Professional Documents
Culture Documents
1
PE +
2
DAU +
3
DAK +
4
PAD + e
1
dimana;
PABM = Variabel Intervening (Pengalokasian Anggaran Belanja
Modal)
PE = Pertumbuhan Ekonomi
DAU = Dana Alokasi Umum
DAK = Dana Alokasi Khusus
PAD = Pendapatan Asli Daerah
1
,
2
,
3
,
4
= Slope atau koefisien regresi atau intersep
e
1
= Variance variabel Pengalokasian Anggaran Belanja Modal
yang tidak dijelaskan oleh Pertumbuhan Ekonomi, Dana Alokasi Umum,
Dana Alokasi Khusus, dan Pendapatan Asli Daerah
2. Model regresi tahap kedua:
IPM =
5
PABM + e
2
dimana;
IPM = Indeks Pembangunan Manusia
PABM = Pengalokasian Anggaran Belanja Modal yang diprediksikan
5
= Slope atau koefisien regresi atau intersep
e
2
= Variance variabel Indeks Pembangunan Manusia yang tidak
dijelaskan oleh Pengalokasian Anggaran Belanja Modal
Prestasi Vol. 9 No. 1 - Juni 2012 ISSN 1411 - 1497
130
HASIL DAN PEMBAHASAN
Atas dasar kriteria yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya, maka diperoleh
jumlah sampel dari penelitian selama 2005 sampai dengan 2009 adalah sebesar
25 pemerintah kabupaten dan kota. :
Adapun daftar nama-nama peerintah kabupaten dan kota yang menjadi sampel
dapat dilihat di tabel di bawah ini :
Kabupaten dan Kota Sampel
No Pemerintah Daerah
No
Pemerintah Daerah
1 Kabupaten Banjarnegara 14 Kabupaten Pati
2 Kabupaten Banyumas 15 Kabupaten Pekalongan
3 Kabupaten Batang 16 Kabupaten Pemalang
4 Kabupaten Boyolali 17 Kabupaten Purworejo
5 Kabupaten Cilacap 18 Kabupaten Rembang
6 Kabupaten Demak 19 Kabupaten Sukoharjo
7 Kabupaten Grobogan 20 Kabupaten Tegal
8 Kabupaten Jepara 21 Kabupaten Temanggung
9 Kabupaten Karanganyar 22 Kabupaten Wonosobo
10 Kabupaten Kebumen 23 Kota Magelang
11 Kabupaten Klaten 24 Kota Pekalongan
12 Kabupaten Kudus 25 Kota Salatiga
13 Kabupaten Magelang
Sumber : Statistik Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota 2005-
2009, Realisasi APBD 2005-2009, diolah
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan perhitungan statistik regresi berganda, untuk menguji
kelayakan model regresi yang digunakan, maka harus terlebih dulu memenuhi uji
asumsi klasik. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri dari uji normalitas,
uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
Analisis Kebaikan Model
Uji Koefisien Determinasi (R
2
)
Koefisien determinasi (R
2
) digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Dari hasil
uji koefisen determinasi, nilai Adjusted R Square sebesar 0,535. Hasil ini
menunjukkan bahwa kemampuan variabel PE (diproksikan dengan PDRB),
DAU, DAK, dan PAD dalam ketepatan memprediksi variasi variabel PABM
yang diproksikan dengan BM sebesar 53,5% sedangkan sisanya sebesar 46,5%
(100% - 53,5%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam
penelitian ini.
Prestasi Vol. 9 No. 1 - Juni 2012 ISSN 1411 - 1497
131
Pengujian model kedua mengahsilkan Nilai Adjusted R Square sebesar 0,031.
Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan variabel PABM (diproksikan
dengan BM) dalam ketepatan memprediksi variasi variabel IPM sebesar 3,1%
sedangkan sisanya sebesar 96,9% (100% - 3,1%) dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak terdapat dalam penelitian ini.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dengan analisis jalur dalam pengujian hipotesis
mengenai pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi
Khusus, Pendapatan Asli Daerah terhadap Indeks Pembangunan Manusia dengan
Pengalokasian Anggaran Belanja Modal sebagai variabel intervening pada
pemerintah kabupaten dan kota se-Jawa Tengah, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Pertumbuhan Ekonomi (PE) terbukti tidak berpengaruh positif terhadap
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) melalui Pengalokasian Anggaran
Belanja Modal (PABM).
2. Dana Alokasi Umum (DAU) terbukti berpengaruh positif terhadap Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) melalui Pengalokasian Anggaran Belanja
Modal (PABM).
3. Dana Alokasi Khusus (DAK) terbukti berpengaruh positif terhadap Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) melalui Pengalokasian Anggaran Belanja
Modal (PABM).
4. Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbukti berpengaruh positif terhadap Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) melalui Pengalokasian Anggaran Belanja
Modal (PABM).
5. Pengalokasian Anggaran Belanja Modal (PABM) yang diproksikan dengan
Belanja Modal (BM) terbukti berpengaruh positif terhadap Indeks
Pembangunan Manusia (IPM).
Keterbatasan
Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yang dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Pada penelitian ini penulis belum bisa mendapatkan data pendukung berupa
seberapa besar muatan politis tentang kebijakan pemerintah daerah setempat
dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang tercermin dari Indeks Pembangunan
Manusia.
2. Nilai Adjusted R Square untuk model tahap kedua dalam penelitian ini
hanya sebesar 0,031. Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan variabel
Pengalokasian Anggaran Belanja Modal (PABM) yang diproksikan dengan
Belanja Modal dalam ketepatan memprediksi variasi variabel Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) hanya sebesar 3,1% sedangkan sisanya
sebesar 96,9% (100% - 3,1%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
terdapat dalam penelitian ini.
Prestasi Vol. 9 No. 1 - Juni 2012 ISSN 1411 - 1497
132
Saran
Berdasarkan keterbatasan dari hasil penelitian ini, maka saran yang diberikan
untuk penelitian selanjutnya yaitu sebagai berikut :
1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel non
keuangan. Sebab Darwanto dan Yustikasari (2007) menyatakan bahwa
variabel non keuangan seperti kebijakan pemerintah daerah dapat
menjelaskan dengan baik seberapa besar tingkat pengadaan modal
pembangunan yang seimbang dengan pertumbuhan ekonomi daerah
setempat dalam mengutamakan kesejahteraan masyarakat.
2. Hasil uji kebaikan model menunjukkan bahwa model tahap kedua memiliki
nilai Adjusted R Square terendah yaitu sebesar 0,031 artinya kemampuan
variabel Pengalokasian Anggaran Belanja Modal (PABM) dalam ketepatan
memprediksi variasi variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM) hanya
sebesar 3,1% sedangkan sisanya sebesar 96,9% (100% - 3,1%) dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini. Berdasarkan hal
tersebut, penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan untuk
menggunakan variabel lain yang lebih sesuai untuk menjelaskan dan
memediasi Indeks Pembangunan Manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Priyo Hari. 2007. Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Daerah,
Belanja Pembangunan Dan Pendapatan Asli Daerah. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Sektor Publik, Vol. 08, No. 01, Februari 2007. Page : 1450-1465.
Abrar, Muhammad. 2010. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Aceh. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Vol. 9, No.1, April 2010. Hal : 79-88.
Abimanyu, Anggito. 2005. Format Anggaran Terpadu Menghilangkan Tumpang
Tindih. Bapekki Depkeu. Diakses dari:
http://www.fiskal.depkeu.go.id/beta/kolom1.asp?kolom1=1100000. 17/01/2012,
21:45 WIB
Apriana, Dina dan Rudy Suryanto. 2010. Analisis Hubungan Antara Belanja
Modal, Pendapatan Asli Daerah, Kemandirian Daerah Dan Pertumbuhan
Ekonomi Daerah. Jurnal Akuntansi dan Investasi, Vol. XI, No. 1, Januari 2010.
Hal : 64-73.
Badan Pusat Statistik. 2009. Indeks Pembangunan Manusia 2007-2008.
Jakarta-Indonesia.
_______. 2011. Jawa Tengah Dalam Angka 2011. Badan Pusat Statistik Jawa
Tengah dan BAPPEDA Provinsi Jawa Tengah.
Christy, Fhino Andrea dan Priyo Hari Adi. 2009. Hubungan Antara Dana
Alokasi Umum, Belanja Modal Dan Kualitas Pembangunan Manusia. The 3
rd
Natinonal Conference UKWMS Surabaya, Oktober 10
th
2009.
Prestasi Vol. 9 No. 1 - Juni 2012 ISSN 1411 - 1497
133
Darwanto dan Yulia Yustikasari. 2007. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi,
Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap
Pengalokasian Anggaran Belanja Modal. Simposium Nasional Akuntansi X.
Makassar.
Handayani, Asri W. dan Rudy Badrudin. 2007. Analisis Deskriptif Struktur
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota di Propinsi D.I. Yogyakarta,
Tahun 2004-2005. JEB, Vol. 1, No. 3, November 2007. Hal : 161-176.
Hardanti, Yuliana R. 2010. Pembangunan Manusia dan Kemiskinan Indonesia.
Jurnal Bisnis dan Ekonomi : Antisipasi, Vol. 1, No. 2, Desember 2010. Hal : 184-
198.
Harianto, David dan Priyo Hari Adi. 2007. Hubungan Antara Dana Alokasi
Umum, Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah Dan Pendapatan Per Kapita.
Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar.
Mardiasmo. 2002. Otonomi Daerah Sebagai Upaya Memperkokoh Basis
Perekonomian Daerah. Jurnal Ekonomi Rakyat. Artikel Th. I No. 4 Juni 2002.
Jakarta. Diakses dari: http://www.ekonomirakyat.org/edisi_4/artikel_3.htm.
12/12/2011 11:10WIB.
Putro, Nugroho Suratno dan Sugeng Pamudji. 2010. Pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum Terhadap
Pengalokasian Anggaran Belanja Modal.
http://eprints.undip.ac.id/26411/2/jurnal.pdf
Peraturan Pemerintah. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah.
_______. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan.
_______. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan.
Republik Indonesia. 2004. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah.
_______. 2004. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah.
Suryadi, Ace. 2008. Mengejar Peringkat HDI Negara-negara di Lingkungan
ASEAN : Benchmarking Indonesia dan Vietnam. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia. Vol. 23, No. 1, 2008. Hal : 57-76.
UNDP. 2004. Human Development Report. United Nations Development
Programme. New York.
www.djpk.depkeu.go.id.