You are on page 1of 17

Pengembangan Model Keselamatan untuk Penyeberangan Jalan Kota Bandung

(Studi Kasus Simpang Bersinyal)

Istiqomah Nurhidayati
Program Studi Magister Sistem dan Teknik Jalan Raya
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesha No. 10 Bandung, 40132
E-mail: icheiche31@gmail.com

Aine Kusumawati
Program Studi Magister Sistem dan Teknik Jalan Raya
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesha No. 10 Bandung, 40132
E-mail: aine_kusumawati@yahoo.com

Sri Hendarto
Program Studi Magister Sistem dan Teknik Jalan Raya
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesha No. 10 Bandung, 40132
E-mail: hendartosri@gmail.com

Abstract

Traffic crashes are the 10th main cause of death in Bandung. Pedestrians are road users who are more vulnerable to
crashes. Pedestrian crashes often occur at intersections as diverseroad users move in the same road space, thus making
interaction between road users more complex. Currently, pedestrian safety at intersection is still very low, so it is
important to do a study to reduce the number of pedestrian crashes. A model that has been developed by FHWA
(Federal Highway Adminstration) for pedestrian safety at intersection is PedISI (Pedestrian Intersection Safety Index).
This model can be used to determine which intersections need to be addressed before a crash occurs based on PedISI
values. PedISI values show the level of pedestrian safety at intersection. This thesis develops Pedestrian Intersection
Safety Index (PedISI) model for signalized intersection in Bandung. The data used consist of pedestrian crashes data,
intersection characteristic data, behavioral(conflicts) data and safety rating data. Data were collected from 16
signalized intersections of types 8/2 D, 6/2 D, 4/2 D, 4/2 UD and 2/2 UD. PedISI model formed for signalized
intersection in Bandung is PedISI = 3,184 + 0,032THRULNS - 0,005MEDIAN + 0,001SPEED85 th with R2 = 0,525.
PedISI values for signalized intersections in Bandung based on the model is 3,24 – 3,45. The average value of PedISI is
3,35 with a standard deviation of 0,06. This model is able to describe the safety conditions of intersection though it has
small variation in PedISI values. This is due to the results of surveys that indicated uniformity in respondents
perceptions of safety rating values. Thus, it is necessary to improve the safety data collection techniques to obtain a
better model.

Keywords: crosswalks, pedestrian, safety, crash, Pedestrian Intersection Safety Index (PedISI).

Abstrak

Kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab utama kematian peringkat ke-10 di Kota Bandung. Pejalan kaki adalah
pengguna jalan yang rentan terhadap kecelakaan. Kecelakaan pejalan kaki sering terjadi di simpang karena pengguna
jalan yang beragam dan bergerak menggunakan ruang jalan yang sama sehingga menimbulkan interaksi antara
pengguna jalan yang kompleks. Keselamatan pejalan kaki di simpang masih sangat rendah sehingga penting dilakukan
sebuah studi untuk mengurangi jumlah kecelakaan pejalan kaki. Sebuah model yang telah dikembangkan oleh FHWA
(Federal Highway Adminstration) untuk keselamatan pejalan kaki di simpang adalah model PedISI (Pedestrian
Intersection Safety Index). Model ini dapat digunakan untuk menentukan simpang mana yang perlu ditangani sebelum
terjadi kecelakaaan berdasarkan nilai PedISI. Nilai PedISI menunjukkan tingkat keselamatan pejalan kaki di simpang.
Tesis ini mengembangkan model Pedestrian Intersection Safety Index (PedISI) untuk simpang bersinyal Kota Bandung
dengan variabel-variabel yang dimodifikasi. Data yang digunakan untuk pengembangan model adalah data kecelakaan
pejalan kaki, data karakteristik simpang, data perilaku (konflik) dan data nilai keselamatan. Lokasi penelitian terdiri dari
16 simpang bersinyal dengan tipe 8/2 D, 6/2 D, 4/2 D, 4/2 UD dan 2/2 UD. Model PedISI yang terbentuk untuk
Simpang Bersinyal Kota Bandung adalah PedISI = 3,184 + 0,032THRULNS - 0,005MEDIAN + 0,001SPEED85th
dengan R2 = 0,525. Nilai PedISI untuk Simpang Bersinyal Kota Bandung berdasarkan model tersebut adalah 3,24 –
3,45. Besar rata-rata nilai PedISI sebesar 3,35 dengan standar deviasi 0,06.
Model mampu menggambarkan kondisi keselamatan simpang namun memiliki variasi nilai PedISI yang kecil. Hal ini
disebabkan oleh hasil survei yang mengindikasikan adanya keseragaman persepsi responden terhadap nilai keselamatan.
Dengan demikian, diperlukan perbaikan teknik pengumpulan data nilai keselamatan agar diperoleh model yang lebih
baik.

Kata kunci: penyeberangan jalan, pejalan kaki, keselamatan, kecelakaan, Pedestrian Intersection Safety Index (PedISI).
1 Pendahuluan jalan yang kompleks. Peningkatan
Keselamatan jalan merupakan isu global keselamatan di simpang dapat mengurangi
yang hangat diperbincangkan dalam jumlah kecelakaan lalu lintas secara
beberapa tahun terakhir. Sejalan dengan signifikan sehingga keselamatan di simpang
pesatnya pertumbuhan kendaraan bermotor harus selalu diperhatikan terutama dalam
yang dikombinasikan dengan meningkatnya aspek fasilitas penyeberangan.
jumlah penduduk dan jenis kendaraan yang
beragam menyebabkan masalah keselamatan Salah satu model proaktif yang telah
jalan semakin memburuk. Indikator utama dikembangkan untuk keselamatan pejalan
yang sering digunakan dalam menilai kaki pada simpang adalah model PedISI
keselamatan jalan adalah kecelakaan lalu (Pedestrian Intersection Safety Index). Model
lintas. Kecelakaan lalu lintas diprediksi akan PedISI telah dikembangkan oleh FHWA
menjadi penyebab utama kematian peringkat (Federal Highway Administration) dengan
ke 7 pada tahun 2030 di dunia. menggunakan regresi linier berdasarkan data
karakteristik simpang, data kecelakaan, data
Kota Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa konflik antara pejalan kaki dengan kendaraan
Barat dihuni oleh 2.490.479 jiwa yang akan bermotor dan data nilai keselamatan bagi
meningkat setiap tahunnya. Peningkatan pejalan kaki di simpang. Dalam model ini,
jumlah penduduk berakibat pada aktivitas pengaruh kondisi data yang berbeda terhadap
yang semakin padat dan mobilitas yang keselamatan pejalan kaki belum
tinggi sehingga tidak heran pertumbuhan dipertimbangkan sehingga model ini perlu
kendaraan bermotor di Kota Bandung terus dikembangkan.
meningkat. Ledakan jumlah kendaraan
bermotor menjadi pemicu permasalahan Dengan melakukan pengembangan model,
transportasi karena penambahan ruas jalan dapat dibahas variabel yang teridentifikasi
tidak sebanding dengan penambahan jumlah berpengaruh terhadap keselamatan untuk
kendaraan bermotor sehingga menjadi salah penyeberangan jalan Kota Bandung dan
satu faktor penyebab kecelakaan lalu lintas. besarnya nilai indeks keselamatan suatu
Walaupun jumlah kecelakaan lalu lintas di simpang. Diharapkan dengan terbentuknya
Kota Bandung menurun secara bertahap dari model untuk penyeberangan jalan Kota
tahun 2013 hingga 2016 namun intervensi Bandung, penanganan terhadap keselamatan
untuk meningkatkan keselamatan masih dapat dilakukan pada simpang yang tepat
dibutuhkan guna mengurangi jumlah korban sehingga mampu mencegah terjadinya
yang mayoritas berusia muda dan produktif. kecelakaan pejalan kaki secara maksimal.
2 Model PedISI yang dikembangkan oleh
Pejalan kaki adalah pengguna jalan yang FHWA
teramat rentan. Dalam kejadian tabrakan Salah satu model yang dapat digunakan
dengan kendaraan bermotor, pejalan kaki untuk peningkatan keselamatan melalui
paling berisiko cidera dengan tingkat fatalitas ukuran statistik adalah model Pedestrian
yang tinggi. Hal ini menyoroti kebutuhan Intersection Safety Index (PedISI). Model
mendesak untuk menangani keselamatan PedISI merupakan pengembangan dari
terhadap pejalan kaki. indeks keselamatan bagi pejalan kaki secara
makro (Carter et al., 2007). Model ini
Simpang secara khusus merupakan lokasi dikembangkan oleh FHWA dengan tujuan
yang berisiko tinggi menjadi tempat mempermudah para insinyur, perencana dan
terjadinya kecelakaan karena volume lalu praktisi lain untuk menggunakan
lintasnya tinggi dan pengguna jalannya karakteristik simpang guna secara proaktif
beragam yang bergerak dengan memprioritaskan keselamatan pejalan kaki di
menggunakan ruang jalan yang sama kawasan penyeberangan jalan dan pendekat
sehingga terjadi interaksi antara pengguna pada simpang.
Dengan menggunakan variabel-variabel yang
menunjukkan kemungkinan resiko yang lebih
tinggi bagi pejalan kaki, PedISI dapat
digunakan untuk mengidentifikasi kawasan
penyeberangan jalan dan pendekat simpang
yang memiliki prioritas tertinggi untuk
peningkatan keselamatan pejalan kaki dalam
yuridiksi tertentu. Setelah lokasi dengan
prioritas tinggi teridentifikasi, praktisi dapat
melakukan evaluasi yang lebih mendalam
pada setiap lokasi untuk menentukan Gambar 1 Hirarki Pengukuran Keselamatan
tindakan penanganan yang paling tepat untuk (Carter et al., 2007)
permasalahan keselamatan yang ada.
Pemilihan lokasi dalam model PedISI oleh
Pengembangan model PedISI mengikuti FHWA berdasarkan hasil pertemuan panel
langkah-langkah dasar sebagai berikut: para ahli untuk mengumpulkan pendapat
1. Pemilihan lokasi studi mengenai faktor-faktor penting dari simpang
2. Pengumpulan data karakteristik simpang yang mendasari masalah keselamatan pejalan
3. Pengumpulan data keselamatan terhadap kaki. Karakteristik simpang pada lokasi yang
simpang yang dikaji ditinjau untuk model PedISI yang
4. Menghubungkan data karakteristik dikembangkan oleh FHWA adalah sebagai
simpang dengan keselamatan simpang berikut:
5. Membentuk indeks keselamatan pejalan 1. Jenis pengontrol lalu lintas (sinyal atau
kaki di simpang rambu henti)
2. Jumlah lajur (dua lajur,empat lajur dan
Perbedaan karakteristik pendekat simpang lain-lain)
dapat mempengaruhi keselamatan pejalan 3. Jenis median (tidak terbagi atau terbagi)
kaki. Model PedISI lebih ditujukan untuk 4. Ada atau tidaknya parkir di jalan
mengevaluasi keselamatan pejalan kaki pada 5. Berbagai volume pejalan kaki dan volume
setiap pendekat di persimpangan tertentu lalu lintas
dibandingkan untuk mengevaluasi
keselamatan pejalan kaki pada simpang Data yang dikumpulkan meliputi data
secara keseluruhan. karakteristik fisik, data kecelakaan, data
Pokok dari pengembangan model PedISI perilaku dan data penilaian keselamatan
terdiri dari 4 (empat) langkah untuk secara subjektif. Pengumpulan data simpang
mengukur keselamatan yaitu kecelakaan, dan rekaman video di lokasi dilakukan
perilaku (konflik dan menghindari manuver) dengan bantuan pengumpulan data lokal dari
dan penilaian berdasarkan ahli atau pendapat setiap kota.
pengguna yang digambarkan dalam konsep 1. Data karakteristik fisik
piramida dalam Gambar 1. Data karakteristik fisik meliputi data
geometrik simpang, pengontrol lalu lintas
dan fasilitas bagi pejalan kaki. Data ini
digunakan sebagai variabel bebas dalam
analisis regresi untuk memprediksi indeks
keselamatan simpang.
2. Data kecelakaan
Data historis kecelakaan merupakan data
yang paling umum digunakan untuk
pengukuran keselamatan suatu lokasi.
Dalam penelitian ini, data kecelakaan PedISI dikembangkan menggunakan analisis
yang ada hanya sebagai yurisdiksi. Hal ini regresi linier berganda untuk
dikarenakan data kecelakaan pada banyak menghubungkan variabel terikat yaitu rata-
kasus, tidak memiliki informasi lokasi rata nilai skor keselamatan terhadap angka
yang cukup untuk menentukan posisi dari variabel bebas yang mendeskripsikan
kecelakaan di simpang. geometri simpang, fasilitas pejalan kaki dan
3. Data perilaku kondisi lalu lintas. Variabel bebas tersebut
Data perilaku digunakan sebagai merupakan variabel bebas yang signifikan
informasi tambahan mengenai pada model perilaku dan model nilai
keselamatan simpang. Data perilaku keselamatan. Analisis dilakukan hanya pada
meliputi konflik dan menghindari pendekat jalan utama.
manuver. Konflik adalah interksi tiba-tiba
yang terjadi untuk menghindari tabrakan
Model nilai keselamatan dikembangkan
sedangkan menghindari manuver adalah
menggunakan model regresi linear berganda
perubahan pergerakan karena interaksi
karena data nilai keselamatan secara umum
dari beberapa pihak. Data dikumpulkan
mengikuti distribusi normal sedangkan
dari rekaman video lokasi simpang yang
model perilaku dikembangkan menggunakan
ditinjau dan dilakukan pencatatan data
model regresi Poisson tergeneralisasi karena
selama 2 jam. Pengumpulan data
data perilaku secara umum mengikuti
dilakukan pada hari kerja dengan kondisi
distribusi Poisson. Semua variabel bebas
cuaca cerah (Pukul 08.00-18.00).
yang signifikan dalam kedua model
4. Data nilai keselamatan
dipertahankan dan digunakan dalam
Studi ini berusaha untuk mengevaluasi
pengembangan model PedISI. Hasil dari
keselamatan dalam bentuk nilai sebagai
pengembangan model PedISI oleh FHWA
tambahan untuk mengukur keselamatan.
dinyatakan dalam persamaan regresi sebagai
Orang-orang yang banyak memiliki
berikut:
pengetahuan tentang pejalan kaki akan
PEdISI = 2,372 – 1,867SIGNAL -
memberi nilai sesuai dengan persepsinya
1,807STOP + 0,335THRULNS +
terhadap tingkat keselamatan bagi pejalan
0,018SPEED + 0,006(MAINDT*SIGNAL)
kaki. Data ini bersifat subjektif dan dapat
+ 0,238COMM (1)
dikumpulkan dalam jumlah banyak dalam
waktu yang singkat.
4 Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian akan memaparkan
Data dari tiga jenis pengukuran keselamatan
tentang penentuan lokasi yang ditinjau,
yakni data kecelakaan pejalan kaki, perilaku
metode pengumpulan data baik data sekunder
dan nilai keselamatan dikumpulkan untuk
maupun data primer dan metode pengolahan
pengembangan model PedISI.
dan analisis data. Urutan kegiatan yang
Pengembangan model PedISI diawali dengan
dilakukan dalam penelitian meliputi:
pengembangan model dari setiap jenis
a. Memilih lokasi penelitian berdasarkan
pengukuran keselamatan. Model nilai
kriteria yang ditentukan sesuai dengan
keselamatan adalah model inti dalam
kondisi dan faktor-faktor penting dari
pengembangan model PedISI karena model
simpang bersinyal yang mendasari
ini yang mengarah pada pengembangan
masalah keselamatan pejalan kaki yang
indeks keselamatan. Meskipun model nilai
ada di Kota Bandung.
keselamatan menjadi dasar dalam
b. Melakukan pengumpulan data. Data yang
pengembangan indeks, model perilaku juga
dikumpulkan adalah sebagai berikut:
memiliki kontribusi terhadap indeks
 Data kecelakaan
keselamatan.
Data sekunder yang diperoleh dari Data primer yang diperoleh dari survei
Satlantas Polrestabes Kota Bandung wawancara. Survei wawancara
dalam tiga tahun terakhir (2015-2017). dilakukan secara langsung kepada
 Data karakteristik fisik responden dengan mengunakan
Data geoemetrik simpang berupa data kuisoner dan klip video. Klip video
primer sedangkan data fasilitas bertujuan agar memungkinkan
penyeberangan jalan berupa data responden mampu merasakan
sekunder yang divalidasi dengan kecepatan dan volume lalu lintas
pengamatan langsung di lokasi kondisi aktual serta fitur dari simpang.
penelitian. Data karakteristik fisik Survei wawancara ini menggunakan 16
berupa angka dari variabel-variabel klip video yang masing-masing
yang berhubungan dalam penilaian berdurasi 40 detik. Jumlah responden
tingkat keselamatan bagi pejalan kaki dalam survei ini adalah 320 responden.
pada penyeberangan jalan di simpang.
Variabel-variabel ini akan dianalisis Setiap responden akan memberikan
regresi sebagai variabel bebas dalam nilai keselamatan dari skala 1 hingga 5
pengembangan model. Variabel- sesuai dengan persepsi mereka
variabel yang telah teridentifikasi terhadap aspek keselamatan. Jika
berpotensi memiliki pengaruh secara evaluator merasa sangat aman sebagai
signifikan terhadap keselamatan pejalan kaki dengan kondisi yang
pejalan kaki di simpang bersinyal Kota ditunjukkan melalui klip video yang
Bandung meliputi volume lalu lintas, diberikan maka evaluator diharuskan
kecepatan, total jumlah lajur, jumlah member nilai “1” begitupula
lajur belok kanan, jumlah lajur belok sebaliknya. Data nilai keselamatan
kiri, total lebar lajur, lebar median, yang diperoleh akan dianalisis untuk
lebar area penyeberangan, jumlah perhitungan nilai rata-rata skor
sinyal lalu lintas, kecepatan 85 keselamatan pada setiap lokasi
persentil dan tipe dominan area jalan simpang. Dalam pengembangan model
 Data perilaku nilai keselamatan, data rata-rata skor
Data primer yang diperoleh melalui nilai keselamatan akan menjadi
pengamatan rekaman video simpang variabel terikat.
ATCS (Area Traffic Control System) c. Mengembangkan model perilaku
Dinas Perhubungan Kota Bandung. Pengembangan model perilaku dilakukan
Pengamatan dilakukan selama hari dengan menggunakan model regresi
kerja dengan kondisi cuaca cerah. Poisson tergeneralisasi. Model regresi
Pengamatan dilakukan mulai pukul Poisson tergeneralisasi dapat digunakan
10.00-14.00 WIB. Setiap lokasi baik dalam keadaan underdispersi,
penelitian membutuhkan waktu equidispersi atau overdispersi. Langkah-
pengamatan selama 2 jam. Hasil dari langkah untuk memperoleh model regresi
pengamatan yang dilakukan dengan Poisson tergeneralisasi terbaik (Listiyani
rekaman video pada setiap lokasi dan Purhadi, 2010) adalah sebagai
penelitian adalah perilaku pejalan kaki berikut:
dengan mempertimbangkan 1. Memeriksa hubungan antar variabel
interaksinya dengan kendaraan 2. Memeriksa model regresi Poisson (uji
bermotor sehingga dapat diperoleh asumsi equidispersi)
presentase konflik. Dalam 3. Memeriksa kasus overdispersi atau
pengembangan model perilaku, data underdispersi.
perilaku berupa presentase konflik akan 4. Menentukan model regresi Poisson
menjadi variabel terikat. tergeneralisasi.
 Data nilai keselamatan d. Mengembangkan model nilai keselamatan
e. Pengembangan model nilai keselamatan 5. Penyajian dan Analisis Data
dilakukan dengan menggunakan model 5.1 Data Kecelakaan Pejalan Kaki dan
regresi linier berganda. Model regresi Penyeberang Jalan Kota Bandung
linier berganda adalah hubungan secara Berikut ini adalah hasil analisis data
linear antara dua atau lebih variabel bebas kecelakaan pejalan kaki dan penyeberangan
(X1, X2,…Xn) dengan variabel terikat (Y), jalan Kota Bandung tahun 2015-2017.
apakah masing-masing variabel bebas 1. Total jumlah kecelakaan berjumlah 421
berhubungan positif atau negatif dan kecelakaan.
memprediksi nilai dari variabel terikat 2. Kecelakaan banyak terjadi di ruas
apabila nilai variabel bebas mengalami dibandingkan dengan di simpang
kenaikan atau penurunan. Data yang berjumlah 385 kecelakaan.
digunakan biasanya berskala interval atau 3. Total jumlah korban kecelakaan
rasio. Dalam penelitian ini, menentukan berjumlah 532 orang.
model regresi linier berganda yang terbaik 4. Tipe korban kecelakaan didominasi oleh
dengan menggunakan metode backward ppenyeberang jalan dengan jumlah 471
elimination. Metode backward orang.
elimination adalah pembuatan model 5. Tingkat fatalitas yang banyak dialami
regresi linier berganda dilakukakan korban adalah luka ringan berjumlah 460
dengan langkah mundur yaitu orang.
memasukkan semua variabel bebas (X) 6. Korban kecelakaan didominasi oleh
untuk diregresikan dengan variabel terikat wanita dengan jumlah 286 orang.
(Y). Kemudian, variabel bebas (X) 7. Usia korban kecelakaan didominasi oleh
dieliminasi satu-persatu dengan usia produktif yaitu 16-30 tahun dengan
melakukan pengujian terhadap parameter- jumlah 129 orang.
parameternya dengan menggunakan 8. Kejadian kecelakaan banyka terjadi di
partial F test. hari kerja dan pada malam hari.
f. Mengembangkan model PedISI 9. Kendaraan yang sering terlibat
Model PedISI dikembangkan kecelakaan dengan pejalan kaki adalah
menggunakan analisis regresi linier kendaraan beroda dua.
berganda untuk menghubungkan nilai 10. Penyebab utama kecelakan pejalan kaki
keselamatan terhadap angka dari variabel dan penyeberang jalan dikarenakan
bebas yang mendeskripsikan geometri buruknya fasilitas penyeberangan jalan
simpang, fasilitas pejalan kaki dan kondisi yang tersedia di simpang.
lalu lintas yang signifikan pada model 11. Tipe kecelakaan yang sering terjadi
perilaku dan model nilai keselamatan. adalah kecelakaan pada lokasi tidak
Variabel terikat dalam model PedISI bersinyal berjumlah 140 kecelakaan.
adalah rata-rata skor nilai keselamatan 12. Kecelakaan sering terjadi di kawasan
karena dasar dari pengembangan model komersial dengan fungsi jalan arteri
PedISI adalah model nilai keselamatan primer dua arah.
sedangkan variabel bebasnya adalah
variabel yang signifikan pada kedua 5.2 Data karakterisrik fisik
model. Analisis dilakukan hanya pada Berikut ini adalah data karakteristik fisik
pendekat jalan utama. yang digunakan untuk pengembangan model
g. Mengaplikasikan model PedISI yang PedISI yang tersaji dalam Tabel 1 dan 2,
terbentuk untuk dapat mengetahui nilai data volume lalu lintas yang tersaji dalam
PedISI dari simpang bersinyal yg ditinjau. Tabel 3, data kecepatan dan kecepatan 85
h. Membandingkan nilai PedISI model yang persentil yang tersaji dalam Tabel 4 dan 5.
terbentuk dengan model yang
dikembangkan oleh FHWA. Tabel 1 Data Karakteristik Simpang (X1-X5)
Jumlah Jumlah Volume Lalin
Volume Total No Nama Simpang Tipe Arah
Lajur Lajur (kend/hari)
Lalu Kec. Jumlah
No. Nama Simpang Arah Belok Belok
Lintas Lajur 1 Barat 61920
Kanan Kiri Gedebage 8/2 D
X1 X2 X3 X4 X5 2 Timur 49568
1 Barat 61920 27.62 8 1 1 3 Barat 64768
Gedebage Kiaracondong 8/2 D
2 Timur 49568 32.63 8 1 1 4 Timur 73408
3 Barat 64768 30.20 8 1 1 5 Barat 94240
Kiaracondong Moch.Toha 6/2 D
4 Timur 73408 25.72 8 1 1
6 Timur 83536
5 Barat 94240 30.50 6 1 1
Moch.Toha 7 Barat 40608
6 Timur 83536 32.80 6 1 1 Cibaduyut 6/2 D
7 Barat 40608 30.89 6 1 1 8 Timur 89120
Cibaduyut
8 Timur 89120 24.69 6 1 1 9 Barat 53664
9 Barat 53664 19.15 6 1 1
Kopo 6/2 D
Kopo 10 Timur 43520
10 Timur 43520 22.32 6 1 1 11 Barat 76672
11 Barat 76672 35.50 6 1 1 Pasir Koja 6/2 D
12
Pasir Koja
Timur 60032 37.02 6 1 1
12 Timur 60032
13 Barat 62880 35.93 4 1 1 13 Barat 62880
Tamansari Tamansari 4/2 D
14 Timur 55712 41.66 4 1 1 14 Timur 55712
15
Cikutra
Barat 67488 13.50 4 1 1 15 Barat 67488
16 Timur 71456 18.46 4 1 1 Cikutra 4/2 D
16 Timur 71456
17 Utara 62528 72.39 4 1 1
Sulanjana 17 Utara 62528
18 Selatan 78912 62.71 4 1 1 Sulanjana 4/2 D
19 Barat 51744 18.83 4 1 1 18 Selatan 78912
Cimuncang 19 Barat 51744
20 Timur 62336 13.74 4 1 1
Cimuncang 4/2 D
21
Astana Anyar
Utara 69824 25.91 4 1 1 20 Timur 62336
22 Selatan 67008 25.66 4 1 1 21 Utara 69824
23 Barat 48312 39.78 4 1 1 Astana Anyar 4/2 UD
Lombok-Citarum 22 Selatan 67008
24 Timur 49240 38.94 4 1 1
25 Barat 52440 16.69 4 1 1 23 Barat 48312
Cihapit Lombok-Citarum 4/2 UD
26 Timur 41752 17.50 4 1 1 24 Timur 49240
27 Barat 47704 46.30 4 1 1 25 Barat 52440
Trunojoyo Cihapit 4/2 UD
28 Timur 33368 48.83 4 1 1 26 Timur 41752
29 Barat 30424 15.36 2 1 1 27 Barat 47704
Banda-Aceh
30 Timur 43160 14.59 2 1 1 Trunojoyo 4/2 UD
28 Timur 33368
31 Utara 5384 15.37 2 1 1
Lombok-Aceh 29 Barat 30424
32 Selatan 4648 16.10 2 1 1 Banda-Aceh 2/2 UD
30 Timur 43160
31 Utara 5384
Lombok-Aceh 2/2 UD
Tabel 2 Data Karakteristik Simpang 32 Selatan 4648

(X6-X11)
Lebar Lebar
Lebar Jumlah
Area
Tipe
Sinyal Kec. 85 Dominan
Berdasarkan Tabel 3, rata-rata volume lalu
No. Nama Simpang Arah Lajur Median Penyeber Lalu Persentil Area lintas pada simpang sebesar 56168 kend/hari
angan Lintas Jalan
X6 X7 X8 X9 X10 X11 dengan standard deviasi sebesar 20391,4.
1 Barat 24 2 26 1 44.41 1
2
Gedebage
Timur 24 2 26 1 51.06 1 Simpang yang memiliki volume lalu lintas
3
4
Kiaracondong
Barat
Timur
24
24
2
2
26
26
1
1
43.20
41.82
1
1
tertinggi adalah Simpang Mochammad Toha
5
6
Moch.Toha
Barat
Timur
18
18
0.5
0.5
18.5
18.5
1
1
48.97
46.29
1
1
(arah barat) sedangkan simpang yang
7
Cibaduyut
Barat 18 0.5 18.5 1 50.25 1 memiliki volume lalu lintas terendah adalah
8 Timur 18 0.5 18.5 1 40.78 1
9
Kopo
Barat 16 0.5 16.5 1 31.11 1 Simpang Lombok-Aceh (arah selatan).
10 Timur 16.2 0.3 16.5 1 32.81 1
11
Pasir Koja
Barat 18 1.5 19.5 1 53.32 1 Besarnya volume lalu lintas sangat
12
13
Timur
Barat
19
14
0.5
3
19.5
17
1
1
54.19
49.63
1
1
dipengaruhi oleh jumlah lajur, banyaknya
Tamansari
14
15
Timur
Barat
14
12
3
0.5
17
12.5
1
1
55.55
17.95
1
1
pusat kegiatan yang ada di sekitar lokasi
16
Cikutra
Timur 12 0.5 12.5 1 25.04 1 simpang sehingga banyak pergerakan di
17 Utara 14 0.5 14.5 1 112.48 1
18
Sulanjana
Selatan 12 0.5 12.5 1 92.66 1 sekitar terutama kendaraan yang berlalu
19
20
Cimuncang
Barat
Timur
12
12
0.5
0.5
12.5
12.5
1
1
24.91
23.43
1
1 lintas. Semakin banyak jumlah lajur dan
21
22
Astana Anyar
Utara
Selatan
12
12
0
0
12
12
1
1
36.82
38.14
1
1
pusat kegiatan di sekitar simpang maka
23
24
Lombok-Citarum
Barat
Timur
12
12
0
0
12
12
1
1
57.02
54.10
1
1
semakin besar pula volume lalu lintas. Dalam
25
Cihapit
Barat 12 0 12 1 22.87 1 pengembangan model, besarnya volume lalu
26 Timur 12 0 12 1 24.44 1
27
Trunojoyo
Barat 12 0 12 1 62.08 1 lintas yang dimasukkan menggunakan satuan
28
29
Timur
Barat
12
6
0
0
12
6
1
1
64.17
19.90
1
1 kend/hari dalam ribuan.
Banda-Aceh
30 Timur 6 0 6 1 19.08 1
31 Utara 6 0 6 1 20.12 1
Lombok-Aceh
32 Selatan 6 0 6 1 20.47 1 Tabel 4 Data Kecepatan
V
No Nama Simpang Tipe Arah
(km/jam)
Tabel 3 Data Volume Lalu Lintas 1 Barat 27.62
Gedebage 8/2 D
2 Timur 32.63
3 Barat 30.20
Kiaracondong 8/2 D
4 Timur 25.72
Tabel 4 Data Kecepatan (Lanjutan)
V No Nama Simpang Tipe Arah
V 85 Persentil
No Nama Simpang Tipe Arah (km/jam)
(km/jam)
5 Barat 30.50 5 Barat 48.97
Moch.Toha 6/2 D Moch.Toha 6/2 D
6 Timur 46.29
6 Timur 32.80
7 Barat 50.25
7 Barat 30.89 Cibaduyut 6/2 D
Cibaduyut 6/2 D 8 Timur 40.78
8 Timur 24.69 9 Barat 31.11
9 Barat 19.15 Kopo 6/2 D
Kopo 6/2 D 10 Timur 32.81
10 Timur 22.32 11 Barat 53.32
Pasir Koja 6/2 D
11 Barat 35.50 12 Timur 54.19
Pasir Koja 6/2 D
12 Timur 37.02 13 Barat 49.63
Tamansari 4/2 D
13 Barat 35.93 14 Timur 55.55
Tamansari 4/2 D 15 Barat 17.95
14 Timur 41.66 Cikutra 4/2 D
16 Timur 25.04
15 Barat 13.50
Cikutra 4/2 D 17 Utara 112.48
16 Timur 18.46 Sulanjana 4/2 D
18 Selatan 92.66
17 Utara 72.39 19 Barat 24.91
Sulanjana 4/2 D Cimuncang 4/2 D
18 Selatan 62.71 20 Timur 23.43
19 Barat 18.83 21 Utara 36.82
Cimuncang 4/2 D Astana Anyar 4/2 UD
20 Timur 13.74 22 Selatan 38.14
21 Utara 25.91 23 Barat 57.02
Astana Anyar 4/2 UD Lombok-Citarum 4/2 UD
22 Selatan 25.66 24 Timur 54.10
23 Barat 39.78 25 Barat 22.87
Cihapit 4/2 UD
Lombok-Citarum 4/2 UD 26 Timur 24.44
24 Timur 38.94
27 Barat 62.08
25 Barat 16.69 Trunojoyo 4/2 UD
Cihapit 4/2 UD 28 Timur 64.17
26 Timur 17.50 29 Barat 19.90
27 Barat 46.30 Banda-Aceh 2/2 UD
Trunojoyo 4/2 UD 30 Timur 19.08
28 Timur 48.83 31 Utara 20.12
Lombok-Aceh 2/2 UD
29 Barat 15.36 32 Selatan 20.47
Banda-Aceh 2/2 UD
30 Timur 14.59
31 Utara 15.37
32
Lombok-Aceh 2/2 UD
Selatan 16.10 Berdasarkan Tabel 5, rata-rata kecepatan 85
persentil keseluruhan simpang sebesar 43,10
Berdasarkan Tabel 4, rata-rata kecepatan km/jam dengan standard deviasi sebesar
kendaraan pada simpang sebesar 29,60 21,16. Angka kecepatan rata-rata seluruh
km/jam dengan standar deviasi sebesar 14,1. simpang yang diperoleh dari pengukuran
Kecepatan rata-rata tertinggi berada di langsung di lapangan masih berada di bawah
Simpang Sulanjana (utara) sedangkan standar keamanan berdasarkan perhitungan
kecepatan rata-rata terendah berada di kecepatan 85 persentil sehingga kecepatan
Simpang Cikutra (barat). Besarnya kecepatan kendaraan dapat dinyatakan aman.
sangat dipengaruhi oleh banyaknya volume
lalu lintas dan jumlah pejalan kaki dan 5.3 Data Perilaku
penyeberang jalan serta panjang segmen Dari pengamatan yang telah dilakukan
jalan antara zebra cross. Besarnya kecepatan diperoleh jumlah dari setiap jenis interaksi
berbanding terbaik dengan volume lalu untuk mengetahui besarnya presentase
lintas. Banyaknya jumlah pejalan kaki dan konflik pada setiap simpang yang tersaji
penyeberang jalan dengan volume lalu lintas dalam Tabel 6. Jumlah interaksi yang terjadi
yang tinggi saat lampu hijau, dapat memicu di simpang antara pejalan kaki dan pengguna
meningkatnya interaksi antara keduanya kendaraan bermotor sangat dipengaruhi oleh
sehingga kecepatan kendaraan dapat jumlah dan karakteristik dari pejalan kaki
menurun karena kendaraan berusaha bukan hanya dari banyak jumlah lajur pada
menghindar atau kendaraan terjebak. simpang. Hal ini karena interaksi merupakan
kejadian acak dan bisa saja dalam waktu
Tabel 5 Kecepatan 85 Persentil pengamatan yang ditentukan tidak terjadi
No Nama Simpang Tipe Arah
V 85 Persentil interaksi sama sekali. Semakin banyak
(km/jam)
1 Barat 44.41
jumlah pejalan kaki di suatu simpang maka
Gedebage 8/2 D
2 Timur 51.06 jumlah interaksi yang terjadi semakin besar.
3 Barat 43.20
Kiaracondong 8/2 D
4 Timur 41.82

Tabel 5 Kecepatan 85 Persentil (Lanjutan) Tabel 6 Data Interaksi Normal dan


Abnormal
Jenis Interaksi
No Simpang Tipe Abnormal
Jumlah
Interaksi Berdasarkan Tabel 7, rata-rata dari besarnya
None Normal
1 Gedebage 8/2 D 0 61
Yield Abort Hurry Abnormal
17 14 13 44
presentase konflik setiap simpang adalah
2
3
Kiaracondong
Moch.Toha
8/2 D
6/2 D
0
0
97
72
17
8
0
2
10
4
27
14
menunjukkan bahwa Simpang Astana Anyar
4 Cibaduyut 6/2 D 0 135 14 7 15 36 arah utara merupakan simpang dengan
5 Kopo 6/2 D 0 99 17 16 16 49
6 Pasir Koja 6/2 D 0 212 14 6 12 32 presentase konflik tertinggi sedangkan
7
8
Tamansari
Cikutra
4/2 D
4/2 D
0
0
89
95
6
4
0
1
6
10
12
15
Simpang Tamansari arah barat merupakan
9
10
Sulanjana
Cimuncang
4/2 D
4/2 D
0
0
109
43
4
9
2
2
8
6
14
17
simpang dengan presentase konflik terendah.
11 Astana Anyar 4/2 UD 0 64 20 4 23 47 Jumlah presentase konflik yang tinggi
12 Lombok-Citarum 4/2 UD 0 59 20 5 14 39
13 Trunojoyo 4/2 UD 0 32 3 0 5 8 menandakan bahwa pada simpang sering
14 Cihapit 4/2 UD 0 51 11 5 9 25
15 Banda-Aceh 2/2 UD 0 13 4 0 2 6 terjadi interaksi antara pejalan kaki atau
16 Lombok-Aceh 2/2 UD 0 22 6 2 6 14
penyeberang jalan dengan kendaraan
bermotor begitupula sebaliknya. Semakin
Berdasarkan data yang tersaji dalam Tabel 6, besarnya interaksi kemungkinan untuk
jumlah interaksi normal yang paling banyak terjadinya kecelakaan juga semakin tinggi.
terjadi di Simpang Pasir Koja sedangkan
simpang yang memiliki jumlah interaksi 5.4 Data nilai keselamatan
normal dan abnormal paling sedikit adalah Penilaian keselamatan didasarkan pada
Simpang Banda-Aceh. Dalam penelitian ini, fasilitas yang tersedia dan kondisi lalu lintas
total jumlah interaksi pejalan kaki yang simpang. Pada penelitian ini, jumlah
berhasil diamati adalah 1652 peristiwa dalam responden sebanyak 320 orang. Jumlah
waktu pengamatan lebih dari 25 jam. Dalam responden ditentukan berdasarkan survei
1 jam, rata-rata interaksi yang terjadi adalah pendahuluan mengenai jumlah pejalan kaki
31,77 interaksi. dan penyeberang jalan di Kota Bandung.
Perhitungan populasi pejalan kaki dan
Tabel 7 Data Presentase Konflik penyeberang jalan dilakukan melalui
Lebar Jumlah Tipe
Lebar Lebar Area Sinyal Kec. 85 Dominan
No. Nama Simpang Arah Lajur Median Penyeber Lalu Persentil Area
rekaman video simpang ATCS Kota
X6 X7
angan
X8
Lintas
X9 X10
Jalan
X11
Bandung.
1 Barat 24 2 26 1 44.41 1
Gedebage
2 Timur 24 2 26 1 51.06 1
3
Kiaracondong
Barat 24 2 26 1 43.20 1 Selain data nilai keselamatan, dari hasil
4 Timur 24 2 26 1 41.82 1
5
Moch.Toha
Barat 18 0.5 18.5 1 48.97 1 survei wawancara juga dapat diketahui
6 Timur 18 0.5 18.5 1 46.29 1
7
Cibaduyut
Barat 18 0.5 18.5 1 50.25 1 karakteristik responden. Karakteristik dari
8
9
Kopo
Timur
Barat
18
16
0.5
0.5
18.5
16.5
1
1
40.78
31.11
1
1 responden sangat berpengaruh terhadap
10
11
Timur
Barat
16.2
18
0.3
1.5
16.5
19.5
1
1
32.81
53.32
1
1
persepsi dalam menilai keselamatan pada
Pasir Koja
12
13
Timur
Barat
19
14
0.5
3
19.5
17
1
1
54.19
49.63
1
1
simpang. Karakteristik responden dalam
Tamansari
14
15
Timur
Barat
14
12
3
0.5
17
12.5
1
1
55.55
17.95
1
1
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Cikutra
16
17
Timur
Utara
12
14
0.5
0.5
12.5
14.5
1
1
25.04
112.48
1
1
1. Responden didominasi oleh usia produktif
18
19
Sulanjana
Selatan
Barat
12
12
0.5
0.5
12.5
12.5
1
1
92.66
24.91
1
1
yaitu 16-30 tahun berjumlah 112
20
Cimuncang
Timur 12 0.5 12.5 1 23.43 1 responden.
21 Utara 12 0 12 1 36.82 1
22
Astana Anyar
Selatan 12 0 12 1 38.14 1 2. Responden laki-laki, jumlahnya jauh lebih
23 Barat 12 0 12 1 57.02 1
24
Lombok-Citarum
Timur 12 0 12 1 54.10 1 banyak dibandingkan dengan responden
25 Barat 12 0 12 1 22.87 1
26
Cihapit
Timur 12 0 12 1 24.44 1 perempuaan.
27
28
Trunojoyo
Barat
Timur
12
12
0
0
12
12
1
1
62.08
64.17
1
1 3. Jenis pekerjaan dari responden sangat
29
30
Banda-Aceh
Barat
Timur
6
6
0
0
6
6
1
1
19.90
19.08
1
1
beragam namun didominasi oleh
31
32
Lombok-Aceh
Utara
Selatan
6
6
0
0
6
6
1
1
20.12
20.47
1
1
mahasiswa atau pelajar berjumlah 66
responden.

Nilai keselamatan akan digunakan untuk


menghitung rata-rata nilai keselamatan untuk
setiap pendekat pada simpang. Rata-rata nilai
keselamatan merupakan variabel terikat Proses pengembangan model ini dimulai dari
dalam pengembangan model nilai pengembangan model perilaku dan model nilai
keselamatan. Model nilai keselamatan keselamatan. Variabel bebas yang signifikan
merupakan dasar dari model PedISI sehingga pada kedua model tersebut akan digunakan
persepsi orang dalam menilai tingkat sebagai variabel bebas dalam pengembangan
keselamatan simpang bagi pejalan kaki model PedISI untuk simpang bersinyal Kota
sangat penting. Bandung. Setelah model PedISI terbentuk,
dilakukan pengaplikasian model untuk
5.00
mengetahui nilai PedISI atau indeks
4.50
4.00
keselamatan simpang dari setiap lokasi
3.23 3.22 3.24
penelitian. Setelah itu, nilai PedISI dari
Nilai Keselamatan

3.50
2.97 3.00 3.10 3.05 2.97 3.09 3.03 3.03 3.01 3.02 2.99 2.96 2.95
3.00
2.50
2.00
model yang terbentuk dibandingkan dengan
1.50
1.00
nilai PedISI dari model yang telah
0.50
0.00 dikembangkan oleh FHWA.

6.1 Model Perilaku


Pengembangan model perilaku dilakukan
Simpang

Gambar 2 Distribusi Nilai Keselamatan dengan menggunakan model regresi Poisson


tergeneralisasi.
Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa
dari skala 1 sampai 5 yang diberikan, nilai Tabel 9 Uji Multikolinieritas
keselamatan bagi pejalan kaki yang diberikan Co e ffic ie nts a

oleh responden rata-rata adalah 3,05 yang Unstandardized


Coefficients
Standardized
Coefficients Collinearity Statistics

menunjukkan keseluruhan simpang bersinyal Model


1 (Constant)
B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

40.713 8.350 4.876 .000


yang ditinjau dalam penelitian ini memiliki X1 -.229 .111 -.410 -2.055 .050 .646 1.548

tingkat keselamatan yang cukup. Hasil ini


X2 -.150 1.003 -.186 -.150 .882 .017 60.117
X3 8.362 10.211 1.278 .819 .421 .011 94.830
X6
menunjukkan keseragaman persepsi
-2.388 3.798 -1.076 -.629 .535 .009 114.176
X7 -1.676 3.489 -.131 -.480 .635 .347 2.884
X10 -.025 .688 -.046 -.036 .971 .016 63.547
responden dalam menilai tingkat keselamatan a. Dependent Variable: Y1

simpang bagi pejalan kaki di simpang karena


tidak terdapat variasi nilai keselamatan Berdasarkan hasil uji multikolinieritas pada
sedangkan tipe simpang berbeda dengan Tabel 9, dapat dilihat bahwa model regresi
kondisi lalu lintas dan fasilitas memiliki masalah multikoliniertas karena
penyeberangan yang tersedia pun berbeda. variabel X2, X3, X6 dan X6 tidak memenuhi
kriteria uji yaitu nilai VIF lebih dari 10 dan
Keseragaman ini terjadi dikarenakan setiap nilai tolerance kurang dari 0,1. Guna
responden tidak menilai seluruh tipe simpang menghilangkan masalah multikolinieritas
namun hanya beberapa saja sehingga tidak pada model regresi,salah satu cara sederhana
bisa membedakan antara simpang yg satu yang dapat dilakukan adalah variabel bebas
dan yang lainnya. Pada saat survei, setiap yang tidak sesuai dengan kriteria uji
responden hanya menilai 5 simpang. Selain dihilangkan dalam model.
itu, penyebab keseragaman data ini adalah
durasi video yang mungki terlalu singkat dan Tabel 10 Uji Asumsi Equidispersi
pertanyaaan yang diberikan kepada Y1
S tatis tic s

responden melalui kuisoner kurang lebih N Valid 32

spesifik. Mean
Missing 0
26.656
Variance 129.909

6. Pengembangan Model
Berdasarkan hasil uji asumsi equidispersi Berdasarkan hasil model pada Tabel 12,
pada Tabel 10, dapat dilihat bahwa asumsi variabel bebas yang signifikan terhadap
tidak terpenuhi. Dalam model regresi Poisson model dengan p-value < 0,05 tetap hanya
tergeneralalisasi, apabila uji asumsi variabel X7. Sesuai dengan tahapan regresi
equidispersi tidak terpenuhi tidak menjadi dengan metode backward eliminiation,
masalah. apabila seluruh variabel bebas dalam model
sudah memiliki p-value < 0,05 maka tahapan
pemodelan dihentikan dan model ini menjadi
model terbaik yang dipilih. Dari hasil
Tabel 11 Uji Kasus Data pengembangan model perilaku, variabel
Parame te r Es timate s
95% Wald Confidence
Interval Hypothesis Test
bebas yang signifikan terhadap model adalah
Parameter B Std. Error Lower Upper
Wald Chi-
Square df Sig. X7 (lebar median). Variabel ini akan
(Intercept)
X1
3.358
.001
.446
.009
2.483
-.016
4.232
.018
56.627
.018
1
1
.000
.893
dipertahankan dalam pengembangan model
X7
(Scale)
-.448
1
a
.143 -.727 -.168 9.840 1 .002
PedISI.
Dependent Variable: Y1
Model: (Intercept), X1, X7
a. Fixed at the displayed value.
6.2 Model Nilai Keselamatan
Pengembangan model nilai keselamatan
Berdasarkan hasil uji pada Tabel 11, dapat dilakukan dengan menggunakan model
dilihat bahwa data mengalami overdispersi regresi linier berganda. Pemilihan model
karena besarnya nilai Pearson Chi Square regresi linier berganda yang terbaik dalam
dibagi df bernilai lebih dari nol. Dengan penelitian ini menggunakan metode
kondisi data yang mengalami overdispersi, backward elimination. Variabel bebas yang
tidak menjadi masalah karena model regresi signifikan dalam model nilai keselamatan
Poisson tergeneralisasi dapat digunakan baik terbaik akan dipertahankan dalam
dalam kasus overdispersi atau underdispersi. pengembangan model PedISI.

Metode backward elimination digunakan Tabel 13 Uji Korelasi


untuk memilih model terbaik. Metode Y2 X1 X2 X3
Corre lations
X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11

backward elimination adalah pemodelan Pearson


Correlation
Y2 1.000 -.202 .112 -.468 -.434 -.193 -.420 .131
X1 -.202 1.000 .242 .514 .541 .296 .532 .306
regresi dengan menghilangkan variabel yang X2 .112 .242 1.000 .127 .202 .172 .209 .987
X3
tidak signifikan satu per satu dari model
-.468 .514 .127 1.000 .988 .526 .970 .214
X4 1.000
X5
hingga diperoleh model yang seluruh 1.000
X6 -.434 .541 .202 .988 1.000 .604 .992 .286

variabelnya signifkan. Berikut ini adalah


X7 -.193 .296 .172 .526 .604 1.000 .698 .190
X8 -.420 .532 .209 .970 .992 .698 1.000 .286

hasil model regresi Poisson tergeneralisasi X9


X10 .131 .306 .987 .214 .286 .190 .286
1.000
1.000

dengan metode backward elimination yang X11 1.000

tersaji dalam Tabel 12.

Tabel 12 Hasil Model Perilaku


Parame te r Es timate s
95% Wald Confidence
Interval Wald Chi-Hypothesis Test
Parameter B Std. Error Lower Upper Square df Sig.
(Intercept)
3.416 .105 3.210 3.623 1050.656 1 0.000
X7 -.438 .124 -.680 -.196 12.574 1 .000
(Scale) 1
a

Dependent Variable: Y1
Model: (Intercept), X7
Berdasarkan hasil uji korelasi pada Tabel 13 Sebelum dilakukan pengembangan model
dapat dianalisis hubungan antara variabel PedISI, dilakukan pengembangan model
terikat dengan setiap variabel bebas. Dalam perilaku dan model nilai keselamatan.
model regresi linier berganda, hubungan Variabel bebas yang signifikan di dalam
korelasi antara variabel terikat dan variabel kedua model akan tetap dipertahankan dalam
bebas harus tinggi sedangkan korelasi antara membangun model PedISI. Berdasarkan hasil
variabel bebas harus rendah. Oleh karena itu, dari pengembangan model perilaku dan
sesuai dengan hasil uji korelasi diatas ada model nilai keselamatan, variabel bebas yang
lima variabel bebas yang memiliki korelasi digunakan dalam membuat model PedISI
sangat tinggi yaitu X2, X3, X6, X8 dan X10. untuk Simpang Bersinyal Kota Bandung
Diantara kelima variabel bebas ini, variabel adalah Total Jumlah Lajur (X3), Lebar
bebas X3 tetap dipertahankan dalam model Median (X7) dan Kecepatan 85 Persentil
karena memiliki korelasi paling tinggi (X10) sedangkan variabel terikatnya adalah
dengan variabel terikat Y1 sebesar -0,468 Rata-rata Nilai Skor Keselamatan (Y2).
sedangkan variabel bebas X6 dan X8
dihilangkan dari model karena kedua variabel Tabel 15 Hasil Model PedISI
tersebut berkorelasi tinggi dengan X3. Selain Co e ffic ie nts a

itu, salah satu diantara variabel X2 dan X10 Unstandardized


Coefficients
Standardized
Coefficients
juga harus dihilangkan dalam model karena Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant)
keduanya memiliki korelasi yang tinggi.
3.152 .055 56.904 .000
X3 .032 .011 .544 2.847 .008
X7 -.005 .022 -.048 -2.535 .007
X10 .001 .001 .238 2.509 .016
Tabel 14 Hasil Model Nilai Keselamatan a. Dependent Variable: Y2

Coe ffic ie nts a

Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Setelah dilakukan analisis regresi linier
Model B Std. Error Beta t Sig. berganda, hasil dari pengembangan model
PedISI untuk Simpang Bersinyal Kota
1 (Constant) 3.152 .055 56.904 .000
X3 .032 .011 .544 2.847 .008
X7
X10
-.005
.001
.022
.001
-.048
.238
-2.535
2.509
.007
.016
Bandung dinyatakan dalam persamaan
a. Dependent Variable: Y2 regresi sebagai berikut:
PedISI = 3,184 + 0,032THRULNS -
Berdasarkan hasil regresi linier berganda 0,005MEDIAN + 0,001SPEED85th (2)
pada Tabel 14, variabel bebas dalam model
seluruhnya signifikan terhadap model karena Berdasarkan persamaan (2), variabel bebas
nilai sig > ɑ = 0,05. Variabel bebas yang yang signifikan dalam model adalah total
signifikan adalah X3, X7 dan X10. Sesuai jumlah lajur (X3), lebar median (X7) dan
dengan tahapan regresi dengan metode kecepatan 85 persentil (X10). Penjelasan
backward eliminiation, apabila seluruh mengenai masing-masing variabel bebas
variabel bebas dalam model signifikan maka dalam model sebagai berikut:
eliminasi dihentikan dan model pada tahap 1. Total Jumlah Lajur (X3)
ini adalah model regresi linier berganda yang Meningkatnya jumlah lajur dapat
terpilih. Dari hasil pengembangan model meningkatkan potensi kecelakaan pada
nilai keselamatan, variabel bebas yang pejalan kaki karena interaksi yang terjadi
signifikan terhadap model adalah X3 (total antara pejalan kaki dan kendaraan yang
jumlah lajur), X7 (lebar median) dan X10 datang akan semakin lama, jarak yang
(kecepatan 85 persentil) dengan besar harus ditempuh untuk menyeberang
koefisien korelasi determinasi sebesar 0,525. semakin jauh dan membutuhkan waktu
Variabel bebas ini akan dipertahankan dalam yang semakin lama.
pengembangan model PedISI. 2. Lebar Median (X7)
Keberadaan median dapat mengurangi
6.3 Model PedISI untuk Simpang konflik yang terjadi antara pejalan kaki
Bersinyal Kota Bandung dengan kendaraan bermotor karena
median dapat menjadi lapak tunggu bagi Total
Jumlah
Lebar Kec. 85
Nilai
Nilai
No. Nama Simpang Arah Median Persentil PedISI
pejalan kaki untuk berhenti sementara Lajur
X3 X7 X10
PedISI
FHWA
pejalan kaki dalam melakukan 1
Gedebage
Barat 8 2 44.41 3.45 5.79
2 Timur 8 2 51.06 3.45 5.88
penyeberangan sambil menunggu 3 Barat 8 2 43.2 3.44 5.83
Kiaracondong
kesempatan melakukan penyeberangan 4
5
Timur
Barat
8
6
2
0.5
41.82 3.44
48.97 3.40
5.75
5.17
Moch.Toha
berikutnya. . 6 Timur 6 0.5 46.29 3.39 5.21
7 Barat 6 0.5 50.25 3.40 5.18
3. Kecepatan 85 Persentil (X10) 8
Cibaduyut
Timur 6 0.5 40.78 3.39 5.06
Kecepatan 85 persentil adalah kecepatan 9
10
Kopo
Barat
Timur
6
6
0.5
0.3
31.11 3.38
32.81 3.38
4.96
5.02
lalu lintas dimana 85% dari pengemudi 11
Pasir Koja
Barat 6 1.5 53.32 3.40 5.26
12 Timur 6 0.5 54.19 3.40 5.29
mengemudikan kendaraannya di jalan 13
Tamansari
Barat 4 3 49.63 3.32 4.60
14 Timur 55.55 3.33 4.70
tanpa dipengaruhi oleh kecepatan lalu 15 Barat
4
4
3
0.5 17.95 3.30 4.19
Cikutra
lintas yang lebih rendah atau cuaca yang 16
17
Timur
Utara
4
4
0.5
0.5
25.04 3.30
112.48 3.40
4.28
5.25
buruk (Abraham, 2001) dan menandakan 18
Sulanjana
Selatan 4 0.5 92.66 3.38 5.08
19 Barat 4 0.5 24.91 3.30 4.29
bahwa 85 % kendaraaan menggunakan 20
Cimuncang
Timur 4 0.5 23.43 3.30 4.20
kecepatan dibawah dari nilai kecepatan 85 21
22
Astana Anyar
Utara
Selatan
4
4
0
0
36.82 3.32
38.14 3.32
4.42
4.41
persentil. Jarak berhenti untuk kendaraan 23
Lombok-Citarum
Barat 4 0 57.02 3.34 4.67
24 Timur 4 0 54.1 3.34 4.65
meningkat seiring dengan meningkatnya 25
Cihapit
Barat 4 0 22.87 3.31 4.25
fungsi kecepatan kendaraan. Sebagai 26
27
Timur
Barat
4
4
0
0
24.44 3.31
62.08 3.35
4.27
4.78
Trunojoyo
tambahan, kemungkinan cedera fatal pada 28 Timur 4 0 64.17 3.35 4.83
29 Barat 2 0 19.9 3.24 3.56
pejalan kaki juga meningkat pada 30
Banda-Aceh
Timur 2 0 19.08 3.24 3.54
31 Utara 2 0 20.12 3.24 3.56
tabrakan pejalan kaki dan kendaraan 32
Lombok-Aceh
Selatan 2 0 20.47 3.24 3.57
bermotor dengan kecepatan tinggi.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai PedISI
Perbedaan yang signifikan terletak pada menggunakan model PedISI untuk simpang
variabel bebas yang digunakan dalam model bersinyal Kota Bandung dalam Tabel 16,
karena karakteristik simpang dan kondisi lalu simpang yang memiliki nilai PedISI
lintas yang berbeda. Model PedISI FHWA tertinggi adalah Simpang Gedebage dan
dikembangkan untuk dapat digunakan pada Kiaracondong sedangkan simpang yang
simpang bersinyal dan tidak bersinyal memiliki nilai PedISI terendah adalah
sedangkan model PedISI yang dikembangkan Simpang Banda-Aceh dan Lombok-Aceh.
dalam penelitian ini hanya dapat digunakan Rata-rata nilai PedISI untuk Simpang
untuk simpang bersinyal. Bersinyal Kota Bandung adalah 3,35
dengan standar deviasi sebesar 0,06.
Dengan menggunakan model PedISI yang
terbentuk, dapat dilakukan perhitungan nilai 6.4 Aplikasi Model PedISI Simpang
PedISI untuk setiap lokasi simpang yang Bersinyal Kota Bandung
ditinjau. Nilai PedISI pada suatu simpang Selain melakukan perhitungan nilai PedISI
merupakan nilai rata-rata dari masing-masing pada setiap simpang, dilakukan pula
pendekat di simpang tersebut. perhitungan nilai PedISI berdasarkan tipe
simpang dengan model PedISI yang
Tabel 16 Perhitungan Nilai PedISI terbentuk dan model PedISI yang
dikembangkan oleh FHWA. Berikut ini
adalah hasil perhitungan nilai PedISI
berdasarkan tipe simpang untuk masing-
masing model yang tersaji dalam Gambar
3, 4 dan 5.
Nilai PedISI Maksimum Setiap Tipe Simpang lainnya sedangkan dalam penelitian ini,
10.00
9.00
pada saat pengumpulan data responden
8.00
7.00
menilai 5 simpang secara acak. Selain itu,
5.83
hasil data ini juga dipengaruhi oleh kuisoner
Nilai PedISI

6.00 5.27 5.17


4.81 Model Terbentuk
5.00
4.00 3.45 3.40 3.39 3.35 3.24
3.56
Model FHWA yang kurang spesifik dalam menanyakan
3.00
2.00
tentang tingkat keselamatan bagi pejalan
1.00 kaki di simpang. Dalam kuisoner, lebih
ditekankan terhadap keberadaan fasilitas
0.00
8/2 D 6/2 D 4/2 D 4/2 UD 2/2 UD
Tipe Simpang
penyeberangan jalan dan kondisi lalu lintas
Gambar 3 Nilai PedISI Maksimum tanpa memberikan pertimbangan yang
berkaitan dengan faktor dari pejalan kaki
Nilai PedISI Minimum Setiap Tipe Simpang atau penyeberang jalan.
10.00
9.00
8.00
7.00
Besarnya nilai PedISI pada kedua model
5.79
sangat dipengaruhi oleh total jumlah lajur
Nilai PedISI

6.00
4.99 Model Terbentuk
5.00 4.24 4.26
4.00 3.44 3.38 3.30 3.31 3.24
3.55
Model FHWA
hal ini ditunjukkan dengan nilai PedISI
3.00
2.00
yang semakin tinggi pada simpang yang
1.00
0.00
memiliki banyak jumlah lajur karena
8/2 D 6/2 D 4/2 D 4/2 UD 2/2 UD banyaknya jumlah lajur mempengaruhi
Tipe Simpang
kesempatan interaksi antara pejalan kaki
Gambar 4 Nilai PedISI Minimum dengan kendaraan bermotor. Jumlah lajur
yang semakin banyak membuat jarak dan
Rata-rata Nilai PedISI Setiap Tipe Simpang waktu yang ditempuh untuk menyeberang
10.00 semakin jauh dan lama sehingga
9.00
8.00 kesempatan interaksi antara pejalan kaki
7.00
5.81 dan kendaraan bermotor semakin besar
Nilai PedISI

6.00 5.14
5.00 4.57 4.53
3.56
Model Terbentuk
Model FHWA
yang dapat meningkatkan potensi terjadinya
4.00 3.45 3.39
kecelakaan.
3.33 3.33 3.24
3.00
2.00
1.00
0.00 Selain dipengaruhi oleh total jumlah lajur,
8/2 D 6/2 D 4/2 D 4/2 UD 2/2 UD
Tipe Simpang keberadaan median juga mempengaruhi
besarnya nilai PedISI. Keberadaan median
Gambar 5 Rata-rata Nilai PedISI yang membuat nilai PedISI yang dihasilkan
kedua model cukup jauh berbeda pada tipe
Nilai PedISI simpang dengan model PedISI simpang tanpa median yaitu simpang 4/2
yang dikembangkan dalam penelitian ini UD dan simpang 2/2 UD. Nilai PedISI dari
memiliki rata-rata nilai sebesar 3,35 dengan model yang terbentuk dalam penelitian
standar deviasi sebesar 0,06 sedangkan nilai untuk kedua tipe simpang jauh lebih tinggi
PedISI simpang dengan model PedISI oleh dibandingkan dengan nilai PedISI dari
FHWA memiliki rata-rata nilai sebesar 4,73 model yang dikembangkan oleh FHWA.
dengan standar deviasi 0,67. Standar deviasi
yang kecil pada model PedISI untuk Hal ini dikarenakan pada model yang
simpang bersinyal Kota Bandung dikembangkan oleh FHWA tidak
menunjukkan bahwa varisi nilai PedISI dipengaruhi oleh keberadaan median
kecil (data seragam). Hal ini dikarenakan sehingga nilai PedISInya jauh lebih kecil
pengaruh dari metode pengumpulan data. sedangkan pada model yang terbentuk
Pada saat pengumpulan data seharusnya dalam penelitian ini, keberadaan median
setiap responden menilai keseluruhan tipe sangat mempengaruhi nilai PedISI. Adanya
simpang sehingga dapat membedakan median pada jalan yang dilintasi oleh
antara tipe simpang yang satu dan yang pejalan kaki pada simpang dapat
mengurangi besar nilai PedISI karena
median mampu meningkatkan tingkat 8 Saran
keselamatan bagi pejalan kaki karena dapat Guna mendapatkan model yang lebih baik
mengurangi konflik dan melindungi pejalan untuk menilai tingkat keselamatan bagi
kaki sebagai tempat berhenti sementara pejalan kaki di Simpang Bersinyal Kota
ketika pejalan kaki tidak dapat melanjutkan Bandung, dalam pengembang model ini ada
proses menyeberang. beberapa saran sebagai berikut:
1. Dalam mengidentifikasi variabel-variabel
7 Kesimpulan bebas yang berpotensi mempengaaruhi
tingkat keselamatan bagi pejalan kaki di
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil
simpang bersinyal, perlu dipertimbangkan
pengolahan dan analisis data dalam
karakteristik pejalan kaki seperti
penelitian ini adalah sebagai berikut:
kecepatan berjalan dan menyeberang dan
1. Variabel yang berpengaruh dalam volume pejalan kaki pada simpang yang
membangun model keselamatan untuk ditinjau.
penyeberangan jalan Kota Bandung 2. Mempertimbangkan pengaruh dari lebar
adalah Total Jumlah Lajur (X3), Lebar area penyeberangan jalan dibanding
Median (X7) dan Kecepatan 85 Persentil dengan total jumlah lajur.
(X10). 3. Memperbaiki metode pengumpulan data
2. Model PedISI yang terbentuk adalah pada saat survei mengenai persepsi
PedISI = 3,184 + 0,032THRULNS - pejalan kaki terhadap tingkat keselamatan
0,005MEDIAN + 0,001SPEED85th di simpang sehingga model yang
dengan R2 = 0,525. Nilai PedISI dihasilkan akan memiliki variasi nilai
berdasarkan model yang terbentuk PedISI yang lebih baik.
adalah 3,24 – 3,45. Besar rata-rata nilai 4. Pengembangan model tidak hanya
PedISi sebesar 3,35 dengan standar meninjau simpang bersinyal 4 lengan saja
deviasi 0,06 sedangkan nilai PedISI dari tetapi juga meninjau simpang bersinyal 3
model PedISI yang dikembangkan lengan serta simpang tak bersinyal
FHWA sebesar 3,56 – 5,88. Besar rata- sehingga model dapat lebih baik
rata nilai PedISi sebesar 4,73 dengan menggambarkan nilai tingkat keselamatan
standar deviasi sebesar 0,67.
3. Nilai PedISI untuk simpang bersinyal DAFTAR PUSTAKA
Kota Bandung dipengaruhi oleh
Abraham, J., (2001): Analysis of Highway
banyaknya total jumlah lajur, keberadaan
Speed Limits, Bachelor Degree
median dan kecepatan 85 persentil.
Thesis, Faculty of Applied Science
Semakin banyak total jumlah lajur maka
and Engineering, University
semakin tinggi nilai PedISI karena
Toronto, Canada.
jumlah lajur sangat mempengaruhi
Carter, et al., (2007): Pedestrian and
lamanya interaksi yang dapat terjadi
bicyclist interection safety indices:
antara pejalan kaki dan kendaraan
user guide. University of North
bermotor. Seiring dengan semakin tinggi
Carolina, Highway Safety
kecepatan kendaraan di jalan yang
Research Center. McLean: Federal
dilintasi maka nilai PedISI juga semakin
Highway Administration.
tinggi karena potensi kecelakaan
Listiyani, Y dan Purhadi, (2010):
semakin besar. Berbeda dengan total
Pemodelan Generalized Regresi
jumlah lajur dan kecepatan, keberadaan
Poisson pada Faktor -Faktor yang
median dapat mengurangi keselamatan
Mempengaruhi Angka Kematian
bagi pejalan kaki karena mengurangi
Bayi di Provinsi Jawa Timur
konflik dan sebagai tempat berhenti
sementara bagi pejalan kaki.
Tahun 2007. Jurnal Statistika ITS,
2(2007): 1-7.
Zegeer, C., Seiderman, C., Lagerway, P.,
Cynecki, M., Ronkin, M., &
Schneider, R., (2002): Pedestrian
facilities users guide – providing
safety and mobility. University of
North Carolina, Highway Safety
Research Center. McLean: Federal
Highway Administration.

You might also like