You are on page 1of 9

OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

SKEMA PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


NON-KONVENSIONAL DI KOTA SEMARANG
A Artiningsih, N.C. Putri, M. Muktiali, S Ma’rif
Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.
Jalan Prof. H. Soedarto S.H, Kec. Tembalang, Kota Semarang

Jurnal Riptek Abstract.


Volume 13 No. 2 (92 – 100) The National government of Indonesia is trying to improve the economy and competi-
Tersedia online di: tiveness by accelerating infrastructure development. To support this target, local gov-
http://riptek.semarangkota.go.id ernments need to provide infrastructure according to their authority as stated in UU
23/2014. However, local governments has financial limitations, so they need to be
Info Artikel: innovative and provide infrastructure efficiently. One of the innovation is utilizing a non
Diterima: 2 September 2019 -conventional financing. It is commonly known as non-government financing by engag-
Direvisi: 12 Oktober 2019 ing public or private sector on infrastructure development. This paper propose the non-
Disetujui: 10 Desember 2019 conventional financing scheme in the city of Semarang. This research used qualitative
Tersedia online: 20 Desember 2019 analysis. In-depth interviews with selected agencies represented the authority of infra-
structure provision purposively. It followed by Focus Group Discussion which engages
Kata Kunci: the private and public agencies. Content analysis conducted to identify the need of
Infrastructure Financing; Non- infrastructure and existing actions which has held to overcome development financing
conventional Financing; Semarang problems. Best practices on other cities give opportunity of utilizing non-conventional
City financing. This research reveal with non-conventional financing scheme. It is offering
the alternative of infrastructure development in the city of Semarang base on some
Korespondensi penulis: criteria, such as economic and financial feasibilities, financing typology and capacity.
artiningsih@pwk.undip.ac.id

Cara mengutip:
Artiningsih, A; Putri, N C; Muktiali, M; Ma’rif, S. 2019. Skema Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Non-Konvensinal
di Kota Semarang. Jurnal Riptek. Vol. 13 (2): 92-100

PENDAHULUAN tetapi juga pemerintah daerah sesuai dengan


Ketersediaan infrastruktur menjadi elemen utama pembagian wewenang yang tercantum pada UU
pertumbuhan dan perkembangan kota-kota di dunia. Nomor 23 Tahun 2014. Namun hal ini tidak mudah
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) dilaksanakan. Salah satu hambatannya adalah
menjadikan infrastruktur sebagai indikator penentu keterbatasan anggaran.
keberlanjutan kawasan perkotaan. Beberapa tujuan
membahas secara eksplisit mengenai pentingnya Sebagai kota metropolitan di Indonesia, Kota
infrastruktur dalam mewujudkan kota yang Semarang mengalami peningkatan pertumbuhan
berkelanjutan yaitu tujuan ke Sembilan, yakni penduduk. Pada tahun 2012-2016, pertumbuhan
industry, innovation and infrastructure. Tujuan tersebut penduduk Kota Semarang naik sebesar 2,8% (BPS,
meyakini bahwa adanya peningkatan kebutuhan 2018). Hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah
infrastruktur untuk membangun jaringan atau karena berdampak pada lonjakan kebutuhan dan
konektivitas, khususnya di negara-negara pelayanan infrastruktur.
berkembang.
Secara finansial, struktur pendapatan Kota Semarang
Infrastruktur berperan penting dalam peningkatan mencapai Rp.4.749.249.080.000. Angka tersebut
dan pemerataan ekonomi sehingga penyediaanya mungkin terlihat cukup besar dibandingkan dengan
haruslah efisien, efektif dan berkelanjutan (Chen & kota-kota yang ada di Indonesia. Namun anggaran
Bartle, 2017). Terlebih lagi, kebutuhan akan tersebut belum mampu memenuhi seluruh
infrastruktur terus meningkat seiring dengan kebutuhan pembiayaan infrastruktur di Kota
bertambahnya populasi penduduk. Secara normatif, Semarang. Selain itu, pemerintah daerah juga perlu
pemerintah perlu melakukan antisipasi terhadap memprioritaskan sektor pendidikan dan kesehatan
lonjakan permintaan infrastruktur yang sangat besar dalam pengalokasian anggaran. UU Nomor 20
di masa yang akan datang. Saat ini pemerintah Tahun 2003 menyatakan besaran alokasi minimal
Indonesia gencar melaksanakan percepatan anggaran wajib pendidikan sebesar 20% dari total
pembangunan infrastruktur. Program ini tidak hanya APBD. Adapun sektor kesehatan sesuai UU Nomor
menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, akan 36 Tahun 2009 mendapatkan alokasi minimal 10%

A Artiningsih, N C Putri, M Muktiali, S Ma’rif/Jurnal Riptek Vol 13 No 2 (92 – 100) 92


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

dari keseluruhan total APBD. pembiayaan non-pemerintah dapat bersumber dari


badan usaha atau swasta, masyarakat, LSM maupun
Menjawab permasalahan tersebut, pemerintah perlu sumber-sumber filantropi. Pembiayaan infrastruktur
berfikir kreatif untuk menyediakan infrastruktur non-konvensional sudah diterapkan di berbagai
dengan tepat, efisien serta memberi nilai manfaat negara, untuk mengatasi keterbatasan penyediaan
yang besar. Salah satu inovasi yang dapat dilakukan infrastruktur akibat kurangnya sumber daya finansial,
ialah menerapkan instrumen pembiayaan sumber daya manusia dan sumber daya pendukung
infrastruktur non-konvensional. Instrumen ini lainnya. Begitu juga di Indonesia, instrumen
merupakan model kerjasama pemerintah dengan pembiayaan infrastruktur non-konvensional sudah
pihak non-pemerintah untuk menyediakan pernah dilaksanakan dengan metode pelaksanaan
infrastruktur. Melalui model kerjasama ini yang berbeda-beda.
diharapkan tercipta kolaborasi antar stakeholder
yang mengatur pembagian risiko dan keuntungan Pembiayaan infrastruktur non-konvensional terdiri
proyek penyediaan infrastruktur. Keterlibatan dari tiga jenis instrumen keuangan (Hirawan, 1995).
banyak pihak secara inklusif menjadi salah satu Skema tersebut ialah Pendapatan, Hutang, dan
perwujudan TPB lainnya yakni pada tujuan ke 11 Kekayaan. Instrumen tersebut terdiri dari skema-
yakni Sustainable Cities and Communities. skema pembiayaan. Penjelasan terperinci mengenai
instrumen pembiayaan non-pemerintah dapat dilihat
Kajian ini bertujuan untuk membangun skema pada Tabel 1.
pembiayaan infrastruktur non-pemerintah di Kota
Semarang yang memanfaatkan berbagai alternatif Permasalahan Penyediaan Infrastruktur di
tipologi pembiayaan. Kota Semarang. Penyediaan infrastruktur
Kabupaten atau Kota merupakan bentuk
METODE ANALISIS desentralisasi yang diturunkan menjadi kewenangan
Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif. Analisis pemerintah daerah yang diatur dalam Undang-
konten digunakan untuk menemukenali Undang Nomor 23 Tahun 2014. Undang-Undang
permasalahan terkait dengan pembiayaan, tahapan tersebut mengatur pembagian peran dan
pelaksanaan maupun tata kelola penyediaan kewenangan antara pemerintah pusat, provinsi dan
infrastruktur di Kota Semarang. Teknik daerah berdasarkan urusan pelaksanaan. Urusan
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara pelaksanaan dilaksanakan oleh OPD pada tangkat
mendalam dan Focus Group Discussion (FGD). Sampel pemerintahan sesuai dengan tugas pokok dan
wawancara dipilih secara purposif, mencakup fungsinya. Untuk menjalankan setiap kegiatan, OPD
sembilan lembaga dari Organisasi Perangkat Daerah memerlukan sejumlah dana dimulai dari
(OPD) dan Badan Layanan Umum (BLU) di Kota perencanaan, pelaksanaan hingga operasionalnya.
Semarang. Pengalokasian anggaran dibagi sesuai dengan skala
prioritas program yang mengacu pada RPJMD dan
Pihak swasta dari 7 lembaga non-pemerintah yang RKPD tahun berkenaan.
berlatar belakang BUMN, BUMD dan pengembang
perumahan dipertemukan dalam FGD bersama Kota Semarang tengah mengantisipasi kebutuhan
dengan 14 OPD Kota Semarang yang menangani layanan infrastruktur dimasa depan melalui
infrastruktur fisik dan non fisik. FGD menggali percepatan pembangunan yang masif dan merata.
informasi peluang penyediaan infrastruktur secara Akan tetapi, upaya tersebut belum berjalan dengan
inklusif melalui pemanfaatan anggaran non maksimal akibat kendala-kendala teknis dan non-
pemerintah. teknis. Kendala tersebut dipicu dari kurangnya
ketersediaan anggaran pemerintah daerah untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN meyediakan kebutuhan infrastruktur. Alhasil,
Instrumen Pembiayaan Infrastruktur Non- terdapat proyek-proyek infrastruktur yang
Konvensional. Pembiayaan infrastruktur terbagi terhambat pelaksanaannya akibat adanya
menjadi dua jenis menurut sumber pendanaannya, pengurangan anggaran melalui mekanisme
antara lain adalah pembiayaan konvensional dan rasionalisasi anggaran. Contohnya penyediaan feeder
pembiayaan non-konvensional. Pembiayaan BRT Trans Semarang yang baru dapat dianggarkan
konvensional merupakan pembiayaan infrastruktur sebanyak 22 unit, padahal dalam kajian pelayanannya
yang bersumber dari anggaran pemerintah. dibutuhkan 55 unit feeder untuk mendukung
Pembiayaan non-konvensional merupakan operasional BRT Trans Semarang. Kendala ini
pembiayaan infrastruktur yang bersumber dari banyak ditemui pada OPD yang memiliki
anggaran non-pemerintah. Sumber anggaran kewenangan pembangunan infrastruktur fisik. Selain

93 A Artiningsih, N C Putri, M Muktiali, S Ma’rif/Jurnal Riptek Vol 13 No 2 (92 – 100)


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

Tabel 1. Instrumen Pembiayaan Infrastruktur Non-Pemerintah

Instrumen
Instrumen Pelaku Keterangan
Keuangan
Tagihan modal yang ditujukan untuk menutupi atau membiayai
Betterment Levies Pemerintah
biaya modal dari investasi prasarana.
Pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh swasta sebagai
Development Impact
Swasta kompensasi dampak yang ditimbulkan dari adanya pembangunan
Fees
Pendapatan baru.
Kebijaksanaan pertanahan mengenai penataan kembali penguasaan
dan penggunaan tanah serta usaha pengadaan tanah untuk
Land Readjustment Pemerintah dan Swasta kepentingan pembangunan, untuk meningkatkan kualitas lingkungan
dan pemeliharaan sumberdaya alam dengan melibatkan partisipasi
aktif masyarakat.
Sumber pendanaan non APBD untuk menutupi kukurangan kas
Pinjaman Daerah Pemeintah dan swasta daerah dengan kewajiban pengembalian dalam jangka waktu
tertentu
Bentuk pinjaman oleh pemerintah maupun perusahaan daerah
Obligasi Pemerintah
untuk membiayai investasi prasarana.
Pungutan yang dikenakan pada developer dalam rangka
Development
Swasta pembangunan prasarana dalam lingkungan kawasan pembangunan
Exactions
sebagai syarat sebelum pembangunan dimulai.
Hutang
Pembiayaan infrastruktur yang biasanya digunakan untuk
membangun kembali daerah kumuh dengan memberikan sebagian
Excess Condemnation Pemerintah dan Swasta
lahan kepada developer untuk kebutuhan komersial dan sisanya
digunakan untuk membangun prasarana.
Penyediaan infrastruktur sejenis yang dibebankan oleh swasta
sebagai persetujuan pembangunan sarana/prasarana komersial.
Linkage Pemerintah dan Swasta
Contoh: penyediaan rumah sederhana oleh swasta sebagai
kompensasi diberikan izin membangun perumahan mewah
Manajemen aset daerah, seperti inventarisasi lahan, gedung dan
aset tidak produktif untuk digunakan dalam pembangunan
Manajemen Aset Pemerintah
infrastruktur atau dijual/disewakan untuk membiayai pembangunan
infrastruktur.

Kerjasama antara pemerintah dan swasta dimana pembagian peran


Join Venture Pemerintah dan Swasta
antar keduanya seimbang.

Bentuk KPBU dimana terdapat pembayaran berkala oleh


pemerintah kepada badan usaha atas tersedianya layanan
KPBU-AP Pemerintah dan Swasta
infrastruktur sesuai dengan kriteria yang ditentukan dalam
perjanjian KPBU

Bentuk KPBU dengan dukungan pemerintah dalam bentuk


Kekayaan
KPBU-VGF Pemerintah dan swasta kontribusi biaya konstruksi yang diberikan secara tunai yang
bertujuan meningkatkan kelayakan finansial
KPBU-Penjaminan Bentuk KPBU dimana swasta berperan sebagai pelaksana proyek
Pemerintah dan swasta
pemerintah dan pemerintah sebagai penjamin.

KPBU- Sebagian Bentuk KPBU dimana terdapat pembagian peran antara pemerintah
Pemerintah dan swasta
Kontruksi dan swasta dalam pembiayaan kontruksi.

KPBU yang secara khusus dibentuk untuk memenuhi kebutuhan


KPBU-Esco Swasta pembiayaan infrastruktur dalam rangka efisiensi energi yang di
prakarsai oleh badan usaha

Skema pembiayaan yang bertujuan untuk mempercepat pembiayaan


PINA Swasta
melalui investasi swasta untuk proyek strategis nasional

Bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap terhadap pendidikan,


CSR Swasta
perekonomian dan kesejahteraan rakyat sekitar

Lainnya
Bentuk tindakan sukarela, kedemawanan, atau donasi untuk
Masyarakat, organisasi
Filantropi membantu kepentingan publik tanpa mengharapkan keuntungan
masyarakat, badan usaha
atau imbalan khusus

A Artiningsih, N C Putri, M Muktiali, S Ma’rif/Jurnal Riptek Vol 13 No 2 (92 – 100) 94


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

itu kemampuan fiskal Kota Semarang saat ini


cenderung mengalami penurunan. Hal ini juga yang
mempengaruhi besaran alokasi anggaran di setiap
Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Kemampuan
anggaran pemerintah daerah dalam pembangunan
infrastruktur publik berdasarkan hasil wawancara
dari sembilan sampel OPD dapat dilihat pada Tabel
2.

Berdasarkan temuan di atas, terdapat dua OPD yang


tidak mengalami kendala anggaran yang cukup
berarti. OPD tersebut adalah Dinas Komunikasi,
Informasi, Statistik dan Persandian (Diskominfo) dan 2
Dinas Kesehatan Kota Semarang. Kedua OPD ini
beranggapan bahwa alokasi anggaran pemerintah
tidak mempengaruhi kinerja pelaksanaan
kewenangan mereka. Khususnya Diskominfo
menyebutkan bahwa anggaran mereka pada tahun
2018 diturunkan akibat adanya sisa anggaran. Selain
itu baik Diskominfo dan Dinas Kesehatan
menyatakan bahwa, jika ada kendala anggaran
mereka dapat mengajukan anggaran perubahan di
pertengahan tahun berkenaan. Berbanding terbalik
dengan kondisi yang terjadi pada OPD dengan
kewenangan penyediaan infrastruktur fisik, seperti
Dinas Pekerjaan Umum (DPU), Dinas Perumahan
dan Permukiman (Disperkim), Dinas Perhubungan, 3
Dinas Penataan Ruang (Distaru), dan sebagainya.
OPD-OPD tersebut menyatakan bahwa, 1. Kemampuan Pendapatan Daeah dalam Pembiayaan Program
rasionalisasi anggaran tidak sesuai dengan rencana Fisik;
2. Kemampuan Pendapatan Daerah dalam Pembiayaan Program
anggaran usulan dan kebutuhan infrastruktur Kota Non Fisik;
Semarang, sehingga penyediaan infrastruktur 3. Kemampuan Pendapatan Daerah dalam Pembiayaan
maupun kewenangan lain mengalami hambatan. Keseluruhan Program usulan Kota Semarang Sementara

Permasalahan kurangnya ketersediaan anggaran Gambar 1. Proyeksi Kemampuan


pemerintah Kota Semarang, dapat dilihat juga Pendapatan Daerah Kota Semarang 2020
melalui pendekatan selisih anggaran (financing gap)
antara ketersediaan anggaran dengan kebutuhan Peluang Pembiayaan Infrastruktur Non-
infrastruktur fisik dan non-fisik di Kota Semarang. Pemerintah. Kondisi keterbatasan anggaran
Pendekatan ini menggunakan proyeksi struktur pemerintah Kota Semarang untuk membiayai
pendapatan APBD Kota Semarang pada Tahun 2020 proyek infrastruktur perlu didukung dengan adanya
dibandingkan dengan usulan kebutuhan anggaran sumber pembiayaan dan pendanaan lain yang berasal
Kota Semarang pada Tahun 2020 (lihat Gambar 1). dari luar anggaran pemerintah. Pembiayaan
infrastruktur non-konvensional dapat menjadi
peluang pelaksanaan percepatan proyek
infrastruktur di Kota Semarang. Disadari atau tidak,
Kota Semarang sudah menerapkan instrumen
pembiayaan non-pemerintah untuk pembangunan
infrastruktur diantaranya :

KPBU (Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha)


pada proyek infrastruktur SPAM Semarang Barat
dan PLTSa Jatibarang. Saat ini pelaksanaan SPAM
Semarang Barat sudah memasuki masa konstruksi,
sedangkan PLTSa Jatibarang telah masuk tahap
1 penyiapan. Adapun rencana penggunaan skema

95 A Artiningsih, N C Putri, M Muktiali, S Ma’rif/Jurnal Riptek Vol 13 No 2 (92 – 100)


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

Tabel 2. Instrumen Pembiayaan Infrastruktur Non-Pemerintah

Tren Alokasi Kemampuan


OPD anggaran Temuan Alokasi
2016 – 2019 Anggaran
Penurunan anggaran yang terjadi terus menerus dan cukup signifikan yakni nilai
anggaran pada tahun 2018 sejumlah 600 M, 2019 sejumlah 400 M. Akan tetapi
alokasi anggaran DPU masih terbesar dari pada alokasi anggaran OPD lain di
Kota Semarang.
Penggabungan dua dinas yakni Bina Marga dan PSDA pada 2017 tidak serta
merta terjadi penggabungan jumlah anggaran. Anggaran DPU justru menurun.
Masih banyak program yang belum dapat dilaksanakan secara maksimal seperti
pembebasan lahan Semarang Outer Ring Road, pembangunan Semarang Middle
Ring Road dan kegiatan – kegiatan yang terkait dengan pengendalian banjir
Dinas Pekerjaan Tidak
Menurun dengan nilai pembiayaan yang besar.
Umum Terpenuhi
Direncanakan pada tahun 2020 alokasi anggaran untuk DPU sebesar 200 M
dengan beban pelaksanaan tupoksi bernilai anggaran yang besar, seperti
lanjutan pembebasan lahan SORR, pembebasan lahan SMRR Srondol – Sekaran,
penyediaan ducting segitiga emas, pembangunan jembatan, normalisasi sungai
dan pembuatan kolam retensi.
DPU menjadi pelaksana program Walikota seperti Semarang Bridge Fountain,
dan pada 2020 akan melaksanakan pembangunan Travelator.
Penyediaan pompa dibantu oleh Pemerintah Kemeterian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat dengan nilai biaya sebesar 200 M per unit.
Anggaran BLU Trans Semarang masih bergabung dengan anggaran Dishub.
Anggaran Dishub 70% dialokasikan untuk BRT Trans Semarang.
Usulan anggaran semula sekitar 234M dan yang kemudian dialokasikan sekitar
Dinas 197 M.
Perhubungan Terdapat kegiatan yang tidak dapat dipenuhi secara maksimal, seperti Tidak
Meningkat
dan BRT Trans perambuan dan marka. Terpenuhi
Semarang Meskipun anggaran BRT Trans Semarang sudah mendapatkan alokasi 70% akan
tetapi kebutuhan feeder belum mencukupi sesuai kebutuhannya. Berdasarkan
kajian kebutuhan feeder sebanyak 44 unit, akan tetapi hanya bisa disdiakan 22
unit sesuai dengan kemampuan anggaran.
Usulan anggaran 2019 Disperkim sebesar 280 M, namun realisasi anggarannya
Dinas
sebesar 234 M. Tidak
Perumahan dan Fluktuatif
Disperkim mengajukan bantuan dari pemerintah pusat dan provinsi pada Terpenuhi
Permukiman
kegiatan dibidang perkim dan NUSP.
Dinas Penataan Usulan anggaran 400 M dan yang direalisasikan 320 M. program yang bisa Tidak
Fluktuatif
Ruang diakomodasi sekitar 75%. Terpenuhi
Terdapat kendala keuangan pada kegiatan bank sampah, yang dahulu dibiayai
oleh APBD saat ini dibantu oleh DAK.
Pengadaan truk sampah juga menjadi kendala keuangan karena memerlukan
pembiayaan yang besar.
Dinas Pengajuan untuk pengelolaan jatibarang antara lain pengadaan alat berat dan
Tidak
Lingkungan Fluktuatif pembuatan pagar keliling, sehingga usulan lain ditunda karena ada keterbatasan
Terpenuhi
Hidup anggaran.
Penganggaran biaya bahan bakar truk pengangkut sampah terbilang cukup
besar.
Pengajuan penyediaan AQMS (Air Quality Monitoring System) oleh KLHK à telah
berupaya mengajukan bantuan keuangan provinsi namun tidak bisa.
Dinas Penurunan anggaran Diskominfo dikarenakan adanya sisa anggaran pada tahun
Komunikasi, 2017.
Informasi, Menurun Penurunan anggaran tidak menurunkan kinerja pelayanan Diskominfo. Terpenuhi
Statistik dan Adanya komunikasi yang baik antara swasta dengan Diskominfo terkait dengan
Persandian pengadaan barang yang bersumber dari dana CSR.
Anggaran yang dialokasikan untuk non-fisik dapat dikatakan terpenuhi dan
Dinas sebagian besar digunakan untuk membiayai pegawai non – ASN. Tidak
Meningkat
Pendidikan Anggaran yang dialokasikan untuk fisik tidak memenuhi usulan yang diajukan Terpenuhi
(Pada tahun 2019 usulan Disdik 292 M menjadi 57 Milyar).
Tidak ada masalah yang cukup berarti, karena pelayanan kesehatan merupakan
Dinas
Meningkat pelayanan wajib. Terpenuhi
Kesehatan
Program rehab atau pembangunan puskesmas dialihkan ke OPD lain (Distaru).
Program BPBD mayoritas berupa capacity building pada masa pra-, tanggap-,
dan pasca- bencana.
Masih diperlukan pembentukan KSB sebanyak 18 kelompok. Tidak
BPBD Fluktuatif
Handayani, dkk (2019) menyatakan bahwa anggaran yang dialokasikan ke Terpenuhi
BPBD berkaitan dengan mitigasi bencana hanya mendapatkan 1% dari
keseluruhan anggaran untuk mitigasi bencana.

A Artiningsih, N C Putri, M Muktiali, S Ma’rif/Jurnal Riptek Vol 13 No 2 (92 – 100) 96


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

KPBU lain pada proyek LRT. KPBU terdiri dari diterapkan di Kota Semarang.
empat jenis skema, antara lain KPBU dengan VGF,
KPBU-AP, KPBU sebagian konstruksi dan KPBU Pinjaman daerah dan Obligasi: Pinjaman daerah
sebagai penjamin. Pemilihan dan pengajuan skema diatur dalam Pinjaman daerah diatur dalam PP
KPBU dilihat dari berbagai aspek, khususnya melihat Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah.
kemampuan fiskal anggaran daerah. Di Kota Pinjaman daerah dapat besumber dari Pemerintah
Semarang Proyek SPAM Semarang Barat Pusat (Pinjaman dalam Negeri maupun Pinjaman
menggunakan skema VGF (Viability Gap Fund) yang Luar Negeri), Pemerintah Daerah lain, Lembaga
didalamnya ada penyertaan modal dari pemerintah, Keuangan Bank, Lembaga Keuangan Bukan Bank,
sehinggga swasta yang terlibat akan lebih efisien serta masyarakat. Pinjaman daerah terdiri dari tiga
melaksanakan proyek dan mendapatkan keuntungan. jenis antara lain pinjaman jangka pendek, pinjaman
PLTSa Jatibarang menggunakan skema KPBU–AP jangka menengah dan pinjaman jangka panjang.
(Availability Payment) yang dalam pelaksanaannya Pinjaman jangka pendek memiliki jangka waktu
pemerintah daerah wajib membayarkan sejumlah pelaksanaan satu tahun. Biasanya pinjaman jangka
pembiayaan tiap tahun kepada swasta yang pendek bertujuan untuk menutup kekuarangan arus
menjalankan proyek infrastruktur. kas. Pinjaman jangka menengah biasanya
dilaksanakan dalam satu tahun anggaran (5 tahun)
CSR dan Filantropi; Kota Semarang telah cukup yang bertujuan untuk membiayai infrastruktur non-
banyak memanfaatkan sumber pembiayaan melalui profit. Sedangakan pinjaman jangka Panjang
mekanisme CSR, seperti pembangunan panggung merupakan pinjaman dalam jangka waktu lebih dari
utama Taman Indonesia Kaya (PT. Djarum satu tahun anggaran yang bertujuan untuk
Foundation), pengadaan bus pariwisata (CIMB Niaga membiayai investasi infrastruktur yang menghasilkan
dan Djarum Foundation), dan pengembangan penerimaan dan memberikan manfaat ekonomi,
destinasi wisata berbasis masyarakat seperti lingkungan dan sosial. Pemerintah Kota Semarang
kampung tematik. Besaran anggaran CSR ini memiliki jejaring kerjasama yang cukup baik untuk
umumnya tidak begitu besar karena tujuan utama menerapkan instrumen pembiayaan ini untuk
kegiatan CSR ialah untuk meningkatkan citra melaksanakan pembangunan infrastruktur.
perusahaan melalui kegiatan sosial yang langsung Pemerintah Kota Semarang memiliki hubungan yang
menyentuh masyarakat. Akan tetapi, kerjasama dan baik dengan PT. SMI (Sarana Multi Infrastruktur)
kolaborasi dengan CSR ini belum diwadahi dengan yang merupakan perusahaan pengawasan dan
maksimal melalui forum CSR. Di Indonesia, contoh penjamin infrastruktur yang saat ini dipercaya oleh
penerapan forum CSR yang telah berjalan berada di Kementerian Keuangan Republik Indonesia untuk
Jakarta, dimana pelaksanaannya di delegasikan mengawasi pelaksanaan KPBU di Indonesia. Apabila
kepada pihak non-pemerintah namun masih dalam pemerintah Kota Semarang ingin menerapkan jenis
pengawasan penuh pemerintah provinsi Jakarta. pembiayaan ini, maka beberapa hal perlu
Kota Semarang sejatinya memiliki potensi dipersiapkan secara matang, mulai dari kesiapan
pengembangan forum CSR, karena Kota Semarang fiskal, dokumen perencanaan dan sebagainya. Jenis
pernah membuat model forum CSR bertema Gerdu infrastruktur yang biasanya menggunakan instrumen
Kempling (Gerakan Terpadu Bidang Kesehatan, pinjaman daerah adalah infrastruktur yang bersifat
Ekonomi, Pendidikan, Infrastruktur dan Ekonomi) fisik dan menghasilkan pendapatan. Contohnya
pada tahun 2011 (Ma’rif, Sugiri, Waskitaningsih, & adalah pembangunan rumah sakit dan jalan tol.
Hayati, 2013). Model forum CSR ini berhasil
menurunkan angka kemiskinan sebesar 4%. Akan Jenis pinjaman daerah lain yakni penerbitan obligasi.
tetapi forum CSR ini tidak lagi berjalan dengan Obligasi merupakan pinjaman daerah jangka
maksimal. Apabila forum ini dihidupkan kembali, menengah maupun jangka panjang yang bersumber
maka dapat membantu Pemerintah Kota Semarang dari masyarakat. Pelaksanaan obligasi berupa
untuk menyediakan infrastruktur yang lebih merata pengeluaran surat utang yang diterbitkan oleh
dengan pembiayaan yang lebih efisien. pemerintah daerah dan tidak dijamin oleh
pemerintah pusat. Terdapat tiga jenis obligasi
Kerjasama pemerintah daerah Kota Semarang dapat antara lain 1) general obligation bonds (obligasi
diwujudkan dalam model instrumen pembiayaan umum) yaitu obligasi yang dijamin oleh penerimaan
lainnya. Beberapa instrumen pembiayaan non- pajak dan penerimaan umum lainnya; 2) revenue
konvensional sudah pernah diterapkan di Kota-Kota bond (obligasi pendapatan) yaitu obligasi yang
Besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya maupun dijamin oleh satu jenis penerimaan bukan pajak; dan
Medan. Berikut ini beberapa instrumen atau 3) double barrel bonds yang merupakan kombinasi
mekanisme pembiayaan infrastruktur yang dapat dari obligasi umum dan obligasi pendapatan.

97 A Artiningsih, N C Putri, M Muktiali, S Ma’rif/Jurnal Riptek Vol 13 No 2 (92 – 100)


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

Development Impact Fees (DIF); DIF belum pernah dilaksanakan dalam beberapa proyek
pernah diterapkan di Kota Semarang, akan tetapi infrastruktur, seperti pembangunan jalan tol
sudah pernah diterapkan di Kota Jakarta. Patimban, oleh JICA dan Bina Marga, serta proyek
Pelaksanaan DIF di Jakarta terbilang fenomenal dan pertambangan di Papua yang melibatkan BUMD
sukses, karena pembangunan dengan instrumen ini dengan Inalum.
tidak menggunakan anggaran APBD melainkan
sepenuhnya menggunakan dana non-pemerintah. Linkage; dapat diterapkan pada proyek
Proyek infrastruktur dengan metode ini ialah infrastruktur dengan nilai investasi sedang hingga
pembangunan jalan simpang susun semanggi. tinggi. Pada prinsipnya penerapan linkage adalah
Pembangunan ini dibangun atas kesepakatan dengan sebuah syarat perizinan proyek
kompensasi antara Pemerintah Provinsi Jakarta pembangunan dengan menyertakan infrastruktur
dengan PT Mitra Panca Persada sebagai izin sejenis yang bersifat publik dan menguntungkan
memperluas KLB. Mekanisme ini dapat digunakan secara ekonomi. Salah satu penerapan linkage
oleh pemerintah Kota Semarang untuk menertibkan diantaranya adalah pengembangan hunian seimbang
tata ruang sekaligus memberikan prasyarat dimana pengembang diwajibkan menyediakan
pembangunan dengan kesepakatan tertentu. perumahan sederhana dan menengah dalam sebuah
kawasan permukiman mewah.
Manajemen Aset; instrumen pembiayaan
manajemen aset sudah dikenal oleh pemerintah Adapun beberapa skema lainnya yang dapat
daerah maupun pusat sebagai bentuk efisiensi dan diterapkan pemerintah untuk menyediakan
optimalisasi aset agar menghasilkan nilai tambah infrastruktur, seperti betterment levies, development
berupa pendapatan daerah. Hasil pendapatan yang exaction, Excess Condemnation dan sebagainya. Akan
dihasilkan dari manajemen aset ini dapat digunakan tetapi, skema tersebut belum pernah dilaksanakan di
untuk melakukan pembangunan, perbaikan maupun Indonesia sehingga belum ada regulasi yang dapat
operasional infrastruktur yang relatif rendah. menjadi dasar penerapan skema ini. Apabila
Manjemen aset diatur dalam PP No. 27 Tahun 2014 pemerintah ingin menerapkan skema ini, maka perlu
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah. mempertimbangkan kondisi sosial, ekonomi dan
Bentuk manajemen aset dapat berbentuk sewa, politik didaerah yang dikembangkan.
pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, bangun guna
serah maupun penyediaan infrastruktur. Dari pertimbangan dan penjabaran diatas, strategi
pembiayaan infrastruktur non-pemerintah yang
PINA; PINA merupakan akronim dari Pembiayaan disesuaikan dengan pendekatan kelayakan finansial
Investasi Non-Anggaran Pemerintah yang bertujuan dan ekonomi oleh Kementerian Keuangan dapat
untuk menoptimalkan ketergantungan belanja dilihat paada Gambar 2.
anggaran belanja pemerintah pusat maupun daerah
sehingga swasta, BUMN dapat ikut serta dalam Gambar 2. Strategi Penyediaan Infrastruktur
pembangunan infrastruktur tanpa bantuan modal
dari pemerintah (PT SMI, 2017). Awalnya PINA
merupakan pengembangan dari skema PMN
(Penyertaan Modal Pemerintah) akan tetapi jika
pembangunan infrastruktur bergantung dengan
skema tersebut, maka akan menyulitkan pemerintah
dalam sisi anggaran. Pelaksanaan proyek
infrastruktur dengan skema ini sudah dilaksanakan
diberbagai lokasi di Indonesia. Hanya saja, kriteria
infrastruktur yang dibangun merupakan proyek
infrastruktur yang dapat menghasilkan pendapatan
dan keuntungan yang tinggi. Contohnya adalah
pembangunan jalan tol, pembangkit listrik, Berdasarkan kriteria penyediaan infrastruktur di
penyediaan air minum dan sebagainya. atas, disusun skema pembiayaan infrastruktur non-
pemerintah disesuaikan dengan besaran investasi
Join Venture; Join venture biasanya diterapkan pada yang harus dikeluarkan untuk pembiayaan
proyek dengan nilai investasi serta memiliki nilai infrastruktur (lihat Tabel 3).
manfaat finansial yang tinggi, karena pada dasarnya
skema join venture ini melibatkan banyak Sebagian besar instrumen pembiayaan dapat
perusahaan swasta. Di Indonesia, join venture diterapkan pada proyek infrastruktur dengan biaya

A Artiningsih, N C Putri, M Muktiali, S Ma’rif/Jurnal Riptek Vol 13 No 2 (92 – 100) 98


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

Tabel 3. Skema Pembiayaan Infrastruktur Non-Pemerintah

Besaran Investasi
Tinggi (≥100 Milyar) Sedang (20–100 Milyar) Rendah (0-20 Milyar)
Tidak Layak Ekonomi APBD/APBN APBD/APBN APBD/APBN
Layak Secara Ekonomi APBD/APBN APBD/APBN
APBD/APBN
namun Tidak Layak Secara Betterment Levies CSR
CSR
Finansial CSR Filantropi
Layak Secara Ekonomi
namun Kurang Layak Secara Pinjaman Daerah Manajemen Aset Manajemen Aset
Finansial
KPBU-AP Development Impact Fees
Layak Secara Ekonomi dan
KPBU-ESCO Development Exaction
Finansial Marjinal (dengan • Konsolidasi lahan
Pinjaman Daerah Linkage
Kapasitas Fiskal yang • Development Exaction
Development Impact Fees Excess Condemnation
Terbatas)
Linkage Konsolidasi Lahan
Layak Secara Ekonomi dan
KPBU-VGF
Finansial Marjinal (dengan
Pinjaman Daerah
Kapasitas Fiskal yang Cukup
Obligasi
Tinggi)
KPBU Reguler
KPBU Penjaminan
Layak Secara Ekonomi dan
KPBU Sebagian Konstruksi Join Venture
Layak Secara Finansial
Join Venture
PINA

Sebagian besar instrumen pembiayaan dapat mekanisme KPBU–AP, perlu mempertimbangkan


diterapkan pada proyek infrastruktur dengan biaya kontribusi pemerintah tiap tahun dalam penyediaan
investasi yang besar. Meskipun demikian ada infrastruktur sehingga kemampuan fiskal daerah
beberapa instrumen pembiayaan non pemerintah sangat berpengaruh terhadap kesanggupan
yang dapat diterapkan pada proyek infrastruktur pelaksanaan KPBU.
dengan nilai investasi yang kecil, seperti CSR,
Filantropi dan konsolidasi lahan, manajemen aset, KESIMPULAN
dan development exaction. Kota Semarang mengalami kendala penganggaran
dalam penyediaan infrastruktur. Dari hasil penelitian,
Namun untuk mengakses instrumen tersebut, hanya dua dari sembilan OPD yang menyatakan
pemerintah selaku pembuat kebijakan perlu cermat tidak mengalami kendala pendanaan dalam
untuk memilih instrumen yang sesuai dengan kondisi pemenuhan infrastruktur, yaitu Diskominfo dan
di Kota Semarang. Misalnya, terdapat beberapa DKK Kota Semarang. Selebihnya OPD menyatakan
instrumen yang sangat jarang ditemukan di Indonesia kinerja pelayanan mereka terganggu akibat
dan tidak memiliki regulasi, seperti Betterment keterbatasan anggaran. Selain itu jika dilihat dari
Levies dan Excess Condemnation yang perlu dikaji perbandingan proyeksi struktur pendapatan
lebih dalam lagi bagaimana kecocokannya dengan pemerintah dengan jumlah kebutuhan infrastruktur
kondisi sosial, ekonomi dan regulasi di Kota pada tahun 2020 terdapat selisih atau gap
Semarang. pembiayaan sebesar Rp.148.205.74.000,-.

Tipologi ini dapat dipertimbangkan kembali dengan Untuk menghadapi kurangnya ketersediaan anggaran
konteks infrastruktur yang hendak dibangun serta tersebut, pemerintah dapat memanfaatkan skema
risiko di tiap instrumen. Seperti contohnya pembiayaan non-pemerintah sebagai alternatif
penerapan CSR untuk menyediakan infrastruktur. pembiayaan infrastruktur. Skema Tipologi
Meskipun secara garis besar CSR memiliki nilai Pembiayaan infrastruktur dibuat berdasarkan
investasi yang kecil, namun dapat di katagorikan kriteria kelayakan finansial dan ekonomi, serta nilai
kedalam instrumen pembiayaan dengan nilai besaran investasi di Kota Semarang. Kota Semarang
investasi yang besar. Hal itu dapat dilakukan dengan mempunyai kesempatan untuk menyediakan
menguatkan hubungan antara perusahaan melalui infrastruktur non–pemerintah dengan CSR,
forum CSR, sehingga proyek yang bernilai tinggi Filantropi dan betterment levies dengan tipologi
dapat dilakukan dengan mekanisme CSR dari pembiayaan investasi yang rendah. Pada kategori
beberapa perusahaan yang terlibat. pembiayaan menengah, instrumen Manajemen Aset,
DIF (Development Impact Fee), Development Exaction,
Contoh lain adalah penyediaan infrastruktur melalui Excess Condemnation, Linkage bisa diterapkan.

99 A Artiningsih, N C Putri, M Muktiali, S Ma’rif/Jurnal Riptek Vol 13 No 2 (92 – 100)


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

Peluang lainnya adalah melalui mekanisme pinjaman, N. (2013). Kajian Kebijakan Corporate Social
obligasi, KPBU, PINA dan Join Venture pada proyek Responsibility (CSR) di Kota Semarang.
infrastruktur dengan nilai investasi yang tinggi. Riptek, 7(2), 11–36.
Sebagai tindak lanjut Pemerintah Kota Semarang Sarana Multi Infrastruktur (2018). Panduan Inisiasi
perlu mengkaji risiko–risiko tiap instrumen sesuai Pinjaman Daerah PT. SMI
dengan kondisi sosial, ekonomi dan politik di Kota PT.SMI. 2016. SMI Beri Pinjaman Rp 231 Miliar
Semarang. untuk Pengembangan RSUD Konawe. Diakses
dalam https://www.ptsmi.co.id/id/berita/smi-
DAFTAR PUSTAKA beri-pinjaman-rp-231-miliar-untuk-
Chen, C., & Bartle, J. (2017). Infrastructure pengembangan-rsud-konawe/
financing: A guide for local government Public Private Partnerships Book Bappenas Tahun
managers. ICMA Policy Issue White Paper, 1–35. 2018.
Retrieved from https://icma.org/documents/ Tribun Jateng. 2018. Hendi Luncurkan Bus Wisata
infrastructure-financing-guide-local- Tingkat Si Kuncung, Masyarakat Bisa
government-managers. Menaikinya Gratis!, diakses dalam https://
Handayani, W., Fisher, M. R., Rudiarto, I., Sih jateng.tribunnews.com/2019/02/18/hendi-
Setyono, J., & Foley, D. (2019). luncurkan-bus-wisata-tingkat-si-kuncung-
Operationalizing resilience: A content analysis masyarakat-bisa-menaikinya-gratis?page=2.
of flood disaster planning in two coastal cities UNDP (2016). Sustainable Development Goals.
in Central Java, Indonesia. International Journal Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang
of Disaster Risk Reduction, 35, 101073. https:// Pemerintah Daerah.
doi.org/10.1016/j.ijdrr.2019.101073. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Hirawan, S. B. (1995). Pembiayaan Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional.
Perkotaan melalui Pemanfaatan Instrumen Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Keuangan.pdf. Jurnal PWK. Kesehatan.
Ma’rif, S., Sugiri, A., Waskitaningsih, N., & Hayati, R.

A Artiningsih, N C Putri, M Muktiali, S Ma’rif/Jurnal Riptek Vol 13 No 2 (92 – 100) 100

You might also like