You are on page 1of 7

PEMBERDAYAAN TANAH WAKAF YANG DIKELOLA YAYASAN

BERDASARKAN NILAI KEADILAN

Sutrisno
Advokat Demak
lbhkalijogo@gmail.com

Abstract
Wakaf was originally done by oral means intended for worship activities such as mosques,
mosques, madrassas or tombs. The existence of such representation has been running since the
entry of Islam in the Nusantara. After Indonesia’s independence, the rules on the procedure of
regulation began to be arranged as proven by the issuance of Government Regulation Number
28 Year 1977 regarding Ownership of Land Ownership. The provisions in this regulation govern
the representation of the land as well as procedures and procedures written endowments poured
in the Deed of Pledge Wakaf. Then followed by the issuance of Presidential Instruction No. 1
of 1991 on the Compilation of Islamic Law which regulates the wakaf of moving goods or not
moving. The research approach used in this research is sociological legal method or socio-legal
research approach. The result of research indicates that one of the causes of empowerment of
waqf land managed by foundations is not based on the value of justice due to the low level of
human resources and professionalism of individual Nadzir in the management of wakaf land at
this time get less attention and also special coaching from BWI and Kemenag. So that the number
of unproductive, abandoned and even lost wakaf land and one weakness of empowerment of
wakaf land managed by the foundation now is Nadzir, Waqf Board of Indonesia and Ministry of
Religious Affairs have little active role in carrying out their respective duties as specified in the
Laws and Regulations, Invite waqf.
Keywords : Land of Endowments, Foundation, Values of Justice

Abstrak
Wakaf pada mulanya dilakukan dengan cara lesan yang diperuntukkan untuk kegiatan
peribadatan seperti masjid, musholla, madrasah atau makam. Eksistensi perwakafan seperti itu
telah berjalan sejak masuknya agama Islam dibelahan Nusantara. Setelah Indonesia merdeka,
aturan tentang prosedur perwakafan mulai ditata terbukti dengan terbitnya PP Nomor 28 Tahun
1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik. Ketentuan di dalam PP ini mengatur tentang perwakafan
tanah serta prosedur dan tata cara perwakafan tertulis yang dituangkan di dalam Akta Ikrar
Wakaf. Kemudian disusul terbitnya Inpres Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum
Islam yang mengatur tentang wakaf barang bergerak maupun tidak bergerak. Pendekatan
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis sosiologis atau
socio-legal research. Hasil penelitian menyebutkan bahwa salah satu penyebab pemberdayaan
tanah wakaf yang dikelola yayasan saat ini belum berdasarkan nilai keadilan dikarenakan
rendahnya tingkat SDM dan profesionalisme Nadzir perseorangan dalam pengelolaan tanah
wakaf pada saat ini kurang mendapatkan perhatian maupun pembinaan khusus dari BWI maupun
Kemenag. Sehingga ditemui banyaknya tanah wakaf yang tidak produktif, terlantar dan bahkan
hilang serta salah satu Kelemahan pemberdayaan tanah wakaf yang dikelola yayasan saat
ini adalah Nadzir, Badan Wakaf Indonesia maupun Kemenag setempat kurang berperan aktif
dalam melaksanakan tugasnya masing-masing sebagaimana yang ditentukan dalam Peraturan
Perundang-undangan wakaf.
Kata kunci : Tanah Wakaf, Yayasan, Nilai Keadilan

Pemberdayaan Tanah Wakaf yang Dikelola Yayasan Berdasarkan Nilai Keadilan Jurnal Pembaharuan Hukum
140 Sutrisno Volume IV No. 1 Januari - April 2017
A. PENDAHULUAN 2004 Tentang Wakaf tidak hanya didasarkan pada
Bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas Hukum Islam semata, tetapi juga didasarkan
masyarakatnya pemeluk agama Islam, wakaf pada peraturanperaturan yang dibuat oleh
merupakan salah satu ibadah yang mempunyai Negara Republik Indonesia. Dengan demikian
dimensi sosial di dalam agama Islam. Praktik Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang
wakaf yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Wakaf telah membawa pembaharuan dalam
belum sepenuhnya berjalan tertib dan efisien, hukum perwakafan di Indonesia, sehingga
sehingga dalam berbagai kasus harta benda diharapkan dapat memenuhi hakekat dan tujuan
wakaf tidak terpelihara sebagaimana mestinya, dari perwakafan itu.
terlantar atau beralih ke tangan pihak ketiga Sebenarnya tanah wakaf yang begitu luas
dengan cara melawan hukum. Keadaan dan menempati beberapa lokasi yang strategis
demikian itu, tidak hanya karena kelalaian atau memungkinkan untuk dikelola dan dikembangkan
ketidakmampuan nadzir dalam mengelola dan secara produktif. Sebagai contoh, cukup banyak
mengembangkan harta benda wakaf tetapi tanah wakaf yang di atasnya dibangun masjid
karena juga sikap masyarakat yang kurang atau musholla, sedang sisa tanahnya yang masih
peduli atau belum memahami status harta benda luas bisa dibangun gedung pertemuan untuk
wakaf yang seharusnya dilindungi demi untuk disewakan kepada masyarakat umum. Hasil
kesejahteraan umum sesuai dengan tujuan, penyewaan gedung tersebut dapat digunakan
fungsi, dan peruntukan wakaf.1 untk memelihara masjid atau misalnya ada tanah
Berbicara tentang hukum perwakafan, menurut wakaf yang terletak cukup strategis dalam usaha
Ameer Ali, hukum wakaf merupakan cabang bisa di bangun ruko atau gedung perkantoran
yang terpenting dalam hukum Islam, sebab yang bisa dikelola sendiri atau disewakan dan
wakaf terjalin ke dalam seluruh kehidupan ibadat hasilnya bisa untuk perawatan gedung wakaf
dan perekonomian sosial kaum muslimin.2 Para yang telah ada atau untuk menunjang kegiatan
ahli hukum Islam berpendapat bahwa lembaga atau pemberdayaan ekonomi lemah yang ada
wakaf di dalam Islam mempunyai potensi sebagai di sekitarnya.4
sumber daya sosial dan ekonomi yang besar, Didalam praktik pelaksanaan perwakafan
dengan upaya dasar untuk meningkatkan kualitas tanah ini sebelum diatur dalam Hukum Agraria
umat Islam dan seluruh aktivitasnya sepanjang Nasional, pelaksanaannya sangat sederhana yaitu
yang relevan dengan agama Islam.3 Lembaga cukup ditandai oleh adanya rasa kepercayaan
wakaf juga sangat penting dalam perkembangan dan terpenuhinya beberapa unsur dan syarat
agama Islam dan kemajuannya, yang mana dapat tertentu sesuai dengan ajaran hukum Islam saja.
memberikan kepastian dan pembuktian hukum Dengan cukup diikrarkan di hadapan nadzir
apabila terjadi sengketa dikemudian harinya. serta disaksikan oleh beberapa orang saksi,
Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 maka telah dianggap selesailah pelaksanaan
Tahun 1960, Pasal 49 ayat (3) menyatakan wakaf tersebut. Sebagai akibatnya, sering tidak
bahwa “Perwakafan Tanah Milik dilindungi dan ada usaha pengadministrasiannya sama sekali
diatur dengan Peraturan Pemerintah” untuk atau hanya sampai pencatatan ke desa saja,
melaksanakan Pasal 49 ayat (3) tersebut, tidak sampai pada instansi yang berwenang
pemerintah mengeluarkan Undang-Undang terhadap masalah pertanahan.
Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Dengan Pelaksanaan perwakafan seperti tersebut
berlakunya Undang-Undang Nomor 41 Tahun di atas, memang lebih mudah karena tidak ada
prosedur dan tata cara yang rumit dan berbelit-
1
Rachmadi Usman, 2009, Hukum Perwakafan belit. Akan tetapi sebagai akibatnya hal tersebut
Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.121.
tidak menjamin kelestarian dan kesinambungan
2
Asaf A.A Fyzee, 1966, Pokok-Pokok Hukum
Islam, terj.Arifin Bey M,A., Cet.2, Tinta Mas, pengelolaan wakaf dari generasi ke generasi
Jakarta, hlm. 75. berikutnya secara tertib, yang disebabkan oleh
3
Abdul Gani Abdullah, 1992, “Editorial Tentang tidak dilindunginya perwakafan tanah tersebut
Perwakafan” dalam Mimbar Hukum Nomor 7 Tahun
III, Al-Hikmah dan Ditbinbapera, Jakarta, hlm.11. 4
Ibid, Hal. 77

Jurnal Pembaharuan Hukum Pemberdayaan Tanah Wakaf yang Dikelola Yayasan Berdasarkan Nilai Keadilan
Volume IV No. 1 Januari - April 2017 Sutrisno 141
dengan suatu alat bukti yang kuat atau dengan 2. Bagaimana kelemahan-kelemahan Tanah
kata lain belum terdapat adanya kepastian hukum Wakaf yang Dikelola oleh Yayasan saat
di dalamnya. ini?
Akibat yang sering ditimbulkan dengan tidak
diaturnya secara tegas dan tuntas masalah B. Metode Penelitian
perwakafan tanah tersebut, yaitu memudahkan Pendekatan penelitian yang digunakan dalam
timbulnya penyimpangan dan penyelewengan dari penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis
hakekat dan tujuan wakaf itu sendiri, misalnya sosiologis atau socio-legal research.5Metode
dengan banyaknya timbul persengketaan- pendekatan yuridis sosiologis dikarenakan
persengketaan yang terjadi karena adanya permasalahan yang diteliti menyangkut hubungan
perubahan status atau peruntukkan wakaf, antara faktor yuridis dan faktor sosiologis. Yuridis
seperti perubahan tanah wakaf menjadi milik artinya penelitian yang didasarkan pada teori-
perseorangan atau berubahnya peruntukkan teori hukum, khususnya yang berkaitan dengan
yaitu yang pada awalnya diperuntukkan untuk Pemberdayaan Tanah Wakaf Yang Dikelola
masjid tiba-tiba oleh nadzirnya dimanfaatkan Yayasan. Dasar-dasar yang terdapat dalam
untuk keperluan lain tanpa adanya pendekatan perundang-undangan tersebut yang digunakan
dan musyawarah terlebih dahulu dengan pihak untuk menganalisis masalah. Sosiologis artinya
yang berkepentingan (dalam hal ini adalah wakif penelitian yang berhubungan langsung dengan
atau keluarga), persengketaan lain yang sering masyarakat, dapat dilakukan melalui pengamatan
timbul adalah kasus dimana apabila setelah (observasi), wawancara ataupun penyebaran
wakif meninggal dunia, sebagian ahli warisnya angket. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendekatan
menolak dan tidak mengakui bahwa tanahnya secara yuridis sosiologis adalah pendekatan
tersebut adalah tanah wakaf. penelitian hukum yang didasarkan pada aturan-
Berubahnya status tanah wakaf menjadi aturan hukum yang berlaku dan dilakukan
tanah milik pribadi merupakan suatu akibat dengan pengamatan (observasi), wawancara
tidak adanya bukti-bukti tertulis atau bukti lain ataupun penyebaran angket. Dalam penelitian
yang menunjukkan tanah-tanah tersebut adalah ini, objeknya adalah tinjauan yuridis sosiologis
tanah wakaf. Dalam Instruksi Presiden Nomor tentang Rekonstruksi Pemberdayaan Tanah
1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam Wakaf Yang Dikelola Yayasan.
juga telah diharuskan adanya perwakafan secara
tertulis, tidak cukup dengan lisan saja. Tujuannya C. Pembahasan
adalah untuk memperoleh bukti otentik yang 1. Faktor yang menyebabkan
dapat dipergunakan untuk pendaftaran pada Pemberdayaan tanah wakaf yang
Kantor Pertanahan Kabupaten atau Kota dan dikelola yayasan saat ini belum
untuk keperluan menyelesaikan persengketaan berdasarkan nilai keadilan
yang kemungkinan akan timbul dikemudian Kehadiran UU Yayasan atau Badan
hari mengenai tanah yang diwakafkan. Untuk Hukum Nir Laba sudah barang tentu akan
keperluan tersebut seorang yang hendak memberi kepastian hukum yang selama ini
mewakafkan tanah harus membawa bukti- tidak ada. Bahkan UU Yayasan atau Badan
bukti kepemilikan tanah (sertifikat) dan membawa Hukum Nir Laba dapat menjadi dasar untuk
surat-surat lain yang menjelaskan tidak adanya menindak apabila terjadi penyimpangan.
halangan untuk mewakafkan tanah tersebut. Hanya saja apabila Undang-undang
Dari fakta yang ada penulis menentukan Yayasan hanya berisi tentang prosedur
perumusan masalah yang akan di bahas dalam pendirian belaka atau prosedur-prosedur
jurnal ini yaitu lainnya, walaupun baik tetapi tidak optimal.
1. Apakah Faktor yang menyebabkan Undang-undangYayasan atau Badan Hukum
Pemberdayaan tanah wakaf yang dikelola 5
Ronny Hannitijo Soemitro, 1990, Metodologi
yayasan saat ini belum berdasarkan nilai Penelitian Hukum dan Jurumetri, Ghalia Indonesia,
keadilan? Jakarta, hlm. 14.

Pemberdayaan Tanah Wakaf yang Dikelola Yayasan Berdasarkan Nilai Keadilan Jurnal Pembaharuan Hukum
142 Sutrisno Volume IV No. 1 Januari - April 2017
Nir Laba harus berisi pula ketentuan yang yayasan hanya berhak mengelola tanah wakaf
dapat memaksa pengurus beserta organ ataupun harta benda wakaf berdasarkan
lainnya untuk mengelola yayasan secara perundang-undangan. Tidak dibenarkan
profesional dan baik. yayasan sebagai nadzir yang menguasai
Yayasan sebagai salah satu pengelola tanah wakaf serta harta benda wakaf,
wakaf bagi masyarakat berfungsi untuk karena itu bisa menyebabkan pembubaran
mencapai maksud dan tujuan tertentu, terhadap yayasan serta sengketa yang
baik di bidang keagamaan, sosial, dan berkelanjutan. Dengan demikian wakaf yang
kemanusiaan. Sehubungan dengan hal ada di Indonesia sementara ini relatif sulit
tersebut, untuk menjamin kepastian dan berkembang sebagaimana mestinya jika tidak
ketertiban hukum serta mengembalikan ada upaya yang sungguh-sungguh dan total
fungsi yayasan sebagai pranata hukum oleh semua pihak yang terkait dalam rangka
dalam rangka mencapai kegiatan, maksud, memperbaiki system dan profesionalisme
dan tujuannya, maka yayasan diatur dengan pengelolaan tanah wakaf serta harta benda
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 agar diakui oleh pihak lain atau yayasan
tentang Yayasan sebagaimana telah diubah sebagai milik dan/atau pihak yang wajib
dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun mengelolanya. Berikut merupakan faktor
2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang yang menyebabkan Pemberdayaan tanah
Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan. wakaf yang dikelola yayasan saat ini belum
Berdasarkan Undang-Undang tersebut, berdasarkan nilai keadilan:
beberapa ketentuan perlu diatur lebih lanjut a. Rendahnya tingkat SDM dan
dengan Peraturan Pemerintah. Dan Peraturan profesionalisme Nadzir perseorangan
Pemerintah yang dimaksud adalah Peraturan dalam pengelolaan tanah wakaf pada
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2013 tentang saat ini kurang mendapatkan perhatian
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor maupun pembinaan khusus dari BWI
63 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Undang- maupun Kemenag. Sehingga ditemui
Undang tentang Yayasan. Hal tersebut banyaknya tanah wakaf yang tidak
dimaksudkan, agar Peraturan Pemerintah produktif, terlantar dan bahkan hilang.
ini dengan mudah dipahami oleh masyarakat b. Peran Yayasan yang mengelola tanah
khususnya pengguna. Banyak Yayasan wakaf dari Nadzir perseorangan,
di Indonesia menjadi bermasalah pasca kedudukan dan pengaruhnya
lahirnya Undang- Undang Nomor 16 Tahun dipandang lebih tinggi dari pada
2001 tentang Yayasan jo. Undang-Undang Nadzir perseorangan.
Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan c. Hasil kekayaan yang diperoleh dari
atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 pengelolaan dan pengembangan
tentang Yayasan, dan Peraturan Pemerintah harta benda wakaf dari pengelola
Nomor 2 Tahun 2013 tentang Perubahan (Yayasan) yang bukan Nadzir
atas Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun seringkali dikuasai oleh Yayasan yang
2008 tentang Pelaksanaan Undang-Undang diakuinya sebagai harta kekayaan
tentang Yayasan. Betapa tidak, salah Yayasan.
satu klausul Undang- Undang tersebut d. UU No 41 Tahun 2004 tentang
menyatakan, bahwa suatu Yayasan yang wakaf maupun PP Nomor 42
tidak menyesuaikan diri dengan Anggaran Tahun 2006 Tentang Peraturan
Dasarnya dalam peraturan tersebut bisa Pelaksanaannya, tidak memberikan
dilikuidasi/dibubarkan. wewenang kepada Nadzir dalam
Yayasan tidak berhak atas pengelolaan melimpahkan tugas pengelolaan
tanah wakaf yang seharusna dikelola oleh harta benda wakaf kepada pihak lain
nadzir menurut Undang-Undang No 41 tahun (Yayasan). Sebaliknya, UU Nomor
2004 tentang wakaf sudah jelas tertera bahwa 16 Tahun 2001 sebagaimana diubah

Jurnal Pembaharuan Hukum Pemberdayaan Tanah Wakaf yang Dikelola Yayasan Berdasarkan Nilai Keadilan
Volume IV No. 1 Januari - April 2017 Sutrisno 143
dengan UU Nomor 28 Tahun 2004 memberi kewenangan kepada pemegang
Tentang Yayasan maupun Peraturan hak untuk menguasai secara fisik tanah yang
Pelaksanannya yang diatur dalam dihaki. Tetapi ada juga penguasaan yuridis
PP Nomor 63 Tahun 2008 juga tidak yang biarpun memberi kewenangan untuk
memberikan wewenang Yayasan menguasai tanah yang dihaki secara fisik,
untuk mengelola harta benda wakaf. pada kenyataannya penguasaan fisiknya
e. Peran Yayasan dalam pemberdayaan dilakukan pihak lain. Misalnya kalau tanah
dan pengembangan harta benda yang dimiliki dikuasai disewakan kepada
wakaf membantu tugas Nadzir pihak lain dan penyewa yang menguasainya
dipandang lebih berhasil dari pada secara fisik. Atau tanah tersebut dikuasai
pengelolaan wakaf yang dilakukan secara fisik oleh pihak lain tanpa hak.
oleh Nadzir perseorangan. Dalam hal ini pemilik tanah berdasarkan
2. Kelemahan-kelemahan tanah wakaf hak penguasaan yuridisnya berhak untuk
yang dikelola yayasan saat ini menuntut diserahkannya kembali tanah
Tanah wakaf dalam perkembangannya yang bersangkutan secara fisik kepadanya.
masih banyak terdapat masalah baik dari Dalam hukum tanah dikenal juga penguasaan
segi pengelolaannya, maupun dari segi yuridis yang tidak memberi kewenangan
pengamanan atau penguasaannya. Tidak untuk menguasai tanah secara fisik. Kreditor
sedikit terdapat kasus tanah wakaf yang terjadi pemegang jaminan hak atas tanah mempunyai
di tengah tengah masyarakat yang pada hak penguasaan yuridis atas tanah yang
akhirnya terjadi peralihan penguasaan tanah dijadikan agunan, tetapi penguasaan secara
wakaf yang semula merupakan asset umat dan fisik tetap ada pada yang empunya tanah.
digunakan untuk kepentingan umat menjadi Berikut merupakan Kelemahan pemberdayaan
penguasaan hak milik pribadi. Hal yang paling tanah wakaf yang dikelola yayasan saat ini:
mungkin terjadi adalah penguasaan tanah a. Nadzir, Badan Wakaf Indonesia
wakaf oleh nadzir. hal ini dikarenakan pada (BWI) maupun Kemenag setempat
saat ikrar wakaf hak pengelolaan tanah wakaf kurang berperan aktif dalam
diberikan sepenuhnya kepada nadzir, bahkan melaksanakan tugasnya masing-
kebiasaan yang berjalan di masyarakat masing sebagaimana yang ditentukan
mengenai hak pengelolaan nadzir belum dalam Peraturan Perundang-
bisa diganti sebelum nadzir meninggal dunia undangan wakaf.
terlepas nadzir itu lalai atau tidak melakukan b. Nadzir tidak memiliki wewenang
tugasnya sesuai dengan ketentuan Undang- menurut Peraturan Perundang-
Undang. undangan Wakaf untuk melimpahkan
Penguasaan atau dikuasai disini artinya sebagian tugas pengelolaan harta
adalah dimiliki secara fisik dalam arti digarap, benda wakaf kepada pihak lain
dihuni, Namun demikian belum tentu dia (perseorangan, organisasi atau badan
adalah pemilik atau yang punya tanah hukum) untuk tujuan pemberdayaan
itu pengertiannya disini penguasaan dan dan pengembangan harta benda
menguasai dapat dipakai dalam arti fisik, juga wakaf.
dalam arti yuridis.6 Juga beraspek perdata c. Banyaknya tanah wakaf yang terlantar,
dan beraspek publik. Hak penguasaan tanah raib, dan/atau dikuasai oleh pihak lain
di sini merujuk pada hak penguasaan yuridis dengan cara melawan hukum karena
dan fisik yang beraspek keperdataan. lemahnya tingkat profesionalisme
Penguasaan yuridis dilandasi hak Nadzir maupun ketidakjelasan
yang dilindungi oleh hukum dan umumnya undang-undang tentang status hukum
kepemilikan dari hasil pengelolaan
6
Boedi Harsono, 1999, Hukum Agraria Indonesia,
Sejarah Pembentukan UUPA, Isi, dan Pelaksanaan,
dan pengembangan harta benda
Djambatan, Jakarta, hlm.5. wakaf.

Pemberdayaan Tanah Wakaf yang Dikelola Yayasan Berdasarkan Nilai Keadilan Jurnal Pembaharuan Hukum
144 Sutrisno Volume IV No. 1 Januari - April 2017
d. Peran Yayasan yang bukan Nadzir d. UU No 41 Tahun 2004 tentang
dalam tugas pengelolaan dan wakaf maupun PP Nomor 42
pengembangan harta benda wakaf Tahun 2006 Tentang Peraturan
seringkali melampaui tugas yang Pelaksanaannya, tidak member-
diberikan oleh Nadzir dan bahkan ikan wewenang kepada Nadzir
Nadzir seringkali disingkirkan dalam melimpahkan tugas penge-
dan tidak memiliki peran apapun lolaan harta benda wakaf kepada
karena kuatnya peran Yayasan atas pihak lain (Yayasan). Sebaliknya,
pengelolaan tanah wakaf. UU Nomor 16 Tahun 2001 se-
e. Yayasan sebagai badan hukum yang bagaimana diubah dengan UU
diakui cukup berhasil dalam membantu Nomor 28 Tahun 2004 Tentang
pengelolaan harta benda wakaf dari Yayasan maupun Peraturan
Nadzir perseorangan tidak memiliki Pelaksanannya yang diatur dalam
kedudukan yang jelas dimata hukum. PP Nomor 63 Tahun 2008 juga
Hal ini jelas menghambat upaya tidak memberikan wewenang
penmberdayaan dan pengembangan Yayasan untuk mengelola harta
harta benda wakaf yang dilakukan benda wakaf.
oleh Yayasan untuk mencapai tujuan e. Peran Yayasan dalam pember-
wakaf. dayaan dan pengembangan harta
benda wakaf membantu tugas
D. PENUTUP Nadzir dipandang lebih berhasil
1. Kesimpulan dari pada pengelolaan wakaf yang
1. faktor yang menyebabkan dilakukan oleh Nadzir perseo-
Pemberdayaan tanah wakaf yang rangan.
dikelola yayasan saat ini belum 2. Kelemahan pemberdayaan tanah
berdasarkan nilai keadilan: wakaf yang dikelola yayasan saat
a. Rendahnya tingkat SDM ini:
dan profesionalisme Nadzir a. Nadzir, Badan Wakaf Indonesia
perseorangan dalam pengelolaan (BWI) maupun Kemenag
tanah wakaf pada saat ini kurang setempat kurang berperan aktif
mendapatkan perhatian maupun dalam melaksanakan tugasnya
pembinaan khusus dari BWI masing-masing sebagaimana
maupun Kemenag. Sehingga yang ditentukan dalam Peraturan
ditemui banyaknya tanah wakaf Perundang-undangan wakaf.
yang tidak produktif, terlantar dan b. Nadzir tidak memiliki wewenang
bahkan hilang. menurut Peraturan Perun-
b. Peran Yayasan yang mengelola dang-undangan Wakaf untuk
tanah wakaf dari Nadzir melimpahkan sebagian tugas
perseorangan, kedudukan pengelolaan harta benda wakaf
dan pengaruhnya dipandang kepada pihak lain (perseorangan,
lebih tinggi dari pada Nadzir organisasi atau badan hukum)
perseorangan. untuk tujuan pemberdayaan dan
c. Hasil kekayaan yang diperoleh dari pengembangan harta benda
pengelolaan dan pengembangan wakaf.
harta benda wakaf dari pengelola c. Banyaknya tanah wakaf yang
(Yayasan) yang bukan Nadzir terlantar, raib, dan/atau dikuasai
seringkali dikuasai oleh Yayasan oleh pihak lain dengan cara
yang diakuinya sebagai harta melawan hukum karena lemahnya
kekayaan Yayasan. tingkat profesionalisme Nadzir

Jurnal Pembaharuan Hukum Pemberdayaan Tanah Wakaf yang Dikelola Yayasan Berdasarkan Nilai Keadilan
Volume IV No. 1 Januari - April 2017 Sutrisno 145
maupun ketidakjelasan undang- Yayasan untuk mencapai tujuan
undang tentang status hukum wakaf.
kepemilikan dari hasil pengelolaan 2. Saran
dan pengembangan harta benda 1. Dalam pengelolaan harta benda wakaf
wakaf. dibutuhkan partisipasi masyarakat
d. Peran Yayasan yang bukan Nadzir didalamnya, serta peran aktif BWI,
dalam tugas pengelolaan dan Menteri, Wakif dan Nadzir, serta
pengembangan harta benda pihak lain yang turut mengelola
wakaf seringkali melampaui harta benda wakaf (Yayasan) agar
tugas yang diberikan oleh Nadzir secara bersama-sama mereka
dan bahkan Nadzir seringkali berkomitmen untuk memberdayakan
disingkirkan dan tidak memiliki dan mengembangkan harta benda
peran apapun karena kuatnya wakaf sesuai fungsi, tujuan dan
peran Yayasan atas pengelolaan peruntukannya sebagaimana
tanah wakaf. diamanatkan dalam Undang-Undang
e. Yayasan sebagai badan hukum Nomor 41 Tahun 2004.
yang diakui cukup berhasil 2. Yayasan dalam mengelola tanah wakaf
dalam membantu pengelolaan membantu Nadzir harus dilakukan
harta benda wakaf dari Nadzir pengawasan yang serius baik oleh
perseorangan tidak memiliki Nadzir, BWI maupun Kemenag setemt.
kedudukan yang jelas dimata Yayasan juga diwajibkan membuat
hukum. Hal ini jelas menghambat laporan kegiatan pengelolaan atas
upaya penmberdayaan dan tanah wakaf secara rutin setiap 6
pengembangan harta benda (enam) bulan sekali kepada Nadzir.
wakaf yang dilakukan oleh

DAFTAR PUSTAKA

• Buku-buku
Abdul Gani Abdullah, 1992, “Editorial Tentang Perwakafan” dalam Mimbar Hukum Nomor
7 Tahun III, Al-Hikmah dan Ditbinbapera, Jakarta
Asaf A.A Fyzee, 1966, Pokok-Pokok Hukum Islam, terj.Arifin Bey M,A., Cet.2, Tinta Mas,
Jakarta;
Boedi Harsono, 1999, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan UUPA, Isi, dan
Pelaksanaan, Djambatan, Jakarta
Rachmadi Usman, 2009, Hukum Perwakafan Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta;
Ronny Hannitijo Soemitro, 1990, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurumetri, Ghalia
Indonesia, Jakarta;

Pemberdayaan Tanah Wakaf yang Dikelola Yayasan Berdasarkan Nilai Keadilan Jurnal Pembaharuan Hukum
146 Sutrisno Volume IV No. 1 Januari - April 2017

You might also like