Professional Documents
Culture Documents
Optimalisasi Sosialisasi Rekrutmen Calon
Optimalisasi Sosialisasi Rekrutmen Calon
TESIS
Oleh;
DINNAR WIDARGO
STB : 1666MM01083
ABSTRACT
PENDAHULUAN
2
Polisi Daerah (POLDA) Sulawesi Tenggara merupakan salah satu bagian dari
Polisi Republik Indonesia (POLRI) yang menyenggarakan keamanan nasional di
Provinsi Sulawesi Tenggara. Polisi Daerah (POLDA) Sulawesi Tenggara
melaksanakan kegiatan perekrutan calon anggota polisi setiap tahun dan sudah menjadi
agenda kerja perekrutan anggota polisi yang baru. Namun demikian jumlah calon
anggota polisi yang baru dibatasi jumlah (kuwota) penerimaan dan semua calon
anggota harus diseleksi sesuai aturan yang ditetapkan. Kegiatan penerimaan calon
anggota polisi yang baru dilaksanakan dengan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat
oleh Bhayangkara Pembinaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
(BHABINKAMTIBMAS) di wilayah kerja Polisi Daerah (POLDA) Sulawesi Tenggara
yang mencakup 17 Kabupaten Kota di Sulawesi Tenggara.
Hasil dari kegiatan sosialisasi penerimaan calon anggota POLRI yang baru di tahun
2017, jumlah calon anggota POLRI sebanyak 2.330 dengan komposisi berdasarkan jenis
kelamin, laki-laki sebanyak 2.100 orang dan perempuan sebanyak 230 orang. Rekrutman calon
anggota POLRI tahun 2018 sebanyak 1.858 orang yang tediri dari 1.567 orang laki-laki dan 291
orang perempuan. Hal ini menunjukkan adanya penurunan jumlah penerimaan rekrutmen calon
anggota POLRI.
Seiringan dengan proses perekrutan calon siswa polisi yang terjadi penurunan
disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah bahwa terdapat pemungutan biaya
yang membuat orang tua dari calon siswa harus siapkan hingga ratusan juta rumah demi
anaknya yang diharapkan menjadi calon anggota polisi., peristiwa ini bagi sebagian
orang tua tidak mampu dan mundur karena tidak memiliki uang, sebagian orang lainnya
berusaha memenuhi permintaan dan tersebut dengan berbagai usaha yang penting
anaknya dapat tererkrut menjadi calon anggota polisi, sementara disisi lain tidak ada
pemungutan biaya, salah satunya sisi adalah bahwa setiap anak harus berprestasi dan
menduduki rangking 1 – 100. Jika kuaota penerimaan 100 orang, tetapi kemudian kuota
atau jumlah penerimaan calon polisi ditetapkan sesuai dengan kebutuhan Polisi
Republik Indonesia (POLRI)
Fenomena penurunan jumlah calon anggota POLRI menunjukkan kurangnya
sosialisasi yang dilakukan oleh pihak POLDA Sultra terkait dengan penerimaan atau
rekrutmen calon anggota POLRI yang baru. Disisi lain Animo masyarakat untuk
menjadi anggota POLRI cukup tinggi, hal ini dilihat dari jumlah pendaftar yang
walaupun menurun tetap tetap lebih besar dari 1.000. Salah satu sisinya adalah bahwa
setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban dalam membela negara dan pintu
masuk untuk membela negara ini salah satunya melalui rekrutmen calon anggota
POLRI di wilayah kerja POLDA Sultra.
TINJAUAN PUSTAKA
3
keunggulan bersaing yang meliputi aktivitas-aktivitas pengambilan keputusan dalam
perencanaan, pengimplementasian dan pengendalian sumber daya manusia
(Mangkuprawira, 2003: 6). Aktivitas manajemen SDM sebagai manajemen strategik
adalah merupakan aplikasi dari fungsi-fungsi SDM yang mengacu pada kondisi
lingkungan eksternal yang berkembang dan berinteraksi dengan lingkungan organisasi.
Hasibuan (2001 : 10) menyatakan bahwa manajemen sumber daya manusia
adalah suatu bidang manajemen yang khusus mempelajari hubungan dan peranan
manusia dalam organisasi perusahaan. Unsur manajemen sumber daya manusia adalah
manusia yang merupakan tenaga kerja pada perusahaan.
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pengembangan adalah fungsi operasional kedua dari manajemen personalia.
Pengembangan pegawai perlu dilakukan secara terencana dan berkesinambungan. Agar
pengembangan dapat dilaksanakan dengan baik, lebih dahulu ditetapkan suatu program
pengembangan sumber daya manusia (Hasibuan, 2001: 68).
Pengembangan mempunyai lingkup yang luas. Sebagaimana Smith (2000:2)
mengemukakan “Development: the growth or realization of a person ability through
conscious or unconscious learning”. Ini berarti bahwa pengembangan meliputi
seluruh aspek peningkatan kualitas pegawai bukan hanya pendidikan dan pelatihan.
Pengembangan lebih terfokus pada kebutuhan jangka panjang umum organisasi.
Hasilnya bersifat tidak langsung dan hanya dapat diukur dalam jangka panjang.
Pelatihan diarahkan untuk memperbaiki prestasi kerja saat ini sedangkan pengembangan
adalah untuk mengembangkan keterampilan untuk pekerjaan masa depan.
Sumber daya aparatur yang berkualitas merupakan prasyarat dalam
meningkatkan mutu penyelenggaraan negara serta pemerintah kepada masyarakat. Dan
agar setiap upaya pembinaan kearah peningkatan kualitas aparatur pemerintah mencapai
sasaran dan menjadi relevan dalam menjawab tuntutan reformasi pada pencapaian
standar kompetensi baik bagi aparatur pemangku jabatan struktural, fungsional maupun
staf/pegawai non-jabatan.
Pendidikan dan pelatihan (training) dianggap sebagai bagian integral dari
administrasi kepegawaian, yang memberikan kontribusi pada administrasi negara,
pelaksanaan tugas, peningkatan produktivitas dan peningkatan kemampuan serta
dedikasi sebagai Aparat Sipil Negara. Program pelatihan terdiri dari pelatihan umum
dan khusus disiapkan untuk semua Aparat Sipil Pemerintah. Ini terus menerus
menawarkan untuk meningkatkan perwira kualitas, keterampilan dan kemampuan.
Sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 05 Tahun 2014 Tentang
Aparatur Sipil Negara, pasal 21 dan 22 PNS dan PPPK berhak memperoleh
pengembangan Kompetensi dan Pasal 70 Setiap Pegawai ASN memiliki hak dan
kesempatan untuk mengembangkan kompetensi. Pengembangan kompetensi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain melalui pendidikan danpelatihan,
seminar, kursus, dan penataran.
Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis,
teoritis, konseptual, dan moral pegawai dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui
pendidikan dan pelatihan (Hasibuan, 2001: 69). Pendidikan meningkatkan keahlian
teoritis, konseptual, dan moral pegawai, sedangkan latihan bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan teknis pelaksanaan pekerjaan pegawai.
Menurut Flippo (2004: 71) pendidikan adalah segala usaha yang berhubungan
dengan peningkatan pengetahuan umum dan pemahaman atas lingkungan kita secara
menyeluruh, sedangkan latihan adalah suatu usaha peningkatan pengetahuan dan
keahlian seorang pegawai untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu. Sikula dalam
Hasibuan (2001: 70) mengemukakan bahwa pengembangan mengacu kepada masalah
4
staf dan personel adalah suatu proses pendidikan jangka panjang menggunakan suatu
prosedur yang sistematis dan terorganisasi dengan mana manajer belajar pengetahuan
konseptual dan toeri untuk tujuan umum. Latihan adalah suatu proses pendidikan jangka
pendek dengan menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisir sehingga
pegawai operasional belajar pengetahuan teknik pengerjaan dan keahlian untuk tujuan
tertentu.
Konsep Optimalisasi
Optimalisasi menurut Nawawi (2001: 203) ialah tertinggi, paling baik,
sempurna, terbaik, paling menguntungkan. Mengoptimalkan berarti menjadikan
sempurna, menjadikan paling tinggi, menjadikan maksimal. Optimalisasi berarti
pengoptimalan (Narwoko, 2004: 92). Sudjana (2006:109) mendefinisikan optimalisasi
sebagai proses pencarian solusi yang terbaik, tidak selalu keuntungan yang paling tinggi
yang bisa dicapai jika tujuan pengoptimalan adalah memaksimumkan keuntungan, atau
tidak selalu biaya yang paling kecil yang bisa ditekan jika tujuan pengoptimalan adalah
meminimumkan biaya. Menurut Sudjana (2006: 109) ada tiga elemen permasalahan
optimalisasi yang harus diidentifikasi, yaitu tujuan, alternative keputusan, dan
sumberdaya yang dibatasi.
1. Tujuan
Tujuan bisa berbentuk maksimisasi atau minimisasi. Bentuk maksimisasi
digunakan jika tujuan pengoptimalan berhubungan dengan keuntungan,
penerimaan, dan sejenisnya. Bentuk minimisasi akan dipilih jika tujuan
pengoptimalan berhubungan dengan biaya, waktu, jarak, dan sejenisnya. Penentuan
tujuan harus memperhatikan apa yang diminimumkan atau maksimumkan.
2. Alternatif Keputusan
Pengambilan keputusan dihadapkan pada beberapa pilihan untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan. Alternatif keputusan yang tersedia tentunya alternatif yang
menggunakan sumberdaya terbatas yang dimiliki pengambil keputusan. Alternatif
keputusan merupakan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mencapai
tujuan.
3. Sumberdaya yang Dibatasi
Sumberdaya merupakan pengorbanan yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan. Ketersediaan sumberdaya ini terbatas. Keterlibatan ini yang
mengakibatkan dibutuhkanya proses optimalisasi. Manfaat Optimalisasi:
1) Mengidentifiksi tujuan
2) Mengatasi kendala
3) Pemecahan masalah yang lebih tepat dan dapat diandalkan
4) Pengambilan keputusan yang lebih cepat.
Dalam proses produksi untuk mencapai optimalisasi banyak hal yang harus
diperhatikan terutama dalam menyusun rencana produksi ini akan menjadi landasan
dalam melakukan produksi (Narwoko, 2004: 95). Optimalisasi proses produksi
merupakan cara untuk memaksimalkan hasil produksi (output). Optimalisasi produksi
dapat dicapai dengan meningkatkan produktivitas, sehingga tingkat efisiensi akan
menjadi tinggi, dan berdampak pada produk yang dihasilkan akan menjadi tinggi dan
berdampak pada produk yang dihasilkan akan menjadi tinggi sehingga rencana produksi
atau target produksi dapat dicapai dengan tepat (Aburachman, 2009: 113).
Robbins (2006: 239) mengartikan optimalisasi sebagai usaha memaksimalkan
kegiatan sehingga mewujudkan keuntungan yang diinginkan atau dikehendaki. Dengan
demikian, maka kesimpulan dari optimalisasi adalah sebagai upaya, proses, cara, dan
perbuatan untuk menggunakan sumber – sumber yang dimiliki dalam rangka mencapai
5
kondisi yang terbaik, paling menguntungkan dan paling diinginkan dalam batas – batas
tertentu dan kriteria tertentu.
Hartanto (2009: 30) mengemukakan bahwa optimalisasi adalah proses
peningkatan kegiatan operasi untuk mencapai target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Manajemen sumber daya manusia mengelola sumber daya manusia untuk mencapai
kualitas yang optimal. Aspek optimalisaisi menduduki bagian pelaksanaan
peningkatkan kualitas sehingga ukuran dari optimalisasi adalah ukuran perubahan dari
kondisi awal ke kondisi akhir yang diharapkan oleh organisasi. Dharma (2010: 50)
menambahkan bahwa optimalisasi adalah proses peningkatkan kinerja mencapai sasaran
yang diinginkan oleh organisasi dan diberikan penghargaan pada tiap perubahan atas
capaian sumber daya manusia yang melalui kemampuan kerja, keterampilan dan
pengalaman.
Konsep Sosialisasi
Menurut Charlotte Buhler dalam Mardiasmo (2003: 9) Sosialisasi adalah proses
yang membantuk individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, tentang cara hidup
dan berpikir kelompoknya agar dia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.
Dalam buku yang sama Peter Berger juga mengataka bahwa sosialisasi adalah suatu
proses dimana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam
masyarakat. Bruce J. Cohen memberikan pendapat yang tidak jauh berbeda dalam
Mardiasmo (2003: 9) bahwa sosialisasi adalah proses-proses manusia mempelajari tata
cara kehidupan dalam masyarakat untuk memperoleh kepribadian dan membangun
kapasitasnya agar berfungsi dengan baik sebagai individu maupun sebagai anggota.
Terdapat beberapa tujuan dari sosialisasi antara lain :
1. Memberi keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melangsungkan
kehidupan seseorang kelak ditengah-tengah masyarakat tempat dia menjadi salah
satu anggotanya.
2. Menambah kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien serta
mengembangkan kemampuannya untuk membaca, menulis, dan bercerita.
3. Membantu pengendalian fungsi organik yang dipelajari melalui latihan mawas diri
yang tepat.
4. Membiasakan individu dengan dengan nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada
pada masyarakat.
5. Untuk mengetahui lingkungan alam sekitar.
6. Untuk mengetahui lingkungan sosial, tempat individu bertempat tinggal termasul
lingkungan sosial yang baru.
7. Untuk mengetahui nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat.
8. Untuk mengetahui lingkungan sosial-budaya suatu masyarakat
Konsep Rektrumen
Rekrutmen (recruitment) merupakan serangkaian aktivitas untuk mencari dan
memikat pelamar kerja dengan motivasi, kemampuan, keahlian dan pengetahuan yang
diperlukan guna menutupi kekurangan yang diidentifikasikan dalam perencanaan
kepegawaian. Aktivitas rekrutmen dimulai pada saat calon mulai dicari dan berakhir
tatkala lamaran mereka diserahkan. Melalui rekrutmen individu yang memiliki keahlian
yang dibutuhkan didorong membuat lamaran untuk lowongan kerja yang tersedia di
perusahaan (Simamora, 2006: 168).
Menurut Simamora (2006:170) menyatakan bahwa: Hasil rekrutmen adalah
sekumpulan pelamar kerja yang akan diseleksi untuk menjadi karyawan baru. Proses
rekrutmen juga berinteraksi dengan aktivitasaktivitas sumber daya manusia lainnya,
terutama evaluasi kinerja, kompensasi, pelatihan dan pengembangan dan hubungan
karyawan. Sedangkan rekrutmen menurut Hasibuan (2009:40) adalah usaha mencari
6
dan mempengaruhi tenaga kerja, agar dapat melamar lowongan pekerjaan yang ada
dalam suatu perusahaan.
Menurut Handoko (2008:69) menyatakan bahwa “Rekrutmen merupakan proses
pencarian dan pemikatan para calon karyawan (pelamar) yang mampu untuk melamar
sebagai karyawan”. Untuk mendapatkan calon kandidat yang berkualitas, maka
perusahaan harus dapat melakukan proses rekrutmen yang baik. Perusahaan harus
mampu mengidentifikasi kebutuhan perusahaan. Selain itu, perusahaan juga harus
mampu menentukan dasar rekrutmen, sumber-sumber rekrutmen.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini didesain sebagai penelitian kualitatif Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif atau naturalistik karena dilakukan pada kondisi yang alamiah.
Informan Penelitian
Informan merupakan orang yang benar-benar mengetahui permasalahan yang akan diteliti.
Dalam penelitian ini terdapat 2 informa diantaranya:
1. Informan kunci, yaitu orang-orang yang sangat memahami permasalahan yan diteliti.
Adapun yang dimaksud sebagai informan kunci dalam penelitian ini adalah anggota
POLRI 3 orang, 2 orang guru, 1 LSM, 1 tokoh masyarakat, dan 2 orang calon anggota
polisi.
2. Informan non kunci, yaitu orang yang dianggap mengetahui permasalahan yang diteliti
yaitu Optimalisasi Sosialisasi Rekrutmen Calon Anggota Polisi Republik Indonesai
Dalam Rangka Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat di wilayah Polisi Daerah
(POLDA) Sulawesi Tenggara.
Metode Pengumpulan Data
Penelitian yang dilakukan pada Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara
menggunakan metode pengumpulan data yang meliputi :
1. Oberservasi
Observasi atau pengamatan, menurut Miles dan Huberman (1994: 212)
merupakan proses pengumpulan data dari hasil pengamatan atau melihat langsung
fenomena-fenomena yang ada kaitannya dengan tujuan penelitian yang akan dicapai.
Observasi dalam penelitian ini dilakukan pada setiap unit kerja yang ada pada Kepolisian
Daerah Sulawesi Tenggara.
2. Wawancara
Wawancara yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
menggunakan pedoman wawancara yang bersifat terbuka dan dilakukan kepada
informan yang telah ditetapkan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi meurpakan prosedur pengumpulan data berdasarkan data-data yang
telah didokumentasikan atau disimpan sebagai arsip di dalam Kepolisian Daerah
Sulawesi Tenggara.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang sesuai dengan penelitian kualitatif adalah analisis
deskriptif kualitatif.
7
Penelitian yang diilakukan pada Polisi Daerah (POLDA) Sulawesi Tenggara
difokuskan pada kegiatan sosialisasi rekrutmen calon anggota polisi yang akan dididik
pada sekolah kepolisian negara Republik Indonesia. Kegiatan sosialisasi dilakukan oleh
Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat di wilayah Polisi Daerah
(POLDA) Sulawesi Tenggara dengan melibatkan polisi resor untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan sosialisasi tersebut.
Kegiatan sosialisasi menggunakan materi-materi dan konsep tentang tujuan
pemerimaan calon anggota polisi baru. Dalam materi tersebut terurai gambaran Polisi
Republik Indonesia (POLRI) dengan visi dan misinya kemudian merujuk kepada tujuan
rekrutment yang disampaikan secara konseptual atau seminar kepada anggota
masyarakat dan calon anggota polisi baru di setiap sekolah menengah atas (SMA).
Kabag Dalpers Akbp Imam Zahroni.SIK dalam wawancara pada tanggal 23 Juli
2018 mengatakan bahwa:
“....perlu ada peningkatan kegiatan sosialisasi di setiap polres dan polsek dan
mengarahkan mereka untuk mengunjungi setiap sekolah di wilayah kerja
polres dan polsek masing-masing guna memberikan pencerahan, ceramah
atau seminar atau juga diskusi bersama untuk lebih dekan mengenal Polisi
Republik Indonesia (POLRI) yang nantinya dapat membangun minat anak
bangsa untuk mau bergabung dan menjadi calon anggota Polisi Republik
Indonesia (POLRI). Himbauan kamu kepada setiap pelaksana sosialisasi di
daerah agar mau memberikan arahkan dan diskusi yang tidak berkaitan
dengan bayar membayar karena para siswa ini akan depresi memikirkan
biaya yang akan dibayar dalam proses perekrutan calon anggota polisi. Yang
kami tekankan dari Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat (BHABINKAMTIBMAS) adalah pelaksanaan kegiatan
sosialisasi yang optimal berdasarkan tahapan-tahapan kerja yang kami
inginan seperti ”
a. Tahapan Pertama
Tim sosialisasi/kampanye merencanakan pembuatan sepanduk/selebaran
dan merencanakan sekolah, instansi dan tempat keramaian yang akan
didatangi.
b. Tahapan Kedua
Melakukan pemasangan spanduk/selebaran yang telah dibuatkan
selanjutnya di salurkan kepada Polres dalam wilayah Polisi Daerah
(POLDA) Sulawesi Tenggara untuk segera di pasang pada tempat yang
dianggap strategis untuk diketahui oleh masyarakat pengguna jalan serta
melakukan dokumentasi untuk diserahkan kepada Bhayangkara
Pembinaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
(BHABINKAMTIBMAS) untuk diteruskan.
c. Tahapan Ketiga
Memberikan informasi kepada para Bhabinkamtibmas di Polisi Daerah
(POLDA) Sulawesi Tenggara untuk segera di sosialisasikan kepada
masyarakat di wilayah binaan serta melaporkan kegiatan disertai dengan
dokumentasi.
d. Tahapan Empat
Team sosialisasi/kampanye mendatangi tempat sosialisasi dengan
menggunakan kendaraan dinas yang beranggotakan anggota Polwan dan
Polki dari lulusan SMA dan sederajat se Provinsi Sulawesi Tenggara .
e. Tahap Kelima
8
Membuatkan laporan pelaksanaan tugas sosialisai/kampanye yang
dilaporkan kepada pimpinan sebagai tanggung jawab telah dilaksanakan
kegiatan sosialisasi.
Tahapan-tahapan ini menjadi bagian dari kegiatan optimalisasi sosialisasi
yang selama ini jalan ditempat. Kami berharap bahwa dengan tahapan-tahapan ini,
jumlah calon anggota Polisi Republik Indonesia (POLRI) dapat meningkatkan pada
masa mendatang.
Kasubag Diapers Kompol Lido Ratri Antoro. SH, SIK mengatakan dalam
wawancara pada Tanggal 23 Juli 2018 bahwa :
“...... dalam kegiatan sosialisasi ini yang terlibat adalah tim kerja yang dibentuk
oleh Kepala Polisi Daerah (Kapolda) Sulawesi Tenggara pada bidang Ditbinmas
yaitu Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
(BHABINKAMTIBMAS) yang bekerja bersama seluruh polisi resor dan polisi
9
sektor untuk menyampaikan informasn dan tatacara perekrutan calon anggota polisi
Republik Indonesia. Tim ini bekerja berdasarkan aturan yang telah ditetapkan
dalam peraturan kepala polisi Republik Indonesia. Di dalam tugas sosialisasi ini,
tim BHABINKAMTIBMAS diberikan fasilitas ruang tempat sosialisasi untuk
mengudang masyarakat guna mengikuti acara sosialisas, namun sejauh ini,
masyarakat kurat antusia untuk datang menghadiri acara sosialisasi perekrutan
calon anggota Polisi Republik Indonesia (POLRI) sehingga kabanyakan atau
sebagian besar warga masyarakat terutama anak-anak lulusan SMA datang ke
tempat pendaftaran tanpa melengkapi berbagai administrasi yang telah ditetapkan
sehingga diberi kesempatan untuk memperbaiki hingga sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan.”
10
pemateri yang intinya adalah bahwa ada perhatian siswa untuk menjadi anggota
Polisi Republik Indonesia (POLRI).”
11
bintara. Kondisi seperti ini akan menimbulkan kekecewaan masyarakat dan tidak
akan merekomendasikan anaknya untuk menjadi ikut seleksi calon polisi. Kejadian
seperti harus cepat cegat atau dilaporkan kepada pihak yang berwajib jika tidak
demikian maka akan menjadi polemik bahwa masuk polisi harus memiliki uang
yang banyak”
Peada kesempatan sama, informasi diperoleh dari Hariyanto (Siswa SMA Negeri 4
Kendari Kelas XII) pada tanggal 25 Juli 2018 mengatakan bahwa :
...... kami senang karena kami dapat memperoleh informasi pendidikan secara
langsung dari bapak-bapak polisi dan tentu kami juga mendapat kesempatan untuk
menjadi anggota polisi setelah lulus dari SMA. Saya bangga bila terpilih dan lulus
menjadi calon anggota polisi untuk mengabdi kepada bangsa dan negara Kesatuan
Republik Indonedia ini.
Masyakat dalam penelitian ini adalah kelompok sosial yang ikut memberi perhatian
kepada pelaksanaan penerimaan calon anggota polisi yang baru. Kepercayaan
masyarakat mencakup 3 hal penting yaitu kejelasan, kepastian dan kerja sama.
Andi Herman (LSM Mandiri) dalam wawancara pada tanggal 25 Juli 2018
mengatakan bahwa :
“...saat ini kepercayaan masyarakat mulai luntur terhadap pelaksanaan rekrutmen
calon anggota polisi karena banyaknya calo yang menjadi pusaran dari kegiatan
penerimaan calon anggota polisi ini. Namun sesungguhnya masyarakat itu hanya
menghendaki adanya kejelasan, kepastian dan kejujuran. Kami di LSM ini memberi
perhatian kepada hal khusus terkait dengan adanya calo dalam penerimaan calon
12
anggota polisi yang mengakibatkan terpuruknya penerimaan calon anggota polisi.
Penerimaan calon anggota polisi ini sebenarnya tidak mengguankan biaya besar,
tetapi karena adanya calo dan makelar dalam penerimaan calon anggota polisi
membuat warna dari kegiatan penerimaan calon anggota polisi menjadi buram.
Kejadian pencaloan dalam penerimaan polisi ini sudah lama dan susah dihapus
tetapi dengan cara sosialisasi yang efektif, maka dapat meredam sistem pencaloan
tersebut. Kami berhadap adanya peningkatan kegiatan sosialisasi setiap tahun dan
pengentasan cara-cara pencaloan terhadap calon anggota polisi yang nantinya dapat
meningkatkan jumlah peserta calon anggota polisi. ”
Hasil penelitian diperoleh bahwa LSM memiliki perhatian terhadap sistem pencaloan
yang harus dituntas. Jika tidak dituntaskan maka, masyarakat akan tetap mengeluarkan
uang yang banyak guna membayar jasa calo dalam perekrutan calon anggota polisi.
Hasil penelitian diperoleh bahwa masyarakat membutuhkan adanya kejelasan,
kepastian dan kejujuran dalam pelaksanaan perekrutan calon anggota polisi dan
terhindar dari calo yang selalu menjadi pialang pemungut rejeki tanpa memikirkan
calon anggota polisi apakah lulus atau tidak lulus.
Arifin dalam wawancara pada Tanggal 26 Juli 2018 mengatahakan mengatakan
bahwa :
“...kami ini tidak membutuhkan banyak hal dari kegiatan sosialisasi calon anggota
polisi tetapi harus adalah kepastian, kejelasan dan kejujuran, jangan terlalu banyak
aturan yang berubah dan berganti sehingga anak-anak kami menjadi stres dan tidak
dapat mengikuti seleksi dengan baik. Kami juga sering kali mendapati bahwa
sosialisasi di lapangan berbeda dengan kenyataan di pelayanan kantor polisi.
Dalam kegiatan sosialisasi, mereka menawarkan layanan jasa yang cepat tanggap
tetapi ketika kami pergi ke kantor polisi, kami disuruh ikuti prosedur dan harus
masuk lewat pintu samping dan selalu melapor kepada petugas pos. Hal ini bagi
polisi, biasa saja tetapi bagi masyarakat seperti saya ini merupakan hal yang
membosankan dan tidak efektif karena sudah mondar-mandir di kantor polisi, tetap
saja disuruh ikut prosedur.”
Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa masyarakat yang diwakili oleh arifin
ini membutuhkan adanya kejelasan, kepastian dan kejujuran dalam pelayanan sehingga
hasil sosialisasi dapat dibuktikan dan sesuai dengan apa yang dilaksanakan di kantor
polisi. Pelayanan di kantor polisi tidak hanya untuk pembuktian sosialisasi tetapi ada
juga pelayanan lainnya, namun demikian diharapkan adanya pelayanan yang handal
dengan daya tanggap yang baik serta jaminan dan perhatian yang baik kepada
masyarakat.
Hubungan polisi dengan masyarakat yang saling kurang percaya menunjukkan
ketiadaan empati (empathy) di kedua belah pihak. Masyarakat kurang memahami polisi
beserta tugasnya dan keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi polisi sehingga polisi
menilai masyarakat tidak mendukung. Polisi kurang memahami persoalan anggota
masyarakat dan masalah keamanan yang mereka hadapi sehari-hari sehingga
masyarakat menilai polisi tidak responsif.
Dalam kehidupan masyarakat, Polisi memainkan banyak peran sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya. Mengatur lalu lintas, menegakkan hukum, menyidik
perkara, memelihara keamanan dan ketertiban, dan melindungi keselamatan masyarakat
mengenai polisi, motif polisi, dan tanggapan atau respons polisi, sangat terbatas. Ada
ketidaktahuan dan ketidakpastian di masyarakat luas mengenai kinerja polisi. Pada saat
yang sama, dengan peran yang banyak tersebut, yang disertai dengan kewenangan yang
13
dimiliki polisi berdasarkan konstitusi dan undang-undang kita, polisi memiliki peluang
dan kesempatan untuk mengecewakan harapan-harapan masyarakat.
14
Hasil penelitian diperoleh bahwa komitmen reformasi organisasi Polri, terus
berupaya menjalankan tupoksinya dengan benar, berkualitas dan profesional. Prinsip
Bersih, Transparan, Akuntabel dan Humanis (BETAH) dalam proses rekrutmen ini
merupakan implementasi dari komitmen Polri dalam mewujudkan Polri yang tangguh,
terdepan dan humanis. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan
masyarakat melalui sosialisas rekrutmen Calon Anggota Polri adalah :
1. Merencanakan kegiatan sosialisasi
Kegiatan sosialisasi harus direncanakan dengan baik. Sosialisas rekrutmen
Calon Anggota Polri membutuhkan perencanaan yang baik. Imam Zahroni dalam
wawancara Tanggal 25 Juli 2018 mengatakan bahwa rencana sosialisasi harus
terarah dan disusun dengan baik. Kemudian melakukan koordinasi dengan pihak
polres dan polsek di wilayah Polisi Daerah (POLDA) Sulawesi Tenggara.
2. Menyediakan materi dan acara sosialisasi
Sosialisas rekrutmen Calon Anggota Polri membutuhkan materi ajar yang
kompleks dan terarah agar dapat melaksanakan kegiatan dengan baik. Dalam
sosialisasi tidak bisa berbicara tanpa arah. Harus ada konsep dan materi yang
disediakan agar dapat menggiring acara sosialisasi dalam konsep komunikasi yang
jelas dan tepat sasaran untuk memberitahu cara pendaftaran dan kegiatan lain yang
berkiatan dengan tujuan sosialisas rekrutmen Calon Anggota Polri.
3. Menyediakan tim kerja dan tempat sosialisasi
Polisi Daerah (POLDA) Sulawesi Tenggara dalam sosialisas rekrutmen
Calon Anggota Polri menyediakan tim kerja yaitu tim Bhayangkara Pembinaan
Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (BHABINKAMTIBMAS) yang memiliki
tugas dan tanggung jawab dalam sosialisas rekrutmen Calon Anggota Polri.
Menurut Imam Zahroni dalam wawancara Tanggal 25 Juli 2018 bahwa tim kerja ini
terdiri dari perwira menengah dan bawahannya yang membentuk tim Bhayangkara
Pembinaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (BHABINKAMTIBMAS). Atas
dasar ini, tim bekerja dan melaksanakan sosialisas rekrutmen Calon Anggota Polri
di wilayah Polisi Daerah (POLDA) Sulawesi Tenggara.
4. Menyediakan fasilitas dan sarana prasarana sosialisasi
Fasilitas sosialisas rekrutmen Calon Anggota Polri mencakup komputer, alat
tulisa kantor dan lainnya serta kendaraan operasional untuk menjangkau wilayah
kerja Polisi Daerah (POLDA) Sulawesi Tenggara. Lido Ratri Antoro dalam
wawancara pada Tanggal 25 Juli 2018 mengatakan bahwa kendaraan operasional
untuk sosialisas rekrutmen Calon Anggota Polri disediakan dengan baik untuk dapat
digunakan oleh tim Bhayangkara Pembinaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
(BHABINKAMTIBMAS) sebagai tim yang bertanggung jawab untuk kegiatan
sosialisasi.
5. Membuat undangan bersifat umum
Sosialisas rekrutmen Calon Anggota Polri membutuhkan adanya peserta yang
datang atau tim Bhayangkara Pembinaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
(BHABINKAMTIBMAS) yang partisipatif mendatangi sekolah-sekolah yang ada
di wilayah kerja Polisi Daerah (POLDA) Sulawesi Tenggara.
Berdasarkan hasil penjelasan tersebut maka dapat dikemkakan bahwa upaya untuk
meningkatkan kepercayaan masyarakat dapat dilakukan oleh pihak polisi dengan
memanfaatkan fasilitas kerja dan sumber daya aparatur yang berkompeten dalam bidang
perekrutan tersebut.
Upaya dalam mengoptimalisasi sosialisasi rekrutmen calon anggota polisi melihat
kepada beberapa hal seperti yang dikemukakan oleh Imam Zahroni bahwa penerimaan
calon polisis :
15
a. Tidak memperhatikan faktor sponsorship dalam perekrutan.
b. Merangkul sebanyak mungkin putra daerah untuk dijadikan polisi, termasuk
penambahan kuota untuk daerah-daerah yang masih memerlukan tenaga polisi.
c. Tidak mempermasalahkan domisili peserta seleksi, karena untuk memenuhi kuota
putra daerah siapapun berhak mengikuti seleksi, dengan konsekuensi pada saat
penempatan ia harus siap ditempatkan di daerah dimana proses seleksi tersebut
dilaksanakan.
d. Memberi kesempatan yang cukup lama kepada daerah untuk mengumumkan proses
perekrutan sampai ke pelosok, agar terjaring potensi-potensi lokal yang tidak
terpantau untuk bisa memperkuat kepolisian (untuk promosi minimal 3 bulan).
e. Memberikan sanksi tegas kepada pelaksana seleksi yang melanggar komitmen
seleksi bersih.
f. Melibatkan lingkungan eksternal (masyarakat, LSM, Pemda, DPR/D) untuk
memantau proses seleksi, namun bukan sebagai lembaga intervensi proses seleksi.
Upaya dalam mengoptimalisasi sosialisasi rekrutmen calon anggota polisi melihat
pada aspek pendidikan dengan ketentuan :
a. Hak prerogatif tidak sewenang-wenang dijadikan dasar untuk menentukan kelulusan
personel yang akan mengikuti pendidikan, namun harus menghargai proses seleksi
yang transparan, akuntabel, dan memperhatikan kualitas peserta seleksi, tidak
sekedar memperhatikan aspek senioritas dan jabatan saja.
b. Membuat sistem pendidikan yang berkesinambungan antara masing-masing
lembaga pendidikan (mulai dari Akpol/PPSS berlanjut ke PTIK, lalu ke Sespim dan
diakhiri pada level Sespati merupakan satu kesatuan kurikulum yang saling sinergi).
c. Pola pendidikan pengembangan untuk mencari figur polisi yang berkualitas harus
memperhatikan aspek-aspek kompetensi
Imam Zahroni mengatakan bahwa pelaksanaan diupayakan terlaksana hingga ke
seluruh daerah dalam wilayah Polisi Daerah (POLDA) Sulawesi Tenggara.
16
4. Upaya-upaya yang dilakukan dalam optimalisasi sosialisasi rekrutmen calon anggota
polisi Republik Indonesia dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat di Wilayah
Polda Sulawesi Tenggara yaitu (a) Tidak memperhatikan faktor sponsorship dalam
perekrutan. (b) Merangkul sebanyak mungkin putra dan putri daerah untuk dijadikan
polisi (c) Tidak mempermasalahkan domisili peserta seleksi (d) Memberi
kesempatan yang cukup lama kepada daerah untuk mengumumkan proses perekrutan
sampai ke pelosok, agar terjaring potensi-potensi lokal yang tidak terpantau untuk
bisa memperkuat kepolisian, (e) Memberikan sanksi tegas kepada pelaksana seleksi
yang melanggar komitmen seleksi bersih, dan (f) Melibatkan lingkungan eksternal
(masyarakat, LSM, Pemda, DPR/D) untuk memantau proses sosialisasi
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah disajikan sebelumnya, maka dapat disarankan
sebagai berikut :
1. Sebaiknya kegiatan sosialisas rekrutmen Calon Anggota Polri dilakukan dengan
rencana yang terorganisasi sehingga pelaksanaan kegiatan dapat berlangsung di
wilayah Polisi Daerah (POLDA) Sulawesi Tenggara dengan lebih baik di masa
mendatang.
2. Untuk melaksanakan kegiatan sosialisas rekrutmen Calon Anggota Polri maka
diharapkan adanya kerjasama antara polisi dan masyarakat dalam bentuk ikatan
kepercayaan untuk saling membantu dalam merekrut calon anggota polisi di masa
mendatang.
3. Sebagai pelaksana sosialisasi, sebaiknya tim Bhayangkara Pembinaan Keamanan
dan Ketertiban Masyarakat (BHABINKAMTIBMAS) lebih mempersiapkan
kelompok kerja yang lebih baik dapat mengatasi kendala-kendala dan terus
berupaya untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat guna meningkatkan jumlah
penerimaan calon anggota polisi di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
17
Milkovich, George T. Boudreau. 1997. Human Resources Management. 8th Edition. A Time
Mirror Education Group, Inc. Company
Miles, M.B, dan Huberman, A.M, 1994. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Bahasa
Indonesia. Ghalia Ilmu. Jakarta
Moleong, 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Airlangga
Nawawi Hadari, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Pengembangan Aparatur. Bina
Aksara : Jakarta
Narwoko, 2004. Prestase Kerja Sistem Penilaian Kerja. Jakarta : Rajawali Press.
.
Riskawati, 2014. Optimalisasi Sosialisasi Penerimaan Guru Dalam Lingkup Dinas
Pendidikan Kabupaten Minahasa. Manado: Universitas Sam Ratulangi.
Rivai Veithzal, 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia, Konsep dan Aplikasi, Jakarta :
Rajawali Press.
Robbins, 2006. Penilaian dan Evaluasi Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : BPFE UGM.
Rosmidar, 2009. Strategi Pengelolaan Personil Dalam Perusahaan. Yogyakarta : Kansius.
Schuler Randal S, dan Jackson Susan. E, 1997. Human Resource Development In
Corporate. Journal Management. www.jounal-management.com
Sedarmayanti, 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Refoamasi Birokrasi dan
Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Jakarta : Refika Aditam. Jakarta.
Seleim et al, 2007. Strategi Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia. Edisi
Terjemahan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Siagian, S.P, 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Keempat. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama
Sihotang Anton, 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Pradnya Paramita : Jakarta
Simamora Henry, 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Konsep dan Aplikasi. Jakarta :
Bina Aksara.
Simamora Henry, 2004. Strategi dan Perencanaan Promosi Jabata. Konsep dan Aplikasi.
Jakarta : Bina Aksara
Simanjuntak Payaman. J, 2002. Pengembangan Sumber Daya Aparatur. Jakarta : Balai
Pustaka.
Smith Michael, 2000. Managament Resource. Alih Bahasa. Ghalia Ilmu : Jakarta
Sudjana, 2006. Produktivitas Kerja. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfa Beta
Sukirno, 2004. Strategi Rekrutmen Pegawai. Jakarta : Murai Kencara.
Sulistiawan, 2013. Optimalisasi Kualitas Kerja Pegawai Negeri Pada Dinas Kesehatan
Kota Banda Ace. Medan, Tesis. Universitas Sumatera Utara.
Sumamur, 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung : Graha Media Ilmu.
Sunyoto, 2006. Evaluasi Penilaian Organisasi Kerja. Jakarta : Bumi Aksara.
Suwanto dan Priansa, 2011. Prinsip-Prinsip Rekrutmen Pegawai. Yogyakarta : Kansius.
Thoha Mifta, 2005. Perlaku Organisasi. Jakarta : Rajawali Press
Undang-undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara,
Yanuarsasi, Ribawanto dan Rengu, 2010. Revitalisasi Polri menuju Pelayanan Prima Studi
pada Polres Tulungagung. Malang : Tesis Brawijaya.
18