You are on page 1of 11

193 Biopendix, Volume 1, Nomor 2, Maret 2015, hlm.

193-203

PENGGUNAAN KRIM EKSTRAK BATANG DAN DAUN SURUHAN


(Peperomia pellucida L.H.B.K) DALAM PROSES PENYEMBUHAN
LUKA BAKAR PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

Nur Fitri

Alumni Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA Unpatti Ambon

E-mail: fitri_nur@yahoo.co.id

Abstract

Background: Peperomia pellucida L'HBK or known as messengers in the Indonesian plant is a


herbaceous plant that belongs to the family Piperaceae. This study aimed to determine the effect of the
stem and leaf extract cream messengers to the healing process of burns in rats (Rattus norvegicus.
Methods: This was an experimental study using a completely randomized design. Test animals were
divided into three groups, each - each group consisted of 3 rats. The first group is the negative control
group (distilled water), the second group is a positive control group (Bioplacenton®), the third group is
the group treated stem and leaf extract cream errand. The diameter of the wound and fibroblasts
observed histopathology and is used as an indicator of the healing process of burns. The burns were
treated and observed the healing effect for 20 days. Data were analyzed statistically wound diameter
using ANOVA followed by LSD test.
Results: The results showed the cream extracts of stems and leaves telling effect on the healing
process of burns on rats.
Conclusion: The results also showed that the treatment group and the leaf stem extract cream
messengers and control groups positively influence the healing process of burns significantly when
compared to the negative control group. Meanwhile, the treatment group stem and leaf extract cream
messengers have no preformance difference influence the healing process of burns a significant positive
control group.
Keywords: cream extract, stems and leaves messenger (Peperomia pellucida LHBK), IIb degree burns,
the healing process, fibroblasts.

Abstrak

Latar Belakang: Peperomia pellucida L.H.B.K atau dikenal dengan nama tumbuhan suruhan di
Indonesia adalah tumbuhan herba yang termasuk dalam keluarga piperaceae. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pemberian krim ekstrak batang dan daun suruhan terhadap proses penyembuhan
luka bakar pada tikus putih (Rattus norvegicus).
Metode: Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap.
Hewan uji dibagi dalam tiga kelompok, masing – masing kelompok terdiri dari 3 ekor tikus putih.
Kelompok pertama merupakan kelompok kontrol negatif (aquades), kelompok kedua merupakan
kelompok kontrol positif (Bioplacenton®), kelompok ketiga adalah kelompok perlakuan krim ekstrak
batang dan daun suruhan. Diameter luka dan histopatologi fibroblas diamati dan digunakan sebagai
indikator adanya proses penyembuhan luka bakar. Luka bakar diberi perlakuan dan diamati efek
penyembuhannya selama 20 hari. Data diameter luka dianalisa secara statistik menggunakan metode
Anova dilanjutkan uji LSD.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan krim ekstrak batang dan daun suruhan berpengaruh terhadap
proses penyembuhan luka bakar pada tikus putih.
Kesimpulan: Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kelompok perlakuan krim ekstrak batang dan
daun suruhan dan kelompok kontrol positif mempengaruhi proses penyembuhan luka bakar secara
signifikan bila dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Sedangkan, kelompok perlakuan krim
ekstrak batang dan daun suruhan tidak memiliki perbedaan pengaruh dalm proses penyembuhan luka
bakar yang signifikan dengan kelompok kontrol positif.

Kata kunci: krim ekstrak, batang dan daun suruhan (Peperomia pellucida L.H.B.K), luka bakar derajat
IIb, Proses penyembuhan, fibroblas.

Nur Fitri, Penggunaan Krim Ekstrak … 193


194 Biopendix, Volume 1, Nomor 1, Maret 2015, hlm. 83-91

PENDAHULUAN Berdasarkan hasil skrining fitokimia


Luka bakar biasanya dinyatakan yang dilakukan oleh Majumder dan Kumar
dengan derajat yang ditentukan oleh (2011), daun dan batang suruhan
kedalaman luka bakar. Walaupun demikian mengandung alkaloid, flavonoid, steroid,
beratnya luka bakar tergantung pada dalam, tanin dan triterpenoid. Saponin juga terdapat
luas, dan daerah luka (Syamsuhidayat dan pada bagian daun namun tidak ditemukan
jong, 1997). Derajat luka bakar terbagi atas pada bagian Batang. Flavonoid berperan
4, yaitu luka bakar derajat I, luka bakar sebagai antioksidan yang dapat menangkal
derajat IIa, luka bakar derajat IIb, dan luka radikal bebas saat proses penyembuhan
bakar derajat III. Luka bakar yang terjadi luka, dan bersama triterpenoid memiliki efek
dapat menimbulkan kondisi kerusakan kulit astringent. Tanin dan flavonoid mempunyai
dan dapat mempengaruhi berbagai sistem aktivitas antiseptik dan antibakteri (Harbone,
tubuh. karena pada luka bakar sering 1987). Kandungan saponin dapat memacu
terdapat keadaan seperti di tempati kuman pembentukan kolagen yang berperan dalam
dengan patogenesis tinggi, terdapat banyak proses penyembuhan luka (Chandel and
jaringan mati,mengeluarkan banyak air dan Rastogi, 1979), Selain itu kandungan steroid
serum, terbuka untuk waktu yang lama sebagai anti radang mampu meredam rasa
(mudah terinfeksi dan terkena trauma) nyeri pada luka (Tan & Kirana, 2002 dalam
(Effendi, 1999). Simanjuntak, 2008).
Penanganan dalam penyembuhan luka Penelitian efektivitas penggunaan
bakar antara lain mencegah infeksi dan ekstrak tumbuhan telah banyak
memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel dikembangkan untuk penyembuhan luka
untuk berpoliferasi dan menutup permukaan bakar. Penelitian oleh Ahmad alwy (2012),
luka (Syamsuhidayat dan Jong, 1997). membuktikan bahwa penggunaan ekstrak
Penyembuhan luka melewati tiga fase, yaitu tumbuhan dalam bentuk sediaan krim
fase inflamasi, fase proliferase (fase mampu menyembuhkan luka bakar pada
fibroplasias) dan fase remodeling (fase tikus putih. Krim biasanya digunakan
penyudahan). Salah satu penanganan luka sebagai emolien atau pemakaian obat pada
bakar yaitu menggunakan obat dalam kulit (Ansel, 2008). Tipe krim lebih diarahkan
bentuk sediaan krim yang berefek antibakteri untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak
untuk mencegah adanya mikroorganisme dalam air atau M/A (Depkes RI, 1995).
yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi Peneliti memilih penggunaan batang dan
(Pujilestari, 2007; Simanjuntak, 2008; daun suruhan (Peperomia pellucida L.H.B.K)
Ardiyanto, 2009), Tetapi saat ini dapat pula karena kandungan yang terkandung dalam
digunakan bahan - bahan herbal tradisional daun dan batang suruhan mampu
untuk mengobati luka bakar. meyembuhkan luka bakar serta
Indonesia sebagai negara tropis, memudahkan pengumpulan bahan
memiliki keanekaragaman tanaman pembuatan ekstrak. Penggunaan krim
berkhasiat obat. Pengalaman masyarakat dalam bentuk sediaan krim tipe M/A karena
secara turun temurun dapat dijadikan lebih efektif, dan dapat memudahkan
referensi apa saja jenis tanaman yang cocok penggunaan dan membantu mempercepat
untuk dijadikan obat sutu penyakit atau proses penyerapan bahan obat pada kulit
gangguan kesehatan (Bakarbessy, Tumbel, yang terkena luka bakar.
& Rehena, 2009). Salah satu tumbuhan
yang sering digunakan sebagai obat
tradisional adalah tumbuhan suruhan METODE
(Peperomia pellucida L.H.B.K) yang Lokasi Penelitian
digunakan secara empiris oleh masyarakat Lokasi yang digunakan untuk penelitian
dalam pengobatan luka bakar (Kinho et al., ini adalah Laboratorium Penelitian dan
2011). Di Maluku, daun suruhan digunakan Pengembangan Terpadu Unit IV, Bidang
oleh masyarakat untuk mengobati luka Pengembangan Hewan Coba Universitas
dengan cara daun dicuci, dibersihkan, Gajah Mada, LPPT Unit IV - UGM.
ditumbuk halus dan ditempelkan pada luka
bakar.

Nur Fitri, Penggunaan Krim Ekstrak … 194


195 Biopendix, Volume 1, Nomor 1, Maret 2015, hlm. 83-91

Populasi dan Sampel ANOVA untuk melihat apakah krim


Populasi dalam penelitian ini adalah kombinasi batang dan daun suruhan
tikus putih (Rattus norvegicus), umur 2-3 (Peperomia pellucida L.H.B.K) yang dibuat
bulan dengan berat 200 - 400 gram. Pada memiliki pengaruh dalam proses
penelitian ini, jumlah sampel sebanyak 9 penyembuhan luka bakar. Uji Anova satu
ekor tikus putih (Rattus norvegicus) yang arah dipilih karena hanya ada satu variabel
terbagi di dalam 3 kelompok, masing-masing terikat yang akan diteliti, yaitu presentase
kelompok terdiri dari 3 ekor tikus putih. penyembuhan luka bakar. Uji statistik
kemudian dilanjutkan menggunakan uji LSD
Rancangan Penelitian untuk melihat apakah terdapat perbedaan
Rancangan penelitian yang digunakan bermakna antara kelompok perlakuan dan
dalam penelitian ini adalah rancangan kelompok kontrol.
eksperimental dengan rancangan acak
lengkap (Completely randomized design).
Dalam RAL, pembagian hewan dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
kelompok dilakukan secara acak. Salah satu Hasil
kelompok merupakan kelompok perlakuan, Hasil pengujian luka bakar derajat IIb
sedangkan kelompok lainnya merupakan atau luka bakar derajat II dalam pada tikus
kelompok kontrol. Eksperimen dilakukan putih ditandai dengan kerusakan kulit pada
pada hewan dengan 3 perlakuan diulang bagian epidermis dan sebagian dermis.
sebanyak 3 kali dan data yang diperoleh Perubahan diameter rata - rata luka dan
dianalisa statistik dalam bentuk grafik, jumlah fibroblas menjadi indikator ada
sehingga jumlah tikus putih yang digunakan tidaknya pengaruh pemberian krim ekstrak
sebanyak 3 perlakuan x 3 ulangan = 9 ekor batang dan daun suruhan (Peperomia
tikus putih yang masing - masing tikus putih pellucida L.H.B.K).
diberikan luka bakar dengan diameter 2 cm.
Hasil Pengukuran Diameter Luka Bakar
Analisis data Pada Tikus Putih
Data presentase penyembuhan luka Diameter luka diukur selama 20 hari
bakar yang diperoleh melalui pengukuran dengan interval waktu pengukuran 5 hari
rata-rata diameter luka bakar dan data dan dihitung diameter rata – rata tiap
jumlah fibroblas antara kelompok kontrol dan perlakuan. Hasil pengukuran diameter luka
kelompok perlakuan dianalisis secara bakar tiap ulangan perlakuan (Lampiran 1)
deskriptif. Apabila data rata-rata diameter yang dihitung untuk mendapatkan diameter
luka bakar terdistribusi normal dan homogen rata – rata tiap perlakuan dan data rata rata
maka akan dianalisis secara statistik dengan diameter luka bakar setiap perlakuan pada
program SPSS 16.0 menggunakan uji tabel 1 dibuat dalam grafik sebagai berikut.

Tabel 1. Rerata Diameter Luka Bakar Dalam Centimeter Pada Tiap Perlakuan

Hari Ke Hari Ke Hari Ke Hari Ke Hari Ke Hari Ke


Kelompok
0 (cm) 1 (cm) 5 (cm) 10 (cm) 15 (cm) 20 (cm)
K- 2 2.72 2.51 2.39 2.12 2.01
K+ 2 2.30 2.07 1.86 1.69 1.54
Kel. T 2 2.28 2.09 1.86 1.72 1.56

Data diameter luka bakar yang 0.048 < 0.05, maka diketahui terdapat
diperoleh selanjutnya dianalisis secara pengaruh dalam proses penyembuhan luka
statistik dengan software SPSS 16.0 bakar sehingga H1 diterima yang berarti
menggunakan analisis parametrik anova terdapat pengaruh pemberian krim ekstrak
untuk melihat apakah krim ekstrak batang batang dan daun suruhan (Peperomia
dan daun suruhan (Peperomia pellucida pellucida L.H.B.K) dalam proses
L.H.B.K) yang dibuat memiliki pengaruh penyembuhan luka bakar pada tikus putih.
dalam proses penyembuhan luka bakar. Terdapat perbedaan signifikan pada anova,
Data hasil analisa tabel diatas, nilai anova maka dilanjutkan dengan uji LSD (Least

Nur Fitri, Penggunaan Krim Ekstrak … 195


196 Biopendix, Volume 1, Nomor 1, Maret 2015, hlm. 83-91

significant different) untuk melihat apakah ekstrak batang dan daun suruhan pada
terdapat perbedaan bermakna atau tidak proses penyembuhan luka bakar. Berikut
bermakna antar tiap perlakuan khususnya tabel hasil uji lanjutan dengan metode LSD.
melihat efek penyembuhan luka bakar krim

3 2.72
2.51
2.39
2.5
Diameter Luka Bakar (cm)

2.28 2.12
2 2.01
2.3 2.09
2 2
2.07 1.86
2
1.86 1.72 Kontrol -
1.5 1.69 1.56
1.54 Kontrol +

1 Kel. T

0.5

0
0 1 5 10 15 20
Hari

Gambar 1. Grafik Diameter Luka Bakar Setiap Perlakuan Dalam Centimeter

Tabel 2. Hasil Perhitungan Menggunakan Metode ANOVA

ANOVA
Diameter_rata_rata
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .570 2 .285 3.731 0.048
Within Groups 1.146 15 .076
Total 1.717 17
*Terdapat pengaruh dalam proses penyembuhan luka bakar

Tabel 3. Hasil Uji Lanjut LSD

Diameter_rata_rata LSD
(I) Mean 95% Confidence Interval
(J) Kelompok Std. Error Sig.
Kelompok Difference (I-J) Lower Bound Upper Bound
Kontrol Kontrol Positif .38167* .15961 0.030 .0415 .7219
Negatif Kel. T .37333* .15961 0.034 .0331 .7135
Kontrol
Kel. T -.00833 .15961 0.959 -.3485 .3319
Positif
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Tabel diatas menunjukkan bahwa kontrol positif (0.030< 0.05), begitu pula
ada perbedaan yang bermakna atau kontrol negatif dengan kelompok perlakuan
signifikan antara kontrol negatif dengan krim ekstrak batang dan daun suruhan

Nur Fitri, Penggunaan Krim Ekstrak … 196


197 Biopendix, Volume 1, Nomor 1, Maret 2015, hlm. 83-91

(0.034<0.05). Adanya perbedaan bermakna batang dan daun suruhan tidak terdapat
antara kelompok kontol negatif dan perbedaan (0.959>0.05) bermakna efek
kelompok perlakuan krim ekstrak batang dan penyembuhan luka bakar.
daun suruhan menujukkan bahwa kelompok
perlakuan krim ekstrak batang dan daun Hasil Penghitungan Jumlah Fibroblas
suruhan memiliki pengaruh yang lebih baik Data jumlah fibroblas yang diamati saat
dalam proses penyembuhan luka bakar hari ke 5 dan ke 20 pada bagian kulit tikus
dibandingkan kelompok kontrol negatif atau putih yang diinduksi luka bakar (lampiran 2)
dengan kata lain krim ekstrak batang dan dihitung nilai rata – ratanya dan data rerata
daun suruhan memiliki efek yang bermakna jumlah fibroblas luka bakar hari ke 5 dan ke
dalam proses penyembuhan luka bakar. 20 setiap perlakuan pada tabel 2 dibuat
Hasil diatas juga menunjukkan bahwa pada dalam grafik sebagai berikut dengan hasil
perbandingan antara kelompok kontrol sebagai berikut.
positif dan kelompok perlakuan krim ekstrak

Tabel 4. Hasil Penghitungan Rerata Jumlah Fibroblas Perlapangan Pandang

Hari Ke-5 Hari Ke-20


Kontrol - Kel. T Kontrol + Kel. T
Rerata 19.3 17.6 21 16.3

Gambar 2. Grafik Rerata Jumlah Fibroblas Perlapangan Pandang

22
21 21
Rerata Jumlah

20 19.3
Fibroblas

19
18
17 17.6 16.3
16
15
Hari Ke 5 Hari Ke 20

Kontrol - Kel. T

Keberadaan fibroblas merupakan salah jumlah fibroblas kelompok perlakuan krim


satu indikator sedang berlangsungnya ekstrak batang dan daun suruhan adalah 19,
proses penyembuhan luka bakar. pada hari ke 5 dan mengalami penurunan
Penumpukan fibroblas dimulai kira-kira hari pada hari ke 20.
ke 3-4 (Li et al., 2007), peningkatan jumlah Sejumlah fibroblas yang terlihat pada
fibroblas terjadi pada hari ke 4 setelah itu luka bakar kedua kelompok pada hari ke 5
mengalami penurunan (Ambiyani, 2013), dan hari ke 20 menandakan pada hari kelima
dan sekresi kolagen tipe III oleh fibroblas sampai hari ke 20, luka berada dalam proses
maksimal antara hari ke 5 dan 7 (Kalangi, penyembuhan khususnya fase proliferase.
2004). Hasil pengamatan jumlah fibroblas Jumlah fibroblas hari ke 5 tidak berbeda
dilakukan untuk melihat fase penyembuhan signifikan walaupun pada kelompok kontrol
luka manakah yang sedang berlangsung negatif sedikit lebih banyak (19,6) dibanding
untuk membandingkan fibroblas antara kelompok krim batang dan daun suruhan
kelompok kontrol negatif perlakuan aquades (17,6). Hal ini menandakan proses
dan kelompok krim ekstrak batang dan daun penyembuhan luka kelompok krim ekstrak
suruhan. Dari tabel 4.4 dan grafik 4.2 batang dan daun suruhan berjalan normal,
diketahui, kelompok kontrol memiliki rata – peningkatan dan penumpukkan fibroblas
rata jumlah fibroblas 19,6 pada hari ke 5 dan terjadi sebelum hari ke 5 yaitu sesuai literatur
mengalami peningkatan pada hari ke 20 pada hari ke 4 setelah itu mengalami
dengan jumlah fibroblas 21 sedangkan penurunan (16,3 pada hari ke 20).

Nur Fitri, Penggunaan Krim Ekstrak … 197


198 Biopendix, Volume 1, Nomor 1, Maret 2015, hlm. 83-91

Penurunan jumlah fibroblas kelompok Krim dibanding hari ke 5 menandakan mulainya


ekstrak batang dan daun suruhan proses penyembuhan luka lebih lambat
mengindikasikan proses penyembuhan luka dengan fase inflamasi (lebih dari 3 hari), dan
yang semakin maju pesat (Ambiyani, 2013). proliferasi yang lebih memanjang, ditandai
Sedangkan pada kontrol negatif, dengan masih aktifnya fibroblas pada hari ke
penumpukan fibroblas yang baru terjadi 20. Untuk lebih jelasnya, pengamatan
pada hari ke 5 (19,6) dan peningkatan gambaran histopatologi dapat dilihat lebih
jumlah fibroblas pada hari ke 20 (21) jelas pada gambar 3:

a b

c d
Gambar 4.3. Gambaran Histopatologi Jumlah Fibroblas: Kelompok Kontrol, a) Hari Ke-
5; b) Pengamatan Hari Ke-20. Kelompok Perlakuan: Kelompok Perlakuan
Krim Ekstrak Batang dan Daun Suruhan, c) Hari Ke-5; d) Hari Ke-20. Tanda
panah merupakan fibroblast (Pewarnaan HE, pembesaran 400x).

Pembahasan norvegicus) dilakukan dengan


Tumbuhan suruhan (Peperomia menggunakan tiga kelompok, yaitu
pellucida L.H.B.K) merupakan herba kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol
tahunan yang digunakan secara empiris positf dan kelompok perlakuan pemberian
untuk menyembuhkan luka bakar. krim ekstrak 8% batang dan daun suruhan.
Tumbuhan suruhan dipercaya dapat Kelompok pertama menggunakan air
membantu proses penyembuhan luka bakar sebagai kontrol negatif dan Bioplacenton®
karena daunnya mengandung alkaloid, sebagai kontrol positif. Penelitian ini
flavonoid, steroid, saponin, tanin dan menggunakan kontrol negatif untuk melihat
karbohidrat sedangkan batangnya bagaimana perbandingan proses
mengandung alkaloid, flavonoid, steroid, penyembuhan luka bakar IIb pada tikus
tanin dan karbohidrat (Majumder dan Kumar, kelompok kontrol negatif tanpa diberikan
2011). kandungan obat dan dibandingkan dengan
Penelitian proses penyembuhan luka kelompok perlakuan yang diberikan krim
bakar derajat IIb pada tikus putih (Rattus ekstrak batang dan daun suruhan.

Nur Fitri, Penggunaan Krim Ekstrak … 198


199 Biopendix, Volume 1, Nomor 1, Maret 2015, hlm. 83-91

Penggunaan air suling untuk membersihkan Dari grafik rata – rata jumlah fibroblas
bagian luar kulit yang terpapar luka bakar. terlihat kelompok kontrol negatif memiliki
Bioplacenton® digunakan dalam kelompok rata – rata jumlah fibroblas yang meningkat
kontrol positif sebagai krim pembanding dibandingkan kelompok perlakuan yang
untuk mengetahui apakah ada kesetaraan justru menurun (gambar 4.2). Rata – rata
efektifitas antara bioplacenton® sebagai obat jumlah fibroblas kelompok perlakuan krim
luka bakar yang memiliki merk dagang resmi ekstrak batang dan daun suruhan menurun
dengan krim ekstrak batang dan daun dari 19 (hari ke 5) menjadi 16,3 (hari ke 20).
suruhan. Pemberian perlakuan pada masing Penurunan jumlah fibroblas kelompok Krim
- masing kelompok dioleskan 3 kali sehari ekstrak batang dan daun suruhan
karena disesuaikan dengan kecepatan mengindikasikan proses penyembuhan luka
absorpsi, dan lamanya kerja obat dalam yang semakin maju pesat dan berjalan
bentuk sediaan krim yaitu 3 – 8 jam (Ansel, normal (Ambiyani, 2013). Peningkatan dan
1989). penumpukkan fibroblas terjadi sebelum hari
Pengamatan proses penyembuhan luka ke 5 yaitu sesuai literatur pada hari ke 4
bakar dilakukan dengan dua parameter yang setelah itu mengalami penurunan. Grafik
berbeda yaitu pengamatan makroskopis rata – rata jumlah fibroblas kelompok kontrol
dengan mengukur diameter luka bakar dan negatif terlihat meningkat dari sebelumnya
pengamatan mikroskopis atau pengamatan 19,6 (hari ke 5) menjadi 21 (hari ke 20). Hal
histopatologi yaitu dengan melihat ini sesuai dengan penelitian sebelummnya
keberadaan dan menghitung jumlah oleh Ambiyani (2013) yang terjadi
fibroblas. Data diameter luka bakar diukur peningkatan jumlah fibroblas kelompok
dalam interval waktu pengukuran 5 hari kontrol pada pengamatan hari ke 8
selama 20 hari dan dihitung rata - rata dibandingkan hari ke 4. Keadaan ini
diameter luka bakar (gambar 1.) Fibroblas menunjukkan bahwa pada kelompok ini,
kelompok kontrol negatif dan kelompok krim mulainya proses penyembuhan luka lebih
ekstrak batang dan daun suruhan dihitung lambat dengan fase inflamasi (lebih dari 3
jumlahnya pada hari ke 5 dan ke 20 (gambar hari), dan proliferasi yang lebih memanjang,
2). Pengamatan hari ke 5 dan ke 20 untuk ditandai dengan masih meningkatnya jumlah
melihat fase penyembuhan luka manakah fibroblas pada hari ke 20.
yang sedang berlangsung. Pengamatan hari Gambaran histopatologi sel - sel
ke 5 didasarkan atas laporan yang fibroblas dapat dilihat pada gambar 3. Dari
menyebutkan bahwa sekresi kolagen tipe III hasil pengamatan gambar histopatologi
oleh fibroblas maksimal antara hari ke 5 dan jumlah fibroblas, diketahui terdapat sejumlah
7 (Kalangi, 2004). fibroblas yang menandakan luka telah
Hasil pengamatan rata - rata diameter memasuki fase prolifersi. Fibroblas tampak
luka bakar dan keberadaan fibroblas berbentuk fusiformis yang memanjang
menunjukkan krim ekstrak batang dan daun seperti sel otot polos diantara serabut-
suruhan mempercepat proses serabut jaringan, tonjolan-tonjolan
penyembuhan luka khususnya pada fase sitoplasma yang tidak teratur, dan inti bulat
inflamasi dan proliferasi dibanding kontrol telur. Sel – sel fibroblas pada kontrol negatif
negatif. Grafik diameter rata – rata luka (gambar a) terlihat lebih sedikit dibandingkan
setiap perlakuan (Gambar 2), terlihat kontrol dengan gambar b. hal ini berarti sel – sel
negatif memiliki diameter yang paling besar fibroblas pada hari ke 5 (gambar a)
terutama pada hari ke 1 (2.72cm) dibanding mengalami peningkatan pada hari ke 20
dua kelompok lainnya. Diameter luka bakar (gambar b) (gambar 4.3, a dan b). Dengan
kontrol negatif terus menurun dengan lambat melihat perbandingan gambar c dan d,
dari 2.71cm (hari ke1) menjadi 2.01 (hari ke diketahui jumlah fibroblas pada kelompok
20). Pada kelompok krim ekstrak batang dan perlakuan krim ekstrak batang dan daun
daun suruhan (Peperomia pellucida L.H.B.K) suruhan mengalami penurunan (gambar 4.3,
dan kelompok kontrol positif, diameter luka c dan d), terlihat sel – sel fibroblas hari ke 5
terlihat tidak berbeda signifikan yaitu pada (gambar c) lebih banyak dibandingkan hari
hari ke 1 masing – masing 2.28 cm dan 2.30 ke 20 (gambar d).
cm terus menurun pada hari ke 20 menjadi Data rerata diameter luka bakar (tabel
1.56 cm dan 1.54 cm. 4.1) dianalisis dengan uji ANOVA (tabel 2),

Nur Fitri, Penggunaan Krim Ekstrak … 199


200 Biopendix, Volume 1, Nomor 1, Maret 2015, hlm. 83-91

diketahui nilai anova 0.048 <0.05, sehingga memulai fase fibroplasia (fase proliferasi).
H1 diterima yang berarti terdapat pengaruh Keberadaan fibroblas menjadi indikator
pemberian krim ekstrak batang dan daun aktifitas penyembuhan luka bakar sedang
suruhan (Peperomia pellucida L.H.B.K) berlangsung. Penumpukan fibroblas dimulai
dalam proses penyembuhan luka bakar kira-kira hari 3-4 (Li et al. 2007) sama
pada tikus putih (Rattus norvegicus). Krim dengan dimulainya fase proliferase pada
ekstrak batang dan daun suruhan hari ke 3. Sekresi kolagen tipe III oleh
berpengaruh dalam proses penyembuhan fibroblas maksimal antara hari ke 5 dan 7
luka bakar karena mengandung senyawa (Kalangi, 2004). Hasil penelitian
antioksidan yaitu flavonoid, tanin, saponin, menunjukkan terdapat fibroblas pada luka
steroid dan triterpenoid yang mampu dihari ke 5 dan 20 (tabel 4 dan gambar 2)
mencegah infeksi dan mempercepat dan diameter luka hari ke 1 berkurang
penyembuhan luka. signifikan pada hari ke 5 (tabel 4.1) yang
Hasil uji lanjutan LSD menunjukkan menandakan penyembuhan luka telah
bioplacenton® tidak memiliki perbedaan berada dalam fase proliferasi.
bermakna dengan kelompok perlakuan yang Pada fase proliferasi terjadi aktivitas
diberikan krim ekstrak batang dan daun seluler seperti angiogenesis, fibroplasia
suruhan (sig. 0.959>0.05) sehingga dapat (deposit kolagen dan pembentukan jaringan
disimpulkan bahwa hampir terdapat granulasi), epitelisasi, dan kontraksi luka
kesetaraan efektifitas antara krim ekstrak (Nayak et al., 2007). Neovaskularisasi
batang dan daun suruhan dan dimulai hari ke 3-4 setelah terjadi luka (Li et
bioplacenton®. Bioplacenton® digunakan al., 2007). Angiogenesis adalah proses
dalam penelitian ini sebagai kontrol positif pertumbuhan pembuluh darah baru yang
memiliki efek penyembuhan luka bakar disebut neovaskularisasi yang dipengaruhi
karena mengandung placenta extract dan growth factor seperti FGF dan VEGF, terjadi
neomycin sulfate. Placenta extract berperan bersamaan dengan fibroplasia dan saling
penting dalam regenerasi sel yang bergantung satu sama lain karena deposit
mempercepat proses penyembuhan luka kolagen dan matriks ekstraselular lainnya
dan neomycin sulfate berperan sebagai oleh fibroblas harus selalu mendapat
antibiotik yang mampu mencegah adanya oksigen agar proses metabolik dapat
infeksi bakteri pada luka bakar. berlangsung. Sel endotel akan bermigrasi ke
Penelitian oleh Oloyede (2011), daun dasar luka, berproliferasi, dan membentuk
suruhan memiliki aktifitas antimikroba yang pembuluh darah baru. Pertumbuhan kapiler
mampu menghambat bakteri baru pada daerah yang berdekatan dengan
Staphylococcus aerus yang sering luka berupa tunas - tunas yang terbentuk
menginfeksi luka. Kandungan Tanin dan dari pembuluh darah dan akan berkembang
flavonoid dapat menghambat bahkan menjadi percabangan baru pada jaringan
membunuh bakteri yang menginfeksi luka. luka (Singer & Clark, 1999).
Flavonoid bekerja dengan merusak Pada tahap fibroplasia, luka dipenuhi
permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom fibroblas, dan kolagen, membentuk jaringan
dan lisosom sebagai hasil dari interaksi berwarna kemerahan dengan permukaan
antara flavonoid dengan DNA bakteri, yang berbenjol halus yang disebut jaringan
melepaskan energi tranduksi terhadap granulasi. Fibroblas dipinggir luka
membran sitoplasma bakteri serta berproliferasi kira-kira hari ke 4. Fibroblas
menghambat motilitas bakteri (Robinson, berfungsi mensintesis matriks ekstraseluler
1995 dalam Mappa, 2013). Flavonoid seperti serabut kolagen. Proliferasi fibroblas
sebagai antioksidan kuat berperan melawan diatur dan dirangsang oleh epidermal growth
ROS dengan membuat inaktif radikal bebas factor (EGF), FGF dan akan berubah
dan meningkatkan fungsi dari antioksidan fenotipnya secara bertahap menjadi
endogen, memperbesar level enzim profibrotic phenotype yang berfungsi untuk
antioksidan dalam jaringan granulasi sintesa protein. Fibroblas akan mensintesis
(Thakur et al., 2011). Apabila proses kolagen tipe III dan juga berubah fenotipnya
penyembuhan berjalan normal, makrofag menjadi myofibroblast yang berperan pada
didaerah luka pada fase inflamasi akan kontraksi luka karena kemampuannya untuk
menarik fibroblas kedaerah luka dan meluas dan menarik (Li et al., 2007).

Nur Fitri, Penggunaan Krim Ekstrak … 200


201 Biopendix, Volume 1, Nomor 1, Maret 2015, hlm. 83-91

Pada fase proliferasi juga terjadi proses penyembuhan luka bakar yang lebih baik
epitelisasi untuk mengembalikan jaringan dan lebih cepat dibandingkan kelompok
kulit yang rusak. Faktor yang terlibat adalah kontrol negatif. Sedangkan antara
migrasi keratinosit pada jaringan luka, kelompok kontrol positif dan kelompok
proliferasi keratinosit menjadi epidermis krim ekstrak batang dan daun suruhan
yang berlapis-lapis, dan mengembalikan (Peperomia pellucida L.H.B.K) tidak
basement membrane zone (BMZ) menjadi terdapat perbedaan signifikan dalam
utuh yang menghubungkan epidermis dan proses penyembuhan luka bakar.
dermis (Li et al., 2007), dipengaruhi oleh
Epidermal growth factor (EGF), keratinocyte
growth factor (KGF), dan transforming DAFTAR PUSTAKA
growth factor alpha (TGF-α) (Ambiyani, Agus, G. 2008. Penggunaan Mencit dan
2013). Epitel tepi luka yang terdiri dari sel Tikus sebagai Hewan Model Penelitian.
basal terlepas dari dasarnya dan berpindah Bogor. Fakultas Peternakan, Institut
mengisi permukaan luka. Tempatnya Pertanian Bogor.
kemudian diisi oleh sel baru yang terbentuk Agoes, Goeswin. 2013. Pengembangan
dari proses mitosis (Wijaya, 2013). Fase Sediaan Farmasi – Edisi Revisi dan
proliferasi akan memudar dan kemudian Perluasan (2). Bandung: Penerbit ITB
berhenti setelah epitel saling menyentuh dan Alwy, A. 2012. Uji aktifitas penyembuhan
menutup seluruh permukaan luka. Dengan luka bakar ekstrak methanol daun kayu
tertutupnya permukaan luka, proses colok (Samanea saman) dalam bentuk
fibroplasia dengan pembentukan jaringan sediaan krim. Skripsi. Makassar:
granulasi juga akan berhenti dan mulailah Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
proses pematangan dalam fase penyudahan Islam negeri alaudin Makassar.
(remodelling) untuk penyerapan kembali Ambiyani, W. 2013. Pemberian salep
jaringan yang berlebih, pengerutan dan ekstrak daun mengkudu (Morinda
pembentukan kembali jaringan yang baru citrifolia L) meningkatkan proses
(Wijaya, 2013), dan menormalkan kembali regenerasi jaringan luka pada tikus putih
struktur dan fungsi kulit selama proses galur wistar (Rattus norvegicus) jantan.
penyembuhan. Tesis. Denpasar: Program Magister
Secara keseluruhan, Krim ekstrak Program Studi Ilmu Biomedik Program
batang dan daun suruhan (Peperomia Pascasarjana Universitas Udayana.
pellucida L.H.B.K) memiliki efek yang baik Anief, M. 1994. Farmasetika. Yogyakarta:
atau berpengaruh dalam proses Gajah Mada University Press
penyembuhan luka bakar derajat IIb pada Anief, M. 1997a. Ilmu Meracik Obat.
kulit tikus putih (Rattus norvegicus) Yogyakarta: Gajah Mada University
dibandingkan kelompok kontrol negatif dan Press.
memiliki efektivitas dalam proses Anief, M. 1997b. Formulasi Obat Topikal
penyembuhan yang hampir setara dengan Dengan Dasar Penyakit Kulit.
kontrol positif (bioplacenton®). Yogyakarta: Gajah Mada University
Press
Ansel HC.1989. Pengantar Bentuk Sediaan
SIMPULAN Farmasi. Edisi 4. Jakarta: UI Press.
1. Pemberian krim ekstrak batang dan daun Ardiyanto, D. 2009. Uji Aktifitas Krim Ekstrak
suruhan (Peperomia pellucida L.H.B.K) Daun Binahong (Anredera cordifolia)
berpengaruh dalam proses sebagai Penyembuh Luka Bakar pada
penyembuhan luka bakar derajat IIb pada Kulit Punggung Kelinci. Skripsi.
tikus putih (Rattus norvegicus). Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas
2. Terdapat perbedaan signifikan proses Muhammadiyah Surakarta.
penyembuhan luka bakar antara kontrol Arrigoniblank MF, Dmitrieva EG, Franzotti
negatif dengan kelompok perlakuan krim EM, Antoiolli AR, Andrade MR,
ekstrak batang dan daun suruhan begitu Marchioro M. 2004. Antiinflammatory
pula kontrol negatif dengan kontrol positif. and analgesic activity of Peperomia
Kelompok perlakuan krim ekstrak batang pellucida (L.) HBK (Piperaceae). J
dan daun suruhan memiliki proses Ethnopharmacol. Vol. 91 No. 215-218.

Nur Fitri, Penggunaan Krim Ekstrak … 201


202 Biopendix, Volume 1, Nomor 1, Maret 2015, hlm. 83-91

Bakarbessy, E., Tumbel, F. T., Rehena, J. Ghani A. 1998. Medicinal plants of


2009. Beberapa Jenis Tanaman Obat Bangladesh. Bangladesh, Asiatic
Dan Penggunaannya Sebagai Society of Bangladesh. No. 77-78.
Antimalaria. Simbiosis, Jurnal Biologi Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia.
Dan Pembelajarannya Program Studi Terjemahan Padmawinata K, Soediro I.
Pendidikan Biologi Universitas Bandung: ITB
Pattimura Ambon. Vol. 6, No. 2. Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna
Baumann, L., Saghari, S. 2009. Basic Indonesia Jilid III. Jakarta: Yayasan
Science of the Epidermis. In: Baumann, Sarana Wana Jaya.
L., Saghari, S., Weisberg, E., editors. Hujjatusnaini, N., Tumbel, F. M. 2009. Uji
Cosmetic Dermatology Principles and Toksisitas Ekstrak Daun Ketepeng Cina
Practice. Second Edition. USA: The (Cassia alata L.) Terhadap
McGraw-Hill Companies. p. 3-7. Penghambatan Pertumbuhan
Chandel, R.S., Rastogi. R, P. 1987. Trichophyton sp. Simbiosis, Jurnal
Triterpenoid Saponin and Sapogenin Biologi Dan Pembelajarannya Program
Phitochemistry 1979.19: 1889-1908. Studi Pendidikan Biologi Universitas
Dalimartha, S. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Pattimura Ambon. Vol. 6, No. 2.
Indonesia Jilid 4. Jakarta: Puspa Kalangi, Sonny JR. Peran Kolagen Pada
Swara. penyembuhan Luka. Dexa Medica.
Departemen Kesehatan RI. 2004; (17) 4.
1978. Formularium Nasional edisi II. Kinho D, Dkk. 2011. Tumbuhan Obat
Jakarta. Tradisonal di Sulawesi Utara Jilid I.
Departemen Kesehatan RI. 1985. Cara Manado: Badan Penelitian Kehutanan
Pembuatan Simplisia. Jakarta. Manado.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Lachman L. Libermen HA., Kaning JL. 1994.
Klinik. 2006. Pedoman Penggunaan Theory and Practice of Industrial
Obat Bebas Dan Obat Terbatas. Pharmacy. Easton Pennysylvania: Mack
Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Publishing Company
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Leung, W.T.W., Butrum RR, Chang FH, Rao
Edisi III. Jakarta: Departemen MN, Polachi W. 1972. Food
Kesehatan RI. Composition Table for Use in East Asia.
Ditjen POM. 1986. Sediaan Galenik. Jilid II. US Department of Health, Education,
Jakarta: Departemen Kesehatan RI. and Welfare Publication (NIH) 73-465.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia, Li, J., Chen, J., Kirsner, R. 2007.
Edisi IV. Direktorat Pengawasan Obat Pathophysiology of acute wound
dan Makanan. Departemen Kesehatan healing. Clinics in Dermatology. Vol: 25.
Republik Indonesia. Jakarta Majumder, P. 2011. Phytochemical,
Djauhariya, E., hernani. (2004). Gulma Pharmacognostical and
berkasiat obat. Jakarta: penebar Physicochemical Standardization of
swadaya. Peperomia pellucida (L.) HBK. Stem.
Djumidi, H. 1997, Inventaris Tanaman Obat Pharmacie Globale International
Indonesia IV. Jakarta: Badan Penelitian Journal of Comprehensive Pharmacy.
dan Pengembangan Kesehatan, Vol 8 (06).
Departemen Kesehatan dan Majumder P., Kumar, K. V. Arun. 2011.
Kesejahteraan Sosial RI. Establishment of Quality Parameters
Effendi, C. 1999. Perawatan Pasien Luka and Pharmacognostic Evaluation of
Bakar. Jakarta: Penerbit Buku Leaves of Peperomia pellucida (L.) Hbk.
Kedokteran EGC. International Journal of Pharmacy and
Egwuche, R. U., dkk. 2011. Prelimenary Pharmaceutical Sciences. Vol 3, Suppl
Investigation Into The Chemical 5. Kerala: Rajiv Gandhi Institute Of
Properties Peperomia pellucida L. Pharmacy, India.
Research Journal Of Phytochemistry (5) Majumder, P., Priya, AP., Satya V. 2011.
1: 48-53 Ethno-medicinal, Phytochemical and
Pharmacological review of an amazing
medicinal herb Peperomia pellucida (L.)

Nur Fitri, Penggunaan Krim Ekstrak … 202


203 Biopendix, Volume 1, Nomor 1, Maret 2015, hlm. 83-91

HBK. Research Journal of Penyakit Periodontal”. Skripsi. Medan:


Pharmaceutical, Biological and Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Chemical. Vol. 2, No. 358 – 364 Sumatra Utara.
Nayak, B.S., Sandiford, S., Maxwell, A. Simanjuntak, M.R. 2008. Ekstraksi dan
2007. Evaluation of the Wound-healing Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun
Activity of Ethanolic Extract of Morinda Tumbuhan Senduduk (Melastoma
citrifolia L.Leaf. Evid Based malabathricum) serta Pengujian Efek
Complement Alternative Medicine; 6 (3). Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan
Oloyede, K. Ganiyat. 2011. Phytochemical, Luka Bakar. Skripsi. Medan: Fakultas
Toxicity, Antimicrobial And Antioxidant Farmasi, Universitas Sumatera Utara..
Screening Of Leaf Extracts Of Singer, A.J. and Clark, R.A.F. 1999.
Peperomia pellucida From Nigeria. Cutaneus Wound Healing. N England
Kournal Of Advances In Environmental Medicine. 341 (10).
Biology, 5(12. Natural Suhirman, M. S., dkk. 2006. Teknik
Products/Medicinal Chemistry Unit, Pembuatan Simplisia dan Ekstrak
Department Of Chemistry, University Of Purwoceng. Laporan Pelaksanaan
Ibadan, Nigeria. Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik.
Mansjoer, A, dkk, (2000), Kapita Selekta Suyoto A.W. 2012. Pembuatan dan analisis
Kedokteran, Edisi 3Jakarta: Fakultas salep obat luka dari ekstrak pegagan
kedokteran Universitas Indonesia. (Centella asiatica L). Rancangan Praktik
Mappa, Tiara., Edy, H. J., Kojong, Novel. kimia terpadu. Bogor: Pusat Pendidikan
2013. Formulasi Gel Ekstrak Daun dan Pelatihan Industri.
Sasaladahan (Peperomia pellucida (L.) Syamsuhidayat, R., dan Jong, W.D., 1997,
H.B.K) dan Uji Efektivitasnya Terhadap Buku Ajar Ilmu Bedah. Yogyakarta:
Luka Bakar Pada Kelinci (Oryctolagus EGC Press.
cuniculus). Jurnal Ilmiah Farmasi – Taylor, W., Johnson, R. 2005. Skills for
Unsrat Vol. 2 No. 02 midwifery practice, terjemaham Samba,
Moenadjat, Y. 2003. Luka Bakar Masalah S. London: Churchill Livingstone.
dan Tatalaksana. Jakarta: Fakultas Thakur, R., Jain, N., Pathak, R., Sandhu,
Kedokteran Universitas Indonesia. S.S. 2011. Practices in Wound Healing
Putra, W. 2012. Sehat tanpa dokter dengan Studies of Plants. Review Article
ramuan herbal. Yogyakarta: Citra media Evidence-Based Complementary and
pustaka. Alternative Medicine. p. 1-15.
Reddy, G.A.K., Priyanka, B., Saranya, Ch. S. The SEER Program of the National Cancer
Kumar, C.K.A. 2012. Wound Healing Institute (US. GOV). 2008. The SEER
Potential Of Indian Medicinal Plants. Training Modules: Anatomy of the Skin.
International Journal of Pharmacy Online.
Review & Research. Vol: 2. p. 75-78. http://training.seer.cancer.gov/melanom
Rumayar, I.M. M. Formulasi Dan Uji Krim a/anatomy/. Diakses 24 November
Ekstrak Umbi Singkong (Manihot 2013.
esculenta). Terhadap Luka Bakar Pada Tranggono, R.I., F. Latifah. 2007. Buku
Kelinci (Oryctolagus cuniculus). Jurnal Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.
Program Studi Farmasi Fmipa Unsrat Jakarta: Gramedia
Manado. 95115 Ueno, C., Hunt, T.K., Hopf, H.W. 2006. Using
Sadler, D. W. 1999.Wounds II. Lecture Physiology to Improve Surgical Wound
Notes. Department of Forensic Outcomes. Plastic Reconstruction
Medicine, University of Dundee. Surgery; 117 (supplement): 59S-71S.
Septiningsih, E. 2008. Efek Penyembuhan Widodo, H. 2013. Ilmu Meracik Obat Untuk
luka bakar ekstrak etanol 70% daun Apoteker. Yogyakarta: D-Medika.
pepaya (Carica papaya) dalam sediaan Wijaya, R. A. Formulasi Krim Ekstrak Lidah
gel pada kulit punggung kelinci (New Buaya (Aloe vera) Sebagai Alternatif
Zealand). Skripsi. Fakultas Farmasi Penyembuh Luka Bakar. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah. Surakarta Semarang: Jurusan Kimia, Fakultas
Shafie, F. M. 2011.”Hubungan Radikal Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Bebas dan Antioksidan Terhadap Alam Universitas Negeri Semarang.

Nur Fitri, Penggunaan Krim Ekstrak … 203

You might also like