You are on page 1of 14

Edumatsains, 6 (1) Juli 2021, 47-60

EduMatSains
Jurnal Pendidikan, Matematika dan Sains
http://ejournal.uki.ac.id/index.php/edumatsains

UJI EFEKTIVITAS SALEP KULIT BATANG KAPUK RANDU (Ceiba


Pentandra) SEBAGAI OBAT ANTI-INFLAMASI

Setya Widiastuti Harianto1, Aniek Prasetyaningsih2, Vinsa Cantya Prakasita3


1,2,3
Program Studi Biologi, Fakultas Bioteknologi, Universitas Kristen Duta Wacana

Diterima: 12 April 2021 Direvisi: 11 Mei 2021 Diterbitkan : 01 Juli 2021

ABSTRACT

Inflammation is protective response of vascular tissue to various harmful stimuli that characterized by pain,
redness, and swelling. Empirically, stem bark of Ceiba pentandra has various chemical compounds that
nutritious for health and have potential to be used as anti-inflammatory. This research will provide information
the benefit of C. pentandra stem bark especially as anti-inflammatory agents and it’s correlation with the
compounds. Maceration method with 70% ethanol was used in extraction and the yield was 75,54%. In
phytochemical test, it was identified in crude extract contained flavonoids, tannins, saponins, steroids, β-
sitosterol, 1,2-benzendiol, quinic acid, and octadec-9-enoic acid. On extract and ointment products C.
pentandra has antioxidants activity with IC50 value of extract was 52,64 ppm and IC50 value of ointment
products was 117,64 ppm. This research is included RAL experimental which was carried out on male mice
that divided into 5 groups: negative control (ointment base), positive control (Betametasone valerate 0,1%),
and 50%, 75%, 100% of C. pentandra ointment. The ointment was applied after the mice were induced by
carrageenan, measured with the parameter of skinfold thickness of mice’s back every hour for 6 hours of
observation. The result showed C. pentandra stem bark ointments has anti-inflammatory effect which %PI
value in the 50%, 75%, 100% were respectively 10,85%; 18,99%; 30,84%.

Keywords: Ceiba pentandra, anti-inflammatory, antioxidants, %PI (inhibition precentage

PENDAHULUAN bantal, dan guling. Baik pada sektor


Indonesia merupakan negara yang kehutanan hingga perkebunan ternyata
dikenal kaya akan biodiversitasnya, baik tanaman kapuk randu memiliki nilai jual
hewan maupun tanaman. Banyak sekali jenis yang relatif rendah dibandingkan jenis
tanaman yang dapat dijumpai di Indonesia tanaman hutan lainnya. Hal tersebut
dan telah dimanfaatkan oleh masyarakat mengakibatkan para petani enggan untuk
pada berbagai bidang, salah satunya yaitu menanamnya kembali sehingga
dalam bidang pengobatan. Kapuk randu kelestariannya kurang mendapat perhatian.
(Ceiba pentandra) merupakan salah satu Masyarakat tradisional telah menyadari
tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai manfaat kesehatan yang dapat diperoleh dari
pengobatan. Masyarakat sekitar secara C. pentandra sebagai alternatif untuk
umum hanya memanfaatkan bagian buah pengobatan, diantaranya: mengatasi dan
kapuknya sebagai bahan pembuatan kasur, mengobati sakit demam, diare, penyakit

*Correspondence Address
E-mail: setyawidiastutih@gmail.com
S. W. Harianto, A. Prasetyaningsih, V. C. Prakasita/ Edumatsains 6 (1) (2021) 47-60

diabetes, hipertensi, sakit kepala, dan dapat menghancurkan, hingga mengalokasikan


juga dimanfaatkan sebagai obat luka baik agen yang merusak maupun jaringan
(Pratiwi, 2014). Berdasarkan etnomedikal, yang rusak (Agustina dkk, 2015). Respon
setiap bagian dari tanaman kapuk randu inflamasi di dalam tubuh ditandai dengan
mulai dari bagian daun hingga kulit adanya pelepasan berbagai macam mediator
batangnya ternyata mempunyai manfaat yang pro inflamasi, antara lain: sitokin berupa IL-
luar biasa dalam bidang pengobatan berbasis 1, Tumor Necrosis Factor (TNF), Interferon
herbal (medicinal herbs). Hal ini disebabkan (INF)-c, IL-6, IL-12,dan IL-18. Selain itu,
pada seluruh bagian dari tanaman kapuk Nitric Oxidase dan Siklooksigenase-2 (COX-
randu bahkan kulit batangnya pun 2) akan merangsang produksi dari mediator
mengandung berbagai metabolit sekunder. pro inflamasi. Anti-inflamasi sitokin seperti
Berdasarkan literatur menurut (Asare & IL-4, IL-10, IL13, dan IFN-a akan bekerja
Oseni, 2012), ekstrak etanol pada kulit secara antagonis terhadap pro-inflamasi
batang kapuk randu akan mengandung gula sitokin (Mueller et al., 2010). Guna
pereduksi, saponin, poliuronoid, tanin, mengurangi efek dari inflamasi, diperlukan
polifenol, dan plobatanin. Menurut adanya peran obat anti-inflamasi. Obat
Aberoumand dan Deokule (2008), secara sintetik yang sering digunakan untuk
fisiologis senyawa polifenol memiliki menangani inflamasi terdiri dari golongan
berbagai aktivitas biologis, salah satunya anti-inflamasi non-steroid (AINS), padahal
yaitu anti-inflamasi. Berdasarkan penelitian obat golongan AINS memiliki side effect
Itou et al. (2014), ekstrak air kulit batang seperti hipersensitivitas yaitu munculnya
kapuk randu terbukti dapat berperan sebagai ruam pada kulit (Lelo, 2005). Oleh karena
anti-inflamasi dan memiliki efek analgesik itu, diperlukan pengembangan obat anti-
yang diujikan pada tikus yang diinduksi inflamasi dari tanaman yang relatif
karagenan. Akan tetapi, pada penelitian memberikan efek samping lebih kecil.
tersebut masih belum dapat dipastikan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
mekanisme antara senyawa dalam ekstrak kandungan senyawa kimia pada ekstrak
dan efek anti-inflamasi yang diperoleh. etanol 70% kulit batang C. pentandra,
Peradangan atau inflamasi merupakan mengetahui efek anti-inflamasi pada ekstrak
suatu respon proteksi pada luka setempat kulit batang C. pentandra dalam sediaan
akibat kerusakan jaringan yang disebabkan salep, mengetahui konsentrasi optimal
oleh trauma fisik, zat kimia yang bersifat ekstrak kulit batang C. pentandra dalam
merusak, atau agen mikrobia. Inflamasi ini mengurangi efek inflamasi melalui nilai
bertujuan untuk mengurangi, persentase penghambatan inflamasi (%PI)

48
S. W. Harianto, A. Prasetyaningsih, V. C. Prakasita/ Edumatsains 6 (1) (2021) 47-60

terhadap edema kulit punggung mencit. wagner, dan larutan C diberi aquades 3 tetes
Selain itu, pada penelitian ini juga akan sebagai kontrol negatif. Hasil positif
memberikan informasi mengenai korelasi ditunjukkan dengan terbentuknya endapan
senyawa dalam ekstrak kulit batang C. berwarna jingga, coklat, dan putih pada
pentandra dengan efek anti-inflamasi. sampel uji. Uji tanin dengan cara menimbang
0,05 g ekstrak ditambahkan 10 ml air panas
METODE PENELITIAN dan didihkan selama 5 menit. Larutan
Pembuatan Ekstrak disaring dengan kertas saring dan filtrat
Serbuk simplisia C. pentandra sebanyak 5 ml dimasukkan dalam tabung
sebanyak 300 gr dimasukkan ke dalam toples reaksi baru, lalu ditambahkan 0,1 g FeCl3.
bermulut lebar dan direndam dalam etanol Hasil positif ditunjukkan dengan perubahan
70% dengan perbandingan simplisia : etanol warna larutan uji menjadi biru kehitaman
(1:7) selama 1x24 jam dan setiap 12 jam atau hijau kehitaman. Uji flavonoid dengan
sekali diaduk, lalu ditutup rapat. Proses cara 0,5 g ekstrak dilarutkan dalam 5 ml
penggantian larutan dilakukan sebanyak 3 etanol 70% dan diambil larutan uji sebanyak
kali dan setelah masa maserasi berakhir 2 ml, lalu ditambahkan 0,1 g Mg dan 10 tetes
maka diambil maseratnya dengan melakukan HCl pekat, gojog perlahan. Hasil positif
penyaringan menggunakan kertas saring ditunjukkan dengan perubahan warna larutan
Whatmann. Maserat dipekatkan uji menjadi merah atau jingga. Uji saponin
menggunakan rotary evaporator pada dengan cara 0,5 g ekstrak ditambahkan 10 ml
kecepatan 30 rpm dengan suhu 30 oC hingga air panas, dinginkan dan ditambahkan 1 tetes
pelarut menguap dan diperoleh ekstrak HCl 2N lalu digojog kuat. Hasil positif
kental, kemudian dihitung persentase ditunjukkan dengan terbentuknya busa
rendemen yang diperoleh. setinggi ±1 cm. Uji steroid dilakukan dengan
Identifikai Senyawa Kimia dengan 0,3 g ekstrak dilarutkan dalam 15 ml etanol
Metode Reagen 70%, diambil 5 ml larutan dan ditambahkan
Identifikasi alkaloid dengan cara 0,3 g asam asetat anhidrat dan H2SO4 pekat
ekstrak ditambahkan 5 ml HCl 2N, masing-masing 3 tetes dan 1 tetes, dikocok
dipanaskan selama 2-3 menit lalu ditunggu perlahan. Hasil positif ditandai dengan
hingga dingin. NaCl 0,3 g ditambahkan dan perubahan warna pada larutan uji menjadi
diaduk, lalu disaring dan ditambahkan 5 ml biru hijau atau kuning muda.
HCl 2N. Larutan dibagi ke dalam 3 tabung
reaksi A, B, dan C. Larutan A diberi 3 tetes
reagen mayer, larutan B diberi 3 tetes reagen
49
S. W. Harianto, A. Prasetyaningsih, V. C. Prakasita/ Edumatsains 6 (1) (2021) 47-60

Identifikasi Senyawa Kimia dengan Identifikasi Senyawa Kimia dengan


Metode Kromatografi Lapis Tipis Metode Gas Chromatography Mass
Pada identifikasi menggunakan KLT, Spectrophotometry
digunakan eluen n-heksan dan etil asetat Ekstrak etanol C. pentandra
dengan perbandingan 1:9, 2:8, 3:7, 4:6, 5:5, diinjeksikan sebanyak 2 μl pada mesin GC-
6:4, 7:4, 8:2, dan 9:1. Ekstrak kasar MS. Identifikasi senyawa dilakukan
ditotolkan pada bagian tengah batas bawah menggunakan database Willey versi 7.0 yaitu
plat KLT yang telah diaktivasi, ditunggu dengan membandingkan pola spektrum
hingga kering. Plat KLT dalam bejana yang massa dan pola fragmentasi yang terbentuk
berisi eluen sesuai perbandingan dan (Kannan et al., 2016).
ditunggu hingga pelarut mencapai batas atas Uji Antioksidan
yang telah ditentukan. Plat KLT disemprot Uji antioksidan menggunakan DPPH
dengan anisaldehyde dan dioven kembali menurut Widyastuti (2010) yatu digunakan
pada suhu 100oC selama 10 menit. larutan DPPH 50 ppm melalui 5 mg DPPH
Visualisasi hasil uji dilakukan dengan sinar dilarutkan dalam metanol hingga mencapai
UV dan dilakukan perhitungan nilai Rf. volume 100 ml dalam labu takar.
Konsentrasi bertingkat dibuat pada ekstrak
uji, seperti pada tabel 1.

Tabel 1. Pengenceran konsentrasi ekstrak etanol 70% kulit batang C. pentandra


Konsentrasi (%) Ekstrak (mg) Volume Metanol (ml)
100 10 10
75 7,5 dari 100% 2,5
50 5 dari 100% 5
25 2,5 dari 100% 7,5

Larutan pembanding yang digunakan adalah dan masing-masing ditambahkan 3,5 ml


kuersetin yang dibuat dengan cara sebanyak DPPH, lalu diinkubasi pada ruang gelap.
5 mg kuersetin dilarutkan dalam metanol Nilai serapannya diukur dengan
hingga mencapai volume 50 ml dalam labu spektrofotometri UV-Vis pada panjang
takar. Seri konsentrasi yang dibuat, antara gelombang 517 nm.
lain: 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm. Pembuatan Produk
Larutan ekstrak uji maupun larutan Cera alba dan vaseline album
pembanding kuersetin dalam berbagai dileburkan di atas penangas air dan diaduk
konsentrasi diambil sebanyak 0,5 ml diambil sesekali. Setelah base salep meleleh,

50
S. W. Harianto, A. Prasetyaningsih, V. C. Prakasita/ Edumatsains 6 (1) (2021) 47-60

dimasukkan ke dalam mortar dan randu dan digerus kembali hingga terbentuk
ditambahkan adeps lanae kemudian digerus massa semi-solid. Keluarkan produk salep
perlahan. Ditambahkan propil paraben lalu dan dimasukkan ke dalam wadah
dihomogenkan, tambahkan sedikit demi penyimpanan.
sedikit ekstrak etanol kulit batang kapuk

Tabel 2. Formulasi salep kulit batang C. pentandra


No. Nama Bahan Bobot (g)
1 Ekstrak kulit batang C. pentandra 0,2
(Kons. 50%, 75%, 100%)
2 Cera alba 0,3
3 Propil paraben 0,001
4 Adeps lanae 0,3
5 Vaseline album 9,2
Total 10

Uji In Vivo punggung mencit menggunakan jangka


Pada uji pre-klinik digunakan Mus sorong. Pengukuran dilakukan kembali
musculus yang terbagi dalam 5 kelompok masing-masing perlakuan di area yang
perlakuan: kelompok kontrol negatif disuntikkan karagenan dan diamati 1 jam
diberikan basis salep, kelompok kontrol sekali selama 6 jam.
positif diberikan salep anti-inflamasi Penentuan Nilai Persentase
komersial (Betametasone valerate 0,1%), Penghambatan Inflamasi
kelompok perlakuan I diberikan salep Data volume edema yang didapatkan
ekstrak C. pentandra 50%, kelompok melalui pengukuran dengan jangka sorong
perlakuan II diberikan salep ekstrak C. digunakan untuk menghitung AUC (Area
pentandra 75%, kelompok perlakuan III Under Curve) atau luas area di bawah kurva
diberikan salep ekstrak C. pentandra 100%. dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Pencukuran dilakukan pada rambut
bagian punggung mencit, kemudian
disuntikkan karagenan 3% sebanyak 0,2 ml
Keterangan:
pada subkutan punggung mencit. Ditunggu
selama 1 jam dan diukur tebal lipatan

51
S. W. Harianto, A. Prasetyaningsih, V. C. Prakasita/ Edumatsains 6 (1) (2021) 47-60

= Area di bawah kurva mulai jam maka dilanjutkan dengan prosedur uji
ke-0 hingga jam ke-6 pengamatan analisis non-parametrik menggunakan uji
(cm.jam) Kruskal Wallis untuk mengetahui perbedaan
= Besarnya tebal edema pada jam ke-n aktivitas efek anti-inflamasi antar kelompok

(cm) perlakuan. Setelah itu dilakukan uji Mann

= Besarnya tebal edema pada jam ke-(n- Whitney untuk mengetahui adanya perbedaan
bermakna atau signifikan (p<0,05) atau tidak
1) (cm)
bermakna (tidak signifikan) (p>0,05).
= Jam ke-n (jam)
= Jam ke-(n-1) (jam) HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Ekstrak Etanol 70% Kulit
Untuk mengetahui persentase
Batang C. pentandra
penghambatan inflamasi, digunakan rumus
Ekstraksi serbuk simplisia kulit batang
sebagai berikut:
kapuk randu 300 g menghasilkan ekstrak cair
sebanyak 226,81 g dan rendemen sebesar
75,54%. Rendemen ekstrak yang diperoleh
Keterangan:
cenderung tinggi, hal ini dikarenakan ukuran
= rata-rata kelompok
partikel ekstrak yang kecil. Hal ini didukung
kontrol
dengan pernyataan menurut Antari dkk
negatif (cm.jam)
(2015) bahwa semakin kecil ukuran partikel,
= setiap mencit pada
maka persentase rendemen meningkat.
kelompok yang diberikan
Ukuran partikel serbuk simplisia yang kecil
perlakuan konsentrasi sebesar n
ini mengakibatkan semakin luas pula bidang
(cm.jam)
kontak antara bahan dengan pelarut hingga
(Ikawati dkk, 2007).
sampai pada batas senyawa yang diekstrak
Analisis Statistik
telah habis sehingga senyawa yang berhasil
Hasil data yang diperoleh diuji analisis
ditarik oleh pelarut jauh lebih banyak.
dengan Saphiro-Wilk guna mengetahui
Berdasarkan metode reagen, pada
distribusi data normal atau tidak sebagai
ekstrak kulit batang C. pentandra
persyaratan analisis parametrik. Melalui
teridentifikasi senyawa kimia seperti pada
Saphiro-Wilk data tidak terdistribusi normal,
tabel 3.

52
S. W. Harianto, A. Prasetyaningsih, V. C. Prakasita/ Edumatsains 6 (1) (2021) 47-60

Tabel 3. Hasil identifikasi senyawa kimia dengan reagen


Senyawa Kimia Hasil
Alkaloid Negatif
Steroid Positif
Flavonoid Positif
Tanin Positif
Saponin Positif

Pada identifikasi senyawa kimia dengan pemisahan senyawa yang baik dan zat warna
kromatografi lapis tipis (KLT) memberikan visualisasi yang bagus. Pada Tabel 3
hasil yang paling baik dengan perbandingan menunjukkan kandungan senyawa kimia
n-heksan:etil asetat = 6:4 yang dapat pada ekstrak kulit batang C. pentandra
dicermati pada Gambar 1. Perbandingan melalui identifikasi menggunakan KLT.
eluen terbaik ini didasarkan pada hasil

Gambar 1. Visualisasi hasil identifikasi pada plat KLT

Hasil identifikasi senyawa kimia pada batang C. pentandra mengandung tanin.


crude extract berdasarkan perbandingan Rf Sementara itu, pada spot (3) menghasilkan
sampel dan Rf standar serta dilakukan juga nilai Rf 0,9 dengan visualisasi warna biru.
identifikasi melalui visualisasi warna yang Menurut Kusnadi & Devi (2017), baku
dihasilkan setelah dilakukan penyemprotan pembanding flavonoid memiliki nilai Rf 0,88
dengan anisaldehyde. Pada spot (1) sehingga dapat dikatakan kulit batang C.
menghasilkan nilai Rf 0,6375 dengan pentandra mengandung senyawa flavonoid.
visualisasi warna merah. Menurut Sopianti & Menurut Irianti dkk (2019), pereaksi semprot
Sary (2018), berdasarkan pendekatan nilai Rf anisaldehyde digunakan untuk mendeteksi
dengan standar β-sitosterol memiliki nilai Rf adanya senyawa terpenoid yang ditunjukkan
0,66 sehingga dapat dikatakan kulit batang dengan warna violet, biru, merah, abu-abu
C. pentandra mengandung β-sitosterol. Spot atau hijau serta pereaksi ini dapat digunakan
(2) menghasilkan nilai Rf 0,73 dengan untuk mendeteksi senyawa saponin yang
visualisasi warna jingga. Menurut Nuraini ditunjukkan dengan warna biru atau violet
(2002), baku pembanding tanin memiliki dibawah sinar UV.
nilai Rf 0,737 sehingga dapat dikatakan kulit
53
S. W. Harianto, A. Prasetyaningsih, V. C. Prakasita/ Edumatsains 6 (1) (2021) 47-60

Berdasarkan hasil identifikasi masing-masing sebesar 41,95; 29,98; dan


menggunakan GC-MS (Gambar 2) diperoleh 28,08.
3 peak tertinggi dengan nilai peak area

Gambar 2. Hasil identifikasi senyawa kimia dengan GC-MS

Nilai peak area yang paling besar tersebut terkandung ini berdasarkan database Willey
artinya senyawa kimia yang teridentifikasi v7.0 yang memberikan indeks kemiripan atau
yaitu 1,2-Benzendiol memiliki jumlah jauh Similarity Index (SI) pada senyawa 1,2-
lebih banyak dibandingkan pada senyawa Benzendiol, asam kuinat, dan Octadec-9-
kimia yang teridentifikasi dalam peak Enoic Acid secara berturut-turut 97, 94, dan
lainnya. Menurut Rastuti dan Purwati (2010), 83.
senyawa 1,2-Benzendiol tergolong dalam Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol
senyawa fenol yang memiliki kemampuan 70% Kulit Batang C. pentandra
sebagai antioksidan. Senyawa kedua yang Pada uji antioksidan digunakan ekstrak
teridentifikasi yaitu Quinic Acid atau disebut kasar dengan konsentrasi bertingkat 25%,
juga dengan asam kuinat. Menurut Richelle 50%, 75%, dan 100% untuk mengetahui
(2001), asam kuinat merupakan komponen kemampuan antioksidan yang paling optimal
polifenol yang memiliki kemampuan guna menentukan 3 konsentrasi bertingkat
antioksidan. Senyawa ketiga yang utama yang nantinya akan digunakan pada
teridentifikasi dengan jumlah yang paling produk salep. Pada Tabel 4 dan Tabel 5
kecil adalah Octadec-9-Enoic Acid. Menurut masing-masing menunjukkan data saat
Rahmaningsih dan Andriani (2017), senyawa pengukuran absorbansi pada ekstrak uji
ini memiliki aktivitas antimikroba dan (konsentrasi 50%, 75%, dan 100%) dan
antivirus khususnya terhadap virus influenza. larutan standar kuersetin (2 ppm, 4 ppm, 6
Penentuan dugaan senyawa kimia yang ppm, dan 8 ppm).

54
S. W. Harianto, A. Prasetyaningsih, V. C. Prakasita/ Edumatsains 6 (1) (2021) 47-60

Tabel 4. Hasil pengukuran absorbansi dan nilai IC50 ekstrak.


Sampel Konsentrasi (%) Absorbansi (Å) IC50 (ppm)
Blanko 0,931 -
25 0,674
Ekstrak Etanol 50 0,652
Replikasi I 75 0,558
100 0,541
25 0,675
Ekstrak Etanol 50 0,651
52,64
Replikasi II 75 0,559
100 0,542
25 0,672
Ekstrak Etanol 50 0,653
Replikasi III 75 0,557
100 0,540

Tabel 5. Hasil pengukuran absorbansi, persen dan nilai IC50 kuersetin.


Sampel Konsentrasi (ppm) Absorbansi (Å) IC50 (ppm)
Blanko 0,931 -
2 0,725
4 0,655
Kuer-setin 4,88
8 0,606
10 0,518

Pada Tabel 4 dan Tabel 5 inflamasi. Persamaan regresi linear ekstrak


menunjukkan bahwa semakin tinggi uji yaitu y = 0,5028x + 23,532, R2 = 0,9154
konsentrasi ekstrak maka aktivitas sehingga didapatkan nilai IC50 ekstrak C.
antioksidan yang ditunjukkan dengan pentandra sebesar 52,64 ppm (50-100 ppm)
semakin kecilnya nilai absorbansi. Pada uji yang tergolong dalam antioksidan kuat.
ANOVA ternyata terdapat perbedaan nyata Sementara itu, nilai IC50 pada larutan
pada setiap kelompok perlakuan, maka pembanding yaitu kuersetin sebesar 4,88
ekstrak dengan konsentrasi 50%, 75%, dan ppm (<50 ppm) yang tergolong antioksidan
100% ditentukan sebagai 3 konsentrasi sangat kuat.
utama dalam pembuatan produk salep anti-

55
S. W. Harianto, A. Prasetyaningsih, V. C. Prakasita/ Edumatsains 6 (1) (2021) 47-60

Tabel 6. Hasil pengukuran absorbansi, persen dan nilai IC50 salep.


Sampel Konsentrasi (%) Absorbansi (Å) IC50 (ppm)
Blanko 0,906 -
50% 0,831
Salep
75% 0,77
Replikasi I
100% 0,642
50% 0,835
Salep
75% 0,776 117,64
Replikasi II
100% 0,643
50% 0,832
Salep
75% 0,78
Replikasi III
100% 0,641

Tabel 7. Hasil pengukuran absorbansi kontrol.


Sampel Konsentrasi (%) Absorbansi (Å)
Blanko 0,906
Kontrol (-) 0,901
Replikasi I
Kontrol (+) 0,692
Kontrol (-) 0,902
Replikasi II
Kontrol (+) 0,694
Kontrol (-) 0,904
Replikasi III
Kontrol (+) 0,695

Berdasarkan uji antioksidan baik pada pentandra pada konsentrasi 100% yang
kontrol negatif, kontrol positif, dan produk bahkan lebih besar dibandingkan aktivitas
salep C. pentandra diperoleh informasi antioksidan pada kontrol positif berupa salep
bahwa salep kontrol negatif yang hanya anti-inflamasi komersial Betametasone
terdiri dari basis salep tidak memiliki valerate 0,1%. Persamaan regresi linear y =
aktivitas antioksidan, sedangkan pada 0,6493x – 26,387, R2 = 0,9219 yang
kontrol positif dan produk salep C. diperoleh maka didapatkan nilai IC50 sebesar
pentandra dalam berbagai konsentrasi 117,64 ppm (101-250 ppm) yang tergolong
memiliki aktivitas antioksidan. Dalam hasil dalam kemampuan antioksidan sedang. Jika
penelitian, semakin tingginya konsentrasi dibandingkan dengan kemampuan
ekstrak pada sediaan salep maka akan antioksidan pada ekstrak ternyata dalam
diperoleh aktivitas antioksidan yang semakin sediaan salep kemampuan antioksidannya
meningkat pula. Aktivitas antioksidan menurun. Hal ini disebabkan oleh kandungan
terbesar ditunjukkan pada produk salep C. ekstrak pada sediaan salep yang jauh lebih

56
S. W. Harianto, A. Prasetyaningsih, V. C. Prakasita/ Edumatsains 6 (1) (2021) 47-60

sedikit dibandingkan dengan uji antioksidan akan menimbulkan edema atau


terhadap ekstraknya saja sehingga pembengkakan yang merupakan salah satu
menyebabkan kemampuan dalam menangkal respon terjadinya inflamasi, didukung oleh
radikal bebas DPPH menjadi lebih kecil. pernyataan menurut Necas (2013) yakni
Aktivitas Anti-inflamasi Ekstrak Etanol ketika karagenan diinduksikan ke dalam
70% Kulit Batang C. pentandra tubuh akan dideteksi sebagai benda asing
Pada Gambar 3 menunjukkan atau antigen sehingga akan merangsang
terjadinya peningkatan tebal kulit punggung pelepasan mediator inflamasi seperti
mencit pada jam pertama setelah diinduksi histamin dan menimbulkan radang sebagai
dengan karagenan 3%. Hal ini membuktikan respon antibodi tubuh yang bereaksi terhadap
bahwa dengan adanya induksi karagenan antigen dalam melawan pengaruhnya.

Gambar 3. Grafik rerata selisih tebal lipat kulit punggung mencit tiap kelompok terhadap
waktu.

Kontrol positif menunjukkan aktivitas anti- mengandung senyawa aktif. Sedangkan pada
inflamasi dengan penurunan tebal kulit kelompok salep C. pentandra baik pada
punggung mencit sebesar 50%. Hal ini konsentrasi 50%, 75%, dan 100%
disebabkan oleh adanya kandungan kimia menunjukkan aktivitas anti-inflamasi dengan
betametason yang terbukti memiliki khasiat adanya penurunan tebal lipat kulit mencit
sebagai agen anti-inflamasi. Sementara itu, masing-masing sebesar 38,3%; 45%; 63,3%.
pada kontrol negatif mengalami penurunan Salep C. pentandra pada konsentrasi 100%
tebal kulit punggung sebesar 23,3% yang menunjukkan aktivitas anti-inflamasi paling
membuktikan bahwa basis salep tidak tinggi dibandingkan dengan semua
memiliki kemampuan sebagai anti-inflamasi konsentrasi dan kontrol negatif bahkan
sebab basis salep yang digunakan tidak kontrol positif juga.

57
S. W. Harianto, A. Prasetyaningsih, V. C. Prakasita/ Edumatsains 6 (1) (2021) 47-60

Tabel 7. Rerata Area Under Curve (AUC) total dan nilai persentase penghambatan inflamasi
(%PI) setiap kelompok perlakuan.
Kelompok Rata-rata AUC total ± SE (cm.jam) Rata-rata %PI ± SE
I 3,08 ± 0,0435 -0,004 ± 1,41
II 2,47 ± 0,067 19,79 ± 2,19
III 2,745 ± 0,0255 10,87 ± 0,83
IV 2,495 ± 0,079 18,99 ± 2,57
V 2,13 ± 0,242 30,84 ± 0,78
Keterangan:
Kelompok I : Kontrol Negatif (Basis salep)
Kelompok II : Kontrol Positif (Betametasone valerate 0,1%)
Kelompok III : Konsentrasi 50%
Kelompok IV : Konsentrasi 75%
Kelompok V : Konsentrasi 100%
salep dalam berbagai konsentrasi bertingkat
Nilai AUC (Area Under Curve) merupakan
juga memberikan penurunan rerata AUC
data kuantitatif penelitian berdasarkan kurva
yang bersamaan dengan meningkatnya
rerata tebal edema terhadap jangka waktu
konsentrasi ekstrak C. pentandra. Hal
dan persentase efek anti-inflamasi. Pada
tersebut membuktikan bahwa semakin tinggi
Tabel 7 memberikan informasi bahwa nilai
konsentrasi ekstrak maka semakin baik
rerata AUC kelompok kontrol negatif hasil
kemampuan anti-inflamasi yang diperoleh.
olesan basis salep pada edema punggung
mencit menunjukkan nilai 3,08 ± 0,0435 Korelasi Kandungan Senyawa Ekstrak
cm.jam. Nilai AUC kontrol negatif jauh Kulit Batang C. pentandra dengan Efek
lebih tinggi apabila dibandingkan dengan Anti-inflamasi
kontrol positif berupa Betametasone valerate Korelasi antara kemampuan
0,1% dan kelompok salep C. pentandra antioksidan dengan kemampuan anti-
dalam konsentrasi 50%, 75%, dan 100%. Hal inflamasi sebab berdasarkan hasil uji
ini membuktikan bahwa basis salep tidak antioksidan pada salep dan uji in vivo dapat
memberikan efek anti-inflamasi bermakna. dikatakan bahwa semakin meningkatnya
Pada kelompok kontrol positif terdapat konsentrasi maka aktivitas antioksidan
penurunan edema atau ketebalan lipat kulit semakin meningkat, serta aktivitas anti-
punggung mencit secara signifikan inflamasi juga semakin tinggi. Senyawa yang
dibandingkan dengan kontrol negatif. Hal berperan sebagai antioksidan ini didominasi
tersebut membuktikan bahwa salep oleh senyawa fenolik dan polifenolik.
Betametasone valerate 0,1% memiliki efek Senyawa fenolik maupun polifenolik yang
sebagai agen anti-inflamasi. Pada kelompok terkandung dalam ekstrak kulit batang kapuk

58
S. W. Harianto, A. Prasetyaningsih, V. C. Prakasita/ Edumatsains 6 (1) (2021) 47-60

randu, antara lain: flavonoid, tanin, saponin, konsentrasi 50%, 75%, dan 100% secara
steroid, 1,2-benzendiol, dan asam kuinat. berturut-turut adalah 10,87%; 18,99%;
Mekanisme senyawa antioksidan terhadap 30.84%.
aktivitas anti-inflamasi yaitu dengan cara
DAFTAR PUSTAKA
menghambat proses pelepasan mediator
Aberoumand, A., & Deokule, S. S. (2008).
kimia seperti serotonin dan histamin yang
Comparison of Phenolic Compounds
merupakan mediator pro-inflamasi ke tempat
of Some Edible Plant of Iran and India.
terjadinya radang. Selain itu, senyawa
Pakistan J of Nutr 7, 582-585.
antioksidan juga bekerja pada mediator
Antari, N. M. R. O., Wartini, N. M., &
utama yang berasal dari sintesis
Mulyani, Sri. (2015). Pengaruh
prostaglandin melalui penghambatan kinerja
Ukuran Partikel dan Lama Ekstraksi
enzim siklooksigenase 2 (COX-2) sehingga
Terhadap Karakteristik Ekstrak
tidak akan terjadi perubahan senyawa asam
Warna Alami Buah Pandan
arakidonat menjadi prostaglandin. Menurut
(Pandanus tectoris). Jurnal Rekayasa
Marbun & Restuati (2015), senyawa
dan Manajemen Agroindustri Vol.3
prostaglandin ini berperan dalam proses anti-
No.4, 30-40.
inflamasi yang ditandai dengan munculnya
Asare, P., & Oseni, L. A. (2012).
rasa sakit, demam, dan pembengkakan. Oleh
Comparative Evaluation of Ceiba
karena itu, karena pembentukan senyawa
pentandra Ethanolic Leaf Extract,
prostaglandin terhambat maka efek inflamasi
Stem Bark Extract, and The
tidak terjadi.
Combination Thereof for In Vitro
KESIMPULAN Bacterial Growth Inhibition. Journal
Salep ekstrak kulit batang C. of Nature Science Research Vol.2
pentandra memiliki aktivitas anti-inflamasi No.5, 44-55.
sehingga dapat mengurangi efek inflamasi Kusnadi, & Devi, E. T. (2017). Isolasi dan
(pembengkakan) yang muncul pada Identifikasi Senyawa Flavanoid pada
punggung mencit yang terinduksi karagenan. Ekstrak Daun Seledri (Apium
Konsentrasi optimal ekstrak kulit C. graveolens L.) dengan Metode
pentandra pada sediaan salep adalah 100% Refluks. Pancasakti Science
sebab memiliki aktivitas anti-inflamasi dan Education Jurnal, 56-67.
nilai %PI tertinggi. Persentase nilai Lelo, A. (2005). NSAID: Friend or Foe.
penghambatan inflamasi (%PI) oleh salep Journal of the Indonesia Dental
ekstrak kulit batang C. pentandra Association.

59
S. W. Harianto, A. Prasetyaningsih, V. C. Prakasita/ Edumatsains 6 (1) (2021) 47-60

Ikawati, Z., Supardjan, A. M., & Asmara, L. Widya Kesehatan dan Lingkungan,
S. (2007). Pengaruh Senyawa 53-60.
Heksagamavunon-1 (HGV-1) Rahmaningsih, S., & Andriani, R. (2017).
Terhadap Inflamasi Akut Akibat Aktivitas Biologis Ekstrak Daun
Reaksi Analfilaksis Kutaneus Aktif Majapahit (Crescentia cujete) dan
pada Tikus Wistar Jantan Terinduksi Potensinya sebagai Antibakteri
Ovalbumin. Yogyakarta: Fakultas Vibrio Harveyi secara Insilico.
Farmasi Universitas Gadjah Mada. Proseding Seminar Nasional Unirow
Itou, R. D. G. E., Sanogo, R., Ossibi, A. W. Tuban.
E., Ntandou, F. G. N., Ondelé, R., Rastuti, U., & Purwati. (2010). Uji Aktivitas
Pénemé, B. M., Andissa, N. O., Antioksidan Hasil Degradasi Lignin
Diallo, D., Ouamba, J. M., & Abena, dari Serbuk Gergaji Kayu Kalba
A. A. (2014). Anti-Inflammatory and (Albizia falcataria) dengan Metode
Analgesic Effects of Aqueous Extract TBA (Thio Barbituric Acid). Seminar
of Stem Bark of Ceiba pentandra Nasional Kimia dan Pendidikan
Gaetrn. Pharmacology & Pharmacy Kimia Undip Semarang, 98-104.
5, 1113-1118. Richelle, M., Tavazzi, I., & Offord, E.
Mueller, M., Hobiger, S., & Jungbaurer, A. (2001). Comparison of Antioxidant
(2010). Anti-inflammatory Activity Activity of Commonly Consumed
of Extracts From Fruits, Herbs, and Polyphenolic Beverages (Coffee,
Spices. J Food Chemistry 122(4): Cocoa, and Tea) Prepared Per Cup
987-996. Serving. Journal of Agriculture Food
Necas, J., & Bartosikova, L. (2013). Chemistry, 49(7): 3438-3442.
Carrageenan: a review, Faculty of Sopianti, D. S., & Sary, D. W. (2018).
Medicine. Veteranarni Medicina Skrining Fitokimia dan Profil KLT
58(4), 187-205. Metabolit Sekunder dari Daun Ruku-
Nuraini, F. (2002). Isolasi dan Identifikasi Ruku (Ocimum tenuflorum L.) dan
Tanin dari Daun Gamal (Gliricidia Daun Kemangi (Ocimum sanctum
Sepium (Jackquin) Kunth Ex Walp.). L.). Scientia Jurnal Farmasi dan
Malang: Universitas Brawijaya. Kesehatan, 44-52.
Pratiwi, R. H. (2014). Potensi Kapuk Randu
(Ceiba pentandra Gaetrn) dalam
Penyediaan Obat Herbal. E-Journal

60

You might also like