You are on page 1of 18

OPTIMALISASI SOSIALISASI REKRUTMEN CALON ANGGOTA

POLISI REPUBLIK INDONESIA DALAM MENINGKATKAN


KEPERCAYAAN MASYARAKAT DI WILAYAH POLDA
SULAWESI TENGGARA

TESIS

Oleh;

DINNAR WIDARGO
STB : 1666MM01083

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


PROGRAM MAGISTER (S-2)
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ENAM-ENAM (STIE-66)
KENDARI
2018

OPTIMALISASI SOSIALISASI REKRUTMEN CALON ANGGOTA


POLISI REPUBLIK INDONESIA DALAM MENINGKATKAN
KEPERCAYAAN MASYARAKAT DI WILAYAH POLDA SULAWESI
TENGGARA

1. Dinnar Widargo NIM. 1666MM01083 (Mahasiswa)


2. Prof. Dr. H. Rahmat Madjid, SE.M.Si (Dosen STIE - 66)
3. Dr. Abd Razak, SE.M.Si (Dosen STIE - 66)

Program Studi Manajemen Program Magister (S-2)


Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Enam-Enam (STIE-66) Kendari 2018

ABSTRACT

Dinnar Widargo 2018 Optimization of the Socialization of Recruitment of


Candidates for Indonesian National Police Members in Improving Community Trust in the
Southeast Sulawesi Regional Police Region was guided by Rahmat Madjid and Abdul
Razak.
The concept of optimization of socialization stated in this study is to convey
information about the requirements and procedures for recruiting candidates for the
Republic of Indonesia Police (POLRI). The purpose of this study was to find out and
analyze: (a) Optimization of socialization of recruiting candidates for the National Police in
the jurisdiction of Southeast Sulawesi Regional Police (b) Animo community in optimizing
the recruitment socialization of candidates for POLRI in the Legal Area of Southeast
Sulawesi Regional Police. (c) Constraints faced in the socialization of recruitment of
Candidates for National Police through Bhabinkamtibmas in order to Increase Community
Interest in the Legal Area of Southeast Sulawesi Regional Police. (d) Efforts made in
optimizing the socialization of recruitment of Candidates for the National Police through
Bhabinkamtibmas in order to Increase Community Interest in the Legal Area of the
Southeast Sulawesi Regional Police. The research method used is the object of research,
types and sources of data, methods of data collection, and analysis tools for qualitative
descriptions.
The results of the study concluded that, among others, socialization of the
recruitment of prospective members of the Republic of Indonesia Police (POLRI) conducted
by the Regional Police (POLDA) of Southeast Sulawesi by planning the place to be visited,
putting up a banner / leaflet, providing information to the Bhabinkamtibmas in the police
station, visit the place of socialization, and make a report on the implementation of
socialization. Public trust in optimizing the recruitment socialization of potential members of
POLRI in the Legal Area of Southeast Sulawesi POLDA is enhanced through Trust / Police-
Community Cooperation and the meaning of empathy. Constraints faced in optimizing the
socialization of recruitment of prospective members of the Indonesian republic police in
increasing public trust in the Southeast Sulawesi Regional Police Region. Efforts are being
made to reach out to local sons and daughters to become police officers and to give the
regions the opportunity to announce the recruitment process and provide strict sanctions to
the selection executors who violate the clean selection commitment, and (f) Involve the
external environment (community, NGOs, local government, DPR / D) to monitor the
socialization process.

Keywords: Optimization of Recruitment Socialization

PENDAHULUAN

2
Polisi Daerah (POLDA) Sulawesi Tenggara merupakan salah satu bagian dari
Polisi Republik Indonesia (POLRI) yang menyenggarakan keamanan nasional di
Provinsi Sulawesi Tenggara. Polisi Daerah (POLDA) Sulawesi Tenggara
melaksanakan kegiatan perekrutan calon anggota polisi setiap tahun dan sudah menjadi
agenda kerja perekrutan anggota polisi yang baru. Namun demikian jumlah calon
anggota polisi yang baru dibatasi jumlah (kuwota) penerimaan dan semua calon
anggota harus diseleksi sesuai aturan yang ditetapkan. Kegiatan penerimaan calon
anggota polisi yang baru dilaksanakan dengan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat
oleh Bhayangkara Pembinaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
(BHABINKAMTIBMAS) di wilayah kerja Polisi Daerah (POLDA) Sulawesi Tenggara
yang mencakup 17 Kabupaten Kota di Sulawesi Tenggara.
Hasil dari kegiatan sosialisasi penerimaan calon anggota POLRI yang baru di tahun
2017, jumlah calon anggota POLRI sebanyak 2.330 dengan komposisi berdasarkan jenis
kelamin, laki-laki sebanyak 2.100 orang dan perempuan sebanyak 230 orang. Rekrutman calon
anggota POLRI tahun 2018 sebanyak 1.858 orang yang tediri dari 1.567 orang laki-laki dan 291
orang perempuan. Hal ini menunjukkan adanya penurunan jumlah penerimaan rekrutmen calon
anggota POLRI.
Seiringan dengan proses perekrutan calon siswa polisi yang terjadi penurunan
disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah bahwa terdapat pemungutan biaya
yang membuat orang tua dari calon siswa harus siapkan hingga ratusan juta rumah demi
anaknya yang diharapkan menjadi calon anggota polisi., peristiwa ini bagi sebagian
orang tua tidak mampu dan mundur karena tidak memiliki uang, sebagian orang lainnya
berusaha memenuhi permintaan dan tersebut dengan berbagai usaha yang penting
anaknya dapat tererkrut menjadi calon anggota polisi, sementara disisi lain tidak ada
pemungutan biaya, salah satunya sisi adalah bahwa setiap anak harus berprestasi dan
menduduki rangking 1 – 100. Jika kuaota penerimaan 100 orang, tetapi kemudian kuota
atau jumlah penerimaan calon polisi ditetapkan sesuai dengan kebutuhan Polisi
Republik Indonesia (POLRI)
Fenomena penurunan jumlah calon anggota POLRI menunjukkan kurangnya
sosialisasi yang dilakukan oleh pihak POLDA Sultra terkait dengan penerimaan atau
rekrutmen calon anggota POLRI yang baru. Disisi lain Animo masyarakat untuk
menjadi anggota POLRI cukup tinggi, hal ini dilihat dari jumlah pendaftar yang
walaupun menurun tetap tetap lebih besar dari 1.000. Salah satu sisinya adalah bahwa
setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban dalam membela negara dan pintu
masuk untuk membela negara ini salah satunya melalui rekrutmen calon anggota
POLRI di wilayah kerja POLDA Sultra.

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia


Penelitian yang dilakukan dalam lingkup Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara
ini berkaitan dengan manajemen sumber daya manusia. Pada dasarnya Manajemen
Sumber Daya Manusia (MSDM) merupakan suatu gerakan pengakuan terhadap
pentingnya unsur manusia sebagai sumber daya yang cukup potensial, yang
dikembangkan sehingga mampu memberikan kontribusi yang maksimal bagi organisasi
maupun bagi pengembangan dirinya. (As’ad, 2007: 5).
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) dapat diartikan sebagai suatu
pendekatan yang mengarah pada pengelolaan tenaga kerja yang ada di dalam
perusahaan dengan menggunakan tatanan kultur yang terintegrasi melalui
pengembangan strategi, kemampuan dan komitmen guna dapat menciptakan

3
keunggulan bersaing yang meliputi aktivitas-aktivitas pengambilan keputusan dalam
perencanaan, pengimplementasian dan pengendalian sumber daya manusia
(Mangkuprawira, 2003: 6). Aktivitas manajemen SDM sebagai manajemen strategik
adalah merupakan aplikasi dari fungsi-fungsi SDM yang mengacu pada kondisi
lingkungan eksternal yang berkembang dan berinteraksi dengan lingkungan organisasi.
Hasibuan (2001 : 10) menyatakan bahwa manajemen sumber daya manusia
adalah suatu bidang manajemen yang khusus mempelajari hubungan dan peranan
manusia dalam organisasi perusahaan. Unsur manajemen sumber daya manusia adalah
manusia yang merupakan tenaga kerja pada perusahaan.
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pengembangan adalah fungsi operasional kedua dari manajemen personalia.
Pengembangan pegawai perlu dilakukan secara terencana dan berkesinambungan. Agar
pengembangan dapat dilaksanakan dengan baik, lebih dahulu ditetapkan suatu program
pengembangan sumber daya manusia (Hasibuan, 2001: 68).
Pengembangan mempunyai lingkup yang luas. Sebagaimana Smith (2000:2)
mengemukakan “Development: the growth or realization of a person ability  through
conscious  or unconscious learning”.  Ini berarti bahwa pengembangan meliputi 
seluruh aspek peningkatan kualitas pegawai bukan hanya pendidikan dan pelatihan.
Pengembangan lebih terfokus pada kebutuhan jangka panjang umum organisasi.
Hasilnya bersifat tidak langsung dan hanya dapat diukur dalam jangka panjang.
Pelatihan diarahkan untuk memperbaiki prestasi kerja saat ini sedangkan pengembangan
adalah untuk mengembangkan keterampilan untuk pekerjaan masa depan.
Sumber daya aparatur yang berkualitas merupakan prasyarat dalam
meningkatkan mutu penyelenggaraan negara serta pemerintah kepada masyarakat. Dan
agar setiap upaya pembinaan kearah peningkatan kualitas aparatur pemerintah mencapai
sasaran dan menjadi relevan dalam menjawab tuntutan reformasi pada pencapaian
standar kompetensi baik bagi aparatur pemangku jabatan struktural, fungsional maupun
staf/pegawai non-jabatan.
Pendidikan dan pelatihan (training) dianggap sebagai bagian integral dari
administrasi kepegawaian, yang memberikan kontribusi pada administrasi negara,
pelaksanaan tugas, peningkatan produktivitas dan peningkatan kemampuan serta
dedikasi sebagai Aparat Sipil Negara. Program pelatihan terdiri dari pelatihan umum
dan khusus disiapkan untuk semua Aparat Sipil Pemerintah. Ini terus menerus
menawarkan untuk meningkatkan perwira kualitas, keterampilan dan kemampuan.
Sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 05 Tahun 2014 Tentang
Aparatur Sipil Negara, pasal 21 dan 22 PNS dan PPPK berhak memperoleh
pengembangan Kompetensi dan Pasal 70 Setiap Pegawai ASN memiliki hak dan
kesempatan untuk mengembangkan kompetensi. Pengembangan kompetensi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain melalui pendidikan danpelatihan,
seminar, kursus, dan penataran.
Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis,
teoritis, konseptual, dan moral pegawai dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui
pendidikan dan pelatihan (Hasibuan, 2001: 69). Pendidikan meningkatkan keahlian
teoritis, konseptual, dan moral pegawai, sedangkan latihan bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan teknis pelaksanaan pekerjaan pegawai.
Menurut Flippo (2004: 71) pendidikan adalah segala usaha yang berhubungan
dengan peningkatan pengetahuan umum dan pemahaman atas lingkungan kita secara
menyeluruh, sedangkan latihan adalah suatu usaha peningkatan pengetahuan dan
keahlian seorang pegawai untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu. Sikula dalam
Hasibuan (2001: 70) mengemukakan bahwa pengembangan mengacu kepada masalah

4
staf dan personel adalah suatu proses pendidikan jangka panjang menggunakan suatu
prosedur yang sistematis dan terorganisasi dengan mana manajer belajar pengetahuan
konseptual dan toeri untuk tujuan umum. Latihan adalah suatu proses pendidikan jangka
pendek dengan menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisir sehingga
pegawai operasional belajar pengetahuan teknik pengerjaan dan keahlian untuk tujuan
tertentu.
Konsep Optimalisasi
Optimalisasi menurut Nawawi (2001: 203) ialah tertinggi, paling baik,
sempurna, terbaik, paling menguntungkan. Mengoptimalkan berarti menjadikan
sempurna, menjadikan paling tinggi, menjadikan maksimal. Optimalisasi berarti
pengoptimalan (Narwoko, 2004: 92). Sudjana (2006:109) mendefinisikan optimalisasi
sebagai proses pencarian solusi yang terbaik, tidak selalu keuntungan yang paling tinggi
yang bisa dicapai jika tujuan pengoptimalan adalah memaksimumkan keuntungan, atau
tidak selalu biaya yang paling kecil yang bisa ditekan jika tujuan pengoptimalan adalah
meminimumkan biaya. Menurut Sudjana (2006: 109) ada tiga elemen permasalahan
optimalisasi yang harus diidentifikasi, yaitu tujuan, alternative keputusan, dan
sumberdaya yang dibatasi.
1. Tujuan
Tujuan bisa berbentuk maksimisasi atau minimisasi. Bentuk maksimisasi
digunakan jika tujuan pengoptimalan berhubungan dengan keuntungan,
penerimaan, dan sejenisnya. Bentuk minimisasi akan dipilih jika tujuan
pengoptimalan berhubungan dengan biaya, waktu, jarak, dan sejenisnya. Penentuan
tujuan harus memperhatikan apa yang diminimumkan atau maksimumkan.
2. Alternatif Keputusan
Pengambilan keputusan dihadapkan pada beberapa pilihan untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan. Alternatif keputusan yang tersedia tentunya alternatif yang
menggunakan sumberdaya terbatas yang dimiliki pengambil keputusan. Alternatif
keputusan merupakan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mencapai
tujuan.
3. Sumberdaya yang Dibatasi
Sumberdaya merupakan pengorbanan yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan. Ketersediaan sumberdaya ini terbatas. Keterlibatan ini yang
mengakibatkan dibutuhkanya proses optimalisasi. Manfaat Optimalisasi:
1) Mengidentifiksi tujuan
2) Mengatasi kendala
3) Pemecahan masalah yang lebih tepat dan dapat diandalkan
4) Pengambilan keputusan yang lebih cepat.
Dalam proses produksi untuk mencapai optimalisasi banyak hal yang harus
diperhatikan terutama dalam menyusun rencana produksi ini akan menjadi landasan
dalam melakukan produksi (Narwoko, 2004: 95). Optimalisasi proses produksi
merupakan cara untuk memaksimalkan hasil produksi (output). Optimalisasi produksi
dapat dicapai dengan meningkatkan produktivitas, sehingga tingkat efisiensi akan
menjadi tinggi, dan berdampak pada produk yang dihasilkan akan menjadi tinggi dan
berdampak pada produk yang dihasilkan akan menjadi tinggi sehingga rencana produksi
atau target produksi dapat dicapai dengan tepat (Aburachman, 2009: 113).
Robbins (2006: 239) mengartikan optimalisasi sebagai usaha memaksimalkan
kegiatan sehingga mewujudkan keuntungan yang diinginkan atau dikehendaki. Dengan
demikian, maka kesimpulan dari optimalisasi adalah sebagai upaya, proses, cara, dan
perbuatan untuk menggunakan sumber – sumber yang dimiliki dalam rangka mencapai

5
kondisi yang terbaik, paling menguntungkan dan paling diinginkan dalam batas – batas
tertentu dan kriteria tertentu.
Hartanto (2009: 30) mengemukakan bahwa optimalisasi adalah proses
peningkatan kegiatan operasi untuk mencapai target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Manajemen sumber daya manusia mengelola sumber daya manusia untuk mencapai
kualitas yang optimal. Aspek optimalisaisi menduduki bagian pelaksanaan
peningkatkan kualitas sehingga ukuran dari optimalisasi adalah ukuran perubahan dari
kondisi awal ke kondisi akhir yang diharapkan oleh organisasi. Dharma (2010: 50)
menambahkan bahwa optimalisasi adalah proses peningkatkan kinerja mencapai sasaran
yang diinginkan oleh organisasi dan diberikan penghargaan pada tiap perubahan atas
capaian sumber daya manusia yang melalui kemampuan kerja, keterampilan dan
pengalaman.
Konsep Sosialisasi
Menurut Charlotte Buhler dalam Mardiasmo (2003: 9) Sosialisasi adalah proses
yang membantuk individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, tentang cara hidup
dan berpikir kelompoknya agar dia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.
Dalam buku yang sama Peter Berger juga mengataka bahwa sosialisasi adalah suatu
proses dimana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam
masyarakat. Bruce J. Cohen memberikan pendapat yang tidak jauh berbeda dalam
Mardiasmo (2003: 9) bahwa sosialisasi adalah proses-proses manusia mempelajari tata
cara kehidupan dalam masyarakat untuk memperoleh kepribadian dan membangun
kapasitasnya agar berfungsi dengan baik sebagai individu maupun sebagai anggota.
Terdapat beberapa tujuan dari sosialisasi antara lain :
1. Memberi keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melangsungkan
kehidupan seseorang kelak ditengah-tengah masyarakat tempat dia menjadi salah
satu anggotanya.
2. Menambah kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien serta
mengembangkan kemampuannya untuk membaca, menulis, dan bercerita.
3. Membantu pengendalian fungsi organik yang dipelajari melalui latihan mawas diri
yang tepat.
4.  Membiasakan individu dengan dengan nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada
pada masyarakat.
5. Untuk mengetahui lingkungan alam sekitar.
6. Untuk mengetahui lingkungan sosial, tempat individu bertempat tinggal termasul
lingkungan sosial yang baru.
7. Untuk mengetahui nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat.
8. Untuk mengetahui lingkungan sosial-budaya suatu masyarakat
Konsep Rektrumen
Rekrutmen (recruitment) merupakan serangkaian aktivitas untuk mencari dan
memikat pelamar kerja dengan motivasi, kemampuan, keahlian dan pengetahuan yang
diperlukan guna menutupi kekurangan yang diidentifikasikan dalam perencanaan
kepegawaian. Aktivitas rekrutmen dimulai pada saat calon mulai dicari dan berakhir
tatkala lamaran mereka diserahkan. Melalui rekrutmen individu yang memiliki keahlian
yang dibutuhkan didorong membuat lamaran untuk lowongan kerja yang tersedia di
perusahaan (Simamora, 2006: 168).
Menurut Simamora (2006:170) menyatakan bahwa: Hasil rekrutmen adalah
sekumpulan pelamar kerja yang akan diseleksi untuk menjadi karyawan baru. Proses
rekrutmen juga berinteraksi dengan aktivitasaktivitas sumber daya manusia lainnya,
terutama evaluasi kinerja, kompensasi, pelatihan dan pengembangan dan hubungan
karyawan. Sedangkan rekrutmen menurut Hasibuan (2009:40) adalah usaha mencari

6
dan mempengaruhi tenaga kerja, agar dapat melamar lowongan pekerjaan yang ada
dalam suatu perusahaan.
Menurut Handoko (2008:69) menyatakan bahwa “Rekrutmen merupakan proses
pencarian dan pemikatan para calon karyawan (pelamar) yang mampu untuk melamar
sebagai karyawan”. Untuk mendapatkan calon kandidat yang berkualitas, maka
perusahaan harus dapat melakukan proses rekrutmen yang baik. Perusahaan harus
mampu mengidentifikasi kebutuhan perusahaan. Selain itu, perusahaan juga harus
mampu menentukan dasar rekrutmen, sumber-sumber rekrutmen.

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian
Penelitian ini didesain sebagai penelitian kualitatif Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif atau naturalistik karena dilakukan pada kondisi yang alamiah.
Informan Penelitian
Informan merupakan orang yang benar-benar mengetahui permasalahan yang akan diteliti.
Dalam penelitian ini terdapat 2 informa diantaranya:
1. Informan kunci, yaitu orang-orang yang sangat memahami permasalahan yan diteliti.
Adapun yang dimaksud sebagai informan kunci dalam penelitian ini adalah anggota
POLRI 3 orang, 2 orang guru, 1 LSM, 1 tokoh masyarakat, dan 2 orang calon anggota
polisi.
2. Informan non kunci, yaitu orang yang dianggap mengetahui permasalahan yang diteliti
yaitu Optimalisasi Sosialisasi Rekrutmen Calon Anggota Polisi Republik Indonesai
Dalam Rangka Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat di wilayah Polisi Daerah
(POLDA) Sulawesi Tenggara. 
Metode Pengumpulan Data
Penelitian yang dilakukan pada Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara
menggunakan metode pengumpulan data yang meliputi :
1. Oberservasi
Observasi atau pengamatan, menurut Miles dan Huberman (1994: 212)
merupakan proses pengumpulan data dari hasil pengamatan atau melihat langsung
fenomena-fenomena yang ada kaitannya dengan tujuan penelitian yang akan dicapai.
Observasi dalam penelitian ini dilakukan pada setiap unit kerja yang ada pada Kepolisian
Daerah Sulawesi Tenggara.
2. Wawancara
Wawancara yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
menggunakan pedoman wawancara yang bersifat terbuka dan dilakukan kepada
informan yang telah ditetapkan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi meurpakan prosedur pengumpulan data berdasarkan data-data yang
telah didokumentasikan atau disimpan sebagai arsip di dalam Kepolisian Daerah
Sulawesi Tenggara.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang sesuai dengan penelitian kualitatif adalah analisis
deskriptif kualitatif.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Sosialisas Rekrutmen Calon Anggota Polri

7
Penelitian yang diilakukan pada Polisi Daerah (POLDA) Sulawesi Tenggara
difokuskan pada kegiatan sosialisasi rekrutmen calon anggota polisi yang akan dididik
pada sekolah kepolisian negara Republik Indonesia. Kegiatan sosialisasi dilakukan oleh
Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat di wilayah Polisi Daerah
(POLDA) Sulawesi Tenggara dengan melibatkan polisi resor untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan sosialisasi tersebut.
Kegiatan sosialisasi menggunakan materi-materi dan konsep tentang tujuan
pemerimaan calon anggota polisi baru. Dalam materi tersebut terurai gambaran Polisi
Republik Indonesia (POLRI) dengan visi dan misinya kemudian merujuk kepada tujuan
rekrutment yang disampaikan secara konseptual atau seminar kepada anggota
masyarakat dan calon anggota polisi baru di setiap sekolah menengah atas (SMA).
Kabag Dalpers Akbp Imam Zahroni.SIK dalam wawancara pada tanggal 23 Juli
2018 mengatakan bahwa:
“....perlu ada peningkatan kegiatan sosialisasi di setiap polres dan polsek dan
mengarahkan mereka untuk mengunjungi setiap sekolah di wilayah kerja
polres dan polsek masing-masing guna memberikan pencerahan, ceramah
atau seminar atau juga diskusi bersama untuk lebih dekan mengenal Polisi
Republik Indonesia (POLRI) yang nantinya dapat membangun minat anak
bangsa untuk mau bergabung dan menjadi calon anggota Polisi Republik
Indonesia (POLRI). Himbauan kamu kepada setiap pelaksana sosialisasi di
daerah agar mau memberikan arahkan dan diskusi yang tidak berkaitan
dengan bayar membayar karena para siswa ini akan depresi memikirkan
biaya yang akan dibayar dalam proses perekrutan calon anggota polisi. Yang
kami tekankan dari Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat (BHABINKAMTIBMAS) adalah pelaksanaan kegiatan
sosialisasi yang optimal berdasarkan tahapan-tahapan kerja yang kami
inginan seperti ”
a. Tahapan Pertama
Tim sosialisasi/kampanye merencanakan pembuatan sepanduk/selebaran
dan merencanakan sekolah, instansi dan tempat keramaian yang akan
didatangi.
b. Tahapan Kedua
Melakukan pemasangan spanduk/selebaran yang telah dibuatkan
selanjutnya di salurkan kepada Polres dalam wilayah Polisi Daerah
(POLDA) Sulawesi Tenggara untuk segera di pasang pada tempat yang
dianggap strategis untuk diketahui oleh masyarakat pengguna jalan serta
melakukan dokumentasi untuk diserahkan kepada Bhayangkara
Pembinaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
(BHABINKAMTIBMAS) untuk diteruskan.
c. Tahapan Ketiga
Memberikan informasi kepada para Bhabinkamtibmas di Polisi Daerah
(POLDA) Sulawesi Tenggara untuk segera di sosialisasikan kepada
masyarakat di wilayah binaan serta melaporkan kegiatan disertai dengan
dokumentasi.
d. Tahapan Empat
Team sosialisasi/kampanye mendatangi tempat sosialisasi dengan
menggunakan kendaraan dinas yang beranggotakan anggota Polwan dan
Polki dari lulusan SMA dan sederajat se Provinsi Sulawesi Tenggara .
e. Tahap Kelima

8
Membuatkan laporan pelaksanaan tugas sosialisai/kampanye yang
dilaporkan kepada pimpinan sebagai tanggung jawab telah dilaksanakan
kegiatan sosialisasi.
Tahapan-tahapan ini menjadi bagian dari kegiatan optimalisasi sosialisasi
yang selama ini jalan ditempat. Kami berharap bahwa dengan tahapan-tahapan ini,
jumlah calon anggota Polisi Republik Indonesia (POLRI) dapat meningkatkan pada
masa mendatang.

Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat


(BHABINKAMTIBMAS) melaksanakan kegiatan sosialisasi rekrutmen calon anggota
Polisi Republik Indonesia (POLRI) di wilayah Polisi Daerah (POLDA) Sulawesi
Tenggara. Menurut Kabag Dalpers Akbp Imam Zahroni.SIK dalam wawancara pada
Tanggal 24 Juli 2018 mengatakan bahwa:
“....sosialisasi untuk merekrutcalon anggota Polisi Republik Indonesia (POLRI)
yang kami lakukan bukan sekedar menyampaikan informasi kepada warga
masyarakat tentang syarat menjadi calon anggota Polisi Republik Indonesia
(POLRI) tetapi kami memberikan ceramah dan seminar yang berkaitan penyiapan
generasi muda dalam membela negara. Untuk membuat kegiatan sosialisasi
menjadi menarik, kami merangkaikan kegiatan ini dengan pelajaran-pelajaran
tentang kepolisian negara yang sekaligus menjadi sumber inspirasi bagi para calon
polisi. Apabila kegiatan sosialisasi ini hanya sekedar informasi, maka kami tidak
akan berhasil menghimpun calon anggota Polisi Republik Indonesia yang baru
(POLRI).

Hasil wawancara tersebut di atas menggambarkan bahwa sosialisasi yang


dioptimalkan melalui penyampaian informasi yang lebih detail atau lebih jelas kepada
calon siswa dengan tujuan agar masyarakat dapat lebih paham tentang tujuan rekrutmen.
Di dalam kegiatan sosialisasi tersebut, diberikan juga materi-materi tambahan yang
bersifat umum tentang membela negara selain itu pada setiap tahapan acara diberi
kesempatan kepada masyarakat untuk berdiskusi dengan tim Bhayangkara Pembina
Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (BHABINKAMTIBMAS) untuk saling bertukar
informasi.
Menurut Kasubag Diapers Kompol Lido Ratri Antoro. SH, SIK dalam wawancara
pada tanggal 23 Juli 2018 mengatakan bahwa :
“…Kegiatan sosialisasi untuk merekrut calon anggota polisi selama ini yang kami
lakukan adalah dengan mengunjungi sekolah-sekolah sebelum masa ujian SMA
agar mereka dapat mempersiapkan diri agar dapat memenuhi persyaratan untuk
menjadi calon anggota polisi. Sekolah SMA dan sederajat yang ada di Provinsi
Sulawesi Tenggara sangat banyak dan tersebar di 17 Kabupaten Kota sehingga
kegiatan sosialisasi ini didukung oleh polres dan polsek se Provinsi Sulawesi
Tenggara”. Kunjungan ke sekolah-sekolah dibagi dalam tim kerja yang masing-
masing tim kerja ini membawa visi dan misi Polisi Republik Indonesia (POLRI)
untuk merekrut putera-puteri Republik Indonesia

Kasubag Diapers Kompol Lido Ratri Antoro. SH, SIK mengatakan dalam
wawancara pada Tanggal 23 Juli 2018 bahwa :
“...... dalam kegiatan sosialisasi ini yang terlibat adalah tim kerja yang dibentuk
oleh Kepala Polisi Daerah (Kapolda) Sulawesi Tenggara pada bidang Ditbinmas
yaitu Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
(BHABINKAMTIBMAS) yang bekerja bersama seluruh polisi resor dan polisi

9
sektor untuk menyampaikan informasn dan tatacara perekrutan calon anggota polisi
Republik Indonesia. Tim ini bekerja berdasarkan aturan yang telah ditetapkan
dalam peraturan kepala polisi Republik Indonesia. Di dalam tugas sosialisasi ini,
tim BHABINKAMTIBMAS diberikan fasilitas ruang tempat sosialisasi untuk
mengudang masyarakat guna mengikuti acara sosialisas, namun sejauh ini,
masyarakat kurat antusia untuk datang menghadiri acara sosialisasi perekrutan
calon anggota Polisi Republik Indonesia (POLRI) sehingga kabanyakan atau
sebagian besar warga masyarakat terutama anak-anak lulusan SMA datang ke
tempat pendaftaran tanpa melengkapi berbagai administrasi yang telah ditetapkan
sehingga diberi kesempatan untuk memperbaiki hingga sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan.”

Hasil penelitian di Polisi Daerah (POLDA) diperoleh bahwa jumlah penerimaan


calon anggota Polisi Republik Indonesia (POLRI) tahun 2017 mencapai 2.330 dengan
komposisi berdasarkan jenis kelamin, laki-laki sebanyak 2.100 orang dan perempuan sebanyak
230 orang. Rekrutman calon anggota POLRI tahun 2018 sebanyak 1.858 orang yang tediri dari
1.567 orang laki-laki dan 291 orang perempuan. Hasil ini menunjukkan bahwa kegiatan
sosialisasi tidak berhasil merekrut calon polisi Polisi Republik Indonesia (POLRI) yang baru.
penurunan jumlah calon anggota Polisi Republik Indonesia (POLRI) yang baru
disebabkan oleh berbagai faktor yang ada terjadi seperti misalnya :
1. Rendahnya minat lulusan SMA dan Sederaja yang mau menjadi calon anggota polisi
2. Adanya biaya mahal yang harus dibayar oleh orang tua calon anggota Polisi
Republik Indonesia (POLRI).
3. Banyaknya calo dalam perekruran calon anggota polisi
4. Kurangnya sosialisasi terbuka kepada masyarakat di wilayah Polisi Daerah
(POLDA)
Keempat point di atas menjadi pilar yang menghadang minat masyarakat untuk
menjadi calon anggota Polisi Republik Indonesia (POLRI). Sudah banyak calo atau
perantara yang diringkus oleh aparat karena menggunakan cara pemerasan kepada calon
anggota Polisi Republik Indonesia (POLRI). Sudah ada himbauan kepada pengelola
penerimaan anggota calon Polisi Republik Indonesia (POLRI) agat tidak memungut
biaya yang mahal.

Optimalisasi Sosialisas Rekrutmen Calon Anggota Polri


Pelaksanaan kegiatan sosialisasi disertai dengan ceramah tentang tujuan perekrutan
dan proses perekrutan yang disampaikan langsung kepada masyarakat di tempat-tempat
yang telah disediakan seperti balai desa, kantor camat dan sebagainya. Dalam penelitian
ini diperoleh bahwa kegiatan sosialisasi melibatkan aparatur pemerintah desa, guru dan
masyarakat umum yang mau memperoleh keterangan mengenai proses rekrutmen calon
anggota polisi
. Wawancara dengan Sukardi (Guru SMK Negeri 1) pada Tanggal 24 Juli 2018
mengatakan bahwa :
“... kegiatan yang dilakukan oleh polisi dari Polisi Daerah (POLDA) Sulawesi
Tenggara pada tanggal 23 Januari 2018 lalu di sekolah kami ini memang
berlangsung penuh antusias karena siswa-siswa ini memiliki kemauan yang besar
untuk menjadi polisi. Hasil sosialisasi itu kami anggap berhasil karena ada beberapa
siswa dari sekolah ini berhasil ikut seleksi calon anggota Polisi Republik Indonesia
(POLRI). Sosialisasi yang dilakukan sangat sederhana karena sebagian besar acara
sosialisasi itu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdialog dengan para

10
pemateri yang intinya adalah bahwa ada perhatian siswa untuk menjadi anggota
Polisi Republik Indonesia (POLRI).”

Berdasarkan hasil wawancara yang dikemukakan tersebut, maka dapat disimpulkan


bahwa Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
(BHABINKAMTIBMAS) harus melakukan sistem sosialisasi yang langsung
berinteraksi dengan calon anggota Polisi Republik Indonesia (POLRI), hasil kerja ini
akan terwujud dengan baik, tetapi jika hanya memasang spanduk dan koran kendari pos,
maka para pelajar akan kekuarangan innformasi.
Wawancara dengan Mustafa (Guru SMA Negeri 4) pada Tanggal 24 Juli 2018
mengatakan bahwa :
“... biasanya sosialisasi penerimaan calon anggota Polisi Republik Indonesia
(POLRI) yang dilakukan oleh polisi dari Polisi Daerah (POLDA) Sulawesi
Tenggara pada tanggal 18 Desember 2017 seperti tahun-tahun sebelumnya. Acara
ini total ceramah yang dibawakan oleh beberapa anggota polisi dari polda namun
sebelum menutup ceramah tersebut, peserta diberi kesempatan untuk bertanya
tentang prosedur pendaftaran dan berbagai hal lainnya. Ada juga yang bertanya
tentang biaya pendaftaran dan bahkan ada salah satu siswa yang mengatakan bahwa
kalau mau masuk polisi harus punya uang banyak. Suasana ceramah menjadi hiruk
pikuk dengan pertanyaan polos dari siswa-siswa namun semua itu dijawab dengan
baik oleh pihak pemateri hari itu dan singkat saja jawaban yang diberikan kepada
mereka semua bahwa untuk menjadi anggota polisi harus berprestasi dan
berkemauan tinggi dalam ikut membela bangsa. Serentak suasana menjadi tenang
dan acarapun berlanjut ke bagian penutup bahwa yang mau ikut menjadi calon
anggota Polisi Republik Indonesia (POLRI) akan dilayani dengan baik.

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa kegiatan sosialisasi yang dilakukan di


sekolah akan mendorong peningkatan jumlah calon anggota Polisi Republik Indonesia
(POLRI) di tahun mendatang. Jika sosialisasi tidak dilakukan secara terbuka kepada
masyarakat maka tidak mungkin ada siswa yang tahu akan cara pendaftaran dan
prosedur penerimaan calon anggota Polisi Republik Indonesia (POLRI) .
Andi Herman (LSM Mandiri) dalam wawancara pada tanggal 25 Juli 2018
mengatakan bahwa :
“......pelaksanaan sosialisasi harus bervariasi dan tidak boleh monoton dalam arti
bahwa harus dilakukan perubahan model sosialisasi dengan menggunakan metode
seminar terbuka dan dilakukan di lingkungan masyarakat seperti di balai desa, balai
kelurahan, kecamatan, kabupaten maupun di tempat-tempat lain seperti di sekolah
SMA dan sederajat di di Sulawesi Tenggara. Akan dapat menumbuhkembangkan
kepercayaan masyarakat. Selama ini kami mendapati informasi tentang adanya
penggunaan uang sampai ratusan juta rupiah jika ingin lolos menjadi calon anggota
Polisi Republik Indonesia (POLRI) dan oknum polisi ikut menjadi calo di dalam
perekrutan calon anggota Polisi Republik Indonesia (POLRI). Jadi wajar kalau
sebagian masyarakat meninggalkan minat jadi calon anggota Polisi Republik
Indonesia (POLRI). Ada juga masyarakat yang rela berkorban asalkan anaknya
masuk dan lolos menjadi anggota polisi. Mereka rela menjual tanah dan kekayaan
lainnya ini terjadi pada salah seorang warga asal Kabupaten Konawe, orang tuanya
telah menjual sebagian tanah untuk memenuhi permintaan calo yang katanya akan
meluluskan anaknya menjadi calon anggota polisi, namun pada kenyataan tidak
lulus dan lebih buruk lagi uang yang dijaminkan tidak adapat dikembalikan karena
alasan telah digunakan dalam pengurusan anaknya selama mengikuti seleksi calon

11
bintara. Kondisi seperti ini akan menimbulkan kekecewaan masyarakat dan tidak
akan merekomendasikan anaknya untuk menjadi ikut seleksi calon polisi. Kejadian
seperti harus cepat cegat atau dilaporkan kepada pihak yang berwajib jika tidak
demikian maka akan menjadi polemik bahwa masuk polisi harus memiliki uang
yang banyak”

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa masyarakat yang tidak mengikuti


sosialisasi dan hanya ikut-ikutan mendaftar menjadi calon polisi dan memanfaatkan jasa
calo, akan mengalami permasalahan besar seperti hilangnya uang dalam jumlah yang
banyak. LSM juga menyoroti kegiatan sosialisasi yang selama ini hanya menggunakan
spanduk dan koran sebagai media sosialisasi yang selalu dianggap efektif namun pada
kenyataannya tidak efektif. Harusnya dengan adanya spanduk dan koran yang beredar
tentang sosialisasi rekrutmen calon anggota Polisi Republik Indonesia (POLRI)
dilakukan oleh para anggota polisi aktif dan tidak semata-mata menjadi tanggung jawab
bidang Ditbinmas Polda Provinsi Sulawesi Tenggara.
Hasil wawancara dengan Ahmad Hamid (Siswa SMA Negeri 1 Kendari, Kelas
XII) pada tanggal 25 Juli 2018 mengatakan bahwa :
...... kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh bapak-bapak dari POLDA di di
sekolah kami selalu mendadak dan kami tidak fokus mengikuti kegiatan tersebut.
Selain itu kegiatan sosialisasi hanya 30 menit, kami tidak pahami benar apa yang
disampaikan dalam sosialisasi itu, hanya saya diajak masuk ke ruangan bersama
teman-teman lainnya untuk mendengar ceramah dari kepolisian yang ternyata
intinya adalah sosialisasi rekrutmen calon polisi.

Peada kesempatan sama, informasi diperoleh dari Hariyanto (Siswa SMA Negeri 4
Kendari Kelas XII) pada tanggal 25 Juli 2018 mengatakan bahwa :
...... kami senang karena kami dapat memperoleh informasi pendidikan secara
langsung dari bapak-bapak polisi dan tentu kami juga mendapat kesempatan untuk
menjadi anggota polisi setelah lulus dari SMA. Saya bangga bila terpilih dan lulus
menjadi calon anggota polisi untuk mengabdi kepada bangsa dan negara Kesatuan
Republik Indonedia ini.

Hasil wawancara yang disajikan di atas, diperoleh bahwa sosialisasi dilakukan di


sekolah SMA Negeri 1 Kendari sejak tanggal 3 Desember 2017 untuk kelas XII dimana
dalam kegiatan itu semua siswa kelas XII diikutkan untuk memperoleh informasi yang
berhubungan dengan proses perekrutan calon anggota polisi.

Kepercayaan Masyarakat Terhadap Sosialisasi rekrutmen calon anggota POLRI di


Wilayah Hukum Polisi Daerah (POLDA) Sulawesi Tenggara.

Masyakat dalam penelitian ini adalah kelompok sosial yang ikut memberi perhatian
kepada pelaksanaan penerimaan calon anggota polisi yang baru. Kepercayaan
masyarakat mencakup 3 hal penting yaitu kejelasan, kepastian dan kerja sama.
Andi Herman (LSM Mandiri) dalam wawancara pada tanggal 25 Juli 2018
mengatakan bahwa :
“...saat ini kepercayaan masyarakat mulai luntur terhadap pelaksanaan rekrutmen
calon anggota polisi karena banyaknya calo yang menjadi pusaran dari kegiatan
penerimaan calon anggota polisi ini. Namun sesungguhnya masyarakat itu hanya
menghendaki adanya kejelasan, kepastian dan kejujuran. Kami di LSM ini memberi
perhatian kepada hal khusus terkait dengan adanya calo dalam penerimaan calon

12
anggota polisi yang mengakibatkan terpuruknya penerimaan calon anggota polisi.
Penerimaan calon anggota polisi ini sebenarnya tidak mengguankan biaya besar,
tetapi karena adanya calo dan makelar dalam penerimaan calon anggota polisi
membuat warna dari kegiatan penerimaan calon anggota polisi menjadi buram.
Kejadian pencaloan dalam penerimaan polisi ini sudah lama dan susah dihapus
tetapi dengan cara sosialisasi yang efektif, maka dapat meredam sistem pencaloan
tersebut. Kami berhadap adanya peningkatan kegiatan sosialisasi setiap tahun dan
pengentasan cara-cara pencaloan terhadap calon anggota polisi yang nantinya dapat
meningkatkan jumlah peserta calon anggota polisi. ”

Hasil penelitian diperoleh bahwa LSM memiliki perhatian terhadap sistem pencaloan
yang harus dituntas. Jika tidak dituntaskan maka, masyarakat akan tetap mengeluarkan
uang yang banyak guna membayar jasa calo dalam perekrutan calon anggota polisi.
Hasil penelitian diperoleh bahwa masyarakat membutuhkan adanya kejelasan,
kepastian dan kejujuran dalam pelaksanaan perekrutan calon anggota polisi dan
terhindar dari calo yang selalu menjadi pialang pemungut rejeki tanpa memikirkan
calon anggota polisi apakah lulus atau tidak lulus.
Arifin dalam wawancara pada Tanggal 26 Juli 2018 mengatahakan mengatakan
bahwa :
“...kami ini tidak membutuhkan banyak hal dari kegiatan sosialisasi calon anggota
polisi tetapi harus adalah kepastian, kejelasan dan kejujuran, jangan terlalu banyak
aturan yang berubah dan berganti sehingga anak-anak kami menjadi stres dan tidak
dapat mengikuti seleksi dengan baik. Kami juga sering kali mendapati bahwa
sosialisasi di lapangan berbeda dengan kenyataan di pelayanan kantor polisi.
Dalam kegiatan sosialisasi, mereka menawarkan layanan jasa yang cepat tanggap
tetapi ketika kami pergi ke kantor polisi, kami disuruh ikuti prosedur dan harus
masuk lewat pintu samping dan selalu melapor kepada petugas pos. Hal ini bagi
polisi, biasa saja tetapi bagi masyarakat seperti saya ini merupakan hal yang
membosankan dan tidak efektif karena sudah mondar-mandir di kantor polisi, tetap
saja disuruh ikut prosedur.”

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa masyarakat yang diwakili oleh arifin
ini membutuhkan adanya kejelasan, kepastian dan kejujuran dalam pelayanan sehingga
hasil sosialisasi dapat dibuktikan dan sesuai dengan apa yang dilaksanakan di kantor
polisi. Pelayanan di kantor polisi tidak hanya untuk pembuktian sosialisasi tetapi ada
juga pelayanan lainnya, namun demikian diharapkan adanya pelayanan yang handal
dengan daya tanggap yang baik serta jaminan dan perhatian yang baik kepada
masyarakat.
Hubungan polisi dengan masyarakat yang saling kurang percaya menunjukkan
ketiadaan empati (empathy) di kedua belah pihak. Masyarakat kurang memahami polisi
beserta tugasnya dan keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi polisi sehingga polisi
menilai masyarakat tidak mendukung. Polisi kurang memahami persoalan anggota
masyarakat dan masalah keamanan yang mereka hadapi sehari-hari sehingga
masyarakat menilai polisi tidak responsif.
Dalam kehidupan masyarakat, Polisi memainkan banyak peran sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya. Mengatur lalu lintas, menegakkan hukum, menyidik
perkara, memelihara keamanan dan ketertiban, dan melindungi keselamatan masyarakat
mengenai polisi, motif polisi, dan tanggapan atau respons polisi, sangat terbatas. Ada
ketidaktahuan dan ketidakpastian di masyarakat luas mengenai kinerja polisi. Pada saat
yang sama, dengan peran yang banyak tersebut, yang disertai dengan kewenangan yang

13
dimiliki polisi berdasarkan konstitusi dan undang-undang kita, polisi memiliki peluang
dan kesempatan untuk mengecewakan harapan-harapan masyarakat.

Kendala-kendala yang dihadapi dalam sosialisas rekrutmen Calon Anggota Polri


Dalam Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat Di Wilayah Polda Sulawesi Tenggara.

Dalam pelaksanaan sosialisas rekrutmen Calon Anggota Polri Melalui


Bhabinkamtibmas terdapat kendala-kendala yang membuat kegiatan sosialisasi menjadi
tidak efektif seperti :
1. Terbatasnya anggaran sosialisas rekrutmen Calon Anggota Polri
Hasil wawancara dengan Lido Ratri Antoro pada tanggal 26 Juli 2018
mengatakan bahwa kegiatan sosialisas rekrutmen Calon Anggota Polri membutuhakn
dana atau anggaran kerja untuk dapat melaksanakan sosialisas rekrutmen Calon
Anggota Polri dengan baik. Anggaran yang tersedia hanya untuk melakukan
informasi layanan pada Dibinmas Polisi Republik Indonesia (POLRI). Sehingga
keterbatasan anggaran ini menyebabkan kegiatan sosialisas rekrutmen Calon
Anggota Polri tidak dapat berlangsung secara efektif.
.
2. Kurangnya partisipasi masyarakat
Partisipasi masyarakat untuk mendukung kegiatan sosialisas rekrutmen Calon
Anggota Polri sangat kurang. Hal ini ditandai dengan ketidaksediaan warga untuk
memenuhi undangan rapat kerja bersama jajaran pejabat Polisi Daerah (POLDA)
Sulawesi Tenggara. Warga tidak memahami tujuan yang akan dibahas dalam rapat
kerja tersebut sehingga mereka tidak menjadi bagian dalam cara sosialisas rekrutmen
Calon Anggota Polri di wilayah tempat tinggalnya.
3. Banyaknya pungli dalam rekrutmen calon anggota polisi
Sosialisas rekrutmen Calon Anggota Polri tidak dapat berlangsung dengan
baik karena adanya pungli (pungutan liar) yang masih berada dalam proses
perekrutan calon anggota polisi. Lido Ratri Antoro pada tanggal 26 Juli 2018
mengatakan bahwa para pungli selalu memberi pengaruh kepada anak-anak lulusan
SMA yang akan mendaftarkan diri menjadi calon anggota polisi sehingga mereka
tidak mengikuti sosialisas rekrutmen Calon Anggota Polri yang diselenggarakan dan
akibarnya adalah banyak anak yang tidak memadami proses pendaftaran dan seleksi
calon anggota polisi.

4. Minat Masyarakat Yang Rendah


Minat dari masyarakat untuk mengikuti Sosialisas rekrutmen Calon Anggota
Polri dan biasanya acara ini hanya dihadiri oleh warga yang terdekat dan keluarga
polisi yang ada di wilayah kerja polres dan polsek se Polisi Daerah (POLDA)
Sulawesi Tenggara. Minat yang rendah dalam mengikuti sosialisas rekrutmen Calon
Anggota Polri dipicu oleh adanya biaya yang besar untuk menjadi calon anggota
polisi yang dilakukan oleh para calo untuk mendapatkan keuntungan.

Upaya-upaya yang dilakukan dalam optimalisasi sosialisas rekrutmen Calon Anggota


Polri Dalam Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat Di Wilayah Polda Sulawesi
Tenggara.

14
Hasil penelitian diperoleh bahwa komitmen reformasi organisasi Polri, terus
berupaya menjalankan tupoksinya dengan benar, berkualitas dan profesional. Prinsip
Bersih, Transparan, Akuntabel dan Humanis (BETAH) dalam proses rekrutmen ini
merupakan implementasi dari komitmen Polri dalam mewujudkan Polri yang tangguh,
terdepan dan humanis. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan
masyarakat melalui sosialisas rekrutmen Calon Anggota Polri adalah :
1. Merencanakan kegiatan sosialisasi
Kegiatan sosialisasi harus direncanakan dengan baik. Sosialisas rekrutmen
Calon Anggota Polri membutuhkan perencanaan yang baik. Imam Zahroni dalam
wawancara Tanggal 25 Juli 2018 mengatakan bahwa rencana sosialisasi harus
terarah dan disusun dengan baik. Kemudian melakukan koordinasi dengan pihak
polres dan polsek di wilayah Polisi Daerah (POLDA) Sulawesi Tenggara.
2. Menyediakan materi dan acara sosialisasi
Sosialisas rekrutmen Calon Anggota Polri membutuhkan materi ajar yang
kompleks dan terarah agar dapat melaksanakan kegiatan dengan baik. Dalam
sosialisasi tidak bisa berbicara tanpa arah. Harus ada konsep dan materi yang
disediakan agar dapat menggiring acara sosialisasi dalam konsep komunikasi yang
jelas dan tepat sasaran untuk memberitahu cara pendaftaran dan kegiatan lain yang
berkiatan dengan tujuan sosialisas rekrutmen Calon Anggota Polri.
3. Menyediakan tim kerja dan tempat sosialisasi
Polisi Daerah (POLDA) Sulawesi Tenggara dalam sosialisas rekrutmen
Calon Anggota Polri menyediakan tim kerja yaitu tim Bhayangkara Pembinaan
Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (BHABINKAMTIBMAS) yang memiliki
tugas dan tanggung jawab dalam sosialisas rekrutmen Calon Anggota Polri.
Menurut Imam Zahroni dalam wawancara Tanggal 25 Juli 2018 bahwa tim kerja ini
terdiri dari perwira menengah dan bawahannya yang membentuk tim Bhayangkara
Pembinaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (BHABINKAMTIBMAS). Atas
dasar ini, tim bekerja dan melaksanakan sosialisas rekrutmen Calon Anggota Polri
di wilayah Polisi Daerah (POLDA) Sulawesi Tenggara.
4. Menyediakan fasilitas dan sarana prasarana sosialisasi
Fasilitas sosialisas rekrutmen Calon Anggota Polri mencakup komputer, alat
tulisa kantor dan lainnya serta kendaraan operasional untuk menjangkau wilayah
kerja Polisi Daerah (POLDA) Sulawesi Tenggara. Lido Ratri Antoro dalam
wawancara pada Tanggal 25 Juli 2018 mengatakan bahwa kendaraan operasional
untuk sosialisas rekrutmen Calon Anggota Polri disediakan dengan baik untuk dapat
digunakan oleh tim Bhayangkara Pembinaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
(BHABINKAMTIBMAS) sebagai tim yang bertanggung jawab untuk kegiatan
sosialisasi.
5. Membuat undangan bersifat umum
Sosialisas rekrutmen Calon Anggota Polri membutuhkan adanya peserta yang
datang atau tim Bhayangkara Pembinaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
(BHABINKAMTIBMAS) yang partisipatif mendatangi sekolah-sekolah yang ada
di wilayah kerja Polisi Daerah (POLDA) Sulawesi Tenggara.
Berdasarkan hasil penjelasan tersebut maka dapat dikemkakan bahwa upaya untuk
meningkatkan kepercayaan masyarakat dapat dilakukan oleh pihak polisi dengan
memanfaatkan fasilitas kerja dan sumber daya aparatur yang berkompeten dalam bidang
perekrutan tersebut.
Upaya dalam mengoptimalisasi sosialisasi rekrutmen calon anggota polisi melihat
kepada beberapa hal seperti yang dikemukakan oleh Imam Zahroni bahwa penerimaan
calon polisis :

15
a. Tidak memperhatikan faktor sponsorship dalam perekrutan.
b. Merangkul sebanyak mungkin putra daerah untuk dijadikan polisi, termasuk
penambahan kuota untuk daerah-daerah yang masih memerlukan tenaga polisi.
c. Tidak mempermasalahkan domisili peserta seleksi, karena untuk memenuhi kuota
putra daerah siapapun berhak mengikuti seleksi, dengan konsekuensi pada saat
penempatan ia harus siap ditempatkan di daerah dimana proses seleksi tersebut
dilaksanakan.
d. Memberi kesempatan yang cukup lama kepada daerah untuk mengumumkan proses
perekrutan sampai ke pelosok, agar terjaring potensi-potensi lokal yang tidak
terpantau untuk bisa memperkuat kepolisian (untuk promosi minimal 3 bulan).
e. Memberikan sanksi tegas kepada pelaksana seleksi yang melanggar komitmen
seleksi bersih.
f. Melibatkan lingkungan eksternal (masyarakat, LSM, Pemda, DPR/D) untuk
memantau proses seleksi, namun bukan sebagai lembaga intervensi proses seleksi.
Upaya dalam mengoptimalisasi sosialisasi rekrutmen calon anggota polisi melihat
pada aspek pendidikan dengan ketentuan :
a. Hak prerogatif tidak sewenang-wenang dijadikan dasar untuk menentukan kelulusan
personel yang akan mengikuti pendidikan, namun harus menghargai proses seleksi
yang transparan, akuntabel, dan memperhatikan kualitas peserta seleksi, tidak
sekedar memperhatikan aspek senioritas dan jabatan saja.
b. Membuat sistem pendidikan yang berkesinambungan antara masing-masing
lembaga pendidikan (mulai dari Akpol/PPSS berlanjut ke PTIK, lalu ke Sespim dan
diakhiri pada level Sespati merupakan satu kesatuan kurikulum yang saling sinergi).
c. Pola pendidikan pengembangan untuk mencari figur polisi yang berkualitas harus
memperhatikan aspek-aspek kompetensi
Imam Zahroni mengatakan bahwa pelaksanaan diupayakan terlaksana hingga ke
seluruh daerah dalam wilayah Polisi Daerah (POLDA) Sulawesi Tenggara.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan sebelumnya, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Optimalisasi sosialisas rekrutmen calon anggota Polisi Republik Indonesia (POLRI)
yang dilakukan oleh Polisi Daerah (POLDA) Sulawesi Tenggara dengan tahapan-
tahapan sebagai berikut (a) merencanakan sekolah, instansi dan tempat keramaian
yang akan didatangi. (b) memasang sepanduk/selebaran yang telah dibuatkan (c)
memberikan informasi kepada para Bhabinkamtibmas di polsek jajaran Polres se
Provinsi Sulawesi Tenggara (d) mendatangi tempat sosialisasi dengan menggunakan
kendaraan dinas yang beranggotakan anggota Polwan dan Polki, dan
(e).Mmembuatkan laporan pelaksanaan tugas sosialisai/kampanye yang dilaporkan
kepada pimpinan sebagai tanggung jawab telah dilaksanakan kegiatan.
2. Kepercayaan masyarakat dalam optimlisasi sosialisasi rekrutmen calon anggota
POLRI di Wilayah Hukum POLDA Sultra ditingkatkan melalui Trust/Saling
Percaya dan Kerjasama Polisi-Masyarakat dan makna empati
3. Kendala-kendala yang dihadapi dalam optimalisasi sosialisasi rekrutmen calon
anggota polisi republik indonesia dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat di
Wilayah Polda Sulawesi Tenggara yaitu terbatasnya anggaran sosialisasi, kurangnya
partisipasi masyarakat, banyaknya pungli dan minat masyarakat yang rendah.

16
4. Upaya-upaya yang dilakukan dalam optimalisasi sosialisasi rekrutmen calon anggota
polisi Republik Indonesia dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat di Wilayah
Polda Sulawesi Tenggara yaitu (a) Tidak memperhatikan faktor sponsorship dalam
perekrutan. (b) Merangkul sebanyak mungkin putra dan putri daerah untuk dijadikan
polisi (c) Tidak mempermasalahkan domisili peserta seleksi (d) Memberi
kesempatan yang cukup lama kepada daerah untuk mengumumkan proses perekrutan
sampai ke pelosok, agar terjaring potensi-potensi lokal yang tidak terpantau untuk
bisa memperkuat kepolisian, (e) Memberikan sanksi tegas kepada pelaksana seleksi
yang melanggar komitmen seleksi bersih, dan (f) Melibatkan lingkungan eksternal
(masyarakat, LSM, Pemda, DPR/D) untuk memantau proses sosialisasi
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah disajikan sebelumnya, maka dapat disarankan
sebagai berikut :
1. Sebaiknya kegiatan sosialisas rekrutmen Calon Anggota Polri dilakukan dengan
rencana yang terorganisasi sehingga pelaksanaan kegiatan dapat berlangsung di
wilayah Polisi Daerah (POLDA) Sulawesi Tenggara dengan lebih baik di masa
mendatang.
2. Untuk melaksanakan kegiatan sosialisas rekrutmen Calon Anggota Polri maka
diharapkan adanya kerjasama antara polisi dan masyarakat dalam bentuk ikatan
kepercayaan untuk saling membantu dalam merekrut calon anggota polisi di masa
mendatang.
3. Sebagai pelaksana sosialisasi, sebaiknya tim Bhayangkara Pembinaan Keamanan
dan Ketertiban Masyarakat (BHABINKAMTIBMAS) lebih mempersiapkan
kelompok kerja yang lebih baik dapat mengatasi kendala-kendala dan terus
berupaya untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat guna meningkatkan jumlah
penerimaan calon anggota polisi di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Aburachman, 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi Kerja.


Jakarta : Bhuana Ilmu Populer.
Amstrong Michael, 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia.. Jakarta : Bina Aksara
As’ad Muhammad, 2007. Manajemen Personalia. Jakarta : Salemba Empat
Dharma Agus, 2010. Optimalisasi Kerja dan Penilian Prestasi Kerja. Jakarta. Gramedia
Pustaka Utama
Dessler Garry, 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Perhanllindo
Djamin, 2011. Manajemen Kinerja. Jakarta : Binarupa Aksara.
Donalson Lex dan Scannnel James. 2001. Employ quality step-up Home Affairs Journal
Management. www.jounal-management.com
Garavan et al. 2007. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Kansius
Hartanto, 2009. Produksitivitas Kerja Organisasi. Jakarta : Murai Kencana.
Hasibuan, S.P, Melayu, 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Rajawali Press.
Hasibuan, S.P, Melayu, 2009. Manajemen Personalia. Jakarta : Binarupa Aksara.
Komariah, 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rajawali Press
Mathis.L.Robert dan Jackson.H.John. 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta :
Salemba Empat
Mangkuprawira Tb. Sjafri, 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. Gramedi
Pustaka Utama
Mardiasmo, 2003. Manajemen Organisasi Sektor Publik. Jakarta : Bumi Aksara.
Michael Richard, 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia Ilmu

17
Milkovich, George T. Boudreau. 1997. Human Resources Management. 8th Edition. A Time
Mirror Education Group, Inc. Company
Miles, M.B, dan Huberman, A.M, 1994. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Bahasa
Indonesia. Ghalia Ilmu. Jakarta
Moleong, 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Airlangga
Nawawi Hadari, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Pengembangan Aparatur. Bina
Aksara : Jakarta
Narwoko, 2004. Prestase Kerja Sistem Penilaian Kerja. Jakarta : Rajawali Press.
.
Riskawati, 2014. Optimalisasi Sosialisasi Penerimaan Guru Dalam Lingkup Dinas
Pendidikan Kabupaten Minahasa. Manado: Universitas Sam Ratulangi.
Rivai Veithzal, 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia, Konsep dan Aplikasi, Jakarta :
Rajawali Press.
Robbins, 2006. Penilaian dan Evaluasi Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : BPFE UGM.
Rosmidar, 2009. Strategi Pengelolaan Personil Dalam Perusahaan. Yogyakarta : Kansius.
Schuler Randal S, dan Jackson Susan. E, 1997. Human Resource Development In
Corporate. Journal Management. www.jounal-management.com
Sedarmayanti, 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Refoamasi Birokrasi dan
Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Jakarta : Refika Aditam. Jakarta.
Seleim et al, 2007. Strategi Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia. Edisi
Terjemahan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Siagian, S.P, 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Keempat. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama
Sihotang Anton, 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Pradnya Paramita : Jakarta
Simamora Henry, 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Konsep dan Aplikasi. Jakarta :
Bina Aksara.
Simamora Henry, 2004. Strategi dan Perencanaan Promosi Jabata. Konsep dan Aplikasi.
Jakarta : Bina Aksara
Simanjuntak Payaman. J, 2002. Pengembangan Sumber Daya Aparatur. Jakarta : Balai
Pustaka.
Smith Michael, 2000. Managament Resource. Alih Bahasa. Ghalia Ilmu : Jakarta
Sudjana, 2006. Produktivitas Kerja. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfa Beta
Sukirno, 2004. Strategi Rekrutmen Pegawai. Jakarta : Murai Kencara.
Sulistiawan, 2013. Optimalisasi Kualitas Kerja Pegawai Negeri Pada Dinas Kesehatan
Kota Banda Ace. Medan, Tesis. Universitas Sumatera Utara.
Sumamur, 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung : Graha Media Ilmu.
Sunyoto, 2006. Evaluasi Penilaian Organisasi Kerja. Jakarta : Bumi Aksara.
Suwanto dan Priansa, 2011. Prinsip-Prinsip Rekrutmen Pegawai. Yogyakarta : Kansius.
Thoha Mifta, 2005. Perlaku Organisasi. Jakarta : Rajawali Press
Undang-undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara,
Yanuarsasi, Ribawanto dan Rengu, 2010. Revitalisasi Polri menuju Pelayanan Prima Studi
pada Polres Tulungagung. Malang : Tesis Brawijaya.

18

You might also like