You are on page 1of 9

PERBANDINGAN PENGENCERAN LARUTAN GIEMSA 3% DAN

5% TERHADAP PEMERIKSAAN MORFOLOGI PLASMODIUM


FALCIPARUM
(Studi Eksperimen Di Laboratorium RSUD Prof. Dr W Z Johannes Kupang)

Manuscript

Oleh :

Didimus Daton Hada


G1C217009

PROGRAM STUDI D IV ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018

*Coresponding Author
Didimus Daton Hada
Program Studi DIV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah
Semarang
Email : datondidimus@gmail.com

http://repository.unimus.ac.id
*Coresponding Author
Didimus Daton Hada
Program Studi DIV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah
Semarang
Email : datondidimus@gmail.com

http://repository.unimus.ac.id
*Coresponding Author
Didimus Daton Hada
Program Studi DIV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah
Semarang
Email : datondidimus@gmail.com

http://repository.unimus.ac.id
PERBANDINGAN PENGENCERAN LARUTAN GIEMSA 3% DAN
5% TERHADAP PEMERIKSAAN MORFOLOGI PLASMODIUM
FALCIPARUM.
(Studi Eksperimen Di Laboratorium Prof. DR. W Z Johannes Kupang)

Didimus Daton Hada1,Budi Santosa2, Tulus Ariyadi3.


1.
Program Studi DIV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang
2.
Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Semarang
3.
Laboratorium Biologi Molekuler Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Semarang

Info Artikel Abstrak


Staining of malaria blood preparations using Giemsa paint stock that must be
diluted first with a certain concentration so that parasites in red blood cells can
receive Giemsa dyes so that it is easy to identify parasites. The concentration of
Giemsa dilution for examination of malaria parasites recommended by the
Director General of PP and PL of the Ministry of Health is Giemsa with a
concentration of 3%, but in the field both puskesmas and hospitals have different
dilutions of Giemsa solution. The aim of the study was to determine the
differences in the results of staining on the morphology of Plasmodium
falciparum stained using Giemsa 3% and 5% solutions. Type of experimental
research. The study sample was positive blood infected with falciparum malaria.
The results of staining on Giemsa 3% dilution obtained core with a good category
as much as 87.5%, not good 12.5% cytoplasm obtained good results 62.5% not
good 37.5% at the point of the manufacturer with good results 81.3% %, not good
Keywords: 18.8%. At 5% Giemsa dilution staining obtained core with good category 68.8%
Concentration of not good 31.3%, in the cytoplasm with good categories 31.3% not good 68.8% at
Giemsa, Morphology, the point of the manufacturer with good category 43.8% and not good 56.3%. The
Plasmodium results obtained were analyzed using Chi-Square so that the value of p = 0.003<a
Falciparum = 0.05 means that the value of p <a shows that there is a difference in morphology
of Plasmodium falciparum colored using a Giemsa 3% and 5% dilution solution.

*Coresponding Author
Didimus Daton Hada
Program Studi DIV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah
Semarang
Email : datondidimus@gmail.com

http://repository.unimus.ac.id
Pendahuluan Pewarnaan sediaan malaria menggunakan
Malaria merupakan panyakit yang cat Giemsa yang harus diencerkan terlebih
disebabkan oleh Plasmodium.. Plasmodium dahulu, larutan Giemsa dilakukan pengenceran
diklasifkasikan dalam 4 (empat) spesies yang dengan dengan kosentrasi tertentu agar parasit
berbeda, yaitu Plasmodium falciparum malaria yang ada dalam sel darah merah dapat
penyebab malaria tertiana maligna, Plasmodium menerima zat warna Giemsa (Suryanta, dkk,
malariae penyebab malaria quartana, 2013).
Plasmodium ovale penyebab malaria ovale dan Kosentrasi pengenceran larutan Giemsa
Plasmodium vivax penyebab malaria tertiana untuk pemeriksaan parasit malaria yang
benigna (Sucipto D.C, 2015). dianjurkan oleh Direktur Jendral PP dan PL
Plasmodium penyebab penyakit malaria Kementrian Kesehatan tahun 2017 adalah
yang paling banyak terjadi di tahun 2016 adalah Giemsa dengan kosentrasi 3% yang diencerkan
Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax menggunakan buffer pH 7,2, yang dituangkan
(WHO, 2017). Plasmodium falciparum dalam dalam buku pedomaan teknis
mempunyai 3 stadium dalam perkembanganya pemeriksaan parasit malaria (Direktur Jendral
yaitu stadium trofozoit, stadium skizon dan PP dan PL Kementrian Kesehatan, 2017).
stadium gametosit (Yotopranoto. Dkk, 2016). Saat ini di lapangan baik Rumah Sakit
Diagnosis malaria ditegakkan seperti maupun Puskesmas mempunyai standar
diagnosis penyakit lainnya berdasarkan gejala, pengenceran larutan Giemsa yang berbeda-
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan beda, sehingga terjadi banyak variasi kosentrasi
laboratorium. Diagnosis pasti malaria harus pengenceran giemsa. Perbedaan komposisi
ditegak kan dengan pemeriksaan sediaan darah pengenceran dapat mempengaruhi warna parasit
secara mikroskopik atau rapid diagnosis. sehingga hasil pembacaan apusan untuk melihat
Diagnosis mikroskopis dengan memeriksa parasit sulit ditegakan.
sediaan apusan darah tebal dan tipis yang
diwarnai dengan Giemsa masih merupakan BAHAN DAN METODE
“gold standard”. Metode standar diagnosis Jenis penelitian Eksperimen dengan desain
malaria berdasarkan pada hasil pembacaan penelitian Post Test White Controlyang
sediaan darah tipis dan sediaan darah tebal bertujuan untuk mengetahui perbedaan
menggunakan mikroskop setelah sediaan darah morfologi Plasmodium falciparum yang
diwarnai menggunakan larutan Giemsa diwarnai menggunakan larutan giemsa 3% dan
(Depkes, RI, 2006). 5%.
Pewarnaan sediaan malaria yang umum Analisis dan pengolahan data disajikan
digunakan di Indonesia adalah pewarnaan dalambentuk tabel yang menunjukkan hasil
Giemsa. Keuntungan pewarnaan Giemsa adalah pewarnaangiemsa pada sediaan tipis malaria
murah, mudah dan tidak memerlukan peralatan falciparum menggunakan larutan giemsa 3%
mahal/canggih. Namun cara ini memerlukan dan 5% dianalisis secara deskriftif. Analisis
waktu lama. Pewarnaan Giemsa merupakan statistik yang digunakan adalah uji Chi-Square.
campuran eosin (warna merah muda) biru Penelitian ini menggunakan sampel
methilen dan azur methilen. Parasit malaria berupadarah yang terinfeksi malaria falciparum
mempunyai berbagai stadium dalam pada pasien yang melakukan pemeriksaan di
perkembangannya bila diwarnai dengan laboratorium RSUD Prof. DR. W Z Johannes
pewarnaan Giemsa berbagai bagian parasit akan Kupang sebanyak 16 sampel positif malaria
memberi warna merah pada kromatin (inti) dan falciparumyang diambilsecara Random. Darah
biru pada sitoplasma (Yotopranoto. dkk, 2016). positifmalaria dibuat sediaan tipis malaria,

*Coresponding Author
Didimus Daton Hada
Program Studi DIV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah
Semarang
Email : datondidimus@gmail.com

http://repository.unimus.ac.id
kemudian difiksasi dengan metanol selama 2-3 Morfologi tropozoit plasmodium
detik. Masing sediaan tipis malaria dicat dengan falciparum
giemsa yang diencerkan dengan kosentrasi 3% Kategori Inti Sitoplasma Titik
dan 5% kemudian dikeringkan sesuai waktu maurer
yang telah ditentukan, diamati hasil pewarnaan Baik 11 5 7
sediaan tipis malaria terhadap inti,sitoplasma, Tidak baik 5 11 9
dan titik maurer.
Total 16 16 16
HASIL DAN PEMBAHASAN
Morfologi trofozoit Plasmodium falciparum
dinilai berdasarkan hasil pengamatan yaitu baik Berdasarkan tabel 2. Hasil pengamatan
(Inti berwarna merah, sitoplasma berwarna biru morfologi tropozoit plasmodium falciparum
dan titik maurer berwarna merah) dan tidak yang diwarnai menggunakan kosentrasi giemsa
baik (inti tidak berwarna merah, sitoplasma 5% diperoleh hasil pada inti mayoritas pada
tidak berwarna biru dan titik maurer tidak kategori baik sedangkan pada sitoplasma dan
berwarna merah) dengan penilaian baik diberi titik maurer sebagian besar pada kategori tidak
skor 2 dan tidak baik diberi skor 1. baik.
Analisis deskriptif dari hasil pengamatan UJI HIPOTESIS
hasil pewarnaan pada sediaan darah tipis Data diolah scara statistik untuk
malaria falciparum terhadap inti, sitoplasma mengetahui perbedaan hasil pewarnaan
dan titik maurer yang disajikan dalam tabel
pada morfologi Plasmodium falciparum
dibawah ini :
yaitu pada inti, sitoplasma dan titik maurer
Tabel 1.Distribusi frekuensi morfologi tropozoit pada sediaan darah tipis yang diwarnai
plasmodium falciparum yang diwarnai menggunakan kosentrasi Giemsa 3% dan
menggunakan giemsa 3% 5%, maka dilakukan analisis statistik uji
Morfologi tropozoit plasmodium Chi-Square menggunakan SPSS 17.0 for
falciparum windows. Dari hasil uji statistik didapat
Kategori Inti Sitoplasma Titik nilai siq.(2 tailed) sebesar 0,003<a (0,05)
maurer maka ho di tolak, artinya terdapat perbedaan
Baik 14 10 13 yang signifikan antara pengenceran larutan
Tidak baik 2 6 3 Giemsa 3% dan 5% terhadap pemeriksaan
Total 16 16 16 morfologi tropozoit Plasmodium
falciparum.
Berdasarkan tabel 1. Hasil pengamatan PEMBAHASAN
morfologi tropozoit Plasmodium falciparum Penyakit Malaria merupakan salah satu
yang diwarnai menggunakan kosentrasi Giemsa penyakit yang menjadi masalah kesehatan di
3% diperoleh hasil mayoritas pada kategori Provinsi NTT. Penyakit ini juga salah satu
baik. penyakit menular yang upaya pengendaliannya
Tabel 2.Distribusi frekuensi morfologi tropozoit menjadi komitmen global dalam Millenium
plasmodium falciparum yang diwarnai Development Goals (MDGs). Diagnosis malaria
menggunakan giemsa 5% sama dengan diagnosis penyakit lainnya yaitu
berdasarkan diagnosis laboratorium. Sampai
saat ini diagnosis penderita malaria yang

*Coresponding Author
Didimus Daton Hada
Program Studi DIV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah
Semarang
Email : datondidimus@gmail.com

http://repository.unimus.ac.id
dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis. (31,3%), Pada bagian inti yang tidak berwarna
Diagnosis malaria juga dapatdilakukan dengan merah disebabkan oleh warna merah eosin tidak
tes diagnosis cepat atau Rapid Diagnosic Test menyerap kesediaan.
(RDT). Pada bagian sitoplasma yang diwarnai
Pemeriksaan darah malaria sampai saat ini menggunakan kosentrasi Giemsa 3% yang ada
masi menggunakan larutan Giemsa stock yang 8 (50,0%) yang memiliki kategori baik dan
diencerkan, pewarnaan untuk mendiagnosa kategori tidak baik ada 8 (50,0%), dan yang
Plasmodium malaria menggunakan pewarnaan diwarnai menggunakan kosentrasi Giemsa 5%
Giemsa masi bervariasi, baik kosentrasi dan yang memiliki kategori baik ada 5 (31,3%) dan
waktu pewarnaan. Pewarnaan sediaan malaria yang memiliki kategori tidak baik ada 11
merupakan proses osmose sehingga dibutuhkan (68,8%), pada bagian sitoplasma yang tidak
kepekatan tertentu dari larutan Giemsa, larutan berwarna biru disebabkan pada methilen blue
Giemsa diencerkan dalam kosentrasi tertentu tidak menyerap kesediaan.
agar dapat mewarnai parasit malaria (Suryanta, Pada bagian titik maurer yang diwarnai
dkk, 2013). menggunakan kosentrasi Giemsa 3% yang
Larutan Giemsa adalah campuran dari eosin memiliki kategori baik ada 12 (75,0%) dan
yang berwarna merah, methilen biru yang yang memiliki kategori tidak baik 4 (25,0). Dan
berwarna biru dan methilen azur yang berwarna yang diwarnai menggunakan kosentrasi Giemsa
ungu. Dalam pewarnaan Giemsa eosin 5% yang memiliki kategori baik ada 7(43,8%)
berfungsi untuk memberi warna pada eritrosit. dan tidak baik 9 (56,3%), pada bagian titik
Perpaduan antara esoin dan methilen azur maurer yang tidak berwarna merah disebabkan
berfungsi untuk memberi warna merah pada inti karena eosin dan methilen azur tidak meresap.
dan sel parasit dan methilen biru berfungsi Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
untuk memberi warna pada sitoplasma sel. didapatkan hasil uji statistik menggunakan uji
Penelitian yang dilakukan ini bertujuan Chi-Square dengan drajat kepercayaan 95%
untuk mengetahui perbedaan pada morfologi didapatkan nilai signifikan 0.003< 0.05 Artinya
stadium tropozoit Plasmodium falciparum ada perbedaan yang signifikan anatara
yaitu bagian inti,sitoplasma dan titik maurer pengenceran larutan Giemsa 3% dan 5%
yang diwarnai menggunakan kosentrasi Giemsa terhadap pemeriksaan morfologi Plasmodium
3% dan 5%. Metode yang digunakan dalam falciparum. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian ini adalah metode standar diagnosis penelitian yang dilakukan oleh Hakiki Chandra
malaria berdasarkan pada hasil pembacaan Wardani (2013) dengan hasil ada perbedaan
sediaan darah tipis menggunakan mikroskopis gambaran mikroskopis sediaan apus malaria
setelah darah diwarnai menggunakan larutan dengan kosentrasi Giemsa yang berbeda.
Giemsa dengan kosentrasi 3% dan 5%. Plasmodium falciparum merupakan
Berdasarkan hasil penelitian dari 16 sampel Plasmodium yang paling sering ditemukan,
darah positif Plasmodium falciparum yang Plasmodium falciparum memeliki 3 stadium
diwarnai menggunakan kosentrasi Giemsa 3% dalam perkembanganya yaitu stadium tropozoit,
dan 5% yang memiliki kategori baik pada stadium skizon dan stadium gametosit. Dalam
bagain inti yang diwarnai menggunakan penelitian ini peneliti mengamati pada stadium
kosentrasi Giemsa 3% sebanyak 14 (87,5%) tropozoit. Stadium tropozoit merupakan
dan kategori tidak baik 2 (12,5%). Sedangkan stadium umum sering ditemukan, seringkali
pada pewarnaan menggunakan kosentrasi disebut stadium cincin meskipun selalu tidak
Giemsa 5% yang memiliki kategori baik 11 terlihat bentuk cincin yang sempurna. Tropozoit
(68,8%) dan yang meiliki kategori tidak baik 5 merupakan stadium pertumbuhan sehingga

*Coresponding Author
Didimus Daton Hada
Program Studi DIV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah
Semarang
Email : datondidimus@gmail.com

http://repository.unimus.ac.id
dapat ditemukan dalam berbagai ukuran dari menggunakan menggunakan kosentrasi Giemsa
kecil hingga besar. 5% dengan inti berwarna merah 68,8% dan
Dari hasil pengamatan yang dituangkan tidak berwarna merah 31,3%, pada bagian
pada tiap tabel menggambarkan terjadi sitoplasma yang berwarna biru 31,3% dan yang
perbedaan antara pewarnaan menggunakan tidak berwarna biru 68,8%, pada bagian titik
kosentrasi Giemsa 3% dan 5%. Perbedaan ini maurer yang berwarna merah 43,8% dan tidak
terjadi dapat disebabkan oleh pH pengencer dan berwarna merah 56,3%. Terdapat perbebedaan
waktu pewarnaan, menurut teori yang yang signifikan pada pengenceran larutan
dikemukan oleh Rahmad (2011) yang Giemsa 3% dan 5% terhadap pemeriksaan
mengatakan jika pewarnaan terlalu cepat morfologi tropozoit Plasmodium falciparum.
menyebabkan apusan tidak terwarnai dengan Untuk sarana kesehatan agar dapat
sempurna begitu juga dengan sebaliknya jika menggunakan Giemsa 3% dengan lama waktu
pewarnaan dilakukan terlalu lama dapat pewarnaan selama 50-60 menit dalam
mempengaruhi warna parasit. pemeriksaan mikroskopis plasmodium malaria
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sebagaimana ketentuan Kementrian Kesehatan
kualitas hasil pewarnaan sediaan darah agar mendapat morfologi Plasmodium yang
diantaranya teknik pembuatan sediaan darah, baik. Untuk peneliti selanjutnya yang ingin
sumber daya manusia (keterampilan dan melanjutkan penelitian ini harap menambah
ketelitian peneliti), kualitas pengencer dan variabel seperti morfologi stadium skizon dan
kualitas giemsa yang digunakan kurang stadium gametosit atau pada Plasmodium yang
memenuhi mutu cat giemsa yang baik. Hasil berbeda.
pewarnaan sediaan darah secara mikroskopis
masih terdapat preparat yang tidak bersih dari UCAPAN TERIMA KASIH
endapan cat. Kebersihan preparat dari endapan Peneliti mengucapkan terima kasih kepada
cat tergantung pada saat pencucian tahap akhir. Dr.Budi Santosa, M. Si.Med selaku dosen
Masih adanya endapan cat kemungkinan karena pembimbing pertama yang telah memberikan
saat mengaliri sediaan dengan air masih banyak arahan, bimbingan, masukan, serta
terdapat sisa zat warna yang menempel. motivasi dalam membimbing peneliti untuk
Dengan demikian untuk pemeriksaan dapat menyelesaikan penelitian dan artikel ini
Plasmodium malaria dapat menggunakan dengan baik. Yang kedua kepada Tulus Ariyadi,
kosentrasi Giemsa 3% dengan lama waktu SKM, M. Si selaku dosen pembimbing kedua
pewarnaan 45-60 menit seperti yang dianjurkan yang telah memberikan banyak arahan,
oleh Direktur Jendral PP dan PL Kementrian bimbingan, masukan, serta motivasi dalam
Kesehatan agar diperoleh hasil morfologi yang membimbing peneliti untuk dapat
baik. menyelesaikan penelitian dan artikel ini dengan
baik. Keluarga dan sahabat yang telah
KESIMPULAN DAN SARAN memberikan nasihat, doa, dan dukungannya,
Hasil pengamatan Plasmodium falciparum serta segenap keluarag besar petugas
yang diwarnai menggunakan kosentrasi Giemsa laboratorium RSUD Prof. DR. W Z Johannes
3% dengan inti berwarna merah sebanyak Kupang dan pihak-pihak yang membantu
87,5% dan tidak berwarna merah 12,5%, penelitian ini hingga penelitian ini bisa selesai
sitoplasma berwarna biru 62,5% dan sitoplasma dengan baik dan benar.
tidak berwarna biru 37,5% dan pada bagian titik
maurer yang berwarna merah 81,3% dan tidak Referensi
berwarna merah 18,8%. Hasil pengamatan Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedomaan
Plasmodium falciparum yang diwarnai Penatalaksanaan Kasus Malaria Di
*Coresponding Author
Didimus Daton Hada
Program Studi DIV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah
Semarang
Email : datondidimus@gmail.com

http://repository.unimus.ac.id
Indonesia. Direktur Jendral Pengendalian
Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan.
Jakarta.
Direktur Jenderal PP dan PL Kementrian
Kesehatan.2017, “Pedoman
TeknisPemeriksaan Parsit Malaria”,
Kementrian Kesehatan, Jakarta.
Hakiki Chandra Wardani. 2013. Gambaran
Mikroskopis Sediaan Apus Malaria
Dengan Konsentrasi Pewarnaan Giemsa
Yang Berbeda. Jurusan Analis
Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Semarang
Rahmad, A. Purnomo. 2011. Atlas Diagnostik
Malaria. Jakata : EGC
Suryanta, dkk, 2013. Pengaruh Variasi
Kosentrasi Giemsa Terhadap Hasil
Pewarnaan Sediaan Apus Darah Tipis
Pada Pemeriksaan Plasmodium Sp.
Dosen Jurusan Analis Kesehatan
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Sucipto,C.D.2015.ManualLengkapMalaria.Pen
erbit: GosyenPublishing, Yogyakarta
WHO. 2017. World malaria report 2017.
who.intirisbitstream10665259492197892
41565523eng.pdfua=1-diakses pada
tanggal 24 februari 2018
Yotopranoto. Dkk, 2016. Atlas Parasitologi
Kedokteran. Jakarta EGC

*Coresponding Author
Didimus Daton Hada
Program Studi DIV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah
Semarang
Email : datondidimus@gmail.com

http://repository.unimus.ac.id

You might also like