You are on page 1of 17

Jurnal Antikorupsi INTEGRITAS, 5 (2), 1-17

e-ISSN/p-ISSN: 2615-7977/2477-118X
DOI: https://doi.org/10.32697/integritas.v5i2.477
©Komisi Pemberantasan Korupsi

Lemahnya Komitmen Antikorupsi Presiden di Antara


Ekspektasi Pembangunan Ekonomi dan Tekanan Oligarki

Ahmad Khoirul Umam


Universitas Paramadina

ahmad_umam@yahoo.com

Abstract
The political commitment of the highest political leader in a country is the key to the success and
failure of an anti-corruption institution body. In the first era of President Joko Widodo's
leadership, the KPK faced a roller coaster of the agenda of eradication corruption. Various
threats that present uncertainty about the future of the KPK has been carried out by external
and internal forces of the KPK. This had a significant impact on the effectiveness of the KPK anti-
corruption engine. This article tries to explain and evaluate the quality of President Joko
Widodo's first-period government support (2014-2019) to the KPK and how it impacts on the
continuation of the anti-corruption agenda in Indonesia. This article concludes that economic
development targets that require socio-political stability make anti-corruption work is less
adequately addressed. As a result, the Corruption Eradication Commission was hit by a
counterattack from various political-business interest groups. Responding to the situation,
President Joko Widodo chose to play it safe and did not show a precise alignment on the KPK. In
this period also, there was no visible cooperation that took root and made the eradication and
prevention of corruption as the main agenda that was systematic and sustainable.

Keywords: Anti-Corruption, Democratization, Market Liberalization, Political Will, Civil Society

Abstrak
Komitmen politik dari pemimpin politik tertinggi dalam suatu negara merupakan kunci
kesuksesan sekaligus kegagalan dari lembaga antikorupsi. Di era pertama kepemimpinan
Presiden Joko Widodo, KPK menghadapi roller coaster agenda pemberantasan korupsi.
Berbagai ancaman yang menghadirkan ketidakpastian masa depan KPK, telah dilakukan oleh
kekuatan eksternal maupun internal KPK. Hal itu berdampak signifikan pada efektivitas
mesin antikorupsi KPK. Artikel ini mencoba menjelaskan dan mengevaluasi kualitas
dukungan pemerintahan periode pertama Presiden Joko Widodo (2014-2019) terhadap KPK
dan bagaimana dampaknya terhadap kelangsungan agenda antikorupsi di Indonesia. Artikel
ini menyimpulkan, target pembangunan ekonomi yang mensyaratkan adanya stabilitas
sosial-politik, membuat kerja-kerja antikorupsi kurang diperhatikan secara memadai.
Akibatnya, KPK digempur oleh serangan balik dari berbagai kelompok kepentingan politik-
bisnis. Merespon situasi itu, Presiden Joko Widodo memilih bermain aman dan tidak
menunjukkan keberpihakan yang jelas kepada KPK. Di periode ini pula, belum tampak kerja
sama kolektif yang mengakar dan menjadikan pemberantasan dan pencegahan korupsi
sebagai agenda utama yang sistematis dan berkelanjutan.

Kata Kunci: Antikorupsi, Demokratisasi, Liberlisasi Pasar, Kemauan Politik, Masyarakat Sipil

1
Ahmad Khoirul Umam

Pendahuluan 2018; CORE, 2018). Semua indikator


Dalam proses kampanyenya ekonomi makro tersebut menjadi
menjelang Pemilihan Umum Presiden peringatan serius yang harus diwaspadai.
(Pilpres) 2014, Presiden Joko Widodo Menghadapi tantangan ekonomi
telah menjanjikan “jalan perubahan” di tersebut, Presiden Jokowi berusaha
bidang ekonomi dengan mengakselerasi berfokus pada upaya pencapaian target
pertumbuhan ekonomi nasional rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai prioritas
6 hingga 8 persen per tahun. Setelah utama kinerjanya. Kendati demikian, awal
terpilih secara demokratis, sebagaimana periode pertama pemerintahan Jokowi
tertuang dalam Nota Keuangan dan dibayang-bayangi oleh dua persoalan
Rancangan Anggaran Pendapatan dan mendasar. Pertama, lemahnya dukungan
Belanja Negara Perubahan (RAPBNP) politik pemerintah, yang saat itu hanya
2015, pemerintahan Joko Widodo-Jusuf menguasai sekitar 37 persen kursi di DPR,
Kalla (Jokowi-JK) bahkan menjanjikan dibanding koalisi partai-partai oposisi
pertumbuhan ekonomi sebesar 7,8 akan yang saat itu mencapai 63 persen. Realitas
bisa dicapai pada tahun 2018. Tetapi politik itu berimplikasi pada pincangnya
selang 5 tahun pemerintahan berjalan, roda pemerintahan akibat terganggunya
“Jokowi effects” di bidang ekonomi proses eksekusi kebijakan tanpa
ternyata terbukti tidak terjadi. Rata-rata dukungan mayoritas di parlemen.
pertumbuhan ekonomi Indonesia Tantangan itu mulai bisa dinetralisasi
bertahan di angka 5 persen. Bahkan, pada ketika Presiden Jokowi berhasil mengajak
triwulan pertama 2015 sempat anjlok di Golkar dan PAN masuk ke koalisi
angka 4,71 persen (year-on-year), atau Indonesia Kerja, sehingga pemerintahan
terburuk sejak 2009. bisa lebih fokus menjalankan kinerjanya.
Untuk menggenjot pertumbuhan Kedua, adanya niat Presiden Jokowi untuk
ekonomi yang melambat, pemerintahan melibatkan Komisi Pemberantasan
Jokowi menjalankan 16 jilid paket Korupsi (KPK) dalam proses seleksi dan
kebijakan ekonomi dan memperbaiki penunjukan nama menteri dan pembantu
sistem perizinan investasi. Hasilnya, presiden lainnya, yang berakibat pada
peringkat iklim bisnis (ease of doing dicoretnya sejumlah nama besar di
business) dan investasi (global kalangan elit politik dan penegak hukum
competitiveness) Indonesia meningkat yang berujung pada instabilitas politik
hingga masuk kategori 10 negara yang nasional. Instabilitas di awal
mampu memperbaiki diri paling cepat pemerintahan Jokowi itu ditandai oleh
(biggest climber). Tetapi jumlah investasi munculnya niat partai utama pengusung
yang masuk di industri manufaktur yang Jokowi (PDIP) untuk mengusulkan nama
berorientasi ekspor sebagai salah satu Komisaris Jenderal Polisi (Komjen Pol)
penopang besar pertumbuhan ekonomi Budi Gunawan sebagai calon Kepala
nasional tergolong masih rendah. Kepolisian Negara Republik Indonesia
Sementara serapan tenaga kerja juga (Kapolri) yang diikuti oleh proses
belum setinggi era Susilo Bambang penersangkaan oleh KPK terkait dugaan
Yudhoyono (SBY)-Boediono (2009-2014). kasus rekening gendut sejumlah elit
Sedangkan daya beli masyarakat Trunojoyo (Tempo, 2010). Akibat dari
menurun, kinerja ekspor melemah, dan kontroversi ini, popularitas dan kepuasan
rupiah sempat terdepresiasi cukup dalam publik pemerintahan Jokowi sempat
dibanding mata uang sejumlah negara terjerembab dari 62 persen pada Januari
kawasan lainnya pada tahun 2018 (INDEF, 2015 menjadi hanya 41 persen pada Juni

2
Lemahnya Komitmen Antikorupsi Presiden di Antara
Ekspektasi Pembangunan Ekonomi dan Tekanan Oligarki

2015 (Lembaga Survei Indonesia, 2019a). Dalam konteks penegakan hukum


Alih-alih berfokus pada kerja-kerja dan antikorupsi, keberadaan lembaga
ekonomi, pemerintahan Jokowi terpaksa antikorupsi yang agresif justru acapkali
harus berjuang keras untuk melakukan dipandang sebagai ancaman terhadap
konsolidasi politik guna mengembalikan stabilitas politik nasional. Karena itu,
kepercayaan publik dan meredakan lembaga-lembaga antikorupsi dipaksa
ketegangan di kalangan masyarakat sipil untuk lebih lunak, fleksibel dan
sebagai prasyarat untuk bertahan dan keberadaannya diharapkan ‘tidak
melanjutkan kerja-kerja pemerintahan. mengancam’ dinamika pergerakan pasar
Belajar dari dua momentum politik dan bisnis nasional. Pada tahapan lebih
tersebut, Presiden Jokowi kemudian lanjut, logika pembangunan ekonomi-
berusaha mengadopsi konsep “stabilitas politik itu berpandangan bahwa praktik
politik dan keamanan” sebagai kunci dasar suap dan korupsi tidak lagi menjadi
bagi keberhasilan kerja-kerja ancaman serius dalam perkembangan
pemerintahannya. Cara pandang pasar terbuka. Karena itu, selama tahun
pembangunan berbasis stabilitas itu 1960-an hingga 1980-an, sejumlah
senada dengan tradisi pemikiran liberal- akademisi dan ekonom internasional
pluralis, sebagaimana dielaborasi oleh memercayai bahwa praktik korupsi bisa
Samuel P. Huntington dalam bukunya yang menjadi ''pelumas'' yang melancarkan
bertajuk Political Order in Changing kerja mesin pembangunan. Bahkan,
Societies (1968). Huntington meyakini pemikir sosiologi sekaliber Robert K.
bahwa ‘institusionalisasi kekuatan negara’ Merton (1968), yang masyhur dengan
dan ‘kemampuan untuk menjaga stabilitas Teori Sosial dan Struktur Sosial-nya,
dan ketertiban sosial’ akan sangat secara eksplisit juga mengakui pentingnya
menentukan efektivitas pembangunan manfaat korupsi untuk menjalankan
ekonomi suatu negara. Karena itu, upaya sistem birokrasi dan politik di sejumlah
intervensi perlu dilakukan untuk negara, terlebih dalam sistem politik yang
menciptakan kondusivitas dan stabilitas rapuh. Dalam ranah politik yang sarat
sosial-politik, meskipun pada level friksi, konflik, dan faksionalisme, korupsi
tertentu, cara-cara itu tidak selaras dengan diyakini bisa menjadi 'perekat' yang bisa
prinsip-prinsip dasar kebebasan sipil dan memperkuat ikatan politik,
penegakan hukum. mempertahankan stabilitas politik, serta
Cara pandang semacam itu pernah meningkatkan loyalitas pendukung.
dipraktikkan oleh era Orde Baru di bawah Prinsipnya, “the greater the corruption, the
kepemimpinan Presiden Soeharto yang greater the harmony between corruptor
kemudian dikoreksi oleh gerakan and corruptee'' atau semakin besar tingkat
reformasi. Pemerintahan Orde Baru praktik korupsi, semakin besar pula
berusaha melakukan apa saja untuk keselarasan antara koruptor dan pihak
menciptakan kondusivitas dan stabilitas yang dikorupsi (Johnston, 1996). Bahkan,
politik dan keamanan nasional, termasuk Huntington (1968) juga mengakui adanya
dengan cara menggunakan cara-cara sisi positif korupsi sebagai bahan bakar
koersif dan kekerasan untuk yang mampu mengefektifkan kerja mesin
membungkam kebebasan sipil, kebebasan birokrasi dan memberikan manfaat secara
berdemokrasi dan penegakan hukum yang khusus dan langsung kepada kelompok-
imparsial (Hadiz, 2003, 2013; Robison and kelompok sosial yang teralienasi,
Hadiz, 2004). terdiskriminasi, serta termarginalkan dari
arus utama masyarakat politik yang

3
Ahmad Khoirul Umam

berkembang. Kendati demikian, para nasional. Setelah bagian pendahuluan ini,


pemikir di atas menggarisbawahi bahwa artikel ini akan mengelaborasi konteks
manfaat korupsi akan bertahan jika teoritik kepemimpinan nasional dalam
praktik itu dijalankan dalam kadar yang agenda antikorupsi suatu negara,
terukur dan proporsional. Tapi jika termasuk menjawab pertanyaan, dimana
korupsi tak terbendung, hal itu berpotensi letak urgensinya? Seberapa signifikan
menghancurkan capaian dan fondasi dasar dampaknya terhadap kelangsungan
ekonomi-politik suatu negara agenda antikorupsi nasional? Selanjutnya,
(Huntington, 1968; Merton, 1968; Leys, penjelasan tersebut akan
1989). dikontekstualisasikan dalam setting social
Cara pandang pembangunan dan politik nasional, untuk menjelaskan
semacam itu, tampaknya mendapatkan seberapa signifikan level keberpihakan
justifikasi kembali di era pemerintahan pemerintahan Joko Widodo terhadap
Joko Widodo. Ikhtiarnya untuk agenda pemberantasan korupsi yang
menghadirkan proses pembangunan dikomandoi oleh KPK.
ekonomi yang efektif, diupayakan melalui
kerja-kerja untuk menciptakan Pembahasan
kondusivitas dan stabilitas sosial-politik Political Will of the Top Political Leader:
yang pada derajat tertentu justru Kunci Sukses dan Gagalnya Agenda
berimbas pada menurunnya kualitas Antikorupsi
kebebasan sipil, kebebasan berdemokrasi, Berbeda dengan cara pandang
serta penegakan hukum yang seolah sarat ekonomi-politik pembangunan di era
politisasi (Lembaga Survei Indonesia, 1960-an hingga 1980-an, mayoritas
2019b; SMRC, 2019). Argumentasi itulah peneliti kajian antikorupsi kontemporer
yang belakangan juga menjadi perhatian bersepakat bahwa korupsi merupakan
sejumlah peneliti internasional yang penghambat laju pembangunan ekonomi.
berpendapat bahwa telah muncul pola dan Karena itu, agar arus investasi asing bisa
kecenderungan hadirnya ‘neo-Soeharto’ masuk ke pasar dalam negeri, maka
dengan paham neo-developmentalisme di kepastian hukum dan stabilitas sosial,
era pemerintahan Jokowi (Power, 2018; politik dan keamanan menjadi syarat
Lindsey, 2018; Warburton, 2016). mutlak untuk dihadirkan (Shera, Dosti,
Dalam konteks agenda antikorupsi, Gabrova, 2014; Bentzen, 2012; Choi and
hal itu dikonfirmasi oleh upaya Presiden Woo, 2011).
Jokowi yang seolah menjaga jarak dari Untuk menghadirkan kepastian
KPK, hingga munculnya sejumlah hukum dan pemberantasan korupsi yang
‘instruksi klise dan bersayap’ dari para elit efektif tersebut, lembaga-lembaga
di lingkaran istana negara agar kerja-kerja internasional seperti International
pemberantasan korupsi sebaiknya tidak Monetary Fund (IMF), United States of
memicu instabilitas politik dan America International Development
mengganggu pembangunan ekonomi (USAID) hingga World Bank yang
nasional (Medcom, 2015; Sindo, 2016; bermazhab neo-liberalisme acapkali
Kompas, 2015). Berangkat dari elaborasi menawarkan paket kebijakan struktural
singkat di atas, artikel ini akan berusaha kepada negara-negara berkembang
mengevaluasi kualitas dukungan dan berupa resep demokratisasi, liberalisasi
keberpihakan pemerintahan Jokowi pasar dan juga reformasi kelembagaan.
periode pertama (2014-2019) terhadap Secara teoritik, terdapat dua prinsip dasar
KPK sebagai mesin utama antikorupsi demokrasi yang diyakini ampuh menjadi

4
Lemahnya Komitmen Antikorupsi Presiden di Antara
Ekspektasi Pembangunan Ekonomi dan Tekanan Oligarki

instrumen pemberantasan korupsi, pengenalan sistem kelembagaan baru,


dimana sistem demokrasi memberikan akan cenderung menghadirkan
mekanisme dan prosedur yang jelas ketidakteraturan (unpatterned) dan
kepada rakyat untuk menuntut ketidakpastian (uncertainty).
pertanggungjawaban (accountability) dan Karena itu, gugatan terhadap cara
transparansi (transparency) dalam pandang neoliberal ini disuarakan oleh
pemerintahan. Demokrasi juga kelompok strukturalis yang berpandangan
mensyaratkan sistem peradilan bahwa, paket kebijakan struktural yang
independen, sistem check and balance direkomendasikan mazhab pemikiran
dalam kekuasaan, kebebasan pers dan juga neoliberal itu bukanlah resep mujarab
supremasi hukum. Selanjutnya, agar tidak yang secara otomatis bisa berhasil
terjadi ‘perselingkuhan’ antara kekuasaan menghadirkan mesin antikorupsi yang
politik dan kekuatan ekonomi yang efektif. Sebab, kerja-kerja penciptaan
berakibat pada anomali pasar dan sistem mesin antikorupsi yang efektif itu hadir di
demokrasi, maka mazhab neo-liberal ini ruang politik yang cair dengan beragam
menekankan pentingnya liberalisasi pasar kompleksitas interaksi antar-kepentingan
untuk menghilangkan praktik-praktik di dalamnya. Akibatnya, kerja-kerja
monopoli. Kemudian, setelah antikorupsi akan selalu menghadapi
demokratisasi dan liberalisasi pasar dapat turbulensi, tantangan dan hambatan dari
menyehatkan sistem politik dan ekonomi berbagai kelompok kepentingan yang
suatu negara, upaya pemberantasan tidak nyaman dengan perjuangannya.
korupsi dapat dipercepat dengan Sebaliknya, pihak-pihak yang diharapkan
reformasi kelembagaan dengan menjadi mitra pendukung hadirnya tata
menghadirkan UU Antikorupsi dan kelola pemerintahan yang bersih,
pembentukan lembaga-lembaga khusus termasuk partai politik, lembaga penegak
antikorupsi seperti KPK. Dengan hukum hingga presiden sekalipun, juga
demikian, secara teoritik, semakin tinggi berpotesi mengalami pembusukan,
kualitas demokrasi dan pasar suatu negara pelemahan komitmen, hingga
yang ditopang dengan mesin antikorupsi bernegosiasi dan melakukan penyesuaian
yang agresif, maka akan semakin efektif dengan tarik-ulur kepentingan di
upaya pemberantasan korupsi (Sandholtz sekitarnya.
dan Kotzle, 2000: 38; Blake dan Martin, Alhasil, mazhab pemikiran
2006: 9; Hellman, 1998). strukturalis menemukan banyak anomali
Di sisi lain, kelompok neoliberal juga dari pelaksanaan resep paket kebijakan
berpandangan bahwa penciptaan mesin struktural di sejumlah negara
antikorupsi yang efektif hendaknya di- berkembang, termasuk di Indonesia
insulasi dan dijauhkan dari proses politik (Hadiz, 2003; Winters, 2013; Robison and
demokratis yang cenderung bersifat Hadiz, 2004). Di Indonesia, aktor-aktor
konfliktual. Rumusan-rumusan kebijakan demokrasi yang telah dibesarkan dalam
itu diharapkan bisa berjalan dengan baik, sistem ekonomi-politik yang korup
dalam ruang perubahan yang ‘tertib’ dan dengan leluasa bisa berkolaborasi dengan
bebas dari kompleksitas hubungan antar- kepentingan-kepentingan bisnis yang
kepentingan ekonomi-politik berbagai secara alami digerakkan oleh profit-
kelompok. Faktanya, perubahan sistem oriented behaviour. Dalam ruang
politik melalui demokratisasi dan demokratisasi dan liberalisasi pasar yang
perubahan sistem ekonomi melalui belum terkonsolidasi dengan baik,
liberalisasi pasar, ditambah dengan ‘perselingkuhan’ kekuasaan politik dan

5
Ahmad Khoirul Umam

kekuatan ekonomi itu acapkali mampu menjadi area tarik ulur kepentingan dan
menciptakan jejaring kekuasaan yang alat kompromi para elit politik dan
dengan mudah bisa berubah wajah kekuasaan. Dalam konteks inilah, kerja
menjadi mesin pengeruk anggaran negara pemberantasan korupsi tidak lagi semata-
dan pengeksploitasi sumber daya negara mata menjadi kerja penegakan hukum,
dalam skala yang masif. Akibatnya, tetapi sudah masuk dalam kerja-kerja
meskipun demokrasi berkembang, pasar politik.
semakin terbuka, tetapi pada saat yang Karena itu, pemberantasan korupsi
sama praktik korupsi juga semakin meluas akan selalu membutuhkan dukungan dari
hingga mampu menciptakan jaring-jaring presiden, perdana menteri, kanselir, atau
kekuasaan tersendiri, mampu pimpinan politik tertinggi suatu negara
menciptakan sistem perlindungan dan (Quah, 1999; Umam, 2014). Sebab, setiap
legitimasi, dan melalui legitimasi itu pula agresivitas pemberantasan korupsi akan
mereka dapat menegakkan ‘tertib politik’ selalu memicu lahirnya serangan balik
dalam struktur kekuasaan yang korup. dari kekuatan-kekuatan korup untuk
Karena itu, teori-teori yang melemahkan hingga mematikan langkah
meyakini bahwa kian demokratis suatu para aktor dan lembaga antikorupsi.
negara, kian efektif pemberantasan Ketika sudah masuk dalam ranah politik
korupsinya, seolah tidak berlaku di penegakan hukum, maka dukungan politik
Indonesia (Umam, 2014). Demokratisasi dan keberpihakan pemimpin politik
bukan solusi ‘otomatis’ untuk tertinggi terhadap lembaga antikorupsi
menghadirkan pemerintahan yang bersih menjadi faktor penting bagi keberhasilan,
dan efektif. Ada prasyarat-prasyarat lain kegagalan, hingga kelangsungan hidup
untuk menciptakan iklim politik yang lembaga antikorupsi tersebut.
mampu memapankan sistem antikorupsi Keberpihakan dan dukungan yang
yang memadai di dalam suatu memadai dari pemimpin politik tertinggi
pemerintahan. Ketika elit politik yang akan memberikan proteksi dan
korup mampu mengkooptasi kekuasaan di perlindungan yang memadai bagi lembaga
dalam sistem demokrasi, maka lembaga- dan aktor-aktor antikorupsi, baik dalam
lembaga antikorupsi akan dengan mudah konteks keselamatan jiwa, kelancaran
dimanfaatkan oleh jejaring kepentingan investigasi, ketersediaan sumber daya-
politik-bisnis dan kekuatan korup untuk logistik, efektivitas sistem pencegahan,
mengamankan kepentingan kekuasaan, hingga pendanaan lembaga antikorupsi.
mendisiplinkan aliansi politik, menjaga Kendati demikian, komitmen dari
loyalitas pengikut, menjatuhkan rival pemimpin politik untuk mendukung
politik, mengonsolidasikan kekuatan lembaga antikorupsi tidak mudah terjadi
pendukung, serta mencegah setiap potensi (Umam, 2018). Sebab, dalam konteks di
ancaman dari pihak lawan dan kompetitor Indonesia misalnya, keberadaan KPK
politik mereka. seolah selalu dianggap merepotkan oleh
Jika itu terjadi, proses investigasi, para stakeholders politik di negeri ini. Saat
penuntutan, hingga penjatuhan vonis yang sejumlah kekuatan politik membutuhkan
seharusnya berada dalam koridor taring dan kuku tajam KPK untuk
penegakan hukum dan pemberantasan menerkam lawan dan kompetitor politik
korupsi, dapat berubah menjadi area yang mereka, penguatan KPK dioptimalkan.
sangat politis dan mudah diintervensi Mekanisme politik dijalankan untuk
serta dimanipulasi. Selanjutnya, agenda mendapatkan figur-figur kuat, sangar,
pemberantasan korupsi dengan mudah agresif dan tak gentar oleh kekuasaan.

6
Lemahnya Komitmen Antikorupsi Presiden di Antara
Ekspektasi Pembangunan Ekonomi dan Tekanan Oligarki

Sebaliknya, saat KPK dianggap khususnya pada bahan bakar minyak


merepotkan, figur-figur yang “slow” justru (BBM) dan listrik (yang mencapai 60
ditempatkan sebagai nahkoda KPK. persen dari alokasi anggaran belanja
Karena itu, tidak relevan lagi menilai KPK negara) terbukti mampu meningkatkan
sebagai lembaga super-power. Dalam sektor konsumsi dan daya beli masyarakat
ruang demokrasi dan liberalisasi pasar sebagai penopang terbesar (50 persen)
yang belum terkonsolidasi dengan baik, bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
daya tahan, kualitas kinerja dan Sementara itu, di era pemerintahan
kelangsungan hidup KPK akan sangat Jokowi-JK, harga minyak dunia mengalami
ditentukan oleh dinamika politik dan penurunan signifikan, sehingga
pertarungan kepentingan-kepentingan memberikan ruang fiskal bagi pemerintah
bisnis besar di Indonesia. Jika presiden untuk memangkas subsidi bahan bakar
sebagai pemimpin politik tertinggi minyak, untuk selanjutnya
memberikan dukungan yang memadai, mengalokasikan anggaran subsidi ke
KPK akan bisa bertahan. Sebaliknya, jika program perlindungan sosial (utamanya
presiden cenderung menjaga jarak, sektor kesehatan dan pendidikan) serta
mencari selamat dan tidak tegas pembiayaan infrastruktur sebagai
menunjukkan keberpihakan politiknya, penopang industri manufaktur dan kinerja
maka sejatinya presiden sedang ekspor masa depan. Selama lima tahun
mendukung upaya pelemahan dan pemerintahan Jokowi-JK (2014-2019),
penghancuran KPK. alokasi APBN untuk fungsi ekonomi
(pembangunan transportasi,
Roller Coaster Pemberantasan Korupsi infrastruktur, energi, dan kedaulatan
di Tengah Target Ekonomi dan pangan) mencapai 21,5 persen dari total
Tekanan Oligarki belanja pemerintah, dibanding 9,3 persen
Pemerintahan Susilo Bambang di era SBY-Boediono. Sementara alokasi
Yudhoyono (2004-2014) dihadapkan pada perlindungan sosial (meliputi perluasan
tantangan meroketnya harga minyak sasaran program keluarga harapan,
dunia yang sempat menyentuh US$ 146 perbaikan mutu layanan kesehatan, JKN,
per barel pada medio 2008, sehingga KIP, KIS, dan program lainnya) mencapai
berdampak langsung terhadap kondisi 8,7 persen, berbanding 1 persen pada era
ekonomi nasional, khususnya 40 persen SBY. Meskipun alokasi belanja di sektor
rakyat miskin (the bottom forty). Agar ekonomi dan perlindungan sosial cukup
pertumbuhan ekonomi nasional tetap besar, tetapi Rasio Penciptaan Kerja (RPK)
terjaga, pemerintah Indonesia dan pertumbuhan ekonomi di era Jokowi-
mengalokasikan ruang fiskal yang lebih JK masih kalah jauh dibanding dengan era
besar pada alokasi anggaran subsidi SBY-Boediono (INDEF, 2018). Ketika daya
energi dan upaya menjaga ‘daya beli serap tenaga kerja tidak tinggi,
masyarakat’ melalui ‘keep buying strategy’ pendapatan dan daya beli masyarakat juga
yang diterjemahkan dalam bentuk mengalami pelemahan. Kondisi tersebut
pemberian insentif dan stimulus ekonomi diperparah oleh kondisi ekonomi global
seperti program BLT, PNPM, PKH dan yang terus memberikan tekanan terhadap
lainnya kepada rakyat miskin dan hampir nilai tukar rupiah dan rendahnya harga
miskin yang berjumlah sekitar 100 juta minyak mentah dunia (rata-rata US$ 49,2
orang. Pemberian stimulus ekonomi di era per barrel pada 2015-2017). Akibatnya,
pemerintahan SBY melalui skema bantuan sejak awal pemerintahannya, kinerja
sosial, bantuan pendidikan, subsidi energi, ekonomi Jokowi-JK tidak mampu

7
Ahmad Khoirul Umam

mencapai target pertumbuhan ekonomi posisi di peringkat 109 dari 189 negara di
sebagaimana yang ditargetkan dalam dunia, berhasil melakukan lompatan yang
setiap RAPBN-nya. Tahun 2017, impresif ke posisi 72 dari 190 negara di
pemerintah mentargetkan 5,4 persen tapi dunia. Dalam EODB 2019 posisi Indonesia
realisasinya hanya menyentuh 5,07 persen menurun satu peringkat ke posisi 73 dari
di tahun 2019, dengan beragam asumsi 190 negara, meskipun indeks yang diraih
optimis, pemerintah menargetkan 5,2 pemerintah naik 1,42 persen menjadi
persen, tetapi menjelang akhir 2019 ini, 67,96 persen.
pemerintah masih tampak kesulitan Berbagai upaya perubahan rezim
mencapai target yang ditentukan. perizinan, sistem perdagangan
Semua tantangan ekonomi itu internasional dan infrastruktur publik itu
menjadi perhatian besar pemerintahan memunculkan harapan baru bagi
Jokowi. Bahkan, dalam proses politik masyarakat dunia usaha. Kendati
menuju Pilpres 2019, kinerja ekonomi demikian, upaya-upaya perbaikan itu
merupakan salah satu bidang yang masih tetap belum bisa membuat investasi
mendapatkan penilaian dengan tingkat asing yang masuk di pasar nasional sesuai
kepuasan publik yang kurang signifikan dengan harapan dan target yang
(Lembaga Survei Indonesia, 2018). Karena ditetapkan (World Bank, 2017, 2019;
itu, pemerintah Jokowi berusaha fokus Norwegian Energy Partner, 2019). Dalam
pada upaya peningkatan investasi asing situasi tersebut faktor penegakan hukum
untuk meningkatkan pertumbuhan dan pemberantasan korupsi seringkali
ekonomi nasional. Guna mencapai target dituding sebagai salah satu ‘biang keladi’
tersebut, pemerintahan Jokowi telah di balik kurang derasnya arus investasi
berusaha melakukan sejumlah terobosan, asing ke pasar nasional. Karena itu,
mulai dari reformasi rezim perizinan muncul berbagai pernyataan dan instruksi
usaha (business licensing), reformasi dari kalangan elit di lingkaran istana
kepabeanan (custom), hingga perbaikan negara agar kerja-kerja pemberantasan
infrastruktur publik. Pemerintahan Jokowi korupsi tidak menimbulkan kegaduhan
sadar bahwa keterbatasan sistem dan instabilitas politik yang dianggap
perizinan, sistem cukai dan kepabeanan, tidak produktif bagi pembangunan
hingga infrastruktur publik yang ekonomi nasional ke depan (Sindo, 2016;
menghubungkan antar wilayah pusat Kompas, 2015).
ekonomi daerah, telah menghambat Sejumlah aktivis antikorupsi dari
lancarnya mobilitas barang dan modal Transparency International Indonesia
sehingga menjebak Indonesia dalam (TII) dan Indonesia Corruption Watch
kegiatan ekonomi berbiaya tinggi dan (ICW) mensinyalir bahwa kekeliruan cara
miskin investasi. pandang pemerintah Jokowi dalam
Setelah sejumlah upaya reformasi melihat relasi antara agenda
dijalankan, infrastruktur publik pemberantasan korupsi dan stabilitas
mengalami perbaikan. Penilaian atas Ease iklim usaha dan investasi itu besar
of Doing Business (EODB) atau kemudahan dipengaruhi oleh adanya masukan dan
berusaha di Indonesia mengalami informasi yang kurang tepat dari sejumlah
perbaikan. Pada 2016 hingga 2018, oknum yang tergabung di sekitar asosiasi
Indonesia masuk kategori negara-negara pengusaha nasional, baik Kamar Dagang
yang mampu memperbaiki diri paling Indonesia (KADIN) maupun Asosiasi
cepat (biggest climber). Pada rentang Pengusaha Indonesia (APINDO) (Anonim,
waktu tersebut, Indonesia yang semula wawancara di Jakarta, 12 Desember

8
Lemahnya Komitmen Antikorupsi Presiden di Antara
Ekspektasi Pembangunan Ekonomi dan Tekanan Oligarki

2019). Mereka dikabarkan menyampaikan dianggap sebagai wujud rendahnya


adanya keresahan di kalangan pengusaha komitmen antikorupsi Presiden Jokowi
nasional akibat agresivitas KPK dalam dalam menghadapi dahsyatnya tekanan
menyasar praktik korupsi yang politik orang-orang kuat yang membawa
melibatkan sejumlah korporasi besar kedua nama tersebut sebagai paket
hingga membuat ketakutan sejumlah pesanan politik mereka. Presiden tetap
investor untuk masuk ke Indonesia. memilih mempertaruhkan kredibilitas dan
Kendati demikian, tidak ada satupun pihak legitimasi kepemimpinannya di hadapan
yang bisa memberikan contoh yang jelas publik, daripada menetralisasi lembaga
tentang adanya ketakutan investor untuk Kejaksaan dan Kepolisian sebagai ujung
masuk ke Indonesia akibat agresivitas tombak penegakan hukum nasional dari
KPK. Sebaliknya, justru kinerja KPK anasir-anasir yang memunculkan
diharapkan bisa mendorong kepastian kecurigaan publik. Selanjutnya, situasi itu
dunia usaha melalui penguatan good memunculkan konfrontasi besar untuk
corporate governance. kesekian kalinya antara lembaga KPK dan
Tetapi, pemerintah tampaknya Polri yang ditunjukkan oleh penetapan
sudah terlanjur percaya dengan bangunan sejumlah pimpinan KPK sebagai tersangka
logika dan prasangka yang tidak tepat itu. oleh Polri.
Akibatnya, selama periode pertama Konfrontasi itu kemudian “seolah”
pemerintahannya (2014-2019), Presiden berakhir dengan skema win-win solution,
Jokowi tidak menunjukkan keberpihakan berupa penghentian proses investigasi
yang jelas kepada KPK. Presiden yang dijalankan kedua belah pihak, baik
cenderung lepas tangan dan mencari KPK maupun Polri. Untuk menciptakan
selamat sendiri dengan membiarkan KPK ‘stabilitas’ dalam proses penegakan
menghadapi berbagai tantangan dan hukum dan pemberantasan korupsi,
ancaman, baik internal maupun eksternal. pemerintahan Jokowi kemudian untuk
Tidak jelasnya komitmen Presiden pertama kalinya membuka ruang bagi elit
Jokowi terhadap agenda pemberantasan kepolisian sebagai bagian dari komisioner
korupsi itu tergambar dari sejak awal dan pimpinan KPK. Sejumlah aktivis
pemerintahannya. Pasca pelantikannya antikorupsi Transparency International
pada Oktober 2014, pemerintahan Jokowi Indonesia (TII) dan Indonesia Corruption
menghadapi tekanan politik besar dari Watch (ICW) juga mensinyalir bahwa
lingkaran terdekatnya akibat penetapan upaya penciptaan ‘stabilitas’ itu juga
Komjen Pol. Budi Gunawan (BG) sebagai dilakukan dengan penyiapan tiga kasus
calon tunggal Kapolri pengganti Jenderal lama terkait pidana administrasi publik
Pol. Sutarman, yang didukung penuh oleh yang diduga melibatkan pimpinan KPK
partai penguasa PDIP. Wajah presiden periode (2015-2019). Agar tidak
kemudian tertampar keras oleh KPK memunculkan kontroversi, ancaman itu
akibat langkahnya menetapkan calon konon dikomunikasikan secara terbatas
Kapolri tersebut sebagai tersangka kasus antara KPK dan lembaga penegak hukum
penyuapan dan pemilik rekening gendut terkait untuk memastikan manuver KPK
petinggi Polri. Tekanan politik publik juga tetap terkendali dan berada di dalam
muncul saat Presiden Jokowi memilih ‘batas-batas kewajaran’.
politisi Partai Nasdem HM Prasetyo Selanjutnya, upaya penciptaan
sebagai Jaksa Agung (2014-2019). Kedua ‘stabilitas’ ini juga dilakukan dengan cara
nama calon pucuk pimpinan korps menciptakan sistem dan mekanisme
Bhayangkara dan korps Adhyaksa itu pemberantasan korupsi yang lebih kuat

9
Ahmad Khoirul Umam

pada lembaga penegak hukum, khususnya itu kemudian mendorong adanya upaya
di internal lembaga Polri melalui gagasan pembungkaman kelompok yang dianggap
pembentukan Datasemen Khusus kritis dan melampaui kewenangan yang
(Densus) Antikorupsi di bawah Markas seharusnya.
Besar Polri. Ide Densus Antikorupsi ini Akibatnya, terjadi ketegangan
ditujukan untuk menghindarkan konflik internal di dalam KPK yang berujung pada
dan konfrontasi antara Polri dan KPK yang keputusan mutasi jabatan di internal
acapkali menggerus legitimasi politik lembaga KPK yang menyasar sejumlah
pemerintah. Pada saat yang sama, gagasan nama dan pihak-pihak yang dinilai
pembentukan Densus Antikorupsi Mabes terlampau kritis terhadap pimpinan
Polri ini juga dianggap sebagai perisai dan lembaga. Ketegangan ini kemudian
mekanisme tangkal agar KPK tidak bisa memunculkan sengketa dimana Wadah
lagi masuk memainkan mesin Pegawai KPK mengajukan gugatan di
antikorupsinya di dalam lingkungan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)
internal Polri. Setelah mendapatkan terkait SK Pimpinan KPK No. 1426/2018
tentangan dari masyarakat sipil dan tentang Cara Mutasi di Lingkungan KPK.
hilangnya dukungan dari sejumlah tokoh Terkait dengan ketegangan internal ini,
politik, ide pembentukan Densus Wadah Pegawai KPK telah mencoba untuk
Antikorupsi Polri ini kemudian terhenti. menyampaikan informasi ini kepada
Meskipun demikian, upaya Presiden Jokowi, tetapi informasi itu
“menjinakkan” KPK terus berjalan melalui tampaknya tidak mendapatkan porsi
penempatan figur-figur sentral di internal prioritas perhatian presiden.
KPK yang dianggap memiliki kapasitas Alhasil, friksi dan faksionalisme di
untuk mengganggu efektivitas kinerja internal KPK terus berlanjut. Proses
KPK. Hal itu dikonfirmasi oleh pernyataan pembusukan internal akibat friksi-friksi
publik Wadah Pegawai KPK pada itu terus terjadi secara perlahan. Di
September 2018, yang menyatakan bahwa tambah lagi masih adanya sejumlah alat
ada anasir-anasir jahat di internal KPK bukti terkait kasus besar yang melibatkan
yang menghalangi proses investigasi yang nama besar yang berada di lingkaran
mencoba mentarget nama-nama besar kekuasaan. Hal itulah yang belakangan
(big fishes) dan melibatkan uang besar (big diduga menjadi salah satu pemicu
money). Tak hanya itu, muncul pula munculnya gerakan teror yang menyasar
perbedaan pendapat di internal KPK para pimpinan, penyidik dan pegawai KPK.
terkait dengan rencana masuknya sekitar Yang paling masygul adalah penyerangan
100 penyidik baru dari Polri tanpa harus fisik terhadap penyidik senior KPK Novel
melalui proses fit and proper test yang Baswedan yang hingga kini, telah lebih
memadai oleh pihak ketiga profesional, dari dua tahun, masih belum menemukan
sebagaimana prosedur yang selama ini titik terang meskipun Presiden Jokowi
dijalankan oleh KPK. Situasi ini telah lama berjanji dan menetapkan
menciptakan dilema mengingat selama ini deadline kepada Kapolri Tito Karnavian
KPK selalu mengeluhkan kurangnya dan Kapolri Idham Aziz di bawah
jumlah penyidik untuk menangani pemerintahannya. Konon, Novel
tumpukan kasus yang dilaporkan Baswedan merupakan “korban dari
masyarakat, tetapi di saat yang sama KPK ketakutan” elit penegak hukum yang
juga berharap untuk tetap diduga memiliki kasus lama yang masih
mempertahankan reputasi dan kualitas ‘diendapkan’ oleh KPK. Meskipun bukan
kinerjanya. Pro dan kontra di internal KPK Novel yang memegang kasus tersebut,

10
Lemahnya Komitmen Antikorupsi Presiden di Antara
Ekspektasi Pembangunan Ekonomi dan Tekanan Oligarki

tetapi sentimen negatif yang berbasis pemerintahan yang pada saatnya mampu
ketidakpercayaan dalam relasi antar- menenggelamkan negara dan mesin
lembaga penegak hukum menempatkan antikorupsi itu sendiri. Pola kerja
nama Novel Baswedan ke dalam daftar antikorupsi seperti itulah yang dinilai
tertinggi ‘penyidik yang patut dicurigai’. banyak peneliti berpotensi memunculkan
Akibatnya, setelah berbagai teror ‘treadmill effect’, di mana meskipun
dilakukan, serangan fisik terhadap Novel berbagai upaya antikorupsi telah
Baswedan itu terjadi. Setelah hampir 3 dijalankan, seolah bangsa ini telah berlari
tahun ini janji-janji Presiden Jokowi untuk kencang, tapi sejatinya kita masih berdiri
membongkar kasus itu tidak terpenuhi. di posisi yang sama, berlari di atas pijakan
Janji politik Presiden Jokowi tak ubahnya semula, alias stagnan. Dengan segala
gimmick semata. Presiden juga seolah keterbatasannya, KPK dibiarkan lari
terkesan legawa alias tidak keberatan begitu kencang sembari dipaksa harus
melihat para pembantunya di bidang tergopoh-gopoh menangkis berbagai
penegakan hukum itu ‘melecehkan’ serangan dan gempuran dari berbagai
instruksi-instruksinya yang selama ini kekuatan korup di negeri ini. Sementara
diberikan. penegak hukum lain yang notabene berada
Akibatnya, perlahan-lahan, taring di bawah kendali presiden, seolah
dan cakar KPK tanggal satu persatu. KPK dibiarkan fokus pada hal lain ketimbang
tidak lagi memiliki kapasitas dan memberantas penyakit akut korupsi yang
kemampuan yang memadai untuk siap menenggelamkan bahtera negara ini.
berhadapan dengan kekuatan korup
berskala besar. Akhirnya, selama periode Senjakala KPK di Penghujung
2015-2019, kerja-kerja KPK lebih banyak Pemerintahan Joko Widodo
terjebak di dalam rutinitas yang kurang Wacana penguatan KPK selalu
strategis. Agenda pemberantasan korupsi menjadi pemanis dalam setiap diskusi dan
KPK justru terkesan sporadis dan terjebak perdebatan visi misi calon presiden.
dalam rutinitas Operasi Tangkap Tangan Hampir tidak ada satupun pihak yang
(OTT) dengan target politisi di DPR dan berani berwacana untuk melemahkan KPK
kepala-kepala daerah saja. Kerja-kerja di Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) dan
KPK seharusnya diarahkan untuk Pemilihan Umum Presiden) Pilpres 2019.
pemberantasan dan pencegahan korupsi Sebab, KPK merupakan lembaga yang
yang menyasar sektor-sektor strategis secara konsisten mendapatkan dukungan
yang mengandung kerugian negara dalam dan kepercayaan publik yang besar sejak
jumlah besar laiknya sektor energi, lembaga ini lahir. Kendati demikian,
infrastruktur, pangan, dan politik setelah kemenangan politik berhasil
pemerintahan. didapatkan, kekuasaan politik dan
Jika bertahan pada rutinitas, akar- kekuatan ekonomi yang korup dapat
akar korupsi akan terus menjalar. dengan leluasa bergerak secara senyap
Akibatnya, KPK tak ubahnya seperti untuk mendegradasi KPK, tanpa resiko
lembaga pemadam kebakaran yang politik yang memadai pasca Pemilu.
tenaga, sumber daya, dan konsentrasinya Situasi itu ditunjukkan oleh
hanya difokuskan pada percikan-percikan manuver elit politik pasca Pilpres 2019.
api kecil yang bermunculan, sementara Tanpa harus dihantui oleh resiko politik
potensi kebakaran yang jauh lebih dahsyat besar pasca Pemilu, kekuatan politik yang
dibiarkan begitu saja menyebar dan selama ini menjadi target sasaran operasi
berurat akar dalam sistem politik dan mesin antikorupsi KPK bergerak

11
Ahmad Khoirul Umam

serempak melemahkan KPK. Pada saat melewati batas waktu dua tahun. Selain
yang sama, sejumlah korporasi besar di menabrak putusan Mahkamah Konstitusi
bisnis properti, bisnis pertambangan dan (MK) tahun 2003, 2006, dan 2010 yang
bisnis perkebunan, yang mana dalam menetapkan bahwa KPK tidak berwenang
empat tahun terakhir banyak elit-elit mengeluarkan SP3, kewenangan ini justru
perusahaannya disapu oleh KPK, hanya akan menjebak KPK untuk berfokus
menemukan titik pertemuan kepentingan pada kerja-kerja pemberantasan korupsi
dengan para elit kekuasaan, untuk kelas teri. Sebab, kasus-kasus besar yang
bersama-sama menjinakkan KPK. kompleks seringkali membutuhkan waktu
Upaya penjinakkan KPK itu yang lebih lama untuk mengungkapnya.
dilakukan dengan mengeluarkan revisi UU Anehnya, masyarakat dipaksa untuk
KPK yang disahkan oleh paripurna DPR menyaksikan sejumlah ‘cacat administrasi
secara kilat hanya dalam tempo 13 hari dan substansi’ dalam proses pembahasan
saja, tepatnya pada 16 September 2019 revisi UU KPK ini. Selain tidak dihadiri oleh
lalu. Pada 17 Oktober lalu, revisi UU KPK dua pertiga dari jumlah Anggota Dewan
itu secara otomatis telah berubah menjadi (kuorum) di rapat paripurna DPR, proses
UU, sesuai dengan Pasal 20 ayat 5 UUD revisi UU KPK ini juga sama sekali tidak
1945 tentang landasan hukum perubahan melibatkan KPK dan juga masyarakat sipil
otomatis RUU menjadi UU. Melalui dalam menetapkannya. Bahkan, Presiden
perubahan UU KPK ini, nomenklatur dan Jokowi yang selama ini mengaku sebagai
kewenangan KPK mengalami sejumlah pendukung KPK dan berkomitmen untuk
perubahan mendasar. memperkuat KPK, juga ikut memberikan
Misalnya, pertama, munculnya restu atas proses politik yang masygul
lembaga Dewan Pengawas KPK. Secara tersebut. Presiden Jokowi tampak tidak
kerangka teori hukum, KPK merupakan menunjukkan keberpihakan yang jelas
lembaga negara yang masuk dalam dalam ruang perdebatan seputar KPK. Saat
rumpun independen, sehingga mekanisme Presiden menghadapi tekanan politik
pengawasannya ditentukan oleh “sistem masyarakat sipil yang ditunjukkan oleh
pegawasan”, bukan oleh “lembaga gerakan mahasiswa selama September-
pengawas”. Selama ini, sistem pengawasan Oktober 2019, presiden menunjukkan
itu telah dijalankan oleh pengawas gimmick politik yang menjanjikan dengan
internal dan pengaduan masyarakat, serta mengumpulkan para tokoh masyarakat
juga bisa dijalankan oleh Komisi III sebagai dan menjanjikan penerbitan Peraturan
mitra kerja KPK di DPR RI. Kedua, Dewan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Pengawas menurut revisi UU KPK (Perppu) UU KPK untuk mengembalikan
memiliki sejumlah kewenangan besar kewenangan KPK seperti sediakala.
berupa pemberian izin penyadapan, Tapi saat pergerakan masyarakat
penyitaan, hingga penggeledahan sipil melemah, Presiden Jokowi lebih
(tindakan pro justicia) yang justru akan memilih berusaha untuk bermain aman
menghambat efektivitas kerja-kerja dengan tidak berhadapan langsung
penindakan KPK. Kewenangan yang dengan partai-partai politik di sekitarnya
berjenjang dan birokratis akan membuat yang secara serempak mendukung
mesin antikorupsi KPK semakin melambat pelemahan KPK. Dengan
dan tidak mampu bergerak cepat. Ketiga, mengatasnamakan etika ketatanegaraan,
munculnya kewenangan KPK untuk Presiden Jokowi mencoba bermain aman
menerbitkan Surat Perintah Penghentian dengan cara menunggu hasil judicial
Penyidikan (SP3) sebuah perkara yang review UU KPK di Mahkamah Konstitusi

12
Lemahnya Komitmen Antikorupsi Presiden di Antara
Ekspektasi Pembangunan Ekonomi dan Tekanan Oligarki

(MK) yang masih berjalan hingga gempuran dan serangan kekuatan-


sekarang. Untuk kesekian kalinya, kekuatan korup di negeri ini. Bahkan, KPK
Presiden Jokowi sedang menunjukkan juga di-framing oleh pihak-pihak yang
dirinya tidak memiliki grand design dan tidak bertanggung jawab melalui rekayasa
komitmen yang memadai untuk opini publik yang menyatakan bahwa
memperkuat KPK dan mengefektifkan “KPK sedang menyasar kader-kader Islam
kerja-kerja antikorupsi di era moderat”. Narasi framing itu coba dikait-
pemerintahannya. kaitkan dengan kerja-kerja antikorupsi
Akibatnya, kini KPK sedang berada KPK yang memang tengah melakukan
pada titik nadir. Selain KPK tidak berdaya operasi tangkap tangan dan penetapan
akibat pemangkasan kewenangannya, tersangka kepada politisi-politisi korup
KPK juga dihadapkan pada realitas yang kebetulan memiliki kedekatan
menurunnya dukungan pemimpin politik dengan latar belakang sosial kelompok
tertinggi di negeri ini. Pada saat yang sama, Islam moderat.
upaya penciptaan opini untuk Akibatnya, simpul-simpul kekuatan
melemahkan KPK juga berjalan secara kelompok Islam moderat yang selama ini
sistemik dan terstruktur. Berdasarkan memberikan dukungan memadai kepada
kajian Lembaga Penelitian, Pendidikan KPK, justru mengalami disorientasi yang
dan Penerangan Ekonomi dan Sosial melemahkan fungsi publiknya (Azumardy
(LP3ES) serta Drone Emprit (Gatra, 2019), Azra, wawancara di Jakarta, 12 Desember
upaya rekayasa opini publik itu telah 2019). Simpul-simpul kekuatan itu lebih
terjadi sekitar tiga minggu sebelum mudah terjebak dalam pro-kontra
penetapan revisi UU KPK oleh sidang keberpihakan terhadap narasi-narasi
paripurna DPR. Operasi reyakasa opini kekuasaan politik praktis akibat
publik itu dilakukan dengan cara menguatnya fungsi dan motivasi politik di
amplifikasi konten dan narasi kontra-KPK internal mereka. Simpul-simpul kekuatan
yang dilakukan oleh akun-akun robot yang kelompok Islam moderat yang diharapkan
baru dibuat dan memiliki follower yang terus konsisten menjadi penyokong
sangat terbatas. Narasi dan konten yang agenda pemberantasan korupsi dan tata
dimunculkan untuk melemahkan KPK juga kelola pemerintahan yang bersih, justru
dilakukan dengan penggunaan kehilangan ketajaman daya nalar dan
pendekatan semantik yang cukup cerdas, analisanya dalam mencermati fenomena-
sehingga memunculkan antipati publik fenomena yang sarat dengan manipulasi
terhadap KPK. dan rekayasa opini publik ini. Ke depan,
Salah satu strategi rekayasa opini KPK tetap berharap dan akan terus
publik di media sosial yang paling efektif membutuhkan dukungan dari kelompok-
adalah mengamplifikasi narasi “KPK kelompok Islam moderat. Sebab, daya
sarang Taliban”. Konten itu mendapatkan kekuatan politik mereka akan sangat
perhatian masyarakat secara luas, dan membantu KPK untuk
pada level tertentu, berhasil dikonsumsi mengkomunikasikan dan meyakinkan
secara mentah-mentah oleh kalangan simpul-simpul kekuasaan termasuk
Islam moderat. Dengan narasi “KPK sarang presiden sebagai pucuk pimpinan politik
Taliban”, KPK kini tidak lagi dihadapkan tertinggi di negara ini, agar bersedia
pada simbol kekuatan korup, tetapi justru memberikan dukungan dan keberpihakan
dihadap-hadapkan pada kekuatan Islam yang jelas terhadap KPK dan agenda
moderat di Indonesia yang selama ini telah antikorupsi.
menjadi penjaga dan pelindungnya dari

13
Ahmad Khoirul Umam

Penutup KPK, yang mana proses politik itu


KPK sebagai anak kandung disaksikan, direstui, dan dikerjakan oleh
reformasi telah coba dihabisi oleh pemerintah dan DPR, dan didiamkan oleh
berbagai simpul-simpul kekuasaan politik Presiden yang selama ini menyatakan
dan kekuatan bisnis yang zona nyamannya komitmennya terhadap penguatan KPK itu
merasa diganggu oleh KPK. Selama lima sendiri.
tahun kepemimpin Presiden Jokowi, KPK KPK seolah dibiarkan tersungkur
menghadapi roller coaster agenda menghadapi ‘sakaratul maut’ akibat
pemberantasan korupsi, dimana ancaman serangan balik kelompok-kelompok
pelemahan KPK tidak hanya dilakukan kepentingan politik-bisnis (vested
oleh kekuatan eksternal, melainkan juga interests) yang menghendaki pelemahan
oleh kekuatan di internal KPK. efektivitas gerakan antikorupsi.
Langkah-langkah pelemahan KPK Menghadapi situasi seperti ini, rakyat
tidak lagi dilakukan melalui Indonesia sangat mengharapkan
penersangkaan atau kriminalisasi ketegasan dan hadirnya keberpihakan
pimpinan KPK menggunakan ‘kasus-kasus yang jelas dari presiden terhadap lembaga
ajaib’ yang menciptakan kontroversi antikorupsi. Sebab, komitmen presiden
publik. Pelemahan KPK itu kini dilakukan merupakan faktor yang sangat penting dan
melalui penciptaan politik ketakutan sangat menentukan bagi kesuksesan
(politics of fearness) lewat penggunaan maupun kegagalan agenda antikorupsi.
ancaman-ancaman yang tidak mudah Without political will of the top political
diidentifikasi publik, rekayasa opini publik leader, anti-corruption is nothing (Quah,
melalui operasi digital media, hingga 2009; Klittgard, 1988).
manipulasi informasi melalui framing Kendati demikian, fakta masih
yang memojokkan KPK hingga dibenci tingginya intensitas benturan antar-
oleh pihak-pihak yang selama ini menjadi lembaga pemberantasan korupsi hingga
pendukungnya. Kondisi itu berdampak sering membuat KPK terseok-seok, seolah
signifikan terhadap efektivitas mesin mengonfirmasi sedemikian lemahnya
antikorupsi KPK dalam upaya menyasar dukungan politik pemimpin bangsa ini
target-target pemberantasan korupsi dan terhadap agenda antikorupsi. Ibarat
memperbaiki sistem pengelolaan di perang tanpa panglima, arah kebijakan
sektor-sektor strategis yang menyangkut dan strategi perang yang dilancarkan
masyarakat luas. lembaga-lembaga antikorupsi di negeri ini
Pada 2015, KPK dan pemerintah akan terus bersifat sporadis, tidak fokus,
menetapkan target Indeks Persepsi berjalan sendiri-sendiri, tanpa komando
Korupsi (Corruption Perception Index) yang jelas, hingga melahirkan relasi
Indonesia bisa mencapai 50 pada tahun konfliktual dan saling meniadakan antara
2020. Kendati demikian, ujung perjalanan satu lembaga penegak hukum dengan yang
lima tahun pemerintahan ini, belum ada lain. Hingga kini, meskipun telah terbit
capaian gemilang yang menjadi indikator Perpres No.54 tahun 2018 tentang Strategi
keberhasilan dan bukti keseriusan Nasional Pencegahan Korupsi, masih
pemerintah dalam mengamputasi kanker belum juga tampak kerja sama kolektif
korupsi secara sistematis di negeri ini. yang benar-benar mengakar dan
Sebaliknya, di penghujung periode menjadikan pemberantasan dan
pertama pemerintahan Jokowi, KPK justru pencegahan korupsi sebagai agenda utama
dipaksa menghadapi ancaman pelemahan yang sistematis dan berkelanjutan. Rakyat
yang sangat sistematis melalui revisi UU

14
Lemahnya Komitmen Antikorupsi Presiden di Antara
Ekspektasi Pembangunan Ekonomi dan Tekanan Oligarki

sedang menunggu Presiden Jokowi _____________. 2013. ‘The Rise of Capital and
menunaikan janji. the Necessity of Political
Economy’. Journal of
Contemporary Asia 43 (2),
Referensi
208-225.
Bentzen, Jeanet Sinding. 2012. ‘How bad is
Corruption? Cross-Country
Hellman, J. 1998. ‘Winners Take All: The
Evidence of the Impact of
Politics of Partial Reform in
Corruption on Economic
Post-Communist Transitions’.
Prosperity’. Review of
World Politics 50, 203-235.
Development Economics 16
(1), 167-184.
Huntington, Samuel P. 1968. Political
Order in Changing Societies.
Blake, Charles H. & Christopher G. Martin.
New Haven, CT: Yale
2006. ‘The dynamics of
University Press.
Political Corruption: Re-
examining the Influence of
INDEF. 2018. “Mampukah Pemerintah
Democracy’. Democratization
Jokowi-JK Ciptakan Lapangan
13 (1), 1-14.
Kerja” (Can Jokowi-JK
Administration Create Jobs?),
Choi, Eunjung & J. Woo. 2011. ‘Liberal
20 February 2018, can be
Reform, Political Corruption,
accessed via:
and Socio-Economic Impacts
https://indef.or.id/source/re
in Asia and Eastern Europe’.
search/[INDEF%20Press%20
International Journal of
Release]%20Penciptaan%20
Comparative Sociology 52 (3),
Lapangan%20Kerja%20-
181-196.
%2020%20Februari%20201
8.pdf .
CORE. 2018. “Pertumbuhan Tak Cukup,
Kita Perlu Lompatan”, 21
Johnston, Michael. 1996. ‘The Search for
December 2018, accessed:
Definition: The Vitality of
https://www.coreindonesia.o
Politics and the Issue of
rg/view/284/pertumbuhan-
Corruption’. International
tak-cukup-kita-perlu-
Social Science Journal, 48,
lompatan.html.
321-335.
Gatra. 2019. “Pengamat: Isu Taliban Efektif
Kadin. 2019. “Indonesian Economic
Jatuhkan Nama KPK di
Chamber’s concern on
Medsos”. 18 September. Bisa
investment regulation”
diakses via:
(Keluhan Kadin soal Aturan
https://www.gatra.com/detai
Investasi), CNBC Indonesia, 10
l/news/445401/politik/peng
September.
amat--isu-taliban-efektif-
jatuhkan-nama-kpk-di-
Klitgaard, Robert. 1988. Controlling
medsos.
Corruption. Berkeley:
University of California Press.
Hadiz, Vedi R. 2003. ‘Reorganizing Political
Power in Indonesia: A
Reconsideration of so-called
‘Democratic Transitions’. The
Pacific Review 16 (4), 591-
611.

15
Ahmad Khoirul Umam

Kompas. 2015. “ICW Pertanyakan


Komitmen Jusuf Kalla dalam Norwegian Energy Partner. 2019.
Pemberantasan Korupsi”, 19 Handbook: Challenges for
Mei, diakses via: Ease Doing Business in
https://nasional.kompas.com Indonesia, NEP, and
/read/2015/05/19/1815015 Innovation Norway. Bisa
/ICW.Pertanyakan.Komitmen. diakses melalui:
Jusuf.Kalla.dalam.Pemberanta https://www.innovasjonnorg
san.Korupsi. e.no/globalassets/sats-
internasjonalt/kontorer/indo
Lembaga Survei Indonesia. 2018. “Tren nesia/2017.10.25-final-
Persepsi Publik tentang report---challenges-of-doing-
tentang Demokrasi, Korupsi, business-in-indonesia.pdf.
dan Intoleransi”, survey
nasional 1-7 Agustus 2018. Power, Thomas P. 2018. “Jokowi’s
authoritarian turn and
__________________________. 2019a. “Perppu UU Indonesia’s democratic
KPK dan Gerakan Mahasiswa decline”, Bulletin of
di Mata Publik”, survei Indonesian Economic Studies,
nasional 4-5 Oktober 2019. 54:3, p. 307-338.

_________________________. 2019b. “Tantangan Quah, Jon S.T. 2009. ‘Combating


Intoleransi dan Kebebasan Corruption in the Asia-Pacific
Sipil serta Modal Kerja pada Countries: What Do We Know
Perioe Kedua Pemerintahan and What Needs to be done?’
Joko Widodo”, survei nasional International Public
8-17 September 2019. Management Review 10 (1).

Leys, C. 1989. ‘What is the Problem about _____________________. 1999. ‘Comparing Anti-
Corruption?’ In Political Corruption Measures in Asian
Corruption: A Handbook. Eds, Countries: Lessons to be
A.J. Heidenheimer, Michael Learnt’ Asian Review of Public
Johnston & Victor T. LeVine. Administration XI (2), July-
New Brunswick, NJ: December, p. 71-90.
Transaction Publisher.
Robison, Richard & Vedi, Hadiz. 2004.
Lindsey, Tim. 2018. “Is Indonesia Reorganizing Power in
Retreating from Democracy”, Indonesia. New York:
9 Juli. Bisa diakses via: Routledge Curzon.
https://theconversation.com/
is-indonesia-retreating-from- Sandholtz, Wayne & W. Koetzle. 2000.
democracy-99211. ‘Accounting for Corruption:
Economic Structure,
Medcom. 2015. “Luhut: Pemberantasan Democracy, and Trade’.
Korupsi jangan Bikin gaduh” 3 International Studies
September, diakses via: Quarterly 44 (1), 31-50.
https://www.medcom.id/nas
ional/hukum/3NOlexpb- Shera, A., Bernard Dosti & P. Graboid.
luhut-pemberantasan- 2014. ‘Corruption Impact on
korupsi-jangan-dibuat-gaduh. Economic Growth: An
Empirical Analysis’. Journal of
Merton, Robert K. 1968. Social Theory and Economic Development,
Social Structure. New York: Management, IT, Finance, and
Free Press. Marketing 6 (2), 57-77.

16
Lemahnya Komitmen Antikorupsi Presiden di Antara
Ekspektasi Pembangunan Ekonomi dan Tekanan Oligarki

Sindo. 2016. “Presiden Ingatkan Penegak ______________________. Global Economic Risks


Hukum Jangan Bikin Gaduh”, 4 and Implications for
Februari 2016, bisa diakses Indonesia, World Bank,
via: Jakarta.
https://nasional.sindonews.c
om/read/1082723/13/presi
den-ingatkan-penegak-
hukum-jangan-bikin-gaduh-
1454565591/.

SMRC. 2019. “Meredupnya Demokrasi di


Indonesia”, survei nasional 4
Agustus.

Tempo. 2010. “Inilah Polisi yang Disebut


Memiliki Rekening Gendut”,
29 Juni. Bisa diakses melalui:
https://nasional.tempo.co/re
ad/259301/inilah-polisi-
yang-disebut-memiliki-
rekening-
gendut/full&view=ok.

Umam, Ahmad Khoirul, Gillian


Whitehouse, Brian Head &
Mohammed Adil Khan. 2018.
“Addressing Corruption in
Post-Soeharto Indonesia: The
Role of the Corruption
Eradication Commission”,
Journal of Contemporary Asia,
p.1-19.

Umam, Ahmad Khoirul. 2014. Pergulatan


Demokrasi dan Politik
Antikorupsi di Indonesia,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Warburton, Eve. 2016. “Jokowi and the


New Developmentalism”,
Bulletin of Indonesian
Economic Studies, 52:3,
p.297-320.

Winters, Jeffery A. 2013. ‘Oligarchy and


Democracy in Indonesia’.
Indonesia 96, p. 11-34.

World Bank. 2019. Doing Business 2019:


Training for Reform, World
Bank Group, Washington,
2019.

17

You might also like