Professional Documents
Culture Documents
Agus Santoso1, Wandria Robi Ardi1*, Rikhan Luhur Prasetya1, Meidiana Dwidiyanti1,
Diyan Yuli Wijayanti1, Muhammad Mu’in1, Sarah Ulliya1, Fitria Handayani1, Madya
Sulisno1, Maftukhatun Ni’mah1, Nur Aas Aisah1
1
Departemen Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia
wandriarobi28@gmail.com
Abstract
Introduction: The emergence of the COVID-19 pandemic affected the mental health of students.
Students feel stressed and sad, anxious, frustrated, confused and do not know how to overcome their
conditions. Depression occurs because of negative thinking about oneself and others, so special
management is needed in the midst of a COVID-19 pandemic. The aim of this study was to provide an
overview of the depression levels of students in the pandemic.
Methods: The method in this study was a quantitative research with cross sectional approach.
Descriptive analysis is used to provide a description of the level of depression that occurs in students.
Data collection used the Beck Deperession Inventory II (BDI II), sampling used a total sample of 148
respondents (students with an average age of 18-20 years old). The process of collecting data is done
by using the google form survey method.
Results: Students experienced mild mood disorders (25.7%), severe depression (12.2%), low
depression (8.1%), moderate depression (0,7%) and extreme (0.7%).
Conclusion: Depression in the pandemic of COVID-19 requires special attention in management to
prevent mental disorders.
Abstrak
Pendahuluan: Munculnya pandemi COVID-19 memengaruhi kesehatan mental mahasiswa.
Mahasiswa merasa stres dan sedih, cemas, frustasi, bingung dan tidak tahu cara untuk mengatasi
kondisinya. Depresi terjadi karena berpikir negatif pada diri sendiri dan orang lain, sehingga perlu
pengelolaan yang khusus di tengah pandemi COVID-19. Tujuan penelitian ini untuk memberikan
gambaran tingkat depresi mahasiswa di tengah COVID-19.
Metode: Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional. Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran tingkat depresi yang terjadi pada
148 mahasiswa usia 18-20 tahun. Pengumpulan data menggunakan instrumen BDI II (Beck
Deperession Inventory) II), pengambilan sampel menggunakan total sampel berjumlah 148 sampel.
Proses pengumpulan data dilakukan dengan metode survey menggunakan google form.
Hasil: Mahasiswa mengalami gangguan mood ringan (25,7%), depresi berat (12,2%), depresi rendah
(8,1%), depresi sedang (0,7%), dan ekstrem (0,7%).
Kesimpulan: Gambaran depresi di tengah COVID-19 memerlukan perhatian khusus dalam
pengelolaan untuk mencegah gangguan jiwa.
PENDAHULUAN
World Health Organization (WHO) karena banyaknya tugas yang diberikan
telah menetapkan COVID-19 sebagai oleh dosen dalam waktu yang singkat, dan
pandemik. Hal ini membuat pemerintah sebagian besar mahasiswa semester akhir
dan masyarakat dunia semakin waspada merasa frustasi tidak bisa lulus tepat waktu
dengan penyebaran virus corona (Bouey & karena proses penelitian maupun
Dong, 2020). Munculnya pandemi bimbingan yang terhambat. Sebagian besar
COVID-19 tidak hanya memengaruhi mahasiswa merasa bingung dan tidak tahu
kesehatan fisik, namun juga memengaruhi mengatasi kondisinya. Jika hal ini terus-
kesehatan mental individu di seluruh dunia menerus terjadi akan memengaruhi kondisi
(Giacalone, Rocco, & Ruberti, 2020). mental mahasiswa yang berdampak pada
Kebijakan-kebijakan besar telah penurunan minat belajar, penurunan
diambil oleh negara-negara terjangkit prestasi, penurunan kualitas lulusan bahkan
sebagai upaya menghentikan penularan dapat terjadi gangguan kesehatan mental
infeksi, salah satunya di Indonesia. pada mahasiswa (Giacalone et al., 2020).
Indonesia telah memberikan himbauan Gangguan mental yang mungkin terjadi di
kepada masyarakatnya untuk melakukan tengah kondisi pandemi diantaranya adalah
social distancing dan physical distancing depresi pada mahasiswa (Watnaya, Muiz,
sesuai protokol WHO dengan Sumarni, Mansyur, & Zaqiah, 2020).
memberlakukan Pembatasan Sosial Sebuah survei yang dilakukan di
Berskala Besar atau PSBB (Bouey & Tiongkok pada awal wabah COVID-19
Dong, 2020). Tak terkecuali di bidang menemukan bahwa 53,8% responden
pendidikan, sejak minggu ketiga bulan mengalami dampak psikologisnya sedang
Maret 2020, Kementerian Pendidikan dan hingga parah; 16,5% mengalami gejala
Kebudayaan Republik Indonesia depresi sedang hingga berat; 28,8%
(Kemendikbud RI) telah memberlakukan mengalami gejala kecemasan sedang
segala kegiatan pendidikan dilakukan hingga berat, dan 8,1% mengalami tingkat
secara daring termasuk di tingkat stres sedang hingga berat (Wang et al.,
perguruan tinggi sebagai upaya 2020). Penelitian yang dilakukan di China
mengurangi perkumpulan masal dan pada siswa selama pandemi covid-19
mencegah penularan COVID-19. ditemukan bahwa sekitar 25% dari
Perkuliahan daring atau perkuliahan responden mengalami gejala kecemasan,
tanpa tatap muka bukanlah solusi yang yang positif berkorelasi dengan
tanpa menimbulkan konsekuensi baru. meningkatnya kekhawatiran tentang
Studi pendahuluan yang dilakukan keterlambatan akademik, dampak ekonomi
seminggu setelah diberlakukannya akibat pandemi, dan dampak pada
perkuliahan daring pada 47 mahasiswa kehidupan sehari-hari (Cao et al.,
keperawatan menyebutkan bahwa 2020). Selanjutnya, di antara banyak survei
mahasiswa merasa perkuliahan daring siswa yang dikelola di seluruh dunia, satu
tidak efektif dan memiliki banyak kendala. survei oleh YoungMinds menunjukkan
Sebagian mahasiswa merasa stres dan bahwa terdapat 83% responden muda
sedih karena jaringan yang tidak stabil setuju bahwa pandemi memperburuk
sehingga tidak dapat mengikuti kondisi kesehatan mental yang sudah ada
perkuliahan dengan optimal, sebagian sebelumnya, terutama karena penutupan
mahasiswa cemas karena tidak mampu sekolah, kehilangan rutinitas, dan koneksi
membeli kuota internet, merasa tertekan sosial terbatas (Thomas, 2020).
sehat. Pada masa dewasa awal yaitu pada mengalami masa paling menegangkan
usia 20-30an individu mengalami krisis dalam hidup. Menjalani transisi ini dapat
keintiman versus isolasi. Pada tahap ini, menyebabkan peningkatan risiko depresi.
individu menghadapi tugas perkembangan Mencoba menyesuaikan diri,
yang berkaitan dengan pembentukan relasi mempertahankan nilai yang baik,
intim dengan orang lain. Erikson (1969 merencanakan masa depan, dan sering jauh
dalam Utami & Murti, 2017) dari rumah menyebabkan kecemasan bagi
mendeskripsikan keintiman sebagai banyak mahasiswa. Sebagai reaksi
menemukan diri sendiri di satu sisi, namun terhadap stres ini, beberapa siswa
kehilangan diri sendiri di sisi lain. mengalami depresi karena tidak dapat
Kegagalan perkembangan berdaptasi dengan respon menangis,
psikososial pada dewasa muda yaitu melewati kelas, atau mengisolasi diri tanpa
tahap keintiman dapat menimbulkan menyadari mengalami depresi. Penelitian
masalah baru seperti adanya masalah menemukan bahwa siswa lajang rentan
keuangan, sosial, keluarga, lapangan terhadap depresi, dibandingkan dengan
pekerjaan, maupun lingkungan dan siswa yang sudah menikah. Ini mungkin
aktivitas rutin di kampus. Apabila tugas karena siswa lajang menghadapi peristiwa
perkembangan psikosisal pada yang lebih menegangkan daripada siswa
dewasa muda tidak tercapai, dapat yang menikah, seperti pekerjaan, ekonomi,
menyebabkan individu mengalami kelulusan, dan tekanan
kesulitan dalam menjalin hubungan pernikahan (Sarokhani et al., 2013).
dekat dengan individu lain. Dampak Berdasarkan hasil penelitian terdapat
lainnya, individu juga akan merasa tidak sebagian besar responden yang mengalami
percaya diri sehingga akan menarik depresi normal saat karantina. Hasil ini
diri dari sosial (Fortinash, 2012 dalam sejalan dengan penelitian Lu, Nie, & Qian
Mutyah, Ayu, & Damayanti, 2020). (2020) yang menunjukkan dampak yang
Hambatan tersebut perlu ditangani secara berbeda selama karantina. Penelitian ini
khusus untuk menghindari disorganisasi, menunjukkan bahwa terdapat hubungan
emosi yang kacau dan stres (Permana et positif antara karantina dan sikap optimis
al., 2017). terkait pemberitaan terkontrolnya
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebaran virus corona. Responden
terdapat 8,1% mahasiswa mengalami merasa aman saat melakukan karantina
depresi ringan namun, masih terdapat diri, sehingga terhindar dari penyebaran
mahasiswa yang berada pada tingkat virus, menunjukkan tingkat depresi yang
depresi sedang dan depresi ekstrem. rendah dan peningkatan kebahagiaan.
Mahasiswa lazim memiliki gangguan Hasil data penelitian lainnya masih
psikologis terkait kesulitan dan peraturan menunjukkan mahasiswa yang mengalami
akademik dalam keadaan normal depresi gangguan mood ringan, depresi,
(American College Health Association, depresi rendah, depresi sedang dan
2019). terdapat mahasiswa yang memiliki depresi
Depresi pada mahasiswa sangat lazim ekstrem. Hal ini dapat dikaitkan dengan
terkait dengan masalah akademik, kondisi lingkungan yang sedang pandemi,
finansial, maupun tekanan interpersonal. sistem kuliah daring, dan keadaan lainnya
Mahasiswa merupakan kelompok khusus memunculkan gangguan psikologis
yang bertahan pada periode transisi dari tersebut.
masa remaja hingga dewasa dan mungkin
midst of the COVID-19 pandemic: A Permana, R. H., Wardati, M. A., & Sirodj,
call for further research and D. A. N. (2017). Gambaran krisis
immediate solutions. International psikologis mahasiswa tingkat pertama
Journal of Social Psychiatry, 66(5), program sarjana Universitas Islam
517-8, doi: Bandung. Journal of Psychological
10.1177/0020764020925108 Research, 92–103.
Hamada, K., & Fan, X. (2020). The impact Sahu, P. (2020). Closure of universities
of COVID-19 on individuals living due to Coronavirus Disease 2019
with serious mental illness. (COVID-19): Impact on education
Schizophrenia Research. doi: and mental health of students and
j.schres.2020.05.054 academic ataff. Cureus, 12(4), 1-6.
Doi: 10.7759/cureus.7541
Hulukati, W., & Djibran, M. R. (2018).
Analisis tugas perkembangan Sarokhani, D., Delpisheh, A., Veisani, Y.,
mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Sarokhani, M. T., Manesh, R. E., &
Universitas Negeri Gorontalo. Jurnal Sayehmiri, K. (2013). Prevalence of
Bikotetik, 2(1), 73-80. doi: depression among university students:
10.26740/bikotetik.v2n1.p73-80 A systematic review and meta-
analysis study. Depression Research
Lu, H., Nie, P., & Qian, L. (2020). Do and Treatment, 1-6. doi:
quarantine experiences and attitudes 10.1155/2013/373857
towards COVID-19 affect the
distribution of psychological Thomas, E. (2020). Coronavirus: Impact
outcomes in China? A quantile on young people with mental health
regression analysis. Nature Public needs. YoungMinds. Diperoleh dari
Health Emergency Collection, 1-18. https://youngminds.org.uk/media/370
doi: 10.1007/s11482-020-09851-0 8/coronavirus-.