You are on page 1of 12

367

Penyelidikan Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Chikungunya Di


Kelurahan Talawaan Kab. Minahasa Utara Provinsi Sulawesiu Utara
Dismo Katiandagho, SST, M.Kes. Epid 1), Mokoginta Jusran, SKM, M.Kes 2),
Joy V.I. Sambuaga, SKM, M.Sc 3)

1,2,3)
Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Manado
Email : desmonk80@gmail.com

ABSTRAC
Chikungunya is a re-emerging disease or old disease then spread again. Chikungunya fever is a type of fever is
caused by a virus family Togaviridae, genus alfavirus transmitted by the bite of the mosquito Aedes aegypti.
This disease tends to cause extraordinary events in a region. To obtain the certainty of an Extraordinary
suspected Chikungunya, deployment cases and ways of prevention / mitigation in Sub Talawaan, the team from
the Provincial Health Office of North Sulawesi and North Minahasa district health office immediately
investigate further. Investigating aim is to ensure that there is an Extraordinary and causes of the disease and
find a picture of the epidemiology of the disease in the Village District Mapanget Talawaan North Minahasa
regency. The results of investigation of an Extraordinary chikungunya fever in the Village of North Minahasa
regency Talawaan the clinical outbreak of 211 cases of patients, the majority of patients who have a fever as
much as 73, 93%, 72.04% joint pain, no bleeding 46.92%, clinical symptoms the least is the rash / rash 28.44%
index case occurred on day-1, with an increase in cases occurred on day 14 and the top of the case on day-16
with the number of cases by 29. Attack Rate (AR) Extraordinary Events Talawan Chikungunya in the District of
North Minahasa district is 50.90 / 1,000 population. Risk factors for the occurrence of an Extraordinary
Chikungunya in the District of North Minahasa regency Talawaan the discovery of vector larvae causes
chikungunya, chikungunya community knowledge is low, behavior and attitudes towards environmental
sanitation is lacking, urban sprawl and high transport from the sub Talawaan to Manado or on the contrary, the
sensitivity of surveillance officers and Health Center of North Minahasa District Health Office is still low, the
lack of early warning systems-an Extraordinary and monitoring of the local area, the ineffectiveness of
surveillance networks and the lack of coordination across sectors.

Keywords: Exceptional Circumstances, Chikungunya Fever

LATAR BELAKANG
Chikungunya adalah re-emerging disease atau penyakit lama yang kemudian merebak
kembali. Demam chikungunya ini ialah sejenis demam yang diakibatkan oleh virus keluarga
Togaviridae, genus alfavirus yang ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti . Penyakit
ini cenderung menimbulkan kejadian luar biasa pada sebuah wilayah.
Gejala utamanya adalah demam mendadak, nyeri pada persendian dan ruam
makulopapuler (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit yang kadang-kadang disertai
dengan gatal. Gejala lainnya yang dapat dijumpai adalah nyeri otot, sakit kepala, menggigil,
kemerahan pada konjunktiva, pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher, mual, dan
muntah. Meski gejalanya mirip dengan DBD, namun pada chikungunya tidak terjadi
perdarahan hebat, renjatan (shock) maupun kematian. Masa inkubasinya dua sampai empat
hari, sementara manifestasinya tiga sampai sepuluh har. Akibat yang ditimbulkan demam
chikungunya cukup merugikan, apalagi jika sampai penderita mengalami kelumpuhan dan
368

berlangsung selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Produktivitas kerja dan


akvititas sehari-hari praktis terhenti.
Berdasarkan laporan yang diterima oleh Seksi Surveilans dan Litbangkes, Balai Data
Surveilans dan SIK pada tanggal 21 Juni 2011 pukul 12.30 Wita, dari salah seorang warga
wilayah Mapanget bahwa ada beberapa kasus mirip penyakit chikungunya di Desa
Mapanget Kec. Talawaan Kab.Minahasa Utara. Tanggal itu juga tim surveilans Balai Data
Surveilans & SIK segera berkordinasi dengan Kepala Bidang P2 PL Dinas Kesehatan Kab.
Minahasa Utara untuk mengkonfirmasi kebenaran informasi tersebut. Akan tetapi Bidang
P2 PL DinKes Kab. Minut pun belum mendapat informasi.
Untuk memperoleh kepastian terjadinya suspek KLB Chikungunya, penyebaran
kasus dan cara-cara pencegahan/ penanggulangan di Kec. Talawaan, maka tim dari Dinas
Kesehatan Prov. Sulut dan Dinas Kesehatan Kab. Minut segera melakukan investigasi lebih
lanjut.
Tujuan penyeledikan yaitu untuk memastikan adanya KLB dan penyebab penyakit
serta mengetahui gambaran epidemiologi penyakit di Desa Mapanget Kecamatan Talawaan
Kabupaten Minahasa Utara
A. Metode Penyelidikan KLB Chikungunya
Cara yang digunakan untuk mencapai tujuan penyelidikan KLB adalah sebagai berikut :
1. Investigasi dilapangan oleh tim surveilans melalui wawancara langsung dengan penderita
2. Observasi breeding places vektor penyebab chikungunya (surveilans vektor).
3. Definisi Operasional Penyakit Chikungunya : Suatu penyakit menular dengan gejala
utama demam mendadak, nyeri pada persendian dan ruam/bintik-bintik kemerahan pada
kulit, nyeri otot, sakit kepala, menggigil. Definisi KLB Chikungunya : Bila ditemukan
lebih dari satu kasus demam Chikungunya berhubungan secara epidemiologis atau
pengelompokan.
B. Gambaran Umum Penyakit Chikungunya
Kata "chikungunya" berasal dari bahasa Swahili (Afrika) yang berarti menekuk,
mencerminkan gaya tubuh/posisi penderita pada saat merasa nyeri sendi yang hebat.
Demam Chikungunya adalah penyakit di daerah tropis seperti Asia dan Afrika. Penyakit
itu pertama kali dikenal tahun 1952 di Afrika Timur. Meskipun ada juga yang
mengatakan bahwa sekitar tahun 1779 telah ditemukan gejala seperti itu di Batavia.
369

C. Penyebab
Demam Chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya (CHIKV). CHIKV
termasuk Arbovirus famili Togaviridae genus Alpha virus, dengan perantaraan nyamuk
Aedes.
D. Gejala dan Tanda
Gejala utama terkena penyakit Chikungunya adalah tiba-tiba tubuh terasa demam
diikuti dengan linu di persendian. Bahkan karena salah satu gejala yang khas adalah
timbulnya rasa pegal-pegal, ngilu, juga timbul rasa sakit pada tulang-tulang ada yang
menamainya sebagai demam tulang atau flu tulang. Dalam beberapa kasus didapatkan
juga penderita yang terinfeksi tanpa menimbulkan gejala sama sekali atau silent virus
Chikungunya. Penyakit ini tidak sampai menyebabkan kematian. Nyeri pada persendian
tidak akan menyebabkan kelumpuhan. Setelah lewat lima hari demam akan berangsur-
angsur redah, rasa ngilu maupun nyeri pada persendian dan otot berkurang, dan
penderitanya akan sembuh seperti semula. Penderita dalam beberapa waktu kemudian
bias menggerakkan tubuhnya seperti sedia kala.
Meskipun dalam beberapa kasus kadang rasa nyeri masi teringgal selama berhari-
hari sampai berbulan-bulan. Biasanya kondisi demikian terjadi pada penderita yang
sebelumnya mempunyai riwayat sering nyeri tulang dan otot
Komplikasi: Perbedaan utama dengan penyakit demam berdarah adalah soal
kefatalannya yang menyebabkan kematian. Penyakit demam Chikungunya adalah
penyakit yang jarang menyebabkan kematian. Perbedaan lain adalah demam
Chikungunya bisa menginfeksi seluruh anggota keluarga.
Serangan demam Chikungunya mendadak dengan masa demam lebih pendek, suhu
lebih tinggi, dan hampir selalu disertai bintik-bintik kemerahan, mata merah, dan lebih
sering dijumpai nyeri sendi (bukan kelumpuhan). Pada demam Chikungunya hampir tidak
pernah terjadi perdarahan organ dalam seperti pada saluran cerna atau pun syok karena
perdarahan. Persamaannya adalah uji tourniquet bisa positif, dan timbul bintik-bintik
perdarahan, serta mimisan.
E. Patofisiologi
Demam Chikungunya mempunyai masa inkubasi (periode sejak digigit nyamuk
pembawa virus hingga menimbulkan gejala) sekitar 2 hingga 4 hari. Setelah masa
370

inkubasi tersebut, gejala yang ditimbulkan mirip dengan gejala penyakit Demam
Berdarah yaitu demam tinggi (39-400C), menggigil dan sakit kepala.
F. Diagnosa
Untuk memperoleh diagnosis akurat perlu beberapa uji serologic antara lain uji
hambatan aglutinasi (HI), serum netralisasi, dan IgM capture ELISA. Pemeriksaan
serologis ini hanya bermanfaat digunakan untuk kepentingan epidemiologis dan
penelitian, tidak bermanfaat untuk kepentingan praktis klinis sehari-hari.
G. Pengobatan
Demam Chikungunya termasuk Self Limiting Disease atau penyakit yang sembuh
dengan sendirinya. Tidak ada vaksin maupun obat khusus untuk penyakit ini. Pengobatan
yang diberikan hanyalah terapi simtomatis atau menghilangkan gejala penyakit, seperti
obat menghilangkan gejala penyakit, seperti obat penghilang rasa sakit atau demam
seperti golongan parasetamol. Sebaiknya dihindarkan penggunaan obat sejenis asetosal.
Antibiotoka tidak diperbolehkan pada kasus ini penggunaan antibiotika dengan
pertimbangan dengan pertimbangan mencegah infeksi sekunder tidak bermanfaat. Untuk
memperbaiki keadaan umum penderita dianjurkan makan makanan yang bergizi, cukup
karbohidrat dan terutama protein serta minum sebanyak mungkin. Perbanyak
mengkonsumsi buah-buahan segar atau minum jus buah segar.
Pemberian vitamin peningkat daya tahan tubuh mungkin bermanfaat untuk
penangnagan penyakit. Selain vitamin, makanan yang mengandung cukup banyak
protein dan karbohidrat juga meningkatkan daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh yang
bagus dan istirahat yang cukup bias mempercepat penyenbuhan penyakit. Minum banyak
juga disarkan untuk menagatasi kebutuhan cairan yang menigkat saat terjadi demam.
H. Pencegahan
Cara menghindari penyakit ini adalah membasmi yamuk pembawa virusnya.
Nyamuk ini, senang hidup dan berkembang biak digengan air bersih seperti bak mandi,
vas bunga, dan juga kaleng atau botol bekas yang menampung air bersih.
Nyamuk bercorak hitam putih ini juga senang hidup di benda-benda yang
menggantung seperti baju-baju yang ada dibelakang pintu kamar, selain itu nyamuk ini
juga menyenangi tempat yang gelap dan pengab. Mengingat penyebab penyakit ini
adalah nyamuk Aedes aegypti maka cara terbaik untuk memutus rantai penularan adalah
371

dengan memberantas nyamuk tersebut, sebagaiman sering disarnkan dalam


pemberantasan penyakit demam berdarah dengue.
Insektisida yang digunkan untuk membasmi nyamuk ini adalah dari golongan
malation, sedangkan themopos untuk mematikan jentik-jentiknya.
Malation dipakai dengan cara penasapan, bukan dengan penyemrotan ke dinding.
Hal ini karena nyamuk aedes aegypti tidak suka hinggap di dinding, melainkan pada
benda-benda yang menggantung, namun pencegahan yang murah dan efektif untuk
memberantas nyamuk ini yaitu dengan cara menguras tempat penampungan air bersih,
bak mandi, vas bunga dan sebagainya, paling tidak seminggu sekali, mengingat nyamuk
tersebut berkembang biak dari telur sampai menjadi dewasa dalam kurun waktu 7 – 10
hari.
Halaman atau kebun disekitar rumah harus bersih dari benda-benda yang
memungkinkan menampung air bersih, terutama pada musim hujan seperti sekarang.
Pintu dan jendela rumah sebaikknya dibuka setiap hari\, muali dari pagi hari sampai sore,
agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk, sehingga terjadi pertukaran udara dan
pencahayaan yang sehat. Dengan demikian, tercipta lingkungan yang tidak ideal bagi
nyamuk tersebut. Pencegahan individu dapat dilakukan dengan cara khusus seperti
penggunaan obat oles kulit (insect repellent) yang mengandung DEET atau zat aktif EPA
lainnya. Penggunaan baju lengan panjang dan celana panjang juga dianjurkan untuk
dalam keadaan daerah tertentu yang sedang terjadi peningkatan kasus.
I. Faktor Penularan Penyakit Chikungunya
Ada dua faktor yang menyebabkan penyebaran penularan penyakit Chikungunya adalah :
1. Faktor Internal
Faktor internal meliputi ketahanan tubuh atau stamina seseoarang, jika kondisi badan
tetap bugar kemungkinan kecil untuk terkena penyakit Chikungunya. Hal tersebut
dikarenakan tubuh memiliki daya tahan cukup kuat dari infeksi baik yang disebabkan
oleh bakteri, parasit, atau virus seperti penyakit Chikungunya. Oleh karena itu sangat
penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh pada musim hujan dan pancaroba.
Pada musim itu terjadi perubahan cuaca yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan virus penyebab Chikungunya. Hal ini menjadi kesempatan jentik
nyamuk berkebangbiak menjadi lebih banyak.
2. Faktor eksternal
372

Faktor eksternal merupakan faktor yang dating dari luar tubuh manusia. Faktor ini
tidak menudah di kontrol karena berhubungan dengan pengetahuan, lingkungan dan
perilaku manusia baik di tempat tinggal, lingkungan sekolah atau tempat kerja.
Faktor yang memudahkan seseoarang menderita Chikungunya dapat dilihat dari
kondisi berbagai tempat berkembangbiaknya nyamuk seperti di tempat penampungan
air, karena kondisi ini memberikan kesempatan pada nyamuk untuk hidup dan
berkembangbiak.
Peran faktor lingkungan dan perilaku terhadap penularan Chikungunya, antara lain :
a) Keberadaan jentik pada kontainer
Keberadaan jentik pada kontainer dapat di lihat dari letak, macam, bahan, warna,
bentuk volume dan penutup container serta asal air yang tersimpan dalam
kontainer sangat mempengaruhi nyamuk Aedes aegypti betina untuk menentukan
pilihan tempat bertelurnya. Keberadaan kontainer sangat berperan dalam
kepadatan vector nyamuk Aedes, karena semakin banyak kontainer akan semakin
banyak tempat perindukan dan akan semakin padat populasi nyamuk Aedes.
Semakin banyak populasi nyamuk Aedes, maka semakin tinggi pula risiko
terinfeksi virus Chikungunya dengan waktu penyebaran lebih cepat sehingga
jumlah kasus penyakit Chikungunya cepat meningkat yang pada akhirnya
mengakibatkan terjadinya KLB
b) Kepadatan Vektor
Kepadatan vektor nyamuk Aedes yang diukur dengan menggunkan parameter
ABJ. Hal ini nampak peran kepadatan vektor nyamuk Aedes terhadap daerah
yang terjadi kasus KLB. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
peneliti sebelumnya yang menyatakan bahwa semakin tinggi angka kepadatan
vektor akan meningkatkan risiko penulatan.
c) Tingkat Pengetahuan tentang Penyakit Chikungunya
Pengetahuan merupakan hasil proses keinginan untuk mengerti, dan ini terjadi
setelah seseoarang melakukan penginderaan terutama indera pendengaran dan
penglihatan terhadap obyek tertentu yang menarik perhatian terhadap stimulus
atau rangsangan yang masih bersifat terselubung, sedangkan tindakan nyata
seseoarang yang belum terwujud (overt behavior). Pengetahuan itu sendiri di
pengaruhi oleh tingkat pendidikan, dimana pengetahuan kesehatan akan
373

berpengaruhi kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate


impact) dari pendidikan kesehatan akan berpengaruh pada meningkatnya
indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran dari pendidikan.
METODE
a. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif dimana penulis ingin menggambarkan
kejadian luar biasa (KLB) demam chikungunya di Kelurahaan Talawaan Kabupaten
Minahasa Utara
b. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penyelidikan KLB dalah seluruh kepala keluarga (KK) yang berada di
Kelurahan Talawaan Kab. Minahasa Utara
2. Sampel
Sampel dalam penyelidikan KLB adalah seluruh penderita yang terinfeksi demam
chikungunya yang bertempat tinggal di Kelurahan Talawaan Kab. Minahasa Uatara
sebanyak 211 penderita berdasarakan laporan dari Puskesmas
c. Pengumpulan Data
1. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data kasus yang terdapat di puskesmas Talawaan serta
dari literatur yang mendukung terhadap penyelidikan KLB chikungunya
2. Data Primer
Data primer diperoleh dari hasil penyelidikan KLB, pemeriksaan sampel dara di
laboratorium serta wawancara dengan penderita.
d. Analisis data
Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan menghitung frekuensi serta
menggambarkan hasil penyelidikan KLB penyakit demam chikungunya di Kelurahan
Talawaan Kab. Minahasa Utara
HASIL
A. Hasil Penyelidikan Epidemiolgi
1. Pemastian Diagnosa berdasarkan gejala klinis (wawancara dengan penderita).
Hasil investigasi oleh tim investigator tanggal 23 dan 24 Juni 2010 dicatat bahwa
terdapat 123 orang yang mengalami gejala klinis mirip chikungunya. Penyelidikan
374

yang masih berlanjut tanggal 25 Juni 2010 dicatat jumlah kasus 88 orang. Sehingga
jumlah kasus sampai dengan tanggal 29 Juni 2010 adalah 211 kasus. Pada saat
penyelidikan, beberapa diantara penderita telah sembuh (65%). Berdasarkan hasil
wawancara dengan penderita, umunya mereka berobat ke wilayah Manado sehingga
tidak didapatkan data tentang Chikungunya di Puskesmas Talawaan dalam kurun
waktu ± 4 – 5 tahun terakhir. Dalam investigasi dilakukan juga pengambilan sampel
darah sebanyak 8 sampel guna konfirmasi laboratorium yang bertujuan untuk
menegakkan diagnosis pasti terhadap suspek KLB Chikungunya.
Adapun gejala klinis yang di alami oleh penderita disajikan pada Tabel 1 di
bawah ini:
Tabel 1. Frekuensi gejala klinis 211 kasus KLB Chikungunya di Kecamatan Talawaan Kab.
Minahasa Utara

No. Gejala klinis Jumlah penderita (n=211) Persentase (%)

1. Demam 156 73,93


2. Ruam / rash 60 28,44
3. Nyeri sendi 152 72,04
4. Tanda pendarahan 99 46,92

Tabel 1 menunjukkan bahwa persentase gejala klinis terbanyak adalah Demam yaitu
73,93 %, nyeri sendi 72,04 % dan persentase gejala klinis yang sedikit adalah ruam/rash
28,44 %.

2. Pola epidemiologis
a. Deskripsi KLB menurut variabel waktu
Deskripsi KLB menurut waktu memberi gambaran kapan KLB chikungunya terjadi
(index case). Gambaran tersebut disajikan pada kurva epidemik berikut:
375

Grafik 1. Kurva Epidemiologik KLB Chikungunya di Kec. Talawaan Kab. Minahasa


Utara Jumlah kasus
40
30
29 25
24
20 13 14 17 14
13 10
10 1 3 5 1 19 7 4
0 1 14 10
0
10
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32

minggu Epidemiologi

Dari kurva epidemik diatas terlihat bahwa index case terjadi pada hari ke-1, dengan peningkatan
kasus terjadi pada hari ke- 14 dan puncak kasus pada hari ke- 16 dengan jumlah kasus 29.
b. Deskripsi KLB menurut variabel tempat
Berdasarkan kurva epidemik diatas terlihat bahwa cara penularan bersumber dari satu
sumber (point common source). Kasus chikungunya terdistribusi di 2 (dua) desa yaitu Desa
Mapanget dengan jumlah kasus 196 orang dan Desa Kolongan dengan jumlah kasus 15 orang.
c. Deskripsi KLB menurut variabel orang
Distribusi kasus menurut golongan umur disajikan pada grafik berikut:
Tabel 2. Distribusi kasus KLB Chikungunya menurut golongan umur di Kec.Talawan Kab.
Minahasa Utara

No Golongan Umur (Thn) Jumlah Kasus Jumlah Penduduk


1 <1 0 56
2 1-4 5 342
3 5-9 5 201
4 10 - 14 11 401
5 15 - 24 51 687
6 25 - 44 84 1010
7 45 - 64 48 973
8 65 - 74 4 353
9 > 75 3 122
Total 211 4145

Tabel 2 menggambarkan bahwa Attack Rate (AR) KLB Chikungunya di Kec.Talawan


Kab. Minahasa Utara adalah 50,90/ 1000 penduduk.
3. Gambaran geografis dan kondisi lingkungan
Desa Mapanget berbatasan dengan wilayah Paniki Atas Kec. Mapanget Kota Manado.
Kondisi tersebut akan berpengaruh terhadap mobilisasi penduduk dan transportasi yang
tinggi, sehingga akan memudahkan distribusi suatu penyakit menular dari satu wilayah ke
376

wilayah lain. Hasil observasi terhadap tempat perindukan vector ditemukan adanya jentik
nyamuk penyebab Chikungunya.
B. Analisis Hasil Penyelidikan Epidemiolgi
Untuk menegakkan diagnosis pasti penyebab KLB Chikungunya di Kec. Talawaan Kab.
Minahasa Utara diperlukan hasil konfirmasi laboratorium terhadap spesimen darah yang diambil
pada saat penyelidikan epidemiologi.
Dengan demikian diagnosis dugaan telah terjadi KLB Chikungunya di Kec. Talawaan Kab.
Minahasa Utara ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang dialami oleh penderita dan
ditemukanya vektor penyebab chikungunya.
Dari kurva epidemik diatas dapat diketahui identifikasi paparan yaitu bahwa puncak kasus
terjadi pada minggu ke-26, dengan index case (kasus awal) terjadi pada minggu ke-12 dan waktu
paparan terjadi mulai minggu ke 12 s/d minggu ke-32 KLB dinyatakan berakhir. Dengan melihat
gambaran gejala klinis dan sesuai defenisi kasus chikungunya, maka dapat dinyatakan bahwa telah
terjadi KLB chikungunya di Kecamatan Talawaan Kab. Minahasa Utara. Jika index case dikaitkan
dengan tanggal laporan adanya Chikungunya yang diterima Seksi Surveilans Balai Data,
Surveilans & SIK, maka dapat dinyatakan bahwa laporan adanya kasus Chikungunya sangat
terlambat. Hal tersebut dapat diakibatkan karena sensitifitas petugas surveilans masih rendah
(lemahnya SKD-KLB dan Pemantauan Wilayah Setempat - PWS), pengetahuan masyarakat
tentang Chikungunya masih rendah dan koordinasi lintas sektor sangat lemah serta jejaring
surveilans tidak berjalan baik diwilayah Kab. Minahasa Utara maupun dengan batas wilayah
kab/kota tetangga.
Distribusi penularan kasus Chikungunya di Kec. Talawaan Kab. Minahasa Utara
mempunyai hubungan epidemiologi dengan kejadian kasus Chikungunya yang terjadi di Kec.
Mapanget Kota Manado pada bulan Mei 2010, dimana hasil konfirmasi laboratorium terhadap 4
(empat) sampel darah yang diperiksa 1 (satu) diantaranya positif. Seperti disebutkan diatas bahwa
letak geografis Kec.Talawaan yang berbatasan dengan Kec. Mapanget Kota Manado berpengaruh
terhadap mobilisasi penduduk dan transportasi, karena distribusi penularan penyakit menular
secara epidemiologi tidak dapat dibatasi oleh batas wilayah. Kondisi tersebut diperkuat dengan
adanya breeding places dan ditemukannya vektor penyebab Chikungunya di wilayah
Kec.Talawaan.
Sesuai dengan teori bahwa demam Chikungunya bisa menginfeksi seluruh anggota keluarga
dalam satu rumah, kondisi tersebut sama seperti yang dialami oleh masyarakat di Kec.Talawaan.
Gambaran ini dapat dilihat pada Tabel 2 bahwa kejadian Chikungunya di Kec.Talawaan
menginfeksi seluruh kelompok umur baik anak-anak maupun orang dewasa.
377

Faktor risiko lainya yang berpengaruh terhadap KLB Chikungunya di Kec. Talawaan Kab.
Minahasa Utara adalah perilaku dan sikap masyarakat terhadap sanitasi lingkungan masih kurang.
Berdasarkan hasil konfirmasi laboratorium yang diterima tanggal 30 Juni 2010 bahwa dari 8
(delapan) sampel darah yang diperiksa 5 (lima) diantaranya positif Chikungunya. Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa telah terjadi KLB Chikungunya di Kec.Talawan Kab.
Minahasa Utara dengan waktu paparan dari minggu ke-12 s/d minggu ke 32 KLB dinyatakan
berakhir.
KLB akan dinyatakan berakhir apabila dalam waktu 2 (dua) kali masa inkubasi chikungunya
dari kasus terakhir ditemukan tidak ada tambahan kasus lagi.
C. Tindakan Yang Telah Dilakukan
Tindakan penanggulangan yang telah dilakukan oleh tim dari Balai Pusat Data dan Surveilans
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara dan Dinas yaitu Kesehatan Kab. Minahasa Utara yaitu :
1. Penyuluhan kepada masyarakat tentang cara-cara pencegahan dan penanggulangan penyakit
Chikungunya
2. Pengobatan bagi penderita yang masih sementara sakit.
3. Fogging atau pengasapan untuk membunuh nyamuk dewasa
KESIMPULAN
Dari hasil investigasi terhadap KLB Chikungunya di Desa Takawaan Kecamatan Talawaan Kaupaten.
Minahasa Utara dapat diambil kesimpulan sebagai beirikut :
1. Telah terjadi KLB KLB Chikungunya dengan jumlah kasus 157 orang dan Attack Rate = 50,90 /
1000 penduduk.
2. Faktor risiko terjadinya KLB Chikungunya di Kec. Talawaan Kab. Minahasa Utara yaitu
ditemukannya jentik vektor penyebab Chikungunya, pengetahuan masyarakat tentang
chikungunya masih rendah, perilaku dan sikap masyarakat terhadap sanitasi lingkungan masih
kurang, mobilisasi penduduk dan transportasi yang tinggi dari wilayah Kec.Talawaan ke Manado
atau sebalikknya, sensitivitas petugas surveilans Puskesmas maupun Dinas Kesehatan Kab.
Minahasa Utara masih rendah, lemahnya SKD-KLB dan PWS, tidak berjalannya jejaring
surveilans dan lemahnya koordinasi lintas sektor.
SARAN
a. Melaksanakan dan meningkatkan penyuluhan tentang penyakit menular potensial KLB kepada
masyarakat secara umum maupun kelompok anak sekolah berikut cara-cara pencegahan dan
penanggulngannya.
b. Meningkatkan pelaksanaan PSN baik dimasyarakat, sekolah-sekolah maupun tempat-tempat
umum.
c. Melaksanakan surveilans vektor secara berkala.
d. Memperkuat jejaring surveilans epidemiologi
378

e. Melakukan analisis epidemiologi deskriptif terhadap laporan penyakit potensial KLB guna
menegakkan SKD – KLB.dan melaksanakan PWS
f. Mengevaluasi keberhasilan penanggulangan penyakit menular yang telah dilaksanakan.
g. Melaksanakan fogging/ pengasapan
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes. 2004; Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (Pedoman Epidemiologi Penyakit).
Jakarta: Ditjen PPM & PL Depkes RI.
2. Hendro R, Rahardjo E, Maha M.S, Saragih J.M. 2005; Investigasi Kejadian Luar Biasa (KLB) Chikungunya di
Desa Harja Mekar dan Pabayuran Kabupaten bekasi Tahun 2003. Balitbangkes Depkes RI. Cermin Dunia
Kedokteran 2005; 148: 40-42.
3. Anonym.2007; Hindari Nyamuk Pembawa Chikungunya (artikel elektronik). http://www.pikiran-rakyat.com. 10
Maret 2007.
4. Judarwanto W. 2007; Penatalaksanaan Demam Chikungunya. http://www.mail-archive.com. 10 Maret 2007.
5. Balai Surveilans dan Pusat Data Sistem Informasi Kesehatan, 2010 Laporan Penanggulangan KLB
Chikungunya di Kecamatan Talawaan Kabupaten Minahasa Utara Juni 2010. Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Utara, Manado
6. Yergolkar, et. al. 2006; Chikungunya Outbreaks Caused by African Genotype, India. Emerg Infect Dis (on line)
http://www.cdc.gov/ncidod. 2006.
7. Heriyanto B, dkk. 2005; Kecenderungan Kejadian Luar Biasa Chikungunya di Indonesia Tahun 2001-2003,
Cermin Dunia Kedokteran Balitbangkes Depkes RI; 148: 37-39.
8. Mohan A. Chikungunya Fever, 2006; Clinical Manifestations & Management. Indian Journal Medical Research
124, November 2006 ; 471-474

You might also like