You are on page 1of 20

Jurnal Living Law ISSN 2087-4936 Volume 11 Nomor 1, Januari 2019 61

PELAKSANAAN ASSESMEN TENTANG REHABILITASI TERHADAP


KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DITINJAU DARI
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

IMPLEMENTATION OF ASSESSMENT ABOUT REHABILITATION TOWARD


NARCOTICS ABUSE VICTIMS VIEWED FROM LEGISLATION

Muslikan dan Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana


Muhammad Taufiq Universitas Djuanda Bogor
Jl. Tol Ciawi No. 1, Kotak Pos 35, Bogor 16720.
Korespondensi: Muslikan, Tel. -
e-mail : muslikana6@gmail.com

Jurnal Abstract : The purpose of this study are: 1) To find out and analyze the process of
Living Law, applying rehabilitation to victims of narcotics abuse, 2) To find out and analyze the
Vol. 11, No. implementation of assessments of rehabilitation of victims of narcotics abuse in terms
1,
of legislation. The research method used is normative juridical research that takes a
2019
hlm. 61-80 qualitative approach. The results are: 1) The process of implementing rehabilitation
for addicts and victims of narcotics abuse by the Bogor Regency Narcotics
Rehabilitation Center is in accordance with the laws and regulations. However, it does
not rule out the shortcomings that always exist in carrying out these rules, 2) The
implementation of assessments of narcotics abuse victims in the Indonesian National
Police is the same as those carried out by the National Narcotics Agency, namely if
victims of narcotics report without arrest, the police will direct / recommend directly
to the Obligatory Recipient Institution Report (IPWL) and if the victims of narcotics
abusers are caught by the Police then the process, receipt of assessment requests from
investigators in 24 (twenty-four) hours, and the integrated assessment team provides
recommendations on the results of the period of assessment no later than 6 (six) days
to the investigator to be reported in writing to the local district court.

Keywords : Narcotics, assessment of rehabilitation, Constitution

Abstrak : Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan menganalisis: 1)


proses penerapan rehabilitasi terhadap korban penyalahgunaan narkotika, 2)
pelaksanaan assesmen tentang rehabilitasi terhadap korban penyalahgunaan
narkotika ditinjau dari peraturan perundang-undangan. Metode penelitian yang
digunakan adalah penelitian yuridis normatif yang melakukan pendekatan
kualitatif. Hasil dari penelitian ini yaitu: 1) Proses penerapan rehabilitasi bagi
korban penyalahgunaan narkotika oleh Balai Rehabilitasi Narkotika Kabupaten
Bogor sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Namun, tidak
menutup kemungkinan kekurangan itu selalu ada dalam menjalankan aturan
tersebut, 2) Pelaksanaan assesmen terhadap korban penyalahgunaan narkotika
pada Kepolisian Republik Indonesia sama dengan yang dilaksanakan oleh Badan
Narkotika Nasional, yaitu jika korban narkotika melakukan pelaporan tanpa proses
penangkapan, maka pihak Kepolisian akan mengarahkan langsung ke Institusi
Penerima Wajib Lapor (IPWL). Dan jika korban penyalahguna narkotika tertangkap
oleh pihak Kepolisian, maka prosesnya, penerimaan permohonan assesmen dari
penyidik paling lama 1x24 jam, dan tim assesmen terpadu memberikan
rekomendasi hasil assesmen dengan jangka waktu paling lama 6 (enam) hari
kepada penyidik untuk dilaporkan tertulis kepada pengadilan negeri setempat.

Kata Kunci : Narkotika, Assesmen rehabilitasi, Undang-undang.


62 Muslikan, Et .al. Pelaksanaan Assesmen tentang Rehabilitasi ..

PENDAHULUAN dapat terjamin, sesuai dengan Pasal 28 D


ayat (1) Undang-undang Dasar Negara
Setiap negara bertujuan
Republik Indonesia Tahun 1945.
mensejahterakan rakyat dan memajukan
Dalam perjalanan perlindungan dan
negaranya, menentang segala bentuk
jaminan terhadap warga negara, terkadang
perbudakan dan penjajahan, sehingga
masih jauh dari yang diharapkan, sebagai
kemandirian dan kemerdekaan dapat
contoh dalam penerapan asas “equality
terwujud tanpa ada campur tangan dari
befor the law”2 dalam kehidupan berbudaya
pihak asing. Setelah mengalami penjajahan
hukum, tak sedikit masalah yang timbul,
yang teramat panjang kurang lebih 3,5
masalah besar dapat dikecilkan dan
Abad oleh Kolonial Belanda dan 3,5 tahun
sebaliknya masalah yang kecil dapat
oleh Jepang yang membuat bangsa
dibesarkan, di mana hukum tumpul ke atas
Indonesia sangat menderita1, Negara
dan tajam ke bawah, semakin tinggi strata
Republik Indonesia 73 tahun silam telah
seseorang maka semakin kecil terkenai
menyatakan kemerdekaan dan menentang
hukuman dan sebaliknya semakin rendah
segala bentuk penjajahan di atas dunia
strata seseorang maka semakin besar jenis
seperti tertuang dalam Pembukaan
hukuman, suatu potret di mana hukum
Undang-undang Dasar Tahun 1945 Alenia I,
sangat sulit mancapai kata adil walaupun
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu
tujuan hukum sendiri untuk mencapai
ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu,
sesuatu yang seadil-adilnya.
maka penjajahan di atas dunia harus
Terhadap orang kecil (The Poor)
dihapuskan, karena tidak sesuai dengan
hukum bersifat represiff, sedangkan
perikemanusiaan dan perikeadilan.”
terhadap orang besar (The Have) hukum
Namun sampai abad ke-21
bersifat protektif dan memihaknya3.
penjajahan di dunia belum berakhir di
Sehingga penegakan hukum hanya sebagai
mana penjajahan berbeda zaman berbeda
retorika atau angan-angan dan sulit untuk
cara dan tujuan, tempo dulu penjajahan
diwujudkan, dalam proses peradilan sering
dengan konfrontasi kekuatan
dirasa keadilan jauh dari rasa nurani
militer/perang, dewasa ini menggunakan
masyarakat baik dalam proses penyidikan,
penjajahan ekomomi, intelegensi,
penuntutan maupun pada proses vonis di
kebudayaan, cyber, obat-obatan dan lain
pengadilan yang merupakan gerbang
sebagainya.
terakir pintu keadilan, di mana peluang dan
Bentuk penjajahan di Indonesia sudah
kesempatan lobi-lobi sering terjadi mulai
sampai dalam berbagai sendi-sendi
dari permainan pasal yang disangkakan,
kehidupan dewasa ini, dari yudikatif,
besar kecilnya tuntutan serta vonis yang
eksekutif, dan legislatif, dengan
bisa dipesan.
ditandainya berbagai produk hukum
Di samping aparat penegak hukum
maupun kebijakan yang dihasilkan,
yang kurang maksimal dalam berproses
cenderung bahkan memihak kepada
dipengaruhi juga tingkat kejahatan yang
kepentingan elit politik maupun pihak-
semakin komplek dan canggih sampai
pihak tertentu bahkan kepentingan asing,
melibatkan unsur-unsur lapisan
di mana jauh dari rasa keadilan serta
masyarakat sampai pemangku kewenangan
kesejahteraan masyarakat.
yang diamanatkan oleh undang-undang.
Negara Indonesia adalah negara yang
Kejahatan sendiri adalah perbuatan yang
menjunjung tinggi tegaknya hukum serta
melanggar undang-undang atau norma dan
menganggap hukum sebagai panglima
tertinggi, sehingga hak-hak warga negara
2Salim, HS., Erlis Septiana Nurbani, Penerapan
1“Sejarah Indonesia Singkat Penderitaan”, Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan Disertasi,
http://sejarahrakyat.blogspot.co.id/2015/09/sejar Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013, Hlm. 301.
ah-indonesia-singkat-penderitaan.html, Diakses 3Suteki, Masa Depan Hukum Progesif,
tanggal 5 Juni 2018. Yogyakarta: Thafa Media, 2015, Hlm. 7.
Jurnal Living Law ISSN 2087-4936 Volume 11 Nomor 1, Januari 2019 63

tidak diterima di masyarakat yang Penyalahgunaan narkotika tidak saja


menyebabkan kerugian baik secara materil menjadi masalah nasional, melainkan juga
maupun moril terhadap setiap orang dan masalah internasional, oleh karena itu
negara. komitmen bangsa Indonesia untuk
W.A. Bonger dalam bukunya memusnahkan peredaran narkotika yang
“pengantar tentang kriminologi” kejahatan semakin tinggi. Hal ini terlihat dari
dirasakannya sebagai perbuatan yang pengaturan yang sudah jelas mengatur
immoral dan a social, yang tidak tentang penggunaan narkotika, termasuk
dikehendaki oleh kelompok pergaulan yang ancaman sanksi minimum dan maksimum
bersangkutan, dan secara sadar ditentang bagi pelaku. Namun pengaturan yang ada
oleh pemerintah. Dalam rumusan Paul kaitanya dengan masalah pencucian uang
Moedikdo Moeliono, kejahatan adalah (money loundering) sebagai hasil penjualan
perbuatan manusia yang merupakan dan perdagangan narkotika dan
pelanggaran norma yang dirasakan psikotropika belum diatur seperti yang
merugikan, menjengkelkan sehingga tidak terdapat pada beberapa negara lain,
boleh dibiarkan.4 padahal dampak yang ditimbulkan besar
Beberapa jenis kejahatan dapat sekali.6
disebutkan di sini, misalnya:5 Para penegak hukum selama ini hanya
a. Apa yang disebut kejahatan sebagai dapat melakukan tindakan di hulu (to cut
usaha (business); ialah organized crime, the linkage) yaitu secara preventif dan
white collar crime, korupsi, represif. sedangkan pencucian uang dapat
penyelundupan; dikatakan mempunyai modus tersendiri,
b. Penyalahgunaan alkohol dan pengusutannya lebih sulit, karena harus
narkotika; dilaksanakan secara integrated dan
c. Tindakan terorisme; comperehensive dengan melibatkan instansi
d. Kejahatan atau pelanggaran lalu lintas. terkait, organisasi-organisasi internasional
Yang tidak pernah dipermasalahkan dalam (NCB-Interpol) melalui kerja sama, baik
konggres PBB sebelumnya juga mendapat bersifat bilateral, regional maupun
perhatian, ialah kejahatan yang dilakukan multilateral, di samping itu memerlukan -
oleh wanita. dana besar.7
Narkotika bukanlah sesuatu yang Kejahatan narkotika kini sudah
asing, di mana dapat didengar dan dibaca memperihatinkan, di mana sebelumnya
di media elektronik maupun media cetak. narkotika hanya mencakup kalangan
Di Indonesia, peredaran obat terlarang atau tertentu dan hanya terdapat di kota-kota
narkotika menjadi salah satu permasalahan besar, dewasa ini kejahatan narkotika
utama yang harus segera diatasi. menyasar ke anak-anak bahkan sampai ke
Meluasnya narkobaa di Indonesia terutama pelosok-pelosok pedesaaan, tentunya
di kalangan generasi muda karena dengan harga yang terjangkau dari
didukung oleh faktor budaya global. Di berbagai jenis, bentuk dan ukuran.
mana budaya global dikuasai oleh budaya Sehingga Presiden Joko Widodo
barat yang mengembangkan pengaruhnya menyatakan bahwa Negara Indonesia
melalui televisi, film-film, internet, maupun darurat narkoba dan negara berperang
sosial media yang lainnya, di mana narkoba melawan narkoba8.
lebih besar dampak negatifnya dibanding
manfaatnya.
6Hasil wawancara dengan Bapak Dr.
Muhammad Taufiq, S.H., M.H., selaku Dosen Sekolah
Pascasarjana Program Magister Ilmu Hukum
4Ninik Widiyanti dan Yulius Waskita, Kejahatan Unniversitas Djuanda, pada tanggal 24 Maret 2018.
dalam Masyarakat dan Pencegahannya, Jakarta: Bina 7Ibid.

Aksara, 1987, Hlm. 29. 8“Lakka Zombie dan Indonesia Darurat


5Ibid., Hlm. 19. Narkoba”, https://news.detik.com/berita/d-
64 Muslikan, Et .al. Pelaksanaan Assesmen tentang Rehabilitasi ..

Tempo dulu transaksi narkotika masih berbagai celah-celah hukum yang dapat
konvensional dengan sistem ketemu menghambat dalam memberantas dan
langsung, ada uang ada barang “No Money memerangi peredaran gelap narkotika,
no Goods” dan jaringan peredarannya juga baik dalam subtansi, struktur dan budaya
masih bisa dihitung dengan jari, akan tetapi hukum itu sendiri, terkadang dalam
dewasa ini transaksi narkotika sudah penanganan perkara narkoba sendiri
mengikuti perkembangan zaman, antara penegak hukum berbeda pendapat
modusnya sudah mulai beragam dengan dengan berbagai argument, walaupun
istilah atau sandi-sandi, bahkan narkotika sudah diatur dalam Undang-undang Nomor
bisa dipesan melalui internet/online, 35 Tahun 2009 tentang Narkotika sudah
sebagai contoh baru-baru ini dengan jelas dalam pasal-pasalnya, sebagai contoh
peredaran jenis baru ganja sintetis merek A telah tertangkap tangan telah kedapatan
Gorila atau Hanoman sebutan bagi membawa, menyimpan, memiliki dan
kalangan penyalahguna narkotika tersebut, menguasai narkotika Golongan I jenis
di mana kandungan narkotika jenis baru shabu-shabu (Amphetamin) akan tetapi
tersebut belum masuk dalam Undang- berat dari Shabu-shabu tersebut di bawah
undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang ketentuan yang terdapat dalam SEMA
Narkotika.9 Nomor 04 Tahun 2010, ketika dalam
Keadaan ini mendesak pemangku proses penyidikan, penyidik yakin bahwa
kekuasaan membuat regulasi agar untuk menjerat dan memberi efek jera
perbuatan tersebut dapat dijerat dengan diterapkan Pasal 114 dan atau Pasal 112
peraturan yang baru, dengan keluarnya Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009
Peraturan Menteri Kesehatan Republik tentang Narkotika berdasarkan keterangan
Indonesia Nomor 02 Tahun 2017 tentang saksi dan hasil penyelidikan (pengamatan,
Perubahan Penggolongan Narkotika, maka pembuntutan, wawancara, undercover buy
penyalahguna narkotika jenis ganja dll.), akan tetapi jaksa selaku penuntut
sitetis/tembakau gorilla atau hanoman umum tidak sependapat dengan penyidik
tersebut dapat dijerat dengan hukum yang dengan memberi petunjuk untuk
berlaku di Indonesia. menerapkan Pasal 127 atau sebagai
Tak ada gading yang tak retak mungkin penyalahguna, ketika pasal tersebut
cocok untuk peribahasa dalam setiap dimasukan berarti ada tindakan tambahan
produk hukum, di mana terdapat celah- yang harus dilakukan yaitu Assesment
celah yang memungkinkan untuk Rehabilitasi di mana proses hukum yang
menghindari hukuman yang disanksikan. seharusnya sederhana, cepat dan murah
Seperti dalam Pasal 103 Undang-undang sesuai konsep hukum modern yang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika tertuang dalam Undang-undang Nomor 48
sehingga dikeluarkan Surat Edaran Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 04 jadi memakan waktu dan menambah biaya,
Tahun 2010 tentang Penempatan dan bisa dibayangkan apabila seorang
Penyalahgunaan, Korban Penyalahgunaan bandar narkotika cerdik dengan
dan Pecandu Narkotika ke dalam Lembaga mengetahui adanya SEMA Nomor 04 Tahun
Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial, 2010, tidak menutup kemungkinan mereka
revisi dari SEMA Nomor 07 Tahun 2009 akan menjual atau mengedarkan narkotika
tentang Menempatkan Pemakai Narkoba ke dengan berat di bawah SEMA tersebut dan
dalam Panti Terapi dan Rehabilitasi. akan terdapat celah untuk menghindari
Penanganan masalah narkotika masih pasal sebagai pengedar.
belum sepenuhnya maksimal, dengan Narkotika merupakan sebuah ancaman
besar bagi keberlangsungan hidup sebuah
3569388/flakka-zombie-dan-indonesia-darurat-
narkoba, Diakses tanggal 30 Juni 2018.
9 Ibid.
Jurnal Living Law ISSN 2087-4936 Volume 11 Nomor 1, Januari 2019 65

bangsa.10 Ketika narkotika sudah mulai Keadaan yang ditimbulkan oleh


perlahan demi perlahan beredar secara narkotika di atas terus ditangani oleh
ilegal di masyarakat maka akan pemerintah dengan berbagai cara baik
menimbulkan kerusakan yang di dalamnya. dengan melakukan sosialisasi bahaya
Kerusakan yang ditimbulkan oleh narkotika dan memunculkan produk
narkotika tidak hanya sebatas terjadi pada hukum yang dapat memberi ruang gerak
diri pengguna narkotika bagi penegak hukum dalam memberantas
(merusak/menghancurkan kesehatan baik narkotika. Produk hukum utama yang
jasmani maupun emosi dan emosional) dimiliki Indonesia dalam memerangi
tetapi juga merusak tatanan kehidupan penyalahgunaan narkotika maupun
masyarakat, misalnya dari sisi ekonomi: peredarannya. Kejahatan narkotika sudah
penyalahgunaan narkotika juga tidak lagi dilakukan oleh perseorangan,
meningkatkan biaya kesehatan baik yang tetapi sudah melibatkan lebih dari satu
dikeluarkan oleh pihak keluarga, sindikat yang terorganisasi dengan
masyarakat dan negara, sisi sosial dan jaringan yang luas yang bekerja secara rapi
pendidikan: para pencandu narkotika dan sangat rahasia baik di tingkat nasional
biasanya menjadi antisosial dan maupun tingkat internasional sekalipun.
menimbulkan gangguan keamanan dan Berdasarkan hal tersebut guna
ketertiban pada lingkungannya dan peningkatan upaya pencegahan dan
merugikan masyarakat, sisi kultural: jika pemberantasan Narkotika telah dilakukan
narkotika sudah menjadi darah dan daging pembaruan terhadap Undang-undang
dalam kehidupan masyarakat maka tidak Narkotika lama dengan Undang-undang
menutup kemungkinan masyarakat akan Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
menerima bahwa pimpinannya, polisi, Hal ini dapat mencegah adanya
hakim, jaksa advokat dan lain sebagainya kecenderungan yang semakin meningkat
pecandu narkotika sehingga apabila baik secara kuantitatif maupun kualitatif
keadaaan demikian terjadi maka akan dengan korban yang meluas, terutama di
sangat berbahaya bagi keberlangsungan kalangan anak-anak, remaja, dan generasi
hidup bangsa dan negara, sisi keamanan muda pada umumnya. Dengan demikian,
nasional: karena perdagangan narkotika agar dapat melindungi masyarakat dari
memiliki banyak keuntungan tidak bahaya penyalahgunaan narkotika dan
menutup kemungkinan para mencegah serta memberantas peredaran
pemberontak/kelompok separatis terlibat gelap narkotika, dalam undang-undang pun
dalam peredarannya dan hasilnya diatur mengenai prekursor narkotika
digunakan untuk membiayai kegiatan karena prekursor narkotika yaitu zat atau
pemberontakan, dan sisi penegakan bahan pemula atau bahan kimia yang dapat
hukum: penggunan narkotika yang terus digunakan dalam pembuatan narkotika.
menerus akan menyebabkan kecanduan Masing-masing lembaga tersebut terus
yang sangat besar sehingga jika keuangan melakukan pembenahan dalam melakukan
pribadi sudah tidak mampu membiayai pemberantasan narkotika. BNN untuk
maka tidak menutup kemungkinan untuk memperkuat pemberantasan narkotika
pemenuhannya melakukan tindak pidana menjalin kerjasama dengan instansi lain
lain, seperti mencuri, menjadi pengedar seperti Tentara Nasional Indonesia yang
narkotika dan lain sebagainya.11 tertuang didalam Memorandum Of
Understanding (MoU) Nomor: NK
29/V/2015/BNN Nomor : Kerma
10 Badan Narkotika Nasional, Pencegahan
14/V/2015 tanggal 13 Mei 2015 tentang
Penyalahgunaan Narkoba Bagi Remaja, Jakarta:
Badan Narkotika Nasional, 2011, Hlm. 1. Bantuan TNI kepada BNN dalam rangka
11 Edy Karsono, Mengenal Kecanduan Narkoba Pencegahan dan Pemberantasan
& Minuman Keras, Bandung: CV. Yrama Widya, 2004, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Hlm. 22-32.
66 Muslikan, Et .al. Pelaksanaan Assesmen tentang Rehabilitasi ..

Narkotika dan Prekursor Narkotika serta Keterlibatan kepolisian dalam tim


Pelaksanaan Rehabilitasi Penyalahguna assesmen merupakan suatu bagian yang
dan Pecandu Narkotika dan Prekursor penting dalam penanganan pencandu
Narkotika yang berisi beberapa poin narkotika karena Narkotika termasuk
penting, yaitu:12 bagian penyidik selain BNN. Walaupun di
1. Pembinaan dan pemberdayaan dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun
masyarakat anti penyalahgunaan dan 2009 tentang Narkotika porsi kewenangan
peredaran narkotika dan prekursor, BNN untuk kejahatan narkotika lebih besar
2. Diseminasi informasi, advokasi tentang dibandingkan dengan kepolisian.13 Namun,
pencegahan penyalahgunaan dan perlu dipahami bahwa keberadaan polisi
peredaran narkotika dan prekursor, dalam setiap penyelidikan maupun
3. Pelaksanaan pemeriksaan tes atau uji penyidikan sangat berperan besar karena
narkotika atas persetujuan para pihak pada dasarnya berfungsinya hukum di
yang terlibat, lapangan sangat ditentukan oleh kepolisian
4. Pelayanan rehabilitas atas pesetujuan dalam merekayasa sosial.
pihak yang terlibat, Berdasarkan uraian latar belakang
5. Penyelenggaraan kegiatan terkait masalah tersebut di atas, maka penulis
pemberantasan penyalahgunaan dan dalam penelitian ini mengambil judul
peredaran narkoba yang melibatkan tentang: “PELAKSANAAN ASSESMEN
pihak kedua atas permintaan pihak TENTANG REHABILITASI TERHADAP
pertama, KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
6. Penugasan personel terkait DITINJAU DARI PERATURAN PERUNDANG-
pemberantasan penyalahgunaan dan UNDANGAN”.
peredaran gelap narkoba yang Dari latar belakang masalah yang telah
melibatkan pihak kedua atas diuraikan di atas, penulis mengidentifikasi
permintaan pihak pertama, masalah sebagai berikut:
7. Pelaksanaan sosialisasi wajib lapor 1. Bagaimana proses penerapan
pecandu saat proses rehabilitasi dan rehabilitasi terhadap korban
terhadap penyalahgunaan prekursor, penyalahgunaan narkotika?
8. Pertukaran data informasi terkait 2. Bagaimana pelaksanaan assesmen
peredaran dan penyalahgunaan tentang rehabilitasi terhadap korban
narkotika dengan memperhatikan penyalahgunaan narkotika ditinjau
kerahasiaan dan kepentingan negara. dari peraturan perundang-undangan?
Selanjutnya, Kepolisian Negara
Indonesia juga bersinergi dengan Badan METODE PENELITIAN
Narkotika Nasional (BNN) ditambah Metode penelitian yang digunakan
dengan beberapa instansi pemerintah lain dalam penelitian ini adalah pendekatan
dimana bergerak cepat dalam rangka yuridis normatif, yaitu hukum
penanganan pencandu narkotika, yang dikonsepsikan sebagai norma, kaidah, asas
dilakukan oleh lembaga-lembaga terikat atau dogma-dogma/yurisprudensi.
dengan peraturan bersama yang dibuat.
Artinya, untuk melaksanakan peraturan PEMBAHASAN
bersama tersebut maka instansi
mengeluarkan peraturan pelaksana. A. PROSES PENERAPAN REHABILITASI
Kepolisian Republik Indonesia TERHADAP KORBAN
mengeluarkan surat telegram Kapolri No.: PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
STR/865/X/2015 dan lain sebagainya.
Permasalahan narkotika merupakan
permasalahan yang sangat susah untuk

12 Ibid. 13 Ibid.
Jurnal Living Law ISSN 2087-4936 Volume 11 Nomor 1, Januari 2019 67

dihilangkan. Selain itu permasalahan


narkotika juga merupakan kejahatan luar TABEL 1
biasa atau Extra Ordinary Crimes. Dalam PERKEMBANGAN KASUS YANG
perkembangannya kasus-kasus narkotika DITANGANI
dari tahun ke tahun semakin meningkat di DI KABUPATEN BOGOR
negara ini. Bahkan permasalahan narkotika
saat ini tidak lagi secara sembunyi- NO. KESATUAN 2015 2016 2017
1. Polres Bogor 184 204 249
sembunyi, tetapi sudah terang-terangan
Sumber : Polres Bogor Tahun 2017.
dilakukan oleh pemakai maupun pengedar
dalam menjalankan aksinya.
Data di atas narkoba masih merajalela
Sebelum kita terlalu jauh berbicara
di Kabupaten Bogor dan setiap tahun
tentang rehabilitasi terlebih dahulu kita
menunjukkan frekuensi peningkatan yang
perlu tahu apakah narkotika itu. Narkotika
cukup signifikan dan peran lembaga
ialah zat atau obat yang berasal dari
penegak hukum yang tidak tinggal diam
tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
dalam menanggulangi peredaran gelap
maupun semi sintetis, yang dapat
kasus narkotika yang tidak bisa lagi
menyebabkan penurunan atau perubahan
dianggap mudah memberantasnya.
kesadaran, hilangnya rasa, mengurang
Efektifitas hukum menurut Scholars,
sampai menghilangkan nyeri, dan dapat
diakui bahwa pada umumnya, dapat
menimbulkan ketergantungan, yang
dikelompokkan dalam teori tentang
dibedakan kedalam golongan-golongan
perilaku hukum ialah aktualisasi kegiatan
sebagaimana terlampir dalam Pasal 1
hukum. Hal tersebut berarti bahwa
angka 1 Undang-undang Nomor 35 Tahun
efektifitas hukum dapat dilihat dari
2009 tentang Narkotika.
aktualisasi yang dilakukan. Apakah sebuah
Permasalahan narkotika merupakan
kebijakan ataupun aturan tersebut dapat
permasalahan yang sangat kompleks dan
dijalankan sesuai dengan tujuan yang
sangat sulit untuk ditanggulangi. Walaupun
diinginkan.14
sudah banyak upaya yang telah dilakukan
Rehabilitasi narkotika sendiri terdiri
mulai dari upaya preventif hingga upaya
dari 2 (dua) jenis, yaitu: rehabilitasi medis
represif, namun permasalahan narkotika
dan rehabilitasi sosial. Pengertian
ini tidak juga hilang dari negara kita
rehabilitasi medis sendiri dijelaskan pada
khususnya Kabupaten Bogor itu sendiri.
Pasal 1 angka 16 Undang-undang Nomor
Walaupun pengawasan yang dilakukan
35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang
oleh pemerintah dan aparat setiap
menyatakan bahwa:
tahunnya semakin meningkat tapi masih
“Rehabilitasi medis adalah suatu
belum menyurutkan niat dari pengedar
proses kegiatan pengobatan secara
untuk mengedarkan barang haram ini. Hal
terpadu untuk membebaskan pecandu
tersebut terjadi karena banyaknya orang
dari ketergantungan narkotika”
yang membutuhkan dan keuntungan yang
Sedangkan rehabilitasi sosial juga
dapat didapatkan oleh pengedar dari
diatur di undang-undang yang sama pada
penjualan narkotika itu sendiri. Dilihat dari
Pasal 1angka 17 yang menyatakan bahwa:
keadaannya, narkotika berkembang seiring
“Rehabilitasi sosial adalah suatu proses
dengan perkembangan zaman, hal ini
kegiatan pemulihan secara terpadu, baik
ditunjukkan dengan banyaknya orang yang
fisik, mental maupun sosial, agar bekas
menggunakan narkotika mulai dari
pecandu narkotika dapat kembali
kalangan orang dewasa hingga anak-anak,
melaksanakan fungsi sosial dalam
berawal dari niat coba-coba hingga untuk
kehidupan masyarakat”
mendapatkan ketenangan batin dari
masalah yang dihadapi, sesuai data yang
ada. 14 Salim, HS., Erlis Septiana Nurbani, Op.Cit.,

Hlm. 301.
68 Muslikan, Et .al. Pelaksanaan Assesmen tentang Rehabilitasi ..

Dalam perkembangannya tujuan older member. Pada proses younger


hukuman bukan hanya untuk efek jera dan member, ada empat poin yang akan
pembalasan saja melainkan harus pula didapatkan oleh residen seperti
bermanfaat bagi korban maupun pelaku. penanaman nilai disiplin dalam diri
Maka dari itu rehabilitasi bagi pecandu dan residen, pengenalan diri sendiri dan
korban penyalahgunaan narkotika ini hadir sesama anggota kelompok, pengenalan
untuk memberikan kesempatan kepada konsep dan pembelajaran pola hidup
mereka untuk sembuh dan dapat kembali sehat, dan pemberian peran dan tugas
kemasyarakat seperti sebelum dalam ikatan kelompok untuk
menggunakan narkotika. menumbuhkan rasa tanggung jawab
Dalam balai rehabilitasi seorang pada diri sendiri. Proses ini akan
pecandu maupun korban penyalahgunaan berjalan selama dua bulan. Setelah
narkotika yang biasa disebut sebagai menjalani proses younger member
residen harus menjalani beberapa tahapan maka residen akan melanjutkan ke
sampai mereka benar-benar sembuh dan tahapan selanjutnya yaitu proses
kembali kemasyarakat. Adapun tahapan middle peer. Pada proses ini residen
yang harus dijalani adalah sebagai berikut: akan melakukan pemantapan
1. Intake Process kedisplinan diri, peningkatan rasa
Pada tahapan ini residen akan percaya diri dalam anggota kelompok
diperiksa terlebih dahulu, baik dan kemampuan berkomunikasi
pemeriksaan psikis, pemeriksaan fisik dengan sesama anggota kelompok,
maupun pemeriksaan penunjang. pemantapan pola hidup sehat,
Selain itu residen juga akan melakukan pemberian peran dan tugas dalam
wawancara awal dan pada akhirnya ikatan kelompok menumbuhkan rasa
dikeluarkanlah rujukan untuk residen tanggung jawab bersama (Teamwork
dalam menjalani proses rehabilitasi. Building), dan pemantapan
Pada proses ini hanya memerlukan pengendalian diri. Residen akan
waktu 1 (satu) hari. menjalani proses ini selama satu bulan.
2. Detoksifikasi Proses terakhir pada tahapan Primary
Tahapan ini merupakan tindak lanjut Stage adalah Older Member. Pada
dari tahapan Intake process. Di sini proses ini residen akan melakukan
residen akan mengikuti proses penguatan kedisplinan diri menjadi
detoksifikasi untuk membersihkan suatu kebutuhan bukan sebagai
pengaruh dari zat-zat adiktif dengan pemaksaan, pengenalan residen
beberapa metode seperti Symptomatic yunior, penguatan pola hidup sehat
Pharmacotherapy dan Ultra Rapid menjadi bagian dari kepribadiannya,
Opiod Detoxification (UROD). Proses penguatan kerjasama dalam kelompok
detoksifikasi ini dilakukan selama 2 dan kehidupan sosial internal tempat
(dua) minggu. rehabilitasi sebagai tahapan awal
3. Entry (Orientasi/Induction) kehidupan bermasyarakat, dan
Pada tahapan ini residen akan pemberian peran dan tugas dalam
dijelaskan dan adaptasi mengenai pelaksanaan operasional tertentu
lingkungan dan berbagai aturan-aturan tempat rehabilitasi dan pembinaan
yang ada di tempat rehabilitasi. kepada residen yunior. Residen akan
Tahapan ini dilakukan selama 2 (dua) menjalani proses ini selama satu bulan.
minggu pula. 5. Re-Entry Stage
4. Primary Stage Tahapan ini juga terbagi menjadi tiga
Pada tahapan ini terdapat 3 (tiga) bagian yaitu tahap “A”, tahap “B”, dan
proses yang harus dijalani oleh residen, tahap “C”. Pada tahap “A” residen akan
yaitu younger member, middle peer, dan melakukan tes bakat dan minat,
Jurnal Living Law ISSN 2087-4936 Volume 11 Nomor 1, Januari 2019 69

workshop atau outbound untuk asessment dan kemauan dari orangnya


menyiapkan mental dan percaya diri, untuk sembuh.”
dan pelatihan penyusunan rencana. Selain program rehabilitisi, Balai
Tahap ini akan dilakukan selama satu Rehabilitasi BNN Kabupaten Bogor juga
minggu. Tahap selanjunnya adalah memiliki program pasca rehabilitasi.
tahap “B”, pada tahapan ini Program ini diberikan kepada residen yang
dititikberatkan pada pelaksanaan telah melakukan rehabilitasi dan belum
rencana kegiatan yang telah disusun memiliki pekerjaan tetap. Pada program ini
pada tahapan sebelumnya dan akan residen akan dibekali keterampilan dan
didampingi oleh konseler atau pekerja pengalaman agar nantinya dapat
sosial. Evaluasi juga akan dilaksanakan mendapatkan pekerjaan setelah keluar dari
setiap hari setelah kegiatan tersebut Balai Rehabilitasi BNN Kabupaten Bogor.
terlaksana. Pada tahapan ini residen Ada beberapa tahap yang harus dijalankan
juga diperbolehkan untuk dikunjungi oleh residen pada program pasca
oleh keluarga yang dapat dilakukan rehabilitasi ini. Tahap tersebut adalah:
sewaktu-waktu bahkan residen pun 1. Tahap Orientasi Program
dapat pulang menginap bersama Tahap ini merupakan tahap persiapan
keluarga paling banyak empat kali. residen rentry menuju program pasca
Namun selama pulang menginap rehabilitasi. Tahap ini ditujukan untuk
residen akan diberikan buku saku memberikan pembekalan dan
untuk menuliskan berbagai pengenalan program sesuai jenis
kegiatannya selama pulang menginap program yang ada serta menjadikan
yang diketahui oleh salah satu anggota residen terbiasa dengan kondisi
keluarga. Tahap ini akan dijalankan lingkungan. Kegiatan pada tahap ini
selama satu minggu. Tahapan terakhir diarahkan pada:
adalah tahap “C”, pada tahapan ini a. Penyiapan mental dan percaya diri;
dititikberatkan kepada pelaksanaan b. Pemantapan disiplin diri yang
evaluasi secara menyeluruh, sosialisasi sudah dibektuk dalam tempat
program pasca rehabilitasi. Pada tahap rehabilitasi; dan
ini residen juga diperbolehkan untuk c. Pengenalan kondisi lingkungan
mendapat kunjungan dan pulang termasuk tata tertib yang berlaku.
menginap bersama keluarga. Tahap ini akan dijalani oleh residen
Jika diakumulasikan maka residen selama dua minggu.
akan menjalani rehabilitasi selama enam 2. Tahap Pelatihan dan Praktik
bulan. Residen juga diharuskan Tahap ini ditujukan untuk memberikan
melaksanakan semua tahapan tersebut, berbagai keterampilan residen dan
namun tidak semua residen menjalani dilanjutkan dengan praktik sampai
proses rehabilitasi selama enam bulan. Hal memperoleh dasil yang diharapkan.
ini juga dikemukakan oleh Bapak A dalam Kegiatan pada tahap ini diarahakan
wawancara yang dilakukan peneliti pada pada:
tanggal 10 Juli 2018 di Balai Rehabilitasi a. Pemberian keterampilan sesuai
BNN Kabupaten Bogor, yang menyatakan bakat dan minat;
bahwa:15 b. Praktik sesuai keterampilan yang
“Semua residen harus menjalani diberikan; dan
tahapan rehabilitasi dan itu dijalankan c. Integrasi sosial dengan masyarakat
bisa selama kurang dari enam bulan ada sekitar.
juga yang lebih, tergantung hasil Tahap ini akan dijalani oleh residen
selama empat minggu.
15Hasil wawancara dengan Bapak A selaku 3. Tahap Evaluasi Hasil dan Penyiapan
residen di Balai Rehabilitasi BNN Kabupaten Bogor , Praktik Kerja Lapangan.
pada tanggal 10 Juli 2018.
70 Muslikan, Et .al. Pelaksanaan Assesmen tentang Rehabilitasi ..

Tahap ini ditujukan untuk melakukan


evaluasi secara menyeluruh dan NO. JENIS JUMLAH RESIDEN
2013 2014 2015 2016 2017
penyiapan residen memasuki 1. Shabu 64 183 31 26 121
kehidupan yang sesungguhnya dengan 2. Ganja 7 37 16 2 1
berbekal keterampilan yang telah 3. Putauw 1 3 0 0 -
dimiliki selama mengikuti program 4. Inex 1 7 0 0 -
pasca rehabilitasi. Tahap ini 5. Destro 3 2 0 0 -
merupakan tahap terakhir pasca 6. Tramadol 2 21 1 1 3
7. > 1 Zat 42 83 141 112 7
rehabilitasi menuju rumah dampingan. Jumlah 120 339 189 141 132
4. Rumah Dampingan Sumber : BNN Kabupaten Bogor Tahun 2017.
Pada tahap ini residen tinggal di rumah Data di atas menunjukkan bahwa
dampingan dengan sesama residen narkotika jenis shabu merupakan salah
paling banyak berjumlah 10 (sepuluh) satu jenis yang paling banyak digunakan.
orang yang didampingi konselor atau Selain itu jumlah pecandu dan korban
pekerja sosial atau tenaga medis. Pada penyalahgunaan narkotika yang
tahap ini secara berkala residen juga menggunakan lebih dari 1 zat juga sangat
akan mengikuti tes urine. Beberapa tinggi. Hal ini membuktikan bahwa masih
kegiatan yang bisa diikuti residen banyak orang yang tertarik untuk
adalah: menggunakan narkotika.
a. Bekerja di Perusahaan; Seperti yang kita ketahui bersama,
b. Usaha Mandiri Produktif; dan narkotika seharusnya dapat menjadi salah
c. Usaha jasa. satu obat yang bermanfaat untuk
5. Rumah Mandiri kesehatan jika dikaji dari segi medis.
Hampir sama dengan rumah Namun, seiring keberadaannya narkotika
dampingan, tahap ini residen juga akan saat ini tidak hanya menjadi obat
tinggal di rumah mandiri bersama melainkan menjadi salah satu masalah
residen yang berjumlah maksimal 10 yang tidak ada habisnya. Banyaknya
(sepuluh) orang. Namun pada tahap ini elemen yang terlibat dalam peredaran
residen tidak lagi dimpingi oleh narkotika ini menjadikan sulit untuk
konselor atau pekerja sosial atau diberantas, tidak hanya warga asing yang
tenaga medis setiap hari melainkan menjadi pengedarnya bahkan tidak jarang
hanya dua kali seminggu saja. Tahap ini juga aparat kepolisian yang melakukan
tetap akan diadakan tes urine secara transaksi pengedaran ataupun sebagai
berkala. Kegiatan yang diikuti oleh pemakai.
residen juga sama seperti tahap Pada perkembangannya, korban
sebelumnya yaitu: penyalahgunaan narkotika semakin tahun
a. Bekerja di Perusahaan; semakin meningkat dan tidak lagi
b. Usaha Mandiri Produktif; dan memandang umur orang tersebut, pasien
c. Usaha jasa. pengguna narkotika dapat dilihat pada
Berdasarkan jenisnya narkotika telah tabel di bawah ini:
terbagi dari 3 (tiga) golongan sesuai tingkat TABEL 3
ketergantungan. Jika dilihat dari jenisnya, RESIDEN BERDASARKAN KELOMPOK
ada beberapa jenis narkotika yang paling USIA PENGGUNA NARKOTIKA
sering digunakan. Adapun jenis narkotika KABUPATEN BOGOR
yang paling sering digunakan oleh pecandu
dan korban penyalahgunaan narkotika, NO. USIA JUMLAH RESIDEN TOTAL
sebagai berikut: 2014 2015 2016 2017
1. <16 4 15 2 1 22
TABEL 2 tahun
JUMLAH RESIDEN BERDASARKAN ZAT 2. 16-20 26 76 46 39 187
YANG DIPAKAI tahun
3. 21-25 32 76 37 29 174
Jurnal Living Law ISSN 2087-4936 Volume 11 Nomor 1, Januari 2019 71

tahun 5. 31 – 35 Tahun 54 6 60
4. 26-30 32 67 34 31 164 6. 36 – 40 Tahun 26 3 29
tahun 7. > 40 Tahun 16 - 16
5. 31-35 18 64 41 25 148 8. Tidak Terdata - - -
tahun Jumlah 285 30 315
6. 36-40 4 21 19 9 53 Sumber : Balai Rehabilitasi Kabupaten Bogor Tahun
tahun 2017.
7. > 40 4 17 10 7 38
tahun
Pada Balai Rehabiltasi BNN Kabupaten
Jumlah 120 339 189 141 789 Bogor masih menunjukkan data yang sama
Sumber : BNN Kabupaten Bogor Tahun 2017. di tahun 2017. Dimana usia 15-20 Tahun
Berdasarkan data di atas menunjukkan masih terhitung terbanyak dari usia
bahwa kelompok usia 16-20 paling banyak lainnya. Penggunaan narkotika yang
menggunakan narkotika. Bahaya dari berlebihan dapat mengakibatkan
penyalahgunaan narkotika tersebut dapat ketergantungan pada si pemakai sehingga
berdampak pada pribadi si pemakai dan pecandu tersebut tidak mudah lepas dari
dapat pula berbahaya pada lingkungan penggunaan narkotika, pecandu
sosial terhadap masyarakat dan berdasarkan Pasal 1 angka 13 Undang-
lingkungan. Dampak yang ditimbulkan dari undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
pemakaiannyapun tidak main-main, Narkotika menjelaskan bahwa:
ketergantungan psikis yang diikuti oleh “Pecandu narkotika merupakan orang
kecanduan fisik dalam waktu lama, yang menggunakan atau
peningkatan depresi, berhalusinasi, hingga menyalahgunakan narkotika dan dalam
mengakibatkan penyakit kronis bahkan keadaan ketergantungan pada narkotika,
kematian. Semakin banyak orang yang baik secara fisik maupun psikis.”
memilih menggunakan narkotika sebagai Sedangkan ketergantungan pada suatu
jalan singkat untuk setiap masalah yang narkotika terdapat dalam Pasal 1 angka 14
dihadapi menjadikan keberadaan narkotika Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009
semakin subur, karena hal itulah, maka tentang Narkotika menjelaskan bahwa:
tidak jarang pecandu yang menggunakan “Ketergantungan narkotika adalah
narkotika tidak serta merta dapat bebas kondisi yang ditandai oleh dorongan
dari narkotika. Dilihat dari keadaannya untuk menggunakan narkotika secara
banyak faktor yang mendukung seseorang terus-menerus dengan takaran yang
untuk menggunakan narkotika baik secara meningkat agar menghasilkan efek yang
sengaja maupun tidak sengaja. sama dan apabila penggunaannya
Sedangkan data yang ada di lembaga dikurangi dan/atau dihentikan secara
rehabilitasi BNN Kabupaten Bogor tiba-tiba, menimbulkan gejala fisik dan
menunjukkan data yang tidak jauh berbeda psikis yang khas”.
dengan apa yang menjadi data otentik Dalam permasalahan narkotika, peran
pihak Badan Narkotika Nasional Kabupaten keluarga sangat diperlukan terhadap
Bogor. Lihat data di bawah ini: perkembangan seorang anak sehingga
TABEL 4 menjadi acuan terhadap individu-individu
JUMLAH PENYALAHGUNA NARKOBA DI yang terjerumus dalam permasalahan
BALAI REHABILITASI KABUPATEN narkotika ini. Keluarga seharusnya menjadi
BOGOR BERDASARKAN KELOMPOK hal terpenting dalam pencegahan dan
USIA TAHUN 2017 pengawasan dalam menggunakan
narkotika. Pengawasan dari orang tua
NO. KELOMPOK JENIS KELAMIN JUM menjadi sangat penting karena dengan
USIA LAKI- PEREM LAH
LAKI PUAN pengontrolan yang baik dari orang tua
1. < 15 Tahun - - - tentunya dapat membatasi gerak dari anak
2. 15 – 20 Tahun 73 3 76 ataupun anggota keluarga lain untuk tidak
3. 21 – 25 Tahun 63 10 73
terjerumus dalam permasalahan narkotika.
4. 26 – 30 Tahun 53 8 61
Namun ada pula orang yang menggunakan
72 Muslikan, Et .al. Pelaksanaan Assesmen tentang Rehabilitasi ..

narkotika ini berawal pada permasalahan penghasilan menengah ke penghasilan


keluarga, mulai dari perceraian yang yang tinggi. Hal ini membuktikan bahwa
terjadi pada orang tuanya sampai narkotika tidak memandang apapun
kurangnya perhatian yang dia dapatkan pekerjaan seseorang. Dari penelitian yang
sehingga memilih menggunakan narkotika saya lakukan data yang diberikan Balai
agar mendapatkan perhatian dari orang Rehabilitasi BNN Kabupaten Bogor
tuanya. menujukkan data sebagai berikut:
Meningkatnya kejahatan narkotika ini TABEL 6
pada umumnya disebabkan 2 (dua) hal, JUMLAH RESIDEN YANG ADA DI BALAI
yaitu: pertama, bagi para pengedar REHABILITASI BNN KABUPATEN BOGOR
menjanjikan keuntungan yang besar, SESUAI STATUS PEKERJAANNYA.
sedangkan bagi para pemakai menjanjikan
ketentraman dan ketenangan hidup, NO. KELOMPOK JENIS KELAMIN JUML
USIA LAKI- PEREM AH
sehingga beban psikis yang dialami dapat LAKI PUAN
dihilangkan. Kedua, janji yang diberikan 1. Pelajar 38 2 40
narkotika itu menyebabkan rasa takut 2. Mahasiswa - - -
terhadap resiko tertangkap menjadi 3. TidakBekerja 94 19 113
4. Buruh (Tani, 12 - 12
berkurang, bahkan sebaliknya akan Tukang, dsb)
menimbulkan rasa keberanian. Hal ini 5. PNS 8 - 8
menunjukkan bahwa kondisi ekonomi pun 6. TNI/ POLRI 10 - 10
7. Swasta 21 1 22
dapat mempengaruhi seseorang untuk 8. Wiraswasta 102 8 130
menggunakan narkotika. Jumlah residen Jumlah 285 30 315
yang ada di Balai Rehabilitasi BNN Sumber : Balai Rehabilitasi Kabupaten Bogor Tahun
Kabupaten Bogor sesuai tingkatan 2017.
pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut Data di atas menunjukkan peredaran
ini: gelap narkotika merambah semua jenis
TABEL 5 pekerjaan. Wiraswata masih bertender di
JUMLAH PENYALAHGUNA NARKOBA DI posisi pertama disusul dengan tidak
BALAI REHABILITASI BNN KABUPATEN bekerja (pengangguran). Ini membuktikan
BOGOR BERDASARKAN TINGKAT bahwa cenderung pemakai atau korban
PENDIDIKAN TAHUN 2017 penyalahgunaan narkotika bermotif coba-
coba diperjelas oleh salah satu residen
NO. KELOMPOK JENIS KELAMIN JUMLAH yang diwawancarai oleh penulis sendiri
USIA LAKI- PEREMPUAN menggungkapkan:
LAKI
1. SD 12 - 12 “Pada awalnya saya hanya mencoba
2. SMP 45 7 52 ketika ditawari oleh teman, rasa penasaran
3. SMA 176 20 196 (keingintahuan saya yang tinggi) akhirnya
4. Akademi 22 1 23
saya terjerumus satu kali mencoba,
5. Perguruan 30 1 31
Tinggi kemudian esok lagi dan akhirnya ketagihan
6. Tidak - - - barang tersebut.”
Terdata Penyalahgunaan narkotika seharusnya
Jumlah 285 29 314
Sumber: Balai Rehabilitasi Kabupaten Bogor Tahun
dapat diberantas. Namun, karena
2017. permasalahannya sangat kompleks yang
disebabkan oleh beberapa faktor sehingga
Hampir setiap hari media menyiarkan upaya penanggulangan yang dapat
beberapa berita tentang kasus peredaran dilakukan yaitu dengan upaya
gelap narkotika itu sendiri hingga komprehensif dan terpadu. Penyebaran
narkotika itu tidak memandang status informasi yang tepat akan bahaya
pekerjaan seseorang. Baik itu tingkatan narkotika dan penyuluhan adalah salah
penghasilan rendah ke menengah hingga satu upaya pencegahan yang dapat
Jurnal Living Law ISSN 2087-4936 Volume 11 Nomor 1, Januari 2019 73

ditempuh untuk memberantas narkotika. untuk mengontrol anggota keluarga.


Pada pembahasan ini penulis akan Sehingga anak tersebut mencari jalan
menguraikan faktor-faktor apa saja yang agar mendapatkan perhatian dari
dapat membuat seseorang dapat kedua orang tuanya dengan cara
menggunakan narkotika. Terdapat 5 (lima) menggunakan narkotika. Hal ini dapat
faktor pendorong orang menggunakan terjadi karena seorang anak cenderung
narkotika: memiliki tingkat emosi yang labil
1. Faktor Ketidaktahuan sehingga dalam pengambilan
Walaupun kejahatan narkotika keputusan dia tidak
merupakan hal yang harus diberantas mempertimbangkan baik buruknya
namun ada beberapa hal yang harus terlebih dahulu yang pada akhirnya
kita perhatikan. Faktor ketidaktahuan keputusan yang dia lakukan akan
ini merupakan salah satu faktor yang berdampak besar untuk kehidupannya.
tidak sedikit orang alami. Pengetahuan Untuk itu pengawasan dan perhatian
masyarakat yang kurang terhadap dari orang tua sangat berpengaruh
narkotika menjadi dasar faktor ini untuk perkembangan anak.
dapat menjadikan seseorang untuk 4. Faktor Ekonomi
menggunakan narkotika. Dalam hal Pada faktor ini, seseorang yang
inilah orang tersebut diketegorikan terjerumus menggunakan narkotika
sebagai korban penyalahgunaan yaitu seseorang yang berada pada
narkotika. Faktor ini merupakan faktor tingkat ekonomi yang rendah sampai
di mana seseorang sebetulnya tidak tinggi. Terkhusus bagi orang yang
menginginkan untuk terjebak dalam memiliki kondisi ekonomi yang rendah
permasalahan narkotika, namun biasanya menggunakan narkotika
dengan ketidaktahuannyalah yang karena tidak sanggup lagi menahan
menjerumuskannya kepenggunaan beban hidupnya yang sulit. Narkotika
narkotika dan pada akhirnya dijadikan sebagai jalan pintas untuk
mengalami ketergantungan. melupakan semua permasalahan yang
2. Faktor Coba-coba membebaninya. Sedangkan bagi orang
Orang yang mencoba-coba untuk yang memiliki ekonomi yang tinggi
menyalahgunakan narkotika biasanya dapat dengan mudah untuk membeli
memiliki sedikit pengetahuan tentang narkotika sesuka hatinya. Dengan
narkotika, bahaya yang ditimbulkan begitu banyaknya peredaran narkotika,
serta aturan hukum yang melarang maka dengan mudah orang tersebut
menyalahgunakan narkotika. Pada mendapatkan narkotika. Sehingga
kondisi ini, pecandu menggunakan ekonomi tinggi dan rendah juga
narkotika karena berdasar rasa ingin memiliki peluang yang tinggi untuk
tahu yang tinggi, meskipun telah menggunakan narkotika.
mengetahui dampak yang ditimbulkan 5. Faktor Lingkungan
dari penggunaannya. Biasanya orang Faktor yang terakhir adalah faktor
yang berada pada titik/situasi ini lingkungan di mana remaja tidak hanya
adalah remaja atau anak-anak yang hidup di lingkungan keluarga ataupun
masih memiliki rasa ingin tahu yang sekolah melainkan juga dalam
tinggi. masyarakat yang luas. Dengan semakin
3. Faktor Keluarga bebasnya pergaulan anak muda masa
Mungkin, dalam suatu keluarga kerap kini ditambah dengan berkurangnya
kali mengalami konflik yang moral dari generasi mudah kita
berakibatkan seseorang mengalami sehingga ada peluang seseorang
frustasi atau orang tua terlalu sibuk terjerumus menggunakan narkotika
sehingga jarang mempunyai waktu dikarenakan faktor lingkungan.
74 Muslikan, Et .al. Pelaksanaan Assesmen tentang Rehabilitasi ..

Terlebih lagi rasa persatuan yang tinggi ”(4) Penempatan dalam lembaga
dalam suatu kelompok menjadikan rehabilitasi medis dan/atau
seseorang diharuskan melakukan apa rehabilitasi sosial sebagaimana
yang dilakukan oleh anggota kelompok dimaksud pada ayat (3) merupakan
tersebut. Oleh karena itu, kondisi kewenangan penyidik, penuntut
dalam masyarakat juga mempengaruhi umum, atau hakim sesuai dengan
perilaku remaja, termaksud perilaku tingkat pemeriksaan setelah
yang berkaitan dengan mendapatkan rekomendasi dari Tim
penyalahgunaan narkotika. Dokter.
(5) Ketentuan penempatan dalam
B. PELAKSANAAN ASSESMEN TENTANG lembaga rehabilitasi medis dan/atau
REHABILITASI TERHADAP KORBAN rehabilitasi sosial sebagaimana
PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4)
DITINJAU DARI PERATURAN berlaku juga bagi korban
PERUNDANG-UNDANGAN penyalahgunaan narkotika.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai
Seorang pecandu dan korban pelaksanaan penempatan dalam
penyalahgunaan narkotika merupakan lembaga rehabilitasi medis dan/atau
korban dari narkotika sehingga ia pantas rehabilitasi sosial sebagaimana
disebut sebagai orang sakit. Akibat, seorang dimaksud pada ayat (3), ayat (4), dan
pecandu dan korban penyalahgunaan ayat (5) diatur oleh menteri setelah
narkotika wajib menjalani pengobatan berkoordinasi dengan instansi
dengan memasukannya ke lembaga terkait”.
rehabilitasi medis dan/atau rehabilitasi Munculnya assesmen sebagai sarana
sosial. untuk memperoleh informasi terkait
Penempatan pecandu dan korban narkotika dari pecandu dan korban
penyalahgunaan narkotika ke dalam penyalahguna narkotika dengan
lembaga rehabilitasi tersebut sesuai membentuk tim assesmen terpadu yang
dengan tujuan undang-undang dilandasi oleh Peraturan Bersama Ketua
sebagaimana telah diamanatkan dalam Mahkamah Agung Republik Indonesia,
Pasal 4 huruf d Undang-undang Nomor 35 Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Tahun 2009 tentang Narkotika. Pecandu Republik Indonesia, Menteri Kesehatan
dan korban penyalahgunaan narkotika. Republik Indonesia, Menteri Sosial
Selain itu, Pasal 127 Undang-undang Republik Indonesia, Jaksa Agung Republik
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Indonesia, Kepala Kepolisian Negara
juga dijadikan pedoman oleh hakim dalam Republik Indonesia dan Kepala Badan
menjatuhkan putusan rehabilitasi kepada Narkotika Nasional Republik Indonesia
pecandu dan korban penyalahgunaan Nomor: 01/PB/MA/III/2014, Nomor: 03
narkotika (walaupun tidak wajib) dengan Tahun 2014, Nomor: 11/Tahun 2014,
memperhatikan ketentuan Pasal 54, Pasal Nomor: 03 Tahun 2014, Nomor: PER-
55 dan Pasal 103 Undang-undang Nomor 005/A/JA/03/2014, Nomor: 1 Tahun 2014,
35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Undang- Nomor: PERBER/01/III/2014/BNN
undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang tentang Penanganan Pecanduu Narkotika
Narkotika secara spesifik penempatan dan Korban Penyalahgunaan Narkotikaa ke
rehabilitasi bagi pecandu dan Dalam Lembaga Rehabilitasi. Pecandu dan
penyalahgunaan narkotika yang sedang penyalahgunaan narkotika yang telah
dalam proses hukum juga diatur dalam memasuki wilayah hukum perlu tindakan
Pasal 13 ayat (4) sampai dengan ayat (6) yang cermat dan hati-hati melalui proses
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun assesmen terlebih dahulu dalam
2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor menentukan layak atau tidak pecandu dan
Pecandu Narkotika, berbunyi:
Jurnal Living Law ISSN 2087-4936 Volume 11 Nomor 1, Januari 2019 75

penyalahgunaan narkotika yang telah Hal ini tidak dilakukan oleh kepolisian
ditetapkan sebagai tersangka dan/atau ketika menangkap seorang tersangka kasus
terdakwa untuk ditempatkan ke dalam narkotika. Terhadap kasus tersebut,
lembaga rehabilitasi medis dan/atau kepolisian terlebih dahulu akan
rehabilitasi sosial. Secara singkat tujuan menyerahkan tersangka kepada tim
dari assesmen ialah untuk mengetahui assesmen terpadu untuk dapat ditentukan
sejauhmana tingkat kecanduan dan peran taraf kecanduannya dan untuk menentukan
pecandu dan penyalahgunaan narkotika seseorang tersebut memang layak untuk
dalam kejahatan narkotika.16 mendapatkan tindakan rehabilitasi. Hal
Tindakan assesmen yang berujung tersebut sesuai dengan Pasal 8 ayat (3)
pada rehabilitasi sudah dapat dimulai pada Peraturan Kepala Badan Narkotika
tahapan penyidikan. Kewenangan untuk Nasional Nomor 11 Tahun 2014 tentang
melakukan penyidikan terhadap kejahatan Tata Cara Penanganan Tersangka dan/atau
narkotika ialah Badan Narkotika Nasional Terdakwa Pecandu Narkotika dan Korban
(BNN) dan Kepolisian Negara Republik Penyalahgunaan Narkotika ke Dalam
Indonesia.17Proses assesmen yang terjadi Lembaga Rehabiliasi, berbunyi:20
pada tahapan penyidikan baik yang ”Assesmen sebagaimana yang
dilakukan oleh BNN dan Kepolisian ialah dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
sama.18 Kesamaan tersebut disebabkan berdasarkan permohonan penyidik
karena polisi dan BNN (Kejaksaan dan kepada tim assesmen terpadu”.
Kementerian Hukum dan HAM) tergabung Seorang yang dilakukan penangkapan
dalam tim hukum yang terdapat pada tim terhadap dirinya atas tindak pidana
assesmen terpadu. narkotika jika penyidik memohonkan
Sejak diberlakukan Peraturan Bersama asesmen maka mekanisme pelaksanaan
di atas, proses penyidikan narkotika di asesmen oleh tim asesmen terpadu, yaitu:
kepolisian terhadap pecandu yang 1. Tim assesmen terpadu melaksanakan
melaporkan diri akan direkomendasikan asesmen atas permohonan tertulis dari
untuk mendatangi Institusi Penerima Wajib penyidik. Penyidik mengajukan
Lapor (IPWL) untuk dilakukan assesmen permohonan paling lama 1 x 24 (satu
untuk menentukan taraf kecanduannya kali dua puluh empat jam) setelah
sebagai penentu waktu rehabilitasinya.19 penangkapan. Tim assesmen memiliki
tugas sebagaimana telah dituliskan
dalam Bab II Sub bab A angka 3, yaitu:
16 Pasal 18 ayat (4) Peraturan Kepala Badan a. Assesmen dan analisis medis,
Narkotika Nasional No. 11 Tahun 2014 tentang Tata psikologi, serta merekomendasi
Cara Penanganan Tersangka dan/atau Terdakwa rencana terapi dan rehabilitasi
Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan
seseorang yang ditangkap
Narkotika ke Dalam Lembaga Rehabiliasi, berbunyi:
Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan/atau tertangkap tangan.
disampaikan kepada Penyidik yang meliputi: 1) Assesmen dilakukan oleh minimal
Peran tersangka sebagai: a) Pecandu dengan tingkat 2 (dua) orang anggota tim medis.
ketergantungannya terhadap Narkotika; b) Pecandu Assesmen yang dimaksud pada
merangkap sebagai pengedar atau terlibat dalam
tahapan ini meliputi:
jaringan peredaran gelap Narkotika; dan c) Korban
Penyalahgunaan Narkotika. 2) Rencana rehabilitasi 1) Wawancara, tentang riwayat
sesuai dengan tingkat ketergantungan narkotika. kesehatan, riwayat
17 Ibid. penggunaan narkotika, riwayat
18Wawancara dengan Kepala Badan Narkotika
pengobatan dan perawatan,
Nasional Kabupaten Bogor, Pada tanggal 7 Maret
2018.
19Dani Krinawati & Niken Subekti Budi Utami, Indonesia, Yogyakarta: Hasil Penelitian Fakultas
Pelaksanaan Rehabilitasi Bagi Pecandu Narkotika Hukum Universitas Gadjah Mada, 2014, Hlm. 28.
Pada Tahap Penyidikan Pasca Berlakunya Peraturan 20Pasal 8, Op.Cit., Peraturan Kepala Badan

Bersama 7 (Tujuh) Lembaga Negara Republik Narkotika Nasional No. 11 Tahun 2014.
76 Muslikan, Et .al. Pelaksanaan Assesmen tentang Rehabilitasi ..

riwayat psikiatris, serta 5) Telaahan penerapan pasal-


riwayat keluarga dan sosial pasal Undang-undang Nomor
tersangka dan/atau terdakwa; 35 Tahun 2009 tentang
2) Observasi atas perilaku Narkotika dan Surat Edaran
tersangka; dan Mahkamah Agung Nomor 4
3) Pemeriksaan fisik dan psikis.21 Tahun 2010 tentang
Hasil pemeriksaan tim dokter Penempatan Penyalah Guna
di atas dituangkan dalam Narkotika ke Dalam Lembaga
bentuk hasil assesmen tim Rehabilitasi Medis dan
dokter untuk kepentingan Rehabilitasi Sosial dan Surat
peradilan dan ditandatangani Edaran Jaksa Agung Nomor SE-
oleh tim dokter yang 002/A/JA/02/2013 tentang
melakukan assesmen. Hasil Penempatan Korban
assesmen tim dokter menjadi Penyalahgunaan Narkotika ke
bahan rekomendasi tim Lembaga Rehabilitasi Medis
asesmen terpadu yang berisi dan Rehabilitasi Sosial.23
tingkat ketergantungan 6) Hasil analisis tim hukum
penyalahgunaan narkotika, dituangkan dalam bentuk hasil
tempat dan lama rehabilitasi assesmen sesuai dengan
sesuai dengan rencana format instrumen hukum
terapi.22 untuk kepentingan peradilan
b. Analisis terkait dengan seseorang dan ditandatangani oleh tim
yang ditangkap dan/atau hukum yang melakukan
tertangkap tangan dalam kaitan assesmen. Hasil assesmen tim
peredaran gelap narkotika dan hukum menjadi bahan
penyalahgunaan narkotika. rekomendasi tim assesmen
Assesmen dilakukan oleh minimal terpadu berupa status
2 (dua) orang anggota tim hukum. tersangka dan/atau terdakwa
Assesemen yang dimaksud pada dan kelanjutan proses
tahapan ini meliputi: hukumnya.24
1) Pencocokkan identitas 2. Petugas sekretariat tim assesmen
Tersangka, antara lain: photo, menyampaikan surat pemberitahuan
sidik jari, ciri- ciri fisik, dan pelaksanaan assesmen kepada
nama/alias, dengan data pimpinan langsung di instansi masing-
jaringan Narkotika yang ada di masing sesuai dengan pengajuan
database BNN dan Polri; assesmen. Dalam mendukung
2) Analisis data intelijen terkait, pelaksanaan tugas tim assesmen
jika ada; terpadu diperlukan sekretariat dan
3) Riwayat keterlibatan pada petugas administrasi 2 (dua) orang
tindak kriminalitas; yang ditetapkan oleh kepala BNN
4) Menelaah Berita Acara sesuai dengan tempat dibentuknya tim
Pemeriksaan Tersangka yang assesmen terpadu.25
terkait dengan perkara 3. Tim assesmen terpadu melakukan
lainnya; dan assesmen maksimal 2x24 (dua kali dua
puluh empat) jam, selanjutnya hasil
assesmen dari tim dokter dan tim
21Badan Narkotika Nasional, Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Assesmen Terpadu Bagi Pecandu dan
Korban Penyalahgunaan Narkotika Dalam Poses 23 Pasal 16, Op.Cit., Peraturan Kepala Badan

Hukum, Jakarta: Deputi Bidang Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional No. 11 Tahun 2014.
Narkotika Nasional, 2015, Hlm. 4. 24 Badan Narkotika Nasinal, Op.Cit, Hlm. 5.
22 Ibid. 25 Ibid, Hlm. 6.
Jurnal Living Law ISSN 2087-4936 Volume 11 Nomor 1, Januari 2019 77

hukum disimpulkan paling lama hari Apabila dalam hal kondisi mendesak
ketiga. pemeriksaan dapat dilakukan di kantor
4. Hasil assesmen yang didapat dari penyidik yang mengajukann
masing-masing tim assesmen dibahas permohonan.
pada pertemuan pembahasan kasus 6. Pelaksanaan assesmen oleh tim hukum
(case conference) pada hari keemat dilakukan di sekretariat tim assesmen
untuk ditetapkan sebagai rekomendasi terpadu dan apabila dalam hal kondisi
tim assesmen terpadu. Rekomendasi mendesak pemeriksaan dapat
tim assesmen terpadu berisi dilakukan di kantor penyidik yang
keterangan mengenai peran tersangka mengajukan permohonan.n
dan/atau terdakwa, tingkat 7. Guna memperoleh data yang akurat
ketergantungan penyalahgunaan dan mengoptimalkan hasil assesmen
narkotika, rekomendasi kelanjutan maka proses assesmen perlu dilakukan
proses hukumnya dan tempat serta dalam ruangan yang dapat menjaga
lamanya waktu rehabilitasi. privasi dan tidak dihadiri oleh pihak
Rekomendasi tim assesmen terpadu ketiga baik keluarga, profesional lain
ditandatangani oleh ketua tim kecuali kasus-kasus tertentu.
assesmen terpadu. Demi kepentingan 8. Tim assesmen terpadu melaksanakan
proses pengadilan, hasil rekomendasi tugasnya dan memberikan
tim assesmen terpadu yang rekomendasi hasil assesmen dalam
dilampirkan pada berkas tersangka jangka waktu paling lama 6 (enam)
harus asli bukan dalam bentuk foto hari kepada penyidik untuk dilaporkan
copy. Ketua tim assesmen terpadu tertulis kepada pengadilan negeri
memiliki tugas, sebagai berikut: setempat.28
a. Memimpin pembahasan kasus 9. Hasil dari penilaian tim assesmen
(case conference), yaitu membahas terpadu merupakan dasar bagi
hasil assesmen tim dokter dan tim penyidik BNN dalam menentukan
hukum yang selanjutnya akan seorang tersangka pecandu narkotika
menjadi rekomendasi tim direhabilitasi di lembaga rehabilitasi
assesmen terpadu, atau ia direhabilitasi di rutan karena
b. Menandatangani hasil posisinya yang tidak hanya sebagai
rekomendasi berdasarkan hasil pecandu narkotika namun juga
pembahasan kasus.26 pengedar, kurir, atau bandar.
5. Pelaksanaan assesmen oleh tim dokter Evaluasi terhadap masa kerja tim
dilakukan di Institusi Penerima Wajib assesmen terpadu dilaksanakan setiap 1
Lapor (IPWL)27 yang telah ditetapkan (satu) tahun secara priodik dan apabila
oleh Kementerian Kesehatan dan/atau dipandang perlu dapat dilakukan kurang
disekretarat tim assesmen terpadu. dari 1 (satu) tahun. Evaluasi dilakukan oleh
tim evaluasi yang terdiri dari perwakilan
26
Ibid. Badan Narkotika Nasional, Kementerian
27 Pengaturan Wajib Lapor Pecandu Narkotika Kesehatan, Kementerian Sosial, Kejaksaan
bertujuan untuk: a) Memenuhi hak Pecandu
RI, Kepolisian Republik Indonesia untuk
Narkotika dalam mendapatkan pengobatan
dan/atau perawatan melalui rehabilitasi medis dan tingkat pusat dan Badan Narkotika
rehabilitasi sosial; b) Mengikutsertakan orang tua, Nasional Provinsi/Badan Narkotika
wali, keluarga, dan masyarakat dalam Nasional Kabupaten/Kota, Dinas
meningkatkan tanggung jawab terhadap Pecandu
Narkotika yang ada di bawah pengawasan dan
bimbingannya; dan c) Memberikan bahan informasi
bagi Pemerintah dalam menetapkan kebijakan di
bidang pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika.
(Pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2011). 28 Badan Narkotika Nasional, Op.Cit, Hlm. 6-7.
78 Muslikan, Et .al. Pelaksanaan Assesmen tentang Rehabilitasi ..

Kesehatan, Dinas Sosial, Kejati/Kejari dan undangan. Namun, tidak menutup


Polda/ Polres untuk tingkat daerah.29 kemungkinan kekurangan itu selalu
Ketua tim assesmen terpadu membuat ada dalam menjalankan aturan
laporan setiap 1 (satu) bula sekali. Laporan tersebut.
disampaikan kepada Deputi Bidang 2. Pelaksanaan assesmen terhadap
Rehabilitasi c.q Direktorat Penguatan korban penyalahgunaan narkotika
Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah pada Kepolisian Republik Indonesia
dengan tembusan masing-masing instasi sama dengan yang dilaksanakan oleh
terkait oleh ketua tim assesmen terpadu Badan Narkotika Nasional, yaitu jika
sebelum tanggal 10 (sepuluh) bulan korban penyalahguna atau pecandu
berikutnya dengan menggunakan formulir narkotika melakukan pelaporan tanpa
pencatatan dan pelaporan menggunakan proses penangkapan maka pihak
format yang telah ditetapkan oleh Badan Kepolisian akan
Narkotika Nasional.30 Pelaksanaan mengarahkan/merekomendasi
monitoring pada kasus-kasus yang sudah langsung ke Institusi Penerima Wajib
masuk ke dalam proses peradilan maka Lapor (IPWL) dan jika korban
jaksa penuntut umum harus penyalahguna atau pecandu narkotika
memberitahukan hasil persidangan serta tertangkap oleh pihak Kepolisian maka
putusan hakim kepada ketua tim assesmen prosesnya, penerimaan permohonan
terpadu. 31 assesmen dari penyidik paling lama
Petugas assesmen berhak mendapat 1x24 (satu kali dua puluh empat) jam.
perlindungan atas keselamatan dirinya dari
institusi yang memerintahkan. Apabila SARAN
terjadi tindak kekerasan dan/atau tindakan
lainnya yang membahayakan petugas 1. Peran dari berbagai pihak pun
assesmen maka petugas assesmen wajib terutama orang tua sangat diperlukan
melaporkan diri kepada pihak yang untuk mengawasi perkembangan
berwajib untuk medapatkan perlindungan pertumbuhan anggota keluarganya
sesuai dengan ketentuan perundang- agar tidak terjerumus barang haram
undangan. Pada kondisi di mana pecandu tersebut. Karena setiap orang memiliki
dan korban penyalahgunaan narkotika tanggung jawab untuk menanggulangi
melarikan diri pada saat dilaksanakannya meningkatnya korban dari
assesmen menjadi tanggung jawab penyalahgunaa dan peredaran gelap
penyidik.32 narkotika.
2. Hendaknya dalam persoalan assesmen
KESIMPULAN yang dilakukan oleh tim assesmen
terpadu memberi porsi yang sama
Berdasarkan hasil penelitian dan kepada penyidik yang dapat
pembahasan di atas, maka dapat diambil menangani kasus narkotika baik Badan
kesimpulan sebagai berikut: Narkotika Nasional maupun
1. Proses penerapan rehabilitasi bagi Kepolisian, misalnya ketua tim
pecandu dan korban penyalahgunaan assesmen terpadu tidak selalu harus
narkotika oleh Balai Rehabilitasi berasal dari Badan Narkotika Nasional
Narkotika Kabupaten Bogor sudah tetapi juga dapat dari Kepolisian agar
sesuai dengan peraturan perundang- kinerja dapat lebih maksimal.

29 Wawancara dengan Kepala Badan Narkotia


Nasional Kabupaten Bogor, Pada Tanggal 7 Maret
2018.
30 Ibid.
31 Ibid.
32 Ibid.
Jurnal Living Law ISSN 2087-4936 Volume 11 Nomor 1, Januari 2019 79

UCAPAN TERIMA KASIH

-----

DAFTAR PUSTAKA
A. Buku:

Badan Narkotika Nasional, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Remaja, Jakarta:


Badan Narkotika Nasional, 2011.

----------, Petunjuk Teknis Pelaksanaan Assesmen Terpadu Bagi Pecandu dan Korban
Penyalahgunaan Narkotika Dalam Poses Hukum, Jakarta: Deputi Bidang Rehabilitasi
Badan Narkotika Nasional, 2015.

Dani Krinawati & Niken Subekti Budi Utami, Pelaksanaan Rehabilitasi Bagi Pecandu
Narkotika Pada Tahap Penyidikan Pasca Berlakunya Peraturan Bersama 7 (Tujuh)
Lembaga Negara Republik Indonesia, Yogyakarta: Hasil Penelitian Fakultas Hukum
Universitas Gadjah Mada, 2014.

Edy Karsono, Mengenal Kecanduan Narkoba & Minuman Keras, Bandung: CV. Yrama Widya,
2004.

Ninik Widiyanti dan Yulius Waskita, Kejahatan dalam Masyarakat dan Pencegahannya,
Jakarta: Bina Aksara, 1987.

Saharudin Bangko, Tim Asesmen Terpadu, Makalah, Diselenggarakan Oleh Badan Nasional
Narkotika Tanjung Balai, Tanjung Balai, 2015.

Salim, HS., Erlis Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan
Disertasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013.

Suteki, Masa Depan Hukum Progesif, Yogyakarta: Thafa Media, 2015.

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 04 Tahun 2010 tentang Penempatan


Penyalahgunaan, Korban Penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika ke Dalam Lembaga
Rehabilitas Medis dan Rehabilitas Sosial.

C. Internet
80 Muslikan, Et .al. Pelaksanaan Assesmen tentang Rehabilitasi ..

“Lakka Zombie dan Indonesia Darurat Narkoba”, https://news.detik.com/berita/d-


3569388/flakka-zombie-dan-indonesia-darurat-narkoba, Diakses tanggal 30 Juni
2018.

“Sejarah Indonesia Singkat Penderitaan”, http://sejarahrakyat.blogspot.co.id/2015/09/-


sejarah-indonesia-singkat-penderitaan.html, Diakses tanggal 5 Juni 2018.

You might also like