dan
bank; c. Pelaksanaan kaji ulang terhadap
d. Penetapan sistem pengendalian prosedur dan penetapan limit secara
intern dalam penerapan manajemen berkala sekurang-kurangnya satu kali
risiko guna memastikan kepatuhan dalam setahun atau frekuensi yang lebih
terhadap ketentuan ekstern dan sering, sesuai dengan jenis risiko,
intern yang berlaku (compliance kebutuhan dan perkembangan bank.
risks), tersedianya informasi 4. Proses Penerapan Manajemen Risiko
manajemen dan keuangan, yang Baik.
efektivitas dan efisiensi kegiatan 5.
operasional bank, serta efektivitas

241 
Rizki Ramadiyah : Model Sistem Manajemen Resiko Perbankan Syariah

Penerapan manajemen risiko yang yang perlu diperhatikan dalam


meliputi pengawasan aktif pengurus Bank, menerapkan identifikasi risiko antara
kebijakan, prosedur dan penetapan limit lain:
risiko, proses identifikasi, pengukuran, 1) Bersifat proaktif (anticipative) dan
pemantauan, sistem informasi, dan bukan reaktif;
pengendalian risiko, serta sistem 2) Mencakup seluruh aktivitas
pengendalian intern. Esensi dari penerapan fungsional (kegiatan operasional);
manajemen risiko adalah kecukupan 3) Menggabungkan dan menganalisa
prosedur dan metodologi pengelolaan informasi risiko dari seluruh
risiko sehingga kegiatan usaha Bank tetap sumber informasi yang tersedia;
dapat terkendali (manageable) pada 4) Menganalisa probabilitas
batas/limit yang dapat diterima serta timbulnya risiko serta
menguntungkan Bank. konsekuensinya.
Namun demikian mengingat b. Pengukuran Risiko
perbedaan kondisi pasar dan struktur, Pendekatan pengukuran risiko
ukuran serta kompleksitas usaha Bank, digunakan untuk mengukur profil risiko
maka tidak terdapat satu sistem manajemen bank guna memperoleh gambaran
risiko yang universal untuk seluruh bank efektifitas penerapan manajemen risiko.
sehingga setiap Bank harus membangun Pendekatan tersebut harus dapat
sistem manajemen risiko sesuai dengan mengukur:
fungsi dan organisasi manajemen risiko 1) Sensitivitas produk/aktivitas
pada bank. terhadap perubahan faktor – faktor
Risiko dalam konteks perbankan yang mempengaruhinya, baik
merupakan suatu kejadian potensial, baik dalam kondisi normal maupun
yang dapat diperkirakan (anticipated) tidak normal;
maupun yang tidak diperkirakan 2) Kecenderungan perubahan faktor-
(unanticipated) yang berdampak negatif faktor dimaksud berdasarkan
terhadap pendapatan dan permodalan bank. fluktuasi perubahan yang terjadi di
Untuk dapat menerapkan proses masa lalu dan korelasinya;
manajemen risiko, maka pada tahap awal 3) Faktor risiko (risk factors) secara
bank harus secara tepat mengidentifikasi individual;
risiko dengan cara mengenal dan 4) Eksposur risiko secara keseluruhan
memahami seluruh risiko yang sudah ada (aggregate), dengan
(inherent risks) maupun yang mungkin mempertimbangkan risk
timbul dari suatu bisnis baru bank, correlation;
termasuk risiko yang bersumber dari 5) Seluruh risiko yang melekat pada
perusahaan terkait dan afiliasi lainnya. seluruh transaksi serta produk
Setelah dilakukan identifikasi risiko secara perbankan dan dapat diintegrasikan
akurat, selanjutnya secara berturutturut dalam sistem informasi manajemen
Bank perlu melakukan pengukuran, bank.
pemantauan dan pengendalian risiko. Metode pengukuran risiko dapat
a. Identifikasi Risiko dilakukan secara kuantitatif maupun
Tujuan dilakukannya identifikasi kualitatif. Secara umum pendekatan yang
risiko adalah untuk mengidentifikasi paling sederhana dalam pengukuran risiko
seluruh jenis risiko yang melekat pada adalah yang direkomendasikan oleh Bank
setiap aktivitas fungsional yang for International Settlements atau
berpotensi merugikan bank. Hal-hal pendekatan metode standard, sedangkan

242 
Menara Riau : Jurnal Kewirausahaan , Vol 13, No.2, Juli - Desember 2014 
 

pendekatan oleh para praktisi disebut Sedangkan penetapan jenis limit meliputi:
metode alternatif (alternative model). 1) Transaksi (transaction/product limit);
Penerapan metode alternatif memerlukan 2) Mata uang (currency limit);
berbagai persyaratan kuantitatif maupun 3) Volume transaksi (turnover limit);
kualitatif untuk menjamin keakuratan 4) Posisi terbuka (open position limit);
model yang dipergunakan; 5) Kerugian (cut loss limit);
Bagi bank yang memiliki ukuran 6) Intra hari (intraday limit);
dan kompleksitas usaha yang tinggi dapat 7) Nasabah dan counterparty (individual
mengembangkan dan menggunakan borrower and counterparty limit);
metode internal (internal model). Namun 8) Pihak terkait (connected parties limit);
penggunaan internal model tersebut hanya 9) Industri/sektor ekonomi dan wilayah
ditujukan untuk keperluan intern yang (industry/economic sector and
disesuaikan dengan kebutuhan bank serta geographic limit).
untuk mengantisipasi kebijakan perbankan Penetapan limit dilakukan oleh
di masa yang akan datang. satuan kerja operasional terkait, yang
Metode yang digunakan dalam selanjutnya direkomendasikan kepada
pengukuran risiko harus dikaitkan dengan Satuan Kerja Manajemen Risiko untuk
jenis, skala, dan kompleksitas kegiatan mendapat persetujuan Direksi melalui
usaha, kemampuan sistem pengumpulan Komite Manajemen Risiko atau Direksi
data, serta kemampuan Direksi dan pejabat sesuai dengan kewenangannya masing-
eksekutif terkait memahami keterbatasan masing. Penetapan limit dilakukan dengan
dari hasil akhir sistem pengukuran risiko tetap memperhatikan ketentuan Bank
yang digunakan. Metode pengukuran risiko Indonesia yang berlaku, antara lain
harus dipahami secara jelas oleh pegawai ketentuan tentang Kecukupan Pemenuhan
yang terkait dalam pengendalian risiko, Modal Minimum (KPMM), Batas
antara lain treasury manager, chief dealer, Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) dan
Komite Manajemen Risiko, Satuan Kerja Posisi Devisa Neto (PDN).
Manajemen Risiko, dan Direktur bidang Dalam hal terjadi pelampauan
terkait. limit, maka Bank harus segera melakukan
c. Pemantauan dan Limit Risiko penyesuaian dan mengantisipasi
Sebagai bagian dari penerapan pemantauan pelampauan tersebut sehingga tidak
risiko maka limit risiko sekurang- mempengaruhi jumlah alokasi modal atas
kurangnya: risiko yang telah ditetapkan sebelumnya.
1) Tersedianya limit secara individual Setiap pelampauan limit harus dapat
dan keseluruhan/konsolidasi; diidentifikasi dengan segera dan
2) Memperhatikan kemampuan modal ditindaklanjuti oleh Direksi dan
Bank untuk dapat menyerap eksposur pelampauan limit hanya dapat dilakukan
risiko atau kerugian yang timbul, dan apabila mendapat otorisasi dari Direksi
tinggi rendahnya eksposur bank; atau pejabat yang berwenang, sesuai
3) Mempertimbangkan pengalaman ketentuan dan prosedur intern Bank.
kerugian di masa lalu dan kemampuan Bank harus menyiapkan suatu
sumberdaya manusia; sistem back-up dan prosedur yang efektif
4) Memastikan bahwa posisi yang untuk mencegah terjadinya gangguan
melampaui limit yang telah ditetapkan (disruptions) dalam proses pemantauan
mendapat perhatian Satuan Kerja risiko, dan melakukan pengecekan serta
Manajemen Risiko, komite penilaian kembali secara berkala terhadap
manajemen risiko dan Direksi. sistem back-up tersebut.

243 
Rizki Ramadiyah : Model Sistem Manajemen Resiko Perbankan Syariah

d. Sistem Informasi Manajemen Risiko melakukan penilaian terhadap perubahan


Sistem informasi manajemen risiko profil risiko bank. Sistem informasi
merupakan bagian dari sistem manajemen risiko harus dapat
informasi manajemen yang harus menerjemahkan risiko yang diukur dengan
dimiliki dan dikembangkan sesuai format teknis kuantitatif sehingga menjadi
dengan kebutuhan Bank, dalam rangka format kualitatif yang mudah dipahami
penerapan manajemen risiko yang oleh Direksi dan pejabat Bank.
efektif. Sebagai bagian dari proses e. Pengendalian Risiko
manajemen risiko, Bank harus Pelaksanaan proses pengendalian risiko
memiliki sistem informasi manajemen harus digunakan bank untuk mengelola
risiko yang dapat memastikan: risiko tertentu, terutama yang dapat
1) Terukurnya eksposur risiko secara membahayakan kelangsungan usaha
akurat, informatif, dan tepat bank. Pengendalian risiko dapat
waktu, baik eksposur risiko secara dilakukan oleh bank, antara lain dengan
keseluruhan/komposit maupun cara hedging, dan metode mitigasi risiko
eksposur per jenis risiko yang lainnya seperti penerbitan garansi,
melekat pada kegiatan usaha bank, sekuritisasi aset dan credit derivatives,
maupun eksposur risiko per jenis serta penambahan modal bank untuk
aktivitas fungsional bank; menyerap potensi kerugian.
2) Dipatuhinya penerapan
manajemen risiko terhadap
kebijakan, prosedur dan penetapan Manajemen Risiko Sistem Bagi Hasil
limit Risiko; Bank Syariah
3) Tersedianya hasil (realisasi) Karakteristik bank syariah yang
penerapan manajemen risiko khas melalui sistem bagi hasil yang
dibandingkan dengan target yang menjadi dasar operasionalnya memerlukan
ditetapkan oleh bank sesuai manajemen tersendiri sesuai dengan
dengan kebijakan dan strategi karakteristik tersebut. Proses manajemen
penerapan manajemen risiko. bagi bank syariah harus senantiasa tunduk
Sebagai salah satu output sistem pada ketentuan dan prinsip syariah di
informasi manajemen risiko, laporan samping tunduk pada ketentuan dan
eksposur risiko disusun secara berkala oleh prosedur yang disyaratkan oleh regulasi
Satuan Kerja Manajemen Risiko atau yang berlaku kepadanya. Berikut adalah
sekelompok petugas yang diberikan prinsip-prinsip manajemen risiko
wewenang dan bersifat independen sebagaimana dituangkan dalam standar
terhadap unit kerja yang melakukan manajemen risiko lembaga keuangan yang
kegiatan operasional. Frekuensi diterbitkan IFSB Desember 2005.
penyampaian laporan kepada Direksi 1. Ketentuan Umum
terkait dan Komite Manajemen Risiko Prinsip 1.0: Lembaga keuangan
harus ditingkatkan apabila kondisi pasar syariah harus memiliki proses
berubah dengan cepat. Laporan ke tingkat manajemen risiko dan pelaporan yang
manajemen di luar Direksi terkait dan komprehensif, mencakup langkah-
Komite Manajemen Risiko dapat langkah yang sesuai untuk mematuhi
disampaikan dengan frekuensi yang lebih ketentuan dann prinsip syariah dan
lama, namun tetap harus mampu memastikan ketercukupan pelaporan
memberikan informasi yang memadai bagi risiko yang relevan kepada otoritas
pihak-pihak tersebut untuk dapat pengawasan.

244 
Menara Riau : Jurnal Kewirausahaan , Vol 13, No.2, Juli - Desember 2014 
 

2. Risiko Kredit aktivitas investasi ekuitas mereka,


Prinsip 2.1: Lembaga keuangan menyangkut syarat-syarat perluasan
syariah harus memiliki suatu strategi dan penebusan untuk investasi
pembiayaan, menggunakan berbagai mudlarabah dan musyarakah, tunduk
instrumen yang sesuai dan memenuhi pada persetujuan dewan pengawas
dengan syariah, dimana hal itu syariah.
mengenali eksposur kredit yang 4. Risiko Pasar
potensial yang dapat muncul pada Prinsip 4.1 Lembaga keuangan syariah
berbagai kesempatan berbeda dari harus memiliki kerangka kerja yang
berbagai persetujuan pembiayaan. tepat untuk manajemen risiko pasar
Prinsip 2.2: Lembaga keuangan (mencakup pelaporan) menyangkut
syariah akan menyelesaikan suatu semua aktiva dipegang, termasuk yang
tinjauan ulang penggalian informasi tidak mempunyai suatu pasar yang
menyangkut counterparties sebelum siap dan/atau rawan terhadap
memutuskan pilihan instrumen volatilitas harga yang tinggi.
pembiayaan syariah. Prinsip 2.3: 5. Risiko Likuiditas
Lembaga keuangan syariah harus Prinsip 5.1: Lembaga keuangan
memiliki metodologi yang tepat untuk syariah harus memiliki suatu kerangka
mengukur dan melaporkan berbagai manajemen likuiditas (termasuk
eksposur risiko kredit yang melaporkan) terhadap berbagai
ditimbulkan berbagai instrumen rekening secara terpisah dan terhadap
pembiayaan syariah. Prinsip 2.3: seluruh basis eksposur likuiditas
Lembaga keuangan syariah harus menyangkut masing-masing kategori
memiliki teknik mitigasi risiko kredit dari rekening koran, rekening investasi
yang tepat tunduk terhadap syariah terbatas dan rekening investasi tak
untuk berbagai instrumen pembiayaan terbatas. Prinsip 5.2: Lembaga
syariah. keuangan syariah akan
3. Risiko Investasi Ekuitas mengasumsikan resiko likuiditas
Prinsip 3.1 Lembaga keuangan syariah setaraf dengan kecukupan jaminan
harus memiliki strategi yang tepat, perlindungan kemampuannya terhadap
manajemen risiko, dan proses peroleh sumber dana yang
pelaporan terkait dengan karakteristik diperkenankan syariah untuk
risiko investasi ekuitas, mencakup memitigasi risiko tersebut.
investasi mudharabah dan 6. Risiko Tingkat Return
musyarakah. Prinsip 3.2 Lembaga Prinsip 6.1: Lembaga keuangan
keuangan syariah harus memastikan syariah akan menetapkan suatu
bahwa metodologi penilaian mereka pengelolaan risiko dan proses
adalah tepat dan konsisten, dan akan pelaporan yang menyeluruh untuk
menilai dampak-dampak potensial dari menilai dampak-dampak potensial dari
metodologi mereka atas kalkulasi faktor pasar yang mempengaruhi
keuntungan dan alokasinya. tingkat imbal hasil atas aset jika
Metodologi tersebut disetujui secara dibandingkan dengan ekspektasi
bersama-sama antara lembaga dengan tingkat imbal hasil oleh pemegang
mudlarib dan atau mitra musyarakah- rekening investasi. Prinsip 6.2:
nya. Prinsip 3.3 Lembaga keuangan Lembaga keuangan syariah harus
syariah harus mendefiniftkan dan memiliki suatu kerangka kerja yang
menetapkan strategi keluar dari sesuai untuk mengelola resiko

245 
Rizki Ramadiyah : Model Sistem Manajemen Resiko Perbankan Syariah

perpindahan dana komersial (displace secara bersama dapat didefinisikan bahwa


commercial risk), dimana hal itu dapat return yang diterima dari suatu aset harus
diaplikasikan. disertai dengan tanggung jawab terhadap
7. Risiko Operasional kerugian terhadap aset tersebut. Kontrak
Prinsip 7.1: Lembaga keuangan keuangan berbasis bunga secara tegas
syariah harus memiliki sistem dan memisahkan antara keuntungan dengan
kendali yang cukup, mencakup dewan risiko dengan jalan melindungi nilai pokok
pengawas syariah, untuk menjamin dari aset yang diserahkan sebagai hutang.
kepatuhan pada ketentuan da prinsip Syariah Islam secara tegas melarang
syariah. Prinsip 7.2: Lembaga transfer risiko semacam ini dan
keuangan syariah harus memiliki menggalakkan masyarakat muslim agar
mekanismemekanisme yang tepat bersedia menanggung keuntungan dan
untuk melindungi semua penyedia kerugian secara bersama-sama di antara
dana. Dana pemegang rekening pemilik dana dengan penggunanya.
investasi adalah menjadi satu dengan Pemilik dana harus bertanggung jawab atas
dana lembaga, maka lembaga harus jumlah dananya sendiri jika menghendaki
menjamin nilai aset yang keuntungan darinya.
diinvestasikan, pendapatan, alokasi Aktivitas dalam sistem bagi hasil
pembebanan biaua dan keuntungan sesungguhnya juga merupakan aktivitas
adalah tetap, diterapkan dan yang juga melibatkan risiko di dalamnya.
dilaporkan dalam suatu cara yang Sebagaimana dikemukakan sebelumnya,
konsisten dengan tanggung jawab pemilik modal akan berbagi kemungkinan
fidusia lembaga keuangan syariah untuk memperoleh keuntungan maupun
tersebut. kerugian. Meskipun demikian, Islam tidak
Sebagaimana pembahasan melarang risiko semacam ini karena tidak
sebelumnya, risiko yang dihadapi oleh terdapat unsur kebatilan di dalamnya. Yang
bank syariah terdiri dari risiko-risiko dilarang oleh Islam adalah memakan harta
sebagaimana yang terdapat dalam kegiatan sesama secara batil37.
intermediasi keuangan serta risiko yang Kesediaan untuk menggunakan
berkaitan dengan kegiatan operasional mode pembiayaan berbasis bagi hasil akan
mereka yang bersifat khusus dan unik. melibatkan suatu pola pengambilan
Sehingga perbankan syariah yang keputusan berdasarkan risiko. Hal ini akan
menerapkan sistem bagi hasil memerlukan memerlukan penerapan suatu usaha yang
manajemen risiko yang sesuai dengan tepat untuk mencapai hasil-hasil yang
risiko yang mereka hadapi. Manajemen diinginkan. Upaya yang telah dilakukan
risiko tersebut harus senantiasa tunduk merupakan nilai dari usaha yang dilakukan.
pada ketentuan dan prinsip syariah Islam Jadi, jika hasil yang diinginkan tidak
sebagaimana pula instrumeninstrumen tercapai, nilai tersebut merupakan kerugian
yang digunakan dalam perbankan syariah. atas apa yang telah dilakukan. Keyakinan
Risiko merupakan bagian penting dan terhadap kesempatan (chance) untuk
mendasar dana keuangan syariah. terdapat memperoleh hasil yang diinginkan
dua aksioma penting dalam keuangan
syariah, yaitu alkharaj bi al-dlaman dan al-                                                                                        
ghunmu bi al-gurm36. Kedua aksioma ini Issues In IslamicFinancial Industry, hlm.
120. 
37
                                                             Al-Suwailem, Sami, “Towards
36
  Tariqullah Khan dan Habib AN Objective Measure of Gharar in
Ahmed, Risk Management; An Analysis of Exchange, hlm.65.

246 
Menara Riau : Jurnal Kewirausahaan , Vol 13, No.2, Juli - Desember 2014 
 

merupakan hakikat dari perjudian, dan penyelenggaraannya. Di samping mereka


mengarahkan manusia pada penyesalan dituntut untuk memahami esensi bank
dan frustrasi 38. syariah sesungguhnya, pada saat yang
Yang diperlukan dalam sistem sama mereka juga memerlukan
bagi hasil adalah membedakan antara pengetahuan yang cukup untuk
investasi dengan perjudian. Investasi mengendalikan berbagai proyek
adalah suatu pengambilan keputusan untuk, pembiayaan. Hal ini penting dalam rangka
dan disertai dengan, melakukan suatu mengelola risiko investasi-ekuitas yang
upaya yang tepat. Sementara perjudian dihadapi bank, sehingga bank tidak hanya
hanya mengandalkan kesempatan yang akan terbatas sebagai “pemberi pinjaman
mungkin terjadi untuk memperoleh suatu atas nama penyedia dana” sebagaimana hal
hasil. Terdapat saling keterkaitan antara ini lazim dilakukan oleh perbankan
pendekatan kausalitas dalam pengambilan konvensional.
keputusan berdasar risiko dengan larangan Di samping itu, dalam rangka
gharar dalam pertukaran. Hal ini tetap mempertahankan tingkat return yang
menunjukkan bahwa gharar merupakan harus diberikan kepada para investor, bank
tindakan individual secara pasif untuk dapat menyediakan dana cadangan untuk
memperoleh hasil yang diinginkan dengan penyetaraan tingkat return sebagaimana
jalan hanya mengandalkan pada disarankan IFSB. Meskipun demikian,
kesempatan yang mungkin terjadi. tindakan ini bukan merupakan tindakan
Dengan menetapkan prinsip- yang cukup tepat mengingat karakter
prinsip kausalitas, ajaran Islam memerangi utama bagi hasil yang tingkat returnnya
gharar penyakit-penyakit sosial serupa adalah fluktuatif. Tindakan ini hanya dapat
sampai pada akarnya. Perlakuan aktif tidak disepakati untuk dilakukan sampai
hanya meningkatkan keyakinan dalam perbankan dan masyarakat pengguna bank
pengambilan keputusan individual, tapi hal syariah cukup memahami ketentuan
ini juga menegaskan larangan kontrak yang syariah tentang perbankan. Bagaimanapun,
mengandung unsur gharar dan riba. return merupakan konsekuensi atas
Ekonomi Islam bagaimanapun juga pengambilan keputusan dengan
merupakan suatu sistem yang integral dan mempertimbangkan risiko, yaitu risiko
menyeluruh yang menyediakan panduan yang diperbolehkan dalam syariah Islam
untuk perilaku yang optimal dalam setiap dan bukanlah risiko sebagaimana yang
aspek kehidupan 39. melekat dalam aktivitas
Dalam pandangan ini, risiko yang perjuadian/gambling.
terdapat dalam bank syariah harus dikelola
sedemikian rupa tanpa bertentangan
dengan ketentuan dan prinsip syariah. Kesimpulan
Perbankan akan memerlukan seperangkat Manajemen risiko merupakan bagian yang
keterampilan baru untuk mengelola sangat penting dalam transaksi usaha
proyek-proyek bagi hasil sehingga masyarakat pada Bank Syariah. Sesuai
risikonya dapat diminimalisisr sedemikian dengan analisis di atas, bank syariah akan
rupa (Chapra, 2000). Para bankir akan menghadapi: (1) risiko sebagaimana yang
dituntut untuk memiliki wawasan yang dihadapi bank komersial, kecuali bunga,
lebih luas tentang bisnis dan serta (2) risiko-risiko yang unik dan khusus
menurut karakter sistem bagi
                                                             hasil:mudharabah dan musyarakah. Risiko
38
Ibid., hlm. 10  pertama (–tidak terbatas hanya-) akan
39
Ibid,hlm.11

247 
Rizki Ramadiyah : Model Sistem Manajemen Resiko Perbankan Syariah

terdiri dari risiko risiko kredit, pasar, El-Gamal, Mahmoud, “An Economics
likuiditas, operasional, hukum, reputasi, Explication of The Prohibition of
stratejik, dan kepatuhan. Sementara risiko Gharar In Clasical Islamic
kedua terdiri dari (–di samping risiko- Jurisprudeence,” Islamics Economics
risiko sebelumnya-) investasi ekuitas dan Studies, vol. 8 (2) (April),2001.
risiko tingkat return. Risiko-risiko tersebut Ghozali, Imam,Manajemen Risiko
akan dikelola oleh bank dengan Perbankan: Pendekatan Kuantitatif
memperhatikan tiap ketentuan dan prinsip Value at Risk (VaR), Semarang:
syariah Islam serta memenuhi ketentuan Badan Penerbit Universitas
berlaku tentang penerapan manajemen Diponegoro, 2007.
risiko yang berlaku bagi bank. Bank juga Hanafi, Mamduh M., Manajemen Risiko,
akan memerlukan keahlian khusus untuk Yogyakarta: UPP STIM YKPN,
mengelola sistem bagi hasil dan risikonya 2006.
berupa pengetahuan yang cukup tentang Hennie Van Greuning dan Zamir iqbal,
esensi bank syariah dan kegiatan Risk Analysis for Islamic Banks,
bisnis/enterpreneurship. Karena risiko yang Washington DC: World Bank, 2008.
dihadapi tiap-tiap bank syariah memiliki Obaidullah, Muhammed,“Are Islamic
fitur berbeda, bank harus menetapkan Banks Adquately Capitalised?”
sistem manajemen risiko yang sesuai Majalah Ekonomi Syariah, Vol. 4
dengan kebutuhannya dan sistem tersebut No. 4, Jakarta: FE-Trisakti,2005.
merupakan satu kesatuan dengan sistem __________,2005,Islamic Financial
kerja Bank Syariah. Service,
http://Islamiccenter.kau.edu.sa/englis
h/publications/ifs/master. zip, Maret
DAFTAR PUSTAKA 2006.
Rahman, Afzalur, Doktrin Ekonomi Islam
Al-Dhareer, Siddiq Mohammad Al-Ameen, (Jilid 4), Jakarta: Dana Bhakti Wakaf,1995
Al-Gharar In Contracts And Its Santoso, Wimboh dan Enrico Heriantoro,
Effects on Contemporary “Market Risk di Perbankan
Transactions, Eminent Scholars' Indonesia”, Kajian Stabilitas
Lecture Series No. 16, Jeddah : IRTI Keuangan, No. 1 Juni, Jakarta: Bank
- Islamic Development Bank, 1997. Indonesia, 2003.
Al-Suwailem,Sami,“Towards An Objective Tampubolon, Robert, Risk Management:
Measure of Gharar in Qualitative Approach Aplied to
Exchange,”Islamic Economic Commercial Bank, Jakarta: PT. Elex
Studies, Vol. 7, Nos. 1 & 2, Oct. ’99, Media Komputindo,2004.
Apr., 2000. Tariq, Ali Arsalan, 2004, Managing
Chapra, M. Umer, 2000, Sistem Moneter Financial Risk Of Sukuk Structures,
Islam, Jakarta: Gema Insani Press,2000. www.islamicfinance.de/sukukrisks.p
Djojosoedarsono, Soeisno,Prinsip - Prinsip df, diakses Oktober 2005.
Manajemen Risiko dan Asuransi, Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, Risk
Jakarta: Salemba Empat, 1999. Management; An Analysis of Issues
El-Diwany,Tarek,The Problem With In Islamic Financial Industry,
Interest: Sistem Bunga dan Occasional paper, IDB and IRTI,
Permasalahannya, Jakarta: Akbar Jeddah: 2001.
Media Eka Sarana,2003.

248 

You might also like