You are on page 1of 12

JURNAL SPREAD – OKTOBER 2017, VOLUME 7 NOMOR 2

PENGARUH PAD DAN DAU TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN BELANJA


MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Lisandri(1)
Fahmi Rizani (2)
Akhmad Yafiz Syam (3)

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIE Indonesia) Banjarmasin(1) (3)


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin(2)

Artikel info Abstract


Keywords: The purpose of this study is to examine and analyze how PAD and DAU
PAD, DAU, Capital variables are affecting economic growth both directly and indirectly.
Expenditure, Economic This paper is important because it differs from previous studies, which
Growth generally place economic growth as an exogenous factor, and the
results still show inconsistency. While this research puts the variable of
economic growth in endogenous position, that is as a factor influenced
by public expenditure, which in this context allocation of capital
expenditure. The focus of this paper is to describe and answer the
question of how the impact of PAD and DAU on Economic Growth
through the allocation of Capital Expenditures. PAD is an indicator of
local government productivity that is influenced by local government
innovation in developing productive assets. However, the results of this
study indicate that PAD has no significant effect on capital expenditure
allocation. PAD is also an indicator of regional independence in
providing financing sources of regional development. Theoretically, the
greater the PAD of an area, the more independent the region. But for
whatever achievement PAD, if there is inefficiency in the management,
the amount of PAD will be absorbed for operational financing, so it does
not affect the capital expenditure for investment purposes. DAU has a
significant influence on capital expenditure and economic growth. The
total effect of DAU on Economic Growth through Capital Expenditure is
0.359 or 36 percent. Indirect influence (0.082 or 82 percent) DAU is
greater than direct impact on economic growth (28 percent). This
proves that capital expenditure variables are significant as intervening
variables in the context of this study.

111
PENGARUH PAD dan DAU TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PENDAHULUAN Barro (1991) memberikan bukti empiris ten-


tang ini.
Otonomi daerah merupakan wujud ke- Dalam pandangan Wagner’s Law atau
mandirian pemerintah daerah dalam menge- dikenal the ‘law of expanding state expendi-
lola sumber daya keuangan dan aset daerah ture’ tersebut bahwa jika pertumbuhan eko-
yang akan dioptimalkan untuk menghasilkan nomi suatu daerah meningkat maka peme-
kesejahteraan masyarakat. Salah satu indi- rintah akan meningkatkan belanja modal
kator keberhasilan daerah dalam menyejah- untuk memperbaiki dan melengkapi infra-
terakan rakyatnya adalah dengan meningkat- struktur dan sarana prasarana dengan tujuan
nya pertumbuhan ekonomi yang ditandai de- untuk meningkatkan pelayanan publik (Salih,
ngan capaian peningkatan PDRB dari tahun ke 2012).
tahun. Otonomi juga merupakan tuntutan Ramayandi (2003) mengemukakan
perubahan paradigma New Public Manage- bahwa minat penelitian pada hubungan kon-
ment (NPM) menuju tata kelola (good gover- septual antara pertumbuhan ekonomi dan
nance) pemerintahan yang baik, karena de- ukuran pemerintah telah dimulai sejak awal
ngan tata kelola pemerintahan yang baik ter- abad ke-19. Penghasilan agregat pada awal-
bukti berpengaruh positif terhadap kinerja nya dianggap sebagai penentu penting uku-
dan mengurangi inefisiensi belanja pemerin- ran pemerintah, dan hubungan tersebut te-
tah (Wardhani, Rossieta, & Martani, 2017). lah dikenal secara luas dalam literatur seba-
Sesuai arahan Undang-Undang RI No. gai 'hukum Wagner' atau 'hukum untuk
32 Tahun 2004 yang memberikan kewena- memperluas pengeluaran negara', seperti
ngan yang memungkinkan kemandirian dae- pertumbuhan ekonomi, sektor publik cende-
rah mengatur dan mengurus kepentingan rung berkembang. Namun, argumen yang le-
masyarakat setempat. Otonomi daerah me- bih baru cenderung lebih memperhatikan
rupakan jalan terbaik untuk mendorong hubungan balik kedua variabel tersebut.
pembangunan daerah karena kemandirian Penelitian yang menghubungkan be-
dalam menjalankan pembangunan dapat di- lanja publik atau belanja modal terhadap
lakukan secara efektif dan efisien (Halim, peningkatan pertumbuhan ekonomi sebagai
2012). variabel endogen, terutama di Indonesia se-
Dalam ilmu ekonomi Keynesian, penge- pengetahuan penulis masih sangat terbatas.
luaran pemerintah yang meningkat akan me- Umumnya penelitian seperti ini dilakukan
ningkatkan produksi (Jahan, Mahmud, & untuk negara-negara Asia lainnya, yang per-
Papageorgiou, 2014) sehingga mendorong tumbuhan ekonominya meningkat pasca kri-
pertumbuhan ekonomi. Dalam literatur eko- sis ekonomi. Di antara penelitian yang cukup
nomi, (Azwar, 2016; Barro, 1991; Gillis, berpengaruh, dilakukan oleh Barro (1991),
Perkins, Roemer, & Snodgrass, 1992) dikenal (Baffes & Shah, 1998), (Azeem Qureshi,
ada dua pandangan yang berlawanan me- 2009), (Sahoo, Dash, & Nataraj, 2010), (Ali,
ngenai hubungan antara pertumbuhan eko- Rabbi, Hayat, & Ali, 2013), sedangkan di Indo-
nomi dan belanja pemerintah. Wagner’s Law nesia oleh Ramayandi (2003), dan Wardhani
menyatakan bahwa seiring pertumbuhan et al. (2017).
ekonomi, maka begitu pula ukuran belanja Wardhani et al. (2017) meneliti penga-
sektor publik. Diantaranya hasil penelitian ruh belanja publik terhadap kinerja pe-
merintah, menyimpulkan bahwa belanja pe-

112
JURNAL SPREAD – OKTOBER 2017, VOLUME 7 NOMOR 2

merintah yang lebih tinggi harus meng- Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh signifi-
hasilkan hasil yang lebih baik. Jika peme- kan terhadap Belanja Modal, DAU berpe-
rintah daerah membelanjakan uangnya na- ngaruh signifikan terhadap Belanja Modal
mun belum bisa memberikan kualitas laya- dengan intensitas dan arah yang berlawa-
nan yang tinggi, maka belanja pemerintah nan, DAK berpengaruh positif dan signifikan
daerah tidak efisien. Berdasarkan argumen terhadap Belanja Modal.
ini, didefinisikan bahwa efisiensi dalam pe- Fajrina (2014), menyimpulkan bahwa
ngeluaran pemerintah sebagai efek positif secara simultan terdapat pengaruh Pertum-
dari pengeluaran untuk hasil ekonomi. Jika buhan Ekonomi, PAD dan DAU terhadap
pemerintah tidak bisa mengelola penge- Belanja Modal, namun secara parsial Pertum-
luarannya secara efisien, maka kenaikan be- buhan Ekonomi tidak berpengaruh signifikan
lanja pemerintah tidak mengarah pada ke- terhadap Belanja Modal. Ini mengindikasikan
naikan hasil ekonomi (pertumbuhan ekono- dugaan kuat, bahwa belanja modallah yang
mi). berpengaruh terhadap pertumbuhan ekono-
Sahoo et al. (2010) menyelidiki peran mi. Sedangkan penelitian Tamawiwy, Son-
infrastruktur dalam mempromosikan per- dakh, and Warongan (2016), menyimpulkan
tumbuhan ekonomi di China untuk periode bahwa pertumbuhan PAD berpengaruh posi-
1975 sampai 2007. Secara keseluruhan, ha- tif dan signifikan terhadap belanja modal.
silnya menunjukkan bahwa pembangunan Penelitian-penelitian tersebut umum-
infrastruktur, angkatan kerja, investasi publik nya menguji hubungan variabel pertumbu-
dan swasta telah memainkan peran penting han ekonomi terhadap alokasi belanja modal
dalam pertumbuhan ekonomi di China. Lebih dengan menempatkan pertumbuhan ekono-
penting lagi, bahwa pembangunan Infra- mi sebagai variabel eksogen, dan hasilnya-
struktur di China memiliki kontribusi positif pun masih menunjukkan ketidakkonsistenan.
yang signifikan terhadap pertumbuhan inves- Sedangkan penelitian ini menempatkan va-
tasi swasta dan publik. Selanjutnya, ada hu- riabel pertumbuhan ekonomi sebagai varia-
bungan kausal searah dari pembangunan bel endogen, yaitu sebagai faktor yang di-
infrastruktur hingga pertumbuhan output pengaruhi oleh belanja publik, yang dalam
yang membenarkan pengeluaran tinggi China konteks ini alokasi belanja modal.
untuk pembangunan infrastruktur. Pemba- Shapiro (2005) menyatakan bahwa hu-
ngunan infrastruktur merupakan salah satu bungan keagenan adalah sebuah kontrak
bentuk utama pengeluaran belanja publik antara manajemen (agent) dengan peme-
yang merupakan bagian dari belanja modal. gang saham (principal). Konflik hubungan
Penelitian terhadap faktor-faktor de- keagenan sering terjadi antara agent dan
terminan belanja modal, termasuk pertum- principal. Agent dan principal memiliki tuju-
buhan ekonomi (sebagai variabel eksogen) an dan keinginan yang berbeda. Principal
terhadap alokasi belanja modal, dalam skala menginginkan pengembalian yang lebih be-
regional, cukup banyak di Indonesia. Merina sar dan secepatnya atas investasi yang dita-
and Sari (2016) misalnya, menyimpulkan namkan sedangkan Agent menginginkan ke-
pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh pentingannya diakomodasi dengan pembe-
signifikan positif terhadap pengalokasian be- rian kompensasi atau insentif yang sebesar-
lanja modal. Berbeda dengan Hidayati (2016), nya atas kinerjanya dalam menjalankan orga-
yang menyimpulkan bahwa PAD dan nisasi.

113
PENGARUH PAD dan DAU TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Menurut Watts and Zimmerman (1990) UU No.32 tahun 2004 tentang Peme-
agency problem juga terdapat dalam orga- rintahan daerah menyebutkan bahwa Ang-
nisasi publik. Rakyat selaku prinsipal mem- garan Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
berikan mandat kepada pemerintah sebagai adalah rencana keuangan tahunan pemerin-
agen, untuk menjalankan tugas pemerinta- tahan daerah yang ditetapkan dengan
han dalam rangka meningkatkan kesejahte- peraturan daerah. APBD merupakan salah
raan rakyat. Pemerintah bisa melakukan ke- satu mesin pendorong pertumbuhan eko-
bijakan yang mementingkan diri sendiri dan nomi.
mengorbankan kepentingan dan kesejahte- Pertumbuhan ekonomi merupakan pa-
raan rakyat. rameter dari suatu kegiatan pembangunan,
Teori kontijensi yang deskriptif mem- hal ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi
bahas tentang mengapa pemimpin berpe- dapat mengukur tingkat perkembangan akti-
rilaku berbeda antara satu situasi dengan vitas pada sektor-sektor ekonomi dalam
situasi lainnya, sementara teori kontijensi suatu perekonomian. Parameter tersebut
yang preskriptif membahas perilaku yang menjadi landasan dalam mengambil keputu-
paling efektif dalam setiap jenis situasi san dan kebijaksanaan dasar oleh pemerin-
(Robbins & Judge, 2013). Teori kontijensi tah untuk meningkatkan kegiatan ekonomi
mengklaim bahwa tidak ada cara terbaik (Ramayandi, 2003).
dalam mengelola suatu organisasi, mengen- Pertumbuhan ekonomi juga didefinisi-
dalikan, ataupun membuat keputusan. Se- kan sebagai peningkatan dalam kemampuan
mua tindakan optimal tergantung pada si- memproduksi barang-barang dan jasa-jasa
tuasi internal maupun eksternal (Husted, (Sahoo et al., 2010). Dengan kata lain, per-
2000). Ini berpengaruh terhadap pertimba- tumbuhan ekonomi lebih menunjuk pada
ngan bagaimana belanja modal dialokasikan. perubahan yang bersifat kuantitatif dan bia-
Hatch and Cunliffe (2012) mengemu- sanya diukur dengan menggunakan data
kakan teori kontijensi berdasarkan pada pe- Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau
mikiran bahwa secara universal, tidak terda- pendapatan output per kapita. PDRB adalah
pat sistem yang tepat yang penerapannya total nilai pasar dari barang-barang akhir dan
dapat dilakukan pada setiap organisasi. jasa-jasa yang dihasilkan di dalam suatu pe-
Para peneliti dibidang akuntansi meng- rekonomian selama kurun waktu tertentu,
gunakan teori kontinjensi saat menelaah biasanya satu tahun.
hubungan antara faktor organisatoris dan Tujuan penelitian ini adalah untuk
pembentukan sistem pengendalian manaje- menguji dan menganalisis bagaimana varia-
men (Otley, 1999). bel PAD dan DAU memengaruhi pertum-
Menurut Glenn A Welsch (1995) ang- buhan ekonomi baik langsung maupun tidak
garan adalah statement dari rencana dan langsung. Makalah ini menjadi penting kare-
kebijaksanaan manajemen yang dipakai da- na berbeda dengan penelitian-penelitian se-
lam suatu periode tertentu sebagai blue print belumnya, dengan menghubungkan penga-
dalam periode itu. Anggaran memiliki fungsi ruh PAD dan DAU terhadap pertumbuhan
sebagai: (1) instrumen politik, (2) Instrumen ekonomi, dengan belanja modal sebagai
Kebijakan Fiskal (3) Instrumen Perencanaan variabel intervening. Fokus makalah ini ada-
(4) Instrumen Pengendalian. lah untuk mendeskripsikan dan menjawab
masalah bagaimanakah pengaruh PAD dan

114
JURNAL SPREAD – OKTOBER 2017, VOLUME 7 NOMOR 2

DAU terhadap Pertumbuhan Ekonomi mela- transfer yang cukup signifikan dalam APBN
lui pengalokasian Belanja Modal. Hasil studi dari pemerintah pusat ke pemerintah dae-
ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi rah. Pemerintah daerah dapat menggunakan
pemerintah setempat dalam memertimba- dana perimbangan keuangan (DAU) untuk
ngkan kebijakan terkait variabel PAD dan memberikan layanan kepada publik yang
DAU yang perannya dapat memengaruhi direalisasikan melalui belanja modal.
pertumbuhan ekonomi baik langsung mau- Pradita and Prastiwi (2012) menyim-
pun tidak langsung. pulkan bahwa DAU berpengaruh terhadap
Hubungan PAD terhadap pengalokasian Be- Belanja Modal hal ini disebabkan karena
lanja Modal dengan adanya transfer DAU dari pemerin-
Secara teoritis peningkatan PAD akan tah pusat maka pemerintah daerah bisa me-
meningkatkan belanja modal, yang selanjut- ngalokasikan pendapatannya untuk mem-
nya akan meningkatkan kualitas layanan pu- biayai Belanja Modal. Hal ini didukung oleh
blik dan pada gilirannya meningkatkan jum- Suhardjanto, Sulistyorini, and Hartoko (2009).
lah produksi masyarakat. Tetapi secara Namun hal ini berbeda dengan Sugiarthi and
empiris bisa saja harapan ini tidak berjalan, Supadmi (2014) yang menyimpulkan bahwa
karena pendapatan asli daerah tersebut ba- DAU tidak berpengaruh secara signifikan
nyak tersedot untuk membiayai belanja lain- terhadap belanja modal. Masih adanya
nya sebagaimana temuan Adiputra and Dwi- temuan hasil penelitian yang tidak konsisten
yantari (2015). sehingga peneliti perlu melakukan pengujian
Sugiarthi and Supadmi (2014), dan kembali ke dalam hipotesis sebagai berikut:
Merina and Sari (2016), mengkonfrimasi bah- H2: Dana alokasi umum berpengaruh terha-
wa variabel PAD berpengaruh signifikan ter- dap pengalokasian belanja modal.
hadap belanja modal, sedangkan menurut PAD, DAU, Belanja Modal dan Pertumbuhan
Hidayati (2016) PAD tidak memiliki pengaruh Ekonomi
terhadap alokasi belanja modal. Dari bebe- Pertumbuhan ekonomi didefinisikan
rapa penelitian terdahulu, masih terdapat sebagai peningkatan dalam kemampuan
temuan hasil penelitian yang tidak konsisten suatu perekonomian untuk memproduksi
sehingga perlu melakukan pengujian kembali barang-barang dan jasa-jasa (Sahoo et al.,
ke dalam hipotesis sebagai berikut: 2010). Penelitian-penelitian Merina and Sari
H1: PAD berpengaruh terhadap pengaloka- (2016), Hidayati (2016), Maryam Nur Fajrina
sian belanja modal. (2014), Tamawiwy et al. (2016), Sularno
Hubungan Dana Alokasi Umum terhadap (2013), Ardhini (2011), Maharani and Adi
pengalokasian Belanja modal (2013) umumnya menguji pengaruh variabel
Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana pertumbuhan ekonomi terhadap alokasi be-
yang berasal dari APBN yang dialokasikan de- lanja modal atau menempatkan pertum-
ngan tujuan untuk perimbangan keuangan buhan ekonomi sebagai variabel eksogen,
antar daerah untuk membiayai kebutuhan dan hasilnyapun masih menunjukkan keti-
pengeluaran dalam rangka pelaksanaan de- dakkonsistenan. Sedangkan penelitian ini
sentralisasi. Dana perimbangan keuangan menempatkan variabel pertumbuhan ekono-
merupakan konsekuensi adanya penyerahan mi (Azwar, 2016; Barro, 1991; Gillis et al.,
kewenangan pemerintah pusat kepada pe- 1992) pada posisi endogen, yaitu sebagai va-
merintah daerah. Dengan demikian, terjadi riabel yang dipengaruhi oleh belanja publik,

115
PENGARUH PAD dan DAU TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

dalam konteks ini alokasi belanja modal, bupaten dan kota dikali dengan 5 tahun, yaitu
sebagaimana dilakukan di antaranya oleh sebanyak 65 unit amatan.
Sahoo et al. (2010). Berdasarkan ini, maka Hubungan antar variabel dan uji hipotesisnya
dikemukakan hipotesis penelitian berikut: dapat digambarkan sebagai berikut:
H3: PAD berpengaruh terhadap Pertumbu-
han ekonomi
H4: DAU berpengaruh terhadap Pertumbu-
han ekonomi
H5 : pengalokasian belanja modal berpenga-
ruh terhadap Pertumbuhan ekonomi

METODE PENELITIAN
Gambar 1. Kerangka Analisis
Populasi dalam penelitian ini adalah
pemerintahan kabupaten dan kota di Kali- Teknik Analisis
mantan Selatan. Jenis data yang diobservasi Teknik analisis data yang digunakan da-
adalah data sekunder. Data diperoleh dari lam penelitian ini adalah pendekatan Path
BPS Provinsi Kalimantan Selatan, berupa do- Analysis dengan menggunakan program Sta-
kumen APBD tahun 2012 hingga tahun 2016, tistical Product and Service Solution (SPSS)
yang dipublikasikan dalam Buku Statistik V.22. Tahap analisis yang dilakukan dalam
Keuangan Pemerintah Daerah Kalimantan penelitian ini yaitu, uji asumsi klasik, peru-
Selatan, dan data pendukung melalui situs musan model Path Analysis, dan uji hipotesis.
Departemen Keuangan Republik Indonesia Persamaan jalur untuk penelitian ini adalah
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan sebagai berikut:
(www.djpkpd.go.id). Data APBD yang dianali- Y1 = ρ X1 Y1+ ρ X2Y1 + Є1.... (Model Sub
sis adalah time series selama lima tahun Struktural 1)
untuk 13 kabupaten dan kota yang meng- Y2 = ρ X1Y2 + ρ X2Y2 + ρ X3Y2+ ρ X4Y2+ ρ Y1Y2
gambarkan secara cross sectional seluruh va- + Є2 ………... ( Model Sub Struktural 2)
riabel yang diobservasi. Penggabungan data Keterangan:
ini dikenal sebagai data panel, sehingga jum- X1= PAD = Pendapatan Asli Daerah
lah data yang dianalisis adalah untuk 13 ka- X2= DAU = Dana Alokasi Umum

Tabel 1. Variabel dan Pengukuran


Variabel Indikator Skala Ukur Keterangan
Pendapatan Asli Daerah
Jumlah PAD Rasio Variabel Eksogen
(PAD)
Dana Alokasi Umum (DAU) Jumlah DAU Rasio Variabel Eksogen
Belanja Modal (BM) Jumlah Belanja Modal Rasio Variabel Intervening
Pertumbuhan Ekonomi (PE) PDRB Harga Berlaku Rasio Variabel Endogen

116
JURNAL SPREAD – OKTOBER 2017, VOLUME 7 NOMOR 2

Y1= BM = Belanja Modal sarkan nilai koefisien jalurnya, ρ Y1 X1 = 0,125


Y2= PE = Pertumbuhan Ekonomi atau 13 persen; dan ρ Y1 X2= 0,357, atau 36
ρ = Koefisien Path persen serta signifikan dengan sig < 0,285
ԑ = Tingkat Kesalahan pada jalur X1, sig > 0,005 pada jalur X2. Hal
ini menjelaskan bahwa secara simultan PAD
HASIL DAN PEMBAHASAN dan DAU dapat dijadikan variabel yang ber-
pengaruh terhadap Belanja Modal, tetapi
Sebelum model digunakan, terlebih da- secara parsial hanya DAU yang berpengaruh
hulu dilakukan uji asumsi klasik. Dalam ana- signifikan terhadap Modal Kerja. Selanjutnya,
lisis jalur, ada empat asumsi harus dipenuhi, pengaruh kausal empiris antara variabel (X1)
yaitu asumsi normalitas, multikolinearitas, dan (X2) tersebut dapat digambarkan melalui
heteroskedastisitas dan autokorelasi. Hasil persamaan sub struktural 1 (satu):
pengujian menunjukkan bahwa semua asum- Y1 =0,125 X1 + 0,357X2 + 0,508Є1
si terpenuhi. Tabel 2 dan Tabel 3 masing-ma- Tabel 3. Hasil Uji Hipotesis Model Sub Struk-
sing menyajikan simpulan hasil uji (lihat lam- tural 2
piran) statistik model pertama dan kedua Model Coeff t Sig.
yang terkait dengan hipotesis yang diuji da- (Path)
lam penelitian ini. 1 PAD (X1) ,025 3,079 ,495
Tabel 2. Hasil Uji Hipotesis Model Sub DAU (X2) ,277 4,333 ,002
Struktural 1 Belanja ,231
Model Coef t Sig. 2,467 ,003
Modal
(Path) R2 = .502
1 PAD (X1) ,125 1,079 ,285 F Hitung = 8.057
DAU (X2) ,357 2,933 ,005 Sig. F = ,000
Sumber: Olahan SPSS 22
R2 = ,742
F Hitung = 23,479 Analisis Model Sub Struktural 2
Sig. F = ,000 Hasil pengujian model ke dua menun-
Sumber: Olahan SPSS 22 jukkan bahwa secara simultan PAD, DAU, dan
Belanja Modal dengan signifikansi (p=0,000) <
Analisis Model Sub Struktural 1 0,05, dan koefisien nilai R2 sebesar 0,502
Hasil pengujian model pertama me- atau dibulatkan menjadi 50 persen, yang
nunjukkan bahwa secara simultan PAD dan berarti bahwa Pertumbuhan Ekonomi dipe-
DAU berpengaruh signifikan terhadap Belan- ngaruhi secara signifikan oleh variabel-va-
ja Modal dengan signifikansi dibawah 0,05 riabel yang diobservasi dengan pengaruh
(p=0,000), dan koefisien nilai R2 sebesar sebesar 50 persen. Sisanya, 50 persen dije-
0,742 atau dibulatkan menjadi 74 persen, laskan oleh faktor lain di luar model. Sedang-
yang berarti bahwa Belanja Modal dipenga- kan secara parsial, berdasarkan nilai koefi-
ruhi oleh variabel-variabel yang diobservasi sien jalurnya, dapat dijelaskan pada persa-
sebesar 74 persen. Sisanya, 26 persen dije- maan struktural dua dibawah. Berdasarkan
laskan oleh faktor lain di luar model. Berda- signifikansi 0,05, maka variabel PAD (p =

117
PENGARUH PAD dan DAU TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

0,495) > 0,00 dinyatakan tidak signifikan pe- ngaruh terhadap pengalokasian belanja mo-
ngaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi. dal ditolak. Hasil penelitian ini tidak meng-
Variabel DAU (p=0,002) < 0,000; berarti di- konfirmasi hasil penelitian Sugiarthi and
nyatakan signifikan pengaruhnya terhadap Supadmi (2014), Merina and Sari (2016), teta-
Pertumbuhan Ekonomi, serta Belanja Modal pi konsisten dengan penelitian Hidayati
(p=0,003) < 0,000; berarti dinyatakan signi- (2016) bahwa PAD tidak memiliki pengaruh
fikan pengaruhnya terhadap Pertumbuhan signifikan terhadap alokasi belanja modal.
Ekonomi. Dengan demikian secara parsial Besarnya PAD suatu daerah dapat me-
PAD tidak memiliki pengaruh signifikan ter- miliki arti bahwa besarnya kemandirian
hadap pertumbuhan ekonomi; sedangkan daerah dalam membiayai pembangunan
DAU dan Belanja Modal memiliki berpe- daerah, namun apabila terjadi inefisiensi da-
ngaruh signifikan terhadap pertumbuhan lam pengelolaannya, besaran PAD tersebut
ekonomi. Selanjutnya, pengaruh kausal em- akan banyak terserap untuk pembiayaan
piris antara variabel tersebut dapat digam- operasional, sehingga tidak memengaruhi
barkan melalui persamaan sub struktural dua belanja modal daerah untuk kepentingan
berikut: investasi. Dalam konteks ini, daerah belum
Y2 = ρ Y2 0,025 + ρ Y2 0,277 + ρ Y2 0,231 + memiliki kemandirian dalam menghasilkan
Є0,705 outcome pembangunan, dalam arti sangat
Berdasarkan hasil analisis dan persa- bergantung pada dana transfer dari pusat.
maan di atas, maka dapat diperoleh diagram 2. Pengaruh DAU terhadap pengalokasian
model penelitian sebagai berikut: Belanja modal
DAU berpengaruh signifikan terhadap
Belanja Modal dengan signifikansi P= 0,005 <
0,05. Besaran pengaruh DAU terhadap Be-
lanja Modal adalah sebesar 0,357 atau dibu-
latkan menjadi 36 persen, yang berarti DAU
mampu memengaruhi Belanja Modal sebe-
sar 36 persen.
Maka dapat disimpulkan bahwa H2:
Gambar 2. Diagram Model Hasil Analisis Jalur Dana alokasi umum berpengaruh signifikan
terhadap pengalokasian belanja modal dite-
Pengujian Hipotesis dan Pembahasan rima. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Yunus, Bustaman, & Rashdi, 2014),
terhadap pengalokasian Belanja Modal Suhardjanto et al. (2009), Sugiarthi dan Su-
Berdasarkan uji signifikansi jalur X1, padmi (2014) yang menyatakan variabel DAU
dengan signifikansi PAD (p=0,495) > 0,00 PAD tidak berpengaruh secara signifikan ter-
dinyatakan tidak memiliki pengaruh signifikan hadap belanja modal. DAU cenderung digu-
terhadap Belanja Modal. Koefisien jalur X1 ini nakan untuk kegiatan pemerintahan daerah
bertanda positif yang artinya, ke-naikan PAD selain pembangunan infrastruktur, dengan
mampu memengaruhi kenaikan Belanja Mo- kata lain lebih banyak untuk belanja rutin
dal, sebesar 13 persen tetapi tidak signifikan. (DJPK, 2013).
Dengan demikian, hipotesis H1: PAD berpe- 3. PAD berpengaruh langsung terhadap
Pertumbuhan Ekonomi

118
JURNAL SPREAD – OKTOBER 2017, VOLUME 7 NOMOR 2

Berdasarkan uji signifikansi, PAD tidak Pengaruh langsung DAU terhadap Per-
berpengaruh signifikan terhadap Pertumbu- tumbuhan Ekonomi adalah sebesar 0,277.
han Ekonomi dengan signifikansi P= 0.495 > Sedangkan pengaruh tidak langsung DAU ter-
0,05. Besaran pengaruh langsung PAD terha- hadap Pertumbuhan Ekonomi, yaitu melalui
dap Pertumbuhan Ekonomi dengan koefisien Belanja Modal = 0,357 * 0,231= 0,082. Jadi
jalur ρ X1Y2= 0,025 atau dibulatkan menjadi 3 total koefisien jalur antara DAU (X2) ke Per-
persen. Berdasarkan analisis ini, maka hi- tumbuhan Ekonomi (Y2) adalah 0,277 + 0,082
potesis H3: PAD berpengaruh langsung signi- = 0,359. Dengan demikian diketahui
fikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi tidak pengaruh total DAU terhadap Pertumbuhan
dapat diterima. Ekonomi melalui Belanja Modal adalah sebe-
4. DAU berpengaruh langsung terhadap sar 0,359 atau 36 persen. Sedangkan penga-
Pertumbuhan Ekonomi ruh langsung DAU terhadap pertumbuhan
Berdasarkan uji signifikansi, DAU ber- ekonomi (0,277 atau 28 persen) lebih kecil
pengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan daripada pengaruh tidak langsung (0,082 atau
Ekonomi dengan signifikansi P= 0,002< 0,05. 82 persen). Jadi, hipotesis H6: DAU ber-
Besaran pengaruh langsung DAU terhadap pengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi dengan koefisien ja- melalui Belanja Modal, diterima.
lur ρ X2Y2= 0,277 atau dibulatkan menjadi 28
persen. Berdasarkan analisis ini, maka hipo- PENUTUP
tesis H4: DAU berpengaruh langsung signifi-
kan terhadap Pertumbuhan Ekonomi dapat Simpulan
diterima. PAD merupakan salah satu indikator
5. PAD berpengaruh tidak langsung terha- produktivitas pemerintah daerah yang dipe-
dap Pertumbuhan Ekonomi ngaruhi oleh inovasi pemerintah daerah da-
Pengaruh langsung PAD terhadap Per- lam mengembangkan aset produktif. Pening-
tumbuhan Ekonomi adalah sebesar 0,025. katan inovasi pengembangan aset produktif
Sedangkan pengaruh tidak langsung PAD pemerintah daerah menyebabkan peningka-
terhadap Pertumbuhan Ekonomi, yaitu mela- tan dana yang dialokasikan untuk belanja
lui Belanja Modal = 0,125 * 0,231= 0,029. modal (Ramayandi, 2003). Namun hasil pe-
Secara total koefisien jalur antara PAD (X1) ke nelitian ini menunjukkan bahwa PAD tidak
Pertumbuhan Ekonomi (Y2) adalah 0,025 + memiliki pengaruh signifikan terhadap aloka-
0,029 = 0,054. Dengan demikian diketahui si belanja modal. PAD juga merupakan indi-
pengaruh secara total PAD terhadap Pertum- kator kemandirian daerah dalam menye-
buhan Ekonomi melalui Belanja Modal ha- diakan sumber pembiayaan pembangunan
nya sebesar 0,054 atau 6 persen. Dari anali-sis daerah. Semakin besar PAD suatu daerah,
jalur ini ditemukan bahwa pengaruh tidak berarti semakin mandiri daerah itu. Namun
langsung (0,029 atau 3 persen) lebih besar sebesar apapun capaian PAD, apabila terjadi
daripada pengaruh langsung (0,025 atau 2 inefisiensi dalam pengelolaannya, besaran
persen). Jadi, hipotesis H5: PAD berpengaruh PAD tersebut akan banyak terserap untuk
terhadap Pertumbuhan Ekonomi melalui Be- pembiayaan operasional, sehingga tidak me-
lanja Modal, dapat diterima. mengaruhi belanja modal daerah untuk ke-
6. DAU berpengaruh tidak langsung terha- pentingan investasi. Dalam konteks ini, dae-
dap Pertumbuhan Ekonomi rah belum memiliki kemandirian dalam

119
PENGARUH PAD dan DAU TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

menghasilkan outcome pembangunan, da- (Good governance) di lingkungan pemerinta-


lam arti sangat bergantung pada dana trans- han daerah.
fer dari pusat, yaitu DAU. Dalam rangka meningkatkan pertum-
Secara parsial DAU memiliki pengaruh buhan ekonomi, pemerintah daerah sebaik-
signifikan terhadap belanja modal maupun nya memprioritaskan pada pembangunan
pertumbuhan ekonomi. Pengaruh total DAU infrastruktur yang dapat meningkatkan pro-
terhadap Pertumbuhan Ekonomi melalui Be- duktifitas masyarakat, melalui investasi dae-
lanja Modal adalah sebesar 0.36 atau 36 rah maupun swasta, didukung oleh tata ke-
persen. Pengaruh tidak langsung (0,82 atau lola yang efisien, efektif, dan bebas dari pola
82 persen) DAU lebih besar daripada pe- belanja koruptif.
ngaruh langsung terhadap pertumbuhan Pengalaman dari China membuktikan
ekonomi (28 persen). Ini membuktikan bah- bahwa belanja modal menjadi salah satu
wa variabel belanja modal signifikan sebagai strategi intervensi pemerintah dalam men-
variabel intervening dalam konteks pene- dorong pertumbuhan ekonomi dan daya
litian ini. saing, melalui investasi saranan prasarana
DAU yang digunakan untuk pembangu- infrastruktur (Sahoo et al., 2010).
nan infrastruktur menentukan pola dan jum-
lah alokasi belanja modal dan berdampak Keterbatasan
pada pertumbuhan ekonomi. Infrastruktur Terdapat beberapa keterbatasan dalam
adalah pembangunan yang manfaatnya ber- penelitian di antaranya: (1) lingkup peneli-
sentuhan langsung dengan kebutuhan publik tian adalah regional Kalimantan Selatan, se-
di berbagai sektor, yang memfasilitasi pe- hingga dibatasi oleh karakteristik daerah, baik
ningkatan produksi. Oleh karena itu berdam- luasan wilayah maupun budaya dan khas
pak terhadap pertumbuhan ekonomi dan da- lainnya yang kemungkinan berpengaruh
ya saing daerah. terhadap hasil penelitian; (2) interpretasi ha-
sil penelitian ini tidak didukung oleh penda-
Saran laman secara personal terhadap para pe-
Penelitian ini menunjukkan bahwa PAD mangku kepentingan di daerah observasi;
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap karena hanya menggunakan data sekunder.
belanja modal dan juga terhadap pertum- Untuk penelitian berikutnya, disaran-
buhan ekonomi. Salah satu masalah utama kan untuk melakukan penelitian serupa de-
dalam pengelolaan sektor publik di Indonesia ngan lingkup yang lebih luas (nasional) dan
adalah inefisiensi belanja pemerintah dan mempertimbangkan perbedaan karakteristik
rendahnya kualitas pemerintahan yang gagal daerah, serta dengan variabel-variabel lain-
meningkat kesejahteraan rakyat dan kualitas nya yang belum diamati.
pelayanan publik (Wardani, 2012). Inefisiensi
dapat menyebabkan PAD lebih banyak disa- DAFTAR PUSTAKA
lurkan kepada pembiayaan operasional, bu-
kan belanja modal. Akibatnya, PAD tidak Adiputra, I. M. P., & Dwiyantari, N. K. D. D.,
mampu mendongkrak pertumbuhan ekono- Dewa Kadek, 2015. Pengaruh PAD, Dana
mi. Untuk menekan inefisiensi dalam belanja Perimbangan dan SiLPA Terhadap Kua-
publik, salah satunya adalah perlunya pe- litas Pembangunan Manusia Dengan
ningkatan kualitas tata kelola yang lebih baik Alokasi Belanja Modal Sebagai Variabel

120
JURNAL SPREAD – OKTOBER 2017, VOLUME 7 NOMOR 2

Intervening (Studi pada Pemerintah Ka- Halim, A., 2012. Akuntansi Keuangan Daerah:
bupaten/Kota di Bali). Seminar Nasional Akuntansi Sektor Publik. Edisi ke 4.
Akuntansi 18 Medan. Jakarta: Salemba Empat.
Ali, S., Rabbi, F., Hayat, U., & Ali, N., 2013. The Hatch, M. J., & Cunliffe, A. L., 2012. Orga-
composition of public expenditures and nization Theory: Modern, Symbolic and
economic growth: evidence from Postmodern Perspectives: Oxford univer-
Pakistan. International Journal of Social sity press.
Economics, 40(11), 1010-1022. Hidayati, N., 2016. Analisis Pengaruh Pen-
doi:doi:10.1108/IJSE-05-2012-0081 dapatan Asli Daerah, Dana Alokasi
Ardhini. 2011. Pengaruh Rasio Keuangan Umum dan Dana Alokasi Khusus ter-
Daerah terhadap Belanja Modal untuk hadap Alokasi Belanja Modal dengan
Pelayanan Publik dalam Perspektif Teori Pertumbuhan Ekonomi sebagai Variabel
Keagenan (Studi Pada Kabupaten Dan Moderasi pada Pemerintah Daerah
Kota di Jawa Tengah). Semarang: Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah.
Universitas Diponegoro. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Azeem Qureshi, M. 2009. Human develop- Surakarta.
ment, public expenditure and economic Husted, B. W., 2000. A contingency theory of
growth: a system dynamics approach. corporate social performance. Business &
International Journal of Social Econo- Society, 39(1), 24-48.
mics, 36(1/2), 93-104. Jahan, S., Mahmud, A. S., & Papageorgiou, C.
Azwar, A. 2016. Peran Alokatif Pemerintah ,2014. What Is Keynesian Economics?
melalui Pengadaan Barang/Jasa dan FINANCE & DEVELOPMENT, September
Pengaruhnya Terhadap Perekonomian 2014, Vol. 51, No. 3. Retrieved from
Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keu- http://www.imf.org/external/pubs/ft/fa
angan, 20(2), 149-167. ndd/2014/09/basics.htm
Baffes, J., & Shah, A. 1998. Productivity of Maharani, A., & Adi, W. 2013. Analisis Kinerja
Public Spending, Sectoral Allocation Keuangan Sebelum dan Sesudah Pene-
Choices, and Economic Growth. Econo- rapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan
mic Development and Cultural Change, Layanan Umum. Jupe-Jurnal Pendidikan
Vol. 46, No. 2 (January 1998), , pp. 291- Ekonomi, 1(3).
303. Retrieved from http://www.jstor. Maryam Nur Fajrina, L. S., SE.,M.Si. 2014.
org/stable/10.1086/452339 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, PAD
Barro, R. J. 1991. Economic growth in a cross dan DAU terhadap Pengalokasian Ang-
section of countries. The Quarterly garan Belanja Modal. Program Studi S1
journal of economics, 106(2), 407-443. Akuntansi, FEB Universitas Telkom.
Gillis, M., Perkins, D. H., Roemer, M., & Snod- Merina, C. I., & Sari, M., 2016. Determinan
grass, D. R. 1992. Economics of develop- Pengalokasian Belanja Modal Dengan
ment: WW Norton & Company, Inc. Pertumbuhan Ekonomi Sebagai Variabel
Glenn A Welsch, R. W. H., dan Paul N. Gordon, Moderating Pada Pemerintah Provinsi Di
1995. Budgeting (Penyusunan Anggaran Indonesia. Medan: Seminar Nasional
Perusahaan) Perencanaan dan Pengen- Akuntansi.
dalian Laba. Otley, D. 1999. Performance Management: a
Framework for Management Control

121
PENGARUH PAD dan DAU TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Systems Research. Management accoun- Sularno, F. M. 2013. Pengaruh Pertumbuhan


ting research, 10(4), 363-382. Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan
Pradita, R. R., & Prastiwi, D. 2012. Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Peng-
Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alo- alokasian Anggaran Belanja Modal Pada
kasi Umum terhadap Belanja Modal di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat.
Provinsi Jawa Timur. Surabaya: Univer- Tamawiwy, J., Sondakh, J. J., & Warongan, J.
sitas Negeri Surabaya. D. 2016. Pengaruh Kinerja Keuangan
Ramayandi, A., 2003. Economic growth and Pemerintah Daerah terhadap Belanja
government size in Indonesia: some les- Modal Untuk Pelayanan Publik (Studi
sons for the local authorities. Paper pre- pada kabupaten dan kota di Provinsi
sented at the The 5th IRSA International Sulawesi Utara). Jurnal Riset Akuntansi
Comference, Regional Development in dan Auditing" Goodwill", 7(2).
The Era of Decentralization: Growth, Wardani, D. S. K., 2012. Pengaruh Pelatihan
Poverty, and Environment, Bandung. Komunikasi Efektif untuk Meningkatkan
Robbins, S. P., & Judge, T. A., 2013. Orga- Efikasi Diri Mahasiswa. Jurnal Psikologi
nizational Behavior (15 ed.). New York: Pendidikan dan Perkembangan, 1(2).
Pearson Education, Inc. Wardhani, R., Rossieta, H., & Martani, D.
Sahoo, P., Dash, R. K., & Nataraj, G. 2010. 2017. Good governance and the impact
Infrastructure development and econo- of government spending on perfor-
mic growth in China. Institute of Deve- mance of local government in Indonesia.
loping Economies Discussion Paper, 261. International Journal of Public Sector
Salih, M. A. R., 2012. The relationship bet- Performance Management, 3(1), 77-102.
ween economic growth & Government Watts, R. L., & Zimmerman, J. L. 1990. Posi-
expenditure: Evidence from Sudan: In- tive accounting theory: a ten year pers-
ternational Business Research, 5(8), 40. pective. Accounting review, 131-156.
Shapiro, S. P. 2005. Agency theory. Annu. Rev. Yunus, O. M., Bustaman, H. A., & Rashdi, W.
Sociol., 31, 263-284. F. A. W. M. 2014. Conducive business
Sugiarthi, N. P. D. E. R., & Supadmi, N. L. 2014. environment: Local government inno-
Pengaruh PAD, DAU, dan SILPA pada vative work behavior. Procedia-Social
Belanja Modal dengan Pertumbuhan and Behavioral Sciences, 129, 214-220.
Ekonomi sebagai Pemoderasi. E-Jurnal Whittaker, James B. 1995. The Government
Akuntansi, 7(2). Performance and Result Act of 1993: A
Suhardjanto, D., Sulistyorini, E. J., & Hartoko, Mandate for Strategic Planning and
S. 2009. The Influence of Fiscal Decen- Performance Measurement, Educational
tralization on The Public Expenditure In Services Institut: Arlington, Virginia.
Indonesia. Jurnal Siasat Bisnis, 13(3).

122

You might also like