Professional Documents
Culture Documents
Abtraks : Pengaruh Pelatihan Resusitasi Jantung Paru Terhadap Kesiapan Sekaa Teruna
Teruni Dalam Memberikan Pertolongan Pada Kasus Kegawatdaruratan Henti Jantung.
Kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Henti Jantung merupakan salah satu
kondisi kegawatdaruratan yang dapat mengancam jiwa. Tindakan RJP merupakan penentu
penting dalam kelangsungan hidup korban henti jantung. Tujuan penelitian untuk mengetahui
pengaruh pelatihan RJP terhadap kesiapan memberikan pertolongan STT pada kasus
kegawatdaruratan henti jantung di Desa Dawan Kaler Tahun 2018. Jenis penelitian ini adalah
pre experimentaldengan pendekatan pre-post test, dan menggunakan metode simple random
sampling dengan jumlah responden 160 orang. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner
tentang kesiapan menolong korban henti jantung. Analisa data yang digunakan adalah analisa
univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar responden berjenis kelamin
perempuan (63,8%), terbanyak usia responden 17-25 tahun (95%), terbanyak pendidikan
responden SMA/SMK (58,1%), terbanyak pekerjaan responden masih pelajar/mahasiswa
(80,6%), sebelum diberikanpelatihan RJP kategori kurang siap (32,5%) dan kategori belum siap
(67,5%), setelah diberikan pelatihan RJP terjadi peningkatan kesiapan menolong, kategori
sangat siap (63,8%) dan kategori siap yaitu 36,3%. Hasil uji statistik menggunakan Wilcoxan
Pekerjaan f %
PNS - -
Pegawai Swasta 14 8,8
Guru 4 2,5
Wiraswasta 13 8,1
Pedagang - -
Pelajar/mahasiswa 129 80,6
Jumlah 160 100,0
Prosedur
f %
Pelatihan RJP
Dilakukan 96 60,3
Dilakukan salah 51 30,1
Tidak dilakukan 13 9,6
Jumlah 160 100,0
Kurang siap 52 32,5
Belum siap 108 67,5
Jumlah 160 100 160 100
p value
Berdasarkan tabel 0,000
diatas,
menunjukkan bahwa nilai p = 0,000,
karena nilai p < α (0,05), maka H0 ditolak.
Hal ini berarti bahwa ada ada perbedaan
antara kesiapan Sekaa Truna Truni
sebelum dan setelah diberikan pelatihan
Resusitasi Jantung Paru.
Hasil penelitian menunjukan bahwa
sebagian besar responden berjenis kelamin
perempuan yaitu sebesar 63,8%.
Berdasarkan jenis kelamin, kecenderungan
untuk bertindak antara laki-laki dan
perempuan berbeda. Hal ini dikarenakan
perempuan lebih banyak menggunakan
intuisinya dalam bertindak. Perempuan adalah 36-45 tahun (Depkes, 2009, dalam
lebih banyak memilih dalam setiap sikapnya Riauwi, dkk, 2014). Hal tersebut menunjukan
dan selalu memikirkan faktor resiko dari sebagian besar responden termasuk dalam
perbuatannya. Laki-laki lebih banyak kategori umur remaja akhir. Notoatmodjo
menggunakan egodi banding intuisinya (2010), menyatakan bahwa umur merupakan
tanpa memikirkan resiko dari perbuatannya, salah satu faktor yang dapat menggambarkan
sehingga laki-laki lebih beresiko terkena kematangan seseorang baik fisik, psikis
dampak dari perbuatannya dibanding maupun sosial sehingga membantu seseorang
perempuan (Purnomo, 2016). untuk mampu lebih baik dalam membentuk
Hasil penelitian menunjukan bahwa perilaku. Umur mempengaruhi daya tangkap
sebagian besar responden berumur 17-25 dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah
tahun yaitu sebesar 95%. Kategori umur usia akan semakin berkembang pula daya
remaja akhir adalah 17-25 tahun, dewasa tangkap dan pola pikirnya, sehingga
awal adalah 26-35 tahun dan dewasa akhir pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik. Kematangan usia akan
penelitian terkait usia ini sesuai dengan
mempengaruhi proses pikir dan
penelitian yang dilakukan oleh Dahlan
pengambilan keputusan dalam menetukan
(2014), dimana pengetahuan baik dan cukup
suatu kesiapan.
yang diteliti terdapat lebih banyak pada
Potter & Perry (2009), menjelaskan
tahapan usia dewasa awal dibandingkan
bahwa pada masa dewasa awal perubahan-
dengan usia dewasa tengah.
perubahan kognitif tentunya belum terjadi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa
Individu pada masa dewasa awal sangat
sebagian besar responden adalah
mampu untuk menerima ataupun
pelajar/mahasiswa yaitu sebesar 80,6%.
mempelajari hal baru, semakin muda usia
Orang yang memiliki pekerjaan akan lebih
seseorang maka kemampuan mengingat
cermat dalam mengamati setiap informasi
akan semakin baik. Secara fisik dewasa
yang didapatkan. Pemikiran sesorang yang
awal menampilkan pribadi yang sempurna
bekerja akan lebih luas, dimana seseorang
dalam arti bahwa pertumbuhan dan
tersebut mempunyai wawasan yang lebih.
perkembangan aspek–aspek fisiologis telah
Jenis pekerjaan sangat menentukan
mencapai posisi puncak. Pada masa dewasa
pengalaman seseorang. (Wawan dan Dewi,
awal ini individu telah mampu memecahkan
2010). Seseorang yang bekerja akan dapat
masalah yang kompleks dengan kapasitas
memperoleh banyak pengalaman, sehingga
berfikir abstrak, logis dan rasional. Hasil
dari pengalaman tersebut akan memperoleh
pengetahuan lebih luas yang nantinya dapat
digunakan untuk menentukan kesiapan yang
lebih baik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebelum diberikan pelatihan RJP sebagian
besar responden memiliki keterampilan
yang kurang baik sebesar 100%. Hal
tersebut menunjukan bahwa sebelum
diberikan pelatihan RJP, responden belum
tahu mengenai kesiapan yang baik dalam
memberikan pertolongan pada kasus henti
jantung. Hal ini terjadi karena sebagian
besar responden yang belum terpapar
informasi mengenai RJP, sehingga
sebagian besar responden memiliki
kesiapan yang kurang dalam memberikan
pertolongan pada kasus henti jantung.
Hasil penelitian yang di dapat juga
didukung oleh penelitian yang dilakukan
Triwibowo dan Setyawan (2015) dengan
judul Gambaran Tentang Persepsi
Masyarakat Terhadap Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan Lalu Lintas Di Desa Sawo
Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto
terhadap 43 responden, diperoleh data
bahwa sebagian besar persepsi responden
mempunyai persepsi negatif terhadap
pertolongan pertama pada kecelakaan
sebesar 58,1%. Penelitian ini menunjukkan
bahwa persepsi responden tentang pertolongan pertama pada kecelakaan
sebagian besar adalah persepsi negatif,
Teori di atas, didukung oleh penelitian
dimana responden menganggap bahwa
yang dilakukan oleh Hidayat (2014)
pertolongan pertama pada kecelakaan hanya
mengenai Hubungan Tingkat Pengetahuan
bisa dilakukan oleh tenaga ahli atau tenaga
dengan keterampilan Pendidik dalam
kesehatan.
Pertolongan Pertama pada Siswa yang
Hasil penelitian menunjukan setelah
Mengalami Sinkop di SD Kecamatan
diberikan pelatihan RJP sebagian besar
Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Hasil
responden memiliki keterampilan yang
penelitian menunjukkan bahwa terdapat
terampil sebesar 88,4%. Peningkatan
hubungan antara tingkat pengetahuan
kesiapan sesungguhnya tidak lepas dari
dengan sikap pendidik dalam pertolongan
pemberian pelatihan. Hal itu ditunjukkan
pertama pada siswa yang mengalami sinkop
dengan adanya perubahan kesiapan Sekaa
(p = 0,041).
Truna Truni setelah diberikan pelatihan.
Hasil penelitian terhadap kesiapan
Pelatihan didefinisikan sebagai upaya untuk
setelah diberikan pelatihan, didukung oleh
meningkatkan pengetahuan, mengubah
penelitian yang dilakukan Wijaya, dkk
perilaku dan mengembangkan kesiapan.
(2016) dengan judul Tingkat Pengetahuan
Pelatihan Bantuan Hidup Dasar dapat
Bantuan Hidup Dasar pada Masyarakat di
meningkatkan kesiapan, keterampilan, dan
Kecamatan Denpasar Utara terhadap 365
pengetahuan responden serta mempengaruhi
responden, diperoleh data bahwa sebagian
kesiapan atau keinginan responden untuk
besar tingkat pengetahuan BHD pada
berbuat sesuatu (Hernando, 2016).
masyarakat adalah baik sebesar 63%. Hal
Kesiapan adalah kemampuan
tersebut bisa disebabkan karena kemajuan
seseorang menerapkan pengetahuan
teknologi sehingga masyrakat biasa mencari
kedalam bentuk tindakan. Kesiapan
informasi mengenai BHD dan hal lainnya
seseorang dipengaruhi oleh pendidikan dan
dengan mudah menyebabkan sebagian besar
latihan (Justine,2006). Kesiapan
responden memiliki keterampilan yang baik.
dipengaruhi oleh Pengetahuan yang
Pengetahuan yang lebih luas akan
mencakup segenap apa yang diketahui
mempengaruhi keterampilan untuk berubah
tentang objek tertentu dan disimpan dalam
atau menetap (Gunarsa 2008). Menurut
ingatan. Pengetahuan dipengaruhi beberapa
Notoatmodjo (2010).
faktor yaitu latar belakang pendidikan,
Hasil analisis data dengan
pengalaman kerja, usia dan jenis kelamin,
menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank
Pengalaman yang akan memperkuat
Test, diperoleh nilai p = 0,000. Karena nilai
kemampuan dalam melakukan sebuah
p < α (0,05), hal ini menunjukkan bahwa
tindakan (kesiapan). Pengalamman ini
ada perbedaan antara kesiapan Sekaa Truna
membangun seseorang bisa melakukan
Truni sebelum dan setelah diberikan
tindakan–tindakan yang telah diketahui.
pelatihan Resusitasi Jantung Paru. Hal ini
Pengalaman kerja sesorang juga
juga dapat dilihat dari adanya peningkatan
dilatarbelakangi oleh pengembangan diri
kesiapan Sekaa Truna Truni sebelum dan
malalui pendidikan baik formal maupun
setelah diberikan pelatihan RJP.
informal. Dan Keinginn/motivasi yang
Hasil penelitian yang didapat juga
merupakan sebuah keinginan yang
didukung oleh penelitian yang dilakukan
membangkitkan motivasi dalam diri
Lontoh, dkk (2013), mengenai Pengaruh
seseorang dalam rangka mewujudkan
Pelatihan Teori Bantuan Hidup Dasar
tindakan-tindakan tersebut.
Terhadap Pengetahuan Resusitasi Jantung
Paru Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Toili.
Hasil penelitian ini menunjukkan terjadi
peningkatan pengetahuan responden yaitu
dapat dilihat adanya peningkatan pengetahuan yang baik dari 8,3% menjadi
94,4% dan penurunan pengetahuan yang
kesiapan STT. RJP dalam memberikan
kurang dari 41,7% menjadi 0%.
pertolongan padan kasus kegawatdaruratan
Faktor yang dapat mempengaruhi
henti jantung dan pengetahuan itu sendiri
terjadinya perubahan kesiapan Sekaa Truna
diperoleh dari mengikuti pelatihan RJP yang
Truni pada kasus kegawatdaruratan henti
diberikan. Pengetahuan dan kesipan akan
jntung adalah pelatihan Resusistasi Jantung
menjadi awalan suatu perilaku dalam
Paru. Pemberian pelatihan tersebut dapat
pemberian RJP pada korban henti jantung.
menambah pengetahuan anggota Sekaa
Truna Truni mengenai RJP. Semakin sering
SIMPULAN
diberikan pelatihan, maka anggota Sekaa
Berdasarkan hasil penelitian dan
Truna Truni akan semakin tahu mengenai
pembahasan, STT se-Desa Dawan Kaler
RJP sehingga anggota STT akan memiliki
sebagian besar berjenis kelamin perempuan
kesiapan yang baik pada kasus
sebesar 63,8%, berusia 17-25 tahun sebesar
kegawatdaruratan henti jantung.
95%, pendidikan terakhir SMA sebesar
Hasil penelitian yang didapat juga
58,1%, dan sebagian besar adalah
didukung oleh penelitian yang dilakukan
pelajar/mahasiswa sebesar 80,6%. STT se-
Turambi, dkk (2016) mengenai Pengaruh
Desa Dawan Kaler sebelum diberikan
Pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD)
pelatihan RJP sebagian besar memiliki
Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan
kesiapan yang kurang sebesar 100%.
Keterampilan Siswa Kelas XI dan XII SMA
Setelah diberikan pelatihan RJP sebagian
Negeri 2 Langowan, hasil penelitian ini
besar memiliki kesiapan yang sangat siap
menunjukan bahwa terdapat pengaruh
sebesar 63,8% dan yang siap sebesar 36,3%.
pelatihan bantuan hidup dasar terhadap
Hasil analisis data menggunakan uji
peningkatan pengetahuan dan keterampilan
Wilcoxon Signed Rank Test diperoleh nilai p
siswa (nilai p = 0,000 < 0,05).
= 0,000. Karena nilai p < α (0,05), maka H0
Sejalan dengan peneltian di atas,
ditolak. Hal ini berarti bahwa ada perbedaan
penelitian yang dilakukan oleh Hernando
signifikan antara kesiapan STT sebelum dan
(2016) mengenai Pengaruh Pelatihan Basic
setelah diberikan pelatihan RJP, sehingga
Life Support(BLS) Terhadap Tingkat
dapat disimpulkan bahwa pelatihan RJP
Kesipan Melakukan Cardiopulmonary
dapat meningkatkan kesiapan STT dalam
Resuscitation (CPR) pada Mahasiswa
memberikan pertolongan pada kasus
Keperawatan Universitas ‘Aisyiyah kegawatdaruratan henti jantung di Desa
Yogyakarta, hasil penelitian ini menunjukan Dawan Kaler Tahun 2018.
adanya peningkatan tingkat kesiapan
melakukan CPR setelah dilakukan UCAPAN TERIMAKASIH
pemberian pelatihan BLS yang ditunjukkan Peneliti mengucapkan terima kasih
dengan nilai p = 0,000. kepada Desa Dawan Kaler yang telah
BHD dapat menekan angka berkenan memberikan ijin untuk mengambil
kematian korban akibat kecelakaan lalu data penelitian di wilayah kerja puskesmas
lintas sampai 85% (Lumangkun, dkk, 2014). dan fasilitas yang telah diberikan selama
BHD penting untuk diketahui oleh anggota peneliti melakukan penelitian.
STT yang merupakan salah satu lapisan
masyarakat yang memiliki fungsi sebagai ETIKA PENELITIAN
penyelenggara pendidikan dan pelatihan Etika penelitian diperoleh dari
bagi masyarakat yang ada disekitarnya. Komisi Etik Penelitian Politeknik Kesehatan
Pengetahuan RJP akan mempengaruhi Denpasar dengan nomor
LB.02.03/EA/KEPK/0118/2018.
SUMBER DANA dalam penelitian ini berupa swadana dari
Sumber dana yang dipergunakan peneliti sendiri.
planning in schools. Disaster Prev
DAFTAR RUJUKAN
Manag An Int J [Internet].
1. Alimul Hidayat, Aziz. 2009. Metode
2006;15(4):649–61. Available from:
Penelitian Keperawatan dan Tekhnik.
http://www.emeraldinsight.com/doi/1
Analisis Data. Jakarta: Salemba
0.1108/09653560610686595
Medika
9. Frame, Scottn B. 2010. PHTLS : basic
and advanced prehospital trauma life
2. American Heart Association. 2010.
support. Edisi ke 5. Missouri; Mosby.
Part 4: CPR overview: 2010
american hearth association
10. Ganong, W. F. 2006. Fisiologi
guidelines for cardiopulmonary
Kedokteran edisi ke-20. EGC. Jakarta.
resuscitation and emergency
cardiovaskular care. AHA Journals,
11. Hamzah B. Uno. (2011). Teori Motivasi
122 (4): 676-684
dan Pengukurannya: Analisis di
Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi
3. American Heart Association. 2011.
aksara
Importance and implementation of
training in cardiopulmonary
12. Hidayat, A.A.A. 2011. Metode
resuscitation and automated external
Penelitian Keperawatan dan Teknik
defibrillation in school : a science
Analisis Data. Jakarta: Salemba
advisory from the american hearth
Medika.
assoociation. AHA Journals, 123 (6):
691-706.
13. Kebudayaan Indonesia, 2014, Sekaa
Teruna-Teruni, (online), available :
4. Arikunto, S. 2010. Prosedur
http://kebudayaanindonesia.net/kebud
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
ayaan/838/sekaa-teruna-teruni, ((2017,
Jakarta: Rineka Cipta
October 21).
5. Dahlan, Sopiyudin., 2011. Statistik
14. Meissner dkk. (2012). Basic life support
Untuk Kedokteran dan Kesehatan
skills of high school students before
Edisi 5. Jakarta, Salemba Medika.
and after cardiopulmonary
resuscitation training : a longitudinal
6. Dzurriyatun. 2014. Pengaruh
investigation. Scandinavia Journal of
Pelatihan Bantuan Hidup Dasar Pada
Trauma, Resuscitation, and
Remaja Terhadap Tingkat Motivasi
Emergency Medicine.
Menolong Korban Henti Jantung.
Jurnal. Yogyakarta: UMY
15. Notoadmodjo. S 2010. Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta
7. European Resuscitation Council,
:Rineka Cipta.
2010. Guidelines for Reuscitation.
(Online) Available :
16. Nugroho, I. C. (2013). Hubungan
https://www.erc.edu/index.php/doclibr
tingkat pengetahuan polisi tentang
ary/en/209/1 (2017, October 21)8.
resusitasi jantung paru terhadap
Hosseini M, Izadkhah YO.
motivasi dalam memberikan
Earthquake disaster risk management
pertolongan pertama gawat darurat
kecelakaan lalu lintas. Skripsi Strata
Satu.Yogyakarta : UMY.
17. Nursalam. (2017). Metodologi Lestari, Ed.) (Edisi 4). Jakarta: Salemba
Penelitian Ilmu Keperawatan. (P. P. Medika.
bystander cardiopulmonary
18. Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan
resuscitation rates. Circulation.127:1-
Metodologi penelitian Ilmu
9. DOI: 10.1161 /CIR.
Keperawatan.Jakarta: Salemba Medik
0b013e318288b4dd.
26. Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik
19. Peradah Indonesia, 2015,
Penulisan Riset Keperawatan Edisi 2.
Sekaa Teruna–Teruni
Yogyakarta: Graha Ilmu
Sebagai Pilar Mendukung
Penegakan Hukum, (online),
27. Siagian. 2010. Teori Motivasi dan
available :
Aplikasinya. Jakarta; Rineka Cipta.
http://www.kompasiana.com/peradah/
sekaa-teruna-teruni-sebagai-pilar-
28. Smith, Nathalie & Grose, Sara. (2011)
mendukungpenegakan-hukum_
Nursing practice and skill:
5529b2d5f17e61701ad623af, (2017,
Cardiopulmonary resuscitation in
October 21).
adult. Cinahl information system.
20. Probosemi, Khori. 2011. Analisis
29. Sugiyono. 2015. Metode Penelitian
Kebutuhan Pelatihan Karyawan
Kuantitatf Kualitatif dan R&D.
Bidang Pelayanan Pada PT TASPEN
Bandung: Alfabeta
(PERSERO) Kantor Cabang Bogor.
Skripsi. Universitas Djuanda. Bogor
30. UNWTO. 2014. UNWTO
Annual Report.
21. Pusbankes 118. (2010). Penaggulangan
(online),available :
penderita gawat darurat (ppgd), basic
http://www2.unwto.org/annualreport2
trauma and cardiac support (btcls).
014, (2017, October 21)
Yogyakarta : Persi DIY.
31. Wexley. dkk. (2009). Organizational
22. Ridwan. 2010, Penyakit Jantung:
Behavior and Personnel Psychology.
Pengertian, Penanganan dan
Richard D. Irwin: Home wood,
Pengobatan, Penerbit Kata Hati,
Illinois
Yogyakarta)
32. Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian :
Lengkap, Praktis, dan Mudah
Dipahami. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press
23. Rivai, Veithzel. 2005. Manajemen 33. World Health Organisation. 2008 .
Sumber Daya Manusia Untuk International Travel and Health:
Perusahaan. Jakarta: PT Rajagrafindo Situation as on 1 January 2010 .
Persada (online) available https://books.
google.com/books?isbn=9241580453
24 Sartono, dkk, 2014, Basic Trauma (2017, October 21)
Cardiac Life Support, Jilid Pertama,
Edisi Pertama, Gadar Medik 34. World Health Organisation. 2014.
Indonesia, Bekasi. Global status report on
non communicable diseases
25. Sasson, Comilla et al. (2013). Increasing 2010. (online) available:
cardiopulmonary resuscitation http://www.who. int/nmh/
provision in communities with low publications/ncd_report_full_en.pdf(2
017, October21