Professional Documents
Culture Documents
net/publication/315610631
CITATIONS READS
0 416
1 author:
I Made - Sujana
University of Mataram
22 PUBLICATIONS 25 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by I Made - Sujana on 14 December 2020.
Oleh
I Made Sujana, Yayuk Andayani, Baidowi, M. Liwa Ilhamdi, Ni. Made Novi Suryanti, dan
Mari’i.
FKIP Universitas Mataram
madesujana@unram.ac.id
https://imadesujana.wordpress.com
Abstract. This research aims at (a) mapping of the results of National Examinantion of
Senior High Schools in Mataram City, West Lombok Regency and North Lombok Regency,
(b) finding out the sources of possible problems, (c) providing recommendation for solutions,
and (d) designing solution models. Data are collected in two levels: for English National
Examination mapping, all 52 schools are analyzed; while for finding out the sources of
problems and recommendation, only 12 schools involved as samples, the selection of which
employ purposive quota sampling technique, by considering types of schools (government and
private), location (city or country), achievement/rank in national Exam (high or low). The data
are collected using triangulation techniques such as documentary, questionnaire for schools
and for teachers, observation, probing test, and focus group discussion (FGD). The collected
data are then analyzed qualitatively and quantitatively. From the analysis, it is concluded that
(i) the mastery of English subject tends to increase from 2008 to 2009 and 2010; (ii) There
are at least 10 indicators on Listening and 14 indicators on Reading whose achievement is
under 60% and regarded as problematic indicators to the students for 3 years; (iii) Factors
causing those problems are KTSP and 8 National Standards of Education in most schools
have not been implemented and fulfilled optimally, caused by various factors; (iv) From the
analysis of factors influencing the improvement of quality at SMAs, one of the major problems
is teachers capability in relation to other Standards (Content, Process, Assessment, Facilities
and Teachers Development). Solving teachers’ problems are expected to solve other problems;
(v) It is, therefore, that in order to improve the quality of education in Senior High Schools in
the targeted regions, the solution model offered is the empowerment of English teachers at the
targeted regions.
123
I Made Sujana, Yayuk Andayani, Baidowi, M. Liwa Ilhamdi, Ni. Made Novi Suryanti, dan Mari’i.
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk (a) memetakan hasil UN SMA di tiga wilayah yaitu
Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, dan Kabupaten Lombok Utara, (b) menelusuri
factor-faktor yang mungkin menyebabkan permasalahan, (c) menyusun rekomendasi solusi dan
(d) menyusun model solusi untuk satuan pendidikan. Data dikumpulkan dengan menggunakan
dua cara, yaitu untuk pemetaan data dari 52 SMA diolah; sedangkan untuk menggali faktor-
faktor penyebab dan rekomendasi solusi serta model solusi digunakan sampel yang ditetapkan
12 sekolah yang ditetapkan dengan cara purposive quota sampling technique dengan
mempertimbangkan kategori sekolah negeri-swasta, desa-kota, rangking tinggi dan rendah.
Data dikumpulkan dengan dokumen, angket sekolah, angket guru, FGD, tes probing, obervasi
dan verifikasi. Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.
Dari analisis dapat disimpulkan bahwa (1) tingkat daya serap mata pelajaran Bahasa Inggris
cerderung meningkat dari tahun 2008 ke 2009 dan 2010; (ii) Dalam 3 tahun (2008 – 2010)
setidaknya ada 10 indikator pada Reading dan 14 indikator dalam Listening yang sering menjadi
masalah, dengan acuan penguasaan di bawah 60%; (iii) faktor-faktor yang menyebabkan
masalah antara lain pelaksanaan KTSP dan pemenuhan 8 SNP di kebanyakan sekolah belum
berjalan maksimal yang disebabkan oleh berbagai kendala; (iv) Dari analisis permasalahan
sekolah dalam peningkatan mutu pembelajaran Bahasa Inggris di SMA di wilayah target, salah
satu sumber permasalahan yang mampu menyelesaikan banyak permasalahan di sekolah adalah
peningkatan kemampua guru terkait dengan Standar Isi, Standar Proses, Standar Sarprass dan
Standar Penilaian; (v) Dengan demikian, model solusi yang ditawarkan dalam peningkatan
mutu pendidikan bahasa Inggris adalah melalui penberdayaan guru dalam kaitannya dengan
Standar-Standar di atas.
Kata-Kata Kunci: Ujian Nasional (UN), SMA, Bahasa Inggris, rekomendasi solusi
124
I Made Sujana, Yayuk Andayani, Baidowi, M. Liwa Ilhamdi, Ni. Made Novi Suryanti, dan Mari’i.
upaya perbaikan dan sektor pendidikan selalu Pemerintah juga mengaktifkan kegiatan-
mendapat prioritas utama dalam pembangunan. kegiatan penggunaan bahasa Inggris melalui
Berbagai program untuk peningkatan mutu berbagai lomba, penyediaan referensi-
pendidikan ini antara penyempurnaan referensi berbahasa Inggris, pertukaran guru
kurikulum, pemberian insentif kepada tenaga dan siswa melalui program “twin/sister
pendidik melalui program sertifikasi guru, schools”, pengubahan status sekolah kategori
penyediaan buku-buku murah melalui program baik di daerah menjadi Rintisan Sekolah
BSE, peningkatan kompetensi pendidik dan Bertaraf Internasional (RSBI) walaupun pada
tenaga kependidikan melalui berbagai diklat, akhirnya ditutup karena berbagai alasan.
perbaikan fasilitas belajar dan pembelajaran, Semua itu dilakukan untuk meningkatkan
dan penyempurnaan sistem kelulusan dengan kemampuan berbahasa Inggris siswa.
mengurangi dominansi ujian nasional sebagai
penentu kelulusan dengan memberikan Akan tetapi berbagai usaha yang telah
peluang pada ujian sekolah dan nilai rapor. dilakukan di atas masih belum mencapai
hasil maksimal. Dari analisis awal hasil
Dalam rangka meningkatkan kualitas Ujian Nasional mata pelajaran Bahasa
pembelajaran bahasa Inggris di sekolah, Inggris selama tiga tahun (2008, 2009, 2010)
pemerintah juga telah melakukan berbagai ternyata masih banyak siswa berada pada
usaha seperti melakukan perubahan dalan kategori penguasaan kurang (rentangan skor
landasan filosofi dan landasan teoritis yang 4,50 – 5.49) dan kategori sangat kurang
mendasari pembelajaran Bahasa Inggris yang (rentangan skor 0,00 – 4,49) di tiga wilayah
lebih menekankan pada bahasa sebagai fungsi yang di analisis di NTB yaitu Kota Mataram,
sosial yang penggunaannya ditentukan oleh Kabupaten Lombok Barat, dan Kabupaten
konteks budaya dan konteks situasi (lihat Lombok Utara. Hal tersebut dapat dilihat dari
Sujana, Narasintawati, Nuryanti, 2010). table berikut:
Tabel 1: Persentase Hasil UN dalam kategori ‘kurang’ dan ‘sangat kurang’ di Kota Mataram
dan Lombok Barat tahun 2007/2008 – 2009/2010
125
I Made Sujana, Yayuk Andayani, Baidowi, M. Liwa Ilhamdi, Ni. Made Novi Suryanti, dan Mari’i.
Dari data hasil UN Bahasa Inggris semakin besar permasalahan yang dihadapi
selama 3 tahun di wilayah Kota Mataram, dalam pembelajaran bahasa Inggris.
Lombok Barat dan Lombok Utara, diperoleh
gambaran bahwa secara kuantitatif terjadi Dari pemaparan dan analisis data awal
peningkatan pencapaian dari tahun ke tahun. di atas, sangatlah menarik untuk mengkaji
Pada tahun 2008, jumlah siswa yang berada lebih lanjut tingkat penguasaan bahasa
pada kategori kurang dan sangat kurang Inggris siswa SMA (negeri maupun swasata)
berkisar antara 22,33% – 28,08% dari 3 terutama analisis yang terkait dengan pokok
jurusan yang dianalisis (IPS, IPA dan Bahasa) bahasan/KD masih dianggap bermasalah
dengan persentase terendah pada jurusan IPA dari tahun ke tahun, analisis faktor-faktor
dan tertinggi pada jurusan Bahasa. Pada tahun yang menyebabkan permasalahan tersebut
2009, terjadi penurunan jumlah siswa yang dan alternatif pemecahan yang sesuai untuk
berada pada nilai kurang dan sangat kurang, menyelesaikan masalah pembelajaran Bahasa
yaitu berkisar antara dengan 6,90% - 16,02%. Inggris di Nusa Tenggara Barat.
Lonjakan terjadi pada jurusan IPA terjadi
perubahan yang cukup tajam dari 22,33% Dengan demikian, permasalahan
berada pada kategori kurang dan sangat yang dikaji dalam penelitian ini antara lain:
kurang pada tahun 2008 menjadi hanya 6,90% (1) Bagaimana tingkat penguasaan SK/KD
pada tahun 2009. Skor terendah bergeser mata pelajaran Bahasa Inggris dalam UN
dari jurusan Bahasa ke jurusan IPS. Pada SMA di Kota Mataram, KLU dan Kabupaten
tahun 2010 juga terjadi peningkatan secara Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara
kuantitatif hasil UN Bahasa Inggris dengan Barat?; (2) Kompetensi/pokok bahasan
rentangan persentase antara 5,00% - 7,71%. manakah dari mapel bahasa Inggris yang
Dari data-data tersebut, secara kuantitif adanya tingkat penguasaanya masih rendah?; (3)
peningkatan hasil belajar dari tahun ke tahun. Faktor-faktor apa yang menyebabkan belum
Ini berarti telah terjadi peningkatan kualitas tercapainya kompetensi tersebut di atas?;
pengajaran bahasa Inggris di wilayah NTB (4) Bagaimana strategi/solusi peningkatan
yang tentunya didukung oleh peningkatan kompetensi yang belum tercapai siswa SMA
kualitas dan kuantitas dari 8 standar nasional pada mata pelajaran Bahasa Inggris?; dan
pendidikan (SNP) yang menjadi acuan dalam (5) Bagaimana model pemecahan masalah
penyelenggaraan pendidikan pada setiap satuan pembelajaran bahasa Inggris SMA di tiga
pendidikan. Makna lain yang tersirat dari data wilayah tersebut?
di atas adalah walaupun terjadi peningkatan
kompetensi bahasa Inggris setiap tahun, tetapi Tujuan yang ingin dicapai dalam
masih banyaknya kompetensi-kompetensi/ penelitian antara lain (1) Memetakan
indikator-indikator yang belum dikuasai oleh tingkat penguasaan UN Bahasa Inggris
siswa apalagi ketika yang dijadikan acuan SMA di Kota Mataram, Kabupaten Lombok
keberhasilan adalah tingkat kompetensi siswa. Utara, dan kabupaten Lombok Barat; (2)
Seseorang dapat dikatakan kompeten apabila Memetakan pokok bahasan/kompetensi
tingkat penguasaannya mencapai 75%. Kalau Bahasa Inggris yang tingkat penguasaannya
persentase ini yang dijadikan acuan, maka masih rendah; (3) Mendeskripsikan faktor-
126
I Made Sujana, Yayuk Andayani, Baidowi, M. Liwa Ilhamdi, Ni. Made Novi Suryanti, dan Mari’i.
127
I Made Sujana, Yayuk Andayani, Baidowi, M. Liwa Ilhamdi, Ni. Made Novi Suryanti, dan Mari’i.
Data di atas menunjukkan tingkat tahun 2009 dan 76% pada tahun 2010.
penguasaan Bahasa Inggris di Kota Mataram, 2.KD BERMASALAH, FAKTOR
Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten PENYEBAB DAN SOLUSI DALAM MATA
Lombok Utara selama tiga tahun dari tahun PELAJARAN BAHASA INGGRIS
2008 – 2010 yang terdiri dari kelompok IPA
dan Kelompok IPS. Secara umum terjadi 2.1 Materi/KD Bermasalah Mata Pelajaran
peningkatan hasil UN bahasa Inggris SMA Bahasa Inggris
dari tahun 2008 ke 2009 maupun dari 2009 ke Dari 4 ketrampilan berbahasa
2010. Untuk kelompok IPA di Kota Mataram, (Listening, Speaking Reading, dan Writing)
terjadi peningkatan sebesar 24% dari tahun yang diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa
2008 ke 2009 dan stagnan pada tahun 2009 Inggris di Sekolah Menengah Atas, yang
ke 2010; sedangkan untuk jurusan IPS terjadi diteskan dalam dalam Ujian Nasional hanya
peningkatan sebesar 34% yaitu dari 32 % ketrampilan yang bersifat reseptif yaitu
pada tahun 2008 menjadi 66% pada tahun Listening dan Reading, dengan porsi 30%
2009 dan menurun pada tahun 2010 menjadi (15 soal) Listening Comprehension dan 70%
62%. Di kabupaten Lombok Barat, trend (35 soal) Reading Comprehension. Dari
pemerolehan nilai pada UN IPA maupun analisis data UN selama 3 tahun dari tahun
IPS cedrung meningkat, yaitu kelompok IPA 2008 sampai dengan tahun 2010, ditemukan
terjadi peningkatan dari 66% menjadi 72% bahwa ada kecendrungan peningkatan yang
pada tahun 2009 dan menjadi 82% pada tahun ditunjukkan dengan semakin meningkatnya
2010; untuk kelompok IPS prestasi yang daya serap dalam mata pelajaran Bahasa
dicapai lebih rendah dibandingkan dengan Inggris sebagaimana tergambar dalam table
kelompok IPA, yaitu dari 40% menjadi 54% berikut:
Tabel: Trend KD bermasalah selama 3 tahun di wilayah Kota Mataram, Lobar dan KLU 2008-2010
128
I Made Sujana, Yayuk Andayani, Baidowi, M. Liwa Ilhamdi, Ni. Made Novi Suryanti, dan Mari’i.
129
I Made Sujana, Yayuk Andayani, Baidowi, M. Liwa Ilhamdi, Ni. Made Novi Suryanti, dan Mari’i.
130
I Made Sujana, Yayuk Andayani, Baidowi, M. Liwa Ilhamdi, Ni. Made Novi Suryanti, dan Mari’i.
oleh guru atau kelompok guru lain. sekolah atau pengawas bidang studi.
• Silabus dan RPP Bahasa Inggris • Langkah-langkah pembelajaran yang
lebih berfungsi sebagai perangkat dikembangkan oleh guru Bahasa Inggris
administrasi daripada panduan belum sepenuhnya mengakomodasi
mengajar. langka-langkah yang disarankan dalam
• Silabus dan RPP kebanyakan belum Permendiknas 41/2007 tentang Standar
mengakomodasi Pendidikan Karakter Proses dan mengakomodasi Pendidikan
yang disarankan dalam Permendiknas Karakter. Penyusunan langkah-langkah
41/2007 pembelajaran seharusnya memberikan
• Silabus dan RPP belum mengakomodasi peluang kepada peserta didik untuk
langkah-langkah EEK sebagaimana mengembangkan diri dan berpartisipasi
tertera dalam PERMENDIKNAS secara aktif dalam pembelajaran serta
41/2007. Walaupun peraturan memberikan peluang peserta untuk
menteri tentang Standar Proses telah melatih berfikir tingkat tinggi. Langkah-
dikeluarkan pada tahun 2007, banyak langkah pembelajaran yang disusun guru
guru yang belum pernah mendengar kebanyakan belum mengakomodasi
apalagi membaca peraturan tersebut. Ini tuntutan di atas. Dengan penyusunan
tergambar dari langkah pembelajaran langkagh-langkah pembelajaran dengan
yang dibuat dalam RPP bahasa Inggris pola EEK diharapkan pembelajaran
tidak ada yang menggambarkan berorientasi pada siswa (Student-
langkah-langkah yang disarankan. Centered). Sisipan Pendidikan Karakter
melalui langkah-langkah pembelajaran
2. Standar Proses akan membiasakan siswa bersikap,
Standar Proses adalah SNP yang berkaitan berfikir, dan bertindak positif.
dengan pelaksanaan pembelajaran untuk • Penekanan 4 ketrampilan berbahasa
mencapai Standar Kompetensi Lulusan (Listening, Speaking, Reading, Writing)
(SKL). Proses pembelajaran dalam tidak berimbang. Listening pada
satuan pendidikan diselenggarakan secara kebanyakan sekolah mendapat porsi
interaktif, inspiratif, menyenangkan, yang paling sedikit disebabkan oleh
menantang, dan memotivasi peserta didik keterbatasan fasilitas dan kompetensi
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan guru dalam variasi pembelajaran.
ruang untuk prakarsa, kerativitas dan • Penguatan-penguatan di luar kelas
kemandirian. Dari hasil analisis dokumen jarang dilakukan karena keterbatasan
dan observasi lapangan, ada beberapa sumber belajar (di perpustakaan)
permasalahan yang dihadapi sekolah terkait dan kemampuan guru merancang
dengan Standar Proses. penugasan-penugasan.
• Daya ingat siswa terhadap materi
• RPP belum sepenuhnya dipakai sebagai yang telah dipelajari rendah karena
acuan dalam mengajar. RPP dibuat kurangnya penguatan-penguatan di luar
sebagai syarat administrasi sebagai kelas. Kelas merupakan satu-satunya
guru pada saat disupervisi oleh kepala lingkungan belajar bahasa Inggris.
131
I Made Sujana, Yayuk Andayani, Baidowi, M. Liwa Ilhamdi, Ni. Made Novi Suryanti, dan Mari’i.
132
I Made Sujana, Yayuk Andayani, Baidowi, M. Liwa Ilhamdi, Ni. Made Novi Suryanti, dan Mari’i.
133
I Made Sujana, Yayuk Andayani, Baidowi, M. Liwa Ilhamdi, Ni. Made Novi Suryanti, dan Mari’i.
134
I Made Sujana, Yayuk Andayani, Baidowi, M. Liwa Ilhamdi, Ni. Made Novi Suryanti, dan Mari’i.
pembelajaran yang disebabkan oleh pembelajaran dan di akhir jenjang setiap satuan
karakteristik mata pelajaran bahasa pendidikan pemerintah mengadakan ujian
sebagai ketrampilan yang memerlukan standar berupa Ujian Nasional untuk berberapa
latihan-latihan pengungkapan ide mata pelajaran termasuk Bahasa Inggris.
dengan alat ukur yang digunakan Akan tetapi, dari analisis 6 komponen SNP
untuk menilai pretasi siswa dengan lainnya antara sekolah yang satu dengan yang
menggunakan tes pilihan ganda pada lainnya terjadi ketimpangan (tidak standar).
ketrampilan reseptif (Listening dan Untuk meningkatkan mutu pendidikan,
Reading) saja. Soal pilihan ganda tugas pemerintah untuk mengusahakan
dan soal objektif lainnya memiliki standarisasi komponen SNP lainnya sehingga
dampak negatif (negative washback) pelaksanaan UN menjadi ‘fair’. Menuntaskan
pada pembelajaran bahasa sebagai 8 SNP di sekolah-sekolah secara bersamaan
kertrampilan. memerlukan perencanaan, dukungan sumber
• Karena jarang dilakukan penilaian dana dan sumber daya yang memadai. Dengan
berbasis kelas, guru kurang terbiasa demikian, pemerintah kota/kabupaten harus
melakukannya dan tidak terbiasa memiliki skala prioritas dalam pengembangan
menyusun rubrik penilaian; rubrik yang sekolah secara berkesinambungan.
dibuat guru cendrung bersifat umum
(holistic). Sebagaimana sudah berjalan Tekait dengan analisis permasalahan
mulai tahun 2011 bahwa nilai UN dalam pembelajaran bahasa Inggris di atas,
bukan satu-satunya penentu kelulusan pemenuhan beberapa aspek dalam SNP
siswa, maka peran dan obyektivitas bisa ditempuh dengan pemberdayaan guru.
penilaian oleh guru semakin mendapat Dengan peningkatan kompetensi guru
porsi. Disinilah guru dituntut untuk sebagai agen pembelajaran, diharapkan akan
melakukan penilaian yang berkualitas terjadi inovasi-inovasi dalam menanggulangi
yang memenuhi kriteria validitas dan belum terpenuhinya beberapa komponen
reliabilitas tinggi. Untuk mengukur dari SNP. Secara singkat, peran guru dalam
kemampuan siswa menggunakan penanggulan SNP yang bermasalah dalam
bahasa Inggris bukan dilakukan dengan peningkatan kemampuan berbahasa Inggris
tes pilihan ganda atau tes obyektif, tetapi dapat digambarkan sebagai berikut:
dengan non-tes perlu ditingkatkan.
Dengan demikian, peran non-test dalam
penilaian perlu ditingkatkan.
Dari pemaparan permasalahan
di atas, dari 8 SNP yang ditetapkan pemerintah
belum sepenuhnya terpenuhi di SMA-SMA
yang diteliti di Kota Mataram, KLU dan
Kabupaten Lombok Barat. Pemerintah telah
menetapkan Standar Isi untuk masing-masing
mata pelajaran sebagai acuan guru dalam
membuat perencanaan dan implementasi
135
I Made Sujana, Yayuk Andayani, Baidowi, M. Liwa Ilhamdi, Ni. Made Novi Suryanti, dan Mari’i.
136
I Made Sujana, Yayuk Andayani, Baidowi, M. Liwa Ilhamdi, Ni. Made Novi Suryanti, dan Mari’i.
137
I Made Sujana, Yayuk Andayani, Baidowi, M. Liwa Ilhamdi, Ni. Made Novi Suryanti, dan Mari’i.
138
I Made Sujana, Yayuk Andayani, Baidowi, M. Liwa Ilhamdi, Ni. Made Novi Suryanti, dan Mari’i.
139