You are on page 1of 27

CURICULUM VITAE

Name: RA Tuty Kuswardhani MD. PhD, MHA, FINASIM, Geriatrician


Pembina Utama Madya / IV d/ Head Lector
Head of Division Geriatric Internal Medicine UNUD
Vice President of Acossiation Geriatric Indonesia
 Head of Geriatric Acossiation Bali

 EDUCATION
1988: Medical Doctor Udayana University, Denpasar
1999: Internist Airlangga University, Surabaya
2004: Consultant of Geriatriy Indonesia University, Jakarta
2009: PhD. Udayana University, Denpasar
2011: M.HA , Airlangga University, Surabaya
 2017- Now :Student of Law Sem 2

 INFORMAL EDUCATION
2001: Fellow Ship Geriatric Medicine and Rehabilitation, Adelaide, South Australia
2001: Consultant of Geriatric Departement Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta
2003: Fellow Ship at the Memory Clinic, Tokyo Geriatric Center Hospital, Tokyo, Japan
2005: Post Graduate Course Social Gerontology, International Institute On Aging, Malta
2005: Post Graduate Course WHO UNFDA, Valleta, Malta
2006: Fellow Ship on Gerontology Department, Slotervart Huis - Amsterdam, Holland
2006: Fellow Ship on Respite Care Departement Zaans Centrum Hospital & Utreht Nursing Home Centrum , Holland
2007: Post Graduate Course On Cardiology Geriatry and Anti Aging, Barcelona-Spain
2014:Visiting Doctor in Vienna Austria Hospital ( AKH, Kranken Hausen, Frans Joseph, Sofieen Hospital)
2014: Visiting Doctor in Freiburg Hospital, Germany

 ORGANISATION
1988- now: IDI ( Association of Doctor Indonesia )
1999- now: PAPDI ( Association of Internal Medicine Indonesia)
2002-now: PERGEMI (Association of Gerontology Indonesia)
2010- now: PEROSI ( Association of Osteoporosis Indonesia)
AGING AND PHYSIOLOGICAL
MIXIE CHANGE
RA TUTY KUSWARDHANI
DIVISI GERIATRI
DEPARTEMEN/ KSM ILMU PENYAKIT DALAM
FK UNUD –RSUP SANGLAH
DENPASAR
INTRO GROUP POPULATION BY AGE IN
DUCTION INDONESIA
2010-2035
Umur (tahun) 2010 2020 2035
0-4 23.310.083 21.897.201 21.327.333
5-9 21.335.101 22.330.024 21.408.847
10-14 22.928.295 23.385.593 21.483.717
15-19 21.117.125 22.513.283 21.723.677
20-24 20.115.922 22.449.598 22.141.433
25-29 21.550.886 20.760.726 23.112.476
30-34 20.054.660 20.149.695 22.180.874 BPS,2015
35-39 18.714.346 20.562.447 22.056.796
40-44 16.711.618 19.759.161 20.299.451
Aging
45-49 14.199.518 17.990.738 19.506.237
50-54 11.692.162 15.840.691 19.559.400 popula
55-59 8.544.642 13.201.661 18.261.410 tion
60-64 6.126.737 10.264.552 15.870.518
65-69 4.746.522 7.147.948 12.972.101
ELDER
70-74 3.443.408 4.607.658 9.558.730
LY >
75+ 3.927.762 5.176.479 10.497.528
Total 238.520.797 268.039.475 301.962.563
PENGATURAN DIURESIS NORMAL
• Proses berkemih yang normal
adalah suatu proses dinamik :
fisiologik berlangsung di bawah
kontrol dan koordinasi SSP dan
sistim saraf tepi didaerah sakrum

• Saat periode pengisian kandung


kemih, tekanan didalamnya tetap
rendah (di bawah 15 mmH2O)
• Sensasi pertama ingin berkemih
biasanya timbul pada saat volume
kandung kemih mencapai antara
150-350 ml
• Kapasitas kandung kemih normal
bervariasi sekitar 300-600 ml
• Umumnya kandung kemih dapat
menampung urin sampai lebih
kurang 500 ml tanpa terjadi
kebocoran
FISIOLOGIS BERKEMIH PADA
ORANG LANJUT USIA
• Sepanjang hidup, kontraksi
sporadis otot dinding kandung
kemih terjadi dari setiap
kebutuhan kesempatan tepat
untuk buang air kecil.
• Pada orang lebih muda, sebagian
besar kontraksi SSP
• tetapi jumlah kontraksi sporadis
↑ seiring bertambahnya usia,
yang kadang-terjadi episode
inkontinensia urin (involunter:
40-75% pada LANSIA)
MIKSI URIN PADA PRIA TUA
Prostat merupakan gland pria
BPH : Gland prostat umumnya
bertambah besar saat pria bertambah
usia
LUTS yang dihubungkan dengan
perkembangan BPH jarang sebelum
usia 40
Lebih dari 50% pria di usia: 60 tahun ,
diatas 90 % di usia: 80an → memiliki
beberapa LUTS (Lower Urin Tractus
Syndrme: keluh/kualitas bak)
Gejala bervariasi : sumbatan,
lemahnya saluran kencing, urgensi
dan kebocoran; lebih sering kencing,
terutama di malam hari
INKONTINENSIA URIN
PERUBAHAN MIKSI PADA WANITA
TUA
Menopause
 estrogen pada menopause
menyebabkan  suportif jaringan
penipisan uretra,vaginal epitel, 
vascularisasi urethral submucosa, 
cellular
Estrogen defisiensi factor penting
ethiology UTI ( lower urinary tract
disease) termasuk simptom urge
(frequency, nocturia, urgency,
incontinence urge)
role Receptor Estrogen: peran utama
mechanism Stress Urinary Incontinence
INKONTINENSIA URIN TIPE STRES
• Inkontinensia urin fisiologis terjadi pada
wanita lanjut usia yaitu: inkontinensia urin
tipe stress
“Keluarnya urin
tanpa disadari
dan tidak
diinginkan dalam
jumlah dan
frekuensi tertentu
yang dapat
mengakibatkan
masalah sosial
dan hygiene”
(International
Continence Society,
2002)
IU FISIOLOGIS/TIPE STRES BISA DIAKIBATKAN:
Non neurologic disorder ( pelvic disorder, urethra disorder,
medications ), Idipopathic

FAKTOR RISIKO IU TIPE STRES


 UMUR
@ incidence is  due the aging in 46-86 tahun wanita  15-25% (USA, 2015).
@ Physiological changes related to  amount of elastic tissue, increased fat anfiltration,
cellular athropy, neurological degeneration and  smooth muscle tones
@This caused changes in pelvic supportive tissues
 GIVING BIRTH
mengakibatkan melorotnya otot pelvis dan jaringan selama mengandung dan partus
normal pada multipara
 OBESITAS
 BB yang besar menyebabkan stretches & weakens otot panggul dan
detrusor,saraf dan berbagai struktur pelvis

 MENOPAUSE
  estrogen pada menopause menyebabkan  supportive tissue, penipisan uretra
dan epitel vagina
 Defisiensi Estrogen faktor penting dari etiologi: lower urinary tract disease termasuk
urge symptoms (frequency, nocturia, urgency, incontinence urge)
INKONTINENSIA URIN TIPE
STRES
• The NOBLE (National Overactive Bladder Evaluation),
(Program, 2017)
• memperkirakan: bahwa 1/3 wanita berusia lebih dari
65 tahun menderita gangguan kandung kemih,
• sekitar 2/3 dari kasus-kasus tsb terkait dengan
inkontinensia urin
• Inkontinensia urin tipe stres dialami sekitar 13% wanita
usia 19-44 tahun dan 22% wanita usia 45-64 tahun
• Pada wanita yang lebih tua, inkontinensia campuran
paling umum & dialami sekitar 50% dari semua kasus

• Dx: kuesioner, px fisik, urodynamic, test pad


• RIWAYAT PENYAKIT
• PEMERIKSAAN FISIK
• URINALISIS
• PENGUKURAN VOLUME PAD, URODINAMIKA
• LAB

Evaluas ini dilakukan oleh:


dokter, dokter ahli, perawat primer
dapat memberikan diagnosis yang akurat
tentang inkontinensia urin
Pertanyaan : Apakah anda meompol atau BAB tanpa disadari ?
0 tidak pernah Assesment : HistoryDIAGNOSIS
and Physical :
1,0 kadang-kadang kehilangan kontrol berkemih/menggunakan alat bantu
untuk berkemih & BAB
2,5 kehilangan kontrol berkemih sedikitnya sekali dalam sebulan
4,0 kehilangan kontrol berkemih sedikitnya 2 kali sebulan/kadang-kadang
kehilangan kontrol BAB
5,0 kehilangan kontrol BAB sedikitnya sekali dalam sebulan
5,5 kehilangan kontrol berkemih sedikitnya sekali dalam seminggu
6,5 kehilangan kontrol BAB sedikitnya 2 kali sebulan
8,0 kehilangan kontrol BAB sedikitnya sekali seminggu/kehilangan kontrol
berkemih
sedikitnya sekali setiap hari

10 kehilangan kontrol BAB sedikitnya sekali sehari


10,5 tidak bisa mengontrol fungsi berkemih sama sekali
11,5 tidak bisa mengontrol BAB sama sekali
Incontinence
 Incontinence is classified : 0: No Inctinence 1 – 2,5: Mild
 Incontinence : 0 – 6,5 : Moderate Incontinence ≥8 : Severe(Johnston
Incontince
B, UCSF. 2009)
PENATALAKSANAAN IU TIPE
STRES

• Penanganan awal pada IU Tipe Stres, meliputi tatalaksana;


• 1. memperbaiki gaya hidup, 2. terapi fisik, 3.pengaturanjadwal
berkemih, 4. terapi perilaku 5. terapi medikasi /obat dan
• 6. invasif

• 1. PerbaikI gaya hidup meliputi:


1. Menurunkan berat badan pada obesitas (Tingkat
rekomendasi A)
2. Mengurangi asupan kafein, gula (Tingkat rekomendasi B)
PENATALAKSANAAN IU TIPE
STRES
3. Latihan kandung kemih, merupakan terapi lini pertama
untuk IU OAB (Tingkat rekomendasi A)

4. Stimulasi elektrik dapat direkomendasi pada IU Stres,


OAB dan Mixed ( Tingkat rekomendasi C)

5. Pengaturan jadwal berkemih dengan interval 2 jam dapat


disarankan pada IU ringan (Tingkat rekomendasi C)
PENATALAKSANAAN IU TIPE STRES
2. Terapi fisik meliputi
1. Latihan otot dasar panggul
 Merupakan terapi konservatif lini I /pertama IU Tipe Stres,
 dan pada wanita tiga bulan pasca melahirkan
 dan LANSIAdengan gejala IU menetap (Tingkat rekomendasi A)

@Latihan otot dasar panggul lebih efektif dibanding latihan kandung


kemih/ Jadwal berkemih (sebagai terapi lini I pada IU tipe
Stres(Tingkat rekomendasi B)

@Latihan otot dasar panggul dapat dilakukan pada wanita hamil untuk
mencegah IU pasca melahirkan & LANSIA (Tingkat rekomendasi A)

2. Latihan dengan menggunakan vaginal cones


@ pada IU Stres, OAB atau Mixed (Tingkat rekomendasi B)
.TALAKSANA NON FARMAKOLOGIK
@ Melakukan Latihan Kegel
 Menemukan otot yang tepat
 Menahan otot yang digunakan: Jika merasakan perasaan “tertarik”
maka siap untuk mendapatkan latihan pelvic
 Jangan lakukan pada otot yang lain pada waktu yang bersamaan atau
menahan nafas
 Hanya tekan otot pelvic: Tarik otot pelvic dan tahan selama 3 detik
 Kemudian rileks selama 3 detik,
 Ulangi jangan berlebihan, Latihan sampai 3x dengan mengulang 10 x

2.LATIH
AN
cones
.TATALAKSANA NON FARMAKOLOGIK
@ Melakukan latihan Otot kemih dengan berbaring

 Posisi ini merupakan cara paling mudah melakukan latihan Pelvic karena
selanjutnya otot tidak perlu bekerja melawan gravitasi
 Saat otot-otot mulai kuat, lakukan pelatihan dengan duduk atau berdiri
 Bekerja melawan gaya gravitasi seperti penambahan berat beban
 Hanya perlu waktu 5 menit, 3x sehari
 Kontrol bladder mungkin tidak membaik selama 3 sampai 6 minggu,
meskipun sebagian orang mendapatkan perbaikan setelah ≥ 4 minggu
3.CONTOH KARTU JADWAL CATATAN BERKEMIH
4. PENATALAKSANAAN TERAPI PERILAKU
JIKA MIKSI TIDAK MAMPU DITAHAN

 Penggunaan drainase kateter indwelling uretra atau


suprapubik adalah cara yang paling akhir

 Terapi Anti Jamur & dan Hindari hidrasi berlebihan pada


kulit → Dermatitis
 Memperbaiki kasus Artritis dan Osteoporosis dengan
terapi yang sesuai
 Mengobati Diabetes Melitus dengan pilihan obat tepat
4. TERAPI PERILAKU
WARNING TIME
•The time between the
onset of urgency and
either voiding or
incontinence

•Significant to patients
since it represents the
time they have to find a
bathroom and avoid
possible incontinence
USING THE URGENCY PERCEPTION
SCORE (UPS)
WITH A PATIENT IN PRACTICE
• The Urgency Perception Scale (UPS)
• Describes the ability of a patient to hold urine and finish tasks
before going to the toilet

Cardozo L et al BJU Int 2005; 95:591-596


5. TERAPI MEDIKASI/
FARMAKOLOGI
Pada terapi farmakologi didapatkan
beberapa cara, misalnya:
• Terapi Agen Bulking
• Agen Bulking jarang digunakan pada pasien tua
dikarenakan tingkat keberhasilan yang kecil

• Terapi Stem Sel


• Masih belum dikerjakan / karena kontroversi ,
tetapi banyak diteliti
5. TERAPI HORMON PADA IU STRES
• STUDY USA, 2016: Susan et al, melakukan penelitian menentukan efek
dari MHT (Menopause Hormon Therapy) pada insiden 1tahun dan
keparahan gejala Inkontinensia Urin Tipe Stres yang terjadi ketika
sukarelawan riset mengikut risetnya

• IU Stres terjadi karena: batuk, tertawa, bersin, mengangkat, mengejan


• urge incontinence umumnya disebabkan kontraksi dari otot kandung kemih,
terkait dengan urgensi juga dengan: bersin,tekanan abdominal atau batuk
pada wanita pasca menopause sehat

• Menganalisis data Health Initiative Woman [WHI] multicenter double-blind,


plasebo-terkontrol,dengan uji klinis acak dengan terapi hormon Estrogen
pada wanita menopause 27.347 relawan berusia 50-79 th selama5 tahun
• → penurunan inkontinensia urin
5. TERAPI HORMON
ESTROGEN DAN PROGESTERON
PADA IU STRES

• Dosis Estrogen: 0,45-1,25 mg/days, 28 days


• Premarin (Progesteron): 0,3mg (12-14days)
• Injeksi: 0,5-1,5 mg/hari
• Krim, Gel, Patch, Spray

• LAB:
• N: TESTOSTRN=270-1070 ng/dl ( R=679)
• N: ESTRADIOL= 10-237 ng/dl
6. TERAPI INVASIF
SURGERY MODULATION
 Denervation
 Acupuncture / electroacupuncture
 Electrical stimulation / neuromodulation
 Cystoplastic augmentation

Denervation
SIMPULAN

Populasi lansia di dunia saat inimeningkat


pesat di dunia
Berkaitan dengan salah satu organ yang
berperan penting adalah organ terkait
masalah berkemih yang melibatkan banyak
organ tubuh lanjut usia
Terapi inkontinensia urin fisiologis atau
Inkontinensia Urin tipe Stres
pada lanjut usia wanita bisa dengan terapi
non farmakologik dan farmakologik
Tujuannya adalah untuk meningkatkan
kesehatan populasi tersebut serta
memperpanjang usia harapan hidup
THANK YOU
TERIMA
KASIH

You might also like