You are on page 1of 6

JURNAL AGROTEKNOS Mar et 2014

Vol. 4 No. 1. Hal 32-37


ISSN: 2087-7706

KAJIAN TINGKAT ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI, PADA BERBAGAI


TIPE PENGGUNAAN LAHAN DI SUB DAS JENNEBERANG HULU

Study of Run-off and Erosion Rate on Various Land Use in The Upper
Jenneberang Sub Watershed
ANDI MASNANG1*) , NAIK SINUKABAN2) , SUDARSONO3) , DAN NGALOKEN GINTINGS4)
1)
Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, Kendari
2)Program Ilmu Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Sekolah Pasca Sarjana, IPB, Bogor
3)Program Studi Ilmu Tanah Sekolah Pasca Sarjana, IPB, Bogor
4)Badan Penelitian Sosek Kehutanan, Kementrian Kehutanan, Bogor.

ABSTRACT
The objective of this research was to evaluate and assess the level of run-off and
erosion on various types of land use in the Upper Jenneberang Sub Watershed. This research
was conducted in the Upper Jenneberang Sub Watershed, Saluttoa Village, Sub
Tinggimoncong, Gowa regency, South Sulawesi Province. Land use type (LUT) which was
used as land units of observations was determined based on land use maps of upper
Jenneberang sub watershed. Based on the analysis results of map and observation in the
field, it was defined four types of land use as land units of observation: 1) Natural forest, 2)
Gliricidia tree-dominated agroforestry, 3) Coffee tree-dominated agroforestry, and 4) Maize
monoculture. Each LUT was given the observation plot size 30 m x 10 m and plot placement
was determined randomly. All LUT had slope 26%, soil type of Brown Latosol at the same
altitude and climate. The composition of the observation plot was based on Randomized
Block Design (RBD). Collected data on LUT included: soil physical properties, infiltration
rate, run-off and erosion. The result showed that changes in land use of natural forests into
agroforestry and maize monoculture types resulted in decreased amount of woody
vegetation that resulted in increased run-off and erosion.
Keyw or ds : r un-off, er osion, agr ofor estr y

1PENDAHULUAN akan menimbulkan dampak ter hadap tr ansfer


bahang ( heat) dan massa ( mass) dar i dan ke
Per anan hutan tr opis dalam ner aca kar bon per mukaan yang ber ubah sifatnya. Dampak
atmosfer ditunjukkan oleh banyaknya kar bon langsung ini selanjutnya akan mempengaruhi
yang ter simpan di dalam biomassa dan jumlah ner aca ener gi, ner aca air dan ner aca har a
yang ter sir kulasikan per tahun. Sir kulasi (Mur diyar so dan Satjapr adja, 1997).
kar bon melalui ekosistem hutan tropis Daer ah Alir an Sungai (DAS) Jenneber ang
ber langsung amat cepat. Jumlah kar bon yang penting kar ena menjadi pemasok air bagi Kota
besar ter simpan dalam biomassa dikeluar kan Makassar , Gow a dan sekitar nya yang memiliki
melalui r espir asi ke atmosfer (Mur diyarso dan dam di Bili-Bili. Per ubahan tataguna lahan di
Satjapr adja, 1997; ESA, 2000). Pemasukan hulu DAS tidak hanya akan memberikan
kar bon ber langsung melalui fotosintesa yang dampak di daer ah dimana kegiatan ter sebut
dipercepat oleh faktor lingkungan yang ber langsung, tetapi juga akan menimbulkan
memadai dan pengelolaan hutan yang baik. dampak di daerah hilir dalam bentuk
Penebangan hutan secara fisik mer upakan per ubahan fluktuasi debit, tr anspor sedimen
kegiatan yang mengubah sifat permukaan dan ser ta material ter lar ut dalam sistem alir an air
tataguna lahan. Kegiatan ini secar a langsung lainnya. Oleh kar ena itu sistem penggunaan
lahan yang diter apkan di Kabupaten Gowa
*) Alamat korespondensi:
Email : amasnang@yahoo.com
Vol. 4 No.1, 2014 Kajian Tingkat Alir an Permukaan Dan Er osi 33

akan mempengar uhi kuantitas dan kualitas air lahan pengamatan (SLP) ditentukan
pada w ilayah tersebut. ber dasar kan peta penggunaan lahan Sub DAS
Hasil penelitian Mustafa et al. (1995) Jenneber ang Hulu. Ber dasar kan hasil analisis
menunjukkan fluktuasi debit alir an Sungai peta dan pengamatan di lapang, ditetapkan
Jaleko (DAS Jenneber ang) sangat ber beda empat tipe penggunaan lahan sebagai satuan
nyata antar a musim penghujan dan kemar au lahan pengamatan yaitu : 1) Hutan alam (HA),
sepanjang tahun (1992-1994). Debit 2) Agr ofor estr i yang didominasi pohon gamal
maksimum mencapai sekitar 422 m 3 detik -1 (AF-1), 3) Agr oforestri yang didominasi pohon
dan debit minimum 2,6 m 3 detik -1. Kondisi kopi (AF-2), dan 4) Monokultur jagung (J).
hidrologi Sungai Jenneber ang ini sangat tidak Pada setiap SLP dibuat plot pengamatan
menguntungkan sistem dr ainase di w ilayah ber ukur an 30 m x 10 m dan penempatan plot
hilir yaitu Kota Makassar sehingga pada ditentukan secar a acak. Semua TPL
musim hujan selalu ter jadi banjir . mempunyai kemiringan 26 %, jenis tanah
DAS Jenneber ang Hulu ber potensi besar Latosol Coklat pada ketinggian dan iklim yang
dikonversi menjadi daer ah per tanian lahan sama. Susunan plot pengamatan ber dasar kan
ker ing atau w anatani (agr ofor estri). Ber bagai pola Rancangan Acak Kelompok (RAK). Data
sistem penggunaan lahan mempunyai yang dikumpulkan pada TPL meliputi: laju
kemampuan ber beda dalam menyimpan infiltrasi tanah, alir an permukaan dan er osi.
kar bon ter gantung jenis dan ker agaman
tumbuhan/ tanaman yang ada dan Laju infiltrasi tanah. Pengukur an laju
pengelolaannya. Hutan alami merupakan infiltrasi menggunakan double ring
penyimpan kar bon ter tinggi diantar a sistem infiltrometer.
penggunaan lahan lainnya, kar ena tingginya
ker agaman pohon dengan tumbuhan baw ah Aliran permukaan, erosi dan curah
dan ketebalan serasah di per mukaan tanah. hujan. Pengukur an aliran permukaan dan
Alih fungsi hutan menjadi penggunaan lain er osi dilakukan selama 4 bulan dengan
dalam suatu kaw asan ber ar ti menur unkan Metode Multislot Divisor pada petak
fungsi hidr ologis DAS akibat meningkatnya ber ukur an 5 m x 4 m dengan 3 ulangan pada
er osi dan sedimentasi menyebabkan daya setiap SLP. Pengukur an dilakukan pada pukul
simpan air menur un. 07.00 pagi, apabila har i sebelumnya ter jadi
Tr ansformasi ekosistem alam menjadi hujan dan menimbulkan alir an per mukaan.
ekosistem per tanian umumnya akan Jumlah tanah yang ter erosi ditentukan dengan
meningkatkan er osi Fattet et al., 2011; Hao et pengambilan contoh sedimen setiap kejadian
al., 2001; Palmer and Smith, 2013; Tao and hujan pada masing-masing petak (di dalam
Wang, 2012) akibat permukaan tanah yang bak penampung aliran per mukaan dan er osi),
ter buka dan menur unnya kandungan bahan kemudian dikeringkan dalam oven (105 0C)
or ganik dan kualitas tanah. hingga bobotnya konstan, lalu ditimbang
Penelitian ini ber tujuan untuk mengkaji untuk mengetahui bobot contoh sedimen.
tingkat er osi, pada ber bagai tipe penggunaan Data jumlah cur ah hujan selama penelitian
lahan di Sub DAS Jenneber ang Hulu. menggunakan penakar cur ah hujan Tipe
Ombr ometer di lokasi penelitian.
BAHAN DAN METODE
Analisis Data. Untuk melihat per bedaan
Lokasi Penelitian. Penelitian dilaksanakan
pengar uh penggunaan lahan ter hadap var iabel
di Sub DAS Jenneber ang Hulu, Desa Saluttoa,
yang diamati maka data dianalisis ker agaman
Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gow a,
dan uji Duncan .
Pr opinsi Sulawesi Selatan ter letak 2.830 m di
atas per mukaan laut dengan suhu 21-24 0C,
HASIL DAN PEMBAHASAN
kelembaban 79-88 % dan cur ah hujan r ata-
r ata tahunan (1993-2003) 4.284 mm tahun -1 Kapasitas Infiltrasi, Aliran permukaan
(JICA, 2005). dan Erosi. Kapasitas infiltr asi mer upakan
var iabel yang sangat menentukan masuknya
Metode Penelitian.
Tipe penggunaan air ke dalam tanah dan jumlah air yang
lahan (TPL) yang digunakan sebagai satuan menjadi alir an per mukaan dan pada
34 MASNANG ET AL. J. AGROTEKNOS

gilir annya mempengaruhi er osi. Hasil tanah nyata lebih tinggi, alir an permukaan dan
penelitian menunjukkan bahw a penggunaan er osi nyata lebih r endah pada hutan alam
lahan di DAS Jenneber ang Hulu nyata dibandingkan pada sistem agrofor estri dan
mempengar uhi laju infiltr asi, alir an monokultur jagung (Tabel 1).
per mukaan dan er osi. Kapasitas infiltr asi
Tabel 1. Pengar uh tipe penggunaan lahan ter hadap kapasitas infiltr asi, alir an per mukaan dan er osi di
Sub DAS Jenneber ang Hulu

Tipe Kapasitas Infiltr asi Alir an Permukaan Er osi


Penggunaan Lahan (cm/ jam) ** mm % CH* (ton/ ha)
HA 15,74 a 97,83 a 4,82 6,41 a
AF1 12,04 b 228,95 b 11,27 31,23 b
AF2 10,99 b 264,50 c 13,02 43,31 c
J 2,46 c 489,51 d 24,10 72,62 d
Keter angan : *)Total cur ah hujan = 2030,8 mm, **) Angka-angka dalam kolom yang sama dan diikuti
hur uf yang sama tidak ber beda nyata menur ut uji BNT
Pr oses infiltr asi sangat ter gantung pada cacing tanah) sangat ber per an dalam
str uktur tanah pada lapisan permukaan mengantisipasi pr oses penyumbatan pori
(LongShan, 2014) dan ber bagai lapisan dalam makr o tanah yang sangat menentukan laju
pr ofil tanah, sedangkan str uktur tanah infiltrasi, Oleh kar ena itu tingginya laju
dipengar uhi oleh bahan or ganik tanah dan infiltrasi pada hutan alam dan sistem
aktivitas biota yang sumber ener ginya agr ofor estri disebabkan kualitas sifat físik
ter gantung pada bahan or ganik (ser asah di tanahnya lebih baik terutama porositas tanah
per mukaan, eksudasi organik oleh akar dan lebih tinggi akibat tingginya kandungan C-
akar -akar yang mati), Ketersediaan bahan or ganik tanah (Tabel 2).
or ganik yang tinggi bagi biota (ter utama

Tabel 2, Pengar uh tipe penggunaan lahan ter hadap, bobot isi (BI), por ositas, dan bahan or ganik di Sub
DAS Jenneber ang Hulu

Tipe Penggunaan BI (g cm3 -1) Por ositas (%) Bahan or ganik


Lahan 0-30 cm 30-60 cm 0-30 cm 30-60 cm (%)
Hutan alam (HA) 0,97 a 1,09 a 63,35 a 59,01 a 6,94 a
Agroforestri 1 (AF1) 1,08 ab 1,18 b 58,98 b 55,58 b 4,18 b
Agroforestri 2 (AF2) 1,12 b 1,18 b 58,51 b 55,67 b 3,82 b
Jagung (J) 1,14 b 1,28 c 56,78 b 51,75 c 1,56 c
Keter angan: Angka-angka dalam kolom yang sama dan diikuti hur uf yang sama tidak ber beda pada tar af
nyata 0,05 menur ut uji jar ak ber ganda Duncan
dar i total cur ah hujan dan menyebabkan er osi
6,41 ton ha-1, meningkat tiga kali lipat jika
dikonversi menjadi agr ofor estr i yang
didominasi tanaman kopi 13,02 % dari total
cur ah hujan dengan besar nya er osi 43,31 ton
ha-1 atau meningkat 6,8 kali, Hal ini
disebabkan ber kur angnya penutupan
per mukaan oleh vegetasi sehingga
menurunkan jumlah dan kualitas bahan
or ganik tanah yang mer upakan fungsi dari
kualitas sifat fisik tanah, Hasil penelitian ini
Gambar 1, Hubungan antar a kandungan C-or ganik hampir sama dengan Lapor an Widianto et al,
(%) dengan kapasitas infiltr asi
(2007) yang menunjukkan bahw a alir an
Alir an permukaan kumulatif (selama per mukaan dan er osi pada sistem agr ofor estri
pengamatan) pada hutan alam hanya 4,82 % sederhana ber basis kopi (umur >10 tahun) di
Vol. 4 No.1, 2014 Kajian Tingkat Alir an Permukaan Dan Er osi 35

daer ah ber gunung Sumber jaya (Lampung menimbulkan alir an per mukaan dan er osi
Bar at) masih tiga kali lebih tinggi dar ipada yang tinggi (Gambar 2a, 2b, 2c),
yang dijumpai d hutan dengan cur ah hujan Apabila besar nya alir an per mukaan dan
r ata-r ata 1589 mm, Namun dengan sistem er osi diamati per minggu, tampak bahwa
kopi monokultur dengan umur kopi yang pada minggu per tama hingga minggu ke tiga,
sama, alir an permukaan dan er osinya 4-5 kali per sen cur ah hujan yang menjadi aliran
lebih tinggi dar ipada yang dijumpai di hutan, per mukaan pada keempat TPL kur ang dari 10
Data Tabel 1, juga menunjukkan bahw a % hal ini disebabkan oleh lapisan tanah masih
apabila ter jadi konversi penggunaan lahan dalam keadaan ker ing akibat musim kemar au
dar i tipe agroforestri yang didominasi pohon pada bulan-bulan sebelumnya, Sehingga
gamal menjadi tipe penggunaan lahan w alaupun pada periode ter sebut merupakan
monokultur jagung yang telah ber langsung aw al ter jadinya cur ah hujan, namun sebagian
dua tahun mengakibatkan alir an permukaan besar air hujan ter ser ap ke dalam tanah, Ini
dan er osi meningkat luar biasa dari 228,95 diindikasikan bahw a kandungan air tanah
mm menjadi 489,51 mm dengan besar nya sebelumnya masih r endah sehingga kapasitas
er osi dari 31,23 ton ha-1 meningkat menjadi infiltrasi masih tinggi menyebabkan ali r an
72,62 ton ha-1 ter besar dibandingkan pada tiga per mukaan dan er osi masih r endah,
tipe penggunaan lahan lainnya.
Vegetasi dan lapisan serasah m el i ndungi
per m uk aan t anah dar i puk ul an l an gsu n g a
t et esan ai r hu j an y an g d ap at
menghancur kan agr egat tanah, sehingga
ter jadi pemadatan tanah, Hancur an par tikel
tanah akan menyebabkan penyumbatan por i
tanah makr o sehi ngga m engham bat
i nf i l t r asi ai r t anah, akibatnya limpasan
per mukaan akan meningkat, Per an l api san
ser asah d al am m el i n d u n gi per m uk aan
t anah san gat di pen gar uhi ol eh
k et ahanannya t er hadap pel apuk an
ser asah yang mengandung nitr ogen ti nggi b
akan mudah melapuk sehi ngga fungsi
penutupan permukaan tanah tidak ber tahan
lama, namun demikian tipe ser asah seper ti ini
menyediakan unsur hara yang lebih cepat ,
Ser asah yang ber upa daun, r anting dan
sebagainya yang belum mengalami pelapukan
yang menutupi permukaan tanah, mer upakan
pelindung tanah ter hadap kekuatan per usak
butir -butir hujan yang jatuh, Ser asah tersebut
c
juga menghambat alir an air di atas permukaan
tanah sehingga mengalir dengan lambat ,
w alaupun ter letak pada lahan dengan
kemir ingan yang cukup cur am yaitu 26 %,
Menur ut Assouline (2006); Br acken dan
Kir kby (2005); Moreno et al, (2010) bahwa
tingkat kemir ingan ler eng dapat
mempengar uhi jumlah alir an permukaan dan
er osi, semakin cur am kemiringan ler eng
menyebabkan aliran per mukaan dan er osi
Gambar 2, Data cur ah hujan (mm) (a), Pengar uh
semakin tinggi (Liu et al,, 1994; Wischmeier tipe penggunaan lahan ter hadap alir an
dan Smith, 1978), per mukaan (% CH) (b) dan er osi (c)
Tingginya cur ah hujan pada per iode
minggu ke dua dan ke tiga belum
36 MASNANG ET AL. J. AGROTEKNOS

Hal lain yang dapat mempengar uhi ditunjukkan pada angka infiltrasi kumulatif
besar nya alir an permukaan dan er osi adalah yang lebih r endah, Ter bentuknya agr egat
per iode per tumbuhan tanaman khususnya tanah yang lebih baik dan memantapkan
pada tanaman jagung, Pada sistem agr egat yang telah ter bentuk sehingga aer asi,
monokultur jagung menunjukkan bahw a per meabilitas dan infiltrasi menjadi lebih baik,
pada periode per tumbuhan vegetatif Per ger akan air secar a ver tikal atau infiltr asi
maksimum yaitu pada minggu ke 9 hingga dapat diper baiki dan tanah dapat menyer ap
minggu ke 11 setelah tanam jumlah alir an air lebih cepat sehingga alir an permukaan dan
per mukaan lebih r endah yaitu 11,06 mm er osi diper kecil, Akibatnya adalah daya tahan
dibandingkan dengan tipe AF2 sebesar 21,51 tanah ter hadap er osi akan meningkat,
mm (Gambar 2b), Pada sistem monokultur Hasil analisis data er osi dan limpasan
jagung menunjukkan bahw a pada per iode memper lihatkan bahw a pada curah hujan
per tumbuhan vegetatif maksimum ter sebut yang sama tidak member ikan respon yang
mendekati kondisi hidr ologi pada tipe sama pada setiap tipe penggunaan lahan, Hal
penggunaan agr ofor estri baik gamal maupun ter sebut mengindikasikan bahw a ke empat
kopi, Namun pada minggu ke 12 jumlah alir an jenis penggunaan lahan ter sebut memiliki
per mukaan kembali meningkat, Pada periode kar akter istik biofisik dan hidr ologi yang
ter sebut per tumbuhan jagung sudah ber beda,
mengalami stagnasi yang ditandai dengan Penutupan tajuk yang semakin rapat
daun tanaman yang mulai menger ing sehingga mendorong peningkatan kegiatan biologi di
fungsi tajuk sebagai penahan sebagian curah per mukaan tanah karena ketersediaan bahan
hujan juga mengalami penur unan, or ganik dan per baikan lingkungan (iklim
Meningkatnya aliran per mukaan pada mikro dan kelembaban), Kegiatan biologi
monokultur jagung pada per iode ter sebut tanah ini juga ber dampak positif terhadap
tidak diser tai dengan peningkatan er osi por ositas tanah dan peningkatan laju infiltrasi,
(Gambar 2c), Hal ini dapat disebabkan pada Adanya kecender ungan per baikan sifat-sifat
per iode ter sebut kondisi per mukaan tanah fisik tanah di baw ah vegetasi yang didominasi
yang ter tutupi oleh daun tanaman yang r ontok kopi memberikan harapan dalam upaya
dan tumbuhnya r umput/ gulma yang dapat melestarikan sumber daya lahan, Namun
ber per an menur unkan ener gi tumbukan air ter nyata penanaman kopi belum bisa
hujan dan sebagai filter ter hadap alir an mengembalikan fungsi hidr ologis hutan secar a
per mukaaan, sehingga mengur angi er osi, penuh, ter bukti dar i limpasan permukaan dan
Namun demikian secara umum pada tipe er osi pada lahan kopi yang ber umur 6 – 10
penggunaan lahan monokultur jagung jumlah tahun masih jauh lebih besar dibandingkan
alir an per mukaan dan er osi paling tinggi, yang ter jadi pada lahan hutan,
Apabila ter jadi konversi penggunaan lahan Tingginya biomassa pohon pada hutan
dar i tipe agroforestri yang didominasi pohon alam memper baiki sifat fisik tanah dan
gamal menjadi tipe penggunaan lahan meningkatkan laju infiltr asi, Per ubahan
monokultur jagung yang sudah ber langsung penggunaan lahan hutan alam menjadi tipe
dua tahun mengakibatkan limpasan dan er osi agr ofor estri dan monokultur jagung
meningkat luar biasa dar i 228,95 mm menjadi mengakibatkan menurunnya jumlah vegetasi
489,51 mm dengan besarnya er osi dar i 31,23 ber kayu sehingga ter jadi peningkatan jumlah
ton ha-1 meningkat menjadi 72,62 ton ha-1 alir an permukaan dan er osi,
ter besar dibandingkan pada tiga tipe
penggunaan lahan lainnya, SIMPULAN DAN SARAN
Hal ini disebabkan kar ena kur angnya
Simpulan, Laju er osi pada agr ofor estr i
bahan ser asah atau material lain yang
dominan gamal, agr ofor estr i dominan pohon
ber fungsi sebagai barrier alir an permukaan
kopi dan monokultur jagung telah melampaui
yang membawa sedimen sehingga tidak
laju er osi yang dapat ditoler ansikan (9,0 ton
ter jadi selektivitas ukuran butir sedimen yang
ha-1 th -1), Tipe penggunaan lahan agr ofor estri
mengalami tr anspor tasi oleh ener gi aliran
dominan gamal atau Agrofor estri kopi, er osi
per mukaan, Akibat dari kondisi seper ti ini
meningkat 5 sampai 7 kali lipat dibandingan
menyebabkan kemampuan tanah melew atkan
dengan hutan alam, Per ubahan tipe
air ke lapisan tanah juga lebih rendah yang
Vol. 4 No.1, 2014 Kajian Tingkat Alir an Permukaan Dan Er osi 37

penggunaan lahan agr ofor estri dominan Liu, B,Y,, M,A, Near ing dan L,M, Risse, 1994, Slope
gamal menjadi monokultur jagung yang bar u gr adient effects on soil loss for steep slopes,
ber langsung dua tahun mengakibatkan Tr ansactions of the Amer ican Society of
limpasan dan erosi meningkat tajam dari Agr icultur al Engineer s 37:1835-1840,
LongShan, Z, 2014, Soil sur face r oughness change
229,0 mm menjadi 490,0 mm dengan
and its effect on r unoff and er osion on the Loess
besar nya er osi dari 31,2 ton ha-1 menjadi 72,6 Plateau of China. J, Ar id Land 6(4):400-409
ton ha-1, Mor eno de las Her as M, J,M, Nicolau, L, Mer ino-
Saran, Pada tipe penggunaan monokultur Mar tin, dan B,P, Wilcox, 2010, Plot-scale effects
jagung per lu adanya pohon atau vegetasi on r unoff and er osion along a slope degr adation
ber kayu sebagai sisipan yang ber fungsi gr adient, Water Resour ces Resear ch
sebagai per edam alir an per mukaan dan er osi, 46(4):4503,
Hal ini penting kar ena penggunaan lahan tipe Mur diyar so, D, dan O, Satjapr adja, 1997, Dampak
monokultur jagung di DAS Jenneber ang Hulu Penebangan Hutan Tr opis ter hadap Var iasi
tidak dapat ditinggalkan oleh masyar akat Iklim, Dalam Sumber Daya Air dan Iklim dalam
Mew ujudkan Per tanian Efisien, Ker ja sama
setempat kar ena mer upakan sumber
Depar temen Per tanian dengan Per himpunan
tambahan pangan yang lebih cepat untuk Meteor ologi Per tanian Indonesia (PERHIMPI),
dipanen, Mustafa M, Rampisela A, Tangkaisar i R, 1995,
Model Teknologi Pengendalian Daer ah Alir an
DAFTAR PUSTAKA Sungai (DAS), Kongr es Nasional HITI, Ser pong,
Jaw a Bar at,
Assouline, S, dan M, Ben-Hur , 2006, Effects of
Palmer RC and RP Smith, 2013, Soil str uctur al
r ainfall intensity and slope gr adient on the
degr adation in SW England and its impact on
dynamics of inter r ill er osion dur ing soil sur face
sur face-w ater r unoff gener ation, Soil Use and
sealing. Catena 66:211-220,
Management 29(4): 567–575,
Br acken LJ, Kir kby MJ. 2005. Differ ences in
Sinukaban N. 2007, Konservasi Tanah dan Air,
hillslope r unoff and sediment tr anspor t r ates
Kunci Pembangunan Berkelanjutan,. Dir ektor at
w ithin tw o semi-ar id catchments in southeast
Jender al RLPS, Cetakan Per tama, ISBN: 978-
Spain. Geomor phology 68:183-200,
979-97118-4-7
Buckman HO and Nyle CB, 1982, The Nature and
Tao Peng, Shi-jie Wang. 2012, Effects of land use,
Properties of Soils, Copyr ight, The Macmillan
land cover and r ainfall r egimes on the sur face
Company, New Yor k,
r unoff and soil loss on kar st slopes in southw est
Ecological Society of Amer ica, 2000, Carbon
China, Catena Vol, 90: 53-62, Elseiver ,
Sequestration in Soil, Washington, DC,
Widianto, Supr ayogo D, Nover as H, Widodo RH.
Fattet M, Fu Y, Ghestem M, Ma W, M Foulonneau, J
2004, Alih guna lahan hutan menjadi lahan
Nespoulous, 2011, Effects of vegetation type on
per tanian: apakah fungsi hidr ologis hutan dapat
soil r esistance to er osion: Relationship betw een
digantikan sistem kopi monokultur ,
aggr egate stability and shear str ength. Catena
http:/ / outputs,w or ldagr ofor estr y,or g,
87(1): 60-69, Elsevier ,
Wischmeier , W,H, dan D,D, Smith, 1978, Pr edicting
Hao Y, Lal R, Izaur r alde RC, Ritchie JC, Ow ens LB
r ainfall er osion losses, A guide to conser vation
and Hothem DL, 2001, Histor ic assessment of
planning, USDA Agr icultur al Handbook 537,
agr icultur al impacts on soil and soil or ganic
Washington, DC, pp, 58,
car bon er osion in an Ohio Water shed, Soil
Science 166 (2): 116-126,
JICA, 2005, The study on capacity development for
Jenneber ang r iver basin management in the
Republic of Indonesia, Final r epor t, Volume II,
Main r epor t,

You might also like