You are on page 1of 16

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/343052489

Whistleblowing Berdasarkan Intensitas Moral, Komitmen Profesional, dan


Tingkat Keseriusan Kecurangan

Article  in  Jurnal Kajian Akuntansi · July 2020


DOI: 10.33603/jka.v4i1.3383

CITATIONS READS

0 34

2 authors, including:

Fidiana Fidiana
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya, Indonesia
30 PUBLICATIONS   33 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Eman dan Iman: Dualisme Kesadaran dan Kepatuhan View project

All content following this page was uploaded by Fidiana Fidiana on 22 February 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 1 2020, 63-77
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/jka

WHISTLEBLOWING BERDASARKAN INTENSITAS MORAL, KOMITMEN


PROFESIONAL, DAN TINGKAT KESERIUSAN KECURANGAN

Ratna Arizka Primasari1, Fidiana Fidiana2


1,2
Program Studi Akuntansi, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Surabaya
fidiana@stiesia.ac.id

Abstract
This research aimed to examine empirically the effect of morale intensity, professional commitment,
and fraud seriousness rate on the intention of whistleblowing of Regional Revenue Agency of East
Java Province, city of Surabaya. Moreover, the data collection technique used purposive sampling. In
line with, there were 112 employees as sample. However, only 103 employees who returmed the
questionnaires, Furthermore, the data analysis technique used multiple linear regression with IBM
SPSS 16. The research result concluded morale intensity, professional commitment, and fraud
seriousness rate had positive effect on the intention of whistleblowing. This fact could be seen from
the morale intensity which used as behavior control in having intention of whistleblowing. In
addition, professional commitment or high dedication on its profession based on the ethics standard
could be used in order to avoid the fraud. In other words, the higher the fraud seriousness rate, the
more intensity of whistleblowing would occur.
Keywords: Fraud seriousness rate, Moral intensity, Professional commitment, Whistleblowing.

Abstrak
Kajian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris pengaruh intensitas moral, komitmen
profesional, dan tingkat keseriusan kecurangan terhadap niat untuk whistleblowing. Kajian dilakukan
pada Badan Pendapatan Daerah Jawa Timur Kota Surabaya. Teknik pengambilan sampel dengan
metode purposive sampling menghasilkan 112 sampel, namun hanya 103 sampel kuesioner yang
lengkap dan layak diujikan. Analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda. Berdasarkan
hasil pengolahan data dengan IBM SPSS versi 16 menunjukkan bahwa intensitas moral, komitmen
profesional, dan tingkat keseriusan kecurangan berpengaruh positif terhadap niat untuk
whistleblowing. Hal ini menunjukkan bahwa intensitas moral dapat menjadi kontrol perilaku dalam
mengambil keputusan untuk whistleblowing. Selain itu, komitmen profesional atau rasa dedikasi yang
tinggi terhadap profesinya seiring dengan standar etika dapat mengambil sikap untuk menghindari
adanya kecurangan yang terjadi dan seriusnya tindakan kecurangan yang sangat berpotensi merugikan
lembaga akan meningkatkan niat untuk melakukan whistleblowing. menunjukkan bahwa besar dan
seriusnya tindakan kecurangan yang sangat berpotensi merugikan lembaga dan bahkan pada negara,
maka tentunya hal ini yang semakin mendorong setiap karyawan untuk melakukan tindakan
whistleblowing karena baginya, perusahaan akan terkena dampak berupa kerugian yang bersifat besar
dan serius
Katakunci: Intensitas moral, Keseriusan kecuranngan, Komitmen profesional, Whistleblowing.

Cronicle of Article: Received (April 2020); Revised (May 2020); and Published (June 2020).
©2019 Jurnal Kajian Akuntansi Lembaga Penelitian Universitas Swadaya Gunung Jati.

Profile and corresponding author: Ratna Arizka Primasari and Fidiana are from Accounting Study Program,
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Surabaya.
Corresponding Author: fidiana@stiesia.ac.id.

How to cite this article: Primasari, R. A., & Fidiana, F. (2020). Whistleblowing berdasarkan Intensitas Moral,
Komitmen Profesional, dan Tingkat Keseriusan Kecurangan. Jurnal Kajian Akuntansi, 4 (1), 63-77.

Page 63
Ratna Arizka Primasari, Fidiana
Whistleblowing berdasarkan Intensitas Moral, Komitmen Profesional, dan Tingkat Keseriusan Kecurangan

PENDAHULUAN pelayanan yang optimal. Kenyataannya,


Perusahaan tidak terlepas dari ancaman kecurangan juga sering terjadi pada entitas
kecurangan (fraud), baik berupa ini namun terkadang sulit untuk
kecurangan aset (asset misappropriation), terdeteksi.
pernyataan palsu atau salah pernyataan Indikasi penyelewengan pada aktivitas
(fraudulent statement), dan korupsi layanan publik dalam bentuk korupsi dan
(ACFE, 2016). Penyalahgunaan ini turunannya seperti suap, gratifikasi,
melibatkan berbagai pihak internal dan penyalahgunaan wewenang hingga
pihak eksternal dengan memiliki motif pemerasan memang banyak terjadi di
yang sama yaitu berupaya dalam pemerintahan (Hartono & Cahaya, 2017;
memperkaya diri sendiri maupun Saputra, Utami, & Kristianti, 2018). Hal
sekelompok dan merugikan pihak lain ini dapat dipahami bahwa di pemerintahan
dengan melakukan hal yang dianggap identik dengan birokrasi yang rumit
illegal dalam hukum (Mohd Noor & sehingga memungkinkan terjadinya
Mansor, 2019). Berdasarkan Fraud penyimpangan. Beberapa indikasi kasus
Triangle Theory, kecurangan terjadi secara penyelewengan terungkap berkat adanya
umum disebabkan oleh tekanan, pelapor (whistleblower) seperti pada kasus
kesempatan, dan pembenaran (Cressey, BLBI (bantuan likuiditas Bank Indonesia),
1986). proyek E-KTP, Kasus Hambalang-proyek
Whistleblowing merupakan pengungkapan P3SON (pembangunan Pusat Pendidikan,
tindakan pelanggaran atau perbuatan yang Pelatihan, dan Sarana Olahraga Nasional).
melawan hukum, tidak bermoral atau Meluasnya kecurangan di entitas sektor
perbuatan lain yang dapat merugikan publik mendorong diterapkannya sistem
organisasi atau pemangku kepentingan, pelaporan kecurangan yang sering disebut
yang dilakukan oleh karyawan atau sebagai whistleblowing system (Valentine
pimpinan organisasi kepada pimpinan & Godkin, 2019). Saat ini, setiap
organisasi atau lembaga lain yang dapat pemerintah daerah telah mengembangkan
mengambil tindakan atas pelanggaran sistem pengaduan (whistleblowing)
tersebut (KKNG, 2008). Whistleblowing berbasis aplikasi yang biasa dikenal
dibedakan menjadi dua jenis yaitu dengan WBS (whistleblower system).
whistleblowing internal dan Sistem aduan ini diharapkan dapat
whistleblowing eksternal. Whistleblowing mengungkap adanya indikasi
internal merupakan pelaporan oleh suatu penyelewengan di lingkungan
individu atau kelompok atas tindakan pemerintahan tetapi tetap melindungi hak-
kecurangan yang dilakukan pihak terlapor hak pelapor termasuk keamanan diri
kepada pimpinan organisasi. Sedangkan, pelapor.
whistleblowing eksternal merupakan Ketersediaan WBS tidak akan efektif jika
tindakan suatu individu atau kelompok tidak ada kemauan dan partisipasi aparatur
yang mengetahui adanya kecurangan oleh sipil negara atau masyarakat yang
pihak lain dan mengungkapkan kepada mengetahui adanya indikasi penyelewe-
masyarakat, karena ingin mencegah ngan untuk melapor. Peran whistleblower
kerugian bagi masyarakat (Alfian, sangat penting untuk mengungkap
Subhan, & Rahayu, 2018). penyimpangan dan perilaku non-etis di
Kecurangan juga mengancam organisasi entitas publik sehingga pemerintah dapat
sektor publik. Padahal organisasi ini meningkatkan akuntabilitas publik dan
berorientasi pada kepentingan publik yang lebih transparan (Jeon, 2017).
diharapkan dan dipercaya oleh masyarakat Tidak mudah bagi individu untuk
untuk mengelola pemerintahan dengan memutuskan menjadi whistleblower.
baik sehingga mampu memberikan Individu akan berhadapan dengan dilema

Page 64
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 1 2020, 63-77
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/jka

apakah akan meniup peluit atau dimilikinya (Setiawati & Sari, 2016).
membiarkan saja kecurangan terjadi Penelitian sebelumnya yang dilakukan
(Iskandar & Saragih, 2018). oleh (Hariyani & Putra, 2018; Nur &
Beberapa kajian mengemukakan Hamid, 2018; Zanaria, 2016) menyatakan
ketidaksediaan menjadi whistleblower bahwa komitmen profesional memiliki
karena enggan dianggap penghianat, tidak pengaruh positif terhadap niat untuk
etis, tidak loyal, tidak setia terhadap whistleblowing. Sehingga, semakin tinggi
organisasi dan rekan kerja (Farooqi, Abid, komitmen profesional individu, maka niat
& Ahmed, 2017). Pelapor juga seringkali untuk whistleblowing akan meningkat
menerima ancaman kehidupan pribadi dan pula. Penelitian sebelumnya yang
keluarganya. Selain itu, pelaku tindak dilakukan oleh (Lestari & Yaya, 2017; F.
kecurangan seringkali lolos hukum. C. P. Mulfag & Serly, 2019; Wakerkwa et
Alasan-alasan tersebut akan mendistorsi al., 2018) menyatakan bahwa komitmen
niat whistleblowing. Praktis, setiap profesional memiliki pengaruh positif
individu akan merespon secara berbeda terhadap niat untuk whistleblowing.
saat mengetahui adanya indikasi tindak Kajian tentang whistleblowing telah
kecurangan atau penyelewengan. banyak dilakukan termasuk pada sektor
Individu berhadapan dengan persepsi, privat dan sektor publik. Kajian ini
faktor situasi, dan faktor dalam diri objek berbeda dengan kajian whistleblowing
atau target yang membentuk unsur-unsur sebelumnya dengan menambahkan tingkat
penilaian baik atau buruknya suatu keseriusan kecurangan. Terjadinya
perilaku (Robbins & Judge, 2017). kecurangan yang dapat memberikan
Saat individu menganggap kecurangan itu dampak berupa kerugian kecil hingga
merupakan tindakan ilegal dan buruk, kerugian besar yang mencakup seluruh
maka keinginan melakukan whistleblowing lingkungan organisasi. Dampak yang
untuk mencegah kecurangan akan muncul diberikan kepada organisasi diacu oleh
sehingga akan melakukan tindakan keseriusan kecurangan yang telah
whistleblowing. Penilaian setiap individu dilakukan oleh pihak terkait. Individu akan
akan berbeda sesuai intensitas moral yang termotivasi untuk melakukan whistle-
dimiliki masing-masing individu. blowing guna menghentikan atau
Penelitian sebelumnya yang dilakukan mencegah kerugian yang lebih besar jika
oleh (Hariyani & Putra, 2018; Setiawati & kecurangan yang terjadi memiliki dampak
Sari, 2016; Zanaria, 2016) menyatakan yang sangat besar dan memungkinkan
bahwa intensitas moral memiliki pengaruh terjadinya kerugian. Kajian tingkat
positif terhadap niat untuk whistleblowing. keseriusan kecurangan sebelumnya banyak
Hal tersebut bisa disimpulkan bahwa dikaitkan dengan pengendalian internal,
semakin tinggi intensitas moral yang kajian ini merelasikan dengan niat untuk
dimiliki individu niat untuk whistleblowing.
whistleblowing akan meningkat pula. Kajian ini dilakukan pada Badan
Whistleblower meminimalisir kecurangan Pendapatan Daerah Jawa Timur Kota
dengan melakukan whistleblowing Surabaya, yang merupakan salah satu unit
bertujuan menjaga keberlangsungan penting pengelola keuangan di Kota
organisasi tempat ia bekerja. Sehingga, Surabaya. Sebagai satuan kerja yang
tindakan yang dilakukan berdasarkan kegiatan operasionalnya berkaitan dengan
standar etika dan profesional yang uang, unit ini sangat rawan terjadi tindak
mencakup tanggungjawabnya dengan kecurangan. Kajian whistleblowing dengan
berdedikasi terhadap pekerjaan yang konsep TPB (theory of planned behavior),
diukur dari komitmen profesional dalam menurut penelusuran penulis jarang
kecakapan dan pengetahuan yang diaplikasikan pada perilaku aparatur sipil

Page 65
Ratna Arizka Primasari, Fidiana
Whistleblowing berdasarkan Intensitas Moral, Komitmen Profesional, dan Tingkat Keseriusan Kecurangan

negara di lingkup perangkat daerah. yang bijak dan keyakinan individu


Padahal, tidak sedikit kasus kecurangan terhadap suatu kondisi akan mampu
justru terjadi di unit perangkat daerah. mempengaruhi niat individu untuk
Kajian ini bertujuan untuk menguji empiris whistleblowing (Amrullah & Kaluge,
apakah intensitas moral, komitmen 2019). Komitmen profesional dapat
profesional dan tingkat keseriusan menggambarkan sikap terhadap perilaku.
kecurangan berpengaruh terhadap niat Salah satu sikap seseorang untuk
untuk whistleblowing (Ahmad, Yunos, menunjukkan komitmen profesional yaitu
Ahmad, & Sanusi, 2014; Nisar, Prabhakar, dengan mematuhi aturan dan kode etik
& Torchia, 2019; Valentine & Godkin, tertentu yang ada dalam organisasi untuk
2019). menjalankan tugasnya, sehingga saat
zKAJIAN PUSTAKA melihat adanya kecurangan yang
Theory of Planned Behaviour (TPB) melanggar aturan yang ada maka akan
Theory of Planned Behaviour (TPB) berperilaku untuk melakukan tindakan
muncul sebagai solusi atas tidak mengungkapkan adanya kecurangan
berhasilnya pengaruh sikap (attitude) (Brown, Hays, & Stuebs, 2016; Schultz &
dalam memperkirakan tindakan atau Harutyunyan, 2015; Shawver & Shawver,
perilaku aktual (actual behavior) secara 2018).
langsung (Ajzen, 1991). TPB Ketiga faktor diatas dapat menjadi
membuktikan bahwa minat lebih akurat pengaruh dengan tingkatan yang berbeda-
dalam memperkirakan perilaku beda dalam berbagai perilaku dan situasi,
sesungguhnya serta dapat sebagai jalur namun penelitian ini hanya menggunakan
yang menghubungkan antara sikap dan sikap terhadap perilaku dan persepsi
perilaku sesungguhnya. TPB memiliki 3 kontrol perilaku karena menurut peneliti
(tiga) konsep yang mendorong faktor ini paling dominan terkait dengan
kemungkinan terjadinya perilaku individu niat untuk whistleblowing.
yaitu individu yaitu sikap terhadap
perilaku (attitude towards behaviour), Prosocial Organizational Behaviour
norma subjektif (subjective norm), dan Theory
persepsi kontrol perilaku (perceived Prosocial organizational behaviour
behavioral control). theory (teori perilaku prososial) adalah
Persepsi kontrol perilaku merupakan anggota suatu organisasi yang melakukan
persepsi yang dimiliki oleh individu atas perilaku dalam organisasinya yang
keyakinan dari kontrol dirinya sendiri (Nur bertujuan untuk meningkatkan
& Hamid, 2018) dan berhubungan dengan kesejahteraan individu, kelompok, atau
intensitas moral. Individu akan melakukan organisasi tersebut (Brief & Motowidlo,
tindakan atau berperilaku sesuai dengan 1986). Teori ini merupakan salah satu teori
moral yang melekat pada dirinya terhadap yang dapat memperkuat adanya tindakan
suatu kondisi atau lingkungan. Individu whistleblowing karena berfungsi untuk
akan menentukan tingkatan baik atau memberikan manfaat bagi organisasi atau
buruknya suatu perilaku yang akan orang lain serta bermanfaat bagi diri
dilakukan sesuai atas persepsi kontrol pengungkap itu sendiri sehingga
dirinya sendiri. whistleblowing dapat disebut sebagai
Sikap terhadap perilaku merupakan tingkah laku prososial (Marliza, 2018).
tingkatan seseorang memahami dan Persepsi bahwa semua jenis pelanggaran
menilai baik atau buruknya untuk yang terjadi merupakan jenis pelanggaran
dilakukan serta dapat menguntungkan atau yang relatif serius dan dapat
tidaknya. Dorongan dalam diri untuk menimbulkan dampak kerugian yang
terjadinya sebuah perilaku didasari sikap relatif besar bagi dirinya dan organisasi

Page 66
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 1 2020, 63-77
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/jka

sehingga whistleblower akan terdorong tinggi pula niat untuk melakukan tindakan
untuk melaporkan dugaan pelanggaran whistleblowing (Husniati, 2017; Setiawati
kepada pihak internal (Mohd Noor & & Sari, 2016; Zanaria, 2016).
Mansor, 2019; Near & Miceli, 2016). Dari Individu yang memiliki komitmen
temuan tersebut, maka dapat dihubungkan profesional yang kuat dengan mematuhi
dengan prosocial organizational behavior aturan yang ada sebagai standar
theory. tingkat materialitas kecurangan perilakunya cenderung akan melaporkan
maka akan semakin tinggi konsekuensi tindakan pelanggaran dalam organisasi
yang merugikan atau membahayakan baik untuk melindungi profesi mereka
berbagai pihak, sehingga pelanggaran sendiri atau membasmi pelanggaran demi
tersebut merupakan salah satu faktor kepentingan publik (Janitra, 2017; Joneta,
pemicu seseorang untuk berperilaku 2016; Nur & Hamid, 2018; Setiawati &
prososial untuk melakukan whistleblowing Sari, 2016).
(Wakerkwa, Falah, & Safkaur, 2018). Semakin tinggi komitmen profesional
Intensitas moral berasal dari pemikiran maka semakin tinggi pula mereka
individu seberapa baik dan seberapa buruk cenderung menganggap whistleblowing
dari suatu perilaku yang akan dilakukan menjadi hal yang penting serta
(Setiawati & Sari, 2016). Semakin tinggi kemungkinan mereka melakukan
intensitas moral seseorang, maka intensi whistleblowing pun semakin tinggi.
melakukan whistleblowing semakin Berkomitmen terhadap profesi berarti
meningkat. Seseorang yang memiliki memiliki keyakinan bahwa profesi yang
intensitas moral yang tinggi akan lebih dilakukan dapat memberikan hal yang baik
cenderung untuk melaporkan tindakan bagi diri seseorang (Yulianto, 2015).
pelanggaran yang terjadi dikarenakan Keseriusan kecurangan dapat diartikan
mereka memiliki rasa tanggungjawab sebagai dampak yang ditimbulkan dari
untuk melaporkannya dan sebaliknya adanya suatu pelanggaran baik secara
apabila intensitas moral seseorang rendah ukuran finansial maupun non finansial
maka dia tidak memiliki rasa tanggung (Lestari & Yaya, 2017).
jawab untuk melaporkan tindakan Persepsi tiap anggota organisasi terhadap
pelanggaran yang terjadi (Nur & Hamid, tingkat keseriusan kecurangan dapat saja
2018). berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Untuk menjadi whistleblower, individu Pembentuk persepsi tingkat keseriusan
harus memiliki komponen kognitif atau kecurangan selain berkaitan dengan
keyakinan (salien belief) bahwa besaran nilai kecurangan, juga tidakdapat
whistleblowing merupakan suatu tindakan dipisahkan dari jenis kecurangan yang
yang memiliki manfaat yaitu untuk terjadi (Bagustianto & Nurkholis, 2015).
melindungi organisasi, memberantas Disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat
korupsi, memunculkan efek jera, keseriusan kecurangan yang dapat
menumbuhkan budaya antikorupsi, mengakibatkan kerugian yang besar maka
menghasilkan manfaat pribadi seperti semakin tinggi niat untuk whistleblowing
reputasi, reward dan sebagainya (Lestari & Yaya, 2017; Marliza, 2018;
(Bagustianto & Nurkholis, 2015). Prasetyo et al., 2017).
Disimpulkan bahwa semakin tinggi Model penelitian ditunjukkan pada gambar
intensitas moral yang dimiliki, semakin berikut:

Page 67
Ratna Arizka Primasari, Fidiana
Whistleblowing berdasarkan Intensitas Moral, Komitmen Profesional, dan Tingkat Keseriusan Kecurangan

Theory of Planned Prosocial


Behaviour Organizational
Behaviour Theory

Ajzen, I. (1991). The


Persepsi Kontrol Sikap terhadap Perilaku
Theory Sosial
of Planned
Perilaku Perilaku Positif
Behavior.
Organizational
Intensitas Moral Komitmen Profesional Tingkat Keseriusan
Behavior and
Kecurangan
Human Decision
Proceses, 50(2), 179–
211.

Niat untuk Whistleblowing

Gambar 1. Rerangka Pemikiran


Sumber: Ringkasan Literatur

METODE PENELITIAN menyebut manusia lainnya dalam hal


Jenis penelitian yang digunakan dalam tindakan yang memiliki nilai yang positif.
penilitian ini adalah penelitian kuantitatif. Sehingga, apabila diartikan secara
Penelitian kuantitatif merupakan penelitian bersamaan, intensitas moral ialah variabel
yang melandaskan filsafat positivisme atau konstruk yang terdiri atas
dengan mengklasifikasikan fenomena atau karakteristik - karateristik yang merupakan
fakta sebagai hubungan sebab akibat perluasan dari berbagai isu yang berkaitan
antara dua atau lebih variabel (Sugiyono, dengan isu moral utama atas suatu situasi,
2016). Terkait dengan jenis data, peneliti yang kemudian hal tersebut dapat
menggunakan data subyek (self-report mempengaruhi persepsi dan keyakinan
data). Data subyek merupakan data seorang individu mengenai hal yang
penelitian yang berkaitan dengan subyek kemudian ia percayai (Husniati, 2017).
yang berupa opini, pengalaman, dan Pengukuran intensitas moral dalam
tanggapan dari pegawai Badan Pendapatan penelitian ini akan menggunakan indikator
Daerah Jawa Timur Kota Surabaya yang - indikator seperti yang telah diakukan
digunakan sebagai responden dalam penelitian (Kreshastuti & Prastiwi, 2014)
penelitian ini. Adapun metode yang yaitu nilai moral, masalah etika,
digunakan dalam penelitian ini yaitu probabilitas efek, besaran konsekuensi,
metode survey yang melakukan konsensus sosial.
pengumpulan data dengan menggunakan Komitmen profesional berhubungan
instrumen kuisioner untuk mendapatkan dengan sifat yang dibentuk oleh individu
respon dari responden yang menjadi terhadap profesi mereka masing-masing
sampel penelitian. (Aranya et al., 1981). Komitmen ini
Intensitas adalah suatu keadaan tingkatan meliputi kepercayaan, penerimaan, sasaran
atau ukuran intensnya. Sedangkan yang dan nilai terhadap profesi. Terdapat
dimaksud dengan moral ialah istilah atau keinginan untuk bekerja atas nama profesi
ucapan seseorang (manusia) yang dan ada keinginan untuk bertahan didalam

Page 68
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 1 2020, 63-77
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/jka

profesi yang dimaksud. Indikator yang kecurangan pada kasus markup realisasi
digunakan dalam penelitian ini adalah belanja diturunkan (menjadi 0,2%).
indikator yang dikembangkan oleh Whistleblowing merupakan tindakan
(Setyadi, 2008). Indikator tersebut yaitu pengungkapan kecurangan baik ke internal
kecintaan dan komitmen terhadap profesi, maupun eksternal yang dilakukan oleh
kinerja tugas profesi pegawai, anggota organisasi. Whistleblowing dalam
pengembangan karir profesi pegawai, penelitian ini menggunakan indikator yang
pandangan mengenai profesi sebagai dilakukan oleh (Hasanah, 2017) yaitu niat,
pegawai, tanggungjawab pegawai terhadap keinginan, rencana, usaha keras internal
profesinya. whistleblowing, usaha keras external
Dalam organisasi, anggota yang whistleblowing.
mengetahui atapun mengamati adanya Populasi penelitian adalah seluruh pegawai
tindakan wrongdoing atau kecurangan, yang bekerja di Badan Pendapatan Daerah
terlebih lagi jika tindakan wrongdoing Jawa Timur Kota Surabaya. Teknik
tersebut bersifat serius, maka ia akan lebih pengambilan sampel untuk penelitian ini
cenderung ingin melakukan tindakan yaitu menggunakan teknik purposive
whistleblowing (Miceli & Near, 1985). samplin dan dapat disebut sebagai
Variabel ini akan menggunakan indikator judgment sampling (Sanusi, 2014).
seperti yang telah dilakukan oleh (Sabang, Adapun kriteria yang digunakan untuk
2013; Winardi, 2013). Pengukuran memilih sampel dalam penelitian ini, yaitu
tersebut menggunakan model kuesioner pegawai yang berpengalaman masa kerja
dan manipulasi dalam bentuk kasus cerita, minimal 5 tahun di bidang perkejaan yang
namun dimodifikasi sesuai dengan tetap, pegawai yang sudah berusia 30
keadaan setempat. Kasus diceritakan tahun, pegawai dengan status sebagai
dalam skenario yang realistis dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun
memungkinkan responden untuk Pegawai Tidak Tetap (PTT), pegawai yang
menempatkan diri dalam posisi karakter memiliki jabatan minimal golongan III
yang digambarkan dalam skenario yaitu (tiga) atau minimal telah menempuh
sebagai kasus yang digambarkan sebagai pendidikan formal D4 atau setara dengan
kasus kecurangan markup realisasi belanja S1. Dengan beberapa kriteria yang telah
yang umum terjadi di Indonesia dengan ditetapkan maka sampel yang digunakan
nilai materialitas kecurangan yang sebesar sebanyak 112 responden sebagaimana
9%. Kemudian ditanyakan bagaimana disajikan pada tabel berikut:
penilaian responden apabila materialitas

Tabel 1. Seleksi sampel


Keterangan Jml
Seluruh pegawai yang bekerja pada Badan Pendapatan Daerah Jawa Timur Kota Surabaya di 164
4 (empat) Unit Pelayanan Teknis (UPT)
Pegawai yang berpengalaman masa kerja minimal 5 tahun di bidang perkejaan yang tetap 148
Pegawai dengan usia minimal bekerja 30 tahun 133
Pegawai dengan status sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun Pegawai Tidak Tetap 119
(PTT)
Pegawai yang memiliki jabatan minimal golongan III (tiga) atau minimal telah menempuh 112
pendidikan formal D4 atau setara dengan S1
Jumlah 112

Page 69
Ratna Arizka Primasari, Fidiana
Whistleblowing berdasarkan Intensitas Moral, Komitmen Profesional, dan Tingkat Keseriusan Kecurangan

HASIL PENELITIAN tahun dibidang perkejaan yang tetap


Subyek yang dijadikan responden dalam sebanyak 103 pegawai. Karakteristik
penelitian ini adalah pegawai yang responden yang diuraikan sebagai subjek
memiliki jabatan minimal golongan III penelitian yang meliputi jenis kelamin dan
(tiga) yang bekerja di Badan Pendapatan tingkat pendidikan terakhir sebagai
Daerah Jawa Timur Kota Surabaya, berikut:
dengan pengalaman masa kerja minimal 5

Tabel 2. Profil Responden


Item Jumlah Prosentase
Wanita 31 30,1%
Lelaki 72 69,9%
Jumlah 103 100%
Diploma Empat (D4) 14 13,6%
Strata Satu (S1) 68 66,0%
Strata Dua (S2) 21 20,4%
Jumlah 103 100%
Sumber: SPSS 16, 2020 (diolah oleh penulis)

Sebelum melakukan uji hipotesis, peneliti jawaban yang diisi oleh responden. Kelas
melakukan analisis statistik deskriptif interval disajikan pada tabel 2.
terlebih dahulu. Analisis deskriptif Berdasarkan tabel analisis deskriptif dapat
berfungsi untuk menggambarkan atau dijelaskan bahwa intensitas moral (IM)
mendeskripsikan penelitian pada objek memiliki nilai minimum sebesar 3 dan
dengan data yang telah dikumpulkan, nilai maksimum sebesar 5, serta rata-rata 4
tanpa bermaksud membuat kesimpulan dan standar devisiasi 0,41. Artinya,
untuk umum (Sugiyono, 2016). Tabel hasil memiliki nilai terendah dari jawaban
statistik deskriptif yang telah berisi responden adalah 3 atau dinyatakan ragu –
variabel penelitian, jumlah sampel, nilai ragu, serta nilai tertinggi dari jawaban
minimum, nilai maksimum, mean dan responden adalah 5 atau dinyatakan sangat
standar devisiasi, yang ditsajikan pada setuju, dan rata-rata jawaban responden
tabel 1. Kemudian, untuk mengetahui hasil bernilai 4. Dalam kelas interval, termasuk
rata-rata tanggapan responden berdasarkan dalam kategori 3,40 <IM ≤ 4,20 yang
hasil analisis deskriptif perlu menunjukkan responden memberi nilai
menggunakan interval class yang “setuju” atas pernyataan tentang semua
bertujuan untuk menghitung nilai atau skor aspek dalam intensitas moral.

Tabel 3. Analisis Deskriptif


Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Intensitas Moral 103 3 5 4 0,41
Komitmen Profesional 103 3 5 3,75 0,57
Tingkat Keseriusan Kecurangan 103 3 4 3,91 0,28
Niat untuk whistleblowing (NW) 103 3.4 5 4,43 0,34
Valid N (listwise) 103
Sumber: SPSS 16, 2020 (diolah oleh penulis)

Interval kelas = = = 0,8

Page 70
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 1 2020, 63-77
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/jka

Tabel 4. Kelas Interval Analisis Deskriptif


Nilai Interval Kategori Nilai
4,20 <IM,KP,TKK,NW ≤5,00 Sangat Setuju 5
3,40 <IM,KP,TKK,NW ≤4,20 Setuju 4
2,60 <IM,KP,TKK,NW ≤3,40 Cukup Setuju 3
1,80 <IM,KP,TKK,NW ≤2,60 Tidak Setuju 2
1,00 <IM,KP,TKK,NW ≤1,80 Sangat Tidak Setuju 1
Sumber: Singarimbun, 2009

Komitmen profesional (KP) menghasilkan Artinya, niat untuk whistleblowing (NW)


nilai minimum sebesar 3 dan nilai memiliki nilai terendah dari jawaban
maksimum sebesar 5, serta rata-rata 3,75 responden adalah 3,4 atau dinyatakan ragu
dan standar devisiasi 0,57. Artinya, – ragu, serta nilai tertinggi dari jawaban
komitmen profesional (KP) memiliki nilai responden adalah 5 atau dinyatakan sangat
terendah dari jawaban responden adalah 3 setuju, dan rata-rata jawaban responden
atau dinyatakan ragu – ragu, serta nilai bernilai 4,44 yang termasuk dalam interval
tertinggi dari jawaban responden adalah 5 kelas kategori 4,20 < NW ≤5,00
atau dinyatakan sangat setuju, dan rata-rata dinyatakan “sangat setuju” atas pernyataan
jawaban responden bernilai 3,75 yang tentang semua aspek dalam niat untuk
termasuk dalam kelas interval kategori whistleblowing.
3,40 <KP ≤ 4,20 atau dinyatakan “setuju” Pengujian hipotesis dalam penelitian ini
atas pernyataan tentang semua aspek dilakukan dengan membandingkan sig-
dalam komitmen profesional. value dengan sig-α untuk masing - masing
Tingkat keseriusan kecurangan (TKK) variabel (Ghozali, 2018). Penerapan uji
menghasilkan nilai minimum sebesar 3 hipotesis dalam penelitian ini didasarkan
dan nilai maksimum sebesar 4, serta rata- pada nilai Ha sebagai variabel independen
rata 3,91 dan standar deviasi 0,28. Artinya, yang berpengaruh terhadap variabel
tingkat keseriusan kecurangan (TKK) dependen Untuk menentukan Ha ditolak
memiliki nilai terendah dari jawaban atau diterima, maka ditetapkan alpha
responden adalah 3 atau dinyatakan ragu – (tingkat signifikansi) sebesar 5% sehingga
ragu, serta nilai tertinggi dari jawaban kriteria keputusannya yaitu jika nilai
responden adalah 4 atau dinyatakan setuju, signifikansi > 0,05 maka Ha ditolak,
dan rata-rata jawaban responden bernilai sedangkan jika nilai signifikansi < 0,05
3,91 yang termasuk dalam kelas interval maka Ha diterima.
kategori 3,40 <TKK ≤ 4,20 atau Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada
dinyatakan “setuju” atas pernyataan tabel 2 diatas, menunjukkan bahwa
tentang semua aspek dalam tingkat variabel independen intensitas moral,
keseriusan kecurangan. komitmen profesional, dan tingkat
Terakhir, niat untuk whistleblowing (NW) keseriusan kecurangan terhadap variabel
menghasilkan nilai minimum sebesar 3,4 dependen yaitu niat untuk whistleblowing,
dan nilai maksimum sebesar 5, serta rata- sebagai berikut:
rata 4,44 dan standar devisiasi 0,34.

Page 71
Ratna Arizka Primasari, Fidiana
Whistleblowing berdasarkan Intensitas Moral, Komitmen Profesional, dan Tingkat Keseriusan Kecurangan

Tabel 5. Hasil Pengujian Hipotesis


Variabel Independen Koefisien Regresi t output Signifikansi Keterangan
Intensitas Moral 0,510 4,733 0,00 Berpengaruh
Komitmen Profesional 0,140 1,988 0,50 Berpengaruh
Tingkat Keseriusan Kecurangan 0,463 5,839 0,00 Berpengaruh
Konstanta = -0,379
Adjusted R2 = 0,830
F Hitung = 161,492
Sumber: SPSS 16, 2020 (diolah oleh penulis)

Hipotesis 1 adalah pengaruh intensitas lainnya yang tidak ditunjukkan dalam


moral terhadap niat untuk whistleblowing, penelitian ini sebesar 17%.
dengan hasil signifikansi yaitu 0,000. Hal
ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi PEMBAHASAN
intensitas moral < 0,05 dengan nilai β Pengaruh Intensitas Moral (IM)
sebesar 0,510. Dengan nilai positif pada β terhadap Niat untuk Whistleblowing
dapat disimpulkan bahwa Ha diterima, (NW)
yang artinya intensitas moral berpengaruh Hasil pengujian menunjukkan bahwa
positif terhadap niat untuk whistleblowing. intensitas moral (IM) berpengaruh positif
Hipotesis 2 adalah pengaruh komitmen terhadap niat untuk whistleblowing (NW)
profesional terhadap niat untuk pegawai yang bekerja di Badan
whistleblowing dengan menunjukkan hasil Pendapatan Daerah Jawa Timur Kota
signifikansi yaitu 0,050. Hal ini Surabaya yang menyatakan bahwa
menunjukkan bahwa nilai signifikansi < semakin tinggi tingkat intensitas moral
0,05 dengan nilai β sebesar 0,140. Nilai positif yang dimiliki artinya, pegawai akan
positif pada β dapat disimpulkan bahwa mempertimbangkan matang – matang
Ha diterima, yang menyatakan bahwa sebelum menilai bahkan menindak niat
komitmen profesional berpengaruh positif untuk whistleblowing yang dilakukan diri
terhadap niat untuk whistleblowing. sendiri maupun dari rekanan kerja di
Hipotesis 3 adalah pengaruh tingkat wilayah BAPENDA Jawa Timur di Kota
keseriusan kecurangan terhadap niat untuk Surabaya.
whistleblowing dengan hasil signifikansi Hasil ini mendukung theory of planned
yaitu 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa behavior dalam konsep persepsi kontrol
nilai signifikansi <0,05 dengan nilai β perilaku. Individu akan berperilaku dan
sebesar 0,463. Nilai positif pada β dapat mengambil keputusan dipengaruhi oleh
disimpulkan bahwa Ha diterima, yang intensitas moral dengan menentukan tepat
manyatakan bahwa tingkat keseriusan dan benarnya perilaku untuk melakukan
kecurangan berpengaruh positif terhadap yang kemudian akan mengambil
niat untuk whistleblowing. keputusan, akan bergantung sekali pada
Dan berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa tingkat intensitas moral dari individu
besarnya nilai koefisien determinasi tersebut (Zanaria, 2016). Saat seorang
intensitas moral, komitmen profesional, individu memiliki keyakinan bahwa
dan tingkat keseriusan kecurangan mempertimbangkan risiko atau kerugian
ditunjukan oleh nilai adjusted R2 yaitu atas tindakannya dapat diterima di
sebesar 0,830 yang artinya variabel lingkungannya dan percaya bahwa
intensitas moral, komitmen profesional, tindakan yang dilakukan adalah hasil dari
dan tingkat keseriusan kecurangan kontrol dirinya sendiri maka seorang
memiliki kontribusi sebesar 83% terhadap individu tersebut akan memiliki niat untuk
niat untuk whistleblowing, dan berperilaku (Jones, 1991).
sebagiannya lagi diterangkan oleh variabel

Page 72
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 1 2020, 63-77
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/jka

Hasil penelitian ini didukung oleh perilaku kecurangan di lingkungan


penelitian (Aditya Pandu Wicaksono, tersebut (Setiawati & Sari, 2016).
Dekar Urumsah, 2018; Gandamihardja, Hasil penelitian ini didukung oleh
Gunawan, & Maemunah, 2016; Hariyani penelitian (Aditya Pandu Wicaksono,
& Putra, 2018; Setiawati & Sari, 2016) Dekar Urumsah, 2018; Gandamihardja et
yang menemukan bahwa intensitas moral al., 2016; Hariyani & Putra, 2018; Joneta,
berpengaruh positif terhadap niat untuk 2016; Setiawati & Sari, 2016) yang
whistleblowing. Hal ini menunjukkan menyatakan bahwa komitmen profesional
bahwa intensitas moral merupakan sesuatu berpengaruh positif terhadap niat untuk
yang penting bagi setiap individu. Tingkat whistleblowing. Individu yang memiliki
moralitas yang tinggi yang dimiliki oleh profesionalisme atau rasa dedikasi yang
karyawan akan menjadi kontrol perilaku tinggi terhadap profesinya dan seiring
dalam memutuskan untuk melaporkan dengan standar etika dan profesional yang
tindak kecurangan (Stikeleather, 2016), mencakup tanggungjawabnya dalam
karena orang yang memiliki intensitas organisasi akan berdampak pada
moral yang tinggi akan cenderung untuk pengambilan keputusannya, yang akan
melakukan tindakan yang dianggapnya selaras dengan kepentingan organisasi
benar maka tentunya akan cenderung (Makowsky & Wang, 2018; Waytz,
melakukan hal-hal yang memiliki dampak Dungan, & Young, 2013). Sehingga, guna
yang baik untuk ke depannya, termasuk di melindungi profesinya seseorang akan
dalamnya melakukan tindakan lebih merasa bertanggungjawab jika terjadi
whistleblowing (Ahmad et al., 2014). pelanggaran terhadap peraturan yang
berlaku hingga menimbulkan niat untuk
Pengaruh Komitmen Profesional (KP) melaporkan perilaku kecurangan di
terhadap Niat untuk Whistleblowing lingkungan kerja.
(NW)
Variabel komitmen profesional (KP) Pengaruh Tingkat Keseriusan
menyatakan hasil bahwa berpengaruh Kecurangan (TKK) terhadap Niat
positif terhadap niat untuk whistleblowing untuk Whistleblowing (NW)
(NW) pegawai yang bekerja di Badan Hasil pengujian menunjukkan variabel
Pendapatan Daerah Jawa Timur Kota tingkat keseriusan kecuranngan (TKK)
Surabaya. Hasil ini menunjukan bahwa berpengaruh positif terhadap niat untuk
semakin tinggi tingkat komitmen whistleblowing (NW) pegawai yang
profesional, maka niat untuk bekerja di Badan Pendapatan Daerah Jawa
whistleblowing juga akan meningkat Timur Kota Surabaya. Hasil ini
sehingga kecenderungan saling menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat
melaporkan tersebut akan terjadi. keseriusan kecurangan, maka niat untuk
Komitmen profesi dapat diartikan sebagai whistleblowing juga akan meningkat. Hal
individu yang memiliki rasa cinta dan ini dikarenakan tingkat keseriusan
suka terhadap profesinya saat ini (Joneta, kecurangan adalah ukuran seberapa besar
2016). Seorang individu yang memiliki keseriusan kecurangan yang dapat
komitmen profesi berarti memiliki rasa merugikan lembaga tersebut. Pegawai
tanggung jawab untuk melindungi lainnya yang mengamati adanya dugaan
profesinya sehingga jika mengetahui pelanggaran akan lebih mungkin untuk
adanya pelanggaran atau tindakan melakukan whistleblowing jika
menyimpang yang berada disekitar pelanggaran tersebut serius (Waytz et al.,
terhadap peraturan yang berlaku akan 2013). Hasil penelitian ini sejalan dengan
menimbulkan intensi untuk melaporkan penelitian (Aida, Helmy, & Setiawan,
2019; Hakim, Subroto, & Andayani, 2017;

Page 73
Ratna Arizka Primasari, Fidiana
Whistleblowing berdasarkan Intensitas Moral, Komitmen Profesional, dan Tingkat Keseriusan Kecurangan

Marliza, 2018; Wakerkwa et al., 2018) Daerah Jawa Timur membuktikan bahwa
yang menemukan bahwa tingkat tingkat keseriusan kecurangan adalah
keseriusan kecurangan berpengaruh positif ukuran seberapa besar keseriusan
terhadap niat untuk whistleblowing. kecurangan yang dapat merugikan
Hal ini menunjukkan bahwa besar dan lembaga tersebut. Pegawai lainnya yang
seriusnya tindakan kecurangan yang mengamati adanya dugaan pelanggaran
sangat berpotensi merugikan lembaga dan akan lebih mungkin untuk melakukan
bahkan pada negara, maka tentunya hal ini whistleblowing jika pelanggaran tersebut
yang semakin mendorong setiap karyawan serius (Alleyne, Haniffa, & Hudaib, 2019).
untuk melakukan tindakan whistleblowing
(Park & Lewis, 2019) karena baginya, Keterbatasan dan Saran
perusahaan akan terkena dampak berupa Penelitian ini mengandung keterbatasan
kerugian yang bersifat besar dan serius. terutama dalam pengumpulan data
penelitian yang semula ditargetkan 112
KESIMPULAN DAN SARAN sesuai jumlah sampel, namun hanya dapat
(1) Intensitas Moral (IM) berpengaruh terolah 103 saja karena ada beberapa
positif terhadap Niat untuk kuesioner yang tidak diisi lengkap.
Whistleblowing (NW). Hasil uji terhadap Berdasarkan hasil penelitian yang berhasil
Pegawai Badan Pendapatan Daerah Jawa mengonfirmasi semua hipotesis, penelitian
Timur membuktikan bahwa Intensitas ini penting memberi rekomendasi bagi
moral (IM) berpengaruh positif terhadap BAPENDA Jawa Timur Kota Surabaya
niat untuk whistleblowing (NW). Ini tentang pentingnya mempertahankan
berarti bahwa pegawai akan intensitas moral pegawai seperti besaran
mempertimbangkan dengan baik sebelum konsekuensi (magnitude of consequences),
menilai bahkan menindak niat untuk konsensus sosial (social consensus),
whistleblowing yang dilakukan diri sendiri probabilitas efek (probability of effect),
(Choo, Grimm, Horváth, & Nitta, 2019) nilai moral, dan masalah etika secara
maupun dari rekanan kerja di wilayah berkala, sehingga dapat meningkatkan dan
BAPENDA Jawa Timur di Kota Surabaya. mempengaruhi niat untuk whistleblowing.
(2) Komitmen Profesional (KP) Kemudian diharapkan dapat meningkatkan
berpengaruh positif terhadap Niat komitmen profesional dengan cara
untuk Whistleblowing (NW). Hasil uji menyelipkan pembacaan nilai-nilai
terhadap Pegawai Badan Pendapatan organisasi dan profesi pada apel pagi guna
Daerah Jawa Timur membuktikan bahwa untuk meningkatkan rasa peduli serta
semakin tinggi tingkat komitmen bertanggung jawab atas komitmen profesi
profesional, maka niat untuk yang dimiliki terhadap niat untuk
whistleblowing juga akan meningkat whistleblowing. Dan juga diharapkan dapat
(Brown et al., 2016; Hennequin, 2020). meningkatkan pengawasan terhadap
Hal ini dikarenakan jika individu memiliki tingkat keseriusan kecurangan pada
komitmen profesional maka akan pegawai dengan melakukan audit dan
bertindak dan berperilaku sesuai kode etik evaluasi secara berkala setiap kegiatan
serta aturan yang ada. Sehingga, saat atau pekerjaan yang telah dikerjakan;
penyalahgunaan terjadi, maka (2) Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan
kecenderungan saling melaporkan tersebut dapat menambahkan variabel lainnya
akan terjadi. seperti pengaruh sikap, persepsi kontrol
(3) Tingkat Keseriusan Kecurangan perilaku, iklim etis dan lain – lain yang
(TKK) berpengaruh positif terhadap mempengaruhi niat untuk whistleblowing,
Niat untuk Whistleblowing (NW). Hasil sehingga dapat menambah temuan empiris
uji terhadap Pegawai Badan Pendapatan terbaru dimasa yang akan datang dan dapat

Page 74
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 1 2020, 63-77
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/jka

menjadi rujukan baru bagi BAPENDA Accounting, Auditing and Taxation,


Jawa Timur Kota Surabaya. 34, 69–90.
https://doi.org/10.1016/j.intaccaudtax.
2019.02.004
REFERENSI Amrullah, M. M., & Kaluge, D. (2019).
ACFE. (2016). Survei Fraud Indonesia. Implementasi Theory of Planned
Jakarta: ACFE Indonesia Chapter. Behavior dalam Mendeteksi Whistle-
Aditya Pandu Wicaksono, Dekar Blowing Intentions di Sektor Publik.
Urumsah, B. E. S. (2018). Whistle- 21(1).
blowing Intention: The Effects of Brief, A. P., & Motowidlo, S. J. (1986).
Moral Intensity, Organizational and Prosocial Organizational Behavior.
Professional Commitment. Jurnal Academy of Management Review, 11,
Akuntansi, 22(3), 354. 710–725.
https://doi.org/10.24912/ja.v22i3.393 Brown, J. O., Hays, J., & Stuebs, M. T.
Ahmad, S. A., Yunos, R. M., Ahmad, R. (2016). Modeling Accountant
A. R., & Sanusi, Z. M. (2014). Whistleblowing Intentions: Applying
Whistleblowing Behaviour: The the Theory of Planned Behavior and
Influence of Ethical Climates Theory. the Fraud Triangle. Accounting and
Procedia - Social and Behavioral the Public Interest, 16(1), 28–56.
Sciences, 164, 445–450. https://doi.org/10.2308/apin-51675
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014. Choo, L., Grimm, V., Horváth, G., &
11.101 Nitta, K. (2019). Whistleblowing and
Aida, R., Helmy, H., & Setiawan, M. A. diffusion of responsibility: An
(2019). Faktor-Faktor yang experiment. European Economic
Mempengaruhi Minat Pegawai Review, 119, 287–301.
Negeri Sipil (PNS) untuk Melakukan https://doi.org/10.1016/j.euroecorev.2
Tindakan Whistleblowing. Jurnal 019.07.010
Eksplorasi Akuntansi, 1(4), 1633– Cressey, D. R. (1986). Why Managers
1649. Commit Fraud. Australian & New
https://doi.org/10.24034/j25485024.y Zealand Journal of Criminology,
2015.v19.i2.1769 19(4), 195–209.
Ajzen, I. (1991). The theory of planned Farooqi, S., Abid, G., & Ahmed, A.
behavior. Organizational Behavior (2017). How bad it is to be good:
and Human Decision Processes, Impact of organizational ethical
50(2), 179–211. culture on whistleblowing (the ethical
https://doi.org/10.1016/0749- partners). Arab Economic and
5978(91)90020-T Business Journal, 12(2), 69–80.
Alfian, N., Subhan, & Rahayu, R. P. https://doi.org/10.1016/j.aebj.2017.06
(2018). Penerapan Whistleblowing .001
System dan Surprise Audit sebagai Gandamihardja, V. K., Gunawan, H., &
Strategi Anti Fraud dalam Industri Maemunah, M. (2016). Pengaruh
Perbankan. Jurnal Akuntansi Komitmen Profesional dan Intensitas
Muhammadiyah, 8(2). Moral terhadap Intensi Melakukan
https://doi.org/10.1017/CBO9781107 Whistleblowing ( Studi Auditor
415324.004 Internal yang Bekerja di BUMN ).
Alleyne, P., Haniffa, R., & Hudaib, M. Prosiding Akuntansi, 2(1), 271–278.
(2019). Does group cohesion Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis
moderate auditors’ whistleblowing Multivariate dengan Program SPSS
intentions? Journal of International 25 (Edisi 9). Semarang: Badan

Page 75
Ratna Arizka Primasari, Fidiana
Whistleblowing berdasarkan Intensitas Moral, Komitmen Profesional, dan Tingkat Keseriusan Kecurangan

Penerbit Universitas Diponegoro. Whistleblowing: Locus of Control


Hakim, T. I. R., Subroto, B., & Andayani, Sebagai Variabel Moderasi. JOM
W. (2017). Faktor Situsional dan Fekon, 3(1).
Demografis sebagai Prediktor Niat KKNG. (2008). Pedoman Sistem
Individu untuk Melakukan Pelaporan Pelanggaran atau
Whistleblowing. Jurnal Ilmiah Whistleblowing System. Bandung:
Administrasi Publik (JIAP), 3(2), Penerbit Remaja Rosdakarya.
124–133. Makowsky, M. D., & Wang, S. (2018).
Hariyani, E., & Putra, A. A. (2018). Embezzlement, whistleblowing, and
Pengaruh Komitmen Profesional, organizational architecture: An
Lingkungan Etika, Intensitas Moral, experimental investigation. Journal of
Personal Cost Terhadap Intensi untuk Economic Behavior & Organization,
Melakukan Whistleblowing Internal 147, 58–75.
(Studi Empiris pada OPD Kabupaten https://doi.org/10.1016/j.jebo.2017.12
Bengkalis). Jurnal Akuntansi, .024
Keuangan Dan Bisnis, 11(2), 17–26. Marliza, R. (2018). Pengaruh Personal
Hartono, T., & Cahaya, F. R. (2017). Cost of Reporting, Komitmen
Whistleblowing Intention Sebagai Organisasi, dan Tingkat Keseriusan
Alat Antikorupsi Dalam Institusi Kecurangan terhadap Niat Melakukan
Kepolisian. Akuisisi: Jurnal Whistleblowing. Jurnal Akuntansi,
Akuntansi, 13(2), 45–61. 6(1).
https://doi.org/https://doi.org/10.2412 Mohd Noor, N. R. A., & Mansor, N.
7/akuisisi.v13i2.156.g134 (2019). Exploring the Adaptation of
Hennequin, E. (2020). What motivates Artificial Intelligence in
internal whistleblowing? A typology Whistleblowing Practice of the
adapted to the French context. Internal Auditors in Malaysia.
European Management Journal. Procedia Computer Science, 163,
https://doi.org/10.1016/j.emj.2020.03. 434–439.
005 https://doi.org/10.1016/j.procs.2019.1
Iskandar, A., & Saragih, R. (2018). 2.126
Pengaruh Sikap ke Arah Perilaku, Near, J. P., & Miceli, M. P. (2016). After
Norma Subjektif, dan Persepsi the wrongdoing: What managers
Kontrol atas Perilaku Terhadap Niat should know about whistleblowing.
dan Perilaku Whistleblowing CPNS. Business Horizons, 59(1), 105–114.
Jurnal Tata Kelola & Akuntabilitas https://doi.org/10.1016/j.bushor.2015.
Keuangan Negara, 4(1), 63. 09.007
https://doi.org/10.28986/jtaken.v4i1.1 Nisar, T. M., Prabhakar, G., & Torchia, M.
42 (2019). Whistleblowing.
Jeon, S. H. (2017). Where to report Organizational Dynamics, 48(1), 44–
wrongdoings? Exploring the 49.
determinants of internal versus https://doi.org/10.1016/j.orgdyn.2018
external whistleblowing. .03.003
International Review of Public Nur, S. W., & Hamid, N. A. (2018).
Administration, 22(2), 153–171. Pengaruh Profesionalisme dan
https://doi.org/10.1080/12294659.201 Intensitas Moral Auditor Terhadap
7.1315235 Intensi Melakukan Whistleblowing
Joneta, C. (2016). Pengaruh Komitmen Pada Kantor Akuntan Publik
Profesional dan Pertimbangan Etis Makassar. Assets, 8(2), 115–124.
terhadap Intensi Melakukan Park, H., & Lewis, D. (2019). The

Page 76
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 1 2020, 63-77
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/jka

motivations of external Stikeleather, B. R. (2016). When do


whistleblowers and their impact on employers benefit from offering
the intention to blow the whistle workers a financial reward for
again. Business Ethics: A European reporting internal misconduct?
Review, 28(3), 379–390. Accounting, Organizations and
https://doi.org/10.1111/beer.12224 Society, 52, 1–14.
Sanusi, A. (2014). Metodologi Penelitian https://doi.org/10.1016/j.aos.2016.06.
Bisnis (Cetakan Ke). Jakarta: 001
Salemba Empat. Sugiyono. (2016). Metode Penelitian dan
Saputra, A., Utami, I., & Kristianti, I. Pengembangan R&D (Edisi Ke-2).
(2018). Akuntabilitas Dan Bandung: ALFABETA, CV.
Transparansi Pelaporan Keuangan Valentine, S., & Godkin, L. (2019). Moral
Pemerintah Daerah Serta Potensi intensity, ethical decision making,
Whistleblowing Atas Penyalahgunaan and whistleblowing intention. Journal
Dana. Jurnal Ilmiah Wahana of Business Research, 98, 277–288.
Akuntansi, 13(1), 13–28. https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2019
https://doi.org/https://doi.org/10.2100 .01.009
9/wahana-akuntansi/13.1.02 Wakerkwa, R., Falah, S., & Safkaur, O.
Schultz, D., & Harutyunyan, K. (2015). (2018). Faktor-Faktor yang
Combating corruption: The Mempengaruhi Minat Aparatur Sipil
development of whistleblowing laws Negara (ASN) untuk Melakukan
in the United States, Europe, and Tindakan Whistle-Blowing Pada
Armenia. International Comparative PEMDA Propinsi Papua. Jurnal
Jurisprudence, 1(2), 87–97. Akuntansi, Audit & Aset, 1(1), 42–57.
https://doi.org/10.1016/j.icj.2015.12.0 https://doi.org/https://doi.org/10.3336
05 9/j.akuntansi.9.1.1-16
Setiawati, L. P., & Sari, M. M. R. (2016). Waytz, A., Dungan, J., & Young, L.
Profesionalisme, Komitmen (2013). The whistleblower’s dilemma
Organisasi, Intensitas Moral Dan and the fairness–loyalty tradeoff.
Tindakan Akuntan Melakukan Journal of Experimental Social
Whistleblowing. E-Jurnal Akuntansi Psychology, 49(6), 1027–1033.
Universitas Udayana, 17(1), 257– https://doi.org/10.1016/j.jesp.2013.07
282. .002
Shawver, T. J., & Shawver, T. A. (2018). Zanaria, Y. (2016). Pengaruh
The Impact of Moral Reasoning on Profesonalisme Audit, Intensitas
Whistleblowing Intentions. Research Moral untuk Melakukan Tindakan
on Professional Responsibility and Whistleblowing (Studi pada KAP di
Ethics in Accounting, 21, 153–168. Indonesia). Akuisisi: Jurnal
https://doi.org/10.1108/S1574- Akuntansi, 12(1).
076520180000021005 https://doi.org/https://doi.org/10.2412
Singarimbun, M. (2009). Metode 7/akuisisi.v12i1.95.g70
Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Page 77

View publication stats

You might also like