You are on page 1of 9

PENERAPAN IDENTIFIKASI BAHAYA DAN

MANAJEMEN RESIKO KESELAMATAN


DI BANDAR UDARA SUPADIO - PONTIANAK
M.N. NURRASJID
Peneliti Badan Litbang Perhubungan
Jalan Merdeka Timur No. 5 Jakarta Pusat
e-mail : litbang. udara@yahoo.co.id

ABSTRACT
Safety and Security in Airports flight something that should not be ignored. To anticipate a
situation that allows the occurrence of accident and incident, the airport operator and all units
of the organization that is the environment of the airport should be able to identify hazards I
problems based on events that never happened. The survey was conducted in Supadio Airport
towards the application of hazard identification and safety risk management, using the method
of comparative analysis and evaluation to make mengukuran of 13 variables. Based on mea-
surements of 13 variables, obtained by 3 variables included in the criteria can not be accepted
on condition that there is, namely a foreign object variable that has the potential to cause
damage to the aircraft (foreign object damage 4.B), the variable things that can disrupt flights
(obstacle 4.B), and variable in Apron vehicles (vehicle in Apron 5.C). Two criterion variables
risk control/ mitigation requires a management decision that is, variable Noise (noise 5), and
variable Security Issues (security issues. 2A). This value indicates that the 3 variables are
included that are essential for risk reduction targets.
Key words: Airports, Safety Management System, hazard identification, safety risk.

PENDAHULUAN
Bandar udara adalah kawasan didaratan Udara Supadio-Pontianak, sistem
dan/ atau perairan dengan batas - batas manajemen keselamatan belum dilaksa-
tertentu yang digunakan sebagai pesawat nakan sesuai dengan yang diamanatkan
udara mendarat dan lepasa landas, naik dalam Keputusan Menteri Perhubungan
turun penumpang, bongkar muat barang, Nomor KM 20 Tahun 2009 Tentang Sistem
dan tempat perpindahan intra dan antar Manajemen Keselamatan , karena belum
moda yang dilengkapi dengan fasilitas adanya satu unit khusus SMS secara
keselamatan dan keamanan penerbangan, definitif yang dipimpin oleh seorang Safety
serta fasiltas pokok dan fasiltas penunjang Manager Officer yang bertanggung jawab
lainnya (UU No. 1 Tahun 2009 tent?111g yang memberikan panduan dan arahan
Penerbangan). Penyelenggara bandar dalam melaksanakan sistem manajemen
udara, pengguna jasa bandar udara, dan keselamatan. Walaupun unit khusus SMS
semua unsur yang beroperasi di bandar secara definitif belum dibentuk, sistem
udara harus menjalin suatu kerjasama manajemen keselamatan sudah dilaksa-
untuk menciptakan keselamatan dan nakan akan tetapi tidak terdokumentasi,
keamanan di bandar udara. Di Bandar masih dalam bentuk teguran atau
pemberitahuan apabila terjadi suatu gangguan sampai pada batasan/ tingkatan
kesalahan atau kekurangan. Sehingga yang telah ditentukan dan dapat diterima,
untuk mengidentifikasi bahaya agar tidak Perbedaannya adalah terletak pada obyek
terjadi lagi sulit karena belum dilakukan bahaya/ gangguannya. Obyek bahaya/
dengan tertib dan terdokumentasi. Karena ganguan dalam kesela-matan sangat luas
keselamatan merupakan prioritas utama yaitu mencakup gangguan alam, kesalahan
dan w ajib ada dalam setiap kegiatan manusia/ organisasi/ sistem, baik disengaja
penerbangan, semua .instansi pengguna maupun tidak disengaja. Sedangkan aspek
jasa yang melakukan kegiatan di bandar keamanan lebih spesifik yaitu tindakan
udara harus mempunyai komitmen untuk melawan hukum yaitu aksi teroris, anarkis,
bersama-sama menerapkan, mengem- dan lain-lain. Kamus umum Bahasa Indcr
bangkan dan meningkatkan strategi, sistern nesia (1999), · menyatakan bahwa kese-
manajemen dan proses yang sesuai untuk lamatan adalah keadaan selamat, dimana
memastikan bahwa seluruh kegiatan selamat berarti terbebas/terhindar dari
penerban gan hams mempriori-taskan bahaya, malapetaka, bencana, tidak kurang
keselamatan yang sesuai dengan standar suatu apa, tidak mendapat gangguan, dan
nasional dan internasional. Dengan kerusakan. Sedangkan keamanan adalah
demikian semua instansi tersebut berkewa- keadaan aman, dimana aman berarti bebas
jiban dengan segera melaporkan identifikasi dari gangguan. Untuk terwujudnya
bahaya/ hazard berupa kesalahan dan keselamatan dan keamanan penerbangan
kekurangan , baik dalam fasilitas, prosedur, diperlukan suatu pendekatan dalam bentuk
· operasi maupun personel yang melaksana- sistem manajemen keselamatan (Safehj Man-
kan yang berhubungan dengan keselamat- agement System) di bandar udara. Sistem
an. Semua laporan/ informasi yang diterima manajemen keselamatan (Safety Management
oleh unit khusus SMS akan segera dianalisis System) merupakan suatu pendekatan atau
untuk mencari solusi permasalahannya agar upaya yang sistematis untuk mengelola
kesalahan tidak terulang kembali kesela-matan dan keamanan penerbangan
Tujuan peneltian ini adalah mengetahui termasuk didalamnya adalah organi-
penerapan sistem manajemen kesela- sasinya, kewajiban, kebijakan, dan prosedur,
matan melalui identifikasi bahaya dan serta fasilitas yang diperlukan untuk terbebas
manajemen resiko keselami'ltan ditinjau dari bahaya/ gangguan penerbangan pada
dari probabilitas kejadian dan keparahan tingkat yang masih dapat diterima. Dalam
resiko suatu peristiwa. Kontribusi yang pelaksanaannya, peraturan tentang
dihas ilkan dari penelitian ini adalah keselamatan dan keamanan hams dija-
memberikan masukan tentang bagaimana barkan dalam bentuk peraturan teknis yang
penerapan sistem manajemen kesela- mengatur secara rinci tentang aspek-aspek
matan di Bandara Supadio - Pontianak yang berhubungan dengan penja-minan
kepa da peny elenggara bandara dan dan peningkatan keselamatan dan
pihak-pihak yang terkait. keamanan penerbangan . Identifikasi
bahaya dan manajemen resiko kesela-
TINJAUAN PUSTAKA matan, merupa-kan salah satu indikator
dari Sistem Manajemen Keselamatan
Pada dasarnya tujuan dari keselamatan dan
(Safety Management Sys tem) untuk
keamanan secara garis besarnya sama, yaitu
mengetahui bagaimana probabilitas
terbebas atau terhindar dari bahaya/

164 Volume 23, Nomor 2, Februari 201J


kejadian dan keparahan resiko dari suatu Hazard adalah suatu kondisi yang dapat
peristiwa. menjadi syarat utama tetjadinya accident
atau incident (Cholid, christian, Bqsuki,
Undang-undang No 1 tahun 2009 tentang
Adi, 2010, Peengertian dan Istilah
Penerbangan menyatakan bahwa :
Penerbangan Sipil).
1 . Keselamatan penerbangan adalah
suatu keadaan terpenuhinya per-
METODOLOGI
syaratan keselamatan dalam peman-
faatan wilayah udara, pesawat udara, Pengumpulan data primer merupakan
bandar udara, angkutan udara, tahap yang penting terkait dengan
navigasi penerbangan serta fasilitas penilaian terhadap identifikasi bahaya
penunjang dan fasilitas umum lainnya resiko keselamatan ditinjau dari pro-
babilitas kejadian dan keparahan resiko
2. Keamanan penerbangan adalah suatu
suatu peristiwa di bandar udara. Metode
keadaan yang memberikan perlin-
pengumpulan data primer dan sekunder
dungan kepada penerbangan dari
menggunakan kuesioner, skala likert dari
tindakan melawan hukum melalui
probabilitas kejadian dan keparahan
keterpaduan pemanfaatan sumber- resiko suatu peristiwa dan wawancara
daya manusia, fasilitas, dan prosedur.
ditujukan kepada pengelola bandar udara.
Peraturan Menteri Perhubungan, KM. No
Probabilitas kejadian di Bandar udara :
20 tahun 2009 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan (Safety Management System) 1. Frequent adalah peristiwa yang
menyatakan bahwa : mungkin tetjadi berkali-kali atau telah
1. Safety berarti suatu keadaan dimana berulang kali tetjadi
resiko Iuka terhadap orang atau 2. Occasional adalah peristiwa yang
kerusakan harta benda dikurangi mungkin tetjadi beberapa kali atau
sampai pada, dan dipertahankan telah tetjadi beberapa kali.
dibawah, suatu tingkat yang dapat 3. Remote adalah peristiwa y ang
diterima melalui suatu proses ber- kemungkinan kecil tetjadi tapi bisa saja
kelanjutan dari identifikasi ancaman tetjadi atau telah tetjadi tetapi jarang.
dan manajemen resiko yang ber- 4. Improbable adalah peristiwa yang
kelanjutan. sangat kecil kemungkinannya tetjadi.
2. Safety Manager berarti seseorang yang 5. Extremely Improbable adalah peristiwa
bertanggung jawab memberikan yang hampir tidak mungkin tetjadi.
panduan dan arahan untuk sistem
manajemen keselamatan organisasi. Keparahan resiko dari suatu peristiwa di
bandar udara:
Safety Management System (Sistem
Manajemen Keselamatan) berarti suatu 1. Catastrophic adalah akibat dari suatu
pendekatan sistematis untuk mengelola peristiwa, mengalami keparahan
keselamatan, termasuk struktur organisasi resiko dalam bentuk peralatan hancur
yang dibutuhkan, akuntabilitas, kebijakan dan banyak kematian.
dan prosedur (Cholid, christian, Basuki, 2. Hazardous adalah akibat dari suatu
Adi, 2010, Pengertian dan Istilah peristiwa, mengalami keparahan
Penerbangan Sipil). resiko dalam bentuk penurunan besar
dari batas keselamatan, tekanan fisik, peristiwa, mengalami keparahan
atau beban kerja sedemikian rupa resiko dalam bentuk gangguan,
sehingga penyelenggara tidak dapat keterbatasan operasi, penggunaan
diandalkan untuk dapat melaksana- prosedur darurat, insiden kecil.
kan tugas dengan akurat atau pari- 5. Negligible adalah akibat dari suatu
purna. Cedera serius atau kematian peristiwa, mengalami keparahan
bagi sejumlah orang, kerusakan besar resiko dalam bentuk konsekuensi kecil.
pada peralatan
Hasil dari penilaian kuesioner y ang
3. Majo r adalah akibat dari suatu diberikan kepada pengelola bandara akan
peristiwa, mengalami keparahan resiko digabungkan antara probabilitas kejadian
dalam bentuk penurunan signifikan (tabel. 1), dan keparahan resiko suatu
dari batas keselamatan, berkurangnya peristiwa (tabel. 2), menjadi dalam satu
kemampuan penye-lenggara dalam matrik penilaian resiko (tabel. 3)
menghadapi kondisi operasi yang sulit
sebagai akibat dari peningkatan beban Hasil penilaian antara probabilitas
ketja, atau sebagai akibat dari kondisi kejadian dan keparahan resiko suatu
yang mempengaruhi efisiensi penye- peristiwa terlihat pada tabel. 3.
lenggara tersebut, insiden serius, cidera Posisi kriteria penilaian suatu bandar
pada manusia. udara dapat dilihat pada tabel. 4.
4. Mino rr adalah akibat dari suatu

Tabel. 1. Probabilitas kejadian

0 Definisi Probabilitas Arti Nilai

1. Frequent Mungkin terjadi berkali-kali (telah berulang kali terjadi) 5


2. Occasional Mungkiri terjadi beberapa kali (telah terjadi beberapa kali) 4
3. Remote Kemungkinan kecil, tapi bisa saja terjadi (tela h terjadi tetapi jarang) 3
4. Improbable Sangat kecil kemungkinannya terjadi 2
5. Extremely Improbable Hamoir tidak mungkin teriadi 1
Sumber: Manual Sistem Mana1emen Keselamatan, D1t)en Perhubungan Udara, 2010

Tabel. 2. Keparahan resiko suatu peristiwa

Definisi
No Arti Nilai
Penerbangan

1. Catastrophic - Peralatan hancur; banyak kematian A


2. Hazardous Penurunan besar dari batas keselamatan, tekanan fisik
dan beban kerja sedemikian rupa sehingga operator tidak
dapat diandalkan untuk melaksanakan tu gas dengan
B
akurat atau paripurna.
Cidera serius atau kematian bagi sej umlah orang
Kerusakan besar pada peralatan
3. Major Penurunan signifikan dari batas keselamatan,
berkurangnya kemampuan operator dalam menghadapi
kondisi operasi yang sulit sebagai akibat dari kondisi
yang mempengaruhi efisiensi •
c
lnsiden serius
Cidera pada manusia
4. Minor Gangguan, keterbatasan operasi, penggunaan prosedu r
D
darurat, insiden kecil
5. Negligible - Konsekuensi kecil E
Sumber : Manual S1stem Mana1emen Keselamatan, D1t)en Perhubungan Udara, 2010

166 Volume 23, Nomor 2, Februari 201J


Tabel. 3. Penilaian keparahan resiko dan probabilitas resiko

Keparahan Resiko Suatu Peristiwa


Probabilitas Resiko
Catastrophic Hazardous Major Minor Negligible
A B c D E
Frequent SA SB SC SD SE
Occasional 4A 48 4C 40 4E
Remote 3A 3B 3C 30 3E
Improbable 2A 2 s· 2C 20 2E
Extremely Improbable lA 1B lC 10 lE
Sumber : Manual Sistem Manajemen Keselamatan, Ditjen Perhubungan Udara, 2010

Tabel.4 Kriteria penilaian resiko

Indeks Penilaian Resiko Usulan Kriteria

SA, SB, SC, 4A, 4B, 3A Tidak dapat diterima pada posisi yang ada
S0 ,5E, 4C, 3B, 3C, 2A,2B Pengendalian resiko/ mitigasi memerlukan kepu tusan manajemen
40, 4E, 30 , 2C, lA, 1B Oapat diterima setelah mengkaji paJaksanaan operasi
3E, 20, lC, 10, lE Oapat diterima
Sumber: Manual Sistem Manajemen Keselamatan, Ditjen Perhubungan Udara, 2010

HASII... PENEUilAN DAN PEl\.1BAHASAN


Kondisi fasilitas pokok dan fasilitas 1) RWY Light 1 Set
penunjang Bandar Udara Supadio- 2) Pals Cat 1 RWY 33: 1 Set
Pontianak
3) M.A.L.S RWY 33 1 Set
A. Fasilitas pokok terdiri atas :
4) Threshold Light 2 Set
1. Fasilitas Keselamatan dan
5) TNY /Apron Light: 1 Set
Keamanan
6) PAPI 2 Set
a. PKP-PK Cat. 6
7) Flood Light 8 Set
1) Foam Tender Type II Morita 1
unit, air 4000 lt, foam 400 lt 8) Landing TEE Light: 1 Set
2) Foam Tender Type II 9) Rotating Beacon 1 Set
Rosembaeur 2 unit air 4000 lt, 10) Reils 1 Set
foam 500 lt
11) Squence Flashing 1 Set
3) RIV Type IV Toyota 1 unit, Dry
Powder 250 kg 12) Wind Cone 1 Set

4) COMMANDO car 1 Unit c. Fasilitas Listrik

5) AMBULANCE 3 Unit 1) Listrik PLN KVA : gardu 555


KVA
6) 1 set SAlVAGE
gardu RADAR 210 KVA
7) Bak air capasitas 40.000 lt
gardu D-VOR 33 KVA
b. Alat bantu pendaratan visual (Air-
field Lighting System) 2) Genset : PH 1-1000 KVA
500 KVA 4) ILS/DME COCALIZER
125 KVA GLIDEPA1H
Radar - 265 KVA EMIDLE MARKER
200 KVA OUTER MARKER
D-VOR- 20KVA 4. Fasilitas Peralatan Pengamanan
35 KVA a. X-Ray kargo
2. Fasilitas sisi udara (airside facility) b. X-Ray bagasi
a . Runway c. X-Ray cabin
: 2250 x 30 m- PCN 30 F/D/ X/ T
d . Walk Trough Metal Detector
b. Taxiway A clan B
: 2x75x23m-PCN30F/ D/ X/ T e. Hand Held Metal Detector
c. Apron : 385 x 80 m f. Handy Talky (HT)
(33.ooo / 30.800) g. Camera CCTV
Kapasitas 9 B737 I MD 82 h . TV Monitor
d. Service Road 8 x 385 m i. Megaphone
e. GSE Area 4.086 m2 j . Alarm System
f. Strip :150x 3.060 m k. Lampu senter
g. Drainase : 4351,5 m + 1253 m 1. HT Portable
3 . Fasilitas Telekomunikasi clan Navigasi m. Seped motor
a . Telekomunikasi n. Mobile patroli
1) VHF APP 0. Borgol
2) VHF ADC p. Pentungan karet
3) VHF-ER q. Kotak kaca
4) SSB 5. Fasilitas sisi darat (landside facility)
5) ATIS a. Gedung terminal penumpang
6) ATS DIRECT SPEECH 1) Terminal kedatangan domestik
: 441.08 m2 + 1 CIP Lounge
7) AMSC
2) Terminal ke ber angka tan
8) IDD (SLI-SLJJ)
domestik : 2.612.50 m2 + 2 CIF
b. Navigasi
3) Terminal kedatangan Interna·
1) NDB sional : 355.11 m2
2) D-VOR / DME 4) Terminal Keberangkatar
3) RADAR (PSR, SSR) Intemasional : 169.12 m2

168 Volume 23, Nomor 2, Februari 2011


b. Gedung terminal kargo: 915.75 m2 kinerja sistem pada saat beroperasi secara
normal untuk mencari kemungkinan/
c. Pelataran parkir 7705 m2
identifikasi potensi masalah di masa yang
d . Gedung kantor 1150 m2 akan datang, pelaksanaannya mengacu
e. Gedung operasional 2.210 m2 pada resiko keselamatan yang proaktif dan
proses yang bersifat prediksi. Untuk
B. Fasilitas Penunjang indikator SMS - identifikasi bahaya dan
manajemen resiko keselamatan di Bandar
1. Fasilitas pergudangan
Udara Supadio-Pontianak, dilakukan
2. Toko / restoran penilaian berdasarkan pilihan jawaban
dari variabel-variabel dengan meman-
3. ATM
faa tkan skala likert dari probabilitas
kejadian dan keparahan resiko suatu
PEMBAHASAN peristiwa.
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 Variabel yang digunakan untuk menilai
tentang Penerbangan pasal 217 ayat (3) probabilitas kejadian dan keparahan
huruf d menyatakan bahwa salah satu resiko adalah sebagi berikut :
persyaratan teknis untuk memperoleh
sertifikat bandar udara adalah diterap- 1. Kebisingan (noise)
kannya sistem manajemen keselamatan 2. Cuaca yang sering berubah menjadi
operasi bandar udara. Oleh karena itu buruk
setiap penyelenggara bandar udara wajib
3 . Padatny a lalu lintas udara y ang
membuat, melaksanakan, mengevaluasi
beresiko terhadap nearmiss collision
dan menyempumakan secara berkelanjut-
an Sistem Manajemen Keselamatan (Safety 4. Missed Aproach
Management System) dengan berpedoman 5. Kegagalan komunikasi (Communication
pada program keselamatan penerbangan Failure)
nasional (State Safety Program). Di dalam
kerangka sistem manajemen keselamatan 6. Jarak dua pesawat yang melampaui
y ang meliputi beberapa kegiatan, batas minimal (Redu ced Separation
diantaranya adalah manajemen resiko Minimal)
keselamatan yang terdiri dari identifikasi 7. Sistem yang tidak berfungsi (System
bahaya/ gangguan (hazard identifacation), Malfunction)
dan penilaian dan mitigasi resiko.
Selanjutnya pelaksanaan manajemen 8. Oby ek asing y ang berpotensi
resiko keselamatan tersebut berupa proses menimbulkan kerusakan pada
reaktif merupakan proses atau metoda pesawat udara (Foreign Object Damage)
untuk merespon kejadian yang sudah 9. Hal-hal yang dapat mengganggu
terjadi seperti kecelakaan atau insiden. penerbangan (obstacle)
Proses proaktif merupakan proses/ metode
10. Ketinggian bangunan di sekitar
yang secara aktif mencari tanda-tanda
bandar udara
resiko keselamatan melalui analisis
kegiatan organisasi. Sedangkan proses 11. Kendaraan di Apron (Vehicle in apron)
prediktif merupakan proses melihat 12. Issue keamanan (security Issues)
13. Kehidupan liar di area bandar udara PENUTUP
(Wild life)
A. Kesimpulan
Berdasarkan jawaban dari penyelenggara
bandara terhadap 13 variabel yang 1. Penyelenggara Bandar udara Supdio-
digunakan untuk menilai probabilitas dan Pontianak belum mempunyai target
keparahan resiko di Bandara Supadio waktu khusus berkaitan dengan
diperoleh posisi identifikasi bahaya dan pelaksanaan identifikasi bahaya dan
resiko keselamatan sebagaimana terlihat manajemen resiko
pada tabel. 5
Tabel. 5. Variabel identifikasi bahaya dan manajemen resiko

Probabilitas Keparahan
NO Variabel
Kejadian resiko

l. Noise (kebisingan) 5 D
2. Cuaca yang sering berubah menjadi buruk 2 B
3. Padatnya lalu lintas udara yang beresiko terhadap nearamis collision Missed 1 B
Aproach
4. Kegagalan komunikasi (Communication Failure) 1 A
5. jarak dua pesawat yang melampaui batas minimal (Reduced Separation Minimal) 1 B
6. Sistem yang tidak berfungsi (System Malfunction) 2 B
7. Obyek asing yang berpote nsi menimbu lkan kerusakan pada pesawat udara (Foreign 1 A
8. Object Damage) 4 B
9. Hal-ha! yang dapat mengganggu penerbangan (obstacle) 4 B
10. Ketinggian bangunan di sekitar bandar udara 1 B
11 . Kendaraan di Apron (Vehicle in apron) 5 c
12. lsu keamanan (security Issues) 2 A
13. Kehiduoan liar di area bandar udara (wild life\ 1 B
Surnber has1l pengolahan

Dari has il analisis terhadap jawaban 2. dari 13 variabel identifikasi bahaya dan
respo nden (penyelenggara Bandara manajemen resiko terdapat 3 variabel
Supadio ), menunjukkan bahwa dari 13 yang penting untuk menjadi target
variabel yang dinilai, terdapat 3 variabel penurunan resiko yaitu : obyek asing
y ang usulan kriteriany a tidak dapat yang berpotensi menimbulkan keru-
diterima pada kondisi yang ada yaitu: sakan pada pesawat udara (foreign ob-
jec t damage) , hal-hal y ang dapat
1. Oby ek asing y ang berpotensi
mengganggu penerbangan (obs tacle),
m enimbulkan kerusakan pada dan kendaraan di apron (vechicle in
pesawat udara (Foreign Object Damage) apron). Dan 2 variabel yang kriterianya
(4B),
pengendalian resiko/ mitigasi mem-
2. H al-hal yang dapat menganggu peroleh keputusan manajemen yaitu :
penerbangan (Obstacle) (4B), kebisingan (noise), dan isu keamanan
3. Kendaran di Apron (Vehicle in Apron) (security issues)
(SC).
B. Saran
Sedangkan yang kriterianya pengendalian
resiko / mitigasi memerlukan keputusan Kepada peny elenggara Bandar udara
manajemen, yaitu kebisingan (noise) dan Supadio-Pontianak agar membentuk
isu keamanan (Security Issues) (2A). pusat krisis (crisis cen ter) untuk memantau
seluruh kegiatan di bandar udara secara
rutin sehingga setiap saat dapat memberi-

170 Volume 23, Nomor 2, Februari 2011


kan masukan dalam menghadapi keadaan Bandar Udara Supadio, 2010. Data
darurat serta meningkatkan budaya Fasilitas Bandar Udara, 2010
selamat bagi seluruh karyawan mulai dari Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan
pimpinan sampai staf.
Udara, Nomor: SKEP/ 223/X/2009
ten tang Petunju k dan Tata Cara
DAFTAR PUSTAKA Pelaksanaan Sistem Manajemen
Undang-undang Republik Indonesia Nomor Keselamatan (Safehj Management Sys-
1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, tem) operasi Bandar Udara, Bagian 139-
Jakarta Kementerian Perhubungan; 01 (Advisory Circular 139-01, Airport
Safety Management System), Direktorat
Poerwadarminta, W.J.S. 1999, Kamus Jenderal Perhubungan Udara
Umum Bahasa Indonesia, Pusat
Pembinaan Pengembangan Bahasa Cholid, Christian, Basuki. Adi, 2010,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pengertian dan Istilah Penerbangan Sipil,
cetakan 16. Jakarta, Balai Pustaka Rajawali Pers, 2010, Jakarta
1999; Manual Sistem Manajemen Keselamatan,
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor. 2010. Jakarta, Dirrektorat Jenderal
KM 20 Tahun 2009 tentang Sistem Perhubungan Udara
Manajemen Keselamatan (Safety Manage- *) Satjana Administrasi Niaga, Peneliti Mad ya
ment System); Bidang Transportasi Udara, Badan Litbang
Perhubungan

You might also like