You are on page 1of 11

DOI: 10.30829/jumantik.v6i1.

9258

Literatur Riview

Faktor Risiko Fisiologis Penyebab Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
pada Balita: Literatur Riview

Syaikhah Fathinah Ridwan1*, Wasis Rohima2, Wahyu Sudarsono3, Siti Amanah


Septiana4, Sylvia Rianissa Putri5

1,3,5
Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Bengkulu
2,4
Departemen Anak RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

Abstract
Acute respiratory infection (ARI) caused by environment factor, socio -demographic
characteristics of parents and child physiological factors. The ARI is the top ten communicable diseases
among children under five years in Indonesia. Studies of combination of two or three factors affected
the ARI have reported, but study of association subs physiological factors are rarely. The aim of study
was to know effect of sub physiological factors on ARI among children under five years. The study used
articles from 2015-2020 and conducted from the PubMed and SCOPUS. There were 18 articles relevant
with inclusion criteria in this study. Qualitative analysis was used for design study. The five
physiological sub-factors, namely age, gender, exclusive breastfeeding, low birth weight (LBW), and
nutritional status was associated with ARI among children under five years. The Age, exclusive
breastfeeding, LBW, and nutritional status have the same impact affecting maturation immune system
in infants. Larger amount testosterone hormone in male infant and smaller size of thymus than female
infant. Both of them caused male infant more susceptibility affected by ARI than female infant.

Keywords: ARI, physiological risk factors, children under five years, gender, immune system

Pendahuluan berkembang. Kejadian ini paling banyak terjadi di


Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) kawasan Asia Selatan dan Afrika (Liu et al.,
merupakan salah satu masalah kesehatan utama 2012). Lebih spesifik lagi negara-negara seperti
pada balita di negara berkembang. Frekuensi Nigeria, Kenya, Filipina, Thailand, Kolombia,
kematian balita karena ISPA di negara dan Uruguay mencatat sekitar 21,7 sampai 40%
berkembang 10-50 kali lebih tinggi dibandingkan kasus ISPA (Solomon et al., 2018).
dengan negara maju. World Health Organization Di Indonesia prevalensi ISPA pada balita
(WHO) memperkirakan angka kejadian ISPA di dikatakan tinggi. Penyakit ini menjadi penyebab
negara berkembang sebanyak 0,29 episode per utama kematian balita dengan angka 80-90%.
anak/tahun dan di negara maju 0,05 episode per Sejak tahun 2013, ISPA pada balita tergolong
anak/tahun (WHO, 2016). Tercatat 156 juta dalam sepuluh deretan penyakit menular
episode baru ISPA pada balita di dunia per tahun, terbanyak di Indonesia. Di tahun 2018, ISPA pada
di mana 151 juta kasus (96,7%) terjadi di negara balita menduduki peringkat pertama dari sepuluh
besar penyakit menular di Indonesia dengan
*corresponding author: Syaikhah Fathinah angka kejadian berkisar 25-30% (Kemenkes RI,
Ridwan 2018). Peningkatan pesat angka kejadian ISPA
Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan, Universitas Bengkulu
pada balita disebabkan oleh berbagai faktor risiko.
Email: ikachan9945@gmail.com Secara umum, faktor risiko tersebut dapat
Summited: 14-07-2020 Revised: 19-09-2020 digolongkan menjadi tiga. Ketiga faktor tersebut
Accepted: 18-10-2020 Published: 15-02-2021 adalah lingkungan, karakteristik sosiodemografi

JUMANTIK Volume 6 No. 1 Februari 2021 85


DOI: 10.30829/jumantik.v6i1.9258

orang tua, dan fisiologis balita (Alemayehu et al., Metode


2019; Harerimana et al., 2016). Ada lima Jenis penelitian ini adalah literature review.
subfaktor fisiologis yang menyebabkan kejadian Literature review merupakan sebuah metode
ISPA pada balita yaitu usia, jenis kelamin, berat penelitian yang menggunakan data sekunder
badan lahir, ASI eksklusif, dan status gizi (Sultana dengan strategi pencarian yang sistematis.
et al., 2019; Taksande & Yeole, 2016; Tomczyk Pencarian artikel yang sudah terpublikasi
et al., 2019). dilakukan pada dua database utama, yaitu
Penelitian yang melaporkan secara spesifik PubMed dan SCOPUS pada bulan Juni-Juli 2020.
terkait faktor fisiologis masih sangat sedikit Proses pencarian, pengumpulan, sintesis,
ditemukan, terlebih yang melaporkan secara ekstraksi data, dan penulisan artikel dilakukan
keseluruhan kelima subfaktor fisiologis tersebut oleh penulis utama (SFR) di Kota Bengkulu. Kata
dalam satu hasil penelitian. Penelitian yang kunci yang digunakan adalah acute respiratory
mengkombinasikan ketiga faktor penyebab ISPA infection, acute upper respiratory infection, acute
dilaporkan oleh Shi et al. (2015) dan Tazinya et lower respiratory infection, pharyngitis,
al. (2018). Penelitian yang mengkombinasikan laryngitis, otitis media, bronchitis, bronchiolitis,
faktor sosiodemografi orang tua dan lingkungan pneomonia, epiglottitis, risk factor, factor
dilakukan oleh Adesanya et al. (2017) dan Yaya associated, nutritional status, low birth weight,
et al. (2019) sementara untuk faktor fisiologis dan gender, sex, exclusive breastfeeding, under five,
lingkungan juga sudah banyak dilakukan preschool dan children. Kriteria inklusi dari
(Anteneh & Hassen, 2020; Marangu & Zar, 2019). penelitian ini adalah: 1) artikel ditulis dalam
Kajian yang spesifik mengulas kelima subfaktor bahasa Inggris; 2) artikel dipublikasikan dalam
fisiologis yang menyebabkan ISPA pada balita kurun waktu 2015-2020; 3) artikel memuat
sangat dibutuhkan oleh para medis dalam minimal dua kata kunci yang sudah ditetapkan ; 4)
menjalankan tugas kesehariannya dalam artikel tersedia dalam bentuk free full text.
menangani dan mengurangi jumlah balita
penderita ISPA. Kajian ini juga dapat menjadi Hasil
acuan ilmiah bagi para peneliti yang ingin Pencarian literatur dengan menggunakan
mengkaji lebih mendalam penyebab penyakit kata kunci dan kriteria inklusi yang telah
ISPA pada balita yang diakibatkan oleh subfaktor ditentukan mendapatkan total 600 artikel. Setelah
fisiologis tersebut. Diharapkan kajian ini dapat dilakukan pemeriksaan duplicate ditemukan 547
mengungkapkan keterkaitan antara kelima artikel yang tidak terduplikasi satu dengan yang
subfaktor tersebut sebagai penyebab ISPA pada lain. Hasil identifikasi judul dan abstrak diperoleh
balita. sebanyak 72 artikel yang sesuai dengan tema
penelitian literatur studi ini. Dari 72 artikel
tersebut diperoleh 18 artikel yang diekstraksi
untuk penelitian ini (Gambar 1).

JUMANTIK Volume 6 No. 1 Februari 2021 86


IDENTIFIKASI
Basis Database Referensi
DOI: 10.30829/jumantik.v6i1.9258
SCOPUS 508
PubMed 92

Total referensi : 600

Menghilangkan referensi
SKRINING

Terdapat 475 referensi


dengan judul yang sama
yang tidak relevan
(duplikat): 547

Melakukan skrining judul


dan abstrak: 72
KELAYAKAN
UJI

Melakukan skrining terhadap


keseluruhan teks
Terdapat 54 artikel yang
memenuhi kriteria inklusi
sebagai berikut:
REFENSI YANG

 Desain penelitian tidak


TERLIBAT

jelas
 Tidak meneliti faktor
Didapatkan 18 artikel yang akan risiko fisiologis
di review

Gambar 1 Diagram Alur Tahapan Tinjauan Kepustakaan

Delapan belas artikel yang digunakan dalam dari 12 bulan dan jenis kelamin pria lebih berisiko
literature review ini ditampilkan secara spesifik di tinggi terkena ISPA. Beberapa artikel lainnya
Tabel 1. Tabel tersebut menjelaskan usia dari mengatakan bahwa kelompok usia balita lebih
sampel yang diambil seluruhnya merupakan anak dari 12 bulan yang paling rentan terhadap
di bawah usia lima tahun. Penelitian yang dipilih penyakit ISPA (Khalek & Salam, 2016; Anteneh
minimal menggunakan desain penelitian case & Hassen, 2020; Taksande & Yeole, 2016).
control. Artikel yang sudah diesktraksi Terdapat tiga artikel yang secara khusus
seluruhnya terkait dengan pengaruh faktor risiko membahas pengaruh menyusui secara eksklusif
fisiologis yang terdiri dari usia, jenis kelamin, hingga usia enam bulan dapat menurunkan risiko
BBLR, ASI eksklusif, dan status gizi, namun tidak kejadian ISPA hingga usia balita
ditemukan penelitian yang khusus meneliti kelima (Ahmed et al., 2020; Hanief et al., 2015; Tromp
faktor risiko dalam satu penelitian. et al., 2017).
Ke delapan belas artikel yang telah di-review, Hasil penelitian yang menemukan hubungan
terdapat berturut-turut 7, 4, 4, 6, dan 6 artikel yang signifikan antara malnutrisi dengan kejadian
membahas keterkaitan faktor fisiologis usia, ISPA pada balita dilakukan oleh Alemayehu et al.
BBLR, status gizi, ASI eksklusif, dan jenis (2019); Cox et al. (2017); Jayaweera et al. (2019);
kelamin dengan kejadian ISPA pada balita. Secara dan Taksande & Yeole (2016). Meskipun secara
detail terdapat tiga artikel yang mengulas adanya keseluruhan dari total artikel yang di-review
pengaruh dari keempat kombinasi faktor risiko menemukan hubungan positif terkait faktor risiko
fisiologis (Anteneh & Hassen, 2020; Deepti & fisiologis, tetapi terdapat satu artikel yang tidak
Abha, 2018; Nguyen et al., 2019; Taksande & menemukan hubungan signifikan antara kelima
Yeole, 2016). Penelitian Sultana et al. (2019) dan subfaktor risiko fisiologis terhadap kejadian ISPA
Ullah et al. (2019) mengatakan usia balita kurang pada balita (Tazinya et al., 2018).

JUMANTIK Volume 6 No. 1 Februari 2021 87


DOI: 10.30829/jumantik.v6i1.9258

Tabel 1 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu (Data Ekstraksi)

Penulis Waktu Negara Desain Umur Sampel Besar Faktor Hasil


Penelitian Penelitian Kasus Sampel Risiko
Fisiologis
yang Diteliti
Dagne et al., Ethiopia Cross <5 t ISPA 422 Usia Ditemukan pengaruh yang
2020 Mei-Juli sectional signifikan antara usia
2019 balita terhadap kejadian
ISPA, terutama usia 36-47
bulan.
Anteneh et 2016 Ethiopia Cross <5 t ISPA 10,006 BBLR dan Anak ber-usia 6 sampai 23
al., 2020 sectional Usia bulan dan bayi dengan
BBLR memiliki peluang
lebih besar mengalami
ISPA.
Taksande., 2010- India Case <5t ISPA 600 SG, ASI, dan Terdapat hubungan yang
2016 2012 control BBLR signifikan antara ISPA
dengan ASI, status nutrisi,
dan BBLR.
Nguyen et al., 2017- Vietnam Prospective <5t Pneumo 2448 JK, ASI, Jenis kelamin laki-laki,
2019 2018 cohort nia BBLR, Usia usia di bawah 1 tahun,
study BBLR, dan ASI
meningkat risiko kejadi
ISPA.
2000- Ethiopia Cross <5t ISPA 15,106 ASI Eksklusif Inisiasi menyusui dini dan
Ahmed et al., 2016 sectional & menyusui secara eksklusif
2020 Diare dikaitkan dengan risiko
kejadian ISPA yang lebih
rendah.
Sultana, 2014 Bangla Cross <5 t ISPA 6566 Usia dan JK Prevalensi kejadian
2019 desh sectional ISPA secara signifikan
lebih tinggi di
kelompok anak usia <2
tahun dan jenis kelamin
laki-laki.
Tazinya et 2014- Camero Cross <5t ISPA 512 Tidak ada Usia, jenis kelamin, dan
al., 2018 2015 on sectional status gizi tidak
terdapat pengaruh
secara signifikan
terhadap kejadian
ISPA.
Ullah et al., 2012- Bangla A cluster <2t ISPA 3350 JK Jenis kelamin
2019 2013 desh randomize & dihubunkan sebagai
d trial Diare faktor risiko kejadian
ISPA yang berlangsung
selama 14 hari.
Alemayehu 2016- Tigray Case <5 t ISPA 288 SG Status gizi yang buruk
et al., 2018 2017 control atau malnutri
ditemukan sebagai
prediktor yang
signifikan terhadap
kejadian ISPA.

JUMANTIK Volume 6 No. 1 Februari 2021 88


DOI: 10.30829/jumantik.v6i1.9258

Lanjutan tabel 1
Tabel 1 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu (Data Ekstraksi)

Penulis Waktu Negara Desain Umur Sampel Besar Faktor Hasil


Penelitian Penelitian Kasus Sampel Risiko
Fisiologis
yang Diteliti
Ibama et al., 2016 Nigeria Retrospect <1t ISPA 1100 JK Bayi perempuan
2017 ive case ditemukan lebih rendah
control memiliki risiko
mengalami kejadian
ISPA.
Deepti et India Transactio <5t ISPA 200 BBLR, ASI Pemberian ASI yang
al., 2018 2013-2014 nal case , dan JK tidak sesuai, BBLR dan
control jenis kelamin laki-laki
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap ISPA bagian
bawah.
Mulatya et 2014-2015 Kenya Cross <5t ISPA 18 702 Usia Usia anak antara 6
al., 2020 sectional & sampai 11 bulan
Diare dikaitkan dengan risiko
yang lebih tinggi
mengalami kejadian
ISPA.
Harerimana 2010 Rwand Cross <5 t ISPA 8485 Usia Usia anak 0 sampai 11
a sectional (Bawah memiliki pengaruh
et al.,
) yang signifikan secara
2016 positif dengan kejadian
ISPA
Khalek et 2008 Egypt Cross <5 t 4745 Usia dan JK Anak berusia 6-23
al., 2016 sectional ISPA bulan dan jenis kelamin
laki-laki memiliki
risiko lebih besar
terkena ISPA
Menyusui secara
eksklusif selama 6
Prospectiv bulan atau lebih
Tromp et al., Netherl ASI
2002-2006 e <5 t ISPA 7893 dikaitkan dengan
2017 and Eksklusif
cohort penurunan risiko ISPA
bagian bawah pada
anak-anak pra-sekolah.
ASI eksklusif hingga
Prospectiv usia 6 minggu secara
Hanief et al., Vietna ASI
2010-2012 e <5t ISPA 1049 signifikan mengurangi
2015 m Eksklusif
cohort kemungkinan kejadian
pneumonia.
ISPA, Kekurangan
Infeksi suplementasi zat besi
saluran selama 3 bulan
Sri Case
Jayaweera et 2014 2-5 t kemih 485 SG ditemukan
Lanka control
al., 2019 & meningkatkan
Gastroe kekambuhan kejadian
nteritis ISPA secara signifikan.
Cox et al., 2014 Malawi Cross <5 t ISPA 828 SG Kejadian malnutrisi
2017 sectional secara akut dan kronik
merupakan faktor risiko
yang mempengaruhi
ISPA secara signifikan.

JUMANTIK Volume 6 No. 1 Februari 2021 89


DOI: 10.30829/jumantik.v6i1.9258

Pembahasan (BBLR) (IDAI, 2013). Berat badan lahir rendah


Pengaruh Usia terhadap Kejadian ISPA menentukan pertumbuhan dan perkembangan
Usia merupakan salah satu faktor risiko yang fisik pada masa balita. Beberapa peneliti sepakat
mempengaruhi kejadian ISPA pada balita. bahwa bayi dengan BBLR memiliki risiko lebih
Menurut laporan Global Burden of Disease besar terjangkit ISPA, tetapi mereka mempunyai
(GBD) pada tahun 2017, infeksi saluran pendapat yang berbeda terkait mekanisme yang
pernapasan akut bawah sebagai penyebab 652.572 menyebabkan tingginya risiko ISPA pada balita
kematian pada anak-anak di bawah lima tahun BBLR tersebut. Balita dengan BBLR umumnya
(Troeger et al., 2018). Namun, masih terdapat mengalami hambatan pertumbuhan selama di
banyak perbedaan pendapat mengenai kelompok dalam kandungan. Menurut penelitian Deepti &
usia balita yang paling berisiko terserang ISPA. Abha (2018) hal ini menjadi salah satu penyebab
Sejumlah peneliti melaporkan bahwa terjadinya deformasi dari sturuktural paru pada
ISPA lebih banyak ditemukan pada balita dengan calon bayi. Pendapat ini memperkuat laporan
usia di bawah 12 bulan dibandingkan kelompok Ronkainen et al. (2016) yang menduga terjadi
usia lainnya (Dagne et al., 2020; Harerimana et pembatasan pertumbuhan intra-uterus pada balita
al., 2016). Mereka menjelaskan bahwa pada BBLR sehingga timbul kelainan struktur dan
rentang usia tersebut sistem imun adaptive masih fungsi paru.
belum berkembang, sehingga balita hanya bisa Berat lahir ditemukan berbanding terbalik
mengandalkan sistem imun yang masih bersifat dengan prevalensi rawat inap balita yang
non-spesifik (innate immunity) dan belum dapat terdiagnosis ISPA. Kebanyakan balita BBLR
mengatasi patogen secara baik. Beberapa peneliti yang dirawat tersebut mengalami gangguan
lainnya mengatakan bahwa kelompok usia balita kekebalan biologis terindikasi dari rendahnya
11-23 bulanlah yang paling rentan terhadap presentase komponen limfosit sel B dan T
penyakit ISPA (Khalek & Salam, 2016; Anteneh dibandingkan dengan bayi yang terlahir dengan
& Hassen, 2020; Taksande & Yeole, 2016). berat normal (Schlinzig et al., 2017). Anteneh &
Penyebabnya adalah pada usia tersebut anak Hassen (2020) menambahkan bahwa interleukin 7
mulai disapih dan diperkenalkan dengan makanan juga ditemukan dengan kadar yang rendah dalam
pendamping (Anteneh & Hassen, 2020; Taksande plasma bayi BBLR. Semakin rendah kadar
& Yeole, 2016). Pemberian makanan pendamping interleukin 7 dalam plasma, dan pendeknya
dan peningkatan aktivitas anak di lingkungan luar ukuran telomer pada sel mononuklear darah
rumah membuat anak lebih berisiko terpapar agen perifer, dapat meningkatkan kerentanan terhadap
penyebab ISPA. Berdasarkan uraian di atas dapat beberapa agen infeksi, termasuk ISPA.Secara
dikatakan bahwa usia balita adalah usia yang sederhana dapat dikatakan bahwa ISPA pada
paling rentan terserang ISPA. Pembentukan balita dapat diakibatkan oleh BBLR. Ada
sistem imun dan faktor eksternal lebih berperan beberapa mekanisme sehingga balita BBLR
dalam menentukan kejadian ISPA daripada usia mudah terserang ISPA yaitu BBLR menyebabkan
balita. Sistem imun yang belum matang terjadinya deformasi dari sturuktural paru pada
(immature) di usia kurang dari 12 bulan dan faktor calon bayi, gangguan imunokompetensi serta
eksernal di usia 11-23 bulan menyebabkan balita rendahnya komponen limfosit sel B, limfosit sel
mudah terserang ISPA. Walaupun mungkin T, dan kadar interleukin 7.
sistem imun balita pada usia 11-23 bulan lebih
baik dari balita kurang dari 12 bulan Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Kejadian
ISPA
Pengaruh Berat Badan Lahir Rendah Jenis kelamin oleh banyak ahli diyakini
terhadap Kejadian ISPA sebagai salah satu faktor yang berpengaruh secara
Bayi yang lahir dengan berat badan di bawah signifikan terhadap kejadian ISPA pada balita.
normal atau kecil dari 2.500 g tergolong dalam Balita laki-laki ditemukan lebih banyak terserang
kategori bayi dengan berat badan lahir rendah ISPA daripada balita perempuan (Nguyen et al.,

JUMANTIK Volume 6 No. 1 Februari 2021 90


DOI: 10.30829/jumantik.v6i1.9258

2019; Sultana et al., 2019; Ullah et al., 2019). lebih pada struktur ostium mereka yang lebih
Tetapi beberapa riset menemukan pengecualian, kecil.
di mana penyakit ini lebih banyak dialami oleh
balita perempuan.Perbedaan genetik dan Pengaruh ASI Eksklusif terhadap Kejadian
lambatnya maturasi sistem imun pada balita laki- ISPA
laki yang menjadi penyebab tingginya risiko ISPA Menyusui merupakan salah satu faktor yang
pada jenis kelamin tersebut (Nguyen et al., 2019; diharapkan dapat mengurangi risiko kejadian
Sultana et al., 2019; Ullah et al., 2019). Huda et ISPA pada balita. Menyusui secara eksklusif
al. (2018) mengemukakan penyebab lain, yaitu hingga usia enam bulan dapat menurunkan risiko
bahwa ukuran timus laki-laki lebih kecil daripada kejadian ISPA hingga usia balita (Tromp et al.,
perempuan. Ukuran timus berbanding terbalik 2017). Penelitian yang dilakukan pada bayi
dengan risiko infeksi. Argumentasi lain yang berusia 0-23 bulan di Eutohpia menemukan
mendukung pendapat ini, dikemukan oleh bahwa bayi yang diberikan susu botol lebih rentan
Trigunaiteimo et al. (2015) yang mengatakan terhadap ISPA dibandingkan bayi yang
bahwa kemungkinan lain penyebab balita laki- mendapatkan Early Initiation of Breastfeeding
laki lebih rentan terhadap ISPA adalah terjadinya (EIBF) maupun Exclusive Breastfeeding (EBF)
tekanan terhadap respon imun oleh hormon (Ahmed et al., 2020). Penelitian lainnya yang
testosteron pada jenis kelamin laki-laki. Hormon dilakukan di Vietnam juga menunjukkan bahwa
ini jumlahnya lebih banyak pada jenis kelamin bayi yang diberi susu formula ditemukan lebih
laki-laki dan terkadang ditemukan peningkatan banyak dirawat di rumah sakit dengan keluhan
jumlahnya pada balita laki-laki yang disebut mini diare dan ISPA dibandingkan dengan bayi yang
pubertas. mendapat ASI eksklusif (Hanief et al., 2015).
Riset yang melaporkan bahwa ISPA lebih Namun terdapat beberapa hasil penelitian yang
banyak terjadi pada balita perempuan dikemukan tidak menemukan hubungan signifikan antara ASI
oleh Ibama et al. (2017). Ibama et al. (2017) eksklusif dengan kejadian ISPA (Mulatya &
berpendapat bahwa lebih banyaknya kejadian Mutuku, 2020; Tazinya et al., 2018).
ISPA pada balita perempuan di masyarakat Mekanisme biologis penyebab balita yang
pedesaan disebabkan oleh orang tua mereka mendapatkan ASI lebih terhindar dari kejadian
memiliki pengetahuan yang kurang terhadap ISPA adalah karena ASI mengandung zat
ISPA dan tingkat kepedulian yang rendah imunologis seperti oligosakarida, imunoglobulin,
terhadap fasilitas kesehatan. Pendapat lainnya hormon, dan enzim. Zat imunologis memberikan
mengatakan bahwa pada semua kelompok umur, kekebalan pasif kepada bayi, serta membantu
kejadian ISPA, seperti sinusitis dan tonsilitis, dalam pematangan sistem kekebalan tubuh. Air
lebih sering ditemukan pada wanita. Hal ini susu ibu memiliki protein immunoglobulin A
diakibatkan oleh perbedaan anatomi saluran (IgA) sekretori, laktoferin, dan lisozim. Ig A
pernapasan antara pria dan wanita. Wanita sekretori berfungsi melindungi bayi dari infeksi
memiliki struktur ostium yang lebih kecil dari bakteri dan virus (Cacho & Lawrence, 2017;
sinus paranasal dan karena itu kemungkinan Fields & Demerath, 2013; Gregory & Walker,
menjadi lebih rentan terhadap sinusitis (Falagas et 2013). Argumentasi tersebut diperkuat oleh
al., 2007; Ference et al., 2015; Sharma & Lofgren, Deepti & Abha (2018) yang mengatakan bahwa
2020). Merujuk kajian literatur di atas dapat kolostrum yang terdapat dalam ASI memiliki
disimpulkan bahwa balita berjenis kelamin laki- peran dalam mentransfer imunitas pasif yang
laki lebih rentan terhadap ISPA. Penyebabnya dimiliki ibu untuk melindungi bayinya dari
adalah karena balita laki-laki lambat mengalami infeksi. Oleh sebab itu bayi yang memiliki riwayat
maturasi sistem imun, memiliki ukuran timus inisiasi ASI yang terlambat, lebih berisiko
yang kecil dan hormon testosteron serta menderita ISPA bagian bawah di kemudian hari.
perbedaan genetik. Sementara penyebab Uraian di atas menegaskan bahwa meskipun
tingginya kejadian ISPA pada balita perempuan terdapat beberapa hasil penelitian yang

JUMANTIK Volume 6 No. 1 Februari 2021 91


DOI: 10.30829/jumantik.v6i1.9258

menunjukkan tidak ada hubungan antara yang diteliti. Balita yang mempunyai status gizi
pemberian ASI dengan risiko ISPA, tetapi pada baik mempunyai daya tahan (antibodi) yang lebih
umumnya para pakar kesehatan sepakat bahwa tinggi, sehingga dapat mencegah atau terhindar
balita yang mendapatkan susu formula akan lebih dari penyakit seperti ISPA. Zat gizi, misalnya besi
rentan terserang ISPA dibandingkan yang yang memadai akan membantu proliferasi
mendapatkan ASI eksklusif. Penyebabnya adalah pematangan sel imun, terutama limfosit yang
karena ASI mengandung zat-zat antibodi dan memiliki respon spesifik terhadap infeksi,
immunoglobulin yang memberikan efek demikian halnya dengan vitamin C sangat penting
menyediakan proteksi pasif untuk melawan untuk mengatasi infeksi di saat stress oksidatif
pathogen penyebab infeksi. meningkat.

Pengaruh Status Gizi terhadap Kejadian ISPA Kesimpulan


Secara klinis telah diketahui bahwa status Berdasarkan pembahasan literatur, kelima
gizi mempengaruhi kerentanan dan respon tubuh subfaktor fisiologis, yaitu usia, jenis kelamin, ASI
terhadap infeksi secara umum. Hasil penelitian eksklusif, BBLR, dan status gizi mempengaruhi
Taksande & Yeole (2016) menemukan hubungan kejadian ISPA pada balita. Keempat subfaktor,
signifikan antara malnutrisi dengan kejadian yaitu usia, BBLR, ASI eksklusif, dan status gizi
ISPA pada balita. Hasil tersebut diperkuat laporan memiliki dampak yang sama yaitu mengarah pada
Cox et al. (2017) bahwa anak yang mengalami pematangan (maturasi) sistem imun pada balita.
malnutrisi memiliki risiko tiga kali lebih tinggi Perbedaan struktur anatomi dan hormon antar
menderita ISPA daripada anak dengan gizi yang gender dimana laki-laki memiliki ukuran timus
baik. lebih kecil daripada wanita serta keberadaan
Komponen nutrisi yang terdiri dari zat makro hormon testosteron yang jumlahnya lebih banyak
dan mikro akan membantu proses imun, sehingga pada pada laki-laki menjadi penyebab kerentanan
mempengaruhi sistem imunitas tubuh (Walsh, ISPA pada balita laki-laki selain pengaruh dari
2019). Berkurangnya imunitas seluler dan sistem sistem imun.
kekebalan tubuh yang tidak berkembang baik,
membuat anak- anak dengan status gizi buruk Daftar Pustaka
lebih rentan terhadap kejadian ISPA (Alemayehu Adesanya, O. A., Darboe, A., Rojas, B. M., &
et al., 2019). Kandungan antioksidan yang Abiodun, D. E. (2017). Factors contributing
terdapat dalam vitamin C sangat penting untuk to regional inequalities in acute respiratory
mengatasi infeksi di saat stress oksidatif infections symptoms among under-five
meningkat. Zat gizi mikro berperan penting dalam children in Nigeria : a decomposition
sintesis nukleotida dan asam nukleat misalnya analysis. International Journal for Equity in
seng, magnesium, dan zat besi (Hemilia, 2017). Health, 16(140), 1–22.
Jayaweera et al. (2019) menambahkan bahwa Ahmed, Kedir Y., Page, A., Arora, A., Ogbo, F.
angka kejadian ISPA yang tinggi pada balita A., & (GloMACH), G. M. and C. H. R.
diakibatkan oleh anemia defisiensi besi. Asupan collaboration. (2020). Associations between
zat besi yang adekuat penting untuk proliferasi infant and young child feeding practices and
pematangan sel imun, terutama limfosit yang acute respiratory infection and diarrhoea in
memiliki respon spesifik terhadap infeksi. Ethiopia: A propensity score matching
Meskipun sudah banyak penelitian yang approach. PLoS ONE, 15(4), 1–20.
menemukan hubungan positif antara status gizi Alemayehu, S., Kidanu, K., Kahsay, T., & Kassa,
dengan kejadian ISPA pada balita, tetapi ada juga M. (2019b). Risk factors of acute respiratory
peneliti yang tidak menemukan hubungan infections among under five children
signifikan antara keduanya. Hal ini umumnya attending public hospitals in southern
disebabkan karena tidak adanya data yang Tigray, Ethiopia, 2016/2017. BMC
lengkap terkait riwayat asupan gizi pada balita Pediatrics, 19(380), 1–8.

JUMANTIK Volume 6 No. 1 Februari 2021 92


DOI: 10.30829/jumantik.v6i1.9258

Amugsi, D. A., Aborigo, R. A., Oduro, A. R., Factors. Pediatric Clinics of North America,
Asoala, V., Awine, T., Amenga-etego, L., 60(1), 49–74.
Asoala, V. (2015). Socio-demographic and Gregory, K. E., & Walker, W. A. (2013).
environmental determinants of infectious Immunologic Factors in Human Milk and
disease morbidity in children under 5 years Disease Prevention in the Preterm Infant.
in Ghana. Global Health Action, 8(1), 1–11. Current Pediatrics Reports, 1(4), 222–228.
Anteneh, Z. A., & Hassen, H. Y. (2020). Hanief, S., Ha, T. T., Simpson, J. A., Thuy, T. T.,
Determinants of Acute Respiratory Infection Khuong, N. C., Thoang, D. D., Biggs, B.-A.
Among Children in Ethiopia : A Multilevel (2015). Exclusive breast feeding in early
Analysis from Ethiopian Demographic and infancy reduces the risk of inpatient
Health Survey. International Journal of admission for diarrhea and suspected
General Medicine, 13, 17–26. pneumonia in rural Vietnam: A prospective
Cacho, N. T., & Lawrence, R. M. (2017). Innate cohort study Global health. BMC Public
Immunity and Breast Milk. Frontiers in Health, 15(1166), 1–16.
Immunology, 8(584). Harerimana, J. M., Nyirazinyoye, L., Thomson,
Cox, M., Rose, L., Kalua, K., Wildt, G. de, Bailey, D. R., & Ntaganira, J. (2016). Social,
R., & Hart, J. (2017). The prevalence and Economic and environmental risk factors for
risk factors for acute respiratory infections in acute lower respiratory infections among
children aged 0-59 months in rural Malawi: children under fiveyears of age in Rwanda.
A cross-sectional study. Influenza and Other Archives of Public Health, 74(1), 1–7.
Respiratory Viruses, 11(6), 489–496. Hemilia, H. (2017). Vitamin C and Infections.
Dagne, H., Andualem, Z., Dagnew, B., & Nutrients, 9(339), 1–28.
Taddese, A. A. (2020). Acute respiratory Huda, M. N., Ahmad, S. M., Alam, J., Khanam,
infection and its associated factors among A., Afsar, N. A., Wagatsuma, Y., Laugero,
children under-five years attending K. D. (2018). Infant cortisol stress –
pediatrics ward at University of Gondar response is associated with thymic function
Comprehensive Specialized Hospital, and vaccine response. The International
Northwest Ethiopia: institution-based cross- Journal on the Biology of Stress, 1–8.
sectional study. BMC Pediatrics, 20(93), 1– Ibama, A., Dozie, I., Abanobi, O., Amadi, A.,
7. Iwuoha, G., Jaja, T., & Dennis, P. (2017).
Deepti, P., & Abha, P. (2018). Risk factors of The Relationship of Gender in the Pattern
acute lower respiratory tract infection: a and Risk of Acute Respiratory Infection
study in hospitallized central Indian children among Infants in Rivers State , Nigeria.
under 5 year age. MOJ Current Research & Journal of Community Medicine & Health
Reviews, 1(3), 129–133. Education, 7(6), 1–6.
Falagas, M. E., Mourtzoukou, E. G., & Vardakas, IDAI. (2013). Pemberian ASI Pada Bayi Lahir
K. Z. (2007). Sex differences in the Kurang Bulan.
incidence and severity of respiratory tract Islam, F., Sarma, R., Debroy, A., Kar, S., & Pal,
infections. Respiratory Medicine, 101, R. (2013). Profiling Acute Respiratory Tract
1845–1863. Infections in Children from Assam, India.
Ference, E. H., Tan, B. K., Hulse, K. E., Chandra, Journal of Global Infectious Diseases, 5(1),
R. K., Smith, S. B., Kern, R. C., Smith, S. S. 8–14.
(2015). Commentary on gender differences Jayaweera, J. A. A. S., Reyes, M., & Joseph, A.
in prevalence, treatment, and quality of life (2019). Childhood iron deficiency anemia
of patients with chronic rhinosinusitis. leads to recurrent respiratory tract infections
Allergy & Rhinology, 6(2), 82–88. and gastroenteritis. Scientific Reports,
Fields, D. A., & Demerath, E. W. (2013). Human 9(12637), 1–8.
Milk Composition: Nutrients and Bioactive Kemenkes RI. (2018). Hasil Utama Riset

JUMANTIK Volume 6 No. 1 Februari 2021 93


DOI: 10.30829/jumantik.v6i1.9258

Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan F417.


Republik Indonesia, 21–22. Schlinzig, T., Johansson, S., Stephansson, O.,
Khalek, Ek. M. A., & Salam, D. M. A. (2016). Hammarström, L., Zetterström, R. H., Von
Acute respiratory tract infections in children Döbeln, U., Norman, M. (2017). Surge of
under 5 years of age in Upper Egypt. immune cell formation at birth differs by
International Journal of Community mode of delivery and infant characteristics -
Medicine and Public Health, 3(5), 1161– A population-based cohort study. PLoS
1166. ONE, 12(9), 1–14.
Li, R., Dee, D., Li, C. M., Hoffman, H. J., & Sharma, G., & Lofrgren, D. (2020). Reccurent
Grummer-Strawn, L. M. (2014). Acute Rhinosinusitis. Retrieved from
Breastfeeding and Risk of Infections at 6 StatPearls website:
Years. Pediatrics, 134, S13–S20. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK4
Liu, L., Johnson, H. L., Cousens, S., Perin, J., 59372/
Scott, S., Lawn, J. E., Li, M. (2012). Global Shi, T., Balsells, E., Singleton, R., Rasmussen, A.,
, regional , and national causes of child Zar, H. J., Rath, A., Hoppe, C. (2015). Risk
mortality : an updated systematic analysis factors for respiratory syncytial virus
for 2010 with time trends since 2000. The associated with acute lower respiratory
Lancet, 379(9832), 2151–2161. infection in children under five years :
Marangu, D., & Zar, H. J. (2019). Childhood Systematic review and meta – analysis.
pneumonia in low-and-middle-income Journal of Global Health, 5(2).
countries : An update. Paediatric Solomon, O. O., Odu, O. O., Amu, E. O.,
Respiratory Reviews, 32, 3–9. Solomon, O. A., Bamidele, J. O.,
Mulatya, D. M., & Mutuku, F. W. (2020). Emmanuel, E., Parakoyi, B. D. (2018).
Assessing Comorbidity of Diarrhea and Prevalence and risk factors of acute
Acute Respiratory Infections in Children respiratory infection among under fives in
Under 5 Years: Evidence From Kenya’s rural communities of Ekiti State, Nigeria.
Demographic Health Survey 2014. Journal Global Journal of Medicine and Public
of Primary Care & Community Health, 11, Health, 7(1), 1–12.
1–10. Sultana, M., Sarker, A. R., Sheikh, N., & Akram,
Mwiru Dr., R., Spiegelman, D., Hertzmark, E., R. (2019). Prevalence , determinants and
Duggan, C., Msamanga, G., Aboud, S., & health care- seeking behavior of childhood
Fawzi, W. (2013). Nutritional Predictors of acute respiratory tract infections in
Acute Respiratory Infections Among Bangladesh. PLoS ONE, 14(1), 1–18.
Children Born to HIV-Infected Women in Taksande, A. M., & Yeole, M. (2016). Risk
Tanzania. Journal of Tropical Pediatrics, factors of Acute Respiratory Infection ( ARI
59(3), 203–208. ) in under-fives in a rural hospital of Central
Nguyen, P. T. K., Tran, H. T., Fitzgerald, D. A., India. J Pediatric Neonat Individual Med,
Tran, T. S., Graham, S. M., & Marais, J. 5(1), 1–6.
(2019). Characterisation of children Tazinya, A. A., Halle-ekane, G. E., Mbuagbaw, L.
hospitalised with pneumonia in central T., Abanda, M., Atashili, J., & Obama, M. T.
Vietnam : A prospective study. European (2018). Risk factors for acute respiratory
Respiratory Journal, 54(1). infections in children under five years
Ronkainen, E., Dunder, T., Kaukola, T., Marttila, attending the Bamenda Regional Hospital in
R., & Hallman, M. (2016). Intrauterine Cameroon. BMC Pulmonary Medicine,
growth restriction predicts lower lung 18(1), 7.
function at school age in children born very Tomczyk, S., McCracken, J. P., Contreras, C. L.,
preterm. Archives of Disease in Childhood: Lopez, M. R., Bernart, C., Moir, J. C.,
Fetal and Neonatal Edition, 101(5), F412– Verani, J. R. (2019). Factors associated with

JUMANTIK Volume 6 No. 1 Februari 2021 94


DOI: 10.30829/jumantik.v6i1.9258

fatal cases of acute respiratory infection


(ARI) among hospitalized patients in
Guatemala. BMC Public Health, 19(1), 499.
Trigunaite, A., Dimo, J., & Jorgensen, T. N.
(2015). Suppressive effects of androgens on
the immune system. Cellular Immunology.
Troeger, C., Blacker, B., Khalil, I. A., Rao, P. C.,
Cao, J., Zimsen, S. R. M., Reiner, R. C.
(2018). Estimates of the global, regional,
and national morbidity, mortality, and
aetiologies of lower respiratory infections in
195 countries, 1990–2016: a systematic
analysis for the Global Burden of Disease
Study 2016. The Lancet Infectious Diseases,
18(11), 1191–1210.
Tromp, I., Jong, J. K.-D., Raat, H., Jaddoe, V.,
Franco, O., Hofman, A., Moll, H. (2017).
Breastfeeding and the risk of respiratory
tract infections after infancy: The
Generation R Study. PLoS ONE, 12(2), 1–
12.
Ullah, M. B., Mridha, M. K., Arnold, C. D.,
Matias, S. L., Khan, M. S. A., Siddiqui, Z.,
Dewey, K. G. (2019). Factors associated
with diarrhea and acute respiratory infection
in children under two years of age in rural
Bangladesh. BMC Pediatrics, 19(386), 1–
11.
Walsh, N. P. (2019). Nutrition and Athlete
Immune Health: New Perspectives on an
Old Paradigm. Sports Medicine, 49(2), 153–
168.
WHO. (2016). Pneumonia.
Yaya, S., & Bishwajit, G. (2019). Burden of Acute
Respiratory Infections Among Under-Five
Children in Relation to Household Wealth
and Socioeconomic Status in Bangladesh.
Tropical Medicine and Infectious Disease,
4(36).

JUMANTIK Volume 6 No. 1 Februari 2021 95

You might also like