You are on page 1of 28

Vol. 1 No.

1 Juni 2017 1

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN SEBAGAI


KONSUMEN JASA PELAYANAN KESEHATAN

Asram A.T.Jadda

Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Parepare, Jalan Jenderal Ahmad Yani KM 6 Kota Parepare
Kode Pos 91113, Telpon : 0421-22757/Fax 0421-2554 Sulawesi Selatan Indonesia
Asram_77@yahoo.co.id/081230293103
Abstract: This research is about “legal protection for patient as health service consumer”. It
belongs ti the juridical normative research, describing the provisions in law and regulation, in
relation to the fact in the field, then conducting analysis by comparing the existing ideal values in law
and regulation with the fact in the field. Therefore, it conducted library research supported with field
research provides knowledge on the difference between as sollen and das sein.The research conducts
document study and field research. Document study is data collecting from bibliography such as law
and regulation, book, magazine, document, and also articles relevant with this research tipic. Field
research collects data by direct observation in the field to look for the relevant information througt
direct using interview guideline and questionnaire. Respondents are selected using purposive
sampling method.Generally, legal protection for medical patient in Faisal Islamic Medical Centre
(RSI Faisal) Ujung Pandang is still low. It can be shown from the fact that medical action which may
cause patient’s health hazard or death are still untouched by law. Poor protection can also be seen
from the difficulty to ask hospital/doctor/ medical personnel to be responsible for patient heath
condition hazard or death because of doctor/medical personnel malpractice. Poor protection to the
patien is caused by there is no equality before the law between doctor/medical personnel and patient.
Poor protection to the patient also caused by the absence of malpractice act which is supposed to be
the base for settling malpractice committed doctor/medical personnel.
Keyword : Legal protection, patient, health
Abstrak: Penelitian ini membahas tentang "perlindungan hukum bagi pasien sebagai konsumen
layanan kesehatan". Ini termasuk dalam penelitian normatif yuridis, yang menjelaskan ketentuan
dalam undang-undang dan peraturan, terkait dengan fakta di lapangan, kemudian melakukan analisis
dengan membandingkan nilai ideal yang ada dalam peraturan perundang-undangan dengan fakta di
lapangan. Oleh karena itu, penelitian perpustakaan yang didukung dengan penelitian lapangan
memberikan pengetahuan tentang perbedaan antara das sollen dan das sein.Penelitian ini melakukan
studi dokumen dan penelitian lapangan. Dokumen penelitian adalah pengumpulan data dari daftar
pustaka seperti peraturan perundang-undangan, buku, majalah, dokumen, dan juga artikel yang relevan
dengan tipika penelitian ini. Penelitian lapangan mengumpulkan data dengan pengamatan langsung di
lapangan untuk mencari informasi yang relevan secara langsung dengan menggunakan pedoman
wawancara dan kuesioner. Responden dipilih dengan metode purposive sampling.Umumnya
perlindungan hukum bagi pasien medis di Rumah sakit Islam Faisal Faisal (RSI Faisal) Ujung
Pandang masih rendah. Hal ini dapat ditunjukkan dari kenyataan bahwa tindakan medis yang dapat
menyebabkan bahaya kesehatan pasien atau kematian masih belum tersentuh oleh undang-undang.
Perlindungan yang buruk juga bisa dilihat dari sulitnya meminta petugas medis / dokter / medis untuk
bertanggung jawab atas bahaya kondisi kesehatan pasien atau kematian karena malpraktek dokter /
medis. Perlindungan yang buruk terhadap kesabaran ini disebabkan tidak adanya persamaan hukum
antara dokter / tenaga medis dan pasien. Perlindungan yang buruk terhadap pasien juga disebabkan
Vol. 1 No. 1 Juni 2017 2

oleh tidak adanya tindakan malapraktik yang seharusnya menjadi dasar penyelesaian malpraktek yang
dilakukan dokter / petugas medis.

Kata Kunci: perlindungan kesehatan, pasien, kesehatan

LATAR BELAKANG kesehatan, untuk meningkatkan,


Hukum kesehatan eksistensinya mengarahkan dan memberikan dasar bagi
masih sangat relatif baru, dalam pembangunan di bidang kesehatan
perkembangan di Indonesia, semula di diperlukan adanya perangkat hukum
kembangkan oleh Fred Ameln dan kesehatan yang dinamis. Banyak terjadi
Almarhum Prof. Oetama dalam bentuk perubahan terhadap kaidah-kaidah
ilmu hukum kedokteran. Perkembangan kesehatan, terutama mengenai hak dan
kehidupan yang pesat di bidang kesehatan kewajiban para pihak yang terkait di dalam
dalam bentuk sistem kesehatan nasional upaya kesehatan serta perlindungan hukum
mengakibatkan diperlukan pengaturan bagi para pihak yang terkait.
yang lebih luas, dari hukum kedokteran ke Selanjutnya apabila dilihat dari
hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan hubungan hukum yang timbul antara
(hukum kesehatan). pasien dan rumah sakit dibedakan pada dua
Hukum kesehatan yang ada di macam perjanjian yaitu: pertama,
Indonesia dewasa ini tidak dapat lepas dari Perjanjian perawatan dimana terdapat
sistem hukum yang dianut oleh suatu kesepakatan antara rumah sakit dan pasien
Negara dan atau masyarakat, maka ada 2 bahwa pihak rumah sakit menyediakan
(dua) sistem hukum di dunia yang kamar perawatan dan dimana tenaga
dimaksud adalah sistem hukum sipil perawatan melakukan tindakan perawatan.
kodifikasi dan sistem hukum kebiasaan Kedua, Perjanjian pelayanan medis di
common law system. Kemudian di mana terdapat kesepakatan antara rumah
mungkinkan ada sistem hukum campuran, sakit dan pasien bahwa tenaga medis pada
khusus bagi suatu masyarakat majemuk rumah sakit akan berupa secara maksimal
(Pluralistik) seperti Indonesia untuk menyembuhkan pasien melalui
memungkinkan menganut sistem hukum tindakan medis Inspannings Verbintenis1
campuran. Sehubungan dengan hal Perlindungan terhadap pasien mendapatkan
tersebut, maka dalam rangka memberikan perhatian yang cukup, namun sangat di
kepastian dan perlindungan hukum, baik
1
bagi pemberi jasa pelayanan kesehatan Fred Ameln, 1991, Kapita Selekta Hukum
Kesehatan, (Jakrta: Grafikatama Jaya) 1991, hlm
maupun bagi penerima jasa pelayanan .75-76.
Vol. 1 No. 1 Juni 2017 3

sayangkan kaidah-kaidah dasar dalam profesional akan erat kaitannya dengan 3


Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 (tiga) unsur yaitu: pertama, Unsur mutu
tentang Kesehatan, yang memerlukan yang di jamin kualitasnya; kedua, Unsur
peraturan pelaksanaan sampai akhir abad keuntungan atau manfaat yang tercermin
ke 20 dan memasuki abad ke 21, masih dalam mutu pelayanan; dan terakhir
belum mendapatkan realisasinya, karena Hukum yang mengatur perumahsakitan
pemerintah cq depertemen Kesehatan RI secara umum dan kedokteran dan/atau
sampai saat ini baru sanggup membuat medik khususnya3.
beberapa peraturan pelaksanaan antara lain Penulis berpendapat bahwa unsur-
Peraturan Pemerintah NO. 32 Tahun 1996 unsur itu akan bermanfaat bagi pasien dan
tentang Tenaga Kesehatan. dokter/tenaga kesehatan serta rumah sakit,
Rumah sakit dalam menjamin disebabkan karena adanya hubungan yang
perlindungan hukum bagi dokter/tenaga saling melengkapi unsur tersebut.
kesehatan agar tidak menimbulkan Pelayanan kesehatan memang sangat
kesalahan medik dalam menangani pasien, membutuhkan kualitas mutu pelayanan
sekaligus pasien mendapatkan yang baik dan maksimal, dengan manfaat
perlindungan hukum dari suatu yang dapat dirasakan oleh penerima jasa
tanggungjawab rumah sakit dan pelayanan kesehatan (pasien) dan pemberi
dokter/tenaga kesehatan. jasa pelayanan kesehatan (dokter/tenaga
Dalam kaitan dengan tanggungjawab kesehatan dan rumah sakit).
rumah sakit, maka pada prinsipnya rumah Dalam hal ini dokter dan tenaga
sakit bertanggungjawab secara perdata kesehatan lainnya perlu memahami adanya
terhadap semua kegiatan yang dilakukan landasan hukum dalam transaksi terapuitik
oleh tenaga kesehatan sesuai dengan bunyi antara dokter dengan pasien (kontrak
pasal 1367 (3) KUHPerdata. Selain itu terapetik), mengetahui dan memahami hak
rumah sakit juga bertanggungjawab atas dan kewajiban pasien serta hak dan
wanprestasi dan perbuatan melawan kewajiban dokter dan adanya wajib simpan
hukum (1243, 1370, 1371, dan 1365
KUHPerdata)2
Peran dan fungsi rumah sakit
sebagai tempat untuk melakukan
pelayanan kesehatan (YANKES) yang 3
Hermain Hadiati Koeswadji, Beberapa
Permasalahan Hukum dan Medik, (Bandung: PT.
2
Ibid. Citra Aditya Bakti,1992) Hlm.118.
Vol. 1 No. 1 Juni 2017 4

rahasia kedokteran, rahasia jabatan dan dikategorikan sebagai perbuatan melawan


pekerjaan4 hukum.
Dinamika kehidupan masyarakat Jika pasal 322 KUHP dapat
juga berlangsung pada aspek kesehatan, memidanakan seorang dokter karena
sehingga kadang muncul kelalaian dan melanggar kewajibannya untuk
terbengkalainya hak dan kewajiban antara merahasiakan apa yang menjadi
pasien dengan dokter/tenaga kesehatan. pengetahunnya, maka Kode Etik
Kesalahan dan atau kelalaian yang Kedokteran Indonesia tersebut. Disebut
dilakukan oleh seorang dokter/tenaga pula Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun
kesehatan, dapat dituntut secara pidana 1966 dimana Menteri Kesehatan dapat
apabila memenuhi unsur-unsur pidana, mengambil tindakan administratif terhadap
dalam hukum pidana dikenal kata seorang dokter yang tidak dapat
“schuld” yang mengandung selain dari dipidanakan berdasarkan pasal 322 KUHP6
dolus dan kesalahan dalam arti yang lebih Apabila terjadi penyimpangan dalam
sempit adalah culpa, merupakan unsur ketentuan pelayanan kesehatan, pasien atau
esensial dalam suatu tindakan pidana agar penerima jasa pelayanan kesehatan dapat
dapat dimintakan pertanggungjawaban menuntut haknya, yang di langgar oleh
secara pidana. pihak penyedia jasa pelayanan kesehatan
Sebagai kesalahan tadi, culpa dalam hal ini rumah sakit dan
misalnya, ia mengandung 2 (dua) unsur dokter/tenaga kesehatan. Masih terdapat
ataupun persyaratan, yaitu : pertama, peraturan-peraturan pidana lainnya
Kurang hati-hati, kurang waspada dan bersangkutan dengan kesalahan/kelalaian
kurang “voorzichtig”. Kedua, Kurang dari seorang dokter/tenaga kesehatan
menduga timbulnya perbuatan dan akibat seperti pasal 351, 356 KUHP mengenai
5
(kurang dapat “voorzien”). Suatu penganiayaan, dimana penganiayaan
hubungan kausal yang lebih merupakan tersebut dianalogikan dengan sengaja
kesalahan profesi dokter, dan dapat merusak kesehatan dan pasal 359, 360 dan
dipertanggungjawabkan karena tidak 378 KUHP mengenai tindak penipuan,
memenuhi kewajiban dan dapat serta pasal 512 KUHP mengenai kejahatan

4
terhadap ketertiban umum.
M. Jusuf Hanafiah dan Amri Amir,: Etika
Kedokteran dan Hukum Kesehatan, (Jakarta: Dokter/tenaga kesehatan dan rumah
Penerbit Buku Kedokteran, 1999), hlm. 29.
sakit dapat memintakan tanggungjawab
5
Oemar Seno Adji, , Etika Profesional dan Hukum 6
Pertanggungjawaban Pidana Dokter Profesi Ibid.
Dokter,( Jakarta: Penerbit Erlangga, 1991) hlm.125.
Vol. 1 No. 1 Juni 2017 5

hukum, apabila melakukan kelalaian/ Kata sepakat dan konsensus


kesalahan yang menimbulkan kerugian mengandung pengertian bahwa para pihak
bagi pasien sebagai konsumen jasa saling menyatakan kehendak masing-
pelayanan kesehatan. Pasien dapat masing untuk membuat suatu perjanjian,
menggugat tanggungjawab hukum dimana kehendak pihak yang satu sesuai
kedokteran (medical liability), dalam hal dengan kehendak pihak yang lain secara
dokter berbuat kesalahan/kelalaian. Dokter timbal balik.
tidak dapat berlindung dengan dalih Antara pasien sebagai penerima jasa
perbuatan yang tidak sengaja, sebab pelayanan kesehatan (konsumen) dengan
kesalahan/kelalaian dokter yang dokter/tenaga kesehatan serta rumah sakit
menimbulkan kerugian terdapat pasien sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan
menimbulkan hak bagi pasien untuk (produsen) terjadi kesepakatan untuk
menggugat ganti rugi7. melakukan tindakan medik, sehingga ada
Pasien sebagai penerima jasa dikenal istilah perjanjian penyembuhan
pelayanan kesehatan (konsumen) dengan atau yang sering disebut transaksi
dokter/tenaga kesehatan serta rumah sakit terapeutik. Jadi perjanjian terapeutik sama
sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan dengan perjanjian penyembuhan.
(produsen) terikat dalam sebuah perjanjian Perjanjian terapeutik atau perjanjian
yang terjadi antara kedua belah pihak. penyembuhan menurut Veronika
Berdasarkan pasal 1313 KUHPerdata Komalawati :”hubungan antara dokter dan
perjanjian adalah “suatu perbuatan dengan pasien dalam pelayanan medik secara
mana satu orang atau lebih mengikatkan profesional didasarkan kompetensi yang
dirinya terhadap satu orang lain atau sesuai dengan keahlian dan keterampilan
lebih”. Untuk adanya suatu perjanjian tertentu di bidang kedokteran”9
harus ada dua kehendak yang mencapai Perjanjian terapeutik (transaksi
kata sepakat atau consensus. Tanpa kata terapeutik) apabila dikategorikan sebagai
sepakat tidak mungkin ada perjanjian8. perjanjian pemberian jasa yang didasarkan
atas hubungan pelayanan dengan
kepercayaan dan prinsip pemberian
7
Wila Chandrawila Supriadi, Hukum Kedokteran,
(Bandung: Penerbit CV. Mandar Maju, 2001)
9
hlm. 31. Veronica K, Peranan Informent Consent dalam
Transaksi Terapeutik (Persetujuan dalam
8
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Hubungan Dokter dan Pasien) Suatu Tinjauan
Pengantar, (Yogyakarta: Penerbit Liberty, 1999) Yuridis, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002) hlm
hlm. 111. .14.
Vol. 1 No. 1 Juni 2017 6

pertolongan, sehingga terjadi hubungan adalah hukum perikatan. Hubungan dokter


pemberian pertolongan medik. Pemberi dengan pasien merupakan suatu perikatan
jasa pelayanan kesehatan berupaya secara yang objeknya adalah berupa pelayanan
maksimal untuk menyembuhkan pasien medis atau upaya penyembuhan, yang
(penerima jasa pelayanan kesehatan) bukan dikenal dengan perjanjian terapeutik atau
menjanjikan suatu hasil tertentu. Doktrin kontrak terapeutik.11
ilmu hukum mengenal dua macam Pasien mempunyai kedudukan yang
perikatan, perikatan ikhtiar/upaya sama dengan dokter, dokter adalah warga
inspannings verbintenis dan perikatan hasil Negara sebagai warga Negara dokter tidak
resultaats verbintenis. Pada perikatan boleh melanggar hukum, dokter tidak
ikhtiar maka prestasi yang harus diberikan boleh melanggar hak atas pelayanan
oleh dokter adalah upaya semaksimal kesehatan, hak atas pelayanan kesehatan
mungkin, sedangkan pada perikatan hasil inilah yang mendasari adanya hubungan
prestasi yang harus diberikan oleh dokter pasien dengan dokter. Hak atas pelayanan
berupa hasil tertentu.10 kesehatan menimbulkan kewajiban hukum
Perikatan yang terjadi antara pasien melayani dari dokter, kewajiban ini
dan dokter/tenaga kesehatan serta rumah tidaklah mutlak. Artinya dokter tidak wajib
sakit menimbulkan hubungan hukum. memberikan pertolongan kepada orang
Hubungan yang terjadi antara pasien yang menolak pertolongan itu, hak ini
dengan dengan rumah sakit adalah dikenal dengan hak otonomi atas diri
hubungan antara pasien sebagai subjek sendiri (pasien)12
hukum konsumen jasa pelayanan Hak pasien adalah mendapatkan
kesehatan dan rumah sakit sebagai subjek ganti rugi apabila pelayanan yang diterima
hukum produsen jasa pelayanan kesehatan, tidak sebagaimana mestinya. Masyarakat
antara pasien dengan rumah sakit terdapat sebagai konsumen dapat menyampaikan
aturan-aturan, atau kaidah-kaidah hukum keluhannya kepada pihak rumah sakit
perdata dan memenuhi hubungan tentang sebagai upaya perbaikan interen rumah
pengaturan hak dan kewajiban para pihak. sakit dalam pelayanannya atau kepada
Hubungan dokter/tenaga kesehatan lembaga yang member perhatian kepada
dan rumah sakit dengan pasien mempunyai 11
Husaien Kerbala, Segi-segi Etis dan Yuridis
aspek yuridis atau hukum, adapun aspek Informent Consent, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1993) hlm. 38.
hukum yang urgen dalam hubungan itu
12
Bahar Azwar, Buku Pintar Pasien Sang Dokter,
(Bekasi: Kesaint Blanc, 2001) hlm. 3.
10
Mertokusuma, Op cit, hlm 8
Vol. 1 No. 1 Juni 2017 7

konsumen kesehatan. Sebagai dasar hukum perawatan kesehatan. Undang-undang


dari gugatan pasien atau nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan
konsumen/penerima jasa pelayanan memberikan perlindungan hukum, baik
kesehatan terhadap dokter/tenaga kepada pasien sebagai penerima
kesehatan dan rumah sakit terdapat dalam (konsumen) jasa pelayanan kesehatan dan
pasal 1365 KUHPerdata. pemberi (produsen) jasa pelayanan
Ketika pasien merasa dirugikan, kesehatan, diantaranya pasal 53, 54 dan 55
pasien sebagai penerima jasa pelayanan undang-undang nomor 23 tahun 1992. Jika
kesehatan dan rumah sakit sebagai pemberi terjadi sengketa antara para pihak dalam
jasa pelayanan kesehatan dalam bidang pelayanan kesehatan, maka untuk
keperawatan kesehatan. Maka dibutuhkan menyelesaikan sengketa atau perselisihan
suatu perlindungan hukum, perlindungan harus mengacu pada undang-undang
hukum bagi pasien sebagai konsumen jasa kesehatan dan undang-undang
pelayanan kesehatan. Dan rumah sakit perlindungan konsumen serta prosesnya
berkewajiban untuk memberikan jasa melalui lembaga pengadilan dan mediasi.
pelayanan kesehatan sesuai dengan ukuran Berdasarkan latar belakang masalah
atau standar perawatan kesehatan. di atas dapat dirumuskan permasalahan
Keluarga pasien dapat melayangkan sebagai berikut: Bagaimana perlindungan
gugatan terhadap Majelis Kode Etik hukum terhadap pasien sebagai konsumen.
Kedokteran (MKEK), dan pengadilan serta
terhadap pihak yang terkait, karena merasa METODE PENULISAN
dirugikan dan diperlakukan tidak Penelitian ini merupakan penelitian
manusiawi. Maka dapat menggugat ganti yuridis normative yaitu suatu penelitian
rugi kepada pihak dokter/tenaga kesehatan yang mengungkapkan suatu masalah,
dan rumah sakit karena telah melakukan keadaan atau peristiwa dengan
perbuatan melawan hukum, dengan memberikan suatu penilaian secara
menimbulkan kerugian diakibatkan oleh menyeluruh, luas dan mendalam dari sudut
kesalahan/kelalaian dalam melakukan pandang ilmu hukum, yaitu dengan
tindakan medik. meneliti asas-asas hukum, kaidah-kaidah
Maka dibutuhkan perlindungan hukum, dan sistematika hukum.
hukum bagi pasien (penerima jasa Dalam pengumpulan data digunakan
pelayanan kesehatan), yang senatiasa studi dokumen yaitu dengan mempelajari
diabaikan haknya untk mendapatkan bahan-bahan sekunder, baik berupa
Vol. 1 No. 1 Juni 2017 8

perundang-undangan, peraturan-peraturan perlindungan hukum terhadap pasien


lainnya, putusan pengadilan tentang kasus- sebagai konsumen jasa pelayanan
kasus kesehatan serta buku, makalah, dan kesehatan, terutama mengenai bagaimana
jurnal berkaitan dengan yang diteliti. perlindungan hukum terhadap pasien
Selain itu digunakan metode wawancara sebagai konsumen.
langsung dan kuisioner. Wawancara
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan PEMBAHASAN
secara lisan berdasarkan pedoman 1. Aspek Hukum Sistem Pelayanan dan
pertanyaan yang sudah dipersiapkan Pembiayaan Kesehatan
kemudian dari pedoman tersebut dapat Segala bidang kehidupan memiliki
dikembangkan pertanyaan-pertanyaan aspek hukum tidak terkecuali pelayanan
tambahan untuk memperoleh keterangan kesehatan. Aspek hukum sangat diperlukan
secara lengkap dan menyeluruh. Kuisioner untuk menengakkan hak dan kewajiban
dilakukan dengan menggunakan daftar dokter-pasien. Hubungan yang terjadi
pertanyaan yang telah dibuat dan disusun antara dokter/tenaga kesehatan dengan
secara terbuka dan tertutup. Pada pasien karena rasa tanggungjawab hukum,
pertanyaan yang bersifat terbuka dan tanggungjawab profesi pada dasarnya
responden diberikan kesempatan untuk ditujuhkan agar pihak pemberi jasa
menjawab pertanyaan secara bebas dan kesehatan harus berhati-hati supaya tidak
lengkap, sementara pada pertanyaan yang terjadi kesehatan/malpraktek. Selain itu
bersifat tertutup responden tidak dengan adanya tanggungjawab hukum dan
mempunyai kesempatan untuk profesi diharapkan dapat mempengaruhi
memberikan jawaban secara bebas. peningkatan mutu pelayanan kesehatan
Data yang diperoleh kemudian yang baik dan optimal.
dianalisis secara kualitatif, yaitu suatu Hal yang sangat penting dalam aspek
metode analisis data yang tidak hukum ini adalah ketika terjadi
berdasarkan pada angka-angka atau pelanggaran hak dan kewajiban dari
statistik, sehingga data yang diperoleh masing-masing pihak. Hukum merupakan
dalam penelitian kepustakaan digabungkan cara penyelesaian yang ditempuh terhadap
dengan data yang diperoleh dalam pelanggaran itu. Dalam hal ini hukum
penelitian lapangan kemudian disajikan sangat penting karena apabila tidak ada
dalam kalimat-kalimat yang logis untuk hukum, maka dapat terjadi kesewenang-
memperoleh deskripsi tentang wenangan dari salah satu pihak, sedangkan
Vol. 1 No. 1 Juni 2017 9

apabila ada pelindungan hukum maka bentuk „pemaksaan‟ sistem rumah sakit
kedua belah pihak akan melaksanakan hak untuk membayar biaya yang berat bagi
dan kewajibannya dengan baik. mereka. Masalah lain tentang biaya
Jika dilihat dari aspek hukum, maka pelayanan kesehatan yang sering
hubungan antara rumah sakit dan pasien dikeluhkan masyarakat adalah masalah
merupakan bentuk hubungan antara rumah mahalnya biaya kesehatan yang dianggap
sakit sebagai penyelenggara jasa kesehatan sangat adil bagi masyarakat Indonesia yang
dan pasien sebagai pengguna jasa justru banyak didominasi oleh masyarakat
pelayanan kesehatan. Dalam prakteknya kelas menengah ke bawah. Berikut akan
pelaksanaan jasa kesehatan dilakukan oleh dibahas mengenai aspek hukum dari
dokter/tenaga kesehatan. Dokter pelayanan kesehatan dan masalah biaya
berkewajiban untuk melaksanakan kesehatan yang diuraikan diatas.
tugasnya membantu menyembuhkan 1.1 Pelayanan Kedokteran dalam
pasien dengan segala ilmu dan Perawatan Pasien
pengetahuan yang dimilikinya, sebaliknya Dalam bidang jasa pelayanan
pasien sebagai pengguna jasa pelayanan kesehatan/medik, pelayanan kesehatan
kesehatan berkewajiban atas biaya dilakukan oleh dokter/tenaga kesehatan.
administrasi yang berkaitan dengan Dokter wajib menggunakan seluruh
pelayanan dokter dan rumah sakit. keahlian, kepandaian, dan keterampilan
Sering terdengar dalam praktek di yang dimilikinya untuk membantu semua
masyarakat bahwa seorang pasien yang pasien tanpa ada pengecualian. Kewajiban
tidak mempunyai kemampuan untuk ini timbul karena ada kata Kesepakatan
membayar biaya pelayanan kesehatan yang yang menjadi dasar terjadinya perjanjian
telah diterimanya kemudian „disandera‟ terapeutik.
pihak rumah sakit sampai ia dapat Menurut Hamzah Casa, untuk
melunasi semua kewajibannya. Dilihat dari memberikan pelayanan kesehatan baik
kepentingan rumah sakit sebagai pihak Rumah Sakit Pemerintah maupun
penyelenggara kesehatan dapat dikatakan Rumah Sakit Swasta tidak boleh
bahwa tindakan rumah sakit merupakan melakukan pembedaan pelayanan. Semua
bagian dari upaya rumah sakit agar tidak pasien dianggap sama berdasarkan aturan
dirugikan. Di lain pihak ditinjau dari yang telah ditetapkan oleh pemerintah Cq
kepentingan pasien selaku pengguna jasa Departemen Kesehatan dan aturan-aturan
kesehatan, tindakan tersebut merupakan
Vol. 1 No. 1 Juni 2017 10

yang dibuat pihak RS sesuai ketentuan Kedudukan dokter/tenaga kesehatan


umum yang ada. yang selama ini dianggap lebih “tinggi”
Hal senada dikemukakan M. Yusuf dari pasien disebabkan keawanan pasien
Saleh, untuk mengupayakan hasil terhadap profesi kedokteran. Dengan
pelayanan kesehatan yang baik terhadap semakin berkembangnya masyarakat,
pasien berdasarkan sistem pelayanan hubungan tersebut secara perlahan-lahan
kesehatan maka pihak Rumah Sakit harus mengalami perubahan. Kepercayaan
mengoptimalkan sistem itu, sesuai dengan kepada dokter/tenaga kesehatan secara
prosedur tetap (protap) Rumah Sakit dan pribadi berubah menjadi kepercayaan
peningkatan terhadap sumber daya profesi terhadap keampuhan ilmu kedokteran dan
masing-masing bidang keilmuan di dunia teknologi. Agar dapat menanggulangi
kedokteran. masalah secara professional dan mencegah
Salah satu tujuan dari kode etik apa yang dinamakan malpraktek di bidang
kedokteran, adalah untuk melindungi kedokteran, perlu diungkap hak dan
kepentingan pasien di samping kewajiban pasien. Pengetahuan tentang hak
mengembangkan kualitas profesi dokter dan kewajiban pasien diharapkan akan
atau tenaga kesehatan. Keserasian antara meningkatkan kualitas sikap dan tindakan
kepentingan pasien dan kepentingan yang cermat dan hati-hati dari
dokter/tenaga kesehatan, merupakan salah dokter/tenaga kesehatan.
satu penunjang keberhasilan pembangunan Seorang dokter/tenaga kesehatan
sistem pelayanan kesehatan. Oleh karena mempunyai tugas mulia membantu
itu pelindungan hukum terhadap kesembuhan pasien. Dalam melaksanakan
kepentingan-kepentingan itu harus tugasnya untuk membantu penyembuhan
diutamakan. pasien itu hubungan dokter-pasien adalah
Di satu pihak pasien menaruh hubungan antara penyedia jasa dan
kepercayaan terhadap kemampuan penerima jasa. Karenanya pasien berhak
professional dokter/tenaga kesehatan. Di mengetahui segala macam tindakan yang
lain pihak karena adanya kepercayaan dilakukan terhadap diri dan untuk apa
tersebut seyogyanya dokter/tenaga tindakan itu dilakukan. Pengobatan
kesehatan memberikan pelayanan terhadap diri pasien harus didiskusikan
kesehatan menurut standard profesi dan sedalam-dalamnya dengan dokternya. Hak
berpegang teguh pada kerahasiaan profesi. dan kewajiban dokter, dan berhak serta
kewajiban pasien harus sama-sama
Vol. 1 No. 1 Juni 2017 11

dihargai. Untuk bias mengaitkan kedua itu merupakan satu-satunya cara mengobati
kepentingan dari dua pihak inilah ada yang pasien.
disebut „ informed consent‟ yang Ada juga situasi dimana pasien
sebenarnya ditunjukan untuk melindungi dirawat lama dan masih dalam kondisi
pasien, namun dalam perkembangan kritis. Pada keadaan seperti ini sukar
menjadi sering merugikan pasien karena mengumpulkan seluruh keluarga setiap
dianggap „tanda tangan dari pihak pasien hari, apalagi banyak yang bekerja kantor,
bahwa kalau terjadi apa-apa nanti, dokter maka sebaiknya ditunjuk oleh keluarga
tidak bertanggungjawab‟. Hal itu jelas seorang wakil yang selalu hadir menerima
tidak benar, karena pada intinya hal yang berbagai penjelasan-penjelasan dari hari ke
terkandung dalam informed consent adalah hari tentang kemajuan pasien, tentang
bentuk kewajiban dokter/tenaga kesehatan pemeriksaan, tentang obat, dan sebagainya.
menginformasikan berbagai tindakan Wakil ini kemudian meneruskankepada
medis yang akan diambil dan diresikonya keluarga, dan yang bersangkutan menjadi
terhadap kesehatan/nyawa manusia, penghubung keluarga dan dokter/rumah
sehingga pihak pasien/keluarganya dapat sakit.
mempertimbangkan dengan baik berbagai Mengenai informed consent masih
aspek yang terkait dengn sebaik-baiknya diperlukan pengaturan hukum lebih
dan ditanyakan mana-mana yang mana lengkap. Karena hanya untuk melindungi
masih belum jelas. Tegasnya, komunikasi pasien dari kewenangan dokter, tetapi juga
antara pihak pasien dengan pihak dokter diperlukan untuk melindungi dokter dari
harus dibina lebih dulu sebelum dilakukan kesewenangan pasien yang melanggar
tindakan. batas-batas hukum dan perundang-
Jadi sesungguhnya yang terutama undangan.
dalam informed consent adalah dokter Di dalam ketentuan informed consent
wajib memberikan informasi kepada diatur antara lain pada Peraturan
pasien/keluarganya dan selanjutnya Pemerintah No.18 Tahun 1981 dan Surat
meminta persetujuan kepada Keputusan PD IDI No.319/PB/A4/88.
pasien/keluarganya mengenai tindakan Pernyataan IDI tentang informed consent
medis yang akan dilakukan. Apabila tersebut adalah:
setelah dikomunikasikan tenyata Pertama, Manusia dewasa sehat
pasien/keluarganya tidak diperbolehkan jasmani dan rohani berhak sepenuhnya
tindakan medis tersebut walaupun tindakan menentukan apa yang hendak dilakukan
Vol. 1 No. 1 Juni 2017 12

terhadap tubuhnya. Dokter tidak berhak yang direncanakan, baik diagnostic,


melakukan tindakan medis yang terapeutik maupun paliatif. Informasi
bertentangan dengan kemauan pasien, biasanyandiberikan secara lisan, tetapi
walaupun untuk kepentingan pasien dapat pula secara tertulis (berkaitan dengan
sendiri. informed consent).
Kedua, Semua tindakan medis Menurut M. Yusuf Saleh, dapat
(diagnostic, terapeutik maupun paliatif) diketahui bahwa jenis pelayanan kesehatan
memerlukan informed consent secara lisan yang diberikan oleh RS kepada pasien
maupun tertulis. secara umum terdiri dari rawat jalan dan
Ketiga, Setiap tindakan medis rawat inap. Selain itu jenis pelayanan
mempunyai risiko cukup besar, kesehatan yang lain juga dipersiapkan
mengharuskan adanya persetujuan tertulis pihak Rumah Sakit untuk mendukung
yang ditandatanggangi pasien, setelah proses pelayanan kesehatan yang
sebelumnya pasien memperoleh informasi menyeluruh dan terpadu, antara lain
yang kuat tentang perlunya tindakan medis rontgen, fhisioterapi, radiologi,
yang bersangkutan serta risikonya. laboratorium dan kamar operasi (ICU,
Keempat, Untuk tindakan yang ICCU). Pelayanan radiologi dan
tidak termasuk dalam butir 3, hanya laboratorium dipergunakan untuk
dibutuhkan persetujuan lisan atau sikap membantu diagnosis penyakit. Lebih lanjut
diam. beliau mengatakan bahwa dalam pelayanan
Kelima, Informasi tentang tindakan terhadap pasien pihak RS dilakukan
medis harusdiberikan kepada pasien, baik berdasarkan standard prosedur tetap
diminta maupun tidak diminta oleh pasien. (protap). Adapun kronologi dalam
Menahan informasi tidak boleh, kecuali memberikan perawatan terhadap pasien
bila dokter menilai bahwa informasi adalah pasien harus mendaftarkan diri di
tersebut dapat merugikan kepetingan tempat pendaftaran pasien rawat jalan
kesehatan pasien. Dalam hal ini dokter (TP2RJ) kecuali bagi pasien gawat darurat
dapat memberikan informasi kepada dilakukan tindakan dulu baru kemudian
keluarga terdekat dengan pasien, kehadiran keluarganya disuruh untuk mendaftaran
seorang perawat/paramedic lain sebagai pasien di tempat pendaftaran pasien di
saksi adalah penting. tempat pendaftaran. Perawatan dilakukan
Keenam, Isi formasi mencakup dengan dasar medik yang ada, jika indikasi
keuntungan dan kerugian tindakan medis medik memerlukan opname maka si pasien
Vol. 1 No. 1 Juni 2017 13

dirawat secara rawat jalan dan berakhir Faisal tidak membeda-bedakan pasien
ketika kondisi pasien sudah merasa dalam hal perawatan medic. Semua pasien
membaik atau sembuh menurut dokter dianggap sama tanpa membedakan agama,
yang merawatnya. ras, suku, bahkan status kemampuan
Selain itu pasien akan mendaptkan ekonomi dari pasien. Pada prinsipnya
perawatan dari dokter/tenaga kesehatan Rumah Sakit harus melakukan pertolongan
yang ditunjuk untuk menangani pasien untuk menyelamatkan nyawa pasien.
berdasarkan penyakit yang diderita pasien. Hal ini sejalan dengan pendapat
Kadang ada pula pasien yang diopname yang dikemukakan oleh Hamzah Casa,
dipoli dan ada yang tiak dirawat, karena yang menyatakan bahwa dalam
hanya membutuhkan rawat jalan. Hal ini memberikan pelayanan kesehatan Rumah
terjadi dengan adanya kesepakatan antara Sakit Islam Faisal Ujung Pandang tidak
pihak RS dengan pasien. mengenal klasifikasi golongan pasien yang
Menurut Abu Bakar Betan, pelayanan datang berobat ke rumah sakit. Dalam hal
kedokteran dilakukan seorang ini Rumah Sakit memberikan
dokter/tenaga kesehatan harus selalu penggolangan berdasarkan obat-obatan
berdasarkan indikasi medis dan sesuai yang dipakai selama dirawat di Rumah
dengan prosedur tetap (protap) yang telah Sakit Islam Faisal dan biaya perawatan
menjadi acuan dalam memberikan berdasarkan pada kelas dimana pasien itu
pelayanan kedokteran. Adapun contoh dirawat. Jika pasien pasien itu dirawat
tindakan medis yang dilakukan kelas IIIA maka status pasien
dokter/tenaga kesehatan di Rumah Sakit dikategorikan golongan menengah ke
yang membutuhkan prosedur tetap adalah bawah (miskin), dan apabila pasien dirawat
tindakan operasi, infuse, suntikan dan pada kelas I, VIP Biasa dan VIP Utama
perawatan. selama pasien menjalani maka status pasien itu dikategorikan
perawatan dari Rumah Sakit, dokter/tenaga sebagai golongan menengah keatas (kaya).
kesehatan diharuskan memberikan Apa yang dikemukakan Hamzah
petunjuk mengenai hal-hal yang dianjurkan Casa diatas, juga sama dengan pendapat
dan hal-hal yang dilarang dalam rangkah Abu Bakar Betan yang menyatahkan
pengobatan pasien. bahwa dalam memberikan pelayanan
Hal senada diungkapkan Yusuf kesehatan RS Islam Faisal tidak mengenal
Saleh, dalam melakukan pelayanan klasifikasi golongan pasien yang datang ke
kesehatan tersebut Rumah Sakit Islam Rumah Sakit untuk mendapatkan
Vol. 1 No. 1 Juni 2017 14

perawatan/pengobatan, namun dari segi yang melakukan operasi dituangkan dalam


fasilitas RS yang dipergunakan dan perjanjian kerja bersama (PKB). Misalnya
penggunaan obat-obatan selama proses pengobatan pasien juga membutuhkan
penyembuhan di kenal penggolongan pengawasan gizi, maka PKB dilakukan
perincian biaya. Status sosial dan ekonomi pula dengan melibatkan dokter ahli gizi.
tidak menjadi perhitungan untuk Uraian diatas menceritakan tentang
melakukan pertolongan terhadap pasien prosedur standard dari Rumah Sakit Islam
yang datang ke Rumah Sakit untuk Faisal Ujung Pandang. Untuk mengetahui
berobat. lebih lanjut mengenai pelaksanaan
Dalam memberikan pelayanan kewajiban rumah sakit dalam hal
kesehatan, pihak Rumah Sakit Islam Faisal pelaksanaan informed consent penulis
memerintahkan semua unsur yang ada di melakukan wawancara dengan Hamzah
Rumah Sakit, antara lain pengelola Rumah Casa yang merupakan pengelola Rumah
Sakit, dokter/tenaga kesehatan, perawat, Sakit Islam Faisal. Dari wawancara yang
premedis bahkan clening cervis dan satpam dilakukan diketahui bahwa masalah
agar memberikan pelayanan yang terbaik informed consent sudah dilaksanakan
kepada semua pasien dan keluarganya. dalam praktek sehari-hari di Rumah Sakit
Komunikasi antara pihak pengawas Islam Faisal. Menurut dokter harus
pelayanan kesehatan. Hal ini dilakukan mendapatkan izin dari pasien sebelum
untuk melakukan kualitas pelayanan melakukan tindakan medis kepada
kesehatan yang diberikan. pasiennya. Hal ini dilakukan agar pasien
Menurut Abu Bakar Betan, dalam mempertimbangkan dengan baik tentang
penyembuhan pasien, terdapat perjanjian segala kemungkinan yang akan terjadi
kerjasama antara pihak di Rumah Sakit dengan pengobatan yang dijalaninya.
dalam rangka menyembuhkan pasien. Dalam memberikan informasi yang
Perjanjian itu dituangkan dalam bentuk berkaitan dengan penyakitnya itu dokter
perjanjian kerjasama (PKB) untuk harus melakukan dengan tetap menghargai
mendukung pelayanan perawatan yang semua keputusan pasien, termasuk apabila
baik dan optimal. Sebagai contoh bagi pasien menolak dilakukan tindakan medis
pasien yang telah menjalani operasi harus yang seharusnya ditempuh untuk
dilakukan fisiotherapy untuk melatih fisik pengobatan penyakitnya.
pasien. Untuk itu kerjasama antara dokter Menurut dr. Asvin Nurulita, dapat
yang melakukan fisioterapi dengan dokter diketahui bahwa dalam tindakan medis ada
Vol. 1 No. 1 Juni 2017 15

tiga jenis tindakan yang biasa dilakukan Menurut Direktur Rumah Sakit Islam
dokter dalam usaha menyembuhkan Faisal, dr. Farid Husain, Sp.BD, dapat
pasien, yaitu tindakan kecil, tindakan diketahui bahwa sistem penyelenggaraan
sedang dan tindakan besar. Contoh pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Islam
tindakan kecil yang dilakukan oleh dokter Faisal Ujung Pandang, sudah sesuai
adalah menjahit luka si pasien. Contoh dengan peraturan perundang-undangan
tindakan sedang adalah operasi. Contoh yang ada berdasarkan Undang-Undang
tindakan besar adalah pengangkatan tumor, NO.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
kanker, dan lain-lain. Secara umum apabila Dengan alasan bahwa Rumah Sakit Islam
tindakan yang dilakukan dokter hanya Faisal Ujung Pandang mendapatkan status
termasuk tindakan kecil, maka biasanya Akreditasi dari Departemen Kesehatan RI.
dokter langsung mengambil tindakan tanpa Lebih lanjut dikatakan bahwa sistem
memberitahukannya terlebih dahulu pelayanan kesehatan harus dijalankan
kepada pasien. Tindakan ini dilakukan secara menyeluruh dan terpadu untuk
karena tindakan kecil itu sendiri secara mendukung tercapainya pelayanan
umum tidak membahayakan nyawa pasien. kesehatan yang bermanfaat bagi
Akan tetapi jika tindakan yang dilakukan masyarakat Indonesia. Dari uraian diatas
itu termasuk tindakan sedang, apalagi jika diketahui bahwa dalam prakteknya
termasuk tindakan besar, maka dokter pelaksanaan informed consent di Rumah
harus memberitahukan dahulu sebelum Sakit Islam Faisal hanya dilakukan untuk
melaksanakan tindakan itu kepada pasien tindakan medis sedang dan besar yang
dan/atau keluarga pasien. Hal ini mempunyai risiko terhadap kesehatan
dikarenakan tindakan sedang dan tindakan pasien. Akan tetapi apabila tindakan medis
besar dapat membawa implikasi yang tidak yang dilakukan hanya tergolong tindakan
diharapkan, misalnya pasien meninggal kecil, maka biasanya dokter langsung
ketika mendapatkan tindakan medis. Oleh melakukan tindakan medis tanpa
karena itu agar pasien dan/atau keluarga menginformasikan sebelumnya kepada
pasien siap menerima kemungkinan yang pasien dan/atau keluaraganya mengenai
terjadi, maka sebelumnya harus tindakan media yang akan dilakukan.
diberitahukan terlebih dahulu kepada Selain itu dapat pula bahwa secara umum
pasien dan/atau keluarganya mengenai pasien dan/atau keluarganya tidak
tindakan medis yang akan dilakukan mengetahui bahwa mereka mempunyai hak
termasuk resiko-resiko yang menyertainya. untuk mengetahui tindakan-tindakan medis
Vol. 1 No. 1 Juni 2017 16

yang akan dilakukan terhadap menyatakan bahwa kriteria rumah sakit


diri/keluarganya. Dengan kata lain mereka yang dipilih oleh pasien kebanyakan (85%)
tidak apa yang menjadi hak mereka. Bagi adalah rumah sakit yang dengan
para pasien itu yang terpenting adalah harga/biaya semurah mungkin, sementara
bahwa mereka dapat sembuh dari penyakit pilihan kedua terbanyak adalah rumah sakit
yang dideritanya. dengan fasilitas memadai dan mendukung
1.2 Pembiayaan Kesehatan dalam proses penyembuhan sekalipun harga/biaya
Upaya Pelayanan Kesehatan mahal (11%). Sementara rumah sakit yang
Salah satu masalah yang paling paling dekat dengan rumah pasien tidak
sering dibicarakan dan menjadi masalah menjadi pilihan utama karena jika rumah
bagi orang miskin adalah masalah sakit yang terdekat dengan pasien tersebut
mahalnya biaya pelayanan kesehatan. adalah rumah sakit swasta yang mahal,
Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang maka pasien yang tidak mampu tetap akan
kesehatan banyak mengatur mengenai memilih rumah sakit lain yang lebih murah
mutu pelayanan kesehatan di Indonesia walaupun dengan jarak yang lebih jauh
termasuk ketentuan masalah biaya dari tempat tinggalnya (4%).
perawatan kesehatan. Menurut Undang- Dari hasil kuesioner tersebut dapat
undang ini biaya perawatan ditentukan diketahui bahwa masalah biaya merupakan
oleh pemerintah cq departemen kesehatan. pertimbangan utama dari masyarakat
Bagi golongan masyarakat tertentu sebelum menentukan akan masuk rumah
biaya rumah sakit yang mahal membuat sakit mana. Untuk mengetahui lebih lanjut
mereka menjadi takut untuk datang ke mengenai masalah tersebut dilakukan
rumah sakit, walaupun itu rumah sakit wawancara dengan keluarga pasien yang
milik pemerintah sekalipun, apalagi rumah sedang menunggu saudaranya di Rumah
sakit swasta. Di lain pihak bagi orang kaya Sakit Islam Faisal. Hasil wawancara
biaya rumah sakit bukan menjadi maslah menunjukan bahwa ketika mengetahui
sama sekali. Bahkan tidak jarang demi biaya pelayanan paling murah. Dari hasil
untuk mendapatkan perawatan yang lebih pemeriksaan Puskesmas diketahui bahwa
baik, orang pergi berobat ke luar negeri pasien membutuhkan perawatan yang lebih
untuk mengeboti penyakit yang sebenarnya intensif di rumah sakit yang mempunyai
dapat disembuhkan di dalam negeri. peralatan yang lebih komplit. Ketika
Fenomena sebagaimana diungkapkan memutuskan rumah sakit yang akan dituju
di atas terungkap dari hasil kuesioner yang pasien dan keluarganya
Vol. 1 No. 1 Juni 2017 17

mempertimbangkan masalah biaya sebagai dilewati pasien, termasuk menentukan obat


faktor yang paling dominan. Hal ini yang harus dikonsumsi oleh pasien dalam
dikarenakan kemampuan keluarga sangat mengobati penyakitnya tersebut. Seorang
terbatas, sehingga apabila pasien diobati di dokter juga harus mempunyai keterampilan
rumah sakit yang mahal dikhawatirkan yang berkaitan dengan upaya pengobatan
keluarga pasien tidak akan dapat yang dilakukannya. Keterampilan yang
membayar biaya yang dibutuhkan untuk dimaksud antara lain keterampilan
pengobatan yang dilakukan. melakukan tindakan-tindakan medis yang
Menurut M. Yusuf Saleh, diketahui dibutuhkan, antara lain menjahit luka
bahwa di Rumah Sakit Islam Faisal biaya pasien, keterampilan mengoperasi pasien,
rata-rata pelayanan kesehatan di tentukan keterampilan mempergunakan alat-alat
berdasarkan standard yang di buat medis, misalnya dokter gigi harus terampil
persatuan rumah sakit seluruh Indonesia dalam menggunakan alat pencabut gigi
(PERSIS) dan secara spesifik yang atau alat pembersih karang gigi. Apabila
ditentukan sendiri oleh Rumah Sakit Islam dokter memiliki profesionalisme dan
Faisal. Tapi realitas di Rumah Sakit Islam keterampilan sebagaimana yang
Faisal kadang biaya pelayanan kesehatan disyaratkan dalam pengobatan penyakit
pada pasien di dasarkan dengan yang diderita pasien, maka ada
kemampuan ekonomi pasien, apabila si kemungkinan sembuh cepat dari pasien
pasien tidak di dasarkan dengan yng diobati. Sebaliknya apabila dokter
kemampuan ekonomi pasien, apabila si tidak memiliki profesionalme dan
pasien tidak sanggup membayar maka keterampilan sebagaimana yang
diberikan kebijakan dari pengelola Rumah disyaratkan dalam mengobati penyakit
Sakit. yang diderita pasien, maka ada
2. Kewajiban Hukum Rumah Sakit/ kemungkinan bukan kesembuhan yang
Dokter/ Tenaga Kesehatan Dalam didapat pasien tetapi pasien dapat
Upaya Pelayanan Kesehatan dan bertambah parah, bahkan meninggal dunia.
Penyelesaian sangketa. Setiap hubungan hukum antara satu
Seorang dokter yang profesional pihak dengan pihak lainnya dapat
diharapkan akan dapat memberikan mempunyai potensi terjadinya sengketa.
diagnose yang tepat tentang penyakit yang Demikian juga halnya dalam pelaksanaan
diderita oleh pasien dan kemudian pelayanan jasa kesehatan. Dalam hal ini
menetapkan proses pengobatan yang harus sebenarnya kedua belah pihak, yaitu
Vol. 1 No. 1 Juni 2017 18

penyelenggara pelayanan kesehatan dokter/tenaga kesehatan yang


(rumah sakit/dokter/tenaga kesehatan) dan bersangkutan, misalnya dengan mencabut
pengguna pelayanan kesehatan (pasien) izin praktek. Di lain pihak apabila masalah
sama-sama tidak menginginkan terjadi tersebut ternyata tidak ada muatan
sengketa. Akan tetapi dalam prakteknya kelalaian/kesalahan sama sekali, maka
sering kali kedua belah pihak tersebut MKEK akan menjelaskan hal tersebut
berada dalam posisi yang berseberangan, sehingga para pihak merasa puas.
yaitu sebagai para pihak dalam sengketa. Sejak berdirinya pada tanggal 24
Untuk menyelesaikan sengketa yang September 1980 Rumah Sakit Islam Faisal
terjadi tersebut ada dua cara yang dapat pernah satu kali mempunyai masalah yang
ditempuh, yaitu melalui jalur keprofesian diselesaikan dengan prosedur MKEK.
dan melalui jalur hukum. Kasus itu terjadi pada tahun 1999 yaitu
Penyelesaian melalui jalur kasus pengobatan penyakit diare.
keprofesian adalah melalui MKEK Penggunaan alat kedokteran yang berupa
(Majelis Kode Etik Kedokteran), detektor kanker usus telah mengakibatkan
sedangkan penyelesaian melalui jalur pasien tidak dapat makan dan minum,
hukum adalah melalui jalur litigasi sehingga membuat tubuh pasien semakin
(pengadilan). Dalam hal ini penyelesaian lemah. Pihak keluarga yang menginginkan
melalui MKEK merupakan upaya pertanggungjawaban pihak rumah sakit
penyelesaian secara damai yang biasanya kemudian mendatangi Rumah Sakit Islam
dilakukan dengan cara musyawarah untuk Faisal. Setelah disepakati bahwa
mencapai mufakat. Dalam MKEK ini para permasalahan ini akan diselesaikan melalui
pihak dipertemukan dengan ditengahi MKEK, maka para pihak mengajukan
MKEK. Dalam proses yang dilewati para bukti-bukti ke MKEK. Dari bukti yang
pihak dipersilahkan mengajukan bukti- diajukan diketahui penyebab pasien tidak
bukti yang dapat memperjelas masalah bisa makan dan minum adalah penggunaan
yang sebenarnya. MKEK bertugas menilai detektor kanker usus telah berubah posisi
bukti-bukti yang diajukan tersebut dan ususnya, sehingga semua makanan dan
sejauh mungkin berusaha mendamaikan minuman yang dimakannya dimuntahkan
pihak yang bersengketa tersebut. Apabila kembali. Akhirnya MKEK memutuskan
masalah yang dimaksud memang timbul pihak Rumah Sakit Islam Faisal harus
karena kelalaian/kesalahan dokter maka mengobati pasien sampai sembuh dan
MKEK akan memberikan sanksi kepada semua biaya pengobatan ditanggung pihak
Vol. 1 No. 1 Juni 2017 19

Rumah Sakit Islam Faisal. Pihak Rumah jika seorang dokter maka
Sakit Islam Faisal dan keluarga pasien dimusyawarahkan oleh Majelis Kode Etik
sama-sama menerima keputusan itu, Kedokteran, apabila pihak pengelolaan
sehingga permasalahan tidak diajukan ke Rumah Sakit maka diselesaikan melalui
pengadilan. majelis Kode Etik Rumah Sakit dan
Penyelesaian melalui MKEK apabila yang melakukan sengketa adalah
seringkali tidak memuaskan para pihak, perawat/tenaga kesehatan yang lain maka
dalam hal terjadi demikian maka pihak dihadapkan pada Majelis Kode Etik untuk
yang merasa dirugikan dapat membawa memutuskan sengketa itu, diharapkan
tersebut ke pengadilan guna mendapatkan keputusan majelis kode etik dapat
penyelesaian hukum. melindungi hak dan kewajiban para pihak
Dari hasil penelitian yang dilakukan dalam sengketa sehingga keputusan itu
di Pengadilan Negeri Ujung Padang tidak merugikan siapapun, akan tetapi
diketehui bahwa Rumah Sakit Islam Faisal kalau musyawarah mufakat tidak
belum pernah dimejahijaukan atas masalah menghasilkan keputusan yang baik, bahkan
pelayanan kesehatan yang diberikan ada pihak yang merasa dirugikan maka
kepada masyarakat di Kota Ujung silahkan membawa kasus/sengketa itu ke
Pandang, karena semua masalah yang ada pengadilan untuk diselesaikan secara
diselesaikan melalui musyawarah secara hukum. Untuk mendapatkan penyelesaian
kekeluargaan. Untuk mengetahui penyebab yang optimal, penyelesaian melalui jalur
tidak pernahnya Rumah Sakit Islam Faisal hukum (litigasi) melibatkan kuasa hukum
dimejahijaukan oleh pasiennya, penulis masing-masing pihak.
melakukan wawancara dengan Kepala Menurut dr. Rivai Pakki, dalam
Administrasi Rumah Sakit Islam Faisal, memberikan perlindungan hukum bagi
Jamaluddin Saleh dapat diketahui bahwa kedua belah pihak, maka pihak RS
pada umumnya jika terjadi sengketa di menjalankan tanggungjawab dengan
Rumah Sakit Islam Faisal maka sejauh dedikasi yang tinggi. Tanggungjawab
mungkin diselesaikan secara kekeluargaan dimaksud adalah tanggungjawab umum
untuk mencapai mufakat dalam rangka dan tanggungjawab khusus.
mencapai proses penyelesaian sengketa (di Tanggungjawab umum adalah
luar pengadilan/nonlitigasi). Penyelesaian tanggungjawab terhadap masyarakat,
melalui musyawarah dilakukan sesuai sedangkan tanggungjawab khusus adalah
dengan profesi para pihak di Rumah Sakit, kepada dokter/tenaga kesehatan yang
Vol. 1 No. 1 Juni 2017 20

menyelenggarakan pelayanan kesehatan di melalui jalur nonlitigasi masih tidak


Rumah Sakit Islam Faisal. Pihak Rumah tercapai kesepakatan, barulah ditempuh
Sakit harus menjalankan kedua jalur hukum (litigasi).
tanggungjawab itu secara seimbang. Di Menurut Jamaluddin Saleh, pedoman
lain pihak menurut dr. A. Baso Sulaeman, pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Islam
Ds. THT, untuk meningkatkan rasa Faisal secara umum diatur dalam Hospital
tanggungjawab hukum dan profesi, maka By Law. Dalam menyelesaikan sengketa
para dokter/tenaga kesehatan harus bekerja yang terjadi antara pengelola Rumah Sakit
sesuai dengan prosedur tetap (protap) yang atau dokter/tenaga kesehatan dengan
ditentukan oleh pihak Rumah Sakit Islam pasien, maka peraturan hukum yang
Faisal, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan digunakan untuk menyelesaikan sengketa
Departemen Kesehatan. tersebut ada dua macam, yaitu hukum yang
Hal senada diungkapkan oleh dr. bersifat umum, antara lain UU No.23 Th.
H.A.T. Tjambolang yang merupakan Ketua 1992 dan Peraturan serta Keputusan
Komite Medik Rumah Sakit Islam Faisal Menteri Kesehatan, dan hukum yang
mengatakan bahwa jalur penyelesaian bersifat khusus, antara lain Pedoman
pertama yang digunakan apabila terjadi Pelayanan Rumah Sakit, Pedoman Kerja
sengketa antara pengelola Rumah Sakit Komite Medik, dan lain-lain.
atau dokter/tenaga kesehatan dengan 3. Perlindungan Hukum Pasien
pasien untuk menyelesaikan sengketa sebagai Konsumen
diluar pengadilan, dengan cara Jika dilihat dari uraian di atas dapat
kekeluargaan melalui musyawarah mufakat diketahui bahwa perlindungan hukum
antara pihak yang bersengketa. Lembaga terhadap pasien sebagai konsumen jasa
yang bertugas untuk mengadakan pelayanan kesehatan masih sangat lemah
musyawarah adalah komite Medik Rumah bahkan pengaturan dalam Undang-undang
Sakit. Komite Medik mempunyai tidak jelas. Pasien yang mengalami
wewenang untuk menyelesaikan setiap penderitaan akibat tindakan medis yang
sengketa antara para pihak yang terlibat dilakukan oleh dokter/tenaga kesehatan,
dalam pelayanan kesehatan. Selain itu bahkan ada yang sampai meninggal dunia,
bertugas mengawasi setiap perilaku ternyata tidak pernah dapat meminta
dokter/tenaga kesehatan agar tidak pertanggungjawaban dokter / tenaga
menyimpang dari kode etik professional kesehatan / rumah sakit yang
kedokteran. Apabila dalam penyelesaian menanganinya.
Vol. 1 No. 1 Juni 2017 21

Berdasarkan penelitian yang diberikan ganti rugi kepada pasien/


dilakukan diketahui bahwa tindakan medis keluarganya, namun aspek perlindungan
yang dilakukan dokter/tenaga kesehatan di hukum di Rumah Sakit Islam Faisal masih
Rumah Sakit Islam Faisal sesuai dengan sangat jauh dari kenyataan
prosedur tetap (protap) tetapi acap kali pasien/keluarganya belum mendapatkan
masih terjadi kelalaian karena ketidakhati- pertanggungjawaban secara hukum oleh
hatian dokter/tenaga kesehatan dalam pihak Rumah Sakit Islam Faisal.
memberikan tindakan medis dan perawatan Hal ini sangat memprihatinkan,
terhadap pasien. Kelalaian tersebut apalagi Undang-undang No. 8 Tahun 1999
membuat pihak pasien dirugikan bahkan tentang Pelindungan Konsumen ternyata
sampai meninggal dunia. Akan tetapi pihak tidak berlaku dalam konteks hubungan
Rumah Sakit Islam Faisal dengan dokter-pasien.
dokter/tenaga kesehatan yang bertugas Lemahnya perlindungan hukum
senantiasa menyelesaikan masalah tersebut terhadap pasien terlihat dari proses
secara kekeluargaan dengan cara penyelesaian masalah sengketa kesehatan.
membayar ganti rugi. Walaupun telah yang digambarkan dalam bagan berikut.
1 7
5
ETIK PUTUSAN
- Kodeki MKEK - Damai
3 4
- Kodersi - Merugikan
pasien
2 Perkara Pembuktian
6 8
HUKUM
- Per-UU PUTUSAN
Pengadila
- Pasien kalah
- Permen/Kep
n - Bayar biaya
Gambar 1. perkara
Kedudukan Pasien Lemah dalam Perlindungan Hukum
Keterangan :
KODEKI : Kode Etik Kedokteran Indonesia
KODERSI : Kode Etik Rumah Sakit Indonesia
MKEK : Majelis Kode Etik Kedokteran

Sumber : Hasil penelitian.

Berdasarkan gambar diatas dapat pihak yang tergugat mempunyai hak untuk
diketahui bahwa perlindungan hukum tidak dipersalahkan sampai keputusan
terhadap pasien masih lemah disebabkan pengadilan yang mempunyai kekuatan
oleh adanya penerapan asas praduga tak hukum yang tetap. Hal ini juga diatur
bersalah yang membuat dokter sebagai dalam perundang-undangan tentang
Vol. 1 No. 1 Juni 2017 22

kesehatan yang mengatur mengenai hak Dalam keadaan demikain, biasanya


dan kewajiban dokter sebagai penyelesaian yang dilakukan adalah
penyelenggara jasa pelayanan kesehatan penyelesaian damai dimana pasien menjadi
(lihat proses 1 dan 2). pihak yang dirugikan dalam posisi ini,
Sengketa yang dimasukkan ke karena pasien telah dirugikan namun tidak
Pengadilan dapat berbentuk perkara (lihat dapat menuntut pihak rumah
proses 3). Apapun jenis pengaduan yang sakit/dokter/tenaga kesehatan untuk
diberikan baik perkara maupun gugatan, mempertanggungjawabkan perbuatannya.
pihak yang mengadukan (dalam hal ini Lebih ironis lagi, apabila kasus dibawa ke
pasien) diberikan beban untuk pengadilan dan mendapatkan putusan
membuktikan apa yang dituduhkannya bahwa pasien sebagai penggugat kalah
(lihat proses 4). Hal ini sesuai dengan asas dalam perkara karena tidak dapat
hukum di Indonesia yang menyatakan mengajukan bukti yang kuat, maka sebagai
bahwa pihak yang menggugat harus pihak yang kalah berperkara pasien harus
membuktikan bahwa gugatannya adalah membayar biaya perkara.
benar. Padahal pasien sebagai pihak yang Berdasarkan uraian di atas, dapat
tidak tahu persis mengenai proses medis diketahui betapa lemahnya kedudukan
yang dilakukan terhadap diri/keluarganya pasien dalam pelaksanaan jasa pelayanan
sering kali tidak berhasil mengumpulkan kesehatan. Pasien mengalami kerugian
bukti yang kuat. Hal ini dikarenakan secara badan (sebagai obyek prosedur pengobatan
medis, dokterlah yang memegang semua yang keliru), harus membayar biaya rumah
bukti tindakan medis yang dilakukan sakit (sebagai konsumen jasa pelayanan
terhadap pasien. Selama proses kesehatan), harus membuang waktu untuk
pengumpulan bukti yang dilakukan pasien, berperkara di pengadilan, dan harus
bisa saja dokter yang digugat/diperkarakan membayar biaya perkara (sebagai pihak
mengganti atau menghilangkan barang yang kalah dalam persidangan). Betapa
bukti karena barang bukti itu memang banyak kerugian yang dialami pasien
masih berada di tangannya. sampai sekarang masih terjadi dalam
Tidak adanya bukti yang kuat untuk praktek pelayanan kesehatan di Indonesia,
dapat membuat rumah sakit/ dokter/ tenaga temasuk di Rumah Sakit Islam Faisal.
kesehatan mempertanggungjawabkan Lemahnya perlindungan hukum
perbuatanya, menbuat sengketa yang terhadap pasien sampai saat ini masih
diajukan pasien dianggap tidak beralasan. terjadi. Dalam rangka memperkuat
Vol. 1 No. 1 Juni 2017 23

perlindungan hukum terhadap pasien, ada maka Rumah Sakit Islam Faisal siap
beberapa pihak yang mengusulkan bahwa melaksanakannya.
pasien Rumah Sakit dapat dilindungi Menurut dr.H.A.T. Tjambolang yang
dengan Undang-undang No.8 Tahun 1999 merupakan dokter dan Ketua Komite
tentang Perlindungan Konsumen. Medik di Rumah Sakit Islam Faisal, dapat
Sebagaimana diketahui salah satu hak diketahui bahwa sebenarnya Undang-
konsumen yang diatur dalam UUPK adalah undang No.8 tahun 1999 tentang
hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti perlindungan konsumen dapat diterima
rugi atau penggantian, apabila barang dan sebagai aturan dalam penyelenggaraan
jasa yang diterima tidak sesuai denga upaya pelayanan kesehatan karena sarana
perjanjian atau tidak sebagaimana kesehatan merupakan institusi produsen
mestinya. Sebaliknya, hak konsumen tadi jasa pelayanan kesehatan, dimana setiap
menjadi kewajiban bagi pelaku usaha. produsen baik barang maupun jasa tunduk
Dengan demikian, pelaku usaha wajib, dan menerima ketentuan UU tersebut.
memberikan suatu jaminan atas barang Selain itu aturan-aturan yang terdapat
atau jasa yang diperdagangkan kepada dalam undang-undang ini tidak merugikan
konsumen. pihak Rumah Sakit, walaupun pada saat
Berdasarkan penelitian yang dirumuskan dan ditetapkan tidak
dilakukan di Rumah Sakit Islam Faisal, melibatkan pengelola Rumah Sakit dan
diketahui bahwa Rumah Sakit Islam Faisal para dokter/tenaga kesehatan sebagai pihak
selaku penyelenggara pelayanan kesehatan yang mempunyai kompentesi terhadap
bagi masyarakat masih belum menerapkan profesinya. Menurut dr. Rival Pakki, yang
UU No.8 Tahun 1999 dalam melaksanakan juga merupakan dokter di Rumah Sakit
tugas memberikan pelayanan kesehatan Islam Faisal, pembicaraan mengenai
kepada masyarakat. Hal ini dikarenakan kemungkinan diberlakukannya UU No.8
sampai sekarang masih belum ada Tahun 1999 dalam jasa pelayanan
ketentuan yang mewajibkan bahwa UU kesehatan, pernah dibicarakan oleh Ikatan
No.8 Tahun 1999 juga berlaku bagi Dokter Indonesia (IDI) pada tahun 2000 di
penyelenggara pelayanan kesehatan. Akan Kota Batu Malang Jawa Timur. Namun
tetapi jika pemerintah menerapkan bahwa demikian masih ada pro dan kontra
Undang-undang tersebut berlaku juga bagi mengenai hal tersebut.
pihak penyelenggara pelayanan kesehatan, Namun menurut Daeng Toba selaku
pasien di Rumah Sakit Islam Faisal sebagai
Vol. 1 No. 1 Juni 2017 24

pengguna atau penerima jasa pelayanan membuktikan kesalahan dokter/tenaga


kesehatan tidak menerima apabila pasien kesehatan dalam melaksanakan pelayanan
tersebut sebagai konsumen dengan alasan kesehatan adalah sistem pembuktian
bahwa apa yang mereka tawarkan kepada kesalahan bahwa dokter dianggap tidak
Rumah/dokter/tenaga kesehatan bukan bersalah (presumption of innocent).
barang yang dapat dilihat. Akan tetapi Berdasarkan asas ini maka dokter berada
suatu penyakit yang memerlukan pada posisi yang lebih unggul daripada
pengobatan dan perawatan agar bisa pasien, karena selama pasien tidak dapat
sembuh. membuktikan kesalahannya maka
Menurut penulis, lahirnya undang- kedudukan dokter aman. Dilain pihak
umdang khusus yang mengatur praktek adanya beban pembuktian pada pihak
kedokteran sudah sangat urgent. penggugat (pasien) juga memperlemah
Mengingat, peralatan hukum yang ada saat kedudukan pasien, karena semua bukti
ini seringkali dinilai berbenturan dengan yang dibutuhkan berada dalam kekuasaan
KEDOKI dan aturan IDI. Acapkali dokter rumah sakit/dokter/tenaga kesehatan. Oleh
yang diduga melakukan malpraktek karena itu dapat dilihat di sini bahwa
diloloskan oleh organisasi profesinya. Hal selama masih menggunakan sistem
ini dikarenakan banyak kepentingan yang pembuktian yang lama, maka selamanya
berkaitan dengan profesi dokter, antara lain kedudukan pasien akan tetap lemah dalam
penjaga agar dokter tetap dapat dipercaya perkara rumah sakit/dokter/tenaga
masyarakat sebagai penyelenggara kesehatan-pasien dalam sengketa jasa
pelayanan kesehatan. pelayanan kesehatan.
Selain itu satu permasalahan yang Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
sangat penting dalam perlindungan hukum kemudian penulis merumuskan ulang
terhadap pasien menurut penulis adalah proses penyelesaian sengketa jasa
pengubah sistem pembuktian dalam proses pelayanan kesehatan yang memberikan
pembuktian telah terjadinya kesalahan/ kedudukan seimbang kepada rumah
kelalaian oleh pihak rumah sakit/dokter/ sakit/dokter/tenaga kesehatan-pasien.
tenaga kesehatan. Sebagaimana diketahui Proses yang dimaksud adalah :
sistem pembuktian yang digunakan untuk
Vol. 1 No. 1 Juni 2017 25

RS/D/TK 6A
2
Memiliki cukup PUTUSAN:
7 Para Pihak
bukti
ETIK mendapatkan hak yang
- Kodeki MKEK sama dan perlindungan
- Kodersi 6A
hukum
Pasien
4 5 Tidak memiliki 9
1 cukup bukti
APT-KK Pembuktian
P
terbalik 6B
RS/D/TK 10
3 Memiliki cukup
8
bukti PUTUSAN:
HUKUM
Para Pihak
- Per-UU
6B Pengadilan mendapatkan keadilan
- Permen/Kep
kepastian dan
Pasien
Tidak memiliki perlindungan hukum
cukup bukti

Gambar 2
Kedudukan Pasien Setara dengan Rumah Sakit/Dokter/Tenaga Kesehatan
dalam Perlindungan Hukum
Keterangan :
APT-KK : Asas Praduga Terjadi Kesalahan/Kelalaian
KODEKI : Kode Etik Kedokteran Indonesia
KODERSI : Kode Etik Rumah Sakit Indonesia
MKEK : Majelis Kode Etik Kedokteran
P : Perkara
RS/D/TK : Rumah Sakit/Dokter/Tenaga Kesehatan
Sumber : Hasil Penelitian.
Berdasarkan gambar 2 di atas dapat suatu kesalahan/kelalaian yang sudah
diketahui bahwa perubahan yang sangat sedemikian jelasnya, sehingga orang awam
fundamental dalam usulan perubahan pun tahu bahwa telah terjadi
sistem perlindungan hukum terhadap kesalahan/kelalaian (the thing speaks for
pasien dalam jasa pelayanan kesehatan itself).
adalah diubahnya sistem pembuktian, yaitu Penerapan doktrin ini dalam sengketa
dari penggunaan asas praduga tak bersalah jasa pelayanan kesehatan menyebabkan
menjadi asas praduga terjadi berubahnya pihak yang harus
kesalahan/kelalaian. Asas praduga terjadi membuktikan dalam penyelesaian
kesalahan/kelalaian dapat diterapkan sengketa. Jika sebelumnya pihak pasien
dengan menggunakan dasar doktrin res yang harus membuktikan bahwa telah
ipsa loquintur. Doktrin ini berlaku untuk terjadi kesalahan/kelalaian dalam jasa
Vol. 1 No. 1 Juni 2017 26

pelayanan kesehatan yang berakibat tanggungjawab terhadap pasien, misalnya


merugikan pihak pasien, maka dengan ketika seorang pasien masuk di unit gawat
menggunakan doktrin ini maka pihak darurat, maka ia harus segera diberikan
rumah sakit/dokterlah yang bertugas untuk tindakan medis dan pengobatan, sebab jika
membuktikan bahwa tidak terjadi tidak maka akan fatal akibatnya bagi
kesalahan/kelalaian dalam proses jasa pasien.
pelayanan kesehatan. Dengan kata lain Apa yang diuraikan di atas sejalan
menurut teori baru ini bahwa rumah dengan pendapat dr. H.A.T. Tjombolang,
sakit/dokter/tenaga kesehatan dianggap yang menyatakan tanggungjawab Rumah
bersalah sampai mereka dapat Sakit ada dua (2) yakni: pertama,
membuktikan bahwa mereka tidak bersalah tanggungjawab umum yang berkaitan
(asas pembuktian terbalik). dengan pengelolaan RS baik dari aspek
Dalam hal ini yang paling penting sarana dan prasarana, sumber daya tenaga
dalam perlindungan hukum rumah professional dari pelayanan kedokteran dan
sakit/dokter/tenaga kesehatan dan pasien aspek-aspek yang lain, jika hal ini berjalan
adalah bahwa Rumah Sakit seharusnya dengan maksimal maka dapat melindungi
memberikan perlindungan hukum bagi semua pihak yang terlibat termasuk pasien
kedua belah pihak, yaitu baik bagi pihak dan Rumah Sakit serta dokter / tenaga
dokter/tenaga kesehatan, maupun terhadap kesehatan. Kedua, tanggungjawab khusus
pihak pasien. Menurut dr. Rivai Pakki, yang berkaitan dengan medik dan hukum,
dalam perlindungan hukum tersebut pihak dimana setiap Rumah Sakit memiliki
Rumah Sakit harus menjalankan komite medik yang bertanggungjawab jika
tanggungjawab dengan dedikasi yang ada sengketa yang terjadi antara pengelola
tinggi. Tanggungjawab dimaksud adalah Rumah Sakit / dokter / tenaga kesehatan
tanggungjawab umum dan tanggungjawab dengan Pasien. Dalam hal ini
khusus, karena pihak Rumah Sakit persengketaan antara dokter / tenaga
memiliki mitra kerja yakni dokter/tenaga kesehatan dengan pasien itu harus
kesehatan harus tunduk dan menjalankan diselesaikan tanpa merugikan semua pihak,
sumpah jabatan dan Undang-undang sehingga semua merasakan mendapatkan
praktik kedokteran sebagai sebuah perlindungan hukum.
tanggungjawab secara universal sehingga Lebih jauh lagi bahwa semua aspek
semua komponen terlibat di dalamnya. Di perlindungan hukum yang diberikan
lain pihak Rumah Sakit juga menjalankan kepada dokter/tenaga kesehatan dan pasien
Vol. 1 No. 1 Juni 2017 27

harus dilaksanakan sesuai dengan hukum pihak Rumah Sakit / dokter / tenaga
ketentuan Pasal 28 H UUD 1945 yang kesehatan.
berbunyi”setiap orang berhak hidup Lemahnya perlindungan hukum
sejahtera lahir dan batin,bertempat tinggal terhadap pasien disebabkan karena belum
dan mendapatkan lingkungan hidup yang ada kesetaraan kedudukan antara pihak
baik dan sehat serta berhak mendapatkan pasien selaku pengguna jasa pelayanan
pelayanan kesehatan”. Jika perlindungan kesehatan dengan Rumah Sakit / dokter /
hukum yang diberikan kepada pasien tenaga kesehatan selaku penyelenggara
sesuai dengan ketentuan tersebut, maka jasa pelayanan kesehatan, walaupun
tidak ada terjadi pelanggaran terhadap menurut ketentuan perundang-undangan
aspek hukum kesehatan. seharusnya berlaku prinsip kesetaraan
antara kedua belah pihak tersebut di deoan
KESIMPULAN hukum (equality before the law).
Berdasarkan pembahasan yang telah Lemahnya pelindungan hukum terhadap
dilakukan, dapat diambil kesimpulan pasien juga disebabkan karena masih
bahwa sebagai berikut: belum adanya Undang-undang Malpraktek
Pelindungan hukum terhadap pasien yang dapat dijadikan dasar hukum untuk
sebagai konsumen jasa pelayanan menyelesaikan kasus malpraktek yang
kesehatan di RSI Faisal Ujung Pandang dilakukan dokter/tenaga kesehatan. Dilain
masih sangat lemah. Hal ini dapat pihak Undang-undang Kesehatan yang
diketahui dari kenyataan bahwa dalam telah ada, yaitu UU No. 23 Th.1992, belum
pelaksaan pelayanan kesehatan yang mampu secara tegas menjangkau perbuatan
membawah resiko pada kesehatan pasien, malpraktek dokter/kesehatan yang terjadi.
bahkan sampai menghilangkan nyawa
pasien, hukum sering kali tidak dapat DAFTAR PUSTAKA
melindungi pihak pasien sebagai pengguna Adji, Oemar Seno. Etika Profesional dan
Hukum Pertanggungjawaban Pidana
jasa pelayanan kesehatan. Disebabkan
Dokter ProfesiDokter. Jakarta:
karena pihak pasien / keluarganya sangat Penerbit Erlangga, 1991.
Ameln, fred. Kapita Selekta Hukum
sulit untuk membuktikan kesalahan /
Kesehatan. Jakarta : Grafikatama
kelalaian yang dilakukan dokter / tenaga Jaya, 1991.
Azwar, Bahar. Buku Pintar Pasien Sang
kesehatan terhadap memburuknya kondisi
Dokter. Bekasi : Kesai nt Blanc,
kesehatan / meninggalnya pasien. Apabila 2001.
untuk menuntut pertanggungjawaban
Vol. 1 No. 1 Juni 2017 28

Chandrawila Supriadi, Wila, Hukum Komalawati, Veronica-, Peranan


Kedokteran. Bandung: Penerbit CV. Informent Consent dalam Transaksi
Mandar Maju, 2001. Terapeutik (Persetujuan dalam
Hanafiah Jusuf, Muhammad dan Amri Hubungan Dokter dan Pasien) Suatu
Amir-, Etika Kedokteran dan Hukum Tinjauan Yuridis. Bandung: Citra
Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Aditya Bakti, 2002.
Kedokteran, 1999. Mertokusumo, Sudikno-, Mengenal
Kerbala, Husein-, Segi-segi Etis dan Hukum Suatu Pengantar.
Yuridis Informent Consent. Jakarta: Yogyakarta: Penerbit Liberty, 1999.
Pustaka Sinar Harapan, 1993. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Koeswadji, Hermien Hadiati, Beberapa 1945
Permasalahan Hukum dan Medik. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, Undang-Undang No. 6 Tahun 1963 tentang
1992. Tenaga Kesehatan
Undang-Undang No. 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen.

You might also like