You are on page 1of 61

EBN MANAJEMEN KELAINAN

PERKEMIHAN

Ns. YUNIE ARMIYATI


ABOUT UPTODATE

You don’t need more information only


You need the right information
Synthesizes the nursing and medical
literature, incorporates the latest
evidence

PROVIDES SPECIFIC RECOMMENDATIONS FOR


PATIENT CARE
GOOD APLICATION OF NURSING CARE

↓MORBODITY
↓ COMPLICATIONS
↓ ANXIETY

↑QUALITY OF LIFE
↓MORTALITY
WATER MANAGEMENT
WATER MANAGEMENT
Fluid intake should be set to achieve fluid balance to
prevent hypervolemia and hypertension
(Price & Wilson, 2002).

• Fluid management
• Thirst Management
• Fluid monitoring
• ↑ Fluid Adherence
• Education
• Dialisis
FLUID MANAGEMENT
• Lemone dan Burke (2008)  pemberian cairan
berdasarkan proporsi jumlah cairan pada setiap
shiftnya. Rentang shift pagi sebanyak 50% dari
kebutuhan total cairan dalam 24 jam, 30% shift
siang , 20% shift malam
• Riset  ada perbedaan dampak pengaturan
cairan cara Lemone dan Burke (2008) dengan cara
konvensional terhadap BP, frekuensi nadi,
frekuensi nafas dan keluaran urin (Subianto, 2009)
EVIDENCE BASED NURSING RESEARCHE
RELATED WATER MANAGEMENT
• Edukasi pengaturan cairan berpengaruh terhadap
penurunan nilai IDWG (Yetti, 2001; Era, 2008, Baras,
2010)
• Pemberian konseling diet cairan terbukti efektif
terhadap pengontrolan IDWG (Tanujiarso Ismonah,
Supriyadi , 2014)
• Drinking management  pangaturan jumlah air
minum (50% pagi-siang, 30% siang-sore, 20% malam)
 ↓ IDWG
• Retention of fluid in haemodialysis patients’ body
fluid compartments producing weight gain exceeding
3.5% of dry body weight.
EVIDENCE BASED NURSING RESEARCHE
RELATED WATER MANAGEMENT
• Chewing gum decreased xerostomia, chewing gum reduced
thirst significant
• Chewing gum effective to prevent high IWG (Boot, Brand, et
al, 2005)
• Research: Rinse, suck small pieces of ice cubes or suck of
fruit frozen  reduced xerostomia, reduce thirst  reduce
water intake  reduce fluid overload
• Berkumur dengan obat kumur rasa mint atau obat kumur
rasa mint mampu menurunkan rasa haus pasien PGK
(Ardiyanti, Armiyati & Arif, 2015)
• Mengulum es batu maupun berkumur air matang sama
efektifnya terhadap penurunan rasa haus pasien PGK
(Suryono, Armiyati &Mustofa, 2016)
EVIDENCE BASED NURSING RESEARCHE
RELATED WATER MANAGEMENT
• Mengulum es batu selama 5 menit efektif dapat
menurunkan rasa haus pasien PGK (Arfany, Armiyati &
Kusumo, 2015)
• Rata-rata lama waktu menahan rasa haus setelah
mengulum es batu adalah 93 menit, rata-rata lama waktu
menahan rasa haus setelah berkumur air matang
adalah 55 menit dan rata-rata lama waktu menahan rasa
haus setelah berkumur dengan obat kumur adalah 69,7
menit. Mengulum es batu paling efektif dalam lama
menahan rasa haus dibandingkan dengan berkumur air
matang dan berkumur dengan obat kumur (Armiyati,
Khoiriyah & Mustofa, 2018)
NATRIUM MANAGEMENT
Sodium intake >>

Risk for fluid overlad


Risk for hypertension
↑rasa haus
Risk for fluid weight gains

Natrium / sodium intake should be set to achieve fluid balance to


prevent hypervolemia and hypertension (Price & Wilson,
2002). i (Price & Wilson, 2002).
NATRIUM MANAGEMENT
• The KDOQI  sodium intake to 2 g per day
(National Kidney Foundation, 2006).
• Diit rendah natrium  pada pasien CKD intake
natrium adalah 80-120 mmol/ hari atau sekitar 1,8-
2,8 g/ hari.
• Lindley, et al (2011)  Dietary sodium restriction
should be the primary focus in fluid management
 every kilogram gained between dialysis
sessions corresponds to an intake of 8 g of salt 
0.5 kg decrease in IDWG  if patient reduce their
salt intake by 4 g (2 g/day).
2 GRAM SODIUM DIE
 FRESH FOODS  THE BEST
 LIMIT
– CURED/PICKLED FOODS (ACAR)
– PROCESSED
– CAN/BOTTLED/PACKAGED
– INSTANT CEREALS, MIXES
• AVOID SALT SUBSTITUTES (POTASSIUM CHLORIDE)
• FLAVOR FOODS WITH SPICES, VINEGAR, LEMON JUICE,
PEPPER
1 TSP SALT = 2,300 MG SODIUM
Food labelled as low in salt should contain
less than 0.3 g of salt per serving, medium
should mean 0.3 to 1.5 g per serving
EVIDENCE BASED RESEARCH
SALT RESTRICTION

• Restriction of salt :reduced the requirement


for antihypertensive medication (7% vs
42%)
• Restriction of salt  significantly lowering
the IDwG (2.29 vs 3.31 kg)
• Restriction of salt  Fewer episodes of
intradialytic hypotension (11% vs 27%).
KEGEL EXERCISE
MANFAAT KEGEL EXERCISE
• Meningkatkan kekuatan otot pelvis 
mengendalikan proses berkemih.
• Mengurangi dan memulihkan keluhan berkemih:
sering mengompol, berkemih yang tidak dapat
ditahan, kencing menetes.
• Membantu proses ereksi dan meningkatkan
fungsi seksual pria.
• Meningkatkan kualitas hubungan seksual
EBN
• Latihan otot dasar pelvic atau Kegel’s exercise
yang dilakukan dengan benar dapat menguatkan
otot tersebut, meningkatkan resistensi urethra,
dan disertai dengan penggunan otot secara
sadar oleh pasien untuk mencegah keluhan
berkemih pasca operasi TURP (Baum, 2003).
JUSTIFIKASI
• Paterson, Pinnock and Marshall, (1997) dan Chang,
et.al. (1998) menjelaskan pemberian latihan otot
dasar pelvic dapat memperbaiki urodinamik pada
kasus inkontinen urin khususnya dalam mengatasi
keluhan berkemih.
• Porru, et.al. (2001) terhadap penelitian yang
dilakukan di Italy menjelaskan dampak latihan dini
Kegel’s exercise setelah pasien menjalani operasi
TURP menunjukkan hasil perbaikan kemampuan
berkemih. Kemampuan ini ditandai dengan
penurunan keluhan dribbling setelah berkemih dan
penurunan episode inkontinen urin pasca TURP.
Lanjutan…
• Tibek et.al.(2007) mengevaluasi efek pengaruh
latihan otot dasar pelvic sebelum pasien
menjalani TURP. Pre operatife latihan otot dasar
pelvic menunjukkan peningkatan yang signifikan
terhadap daya tahan otot dasar pelvic pasca
TURP, meskipun secara klinik keterkaitan
peningkatan status urodinamik pasca TURP tidak
ada perbedaan
MENEMUKAN OTOT YANG TEPAT (1)
• Bayangkan sedang menahan buang angin,
kencangkan otot yang anda perkirakan dapat
menghentikan keluarnya gas, jika merasa ada
tarikan, anda menggunakan otot yang tepat.
• Hentikan aliran kencing saat berada di kamar
mandi atau duduk di toilet. jika dapat
melakukannya, Anda telah menemukan otot yang
benar.
• Saat berdiri dan mengencangkan otot pelvis, jika
melakukan dengan benar  penis sedikit
terangkat.
MENEMUKAN OTOT YANG TEPAT (2)

• Memastikan otot pelvis


berkontraksi dengan
memasukkan ujung jari
kedalam anus  otot
pelvis berkontraksi dengan
benar jika jari tercengkram
kuat oleh anus. Cara ini
dilakukan jika cara 1-3 tidak
yakin dapat dilakukan.
PROSEDUR KEGEL EXERCISE (1)
2. LAKUKAN KONTRAKSI OTOT
PELVIS PERLAHAN TAHAN
SELAMA 7 DETIK 
KENDURKAN PERLAHAN
SELAMA 7 DETIK, LAKUKAN
10 KALI PER SESI,
FREKUENSI 3 SESI SEHARI
PADA MINGGU PERTAMA
PROSEDUR KEGEL EXERCISE (3)

LATIHAN DILAKUKAN MINIMAL 1 BULAN AGAR


OPTIMAL:
 MINGGU KE-2 DAN KE-3: KONTRAKSI OTOT DASAR
PELVIS DTAHAN 10 DETIK  KENDURKAN SELAMA
10 DETIK, LAKUKAN 10X PER SESI, SEBANYAK 3 SESI
SEHARI.
 MINGGU KE-4  KONTRAKSI DAN RELAKSASI OTOT
DASAR PELVIS DILAKUKAN LAKUKAN SEBANYAK 15X
PER SESI, SEBANYAK 3 SESI SEHARI.
MELAKUKAN KEGEL EXERCISE
ATTENTION
ATTENTION
ATTENTION
ATTENTION
BLADDER TRAINING
(LATIHAN KANDUNG KEMIH)
OVERVIEW
• Pelatihan kandung kemih merupakan bentuk
penting dari terapi perilaku yang dapat efektif
dalam mengobati inkontinensia.
• Tujuannya adalah untuk meningkatkan jumlah
waktu antara mengosongkan kandung kemih
dan jumlah cairan kandung kemih
PRINSIP BLADER TRAINING
Suatu cara yang dilakukan untuk
memperpanjang interval
berkemih yang normal dengan
berbagai teknik distraksi atau
teknik relaksasi  frekuensi
berkemih dapat berkurang,
hanya 6-7 kali per hari atau 3-4
jam sekali.
TUJUAN BLADER TRAINING
• Tujuan umum bladder training adalah untuk
melatih kandung kemih dan mengembalikan pola
normal perkemihan dengan menghambat atau
menstimulasi pengeluaran air kemih
• Tujuan :
1. pasien dapat mengontrol berkemih
2. pasien dapat mengontrol buang air besar
3. Menghindari kelembaban dan iritasi pada kulit lansia
4. Menghindari isolasi sosial bagi pasien
INDIKASI
 Orang yang mengalami masalah dalam hal
perkemihan
 Pasien dengan kesulitan memulai atau
menghentikan aliran urin.
 Orang dengan pemasangan kateter yang relative
lama.
 Pasien dengan inkontinentia urin
ASSESTMENT
• Pola berkemih
Memungkinkan perawatmerencanakan sebuah
program yang tepat
• Ada tidaknya ISK atau penyakit penyebab
Bila terdapat ISK atau penyakit yang lainnya
maka harus diobati dalam waktu yang sama.
PROSEDUR
1. Jelaskan pasien tentang tata cara latihan
bledder training yang baik, manfaat yang akan
dicapai dan kerugian jika tidak melaksanakan
bladder training dengan baik.
2. Beritahu pasien untuk memulai jadwal
berkemih pada bangun tidur, setiap 2-3 jam
sepanjang siang dan sore hari, sebelum tidur
dan 4 jam sekali pada malam hari.
3. Berikan pasien minum yang banyak sekitar 30 menit
sebelum waktu jadwal untuk berkemih
4. Beritahu pasien untuk menahan berkemih dan
memberitahu perawat jika rangsangan berkemihnya
tidak dapat ditahan.
5. Anjurkan pasien menunggu atau menahan berkemih
dalam rentang waktu yang telah ditentukan 2-3 jam
sekali
6. 30 menit kemudian, tepat pada jadwal berkemih
yang telah ditentukan, mintalah pasien untuk
memulai berkemih dengan teknik latihan dasar
panggul.
a. Latihan 1
1) Intruksikan pasien untuk berkonsentrasi pada otot
panggul
2) Minta pasien berupaya menghentikan aliran urine
selama berkemih kemudian memulainya kembali
3) Praktikkan setiap kali berkemih
b. Latihan 2
1) Minta pasien untuk mengambil posisi duduk atau
berdiri.
2) Instruksikan pasien mengencangkan otot - otot
disekitar anus.
c. Latihan 3
1) Minta pasien mengencangkan otot bagian posterior
dan kemudian kontraksikan otot anterior secara
perlahan sampai hitungan ke empat.
2) Kemudian minta pasien untuk merelaksasikan otot
secara keseluruhan.
3) Ulangi latihan empat jam sekali, saat bangun tidur
selama tiga bulan.
d. Latihan 4
Apabila memungkinkan anjurkan Sit-Up yang
dimodifikasi (lutut ditekuk) kepada pasien.
7. Bila tindakan point 6 belum optimal atau terdapat
gangguan :
a. Maka metode di atas dapat ditunjang dengan
metode rangsangan dari eksternal misalnya dengan
suara aliran air dan menepuk paha bagian dalam
b. Menggunakan metode untuk relaksasi  membantu
pengosongan kandung kemih secara total, misalnya
dengan membaca dan menarik napas dalam.
c. Hindari minuman yang mengandung cafein
d. Minum obat deuritik untuk meningkatkan berkemih
CONTOH LATIHAN (1)
 The Bladder diary digunakan sebagai titik awal.
 Catat waktu dan jumlah berkemih selama 1
minggu  Ini akan membantu menentukan
jumlah urin kandung kemih Anda dan seberapa
besar Anda mampu menahan
 Perpanjang waktu berkemih berdasarkan
catatan dalam “bladder diary”
CONTOH LATIHAN (2)
 Setiap minggu, waktu berkemih ditingkatkan 15
atau 30 menit sesuai.
 Jika inkontinensia menurun dari minggu ke
minggu, jadwal dapat lebih meningkat 15
sampai 30 menit.
 Bagi banyak orang rentang waktu berkemih 
setiap 3 sampai 6 jam. Bagi kebanyakan orang
tua rentang waktu berkemih  setiap 2 sampai
3 jam adalah optimal
ATTENTION
 Pantau jumlah kebocoran urine (kejadian
mengompol) setiap hari dan untuk seluruh minggu.
 Monitor jumlah setiap kebocoran. Sebagai contoh,
seseorang yang biasanya selalu mengompol mungkin
memiliki 2 kali episode mengompol dalam sehari, tapi
jumlahnya tidak banyak  ini bisa dianggap sebagai
perkembangan yang baik
 Jika jumlah kebocoran urine tidak berkurang dalam 1
minggu, pertahankan jadwal pada minggu
sebelumnya
ATTENTION
• Mengosongkan kandung kemih Anda segera setelah
Anda bangun di pagi hari.
• Bila pasien telah mencapai tujuan awal, secara
bertahap meningkatkan waktu antara
mengosongkan kandung kemih pasien dengan 15
menit interval
• Motivasi pasien untuk meningkatkan interval waktu
pasien setiap minggu
• Bisa memakan waktu antara enam sampai 12
minggu untuk mencapai tujuan akhir
BLADDER TRAINING
PASIEN DENGAN FOLLEY CATETER
TUJUAN

Melatih kandung kemih untuk mengosongkan


pada interval waktunya dan dalam jumlah yang
memadai dan untuk meningkatkan, martabat dan
harga diri.
OVERVIEW
• Prosedur ini memakan waktu minimal 4 hari
untuk menyelesaikan.
• Kosongkan koleksi tas urine setiap kali kateter
dijepit.
• Setiap kali kateter unclamped, mengukur urin
mencatat warna, kejernihan dan jumlah urin.
Catat informasi ini dalam rekam medis
• Pasien harus bisa mentolerir minimal 250cc urin
di kandung kemih sebelum kateter di lepas
PROSEDUR
1. Jaga privasi
2. Cuci dan keringkan tangan dengan baik dan
mengenakan sarung tangan.
Jelaskan prosedur
3. Hari pertama klem kateter selama 1-2 jam. (Sebaiknya 2
jam jika pasien dapat mentolerir full time).
4. Kosongkan urinbag
5. Pantau pasien, jika pasien mengeluh sakit atau tidak
bisa mentolerir penuh 2 jam, mempersingkat waktu dan
kemudian meningkat secara bertahap.
6. Unclamp kateter setelah dua jam dan memungkinkan
kandung kemih untuk mengosongkan.
7. Anjurkan pasien untuk menekan ke bawah dengan otot
perut untuk membantu mengosongkan kandung
kemih.
8. Tinggalkan kateter unclamped selama 15 menit,
kemudian kembali diklem 1-2 jam.
9. Lanjutkan proses ini untuk pertama periode 24 jam.
10. Hari 2 peningkatan menjepit untuk 2-3 jam, unclamp
selama 15 menit dan kemudian kembali klem.
11.Lanjutkan proses ini untuk kedua periode 24 jam.
12.Hari ke-3 peningkatan menjepit waktu 3-4 jam,
unclamp selama 15 menit dan kemudian kembali
klem.
13.Lanjutkan proses ini untuk ketiga periode 24 jam.
14.Hari keempat, lepas kateter dan bantu pasien
untuk BAK setiap 2 jam ke toilet
15.Lanjutkan dengan program bladder training
reguler jika diperlukan, untuk inkontinensia urin.
DOKUMENTASIKAN
• Nama dan td tgn perawat
• Waktu setiap kali kateter dijepit dan ketika unclamped.
• Jumlah, kejelasan, dan warna urin setiap kali kateter
unclamped.
• Jika pasien menolak prosedur, alasan mengapa dan
intervensi yang diambil
• Bila kateter sdh dilepas dokumentasikan kemampuan
penduduk untuk toilet dengan atau tanpa episode
mengompol.
• Setiap keluhan nyeri atau ketidaknyamanan yang
berhubungan dengan prosedur.
SELAMAT MENCOBA

You might also like