Professional Documents
Culture Documents
net/publication/343052489
CITATIONS READS
0 34
2 authors, including:
Fidiana Fidiana
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya, Indonesia
30 PUBLICATIONS 33 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Fidiana Fidiana on 22 February 2021.
Abstract
This research aimed to examine empirically the effect of morale intensity, professional commitment,
and fraud seriousness rate on the intention of whistleblowing of Regional Revenue Agency of East
Java Province, city of Surabaya. Moreover, the data collection technique used purposive sampling. In
line with, there were 112 employees as sample. However, only 103 employees who returmed the
questionnaires, Furthermore, the data analysis technique used multiple linear regression with IBM
SPSS 16. The research result concluded morale intensity, professional commitment, and fraud
seriousness rate had positive effect on the intention of whistleblowing. This fact could be seen from
the morale intensity which used as behavior control in having intention of whistleblowing. In
addition, professional commitment or high dedication on its profession based on the ethics standard
could be used in order to avoid the fraud. In other words, the higher the fraud seriousness rate, the
more intensity of whistleblowing would occur.
Keywords: Fraud seriousness rate, Moral intensity, Professional commitment, Whistleblowing.
Abstrak
Kajian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris pengaruh intensitas moral, komitmen
profesional, dan tingkat keseriusan kecurangan terhadap niat untuk whistleblowing. Kajian dilakukan
pada Badan Pendapatan Daerah Jawa Timur Kota Surabaya. Teknik pengambilan sampel dengan
metode purposive sampling menghasilkan 112 sampel, namun hanya 103 sampel kuesioner yang
lengkap dan layak diujikan. Analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda. Berdasarkan
hasil pengolahan data dengan IBM SPSS versi 16 menunjukkan bahwa intensitas moral, komitmen
profesional, dan tingkat keseriusan kecurangan berpengaruh positif terhadap niat untuk
whistleblowing. Hal ini menunjukkan bahwa intensitas moral dapat menjadi kontrol perilaku dalam
mengambil keputusan untuk whistleblowing. Selain itu, komitmen profesional atau rasa dedikasi yang
tinggi terhadap profesinya seiring dengan standar etika dapat mengambil sikap untuk menghindari
adanya kecurangan yang terjadi dan seriusnya tindakan kecurangan yang sangat berpotensi merugikan
lembaga akan meningkatkan niat untuk melakukan whistleblowing. menunjukkan bahwa besar dan
seriusnya tindakan kecurangan yang sangat berpotensi merugikan lembaga dan bahkan pada negara,
maka tentunya hal ini yang semakin mendorong setiap karyawan untuk melakukan tindakan
whistleblowing karena baginya, perusahaan akan terkena dampak berupa kerugian yang bersifat besar
dan serius
Katakunci: Intensitas moral, Keseriusan kecuranngan, Komitmen profesional, Whistleblowing.
Cronicle of Article: Received (April 2020); Revised (May 2020); and Published (June 2020).
©2019 Jurnal Kajian Akuntansi Lembaga Penelitian Universitas Swadaya Gunung Jati.
Profile and corresponding author: Ratna Arizka Primasari and Fidiana are from Accounting Study Program,
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Surabaya.
Corresponding Author: fidiana@stiesia.ac.id.
How to cite this article: Primasari, R. A., & Fidiana, F. (2020). Whistleblowing berdasarkan Intensitas Moral,
Komitmen Profesional, dan Tingkat Keseriusan Kecurangan. Jurnal Kajian Akuntansi, 4 (1), 63-77.
Page 63
Ratna Arizka Primasari, Fidiana
Whistleblowing berdasarkan Intensitas Moral, Komitmen Profesional, dan Tingkat Keseriusan Kecurangan
Page 64
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 1 2020, 63-77
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/jka
apakah akan meniup peluit atau dimilikinya (Setiawati & Sari, 2016).
membiarkan saja kecurangan terjadi Penelitian sebelumnya yang dilakukan
(Iskandar & Saragih, 2018). oleh (Hariyani & Putra, 2018; Nur &
Beberapa kajian mengemukakan Hamid, 2018; Zanaria, 2016) menyatakan
ketidaksediaan menjadi whistleblower bahwa komitmen profesional memiliki
karena enggan dianggap penghianat, tidak pengaruh positif terhadap niat untuk
etis, tidak loyal, tidak setia terhadap whistleblowing. Sehingga, semakin tinggi
organisasi dan rekan kerja (Farooqi, Abid, komitmen profesional individu, maka niat
& Ahmed, 2017). Pelapor juga seringkali untuk whistleblowing akan meningkat
menerima ancaman kehidupan pribadi dan pula. Penelitian sebelumnya yang
keluarganya. Selain itu, pelaku tindak dilakukan oleh (Lestari & Yaya, 2017; F.
kecurangan seringkali lolos hukum. C. P. Mulfag & Serly, 2019; Wakerkwa et
Alasan-alasan tersebut akan mendistorsi al., 2018) menyatakan bahwa komitmen
niat whistleblowing. Praktis, setiap profesional memiliki pengaruh positif
individu akan merespon secara berbeda terhadap niat untuk whistleblowing.
saat mengetahui adanya indikasi tindak Kajian tentang whistleblowing telah
kecurangan atau penyelewengan. banyak dilakukan termasuk pada sektor
Individu berhadapan dengan persepsi, privat dan sektor publik. Kajian ini
faktor situasi, dan faktor dalam diri objek berbeda dengan kajian whistleblowing
atau target yang membentuk unsur-unsur sebelumnya dengan menambahkan tingkat
penilaian baik atau buruknya suatu keseriusan kecurangan. Terjadinya
perilaku (Robbins & Judge, 2017). kecurangan yang dapat memberikan
Saat individu menganggap kecurangan itu dampak berupa kerugian kecil hingga
merupakan tindakan ilegal dan buruk, kerugian besar yang mencakup seluruh
maka keinginan melakukan whistleblowing lingkungan organisasi. Dampak yang
untuk mencegah kecurangan akan muncul diberikan kepada organisasi diacu oleh
sehingga akan melakukan tindakan keseriusan kecurangan yang telah
whistleblowing. Penilaian setiap individu dilakukan oleh pihak terkait. Individu akan
akan berbeda sesuai intensitas moral yang termotivasi untuk melakukan whistle-
dimiliki masing-masing individu. blowing guna menghentikan atau
Penelitian sebelumnya yang dilakukan mencegah kerugian yang lebih besar jika
oleh (Hariyani & Putra, 2018; Setiawati & kecurangan yang terjadi memiliki dampak
Sari, 2016; Zanaria, 2016) menyatakan yang sangat besar dan memungkinkan
bahwa intensitas moral memiliki pengaruh terjadinya kerugian. Kajian tingkat
positif terhadap niat untuk whistleblowing. keseriusan kecurangan sebelumnya banyak
Hal tersebut bisa disimpulkan bahwa dikaitkan dengan pengendalian internal,
semakin tinggi intensitas moral yang kajian ini merelasikan dengan niat untuk
dimiliki individu niat untuk whistleblowing.
whistleblowing akan meningkat pula. Kajian ini dilakukan pada Badan
Whistleblower meminimalisir kecurangan Pendapatan Daerah Jawa Timur Kota
dengan melakukan whistleblowing Surabaya, yang merupakan salah satu unit
bertujuan menjaga keberlangsungan penting pengelola keuangan di Kota
organisasi tempat ia bekerja. Sehingga, Surabaya. Sebagai satuan kerja yang
tindakan yang dilakukan berdasarkan kegiatan operasionalnya berkaitan dengan
standar etika dan profesional yang uang, unit ini sangat rawan terjadi tindak
mencakup tanggungjawabnya dengan kecurangan. Kajian whistleblowing dengan
berdedikasi terhadap pekerjaan yang konsep TPB (theory of planned behavior),
diukur dari komitmen profesional dalam menurut penelusuran penulis jarang
kecakapan dan pengetahuan yang diaplikasikan pada perilaku aparatur sipil
Page 65
Ratna Arizka Primasari, Fidiana
Whistleblowing berdasarkan Intensitas Moral, Komitmen Profesional, dan Tingkat Keseriusan Kecurangan
Page 66
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 1 2020, 63-77
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/jka
sehingga whistleblower akan terdorong tinggi pula niat untuk melakukan tindakan
untuk melaporkan dugaan pelanggaran whistleblowing (Husniati, 2017; Setiawati
kepada pihak internal (Mohd Noor & & Sari, 2016; Zanaria, 2016).
Mansor, 2019; Near & Miceli, 2016). Dari Individu yang memiliki komitmen
temuan tersebut, maka dapat dihubungkan profesional yang kuat dengan mematuhi
dengan prosocial organizational behavior aturan yang ada sebagai standar
theory. tingkat materialitas kecurangan perilakunya cenderung akan melaporkan
maka akan semakin tinggi konsekuensi tindakan pelanggaran dalam organisasi
yang merugikan atau membahayakan baik untuk melindungi profesi mereka
berbagai pihak, sehingga pelanggaran sendiri atau membasmi pelanggaran demi
tersebut merupakan salah satu faktor kepentingan publik (Janitra, 2017; Joneta,
pemicu seseorang untuk berperilaku 2016; Nur & Hamid, 2018; Setiawati &
prososial untuk melakukan whistleblowing Sari, 2016).
(Wakerkwa, Falah, & Safkaur, 2018). Semakin tinggi komitmen profesional
Intensitas moral berasal dari pemikiran maka semakin tinggi pula mereka
individu seberapa baik dan seberapa buruk cenderung menganggap whistleblowing
dari suatu perilaku yang akan dilakukan menjadi hal yang penting serta
(Setiawati & Sari, 2016). Semakin tinggi kemungkinan mereka melakukan
intensitas moral seseorang, maka intensi whistleblowing pun semakin tinggi.
melakukan whistleblowing semakin Berkomitmen terhadap profesi berarti
meningkat. Seseorang yang memiliki memiliki keyakinan bahwa profesi yang
intensitas moral yang tinggi akan lebih dilakukan dapat memberikan hal yang baik
cenderung untuk melaporkan tindakan bagi diri seseorang (Yulianto, 2015).
pelanggaran yang terjadi dikarenakan Keseriusan kecurangan dapat diartikan
mereka memiliki rasa tanggungjawab sebagai dampak yang ditimbulkan dari
untuk melaporkannya dan sebaliknya adanya suatu pelanggaran baik secara
apabila intensitas moral seseorang rendah ukuran finansial maupun non finansial
maka dia tidak memiliki rasa tanggung (Lestari & Yaya, 2017).
jawab untuk melaporkan tindakan Persepsi tiap anggota organisasi terhadap
pelanggaran yang terjadi (Nur & Hamid, tingkat keseriusan kecurangan dapat saja
2018). berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Untuk menjadi whistleblower, individu Pembentuk persepsi tingkat keseriusan
harus memiliki komponen kognitif atau kecurangan selain berkaitan dengan
keyakinan (salien belief) bahwa besaran nilai kecurangan, juga tidakdapat
whistleblowing merupakan suatu tindakan dipisahkan dari jenis kecurangan yang
yang memiliki manfaat yaitu untuk terjadi (Bagustianto & Nurkholis, 2015).
melindungi organisasi, memberantas Disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat
korupsi, memunculkan efek jera, keseriusan kecurangan yang dapat
menumbuhkan budaya antikorupsi, mengakibatkan kerugian yang besar maka
menghasilkan manfaat pribadi seperti semakin tinggi niat untuk whistleblowing
reputasi, reward dan sebagainya (Lestari & Yaya, 2017; Marliza, 2018;
(Bagustianto & Nurkholis, 2015). Prasetyo et al., 2017).
Disimpulkan bahwa semakin tinggi Model penelitian ditunjukkan pada gambar
intensitas moral yang dimiliki, semakin berikut:
Page 67
Ratna Arizka Primasari, Fidiana
Whistleblowing berdasarkan Intensitas Moral, Komitmen Profesional, dan Tingkat Keseriusan Kecurangan
Page 68
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 1 2020, 63-77
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/jka
profesi yang dimaksud. Indikator yang kecurangan pada kasus markup realisasi
digunakan dalam penelitian ini adalah belanja diturunkan (menjadi 0,2%).
indikator yang dikembangkan oleh Whistleblowing merupakan tindakan
(Setyadi, 2008). Indikator tersebut yaitu pengungkapan kecurangan baik ke internal
kecintaan dan komitmen terhadap profesi, maupun eksternal yang dilakukan oleh
kinerja tugas profesi pegawai, anggota organisasi. Whistleblowing dalam
pengembangan karir profesi pegawai, penelitian ini menggunakan indikator yang
pandangan mengenai profesi sebagai dilakukan oleh (Hasanah, 2017) yaitu niat,
pegawai, tanggungjawab pegawai terhadap keinginan, rencana, usaha keras internal
profesinya. whistleblowing, usaha keras external
Dalam organisasi, anggota yang whistleblowing.
mengetahui atapun mengamati adanya Populasi penelitian adalah seluruh pegawai
tindakan wrongdoing atau kecurangan, yang bekerja di Badan Pendapatan Daerah
terlebih lagi jika tindakan wrongdoing Jawa Timur Kota Surabaya. Teknik
tersebut bersifat serius, maka ia akan lebih pengambilan sampel untuk penelitian ini
cenderung ingin melakukan tindakan yaitu menggunakan teknik purposive
whistleblowing (Miceli & Near, 1985). samplin dan dapat disebut sebagai
Variabel ini akan menggunakan indikator judgment sampling (Sanusi, 2014).
seperti yang telah dilakukan oleh (Sabang, Adapun kriteria yang digunakan untuk
2013; Winardi, 2013). Pengukuran memilih sampel dalam penelitian ini, yaitu
tersebut menggunakan model kuesioner pegawai yang berpengalaman masa kerja
dan manipulasi dalam bentuk kasus cerita, minimal 5 tahun di bidang perkejaan yang
namun dimodifikasi sesuai dengan tetap, pegawai yang sudah berusia 30
keadaan setempat. Kasus diceritakan tahun, pegawai dengan status sebagai
dalam skenario yang realistis dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun
memungkinkan responden untuk Pegawai Tidak Tetap (PTT), pegawai yang
menempatkan diri dalam posisi karakter memiliki jabatan minimal golongan III
yang digambarkan dalam skenario yaitu (tiga) atau minimal telah menempuh
sebagai kasus yang digambarkan sebagai pendidikan formal D4 atau setara dengan
kasus kecurangan markup realisasi belanja S1. Dengan beberapa kriteria yang telah
yang umum terjadi di Indonesia dengan ditetapkan maka sampel yang digunakan
nilai materialitas kecurangan yang sebesar sebanyak 112 responden sebagaimana
9%. Kemudian ditanyakan bagaimana disajikan pada tabel berikut:
penilaian responden apabila materialitas
Page 69
Ratna Arizka Primasari, Fidiana
Whistleblowing berdasarkan Intensitas Moral, Komitmen Profesional, dan Tingkat Keseriusan Kecurangan
Sebelum melakukan uji hipotesis, peneliti jawaban yang diisi oleh responden. Kelas
melakukan analisis statistik deskriptif interval disajikan pada tabel 2.
terlebih dahulu. Analisis deskriptif Berdasarkan tabel analisis deskriptif dapat
berfungsi untuk menggambarkan atau dijelaskan bahwa intensitas moral (IM)
mendeskripsikan penelitian pada objek memiliki nilai minimum sebesar 3 dan
dengan data yang telah dikumpulkan, nilai maksimum sebesar 5, serta rata-rata 4
tanpa bermaksud membuat kesimpulan dan standar devisiasi 0,41. Artinya,
untuk umum (Sugiyono, 2016). Tabel hasil memiliki nilai terendah dari jawaban
statistik deskriptif yang telah berisi responden adalah 3 atau dinyatakan ragu –
variabel penelitian, jumlah sampel, nilai ragu, serta nilai tertinggi dari jawaban
minimum, nilai maksimum, mean dan responden adalah 5 atau dinyatakan sangat
standar devisiasi, yang ditsajikan pada setuju, dan rata-rata jawaban responden
tabel 1. Kemudian, untuk mengetahui hasil bernilai 4. Dalam kelas interval, termasuk
rata-rata tanggapan responden berdasarkan dalam kategori 3,40 <IM ≤ 4,20 yang
hasil analisis deskriptif perlu menunjukkan responden memberi nilai
menggunakan interval class yang “setuju” atas pernyataan tentang semua
bertujuan untuk menghitung nilai atau skor aspek dalam intensitas moral.
Page 70
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 1 2020, 63-77
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/jka
Page 71
Ratna Arizka Primasari, Fidiana
Whistleblowing berdasarkan Intensitas Moral, Komitmen Profesional, dan Tingkat Keseriusan Kecurangan
Page 72
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 1 2020, 63-77
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/jka
Page 73
Ratna Arizka Primasari, Fidiana
Whistleblowing berdasarkan Intensitas Moral, Komitmen Profesional, dan Tingkat Keseriusan Kecurangan
Marliza, 2018; Wakerkwa et al., 2018) Daerah Jawa Timur membuktikan bahwa
yang menemukan bahwa tingkat tingkat keseriusan kecurangan adalah
keseriusan kecurangan berpengaruh positif ukuran seberapa besar keseriusan
terhadap niat untuk whistleblowing. kecurangan yang dapat merugikan
Hal ini menunjukkan bahwa besar dan lembaga tersebut. Pegawai lainnya yang
seriusnya tindakan kecurangan yang mengamati adanya dugaan pelanggaran
sangat berpotensi merugikan lembaga dan akan lebih mungkin untuk melakukan
bahkan pada negara, maka tentunya hal ini whistleblowing jika pelanggaran tersebut
yang semakin mendorong setiap karyawan serius (Alleyne, Haniffa, & Hudaib, 2019).
untuk melakukan tindakan whistleblowing
(Park & Lewis, 2019) karena baginya, Keterbatasan dan Saran
perusahaan akan terkena dampak berupa Penelitian ini mengandung keterbatasan
kerugian yang bersifat besar dan serius. terutama dalam pengumpulan data
penelitian yang semula ditargetkan 112
KESIMPULAN DAN SARAN sesuai jumlah sampel, namun hanya dapat
(1) Intensitas Moral (IM) berpengaruh terolah 103 saja karena ada beberapa
positif terhadap Niat untuk kuesioner yang tidak diisi lengkap.
Whistleblowing (NW). Hasil uji terhadap Berdasarkan hasil penelitian yang berhasil
Pegawai Badan Pendapatan Daerah Jawa mengonfirmasi semua hipotesis, penelitian
Timur membuktikan bahwa Intensitas ini penting memberi rekomendasi bagi
moral (IM) berpengaruh positif terhadap BAPENDA Jawa Timur Kota Surabaya
niat untuk whistleblowing (NW). Ini tentang pentingnya mempertahankan
berarti bahwa pegawai akan intensitas moral pegawai seperti besaran
mempertimbangkan dengan baik sebelum konsekuensi (magnitude of consequences),
menilai bahkan menindak niat untuk konsensus sosial (social consensus),
whistleblowing yang dilakukan diri sendiri probabilitas efek (probability of effect),
(Choo, Grimm, Horváth, & Nitta, 2019) nilai moral, dan masalah etika secara
maupun dari rekanan kerja di wilayah berkala, sehingga dapat meningkatkan dan
BAPENDA Jawa Timur di Kota Surabaya. mempengaruhi niat untuk whistleblowing.
(2) Komitmen Profesional (KP) Kemudian diharapkan dapat meningkatkan
berpengaruh positif terhadap Niat komitmen profesional dengan cara
untuk Whistleblowing (NW). Hasil uji menyelipkan pembacaan nilai-nilai
terhadap Pegawai Badan Pendapatan organisasi dan profesi pada apel pagi guna
Daerah Jawa Timur membuktikan bahwa untuk meningkatkan rasa peduli serta
semakin tinggi tingkat komitmen bertanggung jawab atas komitmen profesi
profesional, maka niat untuk yang dimiliki terhadap niat untuk
whistleblowing juga akan meningkat whistleblowing. Dan juga diharapkan dapat
(Brown et al., 2016; Hennequin, 2020). meningkatkan pengawasan terhadap
Hal ini dikarenakan jika individu memiliki tingkat keseriusan kecurangan pada
komitmen profesional maka akan pegawai dengan melakukan audit dan
bertindak dan berperilaku sesuai kode etik evaluasi secara berkala setiap kegiatan
serta aturan yang ada. Sehingga, saat atau pekerjaan yang telah dikerjakan;
penyalahgunaan terjadi, maka (2) Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan
kecenderungan saling melaporkan tersebut dapat menambahkan variabel lainnya
akan terjadi. seperti pengaruh sikap, persepsi kontrol
(3) Tingkat Keseriusan Kecurangan perilaku, iklim etis dan lain – lain yang
(TKK) berpengaruh positif terhadap mempengaruhi niat untuk whistleblowing,
Niat untuk Whistleblowing (NW). Hasil sehingga dapat menambah temuan empiris
uji terhadap Pegawai Badan Pendapatan terbaru dimasa yang akan datang dan dapat
Page 74
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 1 2020, 63-77
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/jka
Page 75
Ratna Arizka Primasari, Fidiana
Whistleblowing berdasarkan Intensitas Moral, Komitmen Profesional, dan Tingkat Keseriusan Kecurangan
Page 76
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 1 2020, 63-77
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/jka
Page 77