You are on page 1of 6

Peran Dukun Bayi dalam Edukasi Ibu pada Masa Kehamilan

dan Pascamelahirkan di Kecamatan Todanan


Ratna Savitri Sulistyo
Prodi Kedokteran, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
ratnasulistyo@student.uns.ac.id

Abstract. The role of traditional birth attendants a few years ago was to help and care for
mothers from the time of pregnancy until the puerperium was completed, including assisting
during childbirth. However, since the issuance of Minister of Health Regulation No. 97/2014
which stipulates that childbirth must be carried out in health care facilities, TBAs no longer
play a role in the labor process. This study aims to find out more about the role of TBAs in
educating mothers during pregnancy and postpartum in Todanan Sub-district. This research
is a qualitative study with an interview and record method approach conducted in Dalangan
Village, Todanan Subdistrict, Blora Regency. The subjects in this study were a TBA who was
still actively working. From this study, it can be seen that although TBAs have no role in the
childbirth process, the dukun still has several roles in the education of pregnant women and
breastfeeding mothers. To pregnant women, TBAs provide education about hygiene and
breastfeeding preparation and anticipate unwanted problems before childbirth. After
childbirth, the TBA is in charge of bathing the baby, doing massage, and shaving the baby's
hair. In carrying out these tasks, TBAs provide education about mother and baby hygiene,
how to breastfeed, and about immunization. Through this research, it is expected that the
public's insight, especially women, will be more open about the duties of TBAs in educating
pregnant women and breastfeeding mothers. This study also contributed to giving
consideration to patients and midwives in collaborating with TBAs.

Keywords: traditional birth attendants, education, mother, baby

1. PENDAHULUAN

Secara turun-menurun, masyarakat Indonesia menggunakan jasa dukun bayi dalam hal yang
berkaitan dengan persalinan. Hal ini terjadi karena adanya beberapa faktor, salah satunya adalah
aspek kepercayaan. Pasien dan keluarga pasien dukun bayi atas kemauannya sendiri menggunakan
jasa dukun bayi dengan harapan dan rasa percaya yang tinggi sebab dukun bayi adalah orang yang
sudah dipercaya di daerahnya. Keputusan ibu hamil dan keluarga untuk menggunakan jasa dukun
bayi juga dipengaruhi oleh aspek pengetahuan, aspek ekonomi, aspek geografi atau wilayah yang
jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan, aspek sistem sosial, dan aspek pemerintahan (Hadijah &
Tongku, 2015).
Peran dukun bayi beberapa tahun yang lalu adalah membantu dan merawat ibu sejak masa
kehamilan hingga masa nifas selesai, termasuk di dalamnya adalah membantu saat proses
persalinan. Dukun bayi dipanggil ke rumah orang yang melahirkan dan dimintai tolong untuk
membantu persalinan. Dukun bayi melakukan pemotongan tali pusat, memandikan bayi yang baru
lahir, dan membersihkan ibu setelah persalinan. Keadaan akan menjadi lebih sulit bagi dukun bayi
apabila terjadi kondisi darurat seperti pendarahan sedangkan rumah pasien jauh dari Fasilitas
Kesehatan Masyarakat (Fasyankes). Hal ini dapat menyebabkan angka kematian ibu dan bayi
meningkat (Sari, 2018).
Sejak tahun 2014, persalinan dengan bantuan dukun bayi sudah tidak diperbolehkan. Hal ini
diatur dalam Permenkes RI Nomor 97 Tahun 2014 tentang pelayanan kesehatan masa sebelum
hamil, masa hamil, persalinan, dan masa sesudah melahirkan, penyelenggaraan pelayanan
kontrasepsi, serta pelayanan kesehatan seksual. Pasal 14 Permenkes tersebut berbunyi “Persalinan
harus dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan” (Kemenkes RI, 2015). Peraturan ini didukung oleh
Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 tentang kesehatan reproduksi. Dalam pasal 16 peraturan
pemerintah tersebut disebutkan bahwa ibu berhak atas persalinan yang aman dan bermutu dan
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dan kewenangan di fasilitas
pelayanan kesehatan. Persalinan aman dan bermutu tersebut meliputi pencegahan infeksi,
pemantauan dan deteksi dini adanya faktor risiko dan penyulit, pertolongan persalinan yang sesuai
standar, melaksanakan inisiasi menyusu dini yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
dan merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu
dan tepat waktu (Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi, 2014).
Setelah dikeluarkannya peraturan tersebut, permintaan persalinan oleh dukun bayi sudah
jarang terjadi. Namun hal tersebut tidak menyebabkan dukun bayi yang masih tersisa di masyarakat
saat ini menjadi kehilangan pekerjaan. Pada kenyataannya, tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan dan bidan yang mengangani persalinan tidak bisa menemani dan memberikan bantuan
kepada ibu dan bayi setiap waktu selama masa nifas, sedangkan ibu yang baru saja melahirkan
biasanya mengalami kesulitan untuk mengurus bayinya sendirian. Biasanya ibu pada masa nifas
membutuhkan bantuan orang lain untuk memandikan dan memijat bayinya. Oleh karena itu dukun
bayi menjadi perpanjangan tangan dari petugas kesehatan khususnya bidan setelah ibu dan bayi
diperbolehkan pulang dari fasilitas pelayanan kesehatan sampai masa nifas selesai (Hastuti,
Sumiyati, Rusmini, & Amalia, 2018). di beberapa daerah di Indonesia, dukun bayi juga menjalin
kerja sama atau kemitraan dengan bidan. Kemitraan dilakukan karena meruakan salah satu solusi
untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi (Anggorodi, 2009).
Di beberapa daerah di Indonesia, dukun bayi dibutuhkan untuk dimintai tolong dalam
melakukan pekerjaan fisik seperti memandikan dan memijat bayi. Pijat bayi merupakan hal yang
penting dan dilakukan oleh sebagian besar masyarakat. Pijat bayi dapat menstimulasi perkembangan
motorik bayi (Setyaningsih, 2015). Dukun bayi yang sudah berpengalaman dan terlatih biasanya
juga memberikan edukasi kepada ibu dan keluarga tentang cara merawat ibu dan bayi. Adanya
ikatan batin atau emosi di antara pihak keluarga dan dukun bayi di masyarakat menumbuhkan rasa
percaya dan tenang pada pihak keluarga (Kasnodihardjo, Kristiana, & Angkasawati, 2017). Hal ini
menyebabkan edukasi yang dilakukan oleh dukun bayi menjadi efektif.

2. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan metode wawancara dan
merekam. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui lebih lanjut tentang peran dukun bayi
dalam memberikan edukasi kepada ibu pada masa kehamilan dan pascamelahirkan di Kecamatan
Todanan. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Dalangan, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora pada
16 Juni 2019. Subyek dalam penelitian ini adalah seorang dukun bayi yang masih aktif bekerja.
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis data hasil wawancara
terhadap narasumber. Penyajian data dalam penelitian ini dalam bentuk narasi.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Di Kecamatan Todanan saat ini hanya ada sedikit dukun bayi. Dukun-dukun bayi tersebut pun sudah
memiliki usia yang tidak muda lagi. Bahkan sebagian di antaranya sudah berhenti melakukan
pekerjaannya sebagai dukun bayi dikarenakan oleh faktor kondisi fisik dan usia. Sudah majunya
fasilitas kesehatan membuat pekerjaan menjadi dukun bayi sudah tidak diminati lagi sehingga sudah
sejak lama tidak muncul seorang dukun bayi baru. Oleh karena itu hanya sedikit desa yang masih
memiliki dukun bayi, salah satunya adalah Desa Dalangan. Di Desa ini ada seorang dukun bayi, yang
dalam penelitian ini disebut sebagai “Mbah W”, yang berperan sebagai subyek pada penelitian ini.

Setelah Pasal 14 Permenkes RI Nomor 97 Tahun 2014 yang mengatur bahwa persalinan harus
dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan mulai berlaku di Kecamatan Todanan, Mbah W dan dukun
bayi lain tidak lagi bertugas untuk membantu persalinan. Namun masyarakat masih tetap
membutuhkan jasa dukun bayi untuk membantu ibu hamil dan ibu yang baru saja melahirkan. Jasa
yang dibutuhkan dari dukun bayi antara lain pijat, urut, dan memandikan bayi. Dalam melakukan
tugasnya tersebut, dukun bayi di Kecamatan Todanan memberikan berbagai macam edukasi kepada
pasiennya.

a) Masa Kehamilan
Beberapa ibu pada masa kehamilannya menggunakan jasa dukun bayi untuk keperluan pijat.
Hal ini disampaikan oleh Mbak W bahwa pasien datang biasanya meminta bantuan berupa
pijat dan urut. Pijat dan urut yang dilakukan dukun bayi pada masa kehamilan ini bertujuan
untuk menghilangkan rasa pegal.
Kebersihan dan persiapan menyusui
Dukun bayi biasanya melakukan pemijatan dan pengurutan kepada ibu hamil sembari
melakukan edukasi. Dukun bayi memberikan penjelasan tentang pentingnya kebersihan yang
meliputi cara mandi minimal dua kali sehari dengan yang benar dan cara menggosok gigi,
Selain itu, menurut data hasil penelitian, dukun bayi juga mengedukasi ibu hamil tentang hal-
hal yang perlu dipersiapkan sebelum persalinan, salah satunya adalah penjelasan mengenai
cara agar air susu dapat keluar dengan lancar setelah persalinan nantinya.
Narasumber menerangkan kepada ibu hamil bahwa setelah kehamilan berusia enam bulan,
ibu hamil harus segera memberikan perhatian lebih dalam merawat payudara. Payudara harus
dibersihkan dan dipersiapkan dahulu untuk kelancaran dalam proses menyusui nantinya. Cara
membersihkan payudara adalah dengan cara menempelkan kapas yang telah diberi baby oil
atau minyak goreng ke puting susu selama lima menit. Setelah kapas tersebut dilepas, ibu
hamil mandi dan membersihkannya. Setelah mandi ibu hamil dianjurkan untuk menggosok
puting susunya menggunakan handuk yang kasar. Penggunaan handuk yang kasar ini
dimaksudkan agar kulit puting susu mengalami adaptasi berupa penebalan sebagai persiapan
menghadapi rasa sakit akibat mulut bayi nantinya. Mbah W juga menjelaskan bahwa tidak
semua puting susu ibu hamil sudah dalam keadaan menonjol. Apabila belum menonjol, ibu
bayi perlu melakukan pengurutan payudara secara rutin.
Antisipasi masalah
Selain memberikan edukasi, dukun bayi memantau kondisi ibu hamil dan memberikan solusi
apabila dibutuhkan. Apabila ada tanda-tanda fisik pada ibu bayi yang dapat mengakibatkan
hal-hal yang tidak diinginkan, dukun bayi akan menganjurkan ibu hamil untuk segera
memeriksakan diri ke tenaga kesehatan minimal bidan agar mendapatkan perawatan dan
penanganan medis. Hal ini disampaikan oleh mbah W, bahwa ada keadaan-keadaan tertentu
yang dapat meningkatkan risiko terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan pada ibu hamil dan
selama persalinan nantinya. Keadaan-keadaan tersebut antara lain umur ibu saat hamil kurang
dari tujuh belas tahun atau lebih dari 35 tahun, tinggi badan ibu hamil kurang dari 135 cm,
tekanan darah tinggi, dan kaki bengkak. Ibu hamil yang memiliki tinggi badan dibawah 135
cm biasanya memiliki pinggul yang sempit. Dukun bayi akan menyarankan kepada pasiennya
tersebut untuk melakukan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan yang mumpuni agar
mendapat penanganan yang sesuai.

b) Masa Pascamelahirkan
Setelah dipulangkan dari fasilitas pelayanan kesehatan, ibu yang baru saja melahirkan
biasanya mengalami kesulitan dalam mengurus segala keperluan anaknya dan dirinya sendiri.
Ibu tersebut akan membutuhkan bantuan orang lain terutama untuk memandikan dan memijat
bayinya. Karena alasan itulah masyarakat di Kecamatan Todanan masih membutuhkan jasa
dukun bayi.
Memandikan dan memijat bayi
Dukun bayi biasanya bertugas untuk melanjutkan perawatan ibu dan bayi yang sudah
diakukan di tempat persalinan. Masyarakat desa di kecamatan todanan menggunakan jasa
dukun bayi untuk memandikan bayinya setiap pagiselama 36 hari atau selapan hari. Setelah
memijat bayi, dukun bayi melakukan pemijatan kepada bayi. Dukun bayi juga bertugas
memberi edukasi dan memastikan sang ibu dapat mandiri tanpa dukun bayi.
Mencukur rambut bayi
Di kecamatan Todanan, setelah bayi berumur selapan atau 36 hari, bayi akan dicukur
rambutnya. Dukun bayi diberi kepercayaan oleh masyarakat untuk nggunduli atau mencukur
rambut bayi.
Menjaga kebersihan ibu dan bayi
Hal terpenting yang ditekankan oleh dukun bayi di kecamatan Todanan ini adalah tentang
menjaga kebersihan. Mbah W menegaskan kepada ibu yang baru saja melahirkan bahwa
menjaga kebersihan diri adalah hal yang sangat penting. Sebelum mandi dan memandikan
bayi, ibu harus mencuci tangan dahulu. Mbah W mengaku, beliau selalu mencuci tangan
sampai siku terlebih dahulu sebelum memandikan bayi. Hal ini dikarenakan dukun bayi tidak
hanya memandikan satu bayi setiap paginya. Beliau memandikan bayi secara bergantian
sehingga dikhawatirkan akan menularkan penyakit dari satu bayi ke bayi lainnya. Pensterilan
tangan ini bertujuan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan pada bayi.
Dukun bayi tersebut juga mengajarkan cara memakai stagen dan cara membersihkan vagina
kepada ibu pascamelahirkan.
Menyusui Bayi
Salah satu hal penting yang harus diperhatikan oleh ibu yang baru saja melahirkan adalah
cara menyusui. Setelah pulang dari fasilitas pelayanan kesehatan, dukun bayi biasanya
diminta untuk menemani ibu di rumahnya. Dukun bayi memberikan edukasi kepada ibu
tersebut terkait cara menyusui yang benar. Dalam penelitian ini, subyek penelitian
menjelaskan bahwa posisi bayi yang benar saat proses laktasi adalah perut bayi dihadapkan
pada perut ibu. Agar puting susu ibu tidak mengalami luka-luka pada masa awal menyusui,
diperlukan cara yang tepat. Mbah W menjelaskan kepada sang ibu untuk menyentuhkan
puting susunya ke mulut bayi terlebih dahulu agar mulut bayi terbuka. Setelah mulut bayi
terbuka lebar, puting susu ibu harus segera dimasukkan ke dalam mulut bayi sedalam
mungkin. Hal ini akan menghindarkan puting susu ibu dari rasa sakit dan luka akibat mulut
bayi. Dukun bayi biasanya mendampingi ibu bayi menusui setelah selesai memandikan bayi.
Dukun bayi juga mengajarkan kepada ibu menyusui untuk menyendawakan bayi. Setelah
menyusu, bayi disendawakan. Bayi disendawakan dengan cara ditempelkan di pundak sang
ibu dengan posisi menghadap ke belakang. Setelah itu punggung bayi ditepuk-tepuk secara
pelan sehingga bayi dapat bersendawa. Ritual sendawa ini bertujuan agar bayi tidak mudah
muntah.
Edukasi Imunisasi
Dukun bayi tidak hanya melakukan pekerjaan yang bersifat klasik saja. Contohnya pada
penelitian ini dukun bayi memberikan penjelasan akan pentingnya imunisasi dan memberikan
pengetahuan tentang jenis-jenis imunisasi kepada pasiennya. Mbah W menghimbau ibu yang
baru saja melahirkan untuk segera mengantarkan anaknya ke posyandu untuk mendapatkan
imunisasi TT dan DPT. Bahkan menurut penuturan beliau, calon pengantin dan ibu hamil
juga harus mendapatkan imunisasi tersebut untuk mencegah penyakit tetanus pada bayi di
kemudian hari. Jenisimunisasi lain yang dianjurkan untuk didapatkan oleh bayi batu lahir
adalah imunisasi antikerdil.
Dukun bayi di Kecamatan Todanan juga melakukan kerja sama atau kemitraan dengan bidan. Dukun
bayi dan bidan saling membagi tugas. Bidan berperan dalam menangani masalah medis dan
persalinan, sedangkan dukun bayi melakukan tugas “rumahan” dan memberikan edukasi kepada ibu.
Edukasi yang dilakukan oleh dukun bayi juga dipantau oleh bidan sehingga dapat dipastikan bahwa
edukasi tersebut sesuai dengan peraturan kesehatan.

4. SIMPULAN
Setelah dilakukan penelitian kualitatif ini dapat disimpulkan bahwa meskipun dukun bayi sudah tidak
berperan dalam proses persalinan, dukun bayi tetap memiliki beberapa peran dalam edukasi ibu hamil
dan ibu yang baru saja melahirkan. Edukasi tersebut dilakukan pada masa kehamilan dan setelah ibu
pulang dari tempat persalinan. Kepada ibu hamil, dukun bayi memberikan edukasi tentang kebersihan
dan persiapan menyusui serta antisipasi masalah yang tidak diinginkan menjelang persalinan. Setelah
ibu dan bayi pulang dari tempat persalinan, dukun bayi bertugas memandikan bayi, mencukur rambut
bayi, memberikan edukasi tentang kebersihan ibu dan bayi, memberikan edukasi tentang cara
manyusui, serta memberikan edukasi tentang imunisasi.

5. SARAN
Dukun bayi pada saat ini sudah jarang keberadaannya dan sudah tidak berperan dalam proses
persalinan. Namun, dukun bayi masih berperan dalam memberikan edukasi yang penting bagi cara
perawatan ibu dan bayi di desa. Tidak ada salahnya bagi masyarakat desa untuk tetap menggunakan
jasa dukun bayi. Bidan desa juga sebaiknya menjalin hubungan baik dan bekerja sama dengan bidan
serta membagi tugas dalam proses penanganan masalah kehamilan, persalinan, dan pascamelahirkan.

6. DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. (2009). DUKUN BAYI DALAM PERSALINAN OLEH MASYARAKAT


INDONESIA Rina Anggorodi. Makara Kesehatan, 13(1), 9–14.

Hadijah, S., & Tongku, L. M. (2015). Aspek Sosial Budaya Dalam Pemilihan Dukun Sebagai
Penolong Persalinan Di Kelurahan Taipa Wilayah Kerja Puskesmas Mamboro
Pendahuluan ( Introduction ) Pilihan pertolongan persalinan merupakan salah satu
upaya yang dilakukan untuk mencari pertolongan ketika. 1(19).

Hastuti, P., Sumiyati, Rusmini, & Amalia, R. (2018). SEHARI-HARI PADA TENAGA
PARAJI ( DUKUN BAYI ). 14(1), 18–21.

Kasnodihardjo, K., Kristiana, L., & Angkasawati, T. J. (2017). Peran Dukun Bayi Dalam
Menunjang Kesehatan Ibu Dan Anak. Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan,
24(2), 57–66. https://doi.org/10.22435/mpk.v24i2.3562.57-66

Kemenkes RI. (2015). Permenkes RI Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan
Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan,
Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual.
Pelayanan Kesehatan Masa.
Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi. (2014). PP No. 61
Th 2014 ttg Kesehatan Reproduksi.pdf. Peraturan Pemerintah. Retrieved from
http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/PP No. 61 Th 2014 ttg Kesehatan
Reproduksi.pdf

Sari, T. P. (2018). Analisis Pengetahuan Dukun Bayi Terlatih dengan Pelaksanaan


Perawatan Bayi Baru Lahir. 815–819.

Setyaningsih, R. dkk. (2015). Hubungan pijat bayi dengan perkembangan motorik bayi usia
1-12 bulan di Desa Pundung Sari Bulu Sukoharjo. “Kosala” JIK, 3(1), 50–58.

You might also like