You are on page 1of 7

Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri ISSN : 2503-488X

Vol. 6, No.3, 243-249, September 2018

KARAKTERISTIK EKSTRAK AMPAS KOPI BUBUK ROBUSTA (Coffea canephora) PADA


PERLAKUAN KONSENTRASI PELARUT ETANOL DAN SUHU MASERASI
Characteristics Of Coffee Grounds Robusta Extract (Coffea canephora) In The Treatment Of
Ethanol Solvent Concentration And Maceration Temperature

Ni Putu Diah Juliantari, Luh Putu Wrasiati*, Ni Made Wartini


PS Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Kampus Bukit
Jimbaran, Badung, Kode pos : 80361; Telp/Fax : (0361) 701801.

Diterima 24 Agustus 2018 / Disetujui 03 September 2018

ABSTRACT

Coffee grounds residue are the primary waste obtained from brewed coffee. Furthermore, some reports
showed that coffee grounds residues still containes of bioactive compounds like caffeine and total
phenolic compounds. This study aims 1) to know the effect of ethanol solvent concentration and
maceration temperature on extract characteristics of coffee grounds robusta extract, and 2) to determine
the concentration of ethanol solvent and best maceration temperature to of coffee grounds robusta
extract. This experiment uses Factorial Random Design with two factors. The first factor concentration
of ethanol solvent consists of 3 levels: 70%, 80%, 90%. The second factor is the maceration temperature
which consists of 3 levels: 45oC, 60oC, 75oC. From the above two factors obtained 9 treatment
combinations, each grouped into 2 groups as 18 units of experiments. The result showed that etanol
solvent concentration, maceration temperature and interaction between trearments had high significantly
effect on yield extract and caffeine content. The ethanol solvent concentration treatment had a significant
effect, while the treatment of the maceration temperature and the interaction between trearments had a
significantly effect on the total phenol. The treatment of ethanol solvent concentration 90% and
maceration temperature 60oC was the best characteristic with robusta coffee extract yield 7.87±0.05%
yield, 0.70±0.01% caffeine content and total phenol 11,052.83±1,124.30 mg GAE/100g.
Keywords : Coffee, coffee ground robusta, ethanol concentration, temperature of maceration

ABSTRAK

Ampas kopi adalah hasil samping yang diperoleh dari proses penyeduhan kopi. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa ampas kopi masih mengandung sejumlah senyawa bioaktif seperti senyawa kafein
dan fenolik. Penelitian ini bertujuan 1) untuk mengetahui pengaruh konsentrasi pelarut etanol dan suhu
maserasi terhadap karakteristik ekstrak ekstrak robusta biji kopi (Coffea canephora), dan 2) untuk
mengetahui konsentrasi pelarut etanol dan suhu maserasi terbaik terhadap ampas kopi ekstrak robusta.
(Coffea canephora). Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Faktorial dengan dua faktor. Faktor
pertama adalah konsentrasi pelarut etanol terdiri dari 3 taraf: 70%, 80%, 90%. Faktor kedua adalah suhu
maserasi yang terdiri dari 3 taraf: 45oC, 60oC, 75oC. Dari dua faktor di atas diperoleh 9 kombinasi
perlakuan, masing-masing dikelompokkan menjadi 2 kelompok sehingga diperoleh 18 unit percobaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi pelarut etanol, suhu maserasi dan interaksi
antar perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap rendemen ekstrak dan kadar kafein. Perlakuan
konsentrasi pelarut etanol berpengaruh nyata, sedangkan perlakuan suhu maserasi dan interaksi antar
perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap total fenol. Perlakuan terbaik untuk menghasilkan ekstrak

*Korespondensi Penulis:
Email: wrasiati@unud.ac.id

243
Juliantari, dkk. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri

ampas kopi bubuk robusta yaitu konsentrasi pelarut etanol 90% dan suhu maserasi 60 oC dengan
karakteristik rendemen eskstrak sebesar 7,87±0,05%, kadar kafein sebesar 0,70±0,01% dan total fenol
11.052,83±1.124,30 mgGAE/100g.
Kata kunci : Kopi robusta, ampas kopi bubuk robusta, konsentrasi etanol, suhu maserasi

PENDAHULUAN senyawa flavoniod (Mussato et al., 2011).


Ekstrak ampas kopi memiliki kandungan
Kopi banyak dibudidayakan di Indonesia senyawa bioaktif berupa senyawa fenolik
salah satunya yaitu di Provinsin Bali. yaitu asam klorogenat, dan kafein (Andline et
Tanaman kopi yang dibudidayakan di al., 2013). Menurut hasil penelitian yang
Indonesia secara umum ada dua jenis kopi dilakukan oleh Anshari (2018) mengenai
yaitu kopi robusta dan kopi arabika. Senyawa penentuan senyawa kafein dan total fenol
kimia pada kopi dapat dbedakan menjadi dua, pada ekstrak ampas kopi robusta menyatakan
yaitu senyawa volatil dan non volatil. bahwa ampas kopi memiliki kadar kafein
Senyawa volatil merupakan senyawa yang sebesar 76,8 mg/g ekstrak dan kadar total
mudah menguap, senyawa ini dapat fenol yaitu 10 mg GAE/g ekstrak. Dari
mempengaruhi aroma pada kopi. Senyawa banyaknya kandungan yang masih tersisa
yang termasuk ke dalam senyawa volatil pada ampas kopi tersebut memungkinkan
yaitu aldehid, keton, hidrokarbon, alkohol, untuk mengambil senyawa bioaktif tersebut
asam karboksil, ester, pirazin, pirrol, piridin, dengan cara ekstraksi. Hasil ekstrak yang
komponen sulfur, furin, fenol serta osasol. diperoleh nantinya dapat dimanfaatkan
Sedangkan senyawa non volatil yang terdapat sebagai tambahan produk samping seperti
pada biji kopi adalah kafein, asam klorogenat penambahan pada produk SPA.
dan senyawa-senyawa nutrisi. Senyawa Senyawa bioaktif pada bahan alam dapat
nutrisi pada biji kopi terdiri dari karbohidrat, dilakukan dengan cara ekstraksi. Ekstraksi
protein, lemak, dan mineral (Cagliani et al., merupakan suatu proses pemisahan suatu zat
2011). pada suatu bahan berdasarkan kelarutan yang
Kopi robusta (Coffea canephora) berbeda. Konsentrasi pelarut dan suhu
merupakan kopi yang berasal dari Kongo dan maserasi merupakan 2 faktor yang
tanaman ini tumbuh baik di dataran rendah mempengaruhi kandungan senyawa bioaktif
sampai ketinggian sekitar 1.000 m di atas pada ekstrak yang dihasilkan. Semakin tinggi
permukaan laut, dengan suhu sekitar 21 - konsentrasi pelarut maka semakin tinggi
24oC. Kadar kafein biji mentah kopi robusta kemampuannya untuk mengeluarkan
lebih tinggi dibandingkan dengan biji mentah senyawa bioaktif dalam bahan yang akan
kopi arabika. Menurut Clarke dan Macrae diekstrak. Hal ini dapat memudahkan kontak
(1988) kadar kafein pada biji kopi robusta antara pelarut dengan bahan yang diekstrak.
sebesar 1,5-2,6% lebih besar dari biji kopi Penelitian yang dilakukan oleh Diantika et al.
arabika yaitu 0,9-1,4%. (2014) mengenai pengaruh konsentrasi
Ampas kopi dianggap sebagai produk pelarut etanol pada ekstraksi antioksidan biji
hasil samping yang kurang dimanfaatkan atau kakao, menunjukkan konsentrasi pelarut
bahkan masih belum dimanfaatkan secara etanol 80% menghasilkan nilai aktivitas
maksimal (Adline et al., 2013). Di antioksidan yang tertinggi. Hasil penelitian
perusahaan Golden Kirrin Coffee ampas kopi Neungnapa et al. (2008) menunjukkan bahwa
yang dihasilkan digunakan untuk campuran pengaruh berbagai suhu ekstraksi terhadap
tanah menjadi pupuk tanaman. Ampas kopi hasil ekstraksi fenolik dari jaringan penicarp
masih memiliki beberapa kandungan buah kelengkeng, suhu ekstraksi 60oC adalah
senyawa bioaktif seperti senyawa fenolik dan yang terbaik. Penelitian yang dilakukan oleh

244
Vol.6, No.3, September 2018. Karakteristik Ekstrak Ampas Kopi Bubuk Robusta …

Majid et al. (2010) menyatakan bahwa kadar bubuk. Ampas yang masih basah selanjutnya
kafein dalam teh setelah diekstraksi dikeringkan dengan cara dioven pada suhu
menghasilkan kafein tertinggi yaitu pada 60±2oC hingga ampas kopi menjadi bubuk
suhu 70oC dengan waktu optimum tertinggi kering dan mudah untuk dihaluskan, kadar air
yaitu 120 menit. ampas kopi bubuk robusta yaitu 1,87%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Ampas kopi bubuk kering selanjutnya
pengaruh konsentrasi pelarut etanol dan suhu diblender dan diayak menggunakan ayakan
maserasi terhadap karakteristik ekstrak 60 mesh.
ampas kopi bubuk robusta (Coffea Pembuatan ekstrak ampas kopi bubuk
canephora) dan menentukan konsentrasi dilakukan dengan metode maserasi, yaitu
pelarut etanol dan suhu maserasi terbaik dengan menimbang 25 gram bubuk ampas
untuk menghasilkan ekstrak ampas kopi kopi dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer
bubuk robusta. Metode ekstraksi yang kemudian ditambahkan pelarut etanol
digunakan yaitu metode maserasi dengan sebanyak 150 ml (perbandingan bubuk dan
pelarut etanol berdasarkan perbedaan etanol = 1:6) dengan konsentrasi pelarut
konsentrasi dan variasi suhu maserasi. sesuai pelakuan 70%, 80%, dan 90%.
Selanjutnya dimaserasi selama 2 jam di
METODE PENELITIAN dalam waterbath pada suhu 45±2oC, 60±2oC
dan 75±2oC. Ekstrak bercampur pelarut
Bahan kemudian disaring dengan menggunakan
Bahan-bahan yang digunakan dalam kertas saring kasar untuk menyaring ampas
melaksanakan penelitian ini adalah ampas yang berukuran besar yang menghasilkan
kopi bubuk robusta dari hasil proses filtrat I dan ampas. Ampas ditambah pelarut
penyeduhan dengan menggunakan alat etanol sebanyak 50 ml, kemudian disaring
espresso, yang diperoleh dari Perusahaan dengan kertas saring sehingga menghasilkan
Golden Kirrin Coffee, Jalan Parigata No. 708, filtrat II (Antari et al., 2015). Filtrat I dan II
Jimbaran pada bulan Februari 2018, akuades, dicampur dan disaring dengan kertas saring
metanol 80%, maltodekstrin, Na2CO3 , Whatman No 1. Filtrat yang dihasilkan
Follin-cioccalteu phenol, asam galat, diuapkan untuk menghilangkan pelarut
klorofom, CaCO3 dan etanol 96%. menggunakan rotary evaporator pada suhu
Peralatan yang digunakan dalam 50oC dengan tekanan 100 mBar sehingga
penelitian ini yaitu waterbath, dihasilkan ekstrak kental. Evaporasi
Spektofotometer UV-Vis (Biochrome SN dihentikan apabila pelarut tidak menetes lagi
133467), rotary evaporator vacuum (IKA RV (Piktoriantika, 2010).
10 basic), ayakan 60 mesh, oven, Erlenmeyer
(Pyrex), tabung reaksi (Pyrex), timbangann Variable yang Diamati
analitik (shimadzu), vortex (Barntrad Variabel yang diamati dalam penelitian ini
Thermolyne Maxi Mix II), labu takar (Iwaki), adalah rendemen (Sudarmadji et al., 1989),
pipet volume (Pyrex), pipet tetes, gelas ukur kadar kafein (Fitri, 2008) dan total fenol
(Iwaki), blender (Philips), kertas Whatman (Sakanaka et al., 2005).
no 1, kertas saring, aluminium foil, spatula,
HASIL DAN PEMBAHASAN
botol, pinset.
Persiapan sampel Rendemen ekstrak ampas kopi bubuk
Ampas kopi yang digunakan dalam robusta (Coffea canephora)
penelitian ini adalah ampas kopi yang Hasil analisis keragaman menunjukkan
dihasilkan pada proses penyeduhan kopi bahwa perlakuan konsentrasi pelarut etanol,

245
Juliantari, dkk. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri

suhu maserasi dan interaksi antar perlakuan canephora). Nilai rata-rata rendemen ampas
berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kopi bubuk robusta (Coffea canephora) dapat
rendemen ampas kopi bubuk robusta (Coffea dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai rata-rata rendemen (%) pada perlakuan konsentrasi pelarut etanol dan suhu
maserasi.

Keterangan: Huruf yang berbeda di belakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan yang nyata
(P<0,05). Data merupakan rata-rata dari dua kelompok percobaan.
Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan etanol dan suhu ekstraksi yang terlalu tinggi
konsentrasi pelarut etanol 90% dan suhu dapat mengakibatkan rendahnya rendemen
maserasi 60oC pada ekstrak ampas kopi yang dihasilkan. Semakin tinggi konsentrasi
bubuk robusta menghasilkan rendemen pelarut dan suhu yang digunakan untuk
tertinggi yaitu sebesar 7,87±0,05% dan mengekstrak suatu bahan alam perlu
rendemen terendah dihasilkan pada diperhatikan, karena konsentrasi pelarut dan
perlakuan konsentrasi pelarut etanol 70% suhu ekstraksi yang melampaui batas
dengan suhu maserasi 75oC sebesar optimum dapat menyebabkan hilangnya
5,27±0,02%. Penggunaan pelarut etanol senyawa-senyawa pada larutan karena
dengan konsentrasi yang tinggi dan suhu penguapan, seperti senyawa volatil yang akan
maserasi yang optimum dapat menghasilkan menguap pada suhu yang terlalu tinggi
kadar rendemen yang tinggi. Hal ini sesuai (Margaretta et al., 2011).
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mardaningsih et al. (2012) menyatakan Kadar Kafein
bahwa semakin tinggi konsentrasi pelarut Hasil analisis keragaman menunjukkan
etanol yang digunakan untuk ekstraksi maka bahwa perlakuan konsentrasi pelarut etanol,
semakin besar daya untuk merusak sel, suhu maserasi dan interaksi antar perlakuan
sehingga semakin banyak senyawa yang berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap
terekstrak dan rendemen yang dihasilkan kadar kafein ekstrak ampas kopi bubuk
akan semakin tinggi. robusta. Nilai rata-rata kadar kafein dapat
Hasil rendemen ekstrak dari suatu bahan dilihat pada Tabel 2.
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan
ukuran simplisia, metode ekstraksi, suhu konsentrasi pelarut etanol 90% dan suhu
ekstraksi, waktu ekstraksi, konsentrasi maserasi 60oC pada ekstrak ampas kopi
pelarut, dan jenis pelarut yang digunakan. bubuk robusta menghasilkan kadar kafein
Pada umumnya kelarutan zat aktif yang tertinggi yaitu sebesar 0,70±0,01% dan kadar
diekstrak akan menghasilkan ekstrak yang kafein terendah dihasilkan pada perlakuan
optimum dengan bertambah tingginya konsentrasi pelarut etanol 70% dengan suhu
konsentrasi pelarut dan suhu yang digunakan maserasi 45oC sebesar 0,51±0,01%. Kadar
pada saat proses ekstraksi. Akan tetapi kafein dapat dipengaruhi beberapa faktor
semakin tingginya konsentrasi pelarut dan yaitu, tingginya konsentrasi pelarut dalam
suhu ekstraksi yang digunakan perlu melarutkan komponen kafein dan suhu
diperhatikan, karena konsentrasi pelarut ekstraksi yang digunakan, senyawa kafein

246
Vol.6, No.3, September 2018. Karakteristik Ekstrak Ampas Kopi Bubuk Robusta …

cenderung larut dalam pelarut polar, sehingga Semakin tingginya suhu ekstraksi yang
pada penelitian ini kafein banyak larut pada digunakan dapat mengakibatkan rendahnya
konsentrasi pelarut etanol 90% dibandingkan kadar kafein yang dihasilkan.
dengan konsentrasi pelarut etanol 70%.
Tabel 2. Nilai rata-rata kadar kafein (%) pada perlakuan konsentrasi pelarut etanol dan
suhu maserasi.

Keterangan: Huruf yang berbeda dibelakang nilai rata-rata menunjukkan adanya perbedaan
yang nyata (P<0,05). Data merupakan rata-rata dari dua kelompok percobaan.
Ampas kopi masih mengandung senyawa membuktikan bahwa penyeduhan yang
kafein pada sekali penyeduhan, hal ini sesuai dilakukan berulang kali dapat mengakibatkan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh menurunnya kadar kafein yang dihasilkan.
Zahroh (2017) mengenai pengaruh suhu dan
Total Fenol
jumlah penyeduhan terhadap kadar kafein
terlarut dalam produk teh hijau kering dengan Hasil analisis keragaman menunjukkan
metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi bahwa perlakuan konsentrasi pelarut etanol
(KCKT), menyatakan bahwa pada suhu 50oC, berpengaruh nyata (P<0.05), perlakuan suhu
70oC dan 100oC, terjadi penurunan kadar maserasi dan interaksi antar perlakuan
kafein pada sampel, hasil kafein tertinggi berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap
yaitu pada penyeduhan pertama dengan suhu total fenol ekstrak ampas kopi bubuk robusta.
100oC dan kadar kafein terendah dalam Nilai rata-rata total fenol dapat dilihat pada
sampel teh hijau yaitu pada penyeduhan Tabel 3.
ketiga dengan suhu 100oC. hal tersebut
Tabel 3. Nilai rata-rata total fenol (mg GAE/100 g) pada perlakuan konsentrasi pelarut etanol dan
suhu maserasi.

Keterangan: Huruf yang berbeda dibelakang nilai rata-rata menunjukkan adanya perbedaan yang
nyata (P<0,05). Data merupakan rata-rata dari dua kelompok percobaan.
Tabel 3. menunjukkan bahwa perlakuan etanol 70% dengan suhu maserasi 45oC
konsentrasi pelarut etanol 90% dan suhu sebesar 6449,62±54,28 mg GAE/100g.
maserasi 60oC pada ekstrak ampas kopi Hal ini menunjukkan bahwa semakin
bubuk robusta menghasilkan total fenol tinggi konsentrasi pelarut etanol dan suhu
tertinggi yaitu sebesar 11052,83±1124,30% yang digunakan untuk mengekstrak suatu
mg GAE/100g dan total fenol terendah bahan maka semakin tinggi pula kadar fenol
dihasilkan pada perlakuan konsentrasi pelarut yang diperoleh, tetapi suhu yang terlalu tinggi

247
Juliantari, dkk. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri

dapat merusak senyawa polifenol pada suatu KESIMPULAN


bahan yang akan diekstrak, penelitian Ahda
(2013) menyatakan bahwa konsentrasi Kesimpulan
pelarut etanol yang tinggi mampu Berdasarkan penelitian yang telah
menghasilkan ekstrak yang optimal dengan dilakukan maka dapat disimpulkan beberapa
kandungan total fenol pada kulit manggis hal sebagai berikut:
yang tinggi yaitu sebesar 35,21% b/b. Perlakuan konsentrasi pelarut etanol, suhu
Terjadinya penurunan kadar fenol maserasi dan interaksi antar perlakuan
kemungkinan disebabkan oleh berpengaruh sangat nyata terhadap rendemen
terdegradasinya senyawa fenol yang dan kadar kafein ekstrak ampas kopi bubuk
disebabkan oleh suhu yang terlalu tinggi, robusta. Perlakuan konsentrasi pelarut etanol
sebagaimana yang dilaporkan oleh Sari et al. berpengaruh nyata, sedangkan perlakuan
(2012) mengenai pengujian kandungan total suhu maserasi dan interaksi antar perlakuan
fenolik kappahycus alvarezzi bahwa semakin berpengaruh sangat nyata terhadap total fenol
meningkatnya suhu pada saat maserasi dapat ekstrak ampas kopi bubuk robusta.
mengakibatkan penurunan kandungan Perlakuan terbaik untuk menghasilkan
senyawa fenolik yang diperoleh. Kandungan ekstrak ampas kopi bubuk robusta yaitu
fenolik sangat sensitif dan tidak stabil yang konsentrasi pelarut etanol 90% dan suhu
dapat mengakibatkan degradasi kandungan maserasi 60oC dengan karakteristik
fenolik, salah satu penyebabnya yaitu rendemen ekstrak sebesar 7,87±0,05%, kadar
temperatur (Vatai, 2009). Menurut Liyana kafein sebesar 0,70±0,01% dan total fenol
(2005) naiknya suhu menyebabkan 11.052,83±1.124,30 mgGAE/100g.
peningkatan kadar fenolik sampai pada suhu
tertentu kemudian menurun seiring dengan Saran
meningkatnya suhu yang lebih tinggi, hal ini Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
dapat menyebabkan dekomposisi senyawa disarankan untuk menghasilkan ekstrak
fenolik. ampas kopi bubuk robusta terbaik disarankan
menggunakan konsentrasi pelarut etanol 90%
Penentuan perlakuan terbaik dan suhu maserasi 60oC. Perlu dilakukan
Perlakuan terbaik ditentukan dengan penelitian lebih lanjut mengenai variasi jenis
melihat nilai tertinggi dari beberapa variabel pelarut yang akan digunakan untuk ekstraksi
yang diamati. Perlakuan konsentrasi pelarut dan pengaplikasian ekstrak ke produk SPA
etanol 90% dan suhu maserasi 60oC dan parfum ruangan.
menghasilkan ekstrak dengan nilai tertinggi
yaitu rendemen sebesar 7,87±0,05%, kadar DAFTAR PUSTAKA
kafein sebesar 0,70±0,01% dan total fenol
11.052,83±1.124,30 mgGAE/100g. Hal ini Ahda, M. 2013. Ethanol conceration effect of
menunjukkan bahwa perlakuan tersebut mangoesten pell extract to total phenol
merupakan perakuan terbaik sehingga dapat content. Jurnal Eksakta 14(2): 62-70.
menghasilkan produk ekstrak ampas kopi
Andline, A.A. 2013. Antimicrobial and
bubuk robusta yang nantinya dapat
Antioxidant Activities of Microwave-
digunakan sebagai salah satu alternatif bahan
Assisted Extracts From Coffee Ground
tambahan alami dalam produk non pangan
Residue in Chiang Rai Province, Thailand.
seperti pada produk SPA dan parfum
Skripsi. Tidak dipublikasikan. Institut
ruangan.
Pertanian Bogor, Bogor.
Antari, N.M.R.O., N.M. Wartini dan S.

248
Vol.6, No.3, September 2018. Karakteristik Ekstrak Ampas Kopi Bubuk Robusta …

Mulyani. 2015. Pengaruh ukuran partikel and J. Yueming. 2008. Effects of various
dan lama ekstraksi terhadap karakteristik temperatures and pH values on the
ekstrak warna alami buah pandan extraction yield of phenolics from litchi
(Pandanus tectorius). Jurnal Rekayasa dan fruit pericarp tissue and the antioxidant
Manajemen Agroindustri. 3(4) : 1-11. activity of the extracted anthocyannis.
Journal Molecular Science. 9(1) : 1333-
Anshari, M.S. 2018. Penentuan Senyawa
1341.
Kafein dan Total Fenol Pada Ekstrak
Ampas Kopi Robusta (Coffea canephora) Piktoriantika, B. 2010. Pengaruh Penggunaan
Dengan Metode Ekstraksi Microwave Berbagai Jenis Pelarut dan Perbandingan
Assisted, Sokletasi, Dan Maserasi Serta Bahan dengan Pelarut Terhadap Aktivitas
Uji Aktifitas Antibakteri Staphylococcus Antioksidan Ekstrak Kulit Manggis
aureus. Skripsi. Tidak dipublikasikan. (Garcinia magosta L.). Skripsi. Tidak
Fakultas Matematika Dan Ilmu dipublikasikan. Fakultas Teknologi
Pengetahuan Alam. Universitas Islam Pertanian. Universitas Udayana,
Indonesia. Yogyakarta. Denpasar.
Diantika, F., S.M. Sutan dan R. Yulianingsih. Sari, D. K., D. H Wardhani dan A.
2014. Pengaruh lama ekstraksi dan Prasetyaninggrum. 2012. Pengujian
konsentrasi pelarut etanol terhadap kandungan total fenol Kappahycus
ekstraksi antioksidan biji kakao alvarezzi dengan metode ekstraksi
(Theobroma cocoa L). Jurnal Teknologi ultrasonic dengan variasi suhu dan waktu.
Pertanian. 15(3) : 159-164. Publikasi Ilmiah Universitas Diponegoro
1(3): 40-44.
Fitri, N. S. 2008. Pengaruh Berat dan Waktu
Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein dari Sakanaka, S., Y. Tachibana and O. Yuki.
Bubuk Teh. Skripsi. Tidak dipublikasikan. 2005. Preparation and antioxidant
Universitas Sumatera Utara, Medan. properties of extracts of Japanese persimo
leaf tea (kakinoha-cha). Food chemistry.
Liyana, P. C. and F. Shahidi. 2005.
89(4): 569-575.
Optimization of extraction of phenolic
compounds from wheat using response Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi.
surface methodology. Journal of Food 1989. Analisa Bahan Makanan dan
Chemistry 93(1): 47-56. Pertanian. Liberty, Yogyakarta.
Mardaningsih, F., M.A.M. Andriani and Vatai, T., M. Skerget dan Z. Knez. 2009.
Kawiji. 2012. The influence pf ethanol Extraction of phenolic compounds from
conceration and temperature of spray elder berry and different grap marc
dryer for chlorophyll powder varieties using organic solvents and/or
charactwristic of alfafa (Medicago sativa supercritical carbon dioxide. Journal od
L) by using binder maltodekstrin. Jurnal Food Engenering 90(2): 246-254.
Teknosains Pangan 1(1): 110-117. Zahroh, M. 2017. Pengaruh Dan Jumlah
Mussato, S., E.M.S. Machado., S. Martins Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein
and A. Jose. Teixeira. 2011. Production, Terlarut Dalam Produk Teh Hijau Kering
composition, and application of coffee and Dengan Metode KCKT (Kromatografi
ist industrial residues. Journal Food Cair Kinerja Tinggi). Skripsi. Tidak
Bioprocess Technology. 4(5) : 661-672. dipublikasikan. Fakultas Farmasi.
Neungnapa, R., Z. Jia., D. Xuew., Y.J Bao Universitas Airlangga. Surabaya.

249

You might also like