Professional Documents
Culture Documents
193-203
Nur Fitri
E-mail: fitri_nur@yahoo.co.id
Abstract
Abstrak
Latar Belakang: Peperomia pellucida L.H.B.K atau dikenal dengan nama tumbuhan suruhan di
Indonesia adalah tumbuhan herba yang termasuk dalam keluarga piperaceae. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pemberian krim ekstrak batang dan daun suruhan terhadap proses penyembuhan
luka bakar pada tikus putih (Rattus norvegicus).
Metode: Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap.
Hewan uji dibagi dalam tiga kelompok, masing – masing kelompok terdiri dari 3 ekor tikus putih.
Kelompok pertama merupakan kelompok kontrol negatif (aquades), kelompok kedua merupakan
kelompok kontrol positif (Bioplacenton®), kelompok ketiga adalah kelompok perlakuan krim ekstrak
batang dan daun suruhan. Diameter luka dan histopatologi fibroblas diamati dan digunakan sebagai
indikator adanya proses penyembuhan luka bakar. Luka bakar diberi perlakuan dan diamati efek
penyembuhannya selama 20 hari. Data diameter luka dianalisa secara statistik menggunakan metode
Anova dilanjutkan uji LSD.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan krim ekstrak batang dan daun suruhan berpengaruh terhadap
proses penyembuhan luka bakar pada tikus putih.
Kesimpulan: Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kelompok perlakuan krim ekstrak batang dan
daun suruhan dan kelompok kontrol positif mempengaruhi proses penyembuhan luka bakar secara
signifikan bila dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Sedangkan, kelompok perlakuan krim
ekstrak batang dan daun suruhan tidak memiliki perbedaan pengaruh dalm proses penyembuhan luka
bakar yang signifikan dengan kelompok kontrol positif.
Kata kunci: krim ekstrak, batang dan daun suruhan (Peperomia pellucida L.H.B.K), luka bakar derajat
IIb, Proses penyembuhan, fibroblas.
Tabel 1. Rerata Diameter Luka Bakar Dalam Centimeter Pada Tiap Perlakuan
Data diameter luka bakar yang 0.048 < 0.05, maka diketahui terdapat
diperoleh selanjutnya dianalisis secara pengaruh dalam proses penyembuhan luka
statistik dengan software SPSS 16.0 bakar sehingga H1 diterima yang berarti
menggunakan analisis parametrik anova terdapat pengaruh pemberian krim ekstrak
untuk melihat apakah krim ekstrak batang batang dan daun suruhan (Peperomia
dan daun suruhan (Peperomia pellucida pellucida L.H.B.K) dalam proses
L.H.B.K) yang dibuat memiliki pengaruh penyembuhan luka bakar pada tikus putih.
dalam proses penyembuhan luka bakar. Terdapat perbedaan signifikan pada anova,
Data hasil analisa tabel diatas, nilai anova maka dilanjutkan dengan uji LSD (Least
significant different) untuk melihat apakah ekstrak batang dan daun suruhan pada
terdapat perbedaan bermakna atau tidak proses penyembuhan luka bakar. Berikut
bermakna antar tiap perlakuan khususnya tabel hasil uji lanjutan dengan metode LSD.
melihat efek penyembuhan luka bakar krim
3 2.72
2.51
2.39
2.5
Diameter Luka Bakar (cm)
2.28 2.12
2 2.01
2.3 2.09
2 2
2.07 1.86
2
1.86 1.72 Kontrol -
1.5 1.69 1.56
1.54 Kontrol +
1 Kel. T
0.5
0
0 1 5 10 15 20
Hari
ANOVA
Diameter_rata_rata
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .570 2 .285 3.731 0.048
Within Groups 1.146 15 .076
Total 1.717 17
*Terdapat pengaruh dalam proses penyembuhan luka bakar
Diameter_rata_rata LSD
(I) Mean 95% Confidence Interval
(J) Kelompok Std. Error Sig.
Kelompok Difference (I-J) Lower Bound Upper Bound
Kontrol Kontrol Positif .38167* .15961 0.030 .0415 .7219
Negatif Kel. T .37333* .15961 0.034 .0331 .7135
Kontrol
Kel. T -.00833 .15961 0.959 -.3485 .3319
Positif
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Tabel diatas menunjukkan bahwa kontrol positif (0.030< 0.05), begitu pula
ada perbedaan yang bermakna atau kontrol negatif dengan kelompok perlakuan
signifikan antara kontrol negatif dengan krim ekstrak batang dan daun suruhan
(0.034<0.05). Adanya perbedaan bermakna batang dan daun suruhan tidak terdapat
antara kelompok kontol negatif dan perbedaan (0.959>0.05) bermakna efek
kelompok perlakuan krim ekstrak batang dan penyembuhan luka bakar.
daun suruhan menujukkan bahwa kelompok
perlakuan krim ekstrak batang dan daun Hasil Penghitungan Jumlah Fibroblas
suruhan memiliki pengaruh yang lebih baik Data jumlah fibroblas yang diamati saat
dalam proses penyembuhan luka bakar hari ke 5 dan ke 20 pada bagian kulit tikus
dibandingkan kelompok kontrol negatif atau putih yang diinduksi luka bakar (lampiran 2)
dengan kata lain krim ekstrak batang dan dihitung nilai rata – ratanya dan data rerata
daun suruhan memiliki efek yang bermakna jumlah fibroblas luka bakar hari ke 5 dan ke
dalam proses penyembuhan luka bakar. 20 setiap perlakuan pada tabel 2 dibuat
Hasil diatas juga menunjukkan bahwa pada dalam grafik sebagai berikut dengan hasil
perbandingan antara kelompok kontrol sebagai berikut.
positif dan kelompok perlakuan krim ekstrak
22
21 21
Rerata Jumlah
20 19.3
Fibroblas
19
18
17 17.6 16.3
16
15
Hari Ke 5 Hari Ke 20
Kontrol - Kel. T
a b
c d
Gambar 4.3. Gambaran Histopatologi Jumlah Fibroblas: Kelompok Kontrol, a) Hari Ke-
5; b) Pengamatan Hari Ke-20. Kelompok Perlakuan: Kelompok Perlakuan
Krim Ekstrak Batang dan Daun Suruhan, c) Hari Ke-5; d) Hari Ke-20. Tanda
panah merupakan fibroblast (Pewarnaan HE, pembesaran 400x).
Penggunaan air suling untuk membersihkan Dari grafik rata – rata jumlah fibroblas
bagian luar kulit yang terpapar luka bakar. terlihat kelompok kontrol negatif memiliki
Bioplacenton® digunakan dalam kelompok rata – rata jumlah fibroblas yang meningkat
kontrol positif sebagai krim pembanding dibandingkan kelompok perlakuan yang
untuk mengetahui apakah ada kesetaraan justru menurun (gambar 4.2). Rata – rata
efektifitas antara bioplacenton® sebagai obat jumlah fibroblas kelompok perlakuan krim
luka bakar yang memiliki merk dagang resmi ekstrak batang dan daun suruhan menurun
dengan krim ekstrak batang dan daun dari 19 (hari ke 5) menjadi 16,3 (hari ke 20).
suruhan. Pemberian perlakuan pada masing Penurunan jumlah fibroblas kelompok Krim
- masing kelompok dioleskan 3 kali sehari ekstrak batang dan daun suruhan
karena disesuaikan dengan kecepatan mengindikasikan proses penyembuhan luka
absorpsi, dan lamanya kerja obat dalam yang semakin maju pesat dan berjalan
bentuk sediaan krim yaitu 3 – 8 jam (Ansel, normal (Ambiyani, 2013). Peningkatan dan
1989). penumpukkan fibroblas terjadi sebelum hari
Pengamatan proses penyembuhan luka ke 5 yaitu sesuai literatur pada hari ke 4
bakar dilakukan dengan dua parameter yang setelah itu mengalami penurunan. Grafik
berbeda yaitu pengamatan makroskopis rata – rata jumlah fibroblas kelompok kontrol
dengan mengukur diameter luka bakar dan negatif terlihat meningkat dari sebelumnya
pengamatan mikroskopis atau pengamatan 19,6 (hari ke 5) menjadi 21 (hari ke 20). Hal
histopatologi yaitu dengan melihat ini sesuai dengan penelitian sebelummnya
keberadaan dan menghitung jumlah oleh Ambiyani (2013) yang terjadi
fibroblas. Data diameter luka bakar diukur peningkatan jumlah fibroblas kelompok
dalam interval waktu pengukuran 5 hari kontrol pada pengamatan hari ke 8
selama 20 hari dan dihitung rata - rata dibandingkan hari ke 4. Keadaan ini
diameter luka bakar (gambar 1.) Fibroblas menunjukkan bahwa pada kelompok ini,
kelompok kontrol negatif dan kelompok krim mulainya proses penyembuhan luka lebih
ekstrak batang dan daun suruhan dihitung lambat dengan fase inflamasi (lebih dari 3
jumlahnya pada hari ke 5 dan ke 20 (gambar hari), dan proliferasi yang lebih memanjang,
2). Pengamatan hari ke 5 dan ke 20 untuk ditandai dengan masih meningkatnya jumlah
melihat fase penyembuhan luka manakah fibroblas pada hari ke 20.
yang sedang berlangsung. Pengamatan hari Gambaran histopatologi sel - sel
ke 5 didasarkan atas laporan yang fibroblas dapat dilihat pada gambar 3. Dari
menyebutkan bahwa sekresi kolagen tipe III hasil pengamatan gambar histopatologi
oleh fibroblas maksimal antara hari ke 5 dan jumlah fibroblas, diketahui terdapat sejumlah
7 (Kalangi, 2004). fibroblas yang menandakan luka telah
Hasil pengamatan rata - rata diameter memasuki fase prolifersi. Fibroblas tampak
luka bakar dan keberadaan fibroblas berbentuk fusiformis yang memanjang
menunjukkan krim ekstrak batang dan daun seperti sel otot polos diantara serabut-
suruhan mempercepat proses serabut jaringan, tonjolan-tonjolan
penyembuhan luka khususnya pada fase sitoplasma yang tidak teratur, dan inti bulat
inflamasi dan proliferasi dibanding kontrol telur. Sel – sel fibroblas pada kontrol negatif
negatif. Grafik diameter rata – rata luka (gambar a) terlihat lebih sedikit dibandingkan
setiap perlakuan (Gambar 2), terlihat kontrol dengan gambar b. hal ini berarti sel – sel
negatif memiliki diameter yang paling besar fibroblas pada hari ke 5 (gambar a)
terutama pada hari ke 1 (2.72cm) dibanding mengalami peningkatan pada hari ke 20
dua kelompok lainnya. Diameter luka bakar (gambar b) (gambar 4.3, a dan b). Dengan
kontrol negatif terus menurun dengan lambat melihat perbandingan gambar c dan d,
dari 2.71cm (hari ke1) menjadi 2.01 (hari ke diketahui jumlah fibroblas pada kelompok
20). Pada kelompok krim ekstrak batang dan perlakuan krim ekstrak batang dan daun
daun suruhan (Peperomia pellucida L.H.B.K) suruhan mengalami penurunan (gambar 4.3,
dan kelompok kontrol positif, diameter luka c dan d), terlihat sel – sel fibroblas hari ke 5
terlihat tidak berbeda signifikan yaitu pada (gambar c) lebih banyak dibandingkan hari
hari ke 1 masing – masing 2.28 cm dan 2.30 ke 20 (gambar d).
cm terus menurun pada hari ke 20 menjadi Data rerata diameter luka bakar (tabel
1.56 cm dan 1.54 cm. 4.1) dianalisis dengan uji ANOVA (tabel 2),
diketahui nilai anova 0.048 <0.05, sehingga memulai fase fibroplasia (fase proliferasi).
H1 diterima yang berarti terdapat pengaruh Keberadaan fibroblas menjadi indikator
pemberian krim ekstrak batang dan daun aktifitas penyembuhan luka bakar sedang
suruhan (Peperomia pellucida L.H.B.K) berlangsung. Penumpukan fibroblas dimulai
dalam proses penyembuhan luka bakar kira-kira hari 3-4 (Li et al. 2007) sama
pada tikus putih (Rattus norvegicus). Krim dengan dimulainya fase proliferase pada
ekstrak batang dan daun suruhan hari ke 3. Sekresi kolagen tipe III oleh
berpengaruh dalam proses penyembuhan fibroblas maksimal antara hari ke 5 dan 7
luka bakar karena mengandung senyawa (Kalangi, 2004). Hasil penelitian
antioksidan yaitu flavonoid, tanin, saponin, menunjukkan terdapat fibroblas pada luka
steroid dan triterpenoid yang mampu dihari ke 5 dan 20 (tabel 4 dan gambar 2)
mencegah infeksi dan mempercepat dan diameter luka hari ke 1 berkurang
penyembuhan luka. signifikan pada hari ke 5 (tabel 4.1) yang
Hasil uji lanjutan LSD menunjukkan menandakan penyembuhan luka telah
bioplacenton® tidak memiliki perbedaan berada dalam fase proliferasi.
bermakna dengan kelompok perlakuan yang Pada fase proliferasi terjadi aktivitas
diberikan krim ekstrak batang dan daun seluler seperti angiogenesis, fibroplasia
suruhan (sig. 0.959>0.05) sehingga dapat (deposit kolagen dan pembentukan jaringan
disimpulkan bahwa hampir terdapat granulasi), epitelisasi, dan kontraksi luka
kesetaraan efektifitas antara krim ekstrak (Nayak et al., 2007). Neovaskularisasi
batang dan daun suruhan dan dimulai hari ke 3-4 setelah terjadi luka (Li et
bioplacenton®. Bioplacenton® digunakan al., 2007). Angiogenesis adalah proses
dalam penelitian ini sebagai kontrol positif pertumbuhan pembuluh darah baru yang
memiliki efek penyembuhan luka bakar disebut neovaskularisasi yang dipengaruhi
karena mengandung placenta extract dan growth factor seperti FGF dan VEGF, terjadi
neomycin sulfate. Placenta extract berperan bersamaan dengan fibroplasia dan saling
penting dalam regenerasi sel yang bergantung satu sama lain karena deposit
mempercepat proses penyembuhan luka kolagen dan matriks ekstraselular lainnya
dan neomycin sulfate berperan sebagai oleh fibroblas harus selalu mendapat
antibiotik yang mampu mencegah adanya oksigen agar proses metabolik dapat
infeksi bakteri pada luka bakar. berlangsung. Sel endotel akan bermigrasi ke
Penelitian oleh Oloyede (2011), daun dasar luka, berproliferasi, dan membentuk
suruhan memiliki aktifitas antimikroba yang pembuluh darah baru. Pertumbuhan kapiler
mampu menghambat bakteri baru pada daerah yang berdekatan dengan
Staphylococcus aerus yang sering luka berupa tunas - tunas yang terbentuk
menginfeksi luka. Kandungan Tanin dan dari pembuluh darah dan akan berkembang
flavonoid dapat menghambat bahkan menjadi percabangan baru pada jaringan
membunuh bakteri yang menginfeksi luka. luka (Singer & Clark, 1999).
Flavonoid bekerja dengan merusak Pada tahap fibroplasia, luka dipenuhi
permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom fibroblas, dan kolagen, membentuk jaringan
dan lisosom sebagai hasil dari interaksi berwarna kemerahan dengan permukaan
antara flavonoid dengan DNA bakteri, yang berbenjol halus yang disebut jaringan
melepaskan energi tranduksi terhadap granulasi. Fibroblas dipinggir luka
membran sitoplasma bakteri serta berproliferasi kira-kira hari ke 4. Fibroblas
menghambat motilitas bakteri (Robinson, berfungsi mensintesis matriks ekstraseluler
1995 dalam Mappa, 2013). Flavonoid seperti serabut kolagen. Proliferasi fibroblas
sebagai antioksidan kuat berperan melawan diatur dan dirangsang oleh epidermal growth
ROS dengan membuat inaktif radikal bebas factor (EGF), FGF dan akan berubah
dan meningkatkan fungsi dari antioksidan fenotipnya secara bertahap menjadi
endogen, memperbesar level enzim profibrotic phenotype yang berfungsi untuk
antioksidan dalam jaringan granulasi sintesa protein. Fibroblas akan mensintesis
(Thakur et al., 2011). Apabila proses kolagen tipe III dan juga berubah fenotipnya
penyembuhan berjalan normal, makrofag menjadi myofibroblast yang berperan pada
didaerah luka pada fase inflamasi akan kontraksi luka karena kemampuannya untuk
menarik fibroblas kedaerah luka dan meluas dan menarik (Li et al., 2007).
Pada fase proliferasi juga terjadi proses penyembuhan luka bakar yang lebih baik
epitelisasi untuk mengembalikan jaringan dan lebih cepat dibandingkan kelompok
kulit yang rusak. Faktor yang terlibat adalah kontrol negatif. Sedangkan antara
migrasi keratinosit pada jaringan luka, kelompok kontrol positif dan kelompok
proliferasi keratinosit menjadi epidermis krim ekstrak batang dan daun suruhan
yang berlapis-lapis, dan mengembalikan (Peperomia pellucida L.H.B.K) tidak
basement membrane zone (BMZ) menjadi terdapat perbedaan signifikan dalam
utuh yang menghubungkan epidermis dan proses penyembuhan luka bakar.
dermis (Li et al., 2007), dipengaruhi oleh
Epidermal growth factor (EGF), keratinocyte
growth factor (KGF), dan transforming DAFTAR PUSTAKA
growth factor alpha (TGF-α) (Ambiyani, Agus, G. 2008. Penggunaan Mencit dan
2013). Epitel tepi luka yang terdiri dari sel Tikus sebagai Hewan Model Penelitian.
basal terlepas dari dasarnya dan berpindah Bogor. Fakultas Peternakan, Institut
mengisi permukaan luka. Tempatnya Pertanian Bogor.
kemudian diisi oleh sel baru yang terbentuk Agoes, Goeswin. 2013. Pengembangan
dari proses mitosis (Wijaya, 2013). Fase Sediaan Farmasi – Edisi Revisi dan
proliferasi akan memudar dan kemudian Perluasan (2). Bandung: Penerbit ITB
berhenti setelah epitel saling menyentuh dan Alwy, A. 2012. Uji aktifitas penyembuhan
menutup seluruh permukaan luka. Dengan luka bakar ekstrak methanol daun kayu
tertutupnya permukaan luka, proses colok (Samanea saman) dalam bentuk
fibroplasia dengan pembentukan jaringan sediaan krim. Skripsi. Makassar:
granulasi juga akan berhenti dan mulailah Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
proses pematangan dalam fase penyudahan Islam negeri alaudin Makassar.
(remodelling) untuk penyerapan kembali Ambiyani, W. 2013. Pemberian salep
jaringan yang berlebih, pengerutan dan ekstrak daun mengkudu (Morinda
pembentukan kembali jaringan yang baru citrifolia L) meningkatkan proses
(Wijaya, 2013), dan menormalkan kembali regenerasi jaringan luka pada tikus putih
struktur dan fungsi kulit selama proses galur wistar (Rattus norvegicus) jantan.
penyembuhan. Tesis. Denpasar: Program Magister
Secara keseluruhan, Krim ekstrak Program Studi Ilmu Biomedik Program
batang dan daun suruhan (Peperomia Pascasarjana Universitas Udayana.
pellucida L.H.B.K) memiliki efek yang baik Anief, M. 1994. Farmasetika. Yogyakarta:
atau berpengaruh dalam proses Gajah Mada University Press
penyembuhan luka bakar derajat IIb pada Anief, M. 1997a. Ilmu Meracik Obat.
kulit tikus putih (Rattus norvegicus) Yogyakarta: Gajah Mada University
dibandingkan kelompok kontrol negatif dan Press.
memiliki efektivitas dalam proses Anief, M. 1997b. Formulasi Obat Topikal
penyembuhan yang hampir setara dengan Dengan Dasar Penyakit Kulit.
kontrol positif (bioplacenton®). Yogyakarta: Gajah Mada University
Press
Ansel HC.1989. Pengantar Bentuk Sediaan
SIMPULAN Farmasi. Edisi 4. Jakarta: UI Press.
1. Pemberian krim ekstrak batang dan daun Ardiyanto, D. 2009. Uji Aktifitas Krim Ekstrak
suruhan (Peperomia pellucida L.H.B.K) Daun Binahong (Anredera cordifolia)
berpengaruh dalam proses sebagai Penyembuh Luka Bakar pada
penyembuhan luka bakar derajat IIb pada Kulit Punggung Kelinci. Skripsi.
tikus putih (Rattus norvegicus). Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas
2. Terdapat perbedaan signifikan proses Muhammadiyah Surakarta.
penyembuhan luka bakar antara kontrol Arrigoniblank MF, Dmitrieva EG, Franzotti
negatif dengan kelompok perlakuan krim EM, Antoiolli AR, Andrade MR,
ekstrak batang dan daun suruhan begitu Marchioro M. 2004. Antiinflammatory
pula kontrol negatif dengan kontrol positif. and analgesic activity of Peperomia
Kelompok perlakuan krim ekstrak batang pellucida (L.) HBK (Piperaceae). J
dan daun suruhan memiliki proses Ethnopharmacol. Vol. 91 No. 215-218.