Professional Documents
Culture Documents
Lisandri(1)
Fahmi Rizani (2)
Akhmad Yafiz Syam (3)
111
PENGARUH PAD dan DAU TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
112
JURNAL SPREAD – OKTOBER 2017, VOLUME 7 NOMOR 2
merintah yang lebih tinggi harus meng- Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh signifi-
hasilkan hasil yang lebih baik. Jika peme- kan terhadap Belanja Modal, DAU berpe-
rintah daerah membelanjakan uangnya na- ngaruh signifikan terhadap Belanja Modal
mun belum bisa memberikan kualitas laya- dengan intensitas dan arah yang berlawa-
nan yang tinggi, maka belanja pemerintah nan, DAK berpengaruh positif dan signifikan
daerah tidak efisien. Berdasarkan argumen terhadap Belanja Modal.
ini, didefinisikan bahwa efisiensi dalam pe- Fajrina (2014), menyimpulkan bahwa
ngeluaran pemerintah sebagai efek positif secara simultan terdapat pengaruh Pertum-
dari pengeluaran untuk hasil ekonomi. Jika buhan Ekonomi, PAD dan DAU terhadap
pemerintah tidak bisa mengelola penge- Belanja Modal, namun secara parsial Pertum-
luarannya secara efisien, maka kenaikan be- buhan Ekonomi tidak berpengaruh signifikan
lanja pemerintah tidak mengarah pada ke- terhadap Belanja Modal. Ini mengindikasikan
naikan hasil ekonomi (pertumbuhan ekono- dugaan kuat, bahwa belanja modallah yang
mi). berpengaruh terhadap pertumbuhan ekono-
Sahoo et al. (2010) menyelidiki peran mi. Sedangkan penelitian Tamawiwy, Son-
infrastruktur dalam mempromosikan per- dakh, and Warongan (2016), menyimpulkan
tumbuhan ekonomi di China untuk periode bahwa pertumbuhan PAD berpengaruh posi-
1975 sampai 2007. Secara keseluruhan, ha- tif dan signifikan terhadap belanja modal.
silnya menunjukkan bahwa pembangunan Penelitian-penelitian tersebut umum-
infrastruktur, angkatan kerja, investasi publik nya menguji hubungan variabel pertumbu-
dan swasta telah memainkan peran penting han ekonomi terhadap alokasi belanja modal
dalam pertumbuhan ekonomi di China. Lebih dengan menempatkan pertumbuhan ekono-
penting lagi, bahwa pembangunan Infra- mi sebagai variabel eksogen, dan hasilnya-
struktur di China memiliki kontribusi positif pun masih menunjukkan ketidakkonsistenan.
yang signifikan terhadap pertumbuhan inves- Sedangkan penelitian ini menempatkan va-
tasi swasta dan publik. Selanjutnya, ada hu- riabel pertumbuhan ekonomi sebagai varia-
bungan kausal searah dari pembangunan bel endogen, yaitu sebagai faktor yang di-
infrastruktur hingga pertumbuhan output pengaruhi oleh belanja publik, yang dalam
yang membenarkan pengeluaran tinggi China konteks ini alokasi belanja modal.
untuk pembangunan infrastruktur. Pemba- Shapiro (2005) menyatakan bahwa hu-
ngunan infrastruktur merupakan salah satu bungan keagenan adalah sebuah kontrak
bentuk utama pengeluaran belanja publik antara manajemen (agent) dengan peme-
yang merupakan bagian dari belanja modal. gang saham (principal). Konflik hubungan
Penelitian terhadap faktor-faktor de- keagenan sering terjadi antara agent dan
terminan belanja modal, termasuk pertum- principal. Agent dan principal memiliki tuju-
buhan ekonomi (sebagai variabel eksogen) an dan keinginan yang berbeda. Principal
terhadap alokasi belanja modal, dalam skala menginginkan pengembalian yang lebih be-
regional, cukup banyak di Indonesia. Merina sar dan secepatnya atas investasi yang dita-
and Sari (2016) misalnya, menyimpulkan namkan sedangkan Agent menginginkan ke-
pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh pentingannya diakomodasi dengan pembe-
signifikan positif terhadap pengalokasian be- rian kompensasi atau insentif yang sebesar-
lanja modal. Berbeda dengan Hidayati (2016), nya atas kinerjanya dalam menjalankan orga-
yang menyimpulkan bahwa PAD dan nisasi.
113
PENGARUH PAD dan DAU TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Menurut Watts and Zimmerman (1990) UU No.32 tahun 2004 tentang Peme-
agency problem juga terdapat dalam orga- rintahan daerah menyebutkan bahwa Ang-
nisasi publik. Rakyat selaku prinsipal mem- garan Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
berikan mandat kepada pemerintah sebagai adalah rencana keuangan tahunan pemerin-
agen, untuk menjalankan tugas pemerinta- tahan daerah yang ditetapkan dengan
han dalam rangka meningkatkan kesejahte- peraturan daerah. APBD merupakan salah
raan rakyat. Pemerintah bisa melakukan ke- satu mesin pendorong pertumbuhan eko-
bijakan yang mementingkan diri sendiri dan nomi.
mengorbankan kepentingan dan kesejahte- Pertumbuhan ekonomi merupakan pa-
raan rakyat. rameter dari suatu kegiatan pembangunan,
Teori kontijensi yang deskriptif mem- hal ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi
bahas tentang mengapa pemimpin berpe- dapat mengukur tingkat perkembangan akti-
rilaku berbeda antara satu situasi dengan vitas pada sektor-sektor ekonomi dalam
situasi lainnya, sementara teori kontijensi suatu perekonomian. Parameter tersebut
yang preskriptif membahas perilaku yang menjadi landasan dalam mengambil keputu-
paling efektif dalam setiap jenis situasi san dan kebijaksanaan dasar oleh pemerin-
(Robbins & Judge, 2013). Teori kontijensi tah untuk meningkatkan kegiatan ekonomi
mengklaim bahwa tidak ada cara terbaik (Ramayandi, 2003).
dalam mengelola suatu organisasi, mengen- Pertumbuhan ekonomi juga didefinisi-
dalikan, ataupun membuat keputusan. Se- kan sebagai peningkatan dalam kemampuan
mua tindakan optimal tergantung pada si- memproduksi barang-barang dan jasa-jasa
tuasi internal maupun eksternal (Husted, (Sahoo et al., 2010). Dengan kata lain, per-
2000). Ini berpengaruh terhadap pertimba- tumbuhan ekonomi lebih menunjuk pada
ngan bagaimana belanja modal dialokasikan. perubahan yang bersifat kuantitatif dan bia-
Hatch and Cunliffe (2012) mengemu- sanya diukur dengan menggunakan data
kakan teori kontijensi berdasarkan pada pe- Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau
mikiran bahwa secara universal, tidak terda- pendapatan output per kapita. PDRB adalah
pat sistem yang tepat yang penerapannya total nilai pasar dari barang-barang akhir dan
dapat dilakukan pada setiap organisasi. jasa-jasa yang dihasilkan di dalam suatu pe-
Para peneliti dibidang akuntansi meng- rekonomian selama kurun waktu tertentu,
gunakan teori kontinjensi saat menelaah biasanya satu tahun.
hubungan antara faktor organisatoris dan Tujuan penelitian ini adalah untuk
pembentukan sistem pengendalian manaje- menguji dan menganalisis bagaimana varia-
men (Otley, 1999). bel PAD dan DAU memengaruhi pertum-
Menurut Glenn A Welsch (1995) ang- buhan ekonomi baik langsung maupun tidak
garan adalah statement dari rencana dan langsung. Makalah ini menjadi penting kare-
kebijaksanaan manajemen yang dipakai da- na berbeda dengan penelitian-penelitian se-
lam suatu periode tertentu sebagai blue print belumnya, dengan menghubungkan penga-
dalam periode itu. Anggaran memiliki fungsi ruh PAD dan DAU terhadap pertumbuhan
sebagai: (1) instrumen politik, (2) Instrumen ekonomi, dengan belanja modal sebagai
Kebijakan Fiskal (3) Instrumen Perencanaan variabel intervening. Fokus makalah ini ada-
(4) Instrumen Pengendalian. lah untuk mendeskripsikan dan menjawab
masalah bagaimanakah pengaruh PAD dan
114
JURNAL SPREAD – OKTOBER 2017, VOLUME 7 NOMOR 2
DAU terhadap Pertumbuhan Ekonomi mela- transfer yang cukup signifikan dalam APBN
lui pengalokasian Belanja Modal. Hasil studi dari pemerintah pusat ke pemerintah dae-
ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi rah. Pemerintah daerah dapat menggunakan
pemerintah setempat dalam memertimba- dana perimbangan keuangan (DAU) untuk
ngkan kebijakan terkait variabel PAD dan memberikan layanan kepada publik yang
DAU yang perannya dapat memengaruhi direalisasikan melalui belanja modal.
pertumbuhan ekonomi baik langsung mau- Pradita and Prastiwi (2012) menyim-
pun tidak langsung. pulkan bahwa DAU berpengaruh terhadap
Hubungan PAD terhadap pengalokasian Be- Belanja Modal hal ini disebabkan karena
lanja Modal dengan adanya transfer DAU dari pemerin-
Secara teoritis peningkatan PAD akan tah pusat maka pemerintah daerah bisa me-
meningkatkan belanja modal, yang selanjut- ngalokasikan pendapatannya untuk mem-
nya akan meningkatkan kualitas layanan pu- biayai Belanja Modal. Hal ini didukung oleh
blik dan pada gilirannya meningkatkan jum- Suhardjanto, Sulistyorini, and Hartoko (2009).
lah produksi masyarakat. Tetapi secara Namun hal ini berbeda dengan Sugiarthi and
empiris bisa saja harapan ini tidak berjalan, Supadmi (2014) yang menyimpulkan bahwa
karena pendapatan asli daerah tersebut ba- DAU tidak berpengaruh secara signifikan
nyak tersedot untuk membiayai belanja lain- terhadap belanja modal. Masih adanya
nya sebagaimana temuan Adiputra and Dwi- temuan hasil penelitian yang tidak konsisten
yantari (2015). sehingga peneliti perlu melakukan pengujian
Sugiarthi and Supadmi (2014), dan kembali ke dalam hipotesis sebagai berikut:
Merina and Sari (2016), mengkonfrimasi bah- H2: Dana alokasi umum berpengaruh terha-
wa variabel PAD berpengaruh signifikan ter- dap pengalokasian belanja modal.
hadap belanja modal, sedangkan menurut PAD, DAU, Belanja Modal dan Pertumbuhan
Hidayati (2016) PAD tidak memiliki pengaruh Ekonomi
terhadap alokasi belanja modal. Dari bebe- Pertumbuhan ekonomi didefinisikan
rapa penelitian terdahulu, masih terdapat sebagai peningkatan dalam kemampuan
temuan hasil penelitian yang tidak konsisten suatu perekonomian untuk memproduksi
sehingga perlu melakukan pengujian kembali barang-barang dan jasa-jasa (Sahoo et al.,
ke dalam hipotesis sebagai berikut: 2010). Penelitian-penelitian Merina and Sari
H1: PAD berpengaruh terhadap pengaloka- (2016), Hidayati (2016), Maryam Nur Fajrina
sian belanja modal. (2014), Tamawiwy et al. (2016), Sularno
Hubungan Dana Alokasi Umum terhadap (2013), Ardhini (2011), Maharani and Adi
pengalokasian Belanja modal (2013) umumnya menguji pengaruh variabel
Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana pertumbuhan ekonomi terhadap alokasi be-
yang berasal dari APBN yang dialokasikan de- lanja modal atau menempatkan pertum-
ngan tujuan untuk perimbangan keuangan buhan ekonomi sebagai variabel eksogen,
antar daerah untuk membiayai kebutuhan dan hasilnyapun masih menunjukkan keti-
pengeluaran dalam rangka pelaksanaan de- dakkonsistenan. Sedangkan penelitian ini
sentralisasi. Dana perimbangan keuangan menempatkan variabel pertumbuhan ekono-
merupakan konsekuensi adanya penyerahan mi (Azwar, 2016; Barro, 1991; Gillis et al.,
kewenangan pemerintah pusat kepada pe- 1992) pada posisi endogen, yaitu sebagai va-
merintah daerah. Dengan demikian, terjadi riabel yang dipengaruhi oleh belanja publik,
115
PENGARUH PAD dan DAU TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
dalam konteks ini alokasi belanja modal, bupaten dan kota dikali dengan 5 tahun, yaitu
sebagaimana dilakukan di antaranya oleh sebanyak 65 unit amatan.
Sahoo et al. (2010). Berdasarkan ini, maka Hubungan antar variabel dan uji hipotesisnya
dikemukakan hipotesis penelitian berikut: dapat digambarkan sebagai berikut:
H3: PAD berpengaruh terhadap Pertumbu-
han ekonomi
H4: DAU berpengaruh terhadap Pertumbu-
han ekonomi
H5 : pengalokasian belanja modal berpenga-
ruh terhadap Pertumbuhan ekonomi
METODE PENELITIAN
Gambar 1. Kerangka Analisis
Populasi dalam penelitian ini adalah
pemerintahan kabupaten dan kota di Kali- Teknik Analisis
mantan Selatan. Jenis data yang diobservasi Teknik analisis data yang digunakan da-
adalah data sekunder. Data diperoleh dari lam penelitian ini adalah pendekatan Path
BPS Provinsi Kalimantan Selatan, berupa do- Analysis dengan menggunakan program Sta-
kumen APBD tahun 2012 hingga tahun 2016, tistical Product and Service Solution (SPSS)
yang dipublikasikan dalam Buku Statistik V.22. Tahap analisis yang dilakukan dalam
Keuangan Pemerintah Daerah Kalimantan penelitian ini yaitu, uji asumsi klasik, peru-
Selatan, dan data pendukung melalui situs musan model Path Analysis, dan uji hipotesis.
Departemen Keuangan Republik Indonesia Persamaan jalur untuk penelitian ini adalah
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan sebagai berikut:
(www.djpkpd.go.id). Data APBD yang dianali- Y1 = ρ X1 Y1+ ρ X2Y1 + Є1.... (Model Sub
sis adalah time series selama lima tahun Struktural 1)
untuk 13 kabupaten dan kota yang meng- Y2 = ρ X1Y2 + ρ X2Y2 + ρ X3Y2+ ρ X4Y2+ ρ Y1Y2
gambarkan secara cross sectional seluruh va- + Є2 ………... ( Model Sub Struktural 2)
riabel yang diobservasi. Penggabungan data Keterangan:
ini dikenal sebagai data panel, sehingga jum- X1= PAD = Pendapatan Asli Daerah
lah data yang dianalisis adalah untuk 13 ka- X2= DAU = Dana Alokasi Umum
116
JURNAL SPREAD – OKTOBER 2017, VOLUME 7 NOMOR 2
117
PENGARUH PAD dan DAU TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
0,495) > 0,00 dinyatakan tidak signifikan pe- ngaruh terhadap pengalokasian belanja mo-
ngaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi. dal ditolak. Hasil penelitian ini tidak meng-
Variabel DAU (p=0,002) < 0,000; berarti di- konfirmasi hasil penelitian Sugiarthi and
nyatakan signifikan pengaruhnya terhadap Supadmi (2014), Merina and Sari (2016), teta-
Pertumbuhan Ekonomi, serta Belanja Modal pi konsisten dengan penelitian Hidayati
(p=0,003) < 0,000; berarti dinyatakan signi- (2016) bahwa PAD tidak memiliki pengaruh
fikan pengaruhnya terhadap Pertumbuhan signifikan terhadap alokasi belanja modal.
Ekonomi. Dengan demikian secara parsial Besarnya PAD suatu daerah dapat me-
PAD tidak memiliki pengaruh signifikan ter- miliki arti bahwa besarnya kemandirian
hadap pertumbuhan ekonomi; sedangkan daerah dalam membiayai pembangunan
DAU dan Belanja Modal memiliki berpe- daerah, namun apabila terjadi inefisiensi da-
ngaruh signifikan terhadap pertumbuhan lam pengelolaannya, besaran PAD tersebut
ekonomi. Selanjutnya, pengaruh kausal em- akan banyak terserap untuk pembiayaan
piris antara variabel tersebut dapat digam- operasional, sehingga tidak memengaruhi
barkan melalui persamaan sub struktural dua belanja modal daerah untuk kepentingan
berikut: investasi. Dalam konteks ini, daerah belum
Y2 = ρ Y2 0,025 + ρ Y2 0,277 + ρ Y2 0,231 + memiliki kemandirian dalam menghasilkan
Є0,705 outcome pembangunan, dalam arti sangat
Berdasarkan hasil analisis dan persa- bergantung pada dana transfer dari pusat.
maan di atas, maka dapat diperoleh diagram 2. Pengaruh DAU terhadap pengalokasian
model penelitian sebagai berikut: Belanja modal
DAU berpengaruh signifikan terhadap
Belanja Modal dengan signifikansi P= 0,005 <
0,05. Besaran pengaruh DAU terhadap Be-
lanja Modal adalah sebesar 0,357 atau dibu-
latkan menjadi 36 persen, yang berarti DAU
mampu memengaruhi Belanja Modal sebe-
sar 36 persen.
Maka dapat disimpulkan bahwa H2:
Gambar 2. Diagram Model Hasil Analisis Jalur Dana alokasi umum berpengaruh signifikan
terhadap pengalokasian belanja modal dite-
Pengujian Hipotesis dan Pembahasan rima. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Yunus, Bustaman, & Rashdi, 2014),
terhadap pengalokasian Belanja Modal Suhardjanto et al. (2009), Sugiarthi dan Su-
Berdasarkan uji signifikansi jalur X1, padmi (2014) yang menyatakan variabel DAU
dengan signifikansi PAD (p=0,495) > 0,00 PAD tidak berpengaruh secara signifikan ter-
dinyatakan tidak memiliki pengaruh signifikan hadap belanja modal. DAU cenderung digu-
terhadap Belanja Modal. Koefisien jalur X1 ini nakan untuk kegiatan pemerintahan daerah
bertanda positif yang artinya, ke-naikan PAD selain pembangunan infrastruktur, dengan
mampu memengaruhi kenaikan Belanja Mo- kata lain lebih banyak untuk belanja rutin
dal, sebesar 13 persen tetapi tidak signifikan. (DJPK, 2013).
Dengan demikian, hipotesis H1: PAD berpe- 3. PAD berpengaruh langsung terhadap
Pertumbuhan Ekonomi
118
JURNAL SPREAD – OKTOBER 2017, VOLUME 7 NOMOR 2
Berdasarkan uji signifikansi, PAD tidak Pengaruh langsung DAU terhadap Per-
berpengaruh signifikan terhadap Pertumbu- tumbuhan Ekonomi adalah sebesar 0,277.
han Ekonomi dengan signifikansi P= 0.495 > Sedangkan pengaruh tidak langsung DAU ter-
0,05. Besaran pengaruh langsung PAD terha- hadap Pertumbuhan Ekonomi, yaitu melalui
dap Pertumbuhan Ekonomi dengan koefisien Belanja Modal = 0,357 * 0,231= 0,082. Jadi
jalur ρ X1Y2= 0,025 atau dibulatkan menjadi 3 total koefisien jalur antara DAU (X2) ke Per-
persen. Berdasarkan analisis ini, maka hi- tumbuhan Ekonomi (Y2) adalah 0,277 + 0,082
potesis H3: PAD berpengaruh langsung signi- = 0,359. Dengan demikian diketahui
fikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi tidak pengaruh total DAU terhadap Pertumbuhan
dapat diterima. Ekonomi melalui Belanja Modal adalah sebe-
4. DAU berpengaruh langsung terhadap sar 0,359 atau 36 persen. Sedangkan penga-
Pertumbuhan Ekonomi ruh langsung DAU terhadap pertumbuhan
Berdasarkan uji signifikansi, DAU ber- ekonomi (0,277 atau 28 persen) lebih kecil
pengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan daripada pengaruh tidak langsung (0,082 atau
Ekonomi dengan signifikansi P= 0,002< 0,05. 82 persen). Jadi, hipotesis H6: DAU ber-
Besaran pengaruh langsung DAU terhadap pengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi dengan koefisien ja- melalui Belanja Modal, diterima.
lur ρ X2Y2= 0,277 atau dibulatkan menjadi 28
persen. Berdasarkan analisis ini, maka hipo- PENUTUP
tesis H4: DAU berpengaruh langsung signifi-
kan terhadap Pertumbuhan Ekonomi dapat Simpulan
diterima. PAD merupakan salah satu indikator
5. PAD berpengaruh tidak langsung terha- produktivitas pemerintah daerah yang dipe-
dap Pertumbuhan Ekonomi ngaruhi oleh inovasi pemerintah daerah da-
Pengaruh langsung PAD terhadap Per- lam mengembangkan aset produktif. Pening-
tumbuhan Ekonomi adalah sebesar 0,025. katan inovasi pengembangan aset produktif
Sedangkan pengaruh tidak langsung PAD pemerintah daerah menyebabkan peningka-
terhadap Pertumbuhan Ekonomi, yaitu mela- tan dana yang dialokasikan untuk belanja
lui Belanja Modal = 0,125 * 0,231= 0,029. modal (Ramayandi, 2003). Namun hasil pe-
Secara total koefisien jalur antara PAD (X1) ke nelitian ini menunjukkan bahwa PAD tidak
Pertumbuhan Ekonomi (Y2) adalah 0,025 + memiliki pengaruh signifikan terhadap aloka-
0,029 = 0,054. Dengan demikian diketahui si belanja modal. PAD juga merupakan indi-
pengaruh secara total PAD terhadap Pertum- kator kemandirian daerah dalam menye-
buhan Ekonomi melalui Belanja Modal ha- diakan sumber pembiayaan pembangunan
nya sebesar 0,054 atau 6 persen. Dari anali-sis daerah. Semakin besar PAD suatu daerah,
jalur ini ditemukan bahwa pengaruh tidak berarti semakin mandiri daerah itu. Namun
langsung (0,029 atau 3 persen) lebih besar sebesar apapun capaian PAD, apabila terjadi
daripada pengaruh langsung (0,025 atau 2 inefisiensi dalam pengelolaannya, besaran
persen). Jadi, hipotesis H5: PAD berpengaruh PAD tersebut akan banyak terserap untuk
terhadap Pertumbuhan Ekonomi melalui Be- pembiayaan operasional, sehingga tidak me-
lanja Modal, dapat diterima. mengaruhi belanja modal daerah untuk ke-
6. DAU berpengaruh tidak langsung terha- pentingan investasi. Dalam konteks ini, dae-
dap Pertumbuhan Ekonomi rah belum memiliki kemandirian dalam
119
PENGARUH PAD dan DAU TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
120
JURNAL SPREAD – OKTOBER 2017, VOLUME 7 NOMOR 2
Intervening (Studi pada Pemerintah Ka- Halim, A., 2012. Akuntansi Keuangan Daerah:
bupaten/Kota di Bali). Seminar Nasional Akuntansi Sektor Publik. Edisi ke 4.
Akuntansi 18 Medan. Jakarta: Salemba Empat.
Ali, S., Rabbi, F., Hayat, U., & Ali, N., 2013. The Hatch, M. J., & Cunliffe, A. L., 2012. Orga-
composition of public expenditures and nization Theory: Modern, Symbolic and
economic growth: evidence from Postmodern Perspectives: Oxford univer-
Pakistan. International Journal of Social sity press.
Economics, 40(11), 1010-1022. Hidayati, N., 2016. Analisis Pengaruh Pen-
doi:doi:10.1108/IJSE-05-2012-0081 dapatan Asli Daerah, Dana Alokasi
Ardhini. 2011. Pengaruh Rasio Keuangan Umum dan Dana Alokasi Khusus ter-
Daerah terhadap Belanja Modal untuk hadap Alokasi Belanja Modal dengan
Pelayanan Publik dalam Perspektif Teori Pertumbuhan Ekonomi sebagai Variabel
Keagenan (Studi Pada Kabupaten Dan Moderasi pada Pemerintah Daerah
Kota di Jawa Tengah). Semarang: Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah.
Universitas Diponegoro. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Azeem Qureshi, M. 2009. Human develop- Surakarta.
ment, public expenditure and economic Husted, B. W., 2000. A contingency theory of
growth: a system dynamics approach. corporate social performance. Business &
International Journal of Social Econo- Society, 39(1), 24-48.
mics, 36(1/2), 93-104. Jahan, S., Mahmud, A. S., & Papageorgiou, C.
Azwar, A. 2016. Peran Alokatif Pemerintah ,2014. What Is Keynesian Economics?
melalui Pengadaan Barang/Jasa dan FINANCE & DEVELOPMENT, September
Pengaruhnya Terhadap Perekonomian 2014, Vol. 51, No. 3. Retrieved from
Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keu- http://www.imf.org/external/pubs/ft/fa
angan, 20(2), 149-167. ndd/2014/09/basics.htm
Baffes, J., & Shah, A. 1998. Productivity of Maharani, A., & Adi, W. 2013. Analisis Kinerja
Public Spending, Sectoral Allocation Keuangan Sebelum dan Sesudah Pene-
Choices, and Economic Growth. Econo- rapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan
mic Development and Cultural Change, Layanan Umum. Jupe-Jurnal Pendidikan
Vol. 46, No. 2 (January 1998), , pp. 291- Ekonomi, 1(3).
303. Retrieved from http://www.jstor. Maryam Nur Fajrina, L. S., SE.,M.Si. 2014.
org/stable/10.1086/452339 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, PAD
Barro, R. J. 1991. Economic growth in a cross dan DAU terhadap Pengalokasian Ang-
section of countries. The Quarterly garan Belanja Modal. Program Studi S1
journal of economics, 106(2), 407-443. Akuntansi, FEB Universitas Telkom.
Gillis, M., Perkins, D. H., Roemer, M., & Snod- Merina, C. I., & Sari, M., 2016. Determinan
grass, D. R. 1992. Economics of develop- Pengalokasian Belanja Modal Dengan
ment: WW Norton & Company, Inc. Pertumbuhan Ekonomi Sebagai Variabel
Glenn A Welsch, R. W. H., dan Paul N. Gordon, Moderating Pada Pemerintah Provinsi Di
1995. Budgeting (Penyusunan Anggaran Indonesia. Medan: Seminar Nasional
Perusahaan) Perencanaan dan Pengen- Akuntansi.
dalian Laba. Otley, D. 1999. Performance Management: a
Framework for Management Control
121
PENGARUH PAD dan DAU TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
122