Professional Documents
Culture Documents
Diterima: 2 Januari 2015; Perbaikan: 30 Januari 2015; Disetujui untuk Publikasi: 22 Juli 2015
ABSTRACT
Impact Analysis on The Change of Land Utilization toward Land Degradation and Farmers' Income in
Wanggu Watershed of South East Sulawesi. Objectives of the study were: (1) to assess the impact of the changes of
land use in Wanggu watershed toward erosion, land degradation, ratio discharge (Qmax / Qmin), and farmer incomes;
(2) to analyze land utilization and agro-technological model to improve soil infiltration capacity and water availability
as well as to reduce the ratio discharge (Qmax / Qmin), the rate of erosion and land degradation; and (3) to formulate
land-use and agrotechnological planning in sustainable watershed management. The research was conducted in July
2013-December 2013. The assessment on land degradation and watershed hydrological conditions of Wanggu was
based on the data of land use changes, soil physical, erosion, run off coefficient, and river discharge. This study used
survey methods and experimental plots to collect the data. Data on biophysical land including: climate, topography,
soil type and land use derived from the results of the previous studies. The farmer's income was calculated based on
total production, total revenue and total cost. The results showed that the changes of land use caused land degradation,
which might occur on: (i) upland agriculture, bushes, human settlements with the erosion > ETol with 36.3>21.0;
21.4>14.9 and 19.5>18 t/ha/yr and its slopes >8%, (ii) the ratio of river discharge (Qmax/Qmin> 30), land productivity
and farmers' income (around IDR11.500.000/ha/th in upland, while in agroforestry about IDR21.500.000/ha/year < the
standard of living allowance IDR22.000.000/year/hh). The land use and agrotechnological model from the scenario 5
could prevent land degradation, reduce the ratio of discharge (Qmax / Qmin <30), enhance soil productivity and
increase income of farmers reaching for about IDR22.340.000-IDR25.730.000 2' IDR27.200.000/ha/year/hh. Those
would meet the minimum requirement of living standard in South East Sulawesi.
ABSTRAK
Tujuan penelitan adalah (1) menganalisis dampak perubahan penggunaan lahan di DAS Wanggu Ds terhadap
erosi, run off dan fluktuasi debit air, (2) mengkaji model penggunaan lahan dan agroteknologi yang mampu
meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah, menurunkan run off, fluktuasi debit air sungai dan laju erosi serta pendapatan
petani, dan (3) merumuskan model perencanaan penggunaan lahan dan agrotekonologi yang tepat dalam pengelolaan
DAS Wanggu berkelanjutan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2013-Desember 2013. Degradasi lahan dan
kondisi hidrologi DAS Wanggu dinilai berdasarkan terhadap perubahan penggunaan lahan, fisik tanah, erosi dan
koefisien aliran permukaan serta debit sungai dengan menggunakan metode survei dan percobaan plot. Data biofisik
lahan mencakup: data iklim, topografi, jenis tanah dan penggunaan lahan yang diperoleh dari hasil-hasil berbagai
penelitian. Pendapatan petani dihitung berdasarkan pada produksi total, pendapatan dan biaya total yang dkeluarkan
petani. Hasil studi menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahannya
Analisis Dampak Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Degradasi Lahan dan Pendapatan Petani di DAS Wanggu 1
Sulawesi Tenggara (La Ode Alwi dan Sitti Marwah)
telah menyebabkan degradasi lahan umumnya pada: (i) pertanian lahan kering, semak-belukar, pemukiman dengan
erosi > ETol secara berurutan 36,3 > 21,0; 21,4 >14,9 dan 19,5 >18 t/ha/th) pada kemiringan lereng > 8%, (ii)
peningkatan Qmax/Qmin 36,8 > 30), (iii) produktivitas lahan dan pendatan petani adalah rendah (pertanian lahan
kering Rp11.500.000/ha/th, dan kebun campuran/agroforestry Rp21.500.000/ha/th < standar kebutuhan hidup layak
(KHL) Rp22.000.000/th/KK. Model penggunaan lahan dan agroteknologi Skenario 5 dapat mencegah degradasi lahan,
menurunkan Qmax/Qmin 15,2 < 30), erosi < ETol (3,5-14,5 t/ha/th < 10,6-20,0 t/ha/th), meningkatkan produktivitas
tanah dan pendapatan petani yang mencapai Rp22.340.000 - Rp25.730.000 2' Rp22.000.000/ha/th/KK yang memenuhi
standar kebutuhan hidup layak di Sulawesi Tenggara.
Kata kunci: Penggunaan lahan, DAS Wanggu, dampak, erosi, sistem pertanian
Tabel 3. Karakteristik lahan jenis Ultisol tahun 2013 pada DAS Wanggu
BV Pr BO PER PIT
Penggunaan lahan 3 (%) (%) (%) (mm/th) RC
(g/cm )
Kebun campuran (T1) 1,42 bc 43,7 b 3,84 b 60,87 b 102,77 b 0,45 b
Semak belukar (T2) 1,50 ab 38,7 ab 3,77 b 59,97 b 106,33 b 0,44 b
Tegalan/sawah (T3) 1,49 ab 42,0 bc 3,66 b 59,53 b 72,07 c 0,44 b
Pemukiman (T4) 1,64 a 34,6 a 1,15 c 37,00 c 22,00 d 0,33 c
Hutan (T5) 1,25 c 49,3 c 4,57 a 84,63 a 244,50 a 0,59 a
BNT a .01 0,178 6,122 0,461 6,247 5,785 0,066
KK (%) 3,17 7,10 12,74 7,37 7,15 11,76
Keterangan: BV = berat bolume tanah, BO = bahan organik tanah, PER = penutupan lahan, PIT = potensial
intersepsi, Pr = porositas, RC = kekasaran permukaan
Tabel 4. Indikator hidrologi tahun 2013 pada DAS Wanggu
FP Inf PP RO
PL. (% KA) (cm/jam) (cm/jam) (mm/th) CRO
T1 41,83 b 6,00 b 4,50 b 364,6 d 0,19 ab
T2 46,83 b 3,97 b 3,37 c 432,6 c 0,22 b
T3 53,17 ab 5,37 ab 3,10 cd 617,4 b 0,32 c
T4 35,53 b 4,17 b 2,33 d 814,0 a 0,42 d
T5 73,60 a 6,67 a 5,43 a 267.6 e 0,14 a
BNT0,05 2,53
BNT0,01 0,40 0,83 46,71 0,072
KK (%) 8,50 13,82 12,37 11,1 10,54
Keterangan: FP = kapasitas lapang, Inf = laju ifiltrasi, PP = permeabilitas profil, RO = aliran
permukaan, CRO = koefisien aliran permukaan
Tabel 5. Eros, ETol dan perbandingannya pengukuran Juli 2013 - Desember 2013 pada DAS Wanggu
Erosi Etol Perbandingan
Jenis Peng. Lahan
(ton/ha/th) (ton/ha/th) Erosi Etol
K..Campuran (T1) 9,9 b 17,1 <
S.B/Ilalang (T2) 14,9 bc 15,6 <
Tegalan/sawah (T3) 37,5 e 16,7 >
Pemukiman (T4) 19,8 cd 11,6 >
Hutan (T5) 3,3 a 16,4 <
Koefisien keragaman (%) 14,1
Keterangan: Angka-angka dalam kolom yang sama dan diikiuti huruf sama tidak signifikan pada uji BNT 0,01
Hasil RO terendah 267,6 mm/th dan CRO siklus hidrologi, fungsi ekonomi dan sosial pada
0,14 adalah hutan (T5) disusul kebun campuran masyarakat di sekitar hutan dan agroforestry.
(T1) dengan RO 364,6 mm/th dan CRO 0,19.
Tabel 5 menujukkan bahwa erosi T5
Sebaliknya RO dan CRO tertinggi dihasilkan oleh
berbeda dengan T1, dan T1 tidak berbeda dengan
(T4) setinggi 814,0 mm/th dan 0,41 disusul T3
T2 tetapi berbeda nyata dengan T3 dan T4. Erosi
dengan RO setinggi 617,4 mm/th dan CRO 0,13,
tertinggi dicapai pada T3 di susul T4. Besarnya
T2 dengan RO 432,6 mm/th dan CRO sebesar
erosi pada T3 dan T4 di sebabkan oleh besarnya
0,22. Hal ini telah dikemukan oleh Chang (2002),
RO sehingga menyebabkan erosi lebih besar dari
Asdak (2007) dan Black (1996) bahwa hutan
ETol sedangkan pada T5, T1 dan T3 lebih kecil
memiliki peranan penting terhadap sifat fisik tanah
(erosi <ETol). Erosi <ETol pada T3 dan T4
seperti berat volume, porositas dan bahan organik
tersebut akan menyebabkan degradasi lahan di
tanah, kedalaman profil tanah, penutupan lahan,
lokasi penelitian khususnya pada penggunaan
intersepsi potensial, kekasaran permukaan
lahan tegalan (T3) dan di pemukiman (T4).
berpengaruh terhadap kapasitas infiltrasi,
Penggunaan lahan yang tidak menggunakan
permeabilitas tanah, aliran permukaan (run off) dan
agroteknologi (konservasi tanah dan air) akan
koefisien aliran permukaan (run off coeficient).
mempercepat terjadinya degradasi lahan dan saling
Selanjutnya fungsi hutan dan agroforestry sangat
memarjinalkan antara lahan dan petani (Sinukaban,
penting dalam menjaga kestabilan ekosistim DAS
2007).
(fungsi ekologis), terutama sebagai area resapan
(recharge area) yang berfungsi menjaga kestabilan
Dampak Perubahan Penggunaan Lahan
Terhadap Kondisi Hidrologi Tahun 1992 menjadi 49,1 tahun 2013 yakni
sebesar 68,73% di DAS Wanggu.
Perubahan penggunaan lahan berdampak
terhadap erosi dan kondisi hidrologi di DAS Dampak perubahan penggunaan lahan
Wanggu periode 1992-2013 yang meliputi: aliran (kebun campuran, semak belukar, tegalan/sawah,
permukaan, koefisien aliran permukaan, debit pemukiman dan hutan) berkorelasi nyata
maksimum, debit minimum dan Qmax/Qmin (significant) terhadap peningkatan RO, CRO dan
(Tabel 6). Tabel 6 menunjukkan bahwa erosi (A), Qmax/Qmin dari tahun ke tahun. Gambar 2
aliran permukaan (RO), koefisien aliran menunjukkan bahwa dinamika tersebut berkorelasi
permukaan (CRO), debit maksimum(Qmax), debit signifikan meningkatkan RO dengan r =0,929,
minimum (Qmin) dan Qmax/Qmin bersifat simultan CRO dengan r =0,951 dan Qmax/Qmin dengan r
meningkat dari waktu ke waktu dengan rataan =0,990. Hal ini menujukkan bahwa dinamika
erosi 24,2 t/ha/th, RO (673,4 mm/th), CRO (0,3), penggunaan lahan (kebun campuran, semak
Qmax (25,4 m3/dt), Qmin (0,9 m3/dt) dan Qmax/Qmin belukar, tegalan, pemukiman dan hutan) tidak
30,5. Hal ini disebabkan perubahan penggunaan proporsional terutama luas hutan terhadap luas
lahan yang tidak proporsional, khususnya DAS dan memiliki korelasi signifikan
penurunan luas lahan hutan 478,2 ha/th (-1,1%) meningkatkan fluktuasi debit yang berpengaruh
atau 9.564,6 ha (-21,2%), meningkatnya luas terhadap kondisi hidrologi DAS di wilayah
pemukiman 190,9 ha/th (0,4%) atau 3.817,0 penelitian. Hal ini sesuai dengan yang dikemukan
(8,4%) dan tegalan 185,9 ha/th (0,4%) atau 3.718,7 Asdak (2007), Black (1996) dan Alwi et al. (2011)
ha (8,2) luas DAS. Selama kurun waktu 21 tahun bahwa hutan memiliki peranan penting terhadap
telah menyebabkan peningkatan nilai erosi (A) kapasitas infiltrasi, permeabilitas tanah, aliran
98,7%, aliran permukaan (RO) 68,3%, koefisien permukaan (run off) dan koefisien aliran
aliran permukaan (CRO) 78,6%, Qmax 68,0%, permukaan (run off coeficient) serta berpengaruh
Qmin 28,2% dan Qmax/Qmin 48,3% (Tabel 6, terhadap rasio debit maksimum dan minimum
kolom P). Hal ini sesuai hasil penelitian Marwah aliran. Hasil penelitian Marwah dan Alwi (2014)
dan Alwi (2014) memperlihatkan bahwa memperlihatkan bahwa penurunan luas hutan dari
penurunan luas hutan dari 43,2% (19.554,2 ha) 43,2% (19.554,2 ha) tahun 1992 menjadi 19,1%
tahun 1992 menjadi 19,1% (8.645,5 ha) tahun 2013 (8.645,5 ha) tahun 2013 di DAS Wanggu telah
di DAS Wanggu telah menyebabkan peningkatan menyebabkan peningkatan aliran permukaan (RO)
aliran permukaan (RO) sebesar 499,5 mm/th, sebesar 499,5 mm/th, koefisien run off (CRO)
koefisien run off (CRO) sebesar 25,6% dari total sebesar 25,6% dari total curah hujan, erosi 23,1
curah hujan, erosi sebesar 23,1 t/ha/th dan t/ha/th dan meningkatkan ratio Q-max dan Q-min
meningkatkan ratio Q-max dan Q-min dari 29,1 dari 29,1 Tahun 1992 menjadi 49,1 tahun 2013 di
DAS Wanggu.
RO (mm/th)
1000
Qmax/Qmin
40 0,4
0,3 800
CRO
0,2 600
30
y = 0,482x - 934,9 R² = 0,980, r = 0,990 0,1 400
200 y = 13,33x - 26057
y = 3E-18e0,019x
0 R² = 0,904, r = 0,951
1990200020102020 0 R² = 0,863, r= 0,929
20
Tahun penggunaan lahan 1990
10
2000 2010 2020
Tahun Penggunaan lahan
0
1990200020102020
Gambar 2. lahan
Tahun penggunaan Korelasi waktu perubahan penggunaan lahan dengan RO, CRO dan Qmax/Qmin
Analisis Alternatif Pengembangan Penggunaan 2007). Selain itu perubahan penggunaan lahan
Lahan di DAS Wanggu yang tidak sesuai dan/atau penerapan
agroteknologi yang tidak cocok dapat
menyebabkan erosi dan meningkatkan aliran
Analisis kelayakan ekologi
permukaan sehingga mempercepat terjadinya
Tiap alternatif pengembangan penggunaan degradasi lahan di hulu DAS dan sedimentasi di
lahan di DAS Wanggu-DS yang diterapkan akan wilayah hilir DAS (Alwi dan Marwah, 2014).
diuji kelayakannya berdasarkan skenario ekologi.
Meskipun skenario S2, S3 dan S4 telah
Dinamika penggunaan lahan setiap skenario akan
menghasilkan Qmax/Qmin <30, namun skenario
dilakukan pendugaan besarnya erosi dan ETol
tersebut belum aman mempertahankan erosi dan
(erosi yang ditoleransikan), debit maksimum
kesuburan tanah karena penggunaan lahan dan
(Qmax), debit minimum (Qmin) dan fluktuasi debit
agroteknologi pada skenario tersebut belum
aliran (Qmax/Qmin). Dinamika penggunaan lahan
memberikan penambahan input pupuk kandang
setiap skenario disajikan pada Tabel 7. Skenario
sehingga belum dapat menghasilkan pengelolaan
(S) penggunaan lahan terhadap erosi dan Etol
lahan berkelanjutan. Skenario S5 (kebun campuran
memperlihatkan bahwa erosi <ETol S4 (hutan
16.557,2 ha+Agrosilvopastoral (kakao, jeruk,
14.052,4 ha = T5, kebun campuran 16.557,2 ha =
pisang, jati, gamal dan rumput ternak+ternak sapi 3
T1, tegalan 8.448,8 ha+pola tanam = T3 dan
ekor/KK) = T1, tanpa semak belukar =T2, tegalan
pemukiman 6.318,9 ha = T4), S5 =S4 +
8.448,8 ha + Pola tanam (jagung+kedelai+cabe) =
Agrosivopastoral prennual crops pasture.
T3, pemukiman 6.318,9 = T4 dan hutan 14.052,4
Selanjutnya hasil pendugaan besarnya Qmax/Qmin
ha = T5) merupakan alternatif pengembangan yang
memperlihatkan bahwa skenario perubahan
terbaik dengan hasil erosi 9,8 t/ha/th <Etol 12,1
penggunaan lahan dengan skenario S2, S3, dan
t/ha/th dan Qmax/Qmin 15,2 <30.
penggunaan pola tanam pada tagalan (S4) dan
Agrosilvopastoral pada kebun campuran (S5) telah
mampu menurunkan Qmax/Qmin <30. Hal ini
menunjukkan bahwa skenario perubahan
penggunaan lahan dari semak belukar menjadi
hutan, tegalan dan kebun campuran serta
penerapan agroteknologi telah mampu
melestarikan sumberdaya lahan lahan dan air.
Sebaliknya penebangan hutan secara serampangan
di hulu DAS dapat menyebabkan terganggunya
distribusi aliran sungai di bagian hilir (Sinukaban,
Tabel 7. Model sekenario penggunaan lahan (S) di DAS Wanggu tahun 2013
S1 S2 S3 S4 S5
PL
(ha) % (ha) % (ha) % (ha) % (ha) %
T1 16.557,2 36,5 16.557,2 36,5 16.557,2 36,5 16.557,2 36,5 16.557,2 36,5
T2 8.125,6 17,9 0 0 0 0 0 0 0 0
T3 4.386,0 9,7 4.386,0 9,7 8.448,8 18,6 8.448,8 18,6 8.448,8 18,6
+P +P+Ag
T4 6.318,9 13,9 6.318,9 13,9 10.381,7 22,8 6.318,9 13,9 6.318,9 13,9
T5 9.989,6 22,0 18.115,2 39,9 9.989,6 22,0 14.052,4 31,0 14.052,4 31,0
45.377,3 100, 45.377,3 100, 45.377,3 99,9 45.377,3 100, 45.377,3 100,
Erosi Vs Etol
Erosi* 16,2 > 13,3 > 15,6 > 10,1 < 9,8 <
Etol* 12,1 12,1 12,2 12,1 12,1
RO** 499,2 453,2 461,6 410,9 407,1
CRO 0,26 0,24 0,23 0,21 0,21
Qmax 32,5 28,5 29,1 27,8 25,9
Qmin 1,0 1,4 1,2 1,5 1,7
Qmax :
Qmin 36,8 20,4 24,2 18,5 15,2
Keterangan: * = t/ha/th, ** = mm/th, T1=kebun campuran, T2=semak belukar ilalang, T3=Semak belukar/ilalang,
T4=Pemukiman, T5= Hutan, P = pola tanam (Jg+Kd+Cb), Ag = Agrosilvopastural prennual crops (kakao,
jeruk, kayu jati, pisang, rumpat ternak)
Tabel 9. Analisis pendapatan hasil skenario 5 penggunaan lahan terpilih di DAS Wanggu
(ton/ha/th) Erosi vs
KL. Unit lahan PL Pendapatan Rp Kesesuaian dan K.
Erosi Etol Etol (KK/ha/th) x106 Agroteknologi
III 12a-e, 17a-f, 61a-d Kc1 3,5-5,5 17,6-18,1 < 24,15 - 25,31 Sesuai/Layak
19a-e, 46a-b, 70a Kc2 7,8-12,2 10,6-17,9 < 24,06 - 25,73 Sesuai/Layak
VI 36a-d, 50a-b, 71a-b Kc3 3,7-12,9 18,1-20,0 < 22,75 - 24,29 Sesuai/Layak
III 57a-b T 14,3 18,5 < 24,76 Sesuai/Layak
VI 53a Kc* 14,5 18,8 < 22,34 Sesuai/Layak
Sumber : Data Primer hasil interpretasi peta citra tahun 2009
Keterangan: Kc = kebun campuran, Kc = kebun campuran 1,2 &1, KL= kelas kemampuan lahan, PL= penggunaan lahan, Kc* =
tegalan diubah menjadi kebun campuran, T = tegalan/sawah
Analisis pendapatan usahatani hasil skenario pendapatan dan kelestarian sumberdaya lahan
penggunaan lahan terpilih akibatnya tercipta pertanian berkelanjutan melalui
Hasil analisis pendapatan skenario 5 perbaikan varietas, agronomi, pakan dan ternak
penggunaan lahan terpilih pada kebun campuran sapi.
(Kc1, Kc2, Kc3), tegalan (T) dan perubahan dari
tegalan kebun campuran (Kc*) menunjukkan
bahwa erosi <ETol dengan pendapatan >KHL KESIMPULAN
sebesar Rp22.000.000 KK/ha/th (Tabel 9).
Perubahan penggunaan lahan terpilih dengan Penurunan luas hutan 21,2% dan semak
penerapan agroteknologi berupa perbaikan pola belukar 18,0%, peningkatan luas kebun campuran
tanam dan Agrosivopastoral telah mengindikasikan 22,5%, tegalan/sawah 8,4% dan pemukiman 8,2%
penggunaan lahan sesuai kamampuannya dan dari luas DAS telah memberikan dampak berupa
layak agroteknologi dengan erosi <ETol dan degradasi lahan dengan indikator hidrologi:
pendapatan >KHL. Hal ini sesuai yang peningkatan erosi 0,8 t/ha/th (5,2%), aliran
dikemukakan oleh Sinukaban (2007), Marwah permukaan (RO) 18,4 mm/th (3,4%), koefisien
(2009), dan Mayrowani dan Ashari (2011) bahwa aliran permukaan (CRO) 0,02 mm/th (7,1%) dan
penggunaan lahan yang sesuai kemampuan lahan, Qmax/Qmin 0,6/th (2,5%).
agrotekonologi dan sosial ekonomi masyarakat
Perubahan penggunaan hutan ke non hutan
petani dapat memberikan dampak positif melalui
(kebun campuran, tegalan, semak belukar dan
peningkatan produktivitas lahan pertanian,
pemukiman) telah menyebabkan degradasi lahan
secara signifikan dengan indikator: peningkatan
berat volume tanah 0,29 g/cm3(BV), penurunan Tanah Faperta Universitas Halu Oleo, 4) Saudara
porositas 9,6% (Pr), bahan organik 1,5% (BO), Anwar, SP, M.Si yang telah membantu analisis
penutupan lahan 30,3% (PER), potensial intersepsi tanah dan hidrologi di Laboratorium Tanah
168,7 mm/th (PIT) dan penurunan kekasaran Agroteknologi. Ucapan terima kasih juga
permukaan 0,2 (RC) serta peningkatan erosi 17,2 disampaikan kepada: Ir Sulistyaningsih Amperiani
t/ha/th. (Direktur PT. Memberamo Algae Indonesia) dan
Ny. Iis, SE yang telah membantu dalam
Hasil kajian model penggunaan lahan di
pembiayaan penelitian ini.
DAS Wanggu periode 1992-2013 yang diterapkan
petani umumnya belum sesuai kemampuan lahan
dan agroteknologi, akibatnya berdampak pada
degradasi lahan berupa penurunan kualitas lahan DAFTAR PUSTAKA
dan hidrologi DAS Wanggu sehingga
menyebabkan pendapatan petani rendah (belum
mencukupi kebutuhan hidup layak) sebesar Alwi, L., N. Sinukaban, S. Solahuddin, dan H.
Rp22.000.000/th/KK, kecuali unit lahan 32a, 33a- Pawitan. 2011. Kajian dampak perubahan
b, 56a, 58a-b, 76a-c dan 78a-b. penggunaan lahan terhadap degradasi
lahan dan kondisi hidrologi DAS Wanggu.
Hasil perumusan model perencanaan
Majalah Ilmiah, Agriplus Vol. 21(3): 214 -
penggunaan lahan dan agroteknologi di DAS
223.
Wanggu adalah model skenario 5 (31% hutan,
13,9% pemukiman, 36,5% kebun campuran + Alwi, L., N. Sinukaban, S. Solahuddin, dan H.
Agrosivopastoral-prenual crops (kakao, jeruk, Pawitan. 2011. Kajian dampak dinamika
kayu jati, pisang, rumput+3 ekor ternak) dan penggunaan lahan terhadap erosi dan
18,6% tegalan/sawah + pola tanam jagung + kondisi hidrologi DAS Wanggu. Jurnal
Kedelai + Cabai) paling tepat dalam pengelolaan Hidrolitan. Vol. 2(2).
DAS berkelanjutan dan menghasilkan aliran Alwi, L. dan S. Marwah, 2014. Dampak
permukaan, koefisien aliran, koefisien regim penggunaan lahan terhadap sumber daya
sungai (Qmax/Qmin 36,8 menjadi 15,2 < 30) dan air. Jurnal Agroteknos, Vol. 4(2).
erosi < ETol (3,5 - 14,5 t/ha/th < 10,6 - 20,0 Anas, I., Gulton T and Migge S. 2005. Soil
t/ha/th), serta meningkatkan pendapatan petani microbial population and activity at
mencapai kebutuhan hidup layak, yaitu different land use type. In: Stictentroth D,
Rp22.340.000 - Rp25.730.000/th/KK, sehingga W. Lorenz, S.D. Tarigan, A. Malik (eds).
perlu diimplementasikan pada semua unit lahan. Proceedings International Symposium
"The Stability of Tropical Rainforest
Margins: Linking Ecological, Economic
and Social Constrain of Land Use and
UCAPAN TERIMA KASIH Conservation" 19-23 September 2005.
Geor-August-University of Goettingen,
Sebagai wujud penghargaan kami kepada Germany: Universitatsverlag Goettingen:
pihak-pihak yang telah terlibat baik langsung 162.
maupun tidak langsung dalam pelaksanan Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air,
penelitian ini, kami khaturkan terima kasih kepada: Fakultas Pertanian IPB. IPB Press,
1) Dekan Fakultas Pertanian, Dekan Fakultas Cetakan ke Tiga. Gedung Lembaga
Kehutanan dan Lingkungan Universitas Halu Oleo, Sumberdaya Informasi Lt. 1 Kampus
2) Ketua Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Darmaga, Bogor.
Universitas Halu Oleo, 3) Kepala Laboratorium
Asdak, C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai, Gadjah Mada University Marwah, S. 2009. Analisis ekonomi usahatani
Press. sistem agroforestry untuk kebutuhan hidup
layak petani di DAS Konaweha Sulawesi
Black, P.E. 1996. Watershed Hydrology. State
Tenggara. Jurnal Ilmiah Pertanian,
University of New York. College of
Gakuryoku, Vol. 15(1): 14-19.
Environmental Science and Forestry
Syracuse, New York. Marwah, S and L. Alwi. 2014. Analysis of the
impact of land use change on tidal Flood in
[BPDAS] Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Kendari City. International Journal of
Sampara. 2008. Pola Rehabilitasi Lahan
Applied Science and Technology. Center
dan Konservasi Tanah DAS Sampara,
for Promoting Ideas, USA December 2014
Kendari.
Vol. 4 (7): 103-114.
Chang, M. 2002. Forest Hydrology, An
Marwah, S. 2012. Physical feasibility study of
Introduction to Water and Forest. CRC
agroforestry farm system to support
Press, Boca Raton, London, New York,
sustainable agriculture in Konaweha Sub
Washington, D.C.
Watershed of Southeast Sulawesi. Journal
Iswandi, M.R. 2003. Analisis dampak of Tropical Soil, Vol. 17(3): 275-282.
pendangkalan Teluk Kendari terhadap
Mayrowani, H., dan Ashari. 2011. Pengembangan
aktivitas masyarakat dan strategi
agroforestry untuk kendukung ketahanan
penanggulangannya. Disertasi. Program
pangan dan pemberdayaan petani sekitar
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
hutan. Forum Penelitian Agro Ekonomi,
Lihawa, F. 2009. The efect of watershed FAE, Vol. 29(2): 83-98.
environmental conditions and land use on
Sajogyo. 1977. Garis Miskin dan Kebutuhan
sediment yield in Alo-Pohu watershed.
Minimum Pangan. Lembaga Penelitian
Indonesian Journal of Geography.
Sosiologi Pedesaan (LPSP). IPB, Bogor.
Published by the Faculty of Geography,
Gadjah Mada University Yogyakarta Sinukaban, N., 2007. Peranan Konservasi Tanah
Indonesia & the Indonesian Geographers dan Air dalam Pengelolaan Daerah Aliran
Association. Indo J.Geog, Vol 41(2): 103- Sungai. Dalam: Bunga Rampai Konservasi
203. Tanah dan Air. F. Agus, N. Sinukaban, A.
Ngaloken Gintings, H. Santoso, dan Sutadi
La Baco, 2012. Analisis alternatif penggunaan
(ed). 2007. Pengurus Pusat Masyarakat
lahan untuk menjamin ketersediaan
Konservasi Tanah dan Air Indonesia.
sumberdaya air di DAS Konaweha
Jakarta, hal: 35-44.
Provinsi Sulawesi Tenggara. Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Sinukaban, N., 2008. Peranan konservasi tanah dan
air dalam mitigasi banjir. Prosiding
Marwah, S. 2000. Perencanaan sistem usahatani
Seminar Konservasi Tanah dan Air. Forum
lahan kering dalam rangka mewujudkan
DAS Provinsi Lampung. Bandar
pertanian berkelanjutan di DAS Wanggu
Lampung, Indonesia.
Kendari, Sulawesi Tenggara. Tesis.
Program Pascasarjana, Institut Pertanian Undang-Undang No 26 Tahun 2007 tentang
Bogor. Penataan Ruang, Himpunan Perturan
Perundang-Undangan, Penerbit FM
Marwah, S. 2008. Optimalisasi pengelolaan sistem
Fokusmedia, Bandung.
agroforestry untuk pembangunan pertanian
berkelanjutan di DAS Konaweha Sulawesi
Tenggara, Sekolah Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.