You are on page 1of 49
Australia Indonesia Partnership (APHSS) SRA EE i: Ae Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi No. Kode: Keperawatan/4.06/1/2013 MATA KULIAH KEBUTUHAN DASAR MANUSIA 1 BEBAN STUDI 4 SKS (T: 2 SKS, P: 2 SKS) MODUL 5 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Penulis: Ns. Kasiati, S. Kep., M. Kep. Ni Wayan Dwi Rosmalawati, A. Per. Pen., M. Kes. PENDIDIKAN JARAK JAUH PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN: Pusdiklatnakes, Badan PPSDM Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2013 pendicitan Jarok Jauk, Pendidlton Hee ResenetOn M@ Tentang Penulis Kasiati lahir di Biltar, 16 Agustus 1966. Penulis adalah Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Malang. Pendidikan penulis diperoleh mulai dari SPKCelaket Malang,(1987), Dll Keperawatan di AKPER (Program Keguruan) SoetopoSurabaya, (1995), S Keperawatan dan program Ners di Universitas Brawijaya Malang (2002) dan S 2 Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya ( 2012). penulis juga aktit melakukan penelitian di bidang keperawatan matemnitas. Ni Wayan Dwi Rosmalawati, A. Per. Pen., M. Kes. Lahir di Gianyar, Bali, 15 Nopember 1966. Penulis menyelesaikan pendidikan dimulai dari SPK Celaket Malang (1985), SGP/8;PKM Surabaya (1988), D Ill Keperawatan Soetopo Surabaya (1992), Diploma IV Keperawatan Maternitas Universitas Airlangga (1999), S-2 KIA-Kespro Universitas Gadjah Mada (2007). Saat ini bekerja sebagai dosen di Poltekkes Kemenkes Malang, Jurusan Keperawatan, Program Studi Diploma Ill Keperawatan Lawang. Mata kuliah yang diampu adalah Kebutuhan Dasar Manusia, Keperawatan Maternitas, Promosi Kesehatan, Manajemen Penanggulangan Bencana, Selain itu penulis juga aktif melakukan penelitian di bidang keperawatan dan kebidanan, (Daftar Isi TENTANG PENULIS DAFTAR ISI PENDAHULUAN .. iit KEGIATAN BELAJAR 1: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan 4.47 Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Bowel Tujuan Pembelajaran Umum. Tujuan Pembelajaran Khusus.. wT Pokok — Pokok Materi Uraian Materi RangkUman ..cneenenninnennneninenenincinnnennmnnes 14: Tes Formati KEGIATAN BELAJAR 2 : Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan 1g.39 Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urine Tujuan Pembelajaran Umum... . Tujuan Pembelajaran Khusus. % Pokok ~ Pokok Mater... % Uraian Materi aad RaNgkUMAN oo eceveeneneveenininnninnnnne oo Tes Formati i TUGAS MANDIRI. cen OH TUGAS PRAKTIKUM. 34 DAFTAR PUSTAKA, 35 —————————eee pendicitan Jarok Jauk, Pendidlton Hee ResenetOn M™ Pendahuluan Eleminasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang esensial dan berperan penting untuk kelangsungan hidup manusia. Eleminasi dibutuhkan untuk mempertahankan dalam keseimbangan fisiologis melalui pembuangan sisa-sisa metabolisme. Sisa metabolisme tersebut terbagi menjadi 2 dua jenis yaitu berupa feses yang berasal dari saluran cerna disebut eleminasi bowel / fekal / buang air besar (BAB) dan saluran perkemihan berupa urine disebut eleminasi urine / buang air kecil (BAK), hal ini bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Eleminasi merupakan aktifitas pokok yang harus dilakukan setiap manusia dan harus terpenuhi, bila tidak terpenuhi akan menjadi berbagai macam gangguan yang berdampak pada pada gangguan sistem pencernaan dan sistem perkemihan. Modul ini terutama ditujukan untuk pendidikan jarak jauh pendidikan tinggi kesehatan perawat. Modul pembelajaran ini merupakan tuntunan dan landasan bagi peserta yang berfungsi sebagai pengantar untuk mencapai kompentensi pada mata ajar kebutuhan dasar manusia 1. Dengan harapan peserta didik sebagai perawat harus mampu memberikan asuhan keperawatan untuk membantu klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan eleminasi yaitu 1) eleminasi fekal seperti konstipasi, fecal imfaction, diare, dll 2) eleminasi urini seperti inkontinensia urine, retensio urine. Modul ini. dikemas dalam dua kegiatan belajar yang besifat hard skill tetapi juga soft skill dan seluruhnya diberikan alokasi waktu minimal 2 minggu, dengan rincian 128 jam untuk pemahaman konsep, 32 jam untuk demontrasi dan 64 jam untuk pembelajaran mandir. Dua kegiatan belajar tersebut yang disusun dalam urutan sebagai berikut: Kegiatan Belajar 1: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan_ Kebutuhan Eleminasi Fekal Kegiatan Belajar 2. : Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urine Setelah mempelajari modul ini, peserta didik akan dapat, 1) Menjelaskan konsep dasar kebutuhan eliminasi, 2) Menjelaskan faktor-faktor mempengaruhi eliminasi, 3) Mengidentifikasi masalah eliminasi, 4) Melakukan pengkajian, 5) 0 Menuliskan diagnose, 6) Menyusun intervensi keperawatan, 7) Melaksanakan prosedur pemenuhan kebutuhan eliminasi, 8) Menyusun kreteria evaluasi . Bagi peserta didik pengetahuan tentang eleminasi bowel dan urin bukan hal yang baru, tetapi pembelajaran pada modul ini mengajak peserta didik untuk mengingatkankembali dan mampu berpikirsecara kritis untuk membuatkeputusan klinis berdasarkan pengetahuan pengalaman dibidang ini. Penggunaan modu ini peserta didik dianggap sudah menguasai proses keperawatan dan ketrampilan seperti pemeriksaan fisik yang sudah dipelajari pada modul |. Pendekatan yang diterapkan dalam pembelajaran modul ini yang didesain dengan pendekatan belajar mandiri dengan berbagai metode, dimana peserta didik dituntut secara aktif dalam proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan, sedangkan dosen sebagai fasilitator. Materi-materi yang memerlukan ketrampilan, metode yang akan di lakukan dengan simulasi dan demontrasi. Oleh karena itu secara bertahap lakukan evaluasi diri sendiri supaya bisa diketahui kemajuan belajar anda, kalau perlu evaluasi diri anda tunjukkan pada fasilitator yang ada di dekat anda Untuk memudahkan proses pembelajaran pada modul 3 ini, supaya peserta didik dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan kompetensi yang dicapai, saudara harus mengikuti langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut 1) Belajarlah dengan tekun diharapkan saudara akan mampu_nantinya dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan eleminasi fekal 2 Mulailah belajar dari hati dan semangat untuk ingin tahu isi dari modul ini, meskipun saudara tidak didampingi oleh dosen di dekat anda, bertindaklah seakan-akan anda sebagai mahasiswa sekaligus dosen yang akan memantau kegiatan belajar anda 3) Lakukan diskusi kelompok dengan teman sejawat dan konsultasi pada instruktur atau fasilitator bila anda tidak memahami isi modul 4) Untuk mempelajariprosedur tindakan mintalah pendampingan kepada fasilitator dan selanjunya lakukan latihan secara mandiri dan berulang- ulang ¥ Apabila anda menemui kesulitan, silakan hubungi pembimbing / instruktur ffasilitator/ tutor yang ada di dekat anda atau hubungi fasilitator yang —ESESV__aaEaua- tertulis di modul ini. 6) Melakukan asuhan keperawatan klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan eleminasi pada klien secara nyata di lapangan Petunjuk untuk dosen atau fasilitator dalam proses pembelajaran modul 3 : 1) Dosen atau fasilitator dipersilahkan menambah materi yang ada dalam modul sebagai informasi dari sumber lain atau hanya mengikuti uraian yang diberikan pada modul ini. 2) Sebelum memulai proses pembelajaran dosen atau _fasilitator mempersiapkan diri dengan membaca modul 1 dan modul2 atau referensi yang berkaitan 2 Kajilah pengetahuan peserta didik pada awal pertemuan dengan melakukan pre-test dan post test dengan contoh soal dalam setiap modul, bila tidak mungkin ingatkan pada peserta didik untuk evaluasisecara mandiri dengan dengan jujur tanpa terlebih dahulu melihat kunci jawaban. 4) Berilah kesempatan peserta didik untuk menyampaikan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan topik pada modul ini 5) Berikan waktu bimbingan pendampingan di laboratorium untuk prosedur tindakan sesuai kontrak waktu yang sudah di sepakati Baiklah saudara peserta pendidikan tinggi jarak jauh kementerian kesehatan, selamat belajar, semoga anda sukses memahami materi yang diuraikan dalam modul ini, untuk bekal saudara anda bila ingin tetap disebut sebagai tenaga Kesehatan, dan semoga semakin profesional. Amin ar lammoianrcialelar-a) Wate AML Lc Kegiatan Belajar l yy LOCO nies eee easier Khusus TUJUAN Pembelajaran Umum Setelah mempelajari modul ini saudara diharapkan mampu melaksanakan asuhan keperawatan pasien dengan gangguan pemenuhan eleminasi fekal TUJUAN Pembelajaran Khusus Setelah mempelajari secara teliti 4. Menuliskan diagnosa modul ini saudara diharapkan keperawatan yang muncul dapat: pada pasien dengan gangguan pemenuhan eliminasi fekal. 1. Menjelaskan konsep —dasar kebutuhan eliminasi fekal. 5. Menyusun intervensi keperawatan pada _pasien 2. Menjelaskan hal-hal yang dikaji dengan fgangguan’ dliminad pada pasien dengan gangguan fekal. pemenuhan eliminasi fekal. 2, Meneidieedifle lah. & Melaksanakan prosedur . Mengidentifikasi masalah- pemenuhan kebutuhan masalah yang dialami pada pasien dengan —_gangguan pemenuhan eliminasi fekal. eliminasi fekal. 0 aT 1a Ja) ~Kegiatan Belajar | Review sistem pencernaan anatomi _fisiologi Mekanisme defekasi yang normal. Faktor-faktor yang mempengaruhi _eliminasi fekal Masalah-masalah yang berhubungan dengan eliminasi fekal seperti, diare, konstipasi, kembung dan inkontinensia. ROME ec uN ates eee Pengkajian pada pasien dengan gangguan kebutuhan eliminasi fekal. Diagnosa _ Keperawatan pada pasien dengan gangguan eliminasi fekal Perencanaan & Intervensi keperawatan pada pasien dengan gangguan eliminasi urine. Prosedur _ pemenuhan kebutuhan eliminasi fekal (modul 7 praktikum) a WUraian Materi Konsep Dasar Eleminasi Fekal Eleminasi bowel merupakan salah satu bentuk aktifitas yang harus dilakukan oleh manusia. Pengertian: Eliminasi bowel / fekal / Buang Air Basar (BAB) atau disebut juga defekasi merupakan proses normal tubuh yang penting bagi kesehatan untuk mengeluarkan sampah dari tubuh. Sampah yang dikeluarkan ini disebut faeces atau stool Seseorang dapat melakukan buang air besar sangatlah bersifat individual ada yang satu kali atau lebih dalam satu hari, bahkan ada yang mengalami gangguan yaitu hanya 3-4 kali dalam satu minggu atau beberapa kali dalam sehari, hal ini apa bila dibiarkan dapat menjadi masalah seperti konstipasi, fecal imfaction , hemoraid dll Peran perawat sangat penting untuk mencengah terjadinya gangquan eleminasi bowel dan membantu klien dengan segera untuk memenuhi kebutuhan eleminasi. Anatomi dan Fisilogi: Gambar 1.1 Struktur dan anatomi pencernaan Saluran pencernaan terdiri dari dua bagian, yaitu bagian atas terdiri dari 0 iia Maroe aun) Pendidikan Tinggi Kesehatan rodi Keperawota mulut, esophagus dan lambung dan bagian bawah terdiri dari usus halus dan besar. Agar lebih jelas bagi peserta didik ikutilah uraian tentang saluran bagian atas dan bawah berikut ini 1. Saluran gastrointestinal bagian atasterdiri mulut, esophagus & lambung Makanan yang masuk ke mulut kita di cerna secara mekanik dan kimia, pada lambung dengan bantuan enzim, asam lambung akhirnya berbentuk cbyme didorong ke usus halus. & Saluran gastrointestinal bagian bawah ter dari usus halus dan besar * Saluran gastrointestinal atas meliputi, usus halus terdiri dari duadenum, jejenun, ileum, sedang usus besar terdiri cecum,colon dan rectum ® Usus mengabsorpsi air, nutrient dan elektolit. Usus sendiri mesekresi mucus, potassium, bikarbonat dan enzim, sekresi musin (ion karbonat) yang pengeluarannya dirangsang oleh nervus parasimpatis. “ Cbyme bergerak karena adanya peristaltik usus dan akan berkumpul menjadi feses di usus besar. Gas yang dihasilkan dalam proses pencemaan normalnya 7 ~ 10 liter / 24 jam. Feses terdiri atas 75% air dan 25% padat, bakteri yang umumnya sudah mati lepasan epithelium dati usus, sejumlah kecil zat nitrogen. Jadi makanan sampai mencapai rectum normalnya diperlukan waktu 12 - 20 jam, isinya menjadi makin lunak bahkan bila terlalu lama maka akan semakin padat karena air diabsorpsi apabila tidak segera di keluarlan. Sebaliknya pada keadaan infeksi atau saat emosi sekresi mucus akan meningkat berfungsi melindungi dinding usus dari aktifitas bakteri, bila hal ini berlebihan akan meningkatkan peristaltik berdampak pada penyerapan feses yang cepat sehingga faeses menjadi encer, diare dan flatus. Kesimpulan bahwa dorongan feses juga dipengaruhi oleh oleh kontraksi abdomen, tekanan diafragma, dan kontraksi otor elevator. Defekasi dipermudah oleh fleksi otot femur dan posisi jongkok. ———————eee Pendidikan Jarok Jauh, Pendldikan Tinggi Kesehatan | Peake Faktor yang mempengaruhi eliminasi fekal: 1. Usia : Pada bayi sampai 2-3 tahun: lambung kecil, enzim kurang, peristaltic usus cepat, neuromuskuler belum berkembang sehingga mereka belum mampu mengontrol buang air besar (diare/inkontinensia) . Usia lanjut : gigi berkurang, enzim disaliva & lambung berkurang peristaltik dan tonus abdomen berkurang Hal tersebut menyebabkan lansia beresiko mengalami kontipasi. 2. Diet Makanan berserat, berselulosa dan banyaknya makanan penting untuk mendukung volume fekal. Conteh bila makanan yang kita makan rendah serat menyebabkan peristalik lambat, sehingga terjadi_ peningkatan penyerapan air di usus, hal ini berakibat seseorang mengalami konstipasi. Demikian juga seseorang dengan diet yang tidak teratur akan menggangu pola defekasi dan makanan yang mengandung gas: bawang, kembang kol, dan kacang-kacangan. Susu: sulit dicerna bagi sebagian orang / laktusa intolerance/diare. 3. Pemasukan cairan. Orang dewasa intake cairan normalnya: 2000-3000 mi/hari. Jika intake cairan tidak adekuat atau pengeluaran yang berlebihan (urin/muntah) tubuh akan kekurangan cairan, sehingga tubuh akan menyerap cairan dari chyme sehingga faeces menjadi keras, kering, dan feses sulitmelewati pencernaan, hal ini bisa menyebabkan seseorang mengalami konstipasi 4. Aktifitas Seseorang dengan latihan fisik yang baik akan membantu peristaltik meningkat. Contoh pada Klien dengan keadaan berbaring terus-menerus akan menurunkan peristaltik usus, s ii peningkatan penyerapan air, hal ini berdampak pada klien yaitu konstipasi atau fecal imfaction. 5. Faktor psikologik Seseorang cemas, marah yang berlebihan akan meningkatkan peristaltik usus ———_—_—— sehingga seseorang bisa menyebabkan diare. Namun, ada pula seseorang dengan depresi akan memperlambat peristaltik usus yang bisa menyebabkan konstipasi. 6. Kebiasaan dan posisi Kebiasaan seseorang dengan melatih pola buang air besar ( BAB) sejak kecil secara teratur maka sesorang tersebut akan secara teratur pola defikasinya atau sebaliknya. Kebiasaan seseorang defikasi dengan posisijongkok memungkinkan tekanan intraabdomen dan otot pahanya, sehingga memudahkan seseorang defikasi, pada kondisi berbeda atau sakit maka seseorang tidak mampu melakukannya, hal ini akan mempengaruhi kebiasaan seseorang menahan BAB sehingga bisa menyebabkan konstipasi atau fecal imfaction . 7. Prosedur diaognostik Klien yang akan dilakukan prosedur diagnostic biasanya dipuasakan atau dilakukan klisma dahulu agar tidak dapat BAB kecuali setelah makan. Tindakan ini dapat mengganggu pola eleminasi sampai klien dapat makanan secara normal. Prosedur pemeriksaan dengan menggunakan barium, hal ini bisa menyebabkan feses mengeras dan terjadi konstipasi atau fecal imfaction 8. Nyeri Secara normal seseorang defikasi tidak menimbulkan nyeri. Contoh seseorang dengan pengalaman nyeri waktu BAB seperti adanya hemoroid, fraktur ospubis, episiotomy akan mengurangi keinginan untuk BAB. Lama-kelamaan, kondisi ini bisa menyebabkan seseorang akhirnya terjadi konstipasi 9. Operasi dan anastesi Pemberian anastesi saat pembedahan akan menghambat _ parasimpatis, sehingga akan dapat menghentikan sementara waktu pergerakan usus (ileus paralitik). Kondisi ini dapat berlangsung selama 24 - 48 jam. 10. Obat-obatan Seseorang dengan mengkonsumsi narkotik, morfin, kodein menyebabkan konstipasi. Seseorang menggunakan laksatif dan katartik dapat melunakkan ———————ee Modul Pendlikon JarakJauh, Pendhdian Tibgt Rese etan GE feses dan meningkatkan peristaltik, akan tetapi jika digunakan dalam waktu lama akan menyebabkan menyebabkan penurunan tonus usus sehingga kurang responsisif lagi untuk menstimulasi eliminasi fekal. 13. Kondisi patologi Pada injuri spinal cord atau kepala dan gangguan mobilisasi, dapat menurunkan stimulasi sensori untuk defekasi. Buruknya fungsi spinal anal menyebabkan inkontinensia. 14, Irritans Makanan berbumbu atau pedas, toxin bakteri atau racun dapat mengitasi usus dan menyebabkan diare dan banyak flatus. Faktor-faktor yang mempengaruhi defikasi seperti sebagaimana diuraikan di atas, apa bila tidak segera dicegah akan menggangu defikasi klien. Agar lebih jelasnya peserta didik harus mengetahui masalah yang menyebabkan gangguan gangguan eleminasi fekal sehingga bisa mencari penyebabnya sebagai berikut Masalah-masalah gangguan eliminasi fekal : 1. Konstipasi Gambar 1.2 Tanda-tanda konstipasi Tanyakan pada diri anda sendiri apakah saudara pernah mengalami menurunnya frekuensi BAB hingga beberapa hari, disertai dengan pengeluaran faeces yang sulit, keras dan mengedan. Dan dapat menyebabkan nyeri rectum, keadaan ini di sebut konstipasi, keadaan ini merupakan gejala, bukan penyakit. Kondisi ini 0 } tha terjadi karena faces berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap. Biasanya disebabkan oleh pola defikasi yang tidak teratur, penggunaan laksatif yang lama , stress psikologis , obat-obatan, kurang aktifitas dan faktor usia. 2. Fecal Imfaction Fecal impaction Normal Anatomy Initial Ienpaction Sigmoid Sigmoid colon Impacted with stool Gambar 1.3 Keadaan fecal impaction Fecal Impaction, dimana masa feses yang keras di kolon dan lipatan sigmoid yang diakibatkan oleh retensi dan akumulasi material feses yang berkepanjangan . Biasanya disebabkan oleh konstipasi, intake cairan kurang, kurang aktifitas, diet rendah serat dan kelemahan tonus otot. Tanda yang bisa saudara identifikasi adalah: tidak BAB beberapa hari, anoreksia, kembung/kram nyeri rectum, 3. Diare Diare adalah keluarnya feses cair dan meningkatnya frekuensi buang air besar, akibat cbyme melewati usus terlalu cepat, sehingga usus besar tidak mempunyai waktu untuk menyerap air. Diare dapat disebabkan karena stress fisik, obat- obatan, alergi penyakit kolon dan iritasi intestinal. Akibat pada seseorang diare adalah gangguan elektrolit dan kulit terganggu, terutama pada bayi dan orang tua. ———————ee edt Penldikon Jara Jauh, Pendidikan Tinggi Reseheren [Preah 4. Inkontinensia bowel / fecal /alvi Gambar 1.4 Inkontinensia Hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui spinter anus akibat kerusakan fungsi spinter atau persarafan di daerah anus. Penyebabnya penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spinter anus eksternal. 60% usila inkontinensi. Perawat harus mengerti dan sabar meskipun berulang-ulang kali membereskannya. Seperti diare, inkontinensia bisa menyebabkan kerusakan kulit. Jadi perawat harus sering memeriksa perineum dan anus, apakah kering dan bersih. 5. Kembung Kembung merupakan menumpuknya gas pada lumen intestinal sehingga dinding usus meregang dan distensi, dapat disebabkan karena konstipasi, penggunaan obat-obatan seperti barbiturate, ansietas. Penurunan aktivitas intestinal, makan banyak mengandung gas, pemecahan makana oleh bakteri bakteri dan efek anastesi 0 6. Hemoroid Gambar 1.5 Keadaan hemoroid Pembengkakan atau pelebaran vena pada dinding rectum (bisa internal dan eksternal) akibat peningkatan tekanan didaerah tersebut Penyebabnya adalah konstipasi kronis, kehamilan, dan obisitas. Jika terjadi inflamasi dan pengerasan, maka klien merasa panas dan rasa gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh klien, karena saat BAB menimbulkan nyeri. Akibat lanjutannya adalah konstip PROSES KEPERAWATAN Adalima langkah yangharus anda pahami dalam memberikanasuhankeperawatan pada klien dengan gangguan eleminasi meliputi pengkajian, rumuskan diagnose keperawatan, intervensi dan implementasi dan evaluasi I. Pengk: Peserta didik dalam melakukan pengkajian harus mengerakan semua indra dan tenaga untuk melakukan pengkajian secara cermat baik melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik untuk mengali data yang akurat. 1. Riwayat Keperawatan Tanyakan pada pasien tentang kebiasaan atau pola defikasi seperti frekuensi, waktunya , perilaku defikasi, seperti penggunaan laksatif, kapan berakhir BAB, karakteristik feses seperti: warna bau dan tekstur, diet yang biasa dimakan dan Tt yang dihindari , cairan yang di minum baik jenis maupun jumlah, aktifitas yang dilakukan, penggunaan obat-obatan, stress yang berkepanjangan dan riwayat pembedahan dan penyakit. XN .. Pemeriksaan fisik Periksalah pasien pada abdomen apakah terjadi distensi, simetris , gerakan peristaltik dan adanya massa pada perut, sedangkan pada rectum dan anus meliputi tanda- tanda inflamasi, perubahan warna , lesi fistula, hemorraid dan adanya massa. ¥ Keadaan feses Lakukan identifikasi feses meliputi konsistensi, bentuk, bau, warna, jumlah dan unsur abnormal. Warna : bayi (kuning), dewasa (coklat), Bau : khas, tergantung dari tipe makanan. Konsistensi : padat, lunak frekuensi :tergantung individunya, biasanya bayi (4-6 kali sehari), bayi PASI (1-3 kali sehari), dewasa (1-3 kali perminggu), jumlah :150 gram sehari (dewasa), Ukuran : tergantung diameter rectum 4, Pemeriksaan laboratorium dan diagnostic Endoskopi, protoksigmoidodkopi_merupakan prosedur pemeriksaan dengan memasukan alat kedalam cerna bagian bawah untuk mengevaluasi kolon dan sekum terhadap peradangan, perdarahan dan diare |. Diagnosa Keperawatan: 1. Konstipasi (actual atau resiko ) Difinisi : Seorang mengalami perubahan pola defikasi dengan karakteriktik penurunan frekuensi buang air besar dan feses yang keras, kemungkinan penyebabnya (berhubungan dengan) : immobilisasi, aktifitas menurun, ileus, stress, mobilisasi intestinal menurun dan pembatasan diet, kemungkinan klien mengalami, anem roidisme, dialysis ginjal, pembedaan, paralisis, cedera spinal cord, kemungkinan tanda-tanda yang ditemukan pada klien : bising usus menurun, mual, nyeri abdomen, massa pada abdomen kiri bawah, perubahan konsistensi feses, frekuensi BAB. ——E———eee Q Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan They Reseneteh En Tujuan yang diharapkan : Pasien kembali ke pola normal dari fungsi bowel dan perubahan pola hidup untuk menurunkan faktor penyebab konstipasi, kriteria Evaluasi: Konsistensi feces lunak, pola defekasi normal, distensi abdomen tidak ada, flatus, defekasi nyaman. Intervensi INTERVENSI RASIONAL T._Takukan pengeluaran manual | T, Melunakan Teses sehingga untuk mengeluarkan feses, bila membantu feses memudahkan tidak berhasil dengan pemberian | _ pengelauaran feses gliserin klisma, 2. Berikan cairan adekuat dan makanan tinggi serat, bila tidak ada kontra indikasi dan hindari makanan yang mengandung gas XN . Feses lunak dan menurunkan konstipasi 3. Bantu klien dengan melakukan | 3, Meningkatkan pergerakan usus aktifitas pasif dan aktif sesuai dan menghindari konstipasi kondisinya dan berikan pendidikan kesehatan sesuai masalah yang saudara temukan seperti kebiasaan BAB yang teratur, pola makan dan minum dil 4. Lakukan konsultasi dengan 4, Meningkatkan eleminasi dokter tentang pemberian pengobatan, laksatif dan enema Kreteria evaluasi Setelah membantu untuk klien konstipasi evaluasi konsistensi feces Iunak, pola defekasi normal, tidak ada distensi abdomen, flatus dan perasaan penuh defekasi dan defekasi nyaman 0 Diagnosa keperawatan 2 Diare: Seseorang mengalami perubahan buang air besardengan karakteristik feses cair, kemungkinan penyebabnya (berhubungan dengan) inflamasi, dan malabsorpsi, pola makan yang salah, dan efek samping pengobatan, kemungkinan klien mengalami, peradangan usus, pemberdahan, gastritis atau enteritis, kemungkinan tanda-tanda yang ditemukan pada klien, feses cair, nafsu makan menurun, meningkatnya frekuensi BAB dan peristaltik usus. ‘asi, Tujuan Pasien kembali BAB ke pola normal dan keadaan feses berbentuk dan lebih keras Intervensi INTERVENSI RASIONAL, T. Lakukan monitor konsistensi, | 1. Memonitor kondisi dan status warna, bau, gerakan usus dan cek dehidrasi. berat badan setiap hari dan cek intake-autput cairan dan elektrolit 2. Menghindari iritasi kulit sekitar 2. Lakukan = pemeriksaan — kulit anus perineal dan jaga dari gangguan integritas. 3. Kolaborasikan dengan dokter | 3, Mengurangi kerja usus dan pemberian cairan , obat antidiare | menurunkan stimulasi bowel dan diet rendah serat dan lunak hindari stress maupun istirahat cukup Kreteria evaluasi Setelah membantu untuk klien diare evaluasi evaluasi : BAB tidak lebih dari 2 kali sehari, konsistensi faeces baik, hidrasi baik: kulit baik, urin out put 60 ml/jam, bebas dari nyeri abdomen dan iritasi perianal. ————E—eeeEee Q Modut Pendidikan Jarok Joun, PenetOWan TGOt ReseneEn EGE wy (MM Rangkuman Selamat, saudara telah mempelajari modul tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan eleminasi fekal. Dengan demikian peserta didik sebagai perawat diharapkan telah menguasai kompetensi untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhan eleminasi fekal. Hal-hal yang penting yang sudah peserta pelajari dalam modul ini adalah sebagai berikut. Seseorang tidak selamanya eleminasi bowel atau fekal bisa berjalan lancar, kadang mengalami gangguan atau hambatan yang bisa disebabkan oleh faktor fisik, psikologis, sosialbudaya, obat-obatan dll. Gangguan eleminasi yang sering terjadi adalah kontipasi, diare, dll. Masalah-masalah yang terjadi pada gangguan eleminasi bowel harus segera ditanggulangi karena akan berdampak pada gangguan homeostasis tubuh. Karena sisa hasil metabolisme tubuh yang berupa feses merupakan kotoran yang bersifat toksin sehingga bisa meracuni apabila tidak segera dikeluarkan dari tubuh. Saudara sebagai perawat harus mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan eleminasi fekal dengan benar dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut, 1) melakukan pengkajian, 2) merumuskan diagnosa, 3) melakukan perencanaani, 4) memberikan beberapa tindakan, 5) menyusun evaluasi IaraR auh) Pendidikan Tinggi Kesehatan [Prodi Keperawatan g (Tes Formatif Petunjuk : 1. Peserta didik dalam melakukan latihan soal ini minimal 2 kali, pertama sebelum memulai proses pembelajaran pada modul 3 ini, kedua setelah pembelajaran pada modul ini 2. Peserta didik dalam menyawab latihan soal ini jujurlah pada diri anda untuk tidak langsung melihat kunci jawabannya 3. Pilihlah jawaban yang paling benar yaitu A, B, C dan D Kasus |: Seseorang klien berumur 35 tahun, keadaan umum lemah, kesadaran compos metis, berbaring terus menerus, mengeluh buang air besar tidak lancar dan sudah 4 hari tidak BAB, disertai dengan pengeluaran faeces yang sulit’ keras dan mengedan, riwayat nyeri saat BAB, intake cukup. Diagnosa medis patah tulang fibia. Terapi : Traksi 1. Pengeluaran feses yang sulit disertai dengan feses yang keras dikenal dengan istilah .. A. Inkontinensia alvi C. Kembung 8. Konstipasi D. Diare 2. Kemungkinan penyebab klien gangguan buang air besar pada keadaan bedtrest tersebut adalah .. A. Faktor usia lanjut C. Diet tak seimbang 8. Aktifitas kurang (Immobilisasi) D. Proses penyakit patah tulang 4. Penyebab pengeluaran feses sulit karena feses keras adalah .. —————————eEee A. Feces berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap B. Feses berada di intertilal lebih cepat, sehingga banyak air diserap C. Peristaltik usus meningkat, sehingga tidak cukup waktu proses penyerapan D. Peristaltik usus meningkat, sehingga banyak air diserap w Diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pada klien dengan feses yang sulit disertai dengan feses keras adalah ... A. Konstipasi berhubungan dengan intake tidak seimbang B. Inkontinesia alvi berhubungan dengan immobilisasi C. Konstipasi berhubungan dengan immobilisasi D. Konstipasi berhubungan dengan proses penyakit, » Intervensi keperawatan untuk membantu klein mengalami kesulitan buang air besar karena feses keras adalah .. A. Bantu klien dengan melakukan aktfitas pasif dan aktif sesuai kondisinya B. Berikan klien diet rendah serat seperti susu, karbohidrat C. Batasi intake cairan dan tingkatkan intake makanan D. Berikan kesempatan Klien untuk istirahat cukup 5. Tujuan perawat memberikan diet rendah serat dan lunak pada klien dengan diare adalah .. ‘A, Meningkatkan stimulasi fekal . Meningkatkan peristaltik usus B, Menurunkan stimulasi fekal D. Meningkatkan kerja usus 6. Ketidak_mampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas karena 0 kerusakan fungsi spinter di sebut A Inkontinensia fekal C. Kebung B. Konstipasi D. Fecal impaction 7. Konstipasi diatas bukan keadaan patologis, maka rencana tindakan perawat perlu disusun meliputi A Beri diet makan rendah serat C. Bantu klien untuk membatasi aktifitas B. Berikan cairan adekuat+ D. Tingkatkan immobilisasi 8. Pengertian dari inkotinetia fekal adalah A. Peningkatan jumiah feaces dan frekwensi defikasi B. Ketidakmampuan spinter ani untuk mengendalikan pengeluaran feaces C. Feces yang mengeras didaerah rectum dan tidak dapat dikeluarkan D. Penumpukan gas didalam rongga usus 9. Konstipasi adalah ... A. Frekwensi BAB cepat B. Kesulitan pengeluaran faeses karena keras dan kering C. Ketidakmampuan spinter ani mengendalikan feces D. Faeces lunak didaerah rectum dan tak dapat keluar 10. Penyebab dari diare adalah ... ‘A. Makanan tinggi serat D. Makanan rendah serat B. Intake cairan berlebihan E. Intolerasi makanan ——————————————eee Kegiatan Belajar | LOCO nies eee aeteun TUJUAN Pembelajaran Umum Setelah mempelajari modul ini saudara mampu melaksanakan asuhan keperawatan _pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan elimiasi urin Pembelajaran Khusus Setelah _mempelajari secara teliti 4. Menuliskan diagnosa modul ini saudara diharapkan keperawatan yang — muncul dapat: pada pasien dengan gangguan jemenuhan eliminasi urine 1. Menjelaskan konsep dasar kebutuhan eliminasi urine. 5. Menjelaskan —intervensi implementasi dan — evaluasi keperawatan pada _pasien dengan gangguan_—eliminasi 2. Menjelaskan hal dikaji pada pasien dengan —_gangguan pemenuhan eliminasi urine. urine. 3 ee tL maser masaieh 6. Melaksanakan prosedur yang dielamy pace __Pesien_pemenuhan kebutuhan eliminasi dengan gangguan pemenuhan eliminasi urine. Kegiatan eee WY ROME ec uN aes ye) POKOK Mater Konsep dasar__ pemenuhan kebutuhan eliminasi urine. Review anatomi fisiologi Pengkajian pada pasien dengan gangguan kebutuhan eliminasi urine, meliputi: pola berkemih, faktor yang —mempengaruhi kebiasaan berkemih, karakteristik urine normal dan jumlah Masalah-masalah dalam eliminasi urine. Diagnosa Keperawatan pada pasien dengan —_gangguan eliminasi urine. Perencanaan _intervensi_ dan evaluasi keperawatan pada pasien dengan —_gangguan eliminasi urine. Prosedur pemenuhan kebutuhan eliminasi_ urine ( modul 7 praktikum). (Mi Uraian Materi Konsep dasar Eleminasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi Eleminasi urine normal adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Proses pengeluaran ini sangat bergantung pada fungsi ~ fungsi organ eleminasi seperti ginjal, ureter bladder dan uretra. Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine kemudian masuk ke ueter lalu mengalir ke bladder. Dalam bladder urine ditampung sampai mencapai batas tetentu yang kemudian dikeluarkan melalui uretra. Anatomi dan fisiologi ‘opening Gambar 2.6 Sistem perkemihan Tahukah anda bahwa ginjal bentuknya seperti kacang, terdiri dari 2 kanan dan kiri, 1 ginjal mengandung 1- 4 juta nefron yang merupakan unit pembentukan urine. Rata-rata Glomerular Filtrasi Rate (GFR) normal pada orang dewasa 125 ml permenit atau 180 liter per 24 jam... Setelah urine terbentuk kemudian akan dialirkan ke pelvis ginjal ke bladder melalui ureter. Kandung kemih tempat penampung 300- 400 mi urine, letaknya di dasar panggul terdiri otot yang dapat mengecil sperti balon, terdiri 2 bagian fundus dan bagian leher terdapat spinter interna dikontrol saraf otonom oleh sakral 2 dan 3. 0 IIL Percent: kesenatan Aros Keperowston g Pada orang dewasa normal jumlah urine 1,2 ~ 1,5 liter perhari atau 50 ml / jam selebihnya seperti air, elektrolit dan glukosa diabsorpsi kembali. Komposisi urine 95 % air, dan 5 % elektrolit dan zat organik. Peet Ce Cute COR ce Tums SCS eC ac ete ea ce toe Poo eeu ee eae econ cue cul Eau Un Cun cues Me cu ed Penney Uretra saluran pembuangan urin keluar dari tubuh, kontrol pengeluaran pada spinter eksterna yang dapat dikendalikan oleh kesadaran kita Tahukah anda panjang uretra wanita lebih pendek 3,7 cm, sedangkan pria panjangnya 20 cm. Sehingga pada wanita lebih sering terjadi infeksi saluran kemih. Proses kejadian eleminasi urine ada dua langkah utama: Pertama, bila kandung kemih saudara secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang dikirim ke medulla spinalis diteruskan ke pusat miksi pada susunan saraf pusat. Kedua, pusat miksi mengirim sinyal ke otot kandung kemih (destrusor) berkontraksi maka spinter interna relaksasi dan spinter ektena berusaha mengosongkan kandung kemih. ‘Apa yang harus diketahui tentang eleminasi urine? 1. Pola Eleminasi urine normal Seseorang berkemih sangat tergantung pada individu dan jumlah cairan yang masuk, Orang-orang biasanya berkemih : pertama kali pada waktu bangun tidur, setelah berkerja dan makan. 2.FrekuensiNormalnya miksi dalamsehari sekitar 5 kali. Frekuensi untuk berkemih tergantung kebiasaan dan kesempatan. Banyak orang berkemih kira-kira 70 % dari urine setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada malam hari. Orang-orang biasanya berkemih : pertama kali pada waktu bangun tidur, sebelum tidur dan berkisar waktu makan. ———ee 3. Karakteristik Urine normal Untuk mengetahui warna urine normal adalah kuning terang. disebabkan adanya pigmen oruchrome, juga tergantung intake cairan. Seseorang dalam keadaan dehidrasi maka kosentrasi urine menjadi lebih pekat dan kecoklatan, penggunaan obat-obatan tertentu seperti multivitamin dan preparat besi menyebabkan warna urine menjadi kemerahan sampai kehitaman. Bau urine normal adalah bau khas amoniak. merupakan hasil pecahan urea oleh bakteri, Pemberian pengobatan akan mempengaruhi bau urine. Jumlah urine yang dikeluarkan tergantung pada usia , intake cairan dan status kesehatan, Pada orang dewasa jumlah urine yang dikeluarkan sekitar 1.200 - 1.500 atau 150 samapi 600 ml / sekali miksi. Berat jenis plasma (tanpa protein) berkisar 1,015 -1,020. Berat jenis plasma (tanpa protein) berkisar1,015 -1,020. Peran perawat jika menemukan data klien dewasa dengan volume urine dibawah 500 ml atau diatas 300 ml dalam periode 24 jam, warna, bau obnormal dan berat jenis diatas normal maka perlu perhatian khusus pada klien tersebut bila perlu perawat melapor. Faktor yang mempengaruhi kebiasaan berkemih 1. Pertumbuhan dan perkembangan Usia seseorang dan berat badan dapat mempengaruhi jumlah pengeluaran urine. Normalnya bayi-anak ekskresi urine 400-500 mi/hari, orang dewasa 1500-1600ml. Contoh pada bayi-anak berat badan 10 % orang dewasa mampu ekskresi 33% lebih banyak dari orang dewasa, usia_lanjut volume bladder berkurang sehingga sering mengalami nokturia dan frekuensi berkemih meningkat, demikian juga wanita hamil juga akan lebih sering berkemih karena kandung kemih ditekan bagian terendah janin. N Sosiokultural Budaya masyarakat di mana sebagian masyarakat hanya dapat miksi pada tempat tertutup dan sebaliknya ada masyarakat yang dapat miksi pada lokasi terbuka ——E——eeee Pendidikan Jarak Jauh, Pendldikan Tinggi Kesehatan | Prodi Ke Contoh masyarakat kita kebanyakan berkemih dikamar mandi (dalam keadaan tertutup) atau lokasi terbuka, sedangkan pada orang dalam kondi diatas tempat tidur, hal ini membuat seseorang kadang menahan mi akit harus mil 3. Psikologis Pada keadaan cemas dan stress akan meninggalkan stimulasi berkemih, sebagai upaya kompensasi Contoh seseorang yang cemas dan stress maka mereka akan sering buang air kecil 4, Kebiasaan atau gaya hidup seseorang Gaya hidup ada kaitannya dengan kebiasaan seseorang berkemih. Contoh seseorang yang biasa berkemih di toilet atau di sungai atau di alam bebas, akan mengalami kesulitan kalau berkemih diatas tempat tidur apalagi dengan menggunakan pot urine/ pispot. 5. Aktifitas dan tonus otot Eliminasi urine membutuhkan tonus otot blanded, otot bomen, dan pelvis untuk berkontraksi. Jika ada gangguan tonus, otot dorongan untuk berkemih juga akan berkurang. Aktifitas dapat meningkatkan kemampuan metabolism produksi urine secara optimal. 6. Intake cairan dan makanan Kebiasaanminumdanmakantertentusepertikopi, teh, coklat, (mengandung kafein) dan alcohol akan menghambat Anti Diuretik Hormon (ADH), hal ini dapat meningkatkan pembuangan dan ekresi urine. 7. Kondisi penyakit Kondisi penyakit tertentu seperti pasien yang demam akan terjadi penurunan produksi urine dan pola miksi, karena banyak cairan yang dikeluarkan melalui kulit. Peradangan dan iritasi organ kemih meninggalkan retensi urine. 8. Pembedahan Tindakan pembedaan memicu sindrom adaptasi, sehingga kelenjar EEE iia Maroe aun) Pendidikan Tinggi Kesehatan rodi Keperawota hipofisis anterior melepas hormone ADH, mengakibatkan meningkatkan reabsorsi air akhirnya pengeluaran urine menurun. Menggunakan enastesi menurunkan filtrasi glomerulus sehingga produksi urine menurun, 9. Pengobatan Penggunaan terapi diuretik meningkatkan output urine, antikolinergik, dan antihipertensi, sehingga_menimbulkan seseorang akan mengalami retensi urine. 10. Pemeriksaan dianogtik Intravenous pylogram di mana pasien dibatasi intake sebelum prosedur untuk mengurangi output urine. Cystocospy dapat menimbulkan edema local pada uretra, spasme pada spinter bleddersehingga dapat menimbulkan urine tertahan ( retensia urine), Masalah-masalah eliminasi urine Ada beberapa masalah yang terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan eleminasi urine. Masalah tersebut antara lain : 1. Retensi urine Retensi urine adalah kondisi seseorang terjadi karena penumpukan urine dalam bladder dan ketidakmampuan bladder untuk mengosongkan kandung kemih. Penyebab distensi bladder adalah urine yang terdapat dalam bladder melebihi 400 ml. Normalnya adalah 250 - 400 ml. Kondisi ini bisa disebabkan oleh hipertropi prostat, pembedahan, otot destrusor lemah dll 2. Inkontinensia urine Bila seseorang mengalami ketidak mampuan otot spinter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol pengeluaran urine. Ada dua jenis inkontinensia: pertama, stres inkontinensia yaitu stres yang terjadi pada saat tekanan intra-abdomen meningkat dan menyebabkan kompresi kandung kemih. Contoh sebagian orang saat batuk atau tertawa akan mengalami terkencing-kencing, hal tersebut bisa dikatakan normal atau bisa terjadi pada lansia. Kedua, urge inkontinensia yaitu ————eee Modul Pendlikon JarakJauh, Pendhdian Tibgt Rese etan GE inkontinensia yang terjadi saat Klien terdesak ingin berkemih atau tiba-tiba berkemih, hal ini terjadi akibat infeksi saluran kemih bagian bawah atau spasme bladder, overdistensi, peningkatan konsumsi kafein atau alcohol ( Taylor,1989) » Enurisis Enuresis adalah ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang tidak disadari yang diakibatkan ketidakmampuan untuk mengendalikan spinter eksterna, Biasanya terjadi pada anak-anak atau orang jompo. Faktor penyebab takut keluar malam, kapasitas kandung kemih kurang normal. Infeksi dll Perubahan Pola Berkemih Dalam kaitannya dengan perubahan pola berkemih pada pasien yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan eleminasi urine, hal yang perlu saudara lakukan pengkajian pada perubahan pola berkemih antara lain : 1. Frekuensi: Meningkatnya frekuensi berkemih tanpa intake ciran yang meningkat, biasanya terjadi pada cystitis, stress, dan wanita hamil. 2. Urgency. Perasaan ingin segera berkemih dan biasanya terjadi pada anak- anak karena kemampuan spinter untuk mengontrol berkurang. 3. Dysuria: Rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih misalnya pada infeksi saluran kemih, trauma, dan striktur uretra. 4. Polyuria (Diuresis): Produksi urine melebihi normal, tanpa peningkatan intake cairan misalnya pada pasien DM 5. Urinary Suppression: Keadaan di mana ginjal tidak memproduksi urine secara tiba-tiba, Anuria (urine kurang dari 100 ml/24 jam), olyguria (urine berkisar 100-500 ml/24 jam). 0 PROSES KEPERAWATAN ‘Ada lima langkah untukyang harus dipahamioleh peserta didik dalam memberikan asuhan keperawatan pada pada klien dengan gangguan eleminasi meliputi pengkajian, rumuskan diagnosa keperawatan, intervensi dan implementasi dan evaluasi 1. Pengkajian Peserta didik dalam melakukan pengkajian harus menggerakan semua indra dan tenaga untuk melakukan pengkajian secara cermat baik melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik untuk mengali data yang akurat. a. Tanyakan riwayat keperawatan klien tentang pola berkemih, gejala dari perubahan berkemih, Faktor yang mempengaruhi berkemih b. Pemeriksaan fisik Klien meliputi 1) abdomen , pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi bladder, pembesaran ginjal, nyeri tekan, tenderness, bissing usus, 2) genetalia : wanita, inflamasi, nodul, lesi, adanya secret dari meatus, kesadaran, antropi jaringan vagina, dan genetalia laki-laki : kebersihan, adanya lesi, tenderness, adanya pembesaran skrotum. c. Identifikasi Intake dan output cairan dalam (24 jam ) meliputi pemasukan minum dan infuse, NGT, dan pengeluaran perubahan urine dari urinal, cateter bag, ainage ureternomy, karakter urine: warna, kejernihan, bau, kepekatan. d. Pemeriksaan diagnostic : Pemeriksaan urine (urinalisis): Warna : (jernih kekuningan), Penampilan (N: Jernih), Bau (N: beraroma), pH (N: 4,5-8,0), Berat jenis (N: 1,005-1,030), Glukosa (N: negatif), Keton (N: negatif), Kultur urine (N: kuman petogen negatif) 2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Gangguan pola eliminasi urine: inkontinensia - Definisi: Kondisi di mana seseorang tidak mampu mengendalikan ————oE—eeEeE pendicitan Jarok Jauk, Pendidlton Hee ResenetOn pengeluaran urine, kemungkinan penyebab (berhubungan dengan}: gangguan neuromuskuler, spasme bladder, trauma pelvic, infeksi saluran kemih, trauma medulla spinalis, kemungkinan klien mengalami (data yang ditemukan) : inkontinensia, keinginan berkemih yang segera, sering ke toilet, menghindari minum, spame bladder, setiap berkemih kurang dari 100 ml atau lebih dari 550 ml. Tujuan yang diharapkan: a. Klien dapat mengontrol pengeluaran urine tiap 4 jam. b. Tidak ada tanda-tanda retensi dan inkontinensia urine, cc. Klien berkemih dalam keadaan berkemih. d 3. Intervensi INTERVENSI RASIONAL Monitor keadaan bladder setiap_|T. Tingkatkan kekuatan otot 2jam. dan kolaborasi dalam —_| bladder bladder training 2. Hindari faktor pencetus oM vat windar inkontinensia urine seperti erayrang ser menghinge! inkontinensia cemas 3. Kolaborasi dengan dokter dalam | >» Menghindari faktor penyebab pengobatan dan kateterisasi 4. Berikan perjelasan tentang: | 4, Meningkatkan _pengetahuan pengobatan, kateter, penyebab | dan pasien lebih kooperatif dan tindakan lainnya 4. Kriteria evaluasi Setelah membantu untuk klien lakukan evaluasi : Klien mampu mengontrol pengeluaran bladder setiap 4 jam, tanda dan gejala retensi urine tidak ada. 6 2. Retensi urine : Definisi: Kondisi di mana seseorang tidak mampu mengosongkan bladder secara tuntas, kemungkinan penyebab (berhubungan dengan) : Obtruki mekanik, pembesaran prostat, trauma, pembedahan, kehamilan, kemungkinan klien mengalami (data yang ditemukan): tidak tuntasnya pengeluaran urine, distensi bladder, hipertropi prostat, kanker, infeksi saluran kemih, pembesaran besar abdomen. Intervensi : INTERVENSI RASIONAL | T. Monitor keadaan bladder setiap_|~T. Menentukan masalah 2jam 2. Ukur intake dan output cairan 2. Memonitor keseimbangan setiap 4 jam cairan w Berikan cairan 2.000 mi/hari + Wines daa BONN we OP ow Ss eee Perdition tine: kesenatan Prods Keperowston Wi Kunci Jawaban Tes Sumatif Kasus 2 1B 2A 3.D 4A 5.A 6A r= 8D af 10.A

You might also like