You are on page 1of 11

AKADEMIKA

JURNAL UMGo

ASPEK HUKUM INFORMED CONSENT DAN


PERJANJIAN TERAPEUTIK

1Muh. Amin Dali, 2Warsito Kasim, 3Rabia Ajunu


12
Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Gorontalo, Jl.
Prof. Dr. Mansoer Pateda, Pentadio Timur, Gorontalo, Indonesia 96212 e-
mail:amindali@ymail.com

Abstract

(Legal Aspect Of Informed Consent And Therapeutic Agreement). Health is one of the basic
rights guaranteed by the state. Therefore, the state is obliged to prepare instruments to
protect the health services of citizens. In practice, one of the tools regulated by the state
in guaranteeing health services is the Medical Action Agreement. In the medical world,
Medical Action Approval is better known as Informed Consent. The approval of this
Medical Action will be contained in a written agreement known as the Therapeutic
Agreement. This study aims to analyze the legal aspects of informed consent and
therapeutic agreements based on formal law in Indonesia. The scope of the discussion is
the study of the relationship between the Patient Party and the Medical Personnel in the
Informed Consent and Therapeutic Agreement and analysis of its formal legal aspects. The
results of the study are expected to be a legal reference for the community and also the
medical staff so as to increase understanding and legal awareness that lead to improving
the quality of health care workers. The approach used in this study is a normative juridical
approach and analytical descriptive nature. This study uses secondary data obtained from
primary and secondary legal materials. The results of the study describe the analysis of
the legal aspects of protecting the rights and obligations of health services for both
patients and medical personnel. Keywords: Therapeutic Agreement, Informed Consent

Abstrak

Kesehatan adalah salah satu hak dasar masyarakat yang dijamin oleh negara. Maka dari itulah
negara berkewajiban menyiapkan perangkat-perangkat dalam melindungi hak pelayanan
kesehatan warga negara. Dalam praktiknya, salah satu perangkat yang telah diatur oleh
negara dalam menjamin pelayanan kesehatan adalah Persetujuan Tindakan Medis. Dalam
dunia medis, Persetujuan Tindakan Medis lebih dikenal dengan istilah Informed Consent.
Persetujuan Tindakan Medis ini akan dituangkan dalam perjanjian tertulis yang dikenal
dengan Perjanjian Terapeutik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Aspek Hukum
informed consent dan Perjanjian Terapeutik berdasarkan hukum formil di Indonesia. Ruang
lingkup pembahasan adalah pada kajian mengenai hubungan antara Pihak Pasien dan Pihak
Tenaga Medis dalam Informed Consent dan Perjanjian Terapeutik serta analisis aspek hukum
formilnya. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi hukum bagi masyarakat dan
juga para tenaga medis sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran hukum

Volume 8 Nomor 2 Tahun 2019 95


Jurnal Ilmiah Media Publikasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
yang mengarah pada peningkatan kualitas pelayan kesehatan. Pendekatan yang digunakan
dalam
penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif dan bersifat deskriptif analitis. Penelitian
ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari bahan hukum primer dan sekunder. Hasil
penelitian mendeskripsikan analisis aspek hukum tentang perlindungan hak dan kewajiban
pelayanan kesehatan bagi pihak pasien maupun tenaga medis.

Kata Kunci: Perjanjian Terapeutik, Informed Consent

PENDAHULUAN dokter di rumah sakit tersebut, atau


Kesehatan merupakan salah disebut dengan informed consent.
satu faktor terpenting dalam Persetujuan Tindakan
pelaksanaan pembangunan nasional Kedokteran atau informed consent
karena merupakan kebutuhan yang adalah salah satu bagian dari
sangat mendasar setiap warga negara. Tindakan Kedokteran. Tindakan
Dalam pelaksanaannya saat ini di kedokteran merupakan tindakan
Indonesia masih banyak dijumpai hukum yang terjadi karena adanya
masalah dalam bidang kesehatan. Hal hubungan hukum antara dokter dan
ini terlihat dari rendahnya tingkat pasien sebagai akibat dari perikatan/
kesehatan masyarakat. Kondisi ini perjanjian antara dokter dan pasien.
khususnya terjadi pada golongan Hubungan hukum antara dokter dan
masyarakat menengah ke bawah. pasien dikenal sebagai Perjanjian
Untuk menyelesaikan Terapeutik.
masalah-masalah kesehatan tersebut, Pembahasan mengenai
pemerintah telah melakukan berbagai keabsahan Perjanjian Terapeutik telah
upaya dalam meningkatkan pelayanan diulas dalam artikel ilmiah Bayu
kesehatan masyarakat, baik melalui Wijanarko & Mudiana PS. (Privat Law
pembangunan fasilitas kesehatan, Vol. 2 No. 4 Tahun 2017) dengan
pemberian pelayanan kesehatan judul Tinjauan Yuridis
secara cuma-cuma maupun produk Sahnya Perjanjian
hukumnya. Terapeutik. Pembahasan ini patut
Di kalangan profesi hukum dan diperkuat dengan pengembangan
kedokteran telah terdapat aturan ruang lingkup yang mencakup aspek
yang memberikan hukum dari informed consent sebagai
perlindungan terhadap masyarakat wujud dari transaksi terapeutik.
sebagai pasien yang menerima Penelitian ini bertujuan
pelayanan kesehatan yang untuk menganalisis Aspek Hukum
didasarkan atas informasi yang informed consent dan Perjanjian
diberikan oleh pihak rumah sakit Terapeutik berdasarkan hukum
melalui seorang dokter. formil di Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam
berbagai upaya penyembuhan METODE PENELITIAN
kesehatan harus ada persetujuan dari Metode pendekatan yang
pasien atas dasar informasi dari digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan yuridis normatif.

96
Volume 8 Nomor 2 Tahun 2019
Jurnal Ilmiah Media Publikasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Pendekatan yuridis adalah suatu pemulihan kesehatan.” Yang


pendekatan yang mengacu pada dimaksud dengan praktik kedokteran
hukum dan peraturan perundang- dalam ketentuan tersebut adalah
undangan yang berlaku, sedangkan rangkaian kegiatan yang dilakukan
pendekatan normatif adalah oleh dokter dan dokter gigi terhadap
pendekatan yang dilakukan dengan pasien dalam melaksanakan upaya
cara meneliti bahan pustaka atau data kesehatan. Hubungan hukum antara
sekunder terhadap asas-asas hukum dokter atau dokter gigi dengan pasien
serta studi kasus. Metode dalam praktik kedokteran
pengumpulan data yang digunakan timbul,karena adanya kesepakatan
pada penelitian ini adalah metode antara kedua pihak, atau didasarkan
penelitian kepustakaan. Data kepada perjanjian di antara mereka.
kepustakaan yang diperoleh melalui Perjanjian antara dokter
penelitian kepustakaan yang atau dokter gigi dengan pasien dikenal
bersumber dari peraturan perundang- dengan istilah Perjanjian Terapeutik.
undangan, buku-buku, dokumen Untuk terjadinya perjanjian
resmi, publikasi dan hasil penelitian. terapeutik, Pasal 45
Berdasarkan sifat penelitian, analisis Undang-undang Praktik
data yang dipergunakan adalah Kedokteran menentukan setiap
pendekatan kualitatif terhadap data tindakan kedokteran atau kedokteran
primer dan data sekunder. Deskriptif yang akan dilakukan oleh dokter atau
tersebut, meliputi isi dan struktur dokter gigi terhadap pasiennya, harus
hukum positif, yaitu suatu kegiatan mendapat persetujuan. Dan
yang dilakukan oleh penulis untuk persetujuan tersebut diberikan
menentukan isi atau makna aturan setelah pasien mendapat penjelasan
hukum yang dijadikan rujukan dalam secara lengkap sekurang-kurangnya
menyelesaikan permasalahan hukum mencakup diagnosis dan tata cara
yang menjadi objek kajian. tindakan medis, tujuan tindakan
medis yang dilakukan, alternatif
HASIL DAN PEMBAHASAN tindakan lain dan risikonya, risiko dan
Hasil Pasal 39 Undangundang komplikasi yang mungkin terjadi serta
Nomor 29 Tahun 2004 tentang prognosis terhadap tindakan yang
Praktik Kedokteran dilakukan.
menyatakan: Persetujuan dari pasien dikenal
”Praktik kedokteran dengan informed consent.
diselenggarakan berdasarkan pada Persetujuan dapat diberikan baik
kesepakatan antara dokter atau secara tertulis maupun lisan. Terhadap
dokter gigi dengan pasien dalam tindakan kedokteran yang
upaya untuk pemeliharaan mengandung risiko tinggi harus
kesehatan, pencegahan penyakit, diberikan dengan persetujuan tertulis
peningkatan kesehatan, pengobatan yang ditanda tangani oleh yang berhak
penyakit dan memberikan persetujuan.
Kesepakatan dalam kontrak terapeutik

Volume 8 Nomor 2 Tahun 2019 97


Jurnal Ilmiah Media Publikasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

terjadi pada saat pasien atau orang perjanjian bukan hasil pelayanan
yang berhak memberikan persetujuan medis oleh dokter, tetapi tingkah laku
terhadap tindakan medis yang akan atau perlakuan pelayanan medis yang
dilakukan oleh dokter atau dokter gigi dilakukan oleh dokter. Perikatan
ditandatangani. Ketika pasien atau hukum dokter-pasien oleh pakar
orang yang berhak memberikan hukum dimasukkan dalam jenis
persetujuan menandatangani perikatan yang disebut
informed consent, maka terjadilah inspanningsverbintenis, yaitu suatu
kesepakatan diantara dokter dan perikatan dimana dokter menjanjikan
pasien. Menurut Pasal 1233 KUH suatu upaya atau usaha yang terbaik
Perdata kesepakatan tersebut sesuai dengan bidang keahliannya
merupakan sumber hukum perikatan. untuk melakukan serangkaian
Informed consent dari asas tindakan yang dapat dipertanggung
hukum perjanjian berfungsi jawabkan untuk penyembuhan dan
sebagai pemenuhan asas pemulihan kesehatan pasien. Ukuran
konsensualisme yang upaya yang terbaik dalam hubungan ini
mengandung makna bahwa sejak adalah sesuai dengan standar profesi,
tercapainya kesepakatan standar prosedur operasional,
(consensus) diantara para pihak kebutuhan medis pasien, dan standar
mengenai pokok-pokok isi perjanjian pelayanan kedokteran atau
maka perjanjian sudah terjadi. Kedua kedokteran gigi.
belah pihak sudah terikat sejak Persetujuan tindakan
tercapainya kesepakatan, untuk kedokteran adalah amanat dari
memenuhi kewajiban yang timbul dari Permenkes No. 290 tahun 2008
perjanjian tersebut dan memperoleh tentang Persetujuan Tindakan
hak haknya sesuai dengan perjanjian Kedokteran yang merupakan
atau menurut ketentuan hukum yang pelaksanaan dari UU No. 29 tahun
berlaku. 2004 tentang Praktik Kedokteran
Perjanjian Terapeutik Pasal 45. Permenkes PTK Pasal 2 ayat
mempunyai karakteristik tersendiri (1) mengatakan bahwa semua
yang berbeda dengan perjanjian pada tindakan kedokteran yang akan
umumnya, yakni terletak pada objek dilakukan terhadap pasien harus
yang diperjanjikan. Objek dari mendapat persetujuan. Peraturan ini
perjanjian ini adalah berupa upaya merupakan representasi dari upaya
atau terapi untuk penyembuhan negara untuk mencegah terjadinya
pasien. Menurut hukum, objek dalam kesewenang-wenangan dokter yang
perjanjian dalam transaksi terapeutik memungkinkan timbulnya
bukan kesembuhan pasien, melainkan pelanggaran hak asasi pasien.
mencari upaya yang tepat untuk Persetujuan Tindakan
kesembuhan pasien. Kedokteran adalah persetujuan yang
Kontrak terapeutik antara diberikan oleh pasien atau keluarga
dokter-pasien bukan termasuk terdekat setelah mendapat
perjanjian resultaats karena objek penjelasan secara lengkap mengenai

98 Volume 8 Nomor 2 Tahun 2019


Jurnal Ilmiah Media Publikasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

tindakan kedokteran atau kedokteran kedokteran bisa dilakukan tanpa


gigi yang akan dilakukan terhadap persetujuan tindakan kedokteran
pasien. Persetujuan tindakan (Permenkes PTK Pasal 4). Ini dilandasi
kedoktrean terdiri dari : oleh doctrine of necessity, dokter
a. Proses Memberikan tetap harus melakukan tindakan medik
Penjelasan walaupun tanpa persetujuan tindakan
Proses memberikan penjelasan kedokteran (Guwandi, 2014) yang
pada persetujuan tindakan dikenal sebagai presumed consent
kedokteran harus diberikan (perkiraan persetujuan). Presumed
secara lengkap tentang segala sesuatu consent didasari oleh fiksi hukum,
yang berhubungan dengan tindakan bahwa seseorang dalam keadaan tidak
kedokteran yang akan dilakukan sadar akan menyetujui apa yang pada
kepada pasien/keluarga oleh dokter umumnya disetujui oleh para pasien
yang akan melakukan tindakan, agar yang berada dalam keadaan sadar
pasien/ keluarga mengerti dan dapat pada situasi dan kondisi sakit yang
memahami, dan penjelasan tersebut sama.
dapat dijadikan sebagai bahan Selama ini yang dianggap
pertimbangan untuk membuat sebagai tindakan kedokteran adalah
keputusan. Dengan demikian maka tindakan yang bersifat operatif,
persetujuan tindakan kedokteran padahal tidak semua tindakan
sebenarnya suatu proses komunikasi kedokteran adalah tindakan operatif
antar dokter dan pasien/ keluarga. karena ada tindakan kedokteran yang
b. Proses Mengambil bersifat administratif. Tindakan
Keputusan. kedokteran operatif misalnya
Keputusan adalah suatu pembiusan, sayatan atau penusukan
pengetahuan yang seutuhnya tentang terhadap tuhuh yang dilakukan oleh
benar atau salah, keputusan dokter bisa saja dianggap sebagai
menyatakan YA atau TIDAK. penganiayaan (Pasal 351 KUHP).
Meskipun keputusan bisa benar dan Walaupun tindakan tersebut
juga bisa salah tetapi dalam diri dilakukan oleh dokter, tetap dianggap
manusia ada keinginan untuk selalu sebagai penganiayaan. Terkecuali jika
mengambil keputusan untuk hal-hal orang yang yang dilukai tersebut
yang benar. Untuk bisa mengambil memberikan persetujuan, tindakan
keputusan yang benar, diperlukan tersebut sesuai dengan indikasi medis
penjelasan yang benar pula. Jadi dan untuk tujuan yang konkrit atau
keputusan untuk menyetujui atau tindakan tersebut dilakukan sesuai
tidak menyetujui tindakan kedokteran dengan ilmu kedokteran (Fred Ameln.
sangat ditentukan oleh penjelasan 1991 hal. 147). Karena perbuatan
yang benar tentang tindakan yang yang menimbulkan rasa sakit/ luka
akan dilakukan. kepada orang lain yang merupakan
Pada kasus gawat darurat yang suatu upaya untuk mencapai tujuan
mengancam jiwa dan tidak ada yang diperbolehkan, menurut
keluarga terdekat maka tindakan

Volume 8 Nomor 2 Tahun 2019 99


Jurnal Ilmiah Media Publikasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

penafsiran tersebut tidak termasuk ke dengan tindakan operasi atau


dalam pengertian penganiayaan. mencukur rambut pada daerah jahitan
Kekuatan hukum persetujuan operasi dan lain sebagainya.
tindakan kedokteran terletak pada 2. Persetujuan tindakan
penyelenggaraan persetujuan kedokteran bukan perjanjian,
tindakan kedokteran tersebut sehingga tanda tangan dokter pada
sebagaimana ketentuan hukum. Jika formulir persetujuan hanya sebatas
penyelenggaraan persetujuan bukti bahwa dokter telah memberikan
tindakan kedokteran sudah sesuai penjelasan sebagaimana
aturan hukum maka persetujuan seharusnya.
tindakan kedokteran tersebut akan 3. Formulir persetujuan
memberikan kepastian hukum bagi tindakan kedokteran tidak perlu
dokter. dibubuhi Materai, karena materai
Harus dibedakan antara hanya sebagai tanda pelunasan pajak
prasyarat untuk melakukan tindakan atas dokumen. Bila suatu saat formulir
kedokteran dan prosedur tindakan tersebut akan dipergunakan sebagai
kedokteran. Persetujuan tindakan alat bukti di pengadilan maka
kedokteran adalah prasyarat untuk permeteraian dapat dilakukan
melakukan tindakan kedokteran. belakangan.
Selama prosedur persetujuan tindakan Tinjauan aspek hukum
kedokteran dilakukan sesuai dengan Informed Consent dan Perjanjian
aturan yang ada maka pelaksanaan Terapeutik juga harus ditinjau dari
tindakan tersebut tidak bisa dituntut. definisi “perjanjian”. R. Subekti (2010)
Namun jika dokter melakukan dalam Hukum Perjanjian,
kelalaian pada saat menjalankan menyatakan bahwa perjanjian adalah
prosedur tindakan kedokteran, dokter suatu peristiwa dimana ada seorang
masih tetap bisa dituntut, tetapi hanya berjanji kepada seorang lain atau dua
untuk tindakan kedokterannya. Jadi orang itu saling berjanji untuk
walaupun dokter sudah memiliki melaksanakan sesuatu hal. Dari
persetujuan tindakan kedokteran, peristiwa ini, timbullah suatu
bukan jaminan bahwa dokter tidak hubungan hukum antara dua orang
dapat dituntut oleh pasien/ tersebut yang dinamakan perikatan.
keluarganya. Perjanjian itu menerbitkan suatu
Beberapa hal penting yang perikatan antara dua orang yang
perlu diperhatikan pada Formulir membuatnya.
Persetujuan Tindakan Kedokteran: Selanjutnya, Pasal 1320
1. Jia pasien yang Kitab Undang-Undang Hukum
sudah menyetujui tindakan Perdata (KUHPerdata)
kedokteran, maka tidak perlu menyebutkan bahwa untuk sahnya
dimintakan persetujuan lain yang akan suatu perjanjian, diperlukan empat
menyertainya karena sudah dianggap syarat yang harus dipenuhi, yaitu
implied consent misalnya Suntikan kesepakatan mereka yang
premedikasi yang berhubungan mengikatkan dirinya, kecakapan

100 Volume 8 Nomor 2 Tahun 2019


Jurnal Ilmiah Media Publikasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

untuk membuat suatu perikatan, kesehatan yang untuk jenis tertentu


suatu pokok persoalan tertentu serta memerlukan kewenangan untuk
suatu sebab yang tidak terlarang. melakukan upaya kesehatan. Pasal 11
Sedangkan Perjanjian Terapeutik, ayat (1) UU Tenaga Kesehatan
menurut Cecep menyebutkan bahwa tenaga
Triwibowo (2010) Etika dan Hukum kesehatan dikelompokkan ke dalam
Kesehatan adalah perikatan yang tenaga medis, tenaga psikologi klinis,
dilakukan antara dokter dan tenaga tenaga keperawatan, tenaga
kesehatan dengan pasien, berupa kebidanan, tenaga kefarmasian,
hubungan hukum yang melahirkan hak tenaga kesehatan masyarakat, tenaga
dan kewajiban bagi kedua belah pihak. kesehatan lingkungan, tenaga gizi,
Mengacu kepada syarat tenaga keterapian fisik, tenaga
sahnya penjanjian yang telah keteknisian medis, tenaga teknik
dipaparkan, Perjanjian Terapeutik biomedika, tenaga kesehatan
harus dilakukan oleh orang-orang tradisional dan tenaga kesehatan lain.
yang cakap. Pihak penerima 2. Pasien
pelayanan medis adalah pasien, Orang yang sakit yang
sedangkan pihak pemberi pelayanan dirawat oleh dokter dan tenaga
medis adalah dokter dan tenaga kesehatan lainnya di
kesehatan. Perjanjian Terapeutik tempat praktek atau rumah
memiliki objek yakni pelayanan medis sakit.
atau upaya penyembuhan. Dalam hal 3. Rumah Sakit (Sarana pelayanan
ini, upaya penyembuhan adalah kesehatan).
pemeliharaan dan peningkatan Pada dasarnya, informed
kesehatan yang berorientasi atas asas consent diperlukan untuk memastikan
kekeluargaan, mencakup kegiatan bahwa pasien telah mengerti semua
peningkatan kualitas kesehatan informasi yang dibutuhkan untuk
(promotif), pencegahan penyakit membuat keputusan, dan pasien
(preventif), penyembuhan penyakit mampu memahami informasi yang
(kuratif), dan pemulihan kesehatan relevan dan pasien memberi
(rehabilitatif). Dengan demikian, persetujuan.
dapat dijabarkan pihakpihak dalam Berdasarkan doktrin informed
Perjanjian Terapeutik yaitu: consent, informasi yang harus
1. Dokter dan Tenaga Kesehatan diberitahukan adalah sebagai berikut:
Dalam Pasal 1 angka 1 1. Diagnosa yang ditegakkan; 2. Sifat
Undang-Undang Nomor 36 Tahun dan luasnya tindakan yang akan
2014 tentang Tenaga Kesehatan yang dilakukan;
dimaksud dengan tenaga kesehatan 3. Manfaat dan urgensinya
adalah setiap orang yang dilakukan tindakan tersebut; 4. Risiko-
mengabdikan diri dalam bidang risiko dari tindakan tersebut;
kesehatan serta memiliki 5. Konsekuensinya apabila tidak
pengetahuan dan/ atau keterampilan dilakukan tindakan; dan 6.
melalui pendidikan di bidang

Volume 8 Nomor 2 Tahun 2019 101


Jurnal Ilmiah Media Publikasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Konsekuensi biaya-biaya yang “(1) Semua tindakan kedokteran yang


menyangkut tindakan tersebut. akan dilakukan terhadap pasien harus
Di Indonesia, informed mendapat
consent diatur dalam beberapa dasar persetujuan;
hukum, antara lain: (2) Persetujuan sebagaimana
1. Undang-Undang Nomor 36 dimaksud pada ayat (1) dapat
Tahun 2009 tentang Kesehatan (UU diberikan secara tertulis maupun
Kesehatan). Pasal 8 UU Kesehatan: lisan;
“Setiap orang berhak memperoleh (3) Persetujuan sebagaimana
informasi tentang data kesehatan dimaksud pada ayat (1) diberikan
dirinya termasuk tindakan dan setelah pasien mendapat penjelasan
pengobatan yang telah maupun yang yang diperlukan tentang perlunya
akan diterimanya dari tenaga tindakan kedokteran dilakukan.
kesehatan.”
2. Peraturan Pemerintah Nomor 4. UU Tenaga Kesehatan Pasal 68 ayat
18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat (1) UU Tenaga Kesehatan:
Klinis dan Bedah Mayat Anatomis “Setiap tindakan pelayanan
serta Transplantasi Alat atau Jaringan kesehatan perseorangan yang
Tubuh Manusia (PP dilakukan oleh Tenaga Kesehatan
18/1981). Pasal 15 PP 18/1981: “(1) harus mendapat persetujuan.”
Sebelum persetujuan tentang Informed consent dapat dibagi
transplantasi alat atau jaringan tubuh menjadi 2 (dua) bentuk, yakni
manusia diberikan oleh calon donor Informed consent yang dinyatakan
hidup, calon donor yang secara tegas atau dapat dinyatakan
bersangkutan terlebih dahulu dengan lisan maupun tulisan dan
diberitahu oleh dokter yang Informed consent yang dinyatakan
merawatnya, termasuk dokter secara diam-diam/ tersirat atau dapat
konsultan mengenai sifat operasi, dinyatakan dari gerakan pasien
akibat-akibatnya, dan seperti menganggukan kepala,
kemungkinan yang dapat terjadi; (2) tindakan pasien yang tidak menolak
Dokter sebagaimana dimaksud dalam tubuhnya diperiksa, dan sebagainya.
ayat (1) harus yakin benar, bahwa
calon donor yang bersangkutan telah Tinjauan Aspek Hukum
menyadari sepenuhnya arti dari Tindakan Kedokteran Dalam
pemberitahuan tersebut.” Perjanjian Terapeutik dapat
dijabarkan sebagai berikut:
3. Peraturan Menteri Kesehatan 1. Pada keadaan biasa perikatan/
Nomor 290/ MENKES/ PER/ II/ 2008 perjanjian terjadi karena adanya
tentang Persetujuan Tindakan kesepakatan (UU No.29/ 2004
Kedokteran (Permenkes 290/ 2008). tentang Praktik Kedokteran Pasal 39:
Pasal 2 Permenkes 290/2018: “Praktik kedokteran diselenggarakan
berdasarkan pada kesepakatan

102 Volume 8 Nomor 2 Tahun 2019


Jurnal Ilmiah Media Publikasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

antara dokter atau dokter gigi dengan 2. Dilakukan oleh dokter sesuai
pasien dalam upaya untuk dengan kompetensinya.
pemeliharaan kesehatan, 3. Dilakukan sesuai dengan
pencegahan penyakit, peningkatan indikasi medis.
kesehatan, pengobatan penyakit dan 4. Dilakukan sesuai dengan
pemulihan kesehatan.” Standar Pelayanan dan Standar
2. Pada keadaan tidak biasa Operasional Prosedur.
(misal: kegawatdaruratan medis), 5. Dilakukan setelah ada
maka terjadinya perjanjian/ perikatan persetujuan dari pasien/ keluarga
berdasar UU No.29/ 2004 tentang yang berdasarkan informed consent.
Praktik Kedokteran, Pasal 51 huruf d:
“Melakukan pertolongan darurat atas PENUTUP
dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia Bila tindakan
yakin ada orang lain yang bertugas kedokteran dilakukan tidak
dan mampu sesuai dengan aturan hukum
melakukannya.” yang dapat dibenarkan
Pada perjanjian terapeutik maka tindakan kedokteran
yang diperjanjikan adalah ikhtiar, tersebut merupakan pelanggaran
dengan usaha yang sungguhsungguh hukum dan dapat dipidana. Maka dari
(inspanning verbintenis) dan itulah diperlukan Persetujuan Tindakan
bukan perikatan hasil Kedokteran dari pihak pasien sebagai
(resultaat verbintenis). Tidak ada wujud pertanggungjawaban
dokter yang dapat menjamin medis secara hukum.
keberhasilan dari tindakan medis persetujuan tindakan
karena semua tindakan medis kedokteran dan Perjanjian
dipastikan mengandung resiko yang Terapeutik esensinya adalah demi
dikenal sebagai resiko medik. Karena kepentingan dan perlindungan hukum
itu walaupun tindakan medis tidak seluruh pihak dalam aktifitas
membuahkan hasil seperti yang pelayanan kesehatan, baik itu pasien,
diharapkan, selama dokter tenaga medis maupun negara. Bagi
melakukannya dengan sungguh- pasien, merupakan bentuk pengakuan
sungguh dan sesuai dengan yang dan perlindungan negara akan adanya
seharusnya dilakukan, maka dokter hak pasien untuk mendapatkan
yang melakukan tindakan medis informasi tentang kesehatan dirinya
tersebut tidak bisa dianggap dan hak untuk membuat keputusan
melakukan pelanggaran atau bagi dirinya sendiri. Bagi Tenaga
kejahatan yang bisa dipidana. Setiap Medis, merupakan kepastian hukum
tindakan kedokteran secara hukum akan adanya persetujuan dari pasien
dapat dibenarkan apabila: terhadap tindakan kedokteran yang
1. Dilakukan karena ada akan dilakukan. Sedangkan bagi
hubungan hukum antara dokter dan negara, persetujuan tindakan
pasien. kedokteran merupakan upaya negara
untuk melindungi hak pasien dari

Volume 8 Nomor 2 Tahun 2019 103


Jurnal Ilmiah Media Publikasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

tindakan kesewenangwenang dokter Perlindungan Hukum Bagi


terhadap pasiennya. pasien. Jurnal Privat Law Vol.
Kelemahan saat ini adalah pada 2 No. 4.
saat terjadi sengketa, agak Budiyanto. (2009). Perjanjian
menyulitkan bagi pihak penegak Terapeutik. diperoleh dari
hukum karena diperlukan kecermatan https://budi399.wordpress.
ekstra dalam melakukan konstruksi com/2009/10/24/perjanjian
hukumnya. Untuk itulah sangat -terapetik/
disarankan agar diterbitkan landasan Cecep Triwibowo. (2010). Etika &
hukum yang lebih spesifik dalam Hukum Kesehatan.
mempermudah aparat hukum saat Yogyakarta: Nuha Medika
harus menafsirkan konstruksi Gde.
hukumnya secara kasuistik.
Fred Ameln. (1991). Kapita Selekta
DAFTAR PUSTAKA Hukum Kedokteran Mercy
Medis Bandung
Achmad Biben. (2009). Bentuk
Guwandi. (2014). Manajemen Pasien
Informed Consent dalam
Praktek dan Penelitian Gawat darurat. Abdi Medika.
Yogyakarta.
Kedokteran. Bandung : FK
UNPAD Jusuf Hanifiah. (2009). Etika
Agus Budiarto. (2010). Aspek jasa Kedokteran dan Hukum
Kesehatan Edisi 4. EGC :
Pelayanan Kesehatan dalam
Jakarta
Perspektif
perlindungan Pasien, Kitab Undang-Undang Hukum
Bandung : Karya Putra Perdata
Darwati. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik
Anny Isfandyarie. (2016).
Indonesia Nomor 1045/
Tanggung Jawab Hukum dan
Menkes / Per/ XI/ 2006.
Sanksi Bagi Dokter, Prestasi
Peraturan Menteri
Pustaka, Jakarta
Kesehatan Republik
Bahder, Johan, Nasution, (2013). Indonesia Nomor 290/
Hukum Kesehatan Menkes/ Per/ lN/ 2008
Pertanggung Jawaban Tentang Persetujuan Tindakan
Dokter, Rineka Cipta, Jakarta Kedokteran.
R. Subekti. (2010). Hukum Perjanjian.
Bayu Wijanarko & Mudiana PS. Jakarta: PT Intermasa
(2017). Tinjauan Yuridis
Sahnya Perjanjian Terapeutik Suaramandiri.blogspot.com.
Dan (2015). Aspek hukum
Dalam Pelayanan

104 Volume 8 Nomor 2 Tahun 2019


Jurnal Ilmiah Media Publikasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Kesehatan diperoleh dari


http://suaramandiri.blogspo
t.com/2015/08/artikelaspek-
hukum-dalampelayanan-
kesehatan.html
Syarifuddin, Musakkir & Marthen
Arie. (2013). Efektivitas
Pelaksanaan Perjanjian
Terapeutik Kaitannya
Dengan Persetujuan Dan
Penolakan Tindakan
Kedokteran. E-Journal Pasca
Sarjana UNHAS
Vol. 2 No.2.
Undang-Undang No. 29 Tahun
2004 Tentang Praktik
Kedokteran
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan
Undang-Undang No. 44 Tahun 2009
Tentang Rumah
Sakit.
Veronica Komalawati, (2010)
Dalam

Volume 8 Nomor 2 Tahun 2019 105

You might also like