You are on page 1of 8

PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN BRAND IMAGE TERHADAP MINAT

BELI
(Survei pada Pembeli di Gerai Starbucks di Kota Surabaya)
A.A Ngurah Dianta Esa Negara
Zainul Arifin
Inggang Perwangsa Nuralam
Fakultas Ilmu Administrasi
Univеrsitas Brawijaya
Malang
Email: diantaesa@gmail.com

ABSTRACT
This research aims to explain: 1) The influence of Product Quality (X1) partially on Purchase Intention (Y).
2) The influence of Brand Image (X2) partially on Purchase Intention (Y). 3) Product Quality (X1) and Brand
Image (X2) simultaneously on Purchase Decision Process (Y). This research use explanatory research with
quantitative approach. There are three variables that are used in this research: Product Quality (X1), Brand
Image(X2) and Purchase Intention (Y). The collection of data obtained through an online questionnaire which
distribute on Customer of Starbucks Coffee in Surabaya with respondent’s criterias are has a lifespan of 19
years old up to less than 31 years. The sample in this research was 118 respondents. The sampling technique
of this research is purposive sampling. The data analysis used descriptive analysis and multiple linear
regression. The results in this research showed that Product Quality(X1) partially affecting Purchase
Intention (Y) significantly. The other results showed that Brand Image(X1) partially affecting Purchase
Intention(Y) significantly. And then Product Quality(X1) and Brand Image(X2) simultaneously affecting
Purchase Intention(Y) significantly. Based on the result of this research, it’s better for Starbucks Coffee to
maintain and develop their brand image since it has a dominant influence in the purchase intention

Keywords: Product Quality, Brand Image, Purchase Intention

АBSTRАK
Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui pengaruh kualitas produk terhadap minat beli,2. Mengetahui
apakah citra merk berpengaruh terhadap minat beli,3. Apakah kualitas produk dan citra merk berpengaruh
terhadap minat beli Penelitian ini menggunakan jenis penelitian penjelasan (explanatory research) dengan
pendekatan kuantitatif. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga, yaitu Kualitas Produk (X1),
Brand Image (X2) dan Minat Beli (Y). Pengumpulan data diperoleh melalui penyebaran kuesioner secara
online (e-kuesioner) pada pembeli di gerai Starbucks di kota Surabaya yang memiliki umur antara 19 tahun
sampai 30. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 118 orang responden. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif
dan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Kualitas Produk (X1)
berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap Proses Keputusan Pembelian (Y), kemudian variabel
Brand Image (X2) berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap Proses Keputusan Pembelian (Y),
kemudian Kualitas Produk (X1) dan Brand Image (X2) secara bersama-bersama berpengaruh secara simultan
dan signifikan terhadap Minat Beli (Y). Berdasarkan hasil penelitian ini, sebaiknya pihak Starbucks dapat
mempertahankan serta meningkatkan Brand Image, karena variabel Brand Image mempunyai pengaruh yang
dominan dalam mempengaruhi Minat Beli .

Kata Kunci : Kualitas Produk,Brand Image

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 2 Agustus 2018| 202


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
PЕNDAHULUAN suatu produk atau pelayanan pada kemampuan
Bisnis kuliner dalam bidang gerai kopi untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau
mengalami perluasan fungsi dimana pada masa lalu tersirat”. Sedangkan menurut Lupiyoadi (2001)
kedai kopi hanya menjadi jawaban atas kebutuhan konsumen akan merasa puas bila hasil evaluasi
masyarakat atas konsumsi kopi dan bersosialisasi, mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka
di zaman sekarang ini kedai kopi mengalami gunakan berkualitas”.Di dalam meningkatkan
pertambahan fungsi sebagai tempat penunjang kualitas produknya, Starbucks sangat selektif
kegiatan kerja ,tempat untuk mencari pengakuan dalam memilih biji kopi, berdasarkan website
diri,dan tempat untuk menghabiskan waktu. resmi Starbucks (www.starbucks.co.id, 2018),
Gerai-gerai kopi yang menjamur di Indonesia Starbucks hanya memilih biji kopi yang ditanam di
saat ini pun tidak sebatas hanya menjual kopi dataran tinggi karena di dataran tinggi biji kopi
mengingat tidak semua orang bisa menikmati dan akan menjadi lebih padat dan memiliki rasa yang
mengerti kopi, gerai-gerai kopi ini juga lebih kuat,buah kopi yang dipilih pun hanya yang
menawarkan minuman olahan kreatif berbahan berwarna merah dan memenuhi standar ukuran
dasar kopi bahkan minuman yang tidak berbahan yang menandakan bahwa biji kopi tersebut benar-
dasar kopi untuk memperluas jangkauan pasar, benar matang ,dan setiap biji kopi yang akan
ditambah lagi dengan strategi pemasaran yang digunakan pada hari itu dicicipi setidaknya 3 kali
tidak hanya berorientasikan produk namun juga untuk memastikan bahwa kopi yang akan dijual
menguatkan atmosfir tempat yang tersebut memenuhi standar. Menurut Handoko
nyaman,membangun brand prestige dan brand dalam Himawan (2016) kualitas produk adalah
image, dan membangun diferensiasi di banyak suatu kondisi dari sebuah barang berdasarkan pada
aspek. penilaian atas kesesuainnya dengan standar ukur
Di Indonesia, kopi mulai dibudidayakan oleh yang telah ditetapkan. Pernyataan tersebut
Belanda pada zaman tanam paksa di tahun 1830 didukung oleh Kotler dan Armstrong dalam
sampai tahun 1870 untuk diperdagangkan. Pada Winardi (2017) bahwa Kualitas Produk diartikan
tahun 2016, Indonesia menjadi negara produsen sebagai totatlitas fitur dan karakteristik produk atau
kopi terbesar nomor 4 dunia dengan hasil produksi jasa yang memiliki kemampuan untuk memuaskan
11,491,000 ton. Angka produksi kopi bisa kebutuhan yang dinyatakan atau diimplikasikan.
sedemikian besar karena hampir di seluruh pulau di Sangaji dan Sopiah dalam Himawan (2016
Indonesia tanaman kopi dibudidayakan. Angka menjelaskan bahwa Citra Merek adalah konsep
luas perkebunan kopi di Indonesia adalah 1,24 juta yang mudah dimengerti, tetapi sulit dijelaskan
hektar yang terdiri dari 933 ribu hektar perkebunan secara sistematis karena sifatnya abstrak citra
robusta dan 307 hektar perkebunan arabika,dan terhadap merek berhubungan dengan sikap yang
lebih dari 90% lahan tersebut dikelola petani lokal berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu
dengan luas tanah rata-rata 1-2 hektar ton merek.
(www.indonesia-investments.com,2017) Berdasarkan hasil wawancara pra riset dengan
Starbucks Corporation adalah sebuah Astika yang merupakan karyawan di Starbucks di
perusahaan kopi dan jaringan kedai kopi global Kota Malang, untuk menjaga kualitas produk dan
asal Amerika Serikat yang berkantor pusat di layanannya, Starbucks mengadakan quality control
Seattle, Washington. Di Indonesia, jaringan gerai setiap bulan sebanyak dua kali, dalam quality
kopi Starbucks dioperasikan oleh PT Mitra control tersebut perusahaan memastikan bahwa
Adiperkasa Tbk. Starbucks sudah hadir di 12 kota produk dan layanan yang disajikan mengikuti
di Indonesia dengan lebih dari 150 gerai standar dari Green Coffee Quality yang merupakan
(starbucks.co.id ,2018). Menu yang dijual di standar khusus yang dibuat oleh Starbucks
Starbucks antara lain kopi, teh, serta kue-kue (Wawancara pribadi, 24 Maret 2018). Tidak hanya
pendampingnya. Pada tanggal 27 September 2012, mengedepankan kualitas bahan, Starbucks juga
Starbucks Indonesia dinobatkan sebagai salah satu selalu berupaya mengemas produk dengan kreatif
dari 10 Top Brands di Indonesia oleh The Nielsen dan menciptakan produk yang out of the box dari
Company and Campaign Asia Pacific’s Asia’s Top menu standar gerai kopi pada umumnya, hal ini
1000 Brands report dengan ranking 10. (swa.co.id, diperkuat oleh hasil wawancara yang dilakukan
2012) Dena Blevins yang merupakan direktur promosi
Kualitas produk mutlak diutamakan dalam dan merk kreatif kepada Direktur Operasional
bisnis apapun. Menurut Kotler (2005:49), Starbucks Melissa Bush, Direktur Kreatif Steve
”Kualitas produk adalah keseluruhan ciri serta dari Murray, Vice President Jeffrey Fields dan Vice

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 2 Agustus 2018| 203


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
President Nancy Poznoff pada tahun 2016 Starbucks selalu mensosialisasikan hasil
(www.howdesign.com, 2016) terdapat fakta program corporate social responsibility yang
menarik bahwa Starbucks berkolaborasi dengan sudah dilakukan, program kemanusiaan, kreasi
seniman, penulis, desainer, dan pelaku seni yang menu baru, dan pengembangan produk ke akun
tergabung dalam The Starbucks Global Creative media sosial Facebook, Twitter dan Instagram yang
Studio dengan tujuan mengemas Starbucks memiliki pengikut lebih dari 10 juta orang. Dari
menjadi lebih menarik dan menaikkan nilai jual. hal-hal tersebut bisa dikatakan bahwa Starbucks
The World Business Council for Sustainable juga berfokus kepada penguatan emosional kepada
Development didalam Rahman (2009:10) pelanggan lewat program kemanusiaan melalui
mendefinisikan CSR sebagai suatu komitmen promosi di kanal media sosialnya disamping
bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan promosi mengenai kualitas dan kreativitas
ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan karyawan produknya. Pada saat yang bersamaan hal ini akan
perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut menarik perhatian pelanggan baru sehingga
komunitas setempat (lokal) dan masyarakat secara pelanggan akan melihat merk Starbucks bukan
keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas hanya sebagai perusahaan makanan dan minuman
hidup. Starbucks juga merupakan perusahaan yang tetapi perusahaan yang memiliki rasa sosial yang
menerapkan corporate social responsibility dengan tinggi. Dari sisi kualitas dan kreatifitas produk yang
baik, adapun contoh program corporate social dipromosikan Starbucks, tercipta pula citra
responsibility yang dilakukan Starbucks adalah premium dan out of the box dari produk Starbucks
program Tumbler Day atau diskon jika melakukan di masyarakat sehingga kemungkinan masyarakat
pembelian melalui termos yang bertujuan untuk membeli juga akan semakin tinggi karena
mengurangi dampak global warming dan konsep keunikan tersebut . Di Kota Surabaya, terdapat
fair trade terhadap penjualan biji kopi dalam lebih dari lima gerai Starbucks dan terus
kemasan, konsep fair trade yang diterapkan bertambah, Anthony Cottan yang merupakan Chief
Starbucks adalah dengan membeli biji kopi dari Operating Officer Starbucks Coffee Indonesia
petani lokal dengan harga yang pantas lalu biji-biji mengatakan, selama 13 tahun di Indonesia,
kopi tersebut dibantu pemasarannya dengan Starbucks sangat antusias dengan perkembangan
program National Coffee Talk yang diadakan tiap fenomena kopi di Surabaya.
bulannya pada tanggal 15. Di program ini (ekonomibisnis.suarasurabaya.net, 2015). Hal
pelanggan yang datang akan diajak untuk belajar tersebut membuktikan antusiasme masyarakat
mengenai kopi beserta cara penyeduhannya, Surabaya terhadap Starbucks sangat tinggi.
program ini dapat bermanfaat bagi petani kopi
karena terbantu pemasaran produknya dan KAJIAN PUSTAKA
pelanggan dapat belajar lebih dalam mengenai Kualitas Produk
kopi. Menurut Kotler dan Armstrong (2014)
Penggabungan konsep produk berkualitas “Kualitas produk adalah karakter yang dimiliki
tinggi, art based product innovation, dan sebuah produk yang mempunyai kemampuan
perusahaan yang peduli lingkungan dan sosial tentu untuk memenuhi kebutuhan
menguatkan citra merk Starbucks sebagai pelanggan”.Sedangkan menurut Kotler dan
perusahaan yang bermutu, kreatif dan bermanfaat Armstrong (2012) dalam Kresnamurti (2012)
bagi komunitas di sekitarnya. Faktor-faktor “Kualitas produk adalah kemampuan sebuah
tersebut juga turut memperkuat identitas Starbucks produk dalam memperagakan fungsinya, hal itu
sehingga ada diferensiasi yang kuat dari Starbucks termasuk keseluruhan, durabilitas, reliabilitas,
dibandingkan kompetitornya. Dari penjelasan di ketepatan, kemudahan pengoperasian dan reparasi
atas,dapat disimpulkan bahwa Starbucks adalah produk juga atribut lainnya. Menurut Mullins,
perusahaan yang mengutamakan kualitas Orville, Larreche, dan Boyd (2005) apabila
produk,inovasi produk dan promosi,hal tersebut perusahaan ingin mempertahankan keunggulan
kemudian digabungkan dengan beberapa kegiatan kompetitifnya dalam pasar,perusahaan harus
sosial yang berdampak luas pada komunitas di mengerti aspek dimensi apa saja yang digunakan
sekitarnya dan pada akhirnya dapat menguatkan oleh konsumen untuk membedakan produk yang
citra merk dari Starbucks sendiri sebagai produk dijual perusahaan tersebut dengan produk pesaing.
yang berkualitas tinggi, kreatif dalam inovasi, serta Menurut Chavan (2003) Totalitas dari fitur produk
memiliki dampak positif bagi komunitas dan karakteristik dari produk turut berpengaruh
disekitarnya. dalam membentuk kualitas produk, jika kualitas

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 2 Agustus 2018| 204


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
dari produk itu melebihi ekspetasi dari kebutuhan akan memudahkan pembeli dalam melakukan
konsumen, pelanggan akan senang dan pembelian karena tidak semua calon konsumen
mempertimbangkan produk ini bisa diterima mempunyai informasi atas kualitas dan waktu
bahkan bermutu tinggi, tingginya kepuasan untuk membandingkan produk satu dengan lainnya
tersebut juga turut akan mempengaruhi sehingga yang akan dijadikan acuan adalah merek
kemungkinan terjadinya pembelian berulang. yang memiliki citra yang baik. Brand image tidak
Menurut Evelina, DW, dan Listyorini (2012) seketika terbentuk saat merek tersebut lahir
Kualitas produk merupakan pemahaman bahwa melainkan terdapat tahapan-tahapan.
produk yang ditawarkan oleh penjual mempunyai Menurut Simamora (2004) terdapat 3
nilai jual lebih yang tidak dimiliki oleh produk faktor yang membangun Brand Image yaitu:
pesaing, oleh karena itu perusahaan berusaha
memfokuskan pada kualitas produk dan 1. Citra Perusahaan (Corporate Image) : Citra
membandingkannya dengan produk yang perusahaan adalah sekumpulan asosiasi yang
ditawarkan oleh perusahaan. Dalam dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan
mempertahankan kualitas produk,terdapat unsur yang membuat suatu produk atau jasa.
unsur kualitas produk yang harus dipenuhi. 2. Citra Pemakai ( User Image ): Citra pemakai
Menurut Garvin (1987), ada delapan unsur agar adalah sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan
perusahaan dapat membuat produk yang konsumen terhadap pemakai yang
berkualitas,unsur unsur tersebut antara lain: menggunakan suatu barang atau jasa.
3. Citra Produk ( Product Image ) : Citra produk
1. Performance (Kemampuan produk): adalah sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan
Performance berkaitan dengan kemampuan konsumen terhadap suatu produk.
produk menjalankan aspek fungsinya yang
akan dipertimbangkan konsumen. Minat Beli
2. Durability ( Ketahanan): Durability berkaitan Pengertian minat beli menurut Howard
dengan daya tahan dan keawetan produk yang dikutip dalam Durianto dan Liana, (2004:44)
dalam jangka waktu tertentu sebelum saatnya adalah sesuatu yang berhubungan dengan rencana
diganti konsumen untuk membeli produk tertentu serta
3. Serviceability (Kemampuan layanan): berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada
Serviceability berkaitan dengan kemampuan periode tertentu. Dapat dikatakan bahwa minat beli
layanan perbaikan dari produk adalah motivasi yang terkumpul dari konsumen
4. Aesthetic (Keindahan): Aesthetic berkaitan untuk membeli produk setelah mengetahui kualitas
dengan keindahan dari produk yang produk itu. Sedangkan untuk mendorong terjadinya
ditampilkan kepada konsumen minat beli, perlu dibangun keyakinan dari diri
5. Perceived Quality (Kualitas yang dirasakan): konsumen bahwa produk tersebut akan
Perceived Quality berkaitan dengan kualitas memuaskan sehingga konsumen memiliki
yang diterima dan dirasakan oleh konsumen. keinginan untuk memiliki produk tersebut dengan
6. Conformance (Kesesuaian): Conformance cara membelinya.
berkaitan dengan kesesuaian mutu produk Indikator minat beli adalah faktor-faktor
terhadap standar yang ada yang dapat menunjukkan bahwa ada motivasi dari
7. Reliability (Kehandalan): Reliability berkaitan calon konsumen untuk melakukan
kemungkinan produk untuk tidak berfungsi pembelian.Menurut Ferdinand (2002), minat beli
pada periode waktu tertentu. dapat dilihat dari faktor berikut:
8. Features (fitur): Features berkaitan dengan 1. Minat Transaksional: Minat transaksional
item-item tambahan yang tersedia adalah keinginan dari calon konsumen untuk
mendampingi fitur dasar produk membeli produk yang dia butuhkan
2. Minat Referensial: Minat referensial adalah
Brand image kecenderungan sesorang untuk
Kotler dan Keller (2006) brand image merekomendasikan produk kepada orang
adalah seperangkat keyakinan ,ide, kesan yang lain,hal ini bermaksud agar orang yang
dimiliki oleh seseorang terhadap suatu merek. Dan direkomendasikan melakukan pembelian
menurut Grewal (1998) brand image yang lebih produk yang sama
baik akan menampilkan kualitas produk yang lebih 3. Minat Preferensial: Minat preferensial
baik dimata konsumen. Brand image yang baik menggambarkan bahwa seseorang akan

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 2 Agustus 2018| 205


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
memilih suatu merek produk sebagai pilihan pеngumpulan data mеnggunakan kuеsionеr yang
utama dianalisis mеnggunakan rеgrеsi liniеr bеrganda.
4. Minat Eksploratif: Minat eksploratif
menggambarkan perilaku seseorang yang HASIL DAN PЕMBAHASAN
selalu mencari informasi mengenai produk Tabel 1 Rekapitulasi Mean Hasil Jawaban
yang diminatinya dan mencari informasi untuk Responden
mendukung sifat-sifat positif dari produk
Item Rata-rata Item Rata-rata
Hipotеsis X2.1.1 4.01
X1.1.1 4.03
X1.1.2 3.95 X2.1.2 3.60
Kualitas
X1.1.3 4.08 X2.1.3 4.23
Produk
H1 X1.2.1 4.28 X2.2.1 3.65
(X1)
X1.3.1 3.66 X2.2.2 3.84
Minat Beli X1.3.2 3.79 X2.2.3 3.86
(Y) X1.3.3 3.83 X2.3.1 3.86
X1.4.1 4.19 X2.3.2 4.03
X1.4.2 3.54 X2.3.3 4.15
Brand X1.4.3 4.19 Grand Mean 3.91
H2 X1.5.1 3.80
Image H3
X1.5.2 3.85 Item Rata-rata
(X2)
Grand Mean 3.93
Y1.1.1 4.02
Y1.2.1 4.04
Gambar 1. Modеl Hipotеsis Y1.2.2 3.99
H1: Kualitas Produk berpengaruh signifikan Y1.3.1 4.06
secara parsial terhadap minat beli Y1.4.1 4.02
H2: Brand Image berpengaruh signifikan secara Y1.4.2 4.03
parsial terhadap minat beli
Grand Mean 4.03
H3: Kualitas Produk dan Brand Image
berpengaruh signifikan secara simultan Sumbеr : Data Primеr diolah, 2018
terhadap minat beli
Tabel 2 Hasil Uji Normalitas
MЕTODOLOGI PЕNЕLITIAN One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Pеnеlitian ini mеrupakan pеnеlitian Uns tandardiz
pеnjеlasan (еxplanatory rеsеarch) dеngan ed Residual
N 118
pеndеkatan kuantitatif. Pеnеlitian dilakukan di Normal Parametersa, b Mean .0000000
Kota Surabaya, Jawa Timur,Indonesia secara Std. Deviation 2.24455278
online. Alasan dipilihnya kota Surabaya adalah Mos t Extreme Abs olute .074
Differences Pos itive .064
karena di Surabaya terdapat lebih dari 5 gerai
Negative -.074
Starbucks dan terus bertambah, lokasi gerai Kolmogorov-Smirnov Z .800
Starbucks di Surabaya antara lain di Tunjungan Asymp. Sig. (2-tailed) .545
Plaza, Galaxy Mall, Surabaya Town Square, Jalan a. Tes t dis tribution is Normal.
Manyar Kertoarjo, dan lokasi lainnya. Anthony b. Calculated from data.

Cottan yang merupakan Chief Operating Officer Sumbеr : Data Primеr diolah, 2018
Starbucks Coffee Indonesia mengatakan, selama
13 tahun di Indonesia, Starbucks sangat antusias Dari hasil perhitungan didapat nilai sig.
dengan perkembangan fenomena kopi di Surabaya. sebesar 0.545 (dapat dilihat pada Tabel 4.9) atau
(ekonomibisnis.suarasurabaya.net, 2015). Hal ini lebih besar dari 0.05; maka ketentuan H0 diterima
menunjukkan bahwa masyarakat Surabaya sangat yaitu bahwa asumsi normalitas terpenuhi
antusias dengan produk Starbucks sehingga
Starbucks terus menambah gerai di kota Surabaya.
Didapat sampеl 118 orang rеspondеn dеngan

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 2 Agustus 2018| 206


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Tabеl 3. Hasil Analisis Rеgrеsi Liniеr Bеrganda Starbucks (X2.1.3) dengan nilai 4,23, sedangkan
Unstandardized Standardized nilai terendah diraih oleh item keramahan
Coefficients Coefficients karyawan Starbucks (X2.1.2) dengan nilai 3,60.
t Sig.
Std. Berdasarkan hasil T test antara X2 (Brand Image)
B Error Beta
dengan Y (Minat Beli) menunjukkan t hitung =
(Constant) 3.854 1.782 2.162 0.033
X1 0.194 0.063 0.341 3.084 0.003 3,852. Sedangkan t tabel (α = 0.05 ; db residual =
X2 0.316 0.082 0.426 3.852 0.000 115) adalah sebesar 1,981. Karena t hitung > t tabel
Sumbеr : Data Primеr diolah, 2018 yaitu 3,852 > 1,981 atau nilai sig t (0,000) < α =
0.05 maka pengaruh X2 (Brand Image) terhadap
Tabel 4 Koefisien Korelasi Dan Determinasi Minat Beli adalah signifikan pada alpha 5%. Hal
R R Square Adjusted R Square ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga
0.732 0.535 0.527 dapat disimpulkan bahwa Minat Beli dengan arah
(Sumber: Data primer diolah, 2018) positif dapat dipengaruhi secara signifikan oleh
Brand Image, dan dapat diketahui bahwa kedua
Tabel 5 Hasil uji F/Simultan variabel bebas tersebut yang paling dominan
Sum of Mean pengaruhnya terhadap Minat Beli adalah Brand
Model Squares Df Square F Sig. Image karena memiliki nilai koefisien beta dan t
Regression 678.493 2 339.246 66.186 0.000 hitung paling besar. Pernyataan tersebut diperkuat
Residual 589.448 115 5.126 oleh hasil penelitian Prawira & Yasa (2014) yang
Total 1267.941 117 menyatakan bahwa brand image berpengaruh
(Sumber: Data primer diolah, 2018) positif dan signifikan terhadap minat beli

Pengaruh Kualitas Produk terhadap Minat Beli Pengaruh Kualitas Produk dan Brand Image
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi variabel terhadap Minat Beli
Kualitas Produk, didapatkan nilai rata-rata 3,93 Hasil penelitian ini menunjukkan Pengaruh
dari total 12 pertanyaan yang artinya frekuensi Kualitas Produk dan Brand Image terhadap Minat
variasi jawaban responden terhadap item Beli pada Pembeli di Gerai Starbucks di Kota
pertanyaan yang diajukan termasuk dalam kategori Surabaya. Berdasarakan hasil analisis regeresi
tinggi, selain itu didapatkan hasil bahwa item linier berganda, hasil penelitian ini menunjukkan
tampilan visual dari Starbucks (X1.2.1) hasil yang signifikan. Hal ini berarti H0 ditolak dan
mendapatkan nilai rata-rata tertinggi dengan nilai H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
4,28, sedangkan nilai rata-rata terendah didapatkan variabel terikat Minat Beli (Y) dapat dipengaruhi
oleh item tampilan produk Starbucks sesuai dengan secara signifikan oleh variabel bebas Kualitas
standar penyajian pada umumnya (X.1.4.2) dengan Produk (X1) dan Brand Image (X2). Berdasarkan
nilai 3,54. Berdasarkan T test antara X1 (Kualitas Tabel 4.13, nilai Adjusted R Square diketahui
Produk) dengan Y (Minat Beli) menunjukkan t bahwa variabel Kualitas Produk (X1) dan Brand
hitung = 3,084. Sedangkan t tabel (α = 0.05 ; db Image (X2) memberikan pengaruh terhadap
residual = 115) adalah sebesar 1,981. Karena t variabel Minat Beli (Y) sebesar 0,527. Artinya
hitung > t tabel yaitu 3,084 > 1,981 atau nilai sig t bahwa 52,7% variabel Minat Beli akan dipengaruhi
(0,000) < α = 0.05 maka Minat Beli dengan arah oleh variabel bebasnya, yaitu Kualitas Produk(X1)
positif dapat dipengaruhi secara adalah signifikan dan Brand Image (X2). Sedangkan sisanya 47,3%
oleh X1 (Kualitas Produk) . Hal tersebut didukung variabel Minat Beli akan dipengaruhi oleh
pula oleh hasil penelitian Himawan (2016) yang variabel-variabel yang lain yang tidak dibahas
menyatakan bahwa kualitas produk berpengaruh dalam penelitian ini.
secara signifikan terhadap minat beli. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
Kualitas Produk dan Brand Image yang ada dalam
Pengaruh Brand Image terhadap Minat Beli produk merupakan faktor penting dalam
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi variabel mempengaruhi minat beli. Hasil tersebut juga
Brand Image, didapatkan nilai rata-rata sebesar membuktikan kebenaran dari teori Chavan (2003)
3,91 dari total 9 pertanyaan, yang artinya frekuensi yang menjelaskan bahwa totalitas dari fitur produk
variasi jawaban responden terhadap item dan karakteristik dari produk turut berpengaruh
pertanyaan yang diajukan termasuk dalam kategori dalam membentuk kualitas produk, jika kualitas
tinggi. Item dari Brand Image yang mendapatkan dari produk itu melebihi ekspetasi dari kebutuhan
nilai tertinggi adalah item cara pelayanan karyawan konsumen, pelanggan akan senang dan

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 2 Agustus 2018| 207


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
mempertimbangkan produk ini bisa diterima kualitas produknya agar kualitas produk dan
bahkan bermutu tinggi, tingginya kepuasan brand image dari Starbucks dapat saling
tersebut juga turut akan mempengaruhi mengimbangi
kemungkinan terjadinya pembelian berulang serta 3. Mengingat variabel bebas dalam penelitian ini
teori dari Grewal (1998) yang menjelaskan bahwa merupakan hal yang sangat penting dalam
brand image yang lebih baik akan menampilkan mempengaruhi Minat Beli diharapkan hasil
kualitas produk yang lebih baik dimata konsumen. penelitian ini dapat dipakai sebagai referensi
Pernyataan ini juga didukung oleh hasil penelitian bagi peneliti selanjutnya untuk
sebelumnya dari Himawan (2016) dan Winardi mengembangkan penelitian ini.
(2017) bahwa Kualitas Produk dan Brand Image
memiliki pengaruh signifikan terhdap Minat Beli DAFTAR PUSTAKA
Durianto, Sugiarto, Widjaja dan Supraktino.
KЕSIMPULAN DAN SARAN (2003). Invasi Pasar Dengan Iklan Yang
Kеsimpulan Efektif. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
1. Pengaruh secara simultan (bersama-sama) tiap
variabel bebas terhadap Minat Beli dilakukan Ferdinand, Augusty,(2002), Pengembangan Minat
dengan pengujian F-test. Dari hasil analisis Beli Merek Ekstensi, Semarang: Badan
regresi linier berganda diperoleh variabel Penerbit Universitas Diponegoro.
bebas mempunyai pengaruh yang signifikan Keller, Kevin Lane. (2003). Strategic Brand
secara simultan terhadap Minat Beli. Sehingga Management: Building, Measuring, and
dapat disimpulkan bahwa pengujian terhadap Managing Brand Equity. New Jersey:
hipotesis yang menyatakan bahwa adanya Prentice Hall.
pengaruh secara bersama-sama (simultan)
variabel bebas terhadap variabel Minat Beli Kotler, Philip. (2005). Prinsip-prinsip Pemasaran
dapat diterima. Jilid I. Jakarta: Erlangga.
2. Untuk mengetahui pengaruh secara individu Kotler,Philip dan Keller K Lane,(2006).
(parsial) variabel bebas (Kualitas Produk (X1), Manajemen Pemasaran. edisi 12 jilid 1.
Brand Image (X2)) terhadap Minat Beli Jeresey:Pretince Hall
dilakukan dengan pengujian t-test.
Berdasarkan pada hasil uji didapatkan bahwa Kotler, Philip. (2009). Manajemen Pemasaran.
variabel Kualitas Produk (X1) dan Brand Jakarta : Erlangga
Image (X2) mempunyai pengaruh signifikan Kotler,Philip,dan Kevin Lane Keller. (2009).
terhadap Minat. Berdasarkan pada hasil uji t Manajemen Pemasaran Jilid 2,edisi
didapatkan bahwa variabel Brand Image Ketigabelas ,Terjemahan Bob Sabran,MM.
mempunyai nilai t hitung dan koefisien beta Jakarta:Penerbit Erlangga
yang paling besar. Sehingga variabel Brand
Kotler, Philip. & Gary Armstrong. (2014).
Image mempunyai pengaruh yang paling kuat
Principle Of Marketing, 15th edition. New
dibandingkan dengan variabel yang lainnya
Jersey: Pearson Prentice Hall.
maka variabel Brand Image mempunyai
pengaruh yang dominan terhadap Minat Beli. Lupiyoadi , Rambat. (2001). Manajemen
Pemasaran Jasa. Jakarta : PT. Salemba
Saran Empat

1. Diharapkan pihak perusahaan dapat Mullins,Orville,Larreche dan Boyd. (2005).


mempertahankan serta meningkatkan Brand Marketing Management:A Strategic
Image, karena variabel Brand Image Decision Making Approach,6th edition.
mempunyai pengaruh yang dominan dalam Penerbit Mcgraw-Hill. New York City
mempengaruhi Minat Beli, diantaranya Rahman, Reza. (2009). Corporate Social
dengan mempertahankan brand prestige dan Responsibility Antara Teori dan
keramahan karyawan Starbucks. Kenyataan. Jakarta : Buku Kita
2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Simamora.Bilson (2001). Memenangkan Pasar
Kualitas Produk memiliki pengaruh yang
dengan Pemasaran Efektif dan Profitabel,
kurang dominan dibandingkan Brand Image.
Jakarta: Penerbit PT. Gramedia
Diharapkan perusahaan meningkatkan lagi

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 2 Agustus 2018| 208


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
JURNAL
Chavan, R. B. (2003). Manual on Quality
Assurance for Khadi. Mahatma Gandhi
Institute of Rural Industrialization a
Collaborative Project of KVIC & IITD
Durianto,D. Dan C. Liana,(2004),Analisis
Efektivitas Iklan Televisi Softener Soft &
Fresh di Jakarta dan Sekitarnya dengan
Menggunakan Consumen Decision
Model,Jurnal Ekonomi Perusahaan,11 (1) :
33-55
Grewal,D,. Monroe,K. B dan Khrisnan,R.
(1998),”The Effects of Price Comparison
Advertising on Buyers Perception od
Acquisition Value,Transaction Value,and
Behavioral Intentions”. Journal of
Marketing,Vol. 62 ,pp 46
Prawira,Bayu Ni Nyoman Kerti
Yasa.(2014).Pengaruh Kualitas Produk,
Citra Merek dan Persepsi Harga Terhadap
Minat Beli Produk Smartphone Samsung di
Kota Denpasar
SKRIPSI
Himawan, Adrian (2016) Pengaruh Kualitas
Produk, Citra merek, dan Promosi
terhadap Minat Beli Notebook Acer (Studi
Kasus pada Mahasiswa Universitas Negeri
Yogyakarta). S1 thesis, Fakultas
Ekonomi.Universitas Negri Yogyakarta
Winardi , Eric Akbar (2017) . Pengaruh Citra
Merek dan Kualitas Produk terhadap
Minat Beli Produk Smartphone Merek Asus
(Studi Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Lampung) .Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 2 Agustus 2018| 209


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

You might also like