You are on page 1of 11

NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 15, No. 1, Maret 2019, (Hal.

14-24)

Hubungan Keputusasaan dengan Depresi Pada Pasien Diabetes Melitus Di Padang

Rika Sarfikaa
a
Bagian Keperawatan Jiwa-Komunitas, Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Andalas, Padang, 25163, Indonesia
e-mail korespondensi : rikasarfika@nrs.unand.ac.id

Abstract

Diabetes mellitus is a chronic disease that can cause depression in sufferers. Depression is
often associated with feelings of despair. This study aimed to investigate the relationship
between hopelessness and depression among patients diabetes mellitus.This research is
analytical research with a cross-sectional study approach. 122 people with type 2 diabetes
mellitus at Pauh and Andalas Public health center were designated as samples in this study
with inclusion criteria not having a history of mood disorders or mental disorders (based on
medical diagnosis), aged 25 - 65 years and willing to sign an informed consent form. Data
collection was conducted from September to October 2016 using the SDS (Self-rating
Depression Scale) questionnaire and BHS (Beck Hopelessness Scale) questionnaire. Data
were analyzed using the Chi-Square Test.There is a significant relationship between
hopelessness and depression among diabetes mellitus patients (Pv = 0.001). Patients with
diabetes mellitus who experience despair have a risk of 7.03 times depression compared to
patients who do not experience despair.Despair in patients with diabetes mellitus occurs due
to negative thoughts about the disease in the future, lack of motivation in controlling blood
sugar and negative expectations of the disease condition. These feelings make the patient
depressed. Based on this, education needs to be given regarding diabetes mellitus and its
treatment so that hopelessness can be anticipated.

Keywords: Diabetes mellitus, hopelessness, depression, adults, elderly

Abstrak

Diabetes melitus merupakan penyakit kronik yang dapat menimbulkan depresi pada
penderitanya. Depresi sering dikaitkan dengan perasaan keputusasaan. Tujuan penelitian ini
mengetahui hubungan antara keputusaan dengan depresi pada pasien diabetes melitus. Jenis
penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional study. Sebanyak
122 orang pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Pauh dan Puskesmas Andalas Padang
ditetapkan sebagai sampel penelitian dengan kriteria inklusi tidak memiliki riwayat gangguan
mood atau gangguan jiwa (berdasarkan diagnosis medis), berusia dalam rentang 25 sampai 65
tahun serta bersedia menandatangani informed consent. Pengumpulan data dilakukan pada
bulan September sampai Oktober tahun 2016 dengan menggunakan kuesioner SDS (Self-
rating Depression Scale) dan kuesioner BHS (Beck Hopelessness Scale). Data dianalisis
menggunakan Uji Chi-Square.Ada hubungan yang signifikan antara keputusasaan dengan
depresi pada pasien diabetes melitus (Pv = 0.001). Pasien diabetes melitus yang mengalami
keputusasaan memilki resiko 7.03 kali terjadi depresi dibanding pasien yang tidak mengalami
keputusasaan.

Rika Sarfika., Hubungan Keputusasaan dengan Depresi,… 14


NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 15, No. 1, Maret 2019, (Hal. 14-24)

Saran: Keputusasaan pada pasien diabetes melitus terjadi karena pikiran negatif terhadap
kondisi penyakit pada masa yang akan datang, kurangnya motivasi dalam pengontrolan gula
darah serta harapan yang negatif terhadap kondisi penyakit. Perasaan-perasaan ini membuat
pasien menjadi depresi. Berdasarkan hal ini, maka perlu diberikan edukasi mengenai diabetes
melitus dan perawatannya agar keputusasaan dapat di antisipasi.

Keywords: Diabetes melitus, keputusasaan, depresi, dewasa, lansia


pada penderita diabetes melitus (Conti et
PENDAHULUAN al., 2017).

Diabetes Melitus merupakan salah Depresi merupakan masalah


satu penyakit kronik yang semakin psikososial yang paling sering terjadi pada
mengkhawatirkan karena angkanya pasien diabetes melitus (Hsu et al., 2012;
cenderung mengalami peningkatan setiap Kok et al., 2015). Sebanyak 87% penderita
tahun. Prevalensi diabetes melitus secara diabetes melitus mengalami depresi.
global pada orang dewasa diperkirakan (Khan, Lutale, & Moledina, 2019).
terus meningkat, dari 366 juta jiwa (8.3%) Penelitian Vuuren & Pillay, (2019)
di tahun 2010 meningkat menjadi 552 juta mengungkapkan sebanyak 46,6% penderita
jiwa (9.9%) di tahun 2030 (IDF, 2011). Di diabetes melitus mengalami gangguan
Indonesia, prevalensi diabetes melitus juga depresi mayor. Sementara hasil penelitian
mengalami peningkatan. Data Riset (Wang, Lopez, Bolge, Zhu, & Stang, 2016)
Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyatakan mengungkapkan bahwa kejadian depresi
bahwa prevalensi diabetes melitus yang relevan secara klinis pada penderita
berdasarkan diagnosis dokter dari 1.1% di diabetes melitus sebesar 10,6% dan depresi
tahun 2007 meningkat menjadi 1.5 % di signifikan secara klinis sebesar 4,2%. Data
tahun 2013 (Kemenkes RI, 2013), angka ini menggambarkan bahwa penderita
ini terus meningkat menjadi 2.0 % di tahun diabetes melitus memiliki resiko tinggi
2018 (Kemenkes RI, 2018). Sementara, di mengalami depresi
provinsi Sumatera Barat sendiri juga
terjadi peningkatan dari 0.7% ditahun Depresi pada penderita diabetes
2007 menjadi 1.3% di tahun 2013 dapat disebabkan oleh faktor genetik,
(Kemenkes RI, 2013), dan pada tahun biologis dan psikologis (Niraula, Kohrt,
2018 meningkat lagi hingga mencapai Flora et al., 2013; Khan et al., 2019)
1.7% (Kemenkes RI, 2018). Data-data ini Menurut Holt, de Groot, & Golden (2015),
menggambarkan bahwa diabetes melitus mekanisme dan patogenesis yang
masih menjadi permasalahan serius bagi mendasari hubungan antara depresi dengan
Indonesia maupun Sumatera Barat. diabetes melitus adalah beban klinis dari
penyakit, faktor gaya hidup dan kepatuhan,
Berbagai masalah psikososial dapat obat antidepresan, struktur dan fungsi
muncul pada penderita diabetes melitus otak, disfungsi aksis HPA, gangguan tidur,
antara lain yaitu depresi (Bădescu et al., peradangan, dan faktor lingkungan. Holt et
2016; Kok, Williams, & Zhao, 2015). al (2015) mengungkapkan depresi pada
Diabetes juga dapat menyebabkan distress, klien diabetes melitus cenderung
gejala depresi, dan kualitas hidup menurun disebabkan oleh pengetahuan terhadap
(Chew, Mohd-sidik, & Shariff-ghazali, diagnosis, beban mengelola kondisi dan
2015). Selain itu, diabetes juga dapat komplikasi penyakit. (Khan et al., 2019)
menyebabkan kecemasan (Albekairy et al., juga mengungkapkan bahwa depresi terjadi
2018), stres (Joseph & Golden, 2017) dan karena ketidakpatuhan ketidakpatuhan
bahkan dapat muncul resiko bunuh diri terhadap pengobatan, kontrol metabolik
yang buruk, tingkat komplikasi, penurunan
Rika Sarfika., Hubungan Keputusasaan dengan Depresi,… 15
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 15, No. 1, Maret 2019, (Hal. 14-24)

kualitas hidup, perawatan yang dijalani dan kuesioner kepada pasien untuk mengukur
biaya perawatan, peningkatan kecacatan keputusasaan dan depresi pada pasien.
dan kehilangan produktivitas, serta
peningkatan risiko kematian. Faktor-faktor Pengukuran kondisi depresi
ini merupakan tanda dan gejala dari menggunakan kuesioner Self-rating
perilaku yang menggambarkan masalah Depression Scale (SDS) yang
keputusasaan. dikembangkan oleh Zung tahun 1965.
Kuesioner ini terdiri 20 item pernyataan
Menurut kamus Standar Diagnostik dengan skala likert 1 – 4 (1= Jarang, dan
Keperawatan Indonesia (SDKI), buruknya 4= Selalu). Hasil ukur berupa tidak depresi
dalam aktivitas perawatan penyakit dan (skor 20-49), depresi ringan (skor 50-69),
berpilaku pasif terhadap masalah kesehatan dan depresi berat (skor 70–80). Hasil uji
yang muncul merupakan tanda gejala dari validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner
keputusaasaan (PPNI, 2016). Teori SDS pada 62 orang responden diabetes
keputusasaan-depresi mengungkapkan melitus didapatkan nilai cronbach’s
bahwa gejala-gejala perilaku dari coefficient-alpha sebesar 0,837, artinya
keputusasaan-depresi adalah kurangnya kuesioner ini valid dan reliabel dalam
motivasi, afek sedih, memiliki ide bunuh mengukur depresi pada pasien diabetes
diri, kurang bertenaga, apatis, gangguan melitus. Sementara, alat ukur
psikomotor, gangguan tidur, kosentrasi keputusasaan peneliti menggunakan
yang buruk, pikiran negatif yang kuesioner Beck Hopelessness Scale (BHS).
diperburuk suasana hati (Abramson, Kuesioner ini terdiri dari 20 item
Metalsky, & Alloy, 1989). Berdasarkan pernyataan dengan skala Guftman
latar belakang ini, maka penelitian ini “Ya/Tidak” (0=Ya, 1=Tidak). Kuesioner
bertujuan untuk melihat hubungan ini mengukur 3 aspek mayor gejala
keputusasaan dengan depresi pada pasien keputusasaan yakni perasaan tentang masa
diabetes mellitus. depan, motivasi yang menurun, dan
harapan yang negatif atau positif terhadap
kondisi penyakit. Hasil ukur berupa tidak
METODE putus asa (skor 0-3), keputusasaan ringan
(skor 4-8), keputusasaan sedang (skor 9-
Penelitian ini merupakan penelitian 14), dan keputusasaan berat (skor >15).
analitik dengan pendekatan cross-sectional Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner
study. Pengumpulan data depresi dan BHS didapatkan nilai coefficient-alpha
keputusasaan dilakukan peneliti sekaligus sebesar 0,766, artinya kuesioner ini valid
pada bulan September sampai dengan dan reliabel dalam mengukur keputusasaan
Desember 2016. Sebanyak 122 orang pada pasien diabetes melitus.
pasien diabetes melitus di wilayah kerja
Selama proses penelitian, peneliti
puskesmas Pauh dan puskesmas Andalas
menerapkan prinsip etika penelitian yang
Padang yang memenuhi kriteria inklusi di
terdiri dari Self-determination yaitu
ambil sebagai sampel penelitian melalui
memberikan hak responden untuk tidak
teknik purposive random sampling.
melanjutkan atau keluar dari penelitian
Kriteria inklusi sampel yaitu pasien
tanpa memberikan dampak atau sanksi
diabetes melitus tipe 2, berusia 25 sampai
kepada responden. Kemudian peneliti juga
65 tahun, kooperatif, menandatangani
menjaga Privacy responden selama
persetujuan menjadi sampel penelitian, dan
penelitian, prinsip Anonymity dan
pasien tidak memiliki riwayat gangguan
Confidentiality dengan cara membuat
mood atau riwayat gangguan jiwa. Cara
insial responden saja. Selain itu, peneliti
pengumpulan data dengan memberikan juga mencegah terjadinya perasaan tidak
Rika Sarfika., Hubungan Keputusasaan dengan Depresi,… 16
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 15, No. 1, Maret 2019, (Hal. 14-24)

nyaman dan terluka (Protection from perempuan (68.9%) dan sebagian besar
Discomfort and Harm) dengan cara berusia lansia akhir (61.5%). Lebih
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian separuh responden berpendidikan rendah
sebelum pengumpulan data dan meminta dan tidak bekerja (57.4%). Sebagian besar
informed consent serta menggunakan alat responden menderita penyakit diabetes
ukur yang sudah valid dan reliabel. melitus kurang dari 5 tahun (67.2%)
dengan riwayat pengobatan yang terkontrol
Analisa data menggunakan sistem (82.2%) dan tidak ada ulkus (87.7%)
komputerisasi yang dilakukan melalui 2 namun disertai dengan adanya komplikasi
tahapan yaitu analisa univariat dan analisa (57.4%). Data mengenai karakteristik
bivariat. Analisa univariat dilakukan untuk responden ini dapat dilihat pada Tabel 1.
melihat distribusi frekuensi kondisi depresi
dan keputusasaan serta karakteristik pasien
diabetes mellitus. Sedangkan, analisa B. Gambaran Karakteristik Pasien
bivariat menggunakan uji Chi-Square yang Diabetes Melitus
bertujuan untuk melihat hubungan antara
variabel keputusasaan dengan variabel Tabel 2. Distribusi Frekuensi Depresi
depresi pada pasien diabetes melitus. Berdasarkan Karakteristik Responden (n=122)
Karakteristik Kondisi Depresi
Responden Tidak Depresi Total
depresi ringan (%)
(%) (%)
HASIL 1. Jenis Kelamin
− Laki-laki 18.9 12.3 31.1
− Perempuan 37.7 31.1 68.9
A. Gambaran karakteristik responden 2. Usia
− Dewasa awal 1.6 0 1.6
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik − Dewasa akhir 8.2 3.3 11.5
Responden (n= 122) − Lansia awal 18.9 6.6 25.4
Karakteristik f % − Lansia akhir 27.9 33.6 61.4
Jenis kelamin 3. Pendidikan
- Laki-laki 38 31.1 − Rendah (SD-SMP) 25.4 32.8 58.2
- Perempuan 84 68.9 − Tinggi (SMA-PT) 31.1 10.7 41.8
Usia 4. Pekerjaan
- Dewasa awal (26-35 tahun) 2 1.6 − Bekerja 25.4 17.2 42.6
- Dewasa akhir (36 - 45 tahun) 14 11.5 − Tidak Bekerja 31.1 26.2 57.4
- Lansia awal (46 – 55 tahun) 31 25.4 5. Riwayat Pengobatan
- Lansia akhir (56 – 65 tahun) 75 61.5 − Terkontrol 45.1 37.7 82.2
Pendidikan − Tidak terkontrol 11.5 5.7 17.2
- Rendah (SD-SMP) 71 58.2 6. Ulkus
- Tinggi (SMA-PT) 51 41.8 − Tidak ada 52.5 35.2 87.7
Pekerjaan − Ada 4.1 8.2 12.3
- Bekerja 52 42.6 7. Komplikasi
- Tidak bekerja 70 57.4
− Tidak ada 35.2 7.4 42.6
Lama menderita DM
− Ada 21.3 36.1 57.4
- ≤ 5 tahun 82 67.2
8. Lama menderita
- > 5 tahun 40 32.8
− < 5 tahun 39.3 27.9 67.2
Riwayat pengobatan
- Terkontrol 101 82.8 − ≥ 5 tahun 17.2 15.6 32.8
- Tidak terkontrol 21 17.2
Ulkus
- Tidak ada ulkus 107 87.7 Tabel 2. menunjukkan bahwa sebagian
- Ada ulkus 15 12.3
Komplikasi besar lansia akhir mengalami depresi (33.6
- Tidak ada komplikasi 52 42.6 % dari 61.4%), sebagian besar responden
- Ada komplikasi 70 57.4 yang berpendidikan rendah mengalami
depresi (32.8% dari 58.2%), sebagian besar
Tabel 1. mengungkapkan bahwa pasien yang memiliki ulkus mengalami
sebagian besar responden adalah pasien depresi (8.2% dari 12.3%), dan sebagian
Rika Sarfika., Hubungan Keputusasaan dengan Depresi,… 17
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 15, No. 1, Maret 2019, (Hal. 14-24)

besar pasien yang memiliki komplikasi diabetes yang tidak mengalami


mengalami depresi (36.1% dari 57.4%). keputusasaan.

C. Keputusasaan dan Depresi Pasien PEMBAHASAN


Diabetes Melitus
Kondisi depresi pasien diabetes melitus
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Depresi dan
Keputusasaan Responden (n= 122) Hasil penelitian memperlihatkan
Variabel Frekuensi bahwa hampir dari separuh pasien diabetes
n % melitus mengalami depresi ringan (43.4%).
1. Depresi: Gejala-gejala depresi yang dialami oleh
− Tidak depresi 69 56.6
responden dalam penelitian ini berupa
− Depresi ringan 53 43.4
− Depresi berat 0 0.00 sering mengalami gangguan tidur, kadang-
2. Keputusasaan: kadang merasa hidup tidak bahagia lagi,
− Tidak putus asa 0 0.00 kadang-kadang merasa sedih, sering tidak
− Keputusasaan ringan 102 83.6 menjaga pola makan, sering merasa lelah,
− Keputusasaan sedang 20 16.4 dan kadang-kadang berfikir untuk bunuh
− Keputusasaan berat 0 0.00
diri. Hal ini didukung oleh penelitian
(Khan et al., 2019) bahwa sebagian besar
Tabel 3. Memperlihatkan bahwa responden diabetes mengalami depresi
hampir separuh pasien diabetes melitus minimal (56,7%), 22,1% depresi ringan,
mengalami depresi ringan (43.4%) dan dan 8,2% mengalami depresi sedang.
tidak ada pasien yang mengalami depresi
berat. Sementara itu, pada masalah Stuart (2013) mengungkapkan
keputusasaan terdapat sebagian besar bahwa penyakit diabetes melitus
pasien mengalami keputusasaan ringan merupakan penyakit kronik yang
(83.6%) dan yang lainnya mengalami melemahkan tubuh yang dapat
keputusasaan sedang (16.4%). menyebabkan depresi pada penderitanya.
Konsep ini juga diperkuat oleh Kaplan &
D. Hubungan Keputusaan dengan Saddock (2010) bahwa penyakit diabetes
Depresi pada Pasien Diabetes melitus dapat menimbulkan perubahan
Melitus psikologi seperti perubahan proses mental,
perilaku, dan fungsi neurologis sehingga
Tabel 4. Analisis Hubungan Keputusasaan
menyebabkan klien menjadi pendiam,
dengan Depresi pada Pasien Diabetes Melitus
Depresi Total cemas, menarik diri, dan tidak aktif lagi
Variabel Tidak Depresi dalam hubungan sosial. Hal ini merupakan
depresi ringan tanda gejala seseorang mengalami depresi.
f % f % f %
Keputusasaan Ringan 65 63.7 37 36.3 102 100
Keputusasaan Sedang 4 20 16 80 20 100
Banyak faktor yang dapat
CI 95% 2.19- 22.59 menyebabkan pasien diabetes melitus
OR 7.03 mengalami depresi, antara lain dapat
Pv 0.001 disebabkan karena perubahan biokimia
dalam tubuh penderita diabetes. Perubahan
Pada Tabel 4. terlihat hasil uji Chi- biokimia yang terjadi pada penderita
square menunjukkan terdapat hubungan diabetes melitus sama dengan perubahan
yang signifikan antara keputusasaan yang terjadi pada depresi yaitu peningkatan
dengan depresi pada pasien diabetes hormon kortisol dan gangguan
melitus (pValue: 0.001). Pasien diabetes metabolisme epinefrin dan norepinefrin
melitus yang mengalami keputusasaan (Holt et al., 2015). Dalam penelitian ini
memiliki peluang sebanyak 7.03 kali ditemukan bahwa pasien yang memiliki
mengalami depresi dibanding pasien
Rika Sarfika., Hubungan Keputusasaan dengan Depresi,… 18
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 15, No. 1, Maret 2019, (Hal. 14-24)

komplikasi (misalnya hipertensi, jantung, Tabel 3. memperlihatkan bahwa


dan lain-lain) mengalami depresi sebesar lebih dari separuh responden tidak
62.9% dan sebagian besar pasien diabetes mengalami depresi (56.6%), kurang dari
yang memiliki ulkus mengalami depresi separuh responden mengalami depresi
sebesar 66.7% (lihat tabel 2). Peningkatan ringan (43.4%) dan tidak ada responden
hormon kortisol, epinefrin, dan yang mengalami depresi berat. Ini berarti,
norepinefrin dipicu karena peningkatan pasien diabetes melitus dalam penelitian
kadar glukosa dalam darah sehingga pasien ini belum mengalami masalah psikologis
diabetes melitus mengalami gangguan yang berarti. Hasil penelitian ini didukung
mood seperti yang tampak pada gejala oleh penelitian Yonzon, Joshi, & Ghimire
depresi. Terapi yang harus dilakukan (2018) bahwa proporsi responden diabetes
secara rutin juga menimbulkan rasa bosan yang mengalami depresi sebesar 29.2%.
dan tertekan pada pasien yang Namun, penelitian Vuuren & Pillay (2019)
mengakibatkan pasien merasa berbeda mengungkapkan hal yang berbeda yaitu
dengan orang lain dan akhirnya sebesar 46,6% pasien diabetes melitus
menimbulkan gejala depresi. mengalami gangguan depresi mayor. Hasil
penemuan ini bertentangan dengan konsep
Hasil penelitian ini menemukan depresi dan penyakit kronik. Hal ini dapat
bahwa sebagian besar pasien diabetes disebabkan karena kondisi klinis pasien
melitus mengeluh nafsu makan berkurang, yang dilibatkan dalam penelitian ini tidak
tidak bergairah melakukan hubungan dalam kondisi buruk seperti yang terlihat
seksual, sulit berfikir jernih dan dalam tabel 1 bahwa sebagian besar
mengambil keputusan, sulit menemukan responden tidak memiliki ulkus (87.7%)
solusi untuk menyelesaikan masalah, tidak dan lebih dari separuh responden
bergairah dalam melakukan aktivitas menderita diabetes melitus kurang dari 5
kehidupan. Price & Wilson (2006) tahun (67.2%). Selain itu, pasien memiliki
mengungkapkan bahwa pasien diabetes manajemen perawatan diri yang bagus
melitus akan cenderung mengalami tiga yang ditandai dengan sebagian besar
gejala khas (tripoli) yaitu poliuria, mereka memiliki riwayat pengobatan yang
polidipsi, dan polifagia. Poliuria terkontrol (82.8%). Meskipun pada tabel 1
menyebabkan pasien merasakan gatal-gatal menunjukkan lebih separuh responden
disekitar daerah kemaluan dan akhirnya memiliki komplikasi (57.4%), tetapi ini
dapat menimbulkan infeksi pada daerah tidak bisa menjadi patokan tingkat
tersebut, hal ini tentu membuat pasien keparahan kondisi klinis yang dialami
merasa tidak nyaman, tidak punya motivasi responden karena komplikasi dalam
untuk melakukan hubungan seksual serta penelitian ini tidak berdasarkan diagnosis
merasa malu terhadap pasangan sehingga dokter. Komplikasi ini hanya berdasarkan
menimbulkan rasa cemas, sedih, tidak persepsi dan gejala yang dirasakan
berharga dan malu terhadap pasangan. responden. Akan tetapi, pada Tabel 2
polidipsi menyebabkan rasa haus yang memperlihatkan bahwa kecenderungan
semakin sering dan polifagia menyebabkan terjadinya depresi pada pasien diabetes
rasa lapar karena glukosa banyak melitus yang memiliki riwayat pengobatan
dikeluarkan bersama urine sehingga hal ini yang terkontrol dengan yang tidak
menyebabkan klien sering mengeluh lelah, terkontrol hampir sama.
lemah, gangguan tidur dan berat badan
menurun. Tanda dan gejala psikologi yang Selain kondisi klinis penyakit dan
diakibatkan oleh manifestasi klinis ini manajemen perawatan, faktor
merupakan tanda dan gejala depresi. kareakteristik juga dapat mempengaruhi
terjadinya depresi pada pasien diabetes
melitus. Tabel 2 memperlihatkan bahwa
Rika Sarfika., Hubungan Keputusasaan dengan Depresi,… 19
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 15, No. 1, Maret 2019, (Hal. 14-24)

perempuan lebih cenderung mengalami ketelatenan dalam mengontrol gula darah


depresi dibanding laki-laki dengan sepanjang hidup pasien namun
prevalensi masing-masing sebesar 45,1% kekambuhan-kekambuhan juga terjadi
dan 39.5%. Hasil penemuan ini didukung sehingga hal ini menimbulkan perasaan
oleh Penelitian (Khan et al., 2019) yaitu keputusasaan pada pasien.
prevalensi depresi lebih tinggi pada
perempuan 64% sedangkan pada laki-laki Perasaan keputusasaan yang terjadi
35,1%. Pada tabel 1 juga terlihat sebagian pada pasien dalam penelitian ini dapat
besar pasien diabetes melitus adalah dipengaruhi karena faktor usia dan
berusia lanjut (56 – 65 tahun) yaitu komplikasi. Lebih dari separuh responden
sebanyak 61.4% dan prevalensi depresi dalam penelitian ini adalah lansia akhir
pada usia ini yang terlihat pada tabel 2 (61.5%) dan lebih dari separuh responden
adalah sebesar 54.7%. Sementara memiliki komplikasi (57.4%) (lihat tabel
prevalensi depresi pada usia dewasa akhir 1). Rata-rata pada pasien lansia akhir
sebesar 28.7% dan lansia awal sebesar memiliki sikap pasrah dan tidak antusias
26%. Ini berarti, individu lanjut usia atau melakukan pengobatan karena
disebut dengan lansia akhir memiliki menganggap penyakit adalah karena usia
resiko yang lebih tinggi mengalami depresi dan tidak bisa disembuhkan. Hal ini
dibanding usia lain. Hal ini juga diperkuat oleh Liu, et al bahwa orang tua
diungkapkan oleh Trief (2007) bahwa dan orang yang memiliki penyakit lebih
semakin tua usia maka semakin berpotensi cenderung mengalami keputusasaan dan
mengalami diabetes melitus. Resiko menghasilkan tingkat depresi yang tinggi
terkena diabetes melitus pada usia 65 (Liu, Kleiman, Nestor, & Cheek, 2016).
sampai dengan 74 tahun diperkirakan
menjadi tiga kali lipat, sedangkan pada Dalam penelitian ini ditemukan
usia 75 tahun keatas menjadi 5 kali lipat. keluhan-keluhan pasien seperti tidak ada
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa harapan, menyerah, berfikir negatif
pasien diabetes yang berpendidikan rendah terhadap status kesehatan pada masa
(SD-SMP) memiliki prevalensi depresi selanjutnya, tidak punya masa depan yang
yang lebih besar dibanding pasien diabetes cerah atau masa depan yang gelap, merasa
yang berpendidikan tinggi dengan selalu gagal dan pengorbanan yang sia-sia,
prevalensi masing-masing yaitu 56.4% dan sedih dan tidak antusias meningkatkan
25.6% (tabel 2). kesehatan. Menurut kamus Merriam-
Webster's Collegiate Dictionary
Keputusasaan Pada Pasien Diabetes keputusasaan adalah kata benda yang
Melitus terkait dengan kata sifat harapan. Menjadi
putus asa berarti menjadi sedih, putus asa,
Hasil penelitian menunjukkan dan sedih, atau menghadapi situasi yang
mayoritas pasien diabetes melitus tidak mungkin, tidak dapat disembuhkan,
mengalami keputusasaan ringan (83.6%), atau tidak dapat diperbaiki (Dunn, 2005).
sebagian kecil pasien diabetes melitus Dalam American Psychiatric Association’s
mengalami keputsasaan sedang (16.4%), (APA) Diagnostic and Statistical Manual
dan tidak ada pasien yang mengalami of Mental Disorders (DSM IV-TR)
keputusasaan berat (tabel 3). Hasil (American Psychiatric As- sociation, 2000)
penelitian ini membuktikan bahwa semua menjelaskan bahwa keputusasaan adalah
pasien mengalami keputusasaan, meskipun pesimisme yang meluas tentang masa
hanya berada pada level ringan sampai depan. Dalam perspektif psikologis,
sedang. Hal ini dapat terjadi karena keputusasaan adalah harapan dari hasil
diabetes melitus merupakan penyakit negatif dan ketidakberdayaan (Abramson
kronik degeneratif yang membutuhkan et al., 1989). Sedangkan dari perspektif
Rika Sarfika., Hubungan Keputusasaan dengan Depresi,… 20
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 15, No. 1, Maret 2019, (Hal. 14-24)

kognitif, Beck et al. (1974) keputusasaan


adalah harapan negatif dan
ketidakberdayaan dari hasil yang negatif Hubungan Keputusasaan Dengan
yang dilihat dari tiga dimensi yakni Depresi
dimensi kognitif, dimensi afektif dan
dimensi motivasi. Dimensi kognitif terdiri Berdasarkan hasil penelitian yang
dari harapan masa depan yang negatif, telah dilakukan terdapat hubungan yang
seperti pemikiran yang mencakup masa signifikan antara keputusasaan dengan
depan yang gelap atau tidak pasti. Dimensi depresi pada pasien diabete melitus (Pv =
afektif terdiri dari perasaan negatif tentang 0.001). Hasil uji chi-square didapatkan
masa depan, termasuk kurangnya harapan, nilai OR sebesar 7.03, yang artinya pasien
antusiasme, atau keyakinan. Dimensi diabetes melitus yang mengalami
motivasi mencakup pikiran dan perasaan keputusasaan memiliki peluang sebanyak
negatif tentang kemampuan seseorang 7.03 kali mengalami depresi dibanding
untuk mengubah atau meningkatkan pasien diabetes yang tidak mengalami
kesejahteraan masa depan. keputusasaan (tabel 4). Pasien diabetes
melitus yang memiliki keputusasaan ringan
Perasaan keputusasaan yang mengalami depresi ringan sebesar 36.3%,
dirasakan pasien dapat dikaitkan dengan sedangkan pasien yang memiliki
kualitas hidup yang dipersepsikan oleh keputusasaan sedang mengalami depresi
pasien tersebut. Pasien yang ringan sebesar 80% (tabel 4). Salah satu
menggambarkan kondisinya baik maka rantai kausal penyebab depresi adalah
kecil kemungkinan mengalami perasaan keputusasaan. Interaksi antara gaya
keputusasaan, begitu juga sebaliknya jika kognitif dan peristiwa kehidupan negatif
pasien menggambarkan kondisinya tidak akan menimbulkan rasa keputusasaan.
baik maka besar kemungkinan terjadinya Kekambuhan yang berulang-ulang atau
perasaan keputusaasaan pada pasien. kondisi yang tidak berubah dapat
Pasien diabates melitus memiliki distress, mencetuskan munculnya rasa keputusasaan
depresi dan kualitas hidup yang buruk pada pasien dan selanjutnya keputusasaan
yang disebabkan oleh keterbatasan fisik, ini akan menimbulkan depresi pada pasien
gejala klinis dan gejala emosional yang (Kim, Linton, Cho, & Ha, 2016).
dialami (Chew et al., 2015). Hasil
penelitian menemukan pasien yang Teori hopelessness dalam
mengalami keputusasaan cenderung akan Abramson et al., (1989) menjelaskan
pasrah dengan kondisinya karena sulit bahwa “an expectancy that positive
disembuhkan, sulit mengambil keputusan, consequences will not occur, or that
dan pesimis dengan masa depan. 90,2% negative consequences will occur” , yang
pasien menganggap bahwa penyakit artinya adalah harapan bahwa konsekuensi
diabetes melitus tidak dapat disembuhkan, positif tidak akan terjadi atau konsekuensi
94,3 % pasien merasa tidak ada harapan negatif akan terjadi. Orang yang
untuk masa depan, 94,3% pasien merasa mengalami keputusasaan akan merasa
tidak bahagia terhadap masa depan, dan tidak ada harapan untuk mewujudkan suatu
sebanyak 83,6% pasien menganggap tidak yang diinginkan atau setiap apa yang
ada gunanya melakukan upaya untuk dilakukan tidak akan berhasil
kesembuhan penyakit karena penyakit menyelesaikan masalah. Dalam penelitian
tidak bisa disembuhkan. Hal ini tentu ini, sebagian besar pasien merasa tidak
berbahaya jika dibiarkan karena dapat memiliki harapan untuk menatap masa
memperburuk kondisi diabetes melitus depannya yang lepas dari penyakit diabetes
pasien. yang dia alami saat ini dan hampir separuh
dari mereka menyatakan menyerah dengan

Rika Sarfika., Hubungan Keputusasaan dengan Depresi,… 21


NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 15, No. 1, Maret 2019, (Hal. 14-24)

kondisi sekarang karena merasa tidak ada fisik saja namun juga aspek psikososial
yang bisa dilakukan selain hanya pasrah kedua aspek ini saling berkaitan dan saling
dengan penyakitnya. mempengaruhi keberhasilan kepatuhan
pasien terhadap perawatan penyakitnya.
Keputusasaan juga dianggap Memberikan edukasi mengenai diabetes
sebagai model diatesis stress depresi. dan perawatan diabetes serta memberikan
Peristiwa kehidupan yang negatif berfungsi terapi kognitif-perilaku sangat disarankan
sebagai “occasion setters” dimana dalam penelitian ini dengan tujuan untuk
peristiwa negatif tersebut dapat mencegah keputusasaan yang diakibatkan
menimbulkan depresi bagi individu yang kurangnya pengetahuan dan pikiran serta
memiliki sifat inferensial negatif (Liu et persepsi negatif terhadap penyakit.
al., 2016). Hasil penelitian ini Selanjutnya, perlu penelitian selanjutnya
mengungkapkan bahwa sebagian besar yang berkaitan dengan terapi yang tepat
pasien diabetes melitus yang depresi, untuk mencegah keputusasaan pada pasien
merasakan ketidaknyamanan menjalani diabetes melitus yang mengalami depresi.
kehidupannya saat ini, merasa sudah lelah
melakukan perawatan namun merasa sia-
sia untuk merubah kehidupan. UCAPAN TERIMA KASIH

Keputusasaan menjadi sebuah Penelitian ini merupakan penelitian


alasan dalam hambatan pengobatan. hibah Fakultas Keperawatan Universitas
Dengan adanya rasa putus asa, perasaan Andalas pada Skim Penelitian Dosen Muda
pesimis dan merasa tidak bisa sehat akan pada tahun 2016 dengan nomor kontrak
menimbulkan stres dan dapat 108/XIII/D/FKEP/2016.
mengakibatkan gejala depresi (Liu et al.,
2016). Hasil penelitian ini mengungkapkan
bahwa kegagalan pada pengalaman
sebelumnya membuat pasien merasa tidak DAFTAR PUSTAKA
ada harapan untuk memperbaiki status Abramson, L. Y., Metalsky, G. I., & Alloy,
kesehatannya saat ini. Pikiran negatif ini L. B. (1989). Hopelessness Depression:
merupakan suatu bentuk keputusasaan A Theory-Based Subtype of
yang di alami pasien. Selanjutnya dengan Depression. Psychological Review, 96
pikiran negatif ini menimbulkan (2), 358–372.
ketidakpatuhan pada pasien dalam https://doi.org/10.1037/0033-
perawatan misalnya dengan melanggar diet 295X.96.2.358
dan pola istirahat. Albekairy, A., Aburuz, S., Alsabani, B.,
Alshehri, A., Aldebasi, T., Alkatheri,
KESIMPULAN DAN SARAN
A., & Almodaimegh, H. (2018).
Hasil penelitian ini menunjukkan ada Exploring factors associated with
hubungan yang signifikan antara depression and anxiety among
keputusasaan dengan depresi pada pasien hospitalized patients with type 2
diabetes melitus. Pasien diabetes melitus diabetes mellitus. Medical Principles
yang mengalami keputusasaan beresiko and Practice, 26(6), 547–553.
7,03 kali mengalami depresi dibanding https://doi.org/10.1159/000484929
pasien yang tidak mengalami Balitbang Kemenkes, RI. (2013). Riset
keputusasaan. Hasil penelitian ini Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013).
memberikan saran kepada perawat sebagai Bădescu, S., Tătaru, C., Kobylinska, L.,
tenaga kesehatan profesional harus Georgescu, E., Zahiu, D., Am, Z., &
memberikan layanan kesehatan secara utuh Zăgrean, L. (2016). The association
yaitu tidak hanya memperhatikan aspek between Diabetes mellitus and
Rika Sarfika., Hubungan Keputusasaan dengan Depresi,… 22
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 15, No. 1, Maret 2019, (Hal. 14-24)

Depression Pathophysiological New York Academy of Sciences,


mechanisms. Journal of Medicine and 1391(1), 20–34.
Life, 9(2), 120–125. https://doi.org/10.1111/nyas.13217
Balitbang Kemenkes RI (2018). Hasil Kaplan, & Saddock. (2010). Buku Ajar
Utama RISKESDAS 2018. Psikiatri Klinis (2nd ed.). Jakarta: EGC.
Chew, B., Mohd-sidik, S., & Shariff- Khan, Z. D., Lutale, J., & Moledina, S. M.
ghazali, S. (2015). Negative effects of (2019). Prevalence of Depression and
diabetes – related distress on health- Associated Factors among Diabetic
related quality of life : an evaluation Patients in an Outpatient Diabetes
among the adult patients with type 2 Clinic. Psychiatry Journal, 2019.
diabetes mellitus in three primary Kim, B. J., Linton, K., Cho, S., & Ha, J. H.
healthcare clinics in Malaysia. Health (2016). The relationship between
and Quality of Life Outcomes. neuroticism, hopelessness, and
https://doi.org/10.1186/s12955-015- depression in older Korean immigrants.
0384-4 PLoS ONE, 11(1), 1–10.
Conti, C., Mennitto, C., Di Francesco, G., https://doi.org/10.1371/journal.pone.014
Fraticelli, F., Vitacolonna, E., & 5520
Fulcheri, M. (2017). Clinical Kok, J. L. A., Williams, A., & Zhao, L.
characteristics of diabetes mellitus and (2015). Psychosocial interventions for
suicide risk. Frontiers in people with diabetes and co-morbid
Psychiatry,8(MAR),1–7. depression. A systematic review.
https://doi.org/10.3389/fpsyt.2017.0004 International Journal of Nursing
0 Studies, 52(10), 1625–1639.
Dunn, S. L. (2005). Hopelessness as a https://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2015.0
response to physical illness. Journal of 5.012
Nursing Scholarship, 37(2), 148–154. Liu, R. T., Kleiman, E. M., Nestor, B. A.,
https://doi.org/10.1111/j.1547- & Cheek, S. M. (2016). The
5069.2005.00027.x Hopelessness Theory of Depression: A
Holt, R. I. G., de Groot, M., & Golden, S. Quarter Century in Review. HHS Public
H. (2015). Diabetes and Depression. Access, 22(4),345–365.
HHS Public Access: Author https://doi.org/10.1111/cpsp.12125.The
Manuscript, 14(6), 491. PPNI. (2016). Standar Diagnosis
https://doi.org/10.1007/s11892-014- Keperawatan Indonesia: Definisi dan
0491-3.Diabetes Indikator Diagnostik. (Tim Pokja SDKI
Hsu, Y. M., Su, L. T., Chang, H. M., Sung, DPP PPNI, Ed.) (1st ed.). Jakarta: DPP
F. C., Lyu, S. Y., & Chen, P. C. (2012). PPNI.
Diabetes mellitus and risk of subsequent Price, S., & Wilson, L. (2006).
depression: A longitudinal study. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
International Journal of Nursing proses Penyakit (6th ed.). Jakarta: EGC.
Studies, 49(4), 437–444. Stuart, G. W. (2013). Principles and
https://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2011.0 Practice of Psyciatric Nursing (10th
9.019 ed.). St. Louis, Missouri: Mosby
International Diabetes Federation. (2011). Elsevier.
IDF Diabetes Atlas 5th edition. Media. Trief, P. M. (2007). Depression in Elderly
https://doi.org/10.1007/978-90-481- Diabetes Patients. Diabetes Spectrum,
3271-3 20(2), 71–75.
Joseph, J. J., & Golden, S. H. (2017). https://doi.org/10.2337/diaspect.20.2.71
Cortisol dysregulation: the bidirectional Vuuren, J. M. J. Van, & Pillay, S. (2019).
link between stress, depression, and Major depressive disorder in patients
type 2 diabetes mellitus. Annals of the with diabetes mellitus in
Rika Sarfika., Hubungan Keputusasaan dengan Depresi,… 23
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 15, No. 1, Maret 2019, (Hal. 14-24)

Pietermaritzburg , South Africa. SAMJ,


109(1), 2017–2020.
https://doi.org/10.7196/SAMJ.2019.v10
9i1.13356
Wang, Y., Lopez, J. M. S., Bolge, S. C.,
Zhu, V. J., & Stang, P. E. (2016).
Depression among people with type 2
diabetes mellitus , US National Health
and Nutrition Examination Survey (
NHANES ), 2005 – 2012. BMC
Psychiatry, 1–16.
https://doi.org/10.1186/s12888-016-
0800-2
Yonzon, P., Joshi, A., & Ghimire, M.
(2018). Prevalence of Depression
among Nepalese Patients with Type 2
Diabetes Attending Endocrine Clinic in
Kathmandu, Nepal. DIABETES, 67(1).
https://doi.org/doi.org/10.2337/db18-
2259-PU

Rika Sarfika., Hubungan Keputusasaan dengan Depresi,… 24

You might also like