You are on page 1of 11

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

EFEKTIVITAS DOSIS FERRI KLORIDA (FeCl3) DALAM MENURUNKAN


KADAR CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) PADA LIMBAH PABRIK
TAHU DI TEMPELSARI KALIKAJAR WONOSOBO

Nelly Rofiatul Umah *, Tri Joko **, Hanan Lanang Dangiran **


*) Mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro
**) Dosen Peminatan Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
jalan Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Kota Semarang 50239, Indonesia
*) email : nellyrofiatul@gmail.com

ABSTRACT

Tofu liquid waste to contain high COD that cause environmental pollution and
adverse health effects. Based on preliminary studies, COD level of liquid waste in
tofu was 5.600 mg/l and 5.120 mg/l. This level exceeds standart quality of COD in
tofu liquid waste is 275 mg/l. Therefore, it is necessary to treat wastewater, with
coagulation-focuculation system using ferri chloride coagulant. The purpose of
this study was to determined the effectiviness of ferric chloride to reduced COD
level in tofu liquid waste. The type of research was true experimental research
with pretest-postest wiith control group design. The sample in this research was
tofu liquid waste in Tempelsari, Kalikajar, Wonosobo taken directly from the
factory. Total sample for 6 treatment (7 gr, 9 gr, 11 gr, 13 gr, 15 gr and 17 gr) with
4 replication was 32 samples. Data analysis used Kruskal Wallis test showed that
there was difference average in decreasing COD level of tofu liquid waste with
various dose of ferri chloride (p-value = 0,0001). The result of Man Whitney test,
showed that all treatments given to the waste ample had significant differences in
lowering the COD level of tofu waste (p ≤ 0,05). The average COD after
treatment has decreased gradually as more doses of ferri chloride. The large of
efficiency was in the dose 17 gr with a decrease percentage was 90,74% or can
decreased COD to 463,25 mg/l. The ability of ferri chloride in reducing COD of
liquid waste in tofu has not been able to score up to below Central Java
Regulation no. 5 Year 2012 of 275 mg/l. Therefore, the need for further treatment
with biological treatment such as using water hyacinth.

Keyword : Chemical Oxygen Demand (COD), Ferri Chloride (FeCl3), Tofu


Liquid Waste

Pendahuluan
Industri tahu dalam proses pencemaran pada air limbah. COD
pengolahannya menghasilkan merupakan proses kimia yang
limbah baik limbah cair maupun digunakan untuk menentukan
padat. Mengukur COD (Chemical banyaknya oksigen yang diperlukan
Oxygen Demand) dan BOD untuk mengoksidasi senyawa
(Biological Oxygen Demand) organik.1 Terdapat beberapa teknik
merupakan salah satu cara untuk pengolahan limbah cair tahu, salah
mengetahui seberapa jauh beban satunya yaitu pengolahan kimia

279
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

dengan menggunakan metode milik Bapak Haji Jupri 5.600 mg/l


koagulasi-flokulasi. Koagulasi dan 5.120 mg/l. Hal ini menunjukkan
flokulasi adalah suatu rangkaian bahwa limbah pabrik tahu tersebut
proses pengolahan air limbah yang nilai COD melebihi baku mutu
menggunakan pembubuhan bahan berdasarkan Peraturan Daerah
kimia (koagulan). Akibat dari proses Propinsi Jawa Tengah Nomor 5
tersebut, terbentuklah flok-flok kecil. Tahun 2012 tentang Baku Mutu Air
Setelah terbentuk flok, dilanjutkan Limbah, yaitu COD 275 mg/l
dengan proses flokulasi, yakni Studi pendahuluan yang
dengan penggabungan inti flok dilakukan dengan menggunakan
menjadi flok berukuran yang lebih koagulan ferri klorida didapatkan
besar yang dapat memungkinkan hasil bahwa kadar COD limbah cair
partikel mengendap. Penggabungan tahu milik Bapak Haji Jupri
flok kecil menjadi flok besar terjadi mengalami penurunan setelah diberi
akibat proses tumbukan antar flok. perlakuan dengan berbagai variasi
Tumbukan ini terjadi karena proses dosis ferri klorida. Pada studi
pengadukan secara lambat.2 pendahuluan pertama, kadar awal
Koagulan yang akan digunakan COD sebelum diberi perlakuan yaitu
dalam penelitian ini adalah Ferri 5.600 mg/l. Perlakuan dengan 0,1
Klorida. Koagulan FeCl3 berfungsi gr, 0,3 gr, 0,5 gr dan 0,7 gr ferri
efektif untuk pH yang lebih tinggi dari klorida dapat menurunkan kadar
4,5. Bahan ini sesuai untuk COD masing-masing 5.266 mg/l,
intensitas warnanya tinggi dan air 4.833 mg/l, 4.400 mg/l, 4.350 mg/l.
yang kesadahannya rendah. Sedangkan pada studi
Koagulan FeCl3 memberikan rentang penndahuluan kedua, kadar awal
kondisi optimum yang lebih lebar COD sebelum diberi perlakuan yaitu
dari pada alumunium sulfat (pH 4-8). 5.120 mg/l. Perlakuan dengan 3gr, 4
Hal ini berhubungan erat dengan gr, 5 gr dan 6 gr ferri klorida dapat
kelarutan alumunium sulfat serta menurunkan kadar COD masing-
ferri. Rentang pH operasi yang lebih masing 3.804 mg/l, 3.290 mg/l,
lebar dengan menggunakan 2.180 mg/l, 1.566 mg/l.
koagulan FeCl3 sangat Dari hasil studi pendahuluan,
menguntungkan dalam proses dapat disimpulkan bahwa penurunan
Instalasi Pengolahan Air (IPA) kadar COD paling tinggi pada
mengingat kondisi pH air baku yang pemberian ferri klorida dengan 6 gr
bervariasi. Koagulan FeCl3 dengan sebesar 3.554 mg/l atau 69,41%.
variasi pH tersebut dapat direndam Oleh karena itu, untuk dapat
dan tidak menyebabkan kegagalan menurunkan kadar COD di bawah
dalam unit koagulasi flokulasi dan baku mutu, akan dilakukan
sedimentasi. Selain itu, FeCl3 pemberian dosis mulai dari 7 gr, 9
mampu mengikat bahan-bahan gr, 11 gr, 13 gr, 15 gr dan 17 gr.
organik dengan cepat dan Berdasarkan uraian di atas,
membentuk flok-flok yang kuat COD limbah pabrik tahu di
sehingga dapat mempercepat Tempelsari, Kalikajar, Kabupaten
3
proses pengendapan. Wonosobo telah melebihi batas baku
Berdasarkan hasil studi mutu air limbah. Adanya limbah cair
pendahuluan pertama dan kedua yang dibuang langsung tanpa
yang telah dilakukan di laboratorium pengolahan terlebih dahulu akan
didapatkan bahwa kadar COD berdampak buruk. Oleh karena itu,
limbah pabrik tahu di Tempelsari perlu dilakukan pengolahan air

280
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

limbah yaitu salah satunya dengan Haji Jupri setiap pengulangan.


koagulasi-flokulasi menggunakan Kemudian dilakukan pemberian
koagulan ferri klorida. Penelitian ini perlakuan di Laboratorium Teknik
dilakukan untuk mengetahui Lingkungan Undip dan esok harinya
efektivitas ferri klorida dengan dilakukan pengukuran COD.
berbagai dosis dalam menurunkan Besarnya efisiensi penurunan
kadar COD pada limbah cair tahu. COD dinyatakan dalam bentuk
prosentase (%) dengan rumus
Metode Penelitian sebagai berikut:
Jenis penelitian yang digunakan Ef = X 100%
dalam penelitian ini adalah true
Keterangan
experimental research. Sedangkan
Ef : efisiensi penurunan parameter
rancangan penelitian yang
(%)
digunakan yaitu pretest dan posttest
Co: konsentrasi parameter sebelum
dengan kelompok kontrol.
diberi perlakuan
Populasi dalam penelitian ini
Ci : konsentrasi parameter sesudah
adalah seluruh limbah cair tahu milik
diberi perlakuan
Bapak Jupri di Tempelsari, Kalikajar,
Wonosobo. Sedangkan sampel
Hasil dan Pembahasan
dalam penelitian ini adalah sebagian
a. Kadar COD pada Limbah Cair
limbah cair tahu milik Bapak Jupri.
Tahu Sebelum Perlakuan
Pengolahan sampel dirancang
Limbah cair tahu berasal dari
dengan 6 perlakuan dan
kegiatan proses perendaman,
pengulangan sebanyak 4 kali
pencucian kedelai, pencucian
masing-masing 1 liter. Jadi, jumlah
peralatan proses produksi tahu,
sampel yang akan diteliti 24 liter
penyaringan dan pengepresan
sampel perlakuan, 4 liter sampel
atau pencetakan. Limbah ini
kontrol dan 4 liter sampel pretest
mengandung bahan-bahan
sehingga total sampel ada 32 liter.
organik yang tinggi terutama
Variabel bebas pada penelitian
protein dan asam amino. Adanya
ini adalah dosis koagulan ferri
senyawa tersebut menyebabkan
klorida. Dosis ferri klorida yang
limbah cair tahu mengandung
digunakan adalah 7 gr, 9 gr, 11 gr,
COD yang tinggi.
13 gr, 15 gr dan 17 gr sedangkan
Tabel 1 Hasil pemeriksaan kadar
variabel terikatnya adalah
COD pada pretest dan kontrol
penurunan konsentrasi COD pada
Ke- Pre Kontr
limbah cair tahu. Kemudian variabel
test ol
pengganggu dalam penelitian ini
(mg/l)
adalah pH, suhu, volume, kecepatan
(mg/l)
pengadkan, lama waktu
pengadukan, dan lama waktu 1 4.790 4.587
pengendapan. 2 4.988 4.316
Sumber data primer berasal dari
3 5.010 4.789
pengukuran fisik dan kimia di
laboratorium, wawancara dan 4 5.121 4.816
observasi. Sedangkan data
sekunder berasal dari literatur yang Rat 4.977 4.627
sudah ada baik buku, jurnal dan a-
internet. Pengambilan sampel rata
dilakukan di pabrik tahu milik Bapak

281
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Penelitian lanjutan pada terlebih dahulu akan berdampak


limbah cair tahu dilakukan pencemaran lingkungan dan
dengan 4 kali pengulangan. Pada kesehatan. Senyawa-senyawa
masing-masing pengulangan yang terkandung dalam limbah
memiliki kadar COD yang cair tahu akan menjadi toksik bagi
berbeda-beda yaitu 4.790 mg//l, sebagian besar hewan air, dan
4.988 mg/l, 5.010 mg/l, dan 5.121 akan menimbulkan gangguan
mg/l. Perbedaan kadar COD pada keindahan yang berupa rasa tidak
masing-masing pengulangan nyaman dan bau. Bila dibiarkan,
dapat dipengaruhi oleh metode air limbah akan berubah
pengambilan sampel yang warnanya menjadi cokelat
digunakan, yaitu metode sampel kehitaman atau berbau busuk.
sesaat (grab samping) dimana Bau busuk ini mengakibatkan
sampling ini hanya sakit pernapasan. Apabila air
menggambarkan karakteristik limbah ini merembes ke dalam
sampel pada saat pengambilan tanah yang dekat dengan sumur
sampel.4 maka air sumur akan mencemari
Limbah cair tahu memiliki sungai dan bila masih digunakan
kadar COD yang tinggi karena akan menimbulkan gangguan
adanya faktor lingkungan yang kesehatan yang berupa penyakit
mempengaruhi, seperti diare, gatal, radang usus, kolera
kandungan oksigen terlarut yang dan penyakit lainnya, khususnya
ada dalam reaktor cukup untuk yang berkaitan dengan air yang
membantu bakteri menguraikan kotor dan sanitasi lingkungan
senyawa polutan dalam reaktor. yang tidak baik.6
Selain itu, tahu mengandung b. Kadar COD pada Limbah Cair
protein yang tinggi, sehingga Tahu Sesudah Perlakuan
limbah cair tahu akan Tabel 2 Hasil kadar COD dengan berbag
mengandung bahan-bahan Post test (mg/l)
organik yang tinggi pula. 7 gr 9 gr 11 gr 13 gr 15 gr 17 gr
Senyawa organik tersebut dapat
berupa protein, karbohidrat dan 1.340 1.236 867 654 481 310
lemak. Hal ini akan berdampak 1.458 1.213 1.019 821 591 490
pada tingginya kadar COD.52 1.521 1.321 989 699 521 442
Menurut Effendi pada tahun 2013 1.611 1.389 1.193 889 654 611
tingginya kadar COD dapat 1.482 1.289 1.017 765,7 561 463
disebabkan karena kandungan
bahan organik yang tinggi,
dimana pada limbah cair tahu Seperti yang terdapat pada
yaitu protein dan asam amino tabel 2, terjadi penurunan kadar
yang bertindak sebagai sumber COD setelah perlakuan. Kadar
makanan bagi pertumbuhan COD setelah diberi ferri klorida
mikroba. Adanya pasokan yang dengan dosis 7 gr, 9 gr, 11 gr, 13
berlebihan, mikroorganisme akan gr, 15 gr dan 17 gr secara
berkembangbiak dan aktif bertuut-turut sebesar 1.482,5 mg/l
menguraikan polutan di dalam air ; 1.289,75 gr ; 1.017 gr ; 765,75
sehingga oksigen terlarut gr ; 561,75 gr dan 463,25 gr.
semakin berkurang.5 Semua nilai tersebut belum
Pembuangan limbah cair berada di bawah baku mutu
tahu tanpa adanya pengolahan limbah cair tahu menurut

282
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Peraturan Pemerintah Daerah cukup banyak. Salah satunya,


Jawa Tengah tentang baku mutu pada penelitian ferri klorida dalam
air limbah sebesar 275 mg/l. menurunkan kadar COD pada
c. Penurunan Kadar COD Setelah limbah laundry. Hasil yang

6.000
4.977
5.000 4.627
kadar COD (mg/l)

4.000

3.000

2.000 1.482,50
1.289,75
1.017
1.000 765,75561,75
463,25

kelompok perlakuan (gr)

Penambahan Ferri Klorida didapatkan yaitu dengan dosis


Ferri klorida (FeCl3) 1,5 gr ferri klorida dapat
merupakan garam logam yang menurunkan rata-rata kadar COD
biasanya digunakan sebagai 953 mg/l menjadi 249,75 mg/l.51
koagulan. Koagulan ini Dalam penelitian lain
merupakan salah satu senyawa menunjukkan bahwa penggunaan
kimia yang digunakan dalam koagulan FeCl3 yang dilakukan
pengolahan limbah, produksi air pada air limbah industri
minum maupun katalis, baik di percetakan menyimpulkan bahwa
industri maupun di laboratorium. koagulan FeCl3 dapat
FeCl3 digunakan sebagai menurunkan kadar COD sebesar
koagulan karena sifatnya yang 27,06 % pada dosis 2000 mg/l
akan mengion di dalam air dan 92,67 % pada dosis 6000
menjadi kation Fe3+. Kation ini mg/l.8
akan bereaksi dengan alkalinitas
dan terhidrolisis menjadi padatan
hidroksida logam yang tidak larut Gambar 1 Diagram rata-rata
dalam air. Adanya padatan kandungan COD sebelum dan
hidroksida logam ini, mekanisme sesudah perlakuan FeCl3
destabilisasi partikel koloid Pada gambar 1
khususnya mekanisme menunjukkan bahwa pada setiap
pemerangkapan partikel koloid pengulangan kandungan COD
dalam endapan akan terjadi. setelah penambahan koagulan
Partikel-partikel koloid yang ada selalu mengalami penurunan
akan terperangkap pada struktur secara bertingkat seiring dengan
flok hidroksida logam dan semakin besar dosis koagulan
terbawa.7 yang diberikan. Pada penelitian
Pemanfaatan ferri klorida ini dosis ferri klorida yang
sebagai koagulan untuk digunakan yaitu 7 gr, 9 gr, 11 gr,
menurunkan kadar COD sudah 13 gr, 15 gr dan 17 gr. Dosis ferri

283
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

klorida yang diberikan dapat sehingga koagulan tersebut


menurunkan kadar COD masing- memiliki kemampuan untuk
masing yaitu 1.482,5 mg/l, menetralisir muatan koloid.
1.289,75 mg/l, 1.017 mg/l, 765,75 Peningkatan konsentrasi elektrolit
mg/l, 561,75 mg/l, dan 463,25 akan menyebabkan muatan
mg/l. Pada setiap pengulangan partikel menjadi stabil dan
pada penelitian ini, penurunan terbentuk gumpalan yang dikenal
COD terbesar pada dosis 17 gr sebagai proses koagulasi. Melalui
yaitu 463,25 mg/l. Pada proses ini bahan-bahan
pengulangan ke-1 dengan dosis pencemar kimia organik dan
17 gr mengalami penurunan anorganik dapat diturunkan.
kadar COD terbesar yaitu dari Penurunan bahan-bahan ini akan
nilai COD sebesar 4.790 mg/l menyebabkan berkurangnya
menjadi 310 mg/l. Namun nilai oksigen terlarut yang dibutuhkan
tersebut juga masih di atas baku untuk mengoksidasi bahan-bahan
mutu bedasarkan Peraturan tersebut sehingga nilai COD akan
Daerah Jawa Tengah No 5 Tahun menurun.9
2012 tentang baku mutu air Tabel 3 Hasil pemeriksaan pH
limbah sebesar 225 mg/l. sebelum dan sesudah
Perbedaan penurunan kadar penambahan berbagai variasi
COD diakibatkan karena dosis FeCl3
perbedaan kadar COD awal Postest
(pretest) dengan besarnya dosis
koagulan ferri klorida yang 7 gr 9 gr 11 13 15 17
diberikan pada sampel limbah gr gr gr gr
cair tahu.
Penurunan COD pada 3,01 2,75 2,42 2,33 2,12 2,09
limbah cair tahu tak lepas dari 3,34 3,14 3,02 3,00 2,90 2,79
proses koagulasi-flokulasi yang 2,98 2,08 2,00 1.19 1.11 1.07
terjadi antara koagulan dengan 3,18 2,98 2,71 2,11 2,04 2,01
partikel-partikel yang terdapat 3,13 2,74 2,54 2,15 2,04 1,99
pada limbah cair tahu.
Penambahan koagulan akan
merusak sistem koloid yang ada Pada tabel 3 dapat dilihat
dalam air limbah. Sistem koloid bahwa pemberian ferri klorida 7
yang terdapat dalam air limbah gr, 9 gr, 11 gr, 13 gr, 15 gr, dan
cair sebagian besar partikelnya 17 gr mengalami penurunan rata-
bermuatan negatif dan tidak rata pH menjadi 3,13 ; 2,74 ; 2,54
stabil. Partikel-partikel tersebut ; 2,15 ; 2,04 ; dan 1,99. Nilai pH
distabilkan oleh muatan yang tersebut membuktikan semakin
berlawanan pada permukaan banyak dosis ferri klorida yang
yang menghasilkan gaya tarik- diberikan akan menyebabkan
menarik antar partikel untuk penurunan pH menjadi semakin
membentuk agregat yang lebih asam. Proses koagulasi-flokulasi
besar sehingga viskositas sistem akan berjalan secara efektif
koloid juga akan semakin apabila pH bersifat netral.10 Oleh
bertambah. Dalam hal ini karena itu, pada peneltian ini
koagulan ferri klorida (Fe3+) dilakukan pengendalian pH
mempunyai muatan yang positif menjadi netral.
pada permukaan larutan

284
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Tabel 4 Hasil pemeriksaan suhu merupakan salah satu faktor yang


sebelum dan sesudah perlakuan mempengaruhi proses koagulasi-
dengan berbagai dosis FeCl3 flokulasi. Kecepatan pengadukan
Rata-rata suhu sangat berpengaruh dalam
Dosis (oC) Selisish koagulasi-flokulasi. Apabila
(gr) Pre Post (oC) pengadukan terlalu lamban akan
test test mengakibatkan waktu
Kontrol 28,80 27,35 1,45 pertumbuhan flok menjadi lama.
7 28,80 27,42 1,38 Sedangkan, apabila terlalu cepat
9 28,80 27,46 1,34 mengakibatkan flok-flok yang
11 28,80 27,49 1,31 telah terbentuk menjadi pecah
13 28,80 27,50 1,30 kembali.10 Oleh karena itu,
15 28,80 27,53 1,27 diperlukan kecepatan
17 28,80 27,57 1,23 pengadukan yang sesuai
standart. Pada penelitian ini,
Pada penelitian ini, rata-rata dilakukan pengadukan secara
suhu setelah perlakuan jar test cepat dan lambat. Pada
mengalami penurunan dari rata- pengadukan cepat menggunakan
rata suhu sebelum perlakuan kecepatan 120 rpm, sedangkan
dengan jar test. Seperti yang pengadukan lambat
terdapat pada tabel 4 suhu awal menggunakan kecepatan 20 rpm.
limbah memiliki rata-rata 28,80 oC Waktu pengadukan menjadi
dan setelah setelah perlakuan salah satu faktor yang
mengalami penurunan menjadi mempengaruhi koagulasi-
27,35 – 27,57 oC. Penurunan flokulasi. Pengadukan yang baik
tertinggi terdapat pada kelompok diperlukan untuk memeperoleh
kontrol yaitu 1,45 oC. Sedangkan koagulasi dan flokulasi yang baik.
penurunan terendah terdapat Apabila pengadukan terlalu lama
pada pemberian dosis FeCl3 maka akan mengakibatkan
sebesar 17 gr yaitu 1,23 oC. jumlah flok yang dihasilkan
Volume juga menjadi salah semakin banyak. Sedangkan,
satu faktor yang mempengaruhi apabila terlalu sebentar maka
koagulasi-flokulasi. Pada akan mengganggu proses
peneltian ini, volume yang koagulasinya karena flok yang
dibutuhkan pada masing-masing terbentuk belum maksimal.10 Oleh
gelas beaker sebesar 1000ml. karena itu diperlukan waktu
Pada setiap penggulangan pengadukan yang pas sehingga
dibutuhkan ÷ 8 liter yaitu 6 liter pada penelitian ini waktu
sebagai sampel perlakuan, 1 liter pengadukan dikontrol.
sebagai sampel kontrol, dan 1 Pengadukan cepat dilakukan
liter sebagai sampel pretest. dalam waktu 2 menit, sedangkan
Penelitian ini dilakukan dengan 4 pengadukan lambat dilakukan
kali pengulangan sehingga dalam waktu 20 menit.
volume total yang dibutuhkan Waktu yang dibutuhkan
untuk penelitian sebesar 32 liter untuk mengendapkan flok ke
limbah cair tahu. dasar adalah pengertian dari
Faktor lainnya yaitu lama waktu pengendapan. Proses
kecepatan pengadukan. sedimentasi limbah sangat
Pengadukan dengan berpengaruh terhadap lama
menggunakan jar test juga waktu pengendapan. Semakin

285
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

lama waktu pengendapan, filtrat rata kadar COD setelah


(cairan yang sudah dipisahkan penambahan ferri klorida dengan
dari flok) yang dihasilkan lebih berbagai variasi dosis masih
jernih karena flok yang terbentuk berada di atas baku mutu. Pada
dapat mengendap semua. Waktu dosis 17 gr ferri klorida sudah
pengendapan yang paling baik dapat menurunkan hingga
berkisar antara 45 menit sampai 2 90,74%, akan tetapi nilai ini
jam.11 Oleh karena itu, pada belum dapat menurunkan kadar
penelitian ini lama waktu COD hingga di bawah baku mutu
pengendepan diatur menjadi 45 yaitu 275 mg/l. Oleh karena itu,
menit. koagulan ferri klorida dengan
d. Efektivitas Penurunan Kadar dosis 7 gr, 9 gr, 11 gr, 13 gr, 15 gr
COD dengan Penambahan dan 17 gr belum efektif dalam
Koagulan Ferri Klorida menurunkan kadar COD pada
Pada penelitian ini limbah cair tahu.
didapatkan hasil kadar COD pada Nilai efesiensi penurunan
limbah cair tahu Bapak Haji Jupri kadar COD pada penelitian ini
memiliki nilai di atas baku mutu dinilai belum efektif dikarenakan
berdasarkan Peraturan Daerah faktor lain yaitu pH. Reaksi yang
Jawa Tengah No. 5 Tahun 2012 terjadi pada proses koagulasi
yaitu 275 mg/l. Penambahan menggunakan ferri klorida pada
koagulan ferri klorida dapat rentang pH antara 4-12.12 Adapun
menurunkan kadar COD pada penelitian yang telah dilakukan
limbah cair tahu. Berdasarkan uji oleh Gebbie pada tahun 2005,
statistik Kruskal Wallis didapatkan koagulan ferri klorida bekerja
nilai signifikasi p-value= 0,0001 (p pada rentang pH yang lebar dan
≤ 0,05), sehingga dapat sering kali dapat digunakan pada
disimpulkan bahwa H0 ditolak batas rentang yang lebi tinggi,
atau ada perbedaan rata-rata misalnya dari 7,5-8. Sedangkan
penurunan kadar COD limbah sampel limbah cair tahu ini
cair tahu dengan perlakuan memiliki nilai pH rata-rata 4,02
berbagai variasi dosis ferri yang bersifat asam. Koagulan
klroida. Selanjutnya, dilakukan uji ferri klorida juga memiliki sifat
Post Hoc dengan menggunakan asam kuat dan basa lemah. Hal
uji Mann Whitney. Hasil uji Mann ini akan menyebabkan
Whitney didapatkan hasil bahwa berlebihnya ion positif dari
antar kelompok kontrol dengan koagulan dan limbah yang
berbagai variasi dosis ferri klorida menimbulkan gaya tolak menolak
mempunyai perbedaan signifikan antar partikel sehingga terjadi
penurunan kadar COD pada gerakan pada koloid di dalam
limbah cair tahu dengan sampel limbah cair tahu dan
menggunakan koagulan ferri mengganggu proses stabilisasi
klorida. yang terjadi antara koloid dengan
Efektivitas dosis koagulan koagulan ferri klorida.13
ferri klorida dinilai dari seberapa e. Keterbatasan Penelitian
besar peran koagulan dalam Keterbatasan penelitian ini
menurunkan kadar COD pada adalah pemeriksaan sampel air
limbah cair tahu hingga berada di limbah cair tahu dilakukan satu
bawah baku mutu. Data pada hari setelah perlakuan sehingga
tabel 1 menunjukkn bahwa rata- diperlakukan pengawetan sampel

286
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

air limbah cair tersebut. penambahan FeCl3 dengan dosis


Pengawetan sampel air limbah 7 gr, 9 gr, 11 gr, 13 gr, 15 gr dan
cair untuk pemeriksaan COD 17 gr secara berturut-turut
dilakukan dengan menambahkan sebesar 70,24%, 74%, 79,56%,
H2SO4 sampai pH lebih kecil dari 84,65%, 88,74% dan 90,74%.
2,0 dan disimpan pada pendingin 4. Dosis optimal FeCl3 dalam
4oC. Koagulan ferri klorida mudah menurunkan COD limbah cair
mencair, sehingga apabila tahu yaitu 17 gr. Akan tetapi,
setelah ditimbang tidak segera dosis ini belum mampu
dimasukkan ke dalam gelas menurunkan kadar COD hingga
beaker, dosis koagulan akan memenuhi baku mutu dalam
berkurang karena mencair pada Peraturan Daerah Jawa Tengah
media yang digunakan untuk alas No 5 tahun 2012 tentang baku
menimbang. mutu air limbah cair tahu yaitu
sebesar 275 mg/l.
Kesimpulan
1. Kadar COD pada limbah cair tahu Saran
sebelum adanya perlakuan Bagi pemilik pabrik tahu disarankan
dengan berbagai variasi dosis untuk membuat saluran limbah
ferri klorida sebesar 4.977 mg/l. sederhana menggunakan pipa
2. Kadar COD pada limbah cair tahu berbentuk zig-zag yang mengarah
setelah perlakuan dengan dosis ke badan air dan dibuat lubang
FeCl3 7 gr, 9 gr, 11 gr, 13 gr, 15 tengah pipa untuk membubuhkan
gr dan 17 gr secara berturut-turut koagulan ferri klorida. Selain itu,
sebesar 1.482,5 mg/l, 1.289,75 dengan membuat bak besar untuk
mg/l, 1.017 mg/l, 765,75 mg/l, limbah cair tahu dan diberi FeCl3
561,75 mg/l, dan 463,25 mg/l. sesuai takaran yang telah dihitung
3. Efisiensi penurunan kadar COD dan pada bagian bawah diberi pipa
pada limbah cair tahu sesudah kecil yang disalurkan ke saluran air.
Daftar Pustaka Menurunkan KadarChemical
1. Driyanti R. Produksi Oxygen Demand (COD) pada
Polihidroksialkanoat dari Air Limbah Laundry. Jurnal
Limbah Industri Tapioka dengan Kesehatan Masyarakat (e-
Sequencing Batch Reaktor. jurnal). 2017;5(5):479-489.
Jurnal Penelitian Fakultas 5. Effendi H.Telaah Kualitas Air
Farmasi. 2007. Bagi Pengelolaan Sumber Daya
2. Institut Teknologi Sepuluh dan Lingkungan Perairan.
Semarang. Unit Koagulasi Jakarta: Kanisius (Anggota
(Internet). Available from: IKAPI ); 2003.
http://oc.its.ac.id/ambilfile.php?id 6. Herlambang. Teknologi
p=1940. diakses pada 20 Pengolahan Sampah dan Air
Februari 2018. Limbah. 2002.
3. Rachmawati S dan Winarni. Jurnal.bppt.go.id/index.php/JAI/
Pengaruh pH pada Proses article/download/281/280.
Koagulasi dengan Koagulan 7. Dianursanti dkk. Optimasi
Alumunium Sulfat dan Ferri Penggunaan Koagulan pada
Klorida. Jurnal Teknik Pengolahan Air Limbah Batu
Lingkungan. 2009;5(2):40-5. Bara. Yogyakarta: Seminar
4. Larasati A. Efektivitas Dosis Nasional Teknik Kimia; 2010.
Ferri Klorida (FeCl3) dalam

287
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

8. Nugraha A, Sutanto, Muharini A.


Pengolahan Limbah Cair
Percetakan dengan
Menggunakan Koagulan
Alumunium Sulfat dan Besi (III)
Klorida. Bogor: Universitas
Pakuan Bogor.
9. Unggul Sudarmo. Kimia SMA
Jilid 2. Jakarta:Erlangga; 2004.
10. Susanto R. Optimasi Koagulasi
Flokulasi dan Analisis Kualitas
Air pada Industri Semen.
Jakarta: Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah;
2008.
11. Alaerts, Santika SS. Metoda
Penelitian Air. Surabaya:
Penerbit Usaha Nasional; 1987.
12. Ditjen Karya Cipta. Profil
Kabupaten Semarang.
Semarang
13. Busyairi M. Pengolahan Limbah
Cair dengan Parameter Total
Suspended Solid (TSS) dan
Warna Menggunakan
Biokoagulan (Limbah Cangkang
Kepiting). Publikasi Ilmiah.
2014; 1412-9612.

288
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

289

You might also like