You are on page 1of 16

Maragustam, Paradigma Revolusi Mental ...

PARADIGMA REVOLUSI MENTAL


DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA
BERBASIS SINERGITAS ISLAM DAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Maragustam
Guru Besar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga
e-mail: maragustam@gmail.com

Abstract
Mental revolution associated with a massive revamp of the human mind which manifests in three
mindset patterns, confident, and patterns of taste-spirituality that bear behavior. That three patterns
were based on the values that is planted in a person, they are: religion, culture-tradition, and philosophy
of the nation. The existence of a person’s mental character is influenced by many factors, namelyeduca-
tion, environment, heredity and global culture. The global culture is useful to make everything easier
to do in all areas of life, but on the other hand, the negative impact of global culture created secularism,
materialism, hedonism, liberalism and the absence of religious spirituality. Therefore, this research at-
tempts to answer how does the mental revolution paradigm toward characer establishment that based
on the synergy of Islam and educational philosophy, how the strategy implies, and which values are
needed to be revolutionized primarily. The approach is qualitative-reference by using analysis tech-
nique such as : content analysis, data reduction, data display and data verification. The conclusion is
that a paradigm of mental revolution is basically the positive (good)-interactive mental of human and
also dual-interactive. Mental revolution should be carired through stages and lasting continuously
through six holistic and integral pillars:civilizing-habituation, moral knowing, moral loving and feel-
ing, moral acting, modelling and conversion to implement takhalli, tahalli and tajalli.
Keywords: mental revolution, character, spiritual, religious and educational of Islamic philosophy.

Abstrak
Revolusi mental berkaitan dengan merubah besar-besaran batin manusia yang mewujud dalam tiga
pola yakni pola pikir, pola yakin, dan pola rasa-spiritualitas yang melahirkan prilaku. Tiga pola itu
berbasis pada nilai-nilai yang dipatrikan dalam diri seseorang, yaitu: agama, tradisi-budaya dan fal-
safah bangsa. Eksistensi mental berkarakter seseorang dipengaruhi banyak faktor, antara lain pen-
didikan, lingkungan, hereditas, dan budaya global. Khusus budaya arus global disatu sisi bermanfaat
yakni mempermudah dalam segala bidang kehidupan. Di sisi lain membawa dampak negatif seperti
sekularisme, materialisme, liberalisme, hedonisme serta nihilisasi spiritualitas agama. Untuk itu, pe-
nelitian ini menjawab bagaimana paradigma revolusi mental menuju pembentukan karakterberbasis
sinergitas Islam dan filsafat pendidikan,bagaimana strateginya dan nilai-nilai apa saja yang utama
untuk direvolusi. Pendekatannya kualitatif-kepustakaan dengan teknik analisis yaitu analisis isi,
reduksi data, display data dan verifikasi data. Simpulannya adalah paradigma revolusi mental dimana
pada dasarnya mental manusia itu positif (baik)-interaktif, juga dualis-interaktif. Merevolusi mental
harus melalui tahapan dan terus menerus. Strateginya melalui enam rukun yang holistik dan integral
yakni habituasi-pembudayaan, moral knowing, moral loving and feeling, moral acting, keteladanan
dan pertobatan dengan melaksanakan takholli, tahalli dan tajalli.
Kata kunci: revolusi mental, karaker, spiritual keagamaan dan filsafat pendidikan Islam.

161
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 2, Desember 2015

Pendahuluan demikian mental seseorang menjadi


Arus globalisasi membawa manfaat bad character, dan tidak lagi dapat
yakni mempermudah dalam segala membedakan mana yang real dan
bidang kehidupan. Namun di sisi lain mana yang tidak; mana yang sifatnya
arus globalisasi membawa dampak kebutuhan (need) dan mana pula yang
negatif. Di antara akibat negatif sifatnya keinginan (want). Akibatnya
dari era global ini, ialah nilai-nilai bangsa akan hancur dan kehilangan
spiritualitas agama menjadi momok jati dirinya. Pada posisi ini revolusi
dalam kehidupan, agama hanya untuk mental sangat penting dilakukan dan
akhi-rat, sementara urusan dunia tidak itu pusatnya adalah manusianya bukan
berkaitan dengan agama. Sebagian sistem atau sarana prasarananya.
masyarakat men-jauh dari nilai-nilai Jati diri manusia terdiri dari perang-
agama, nilai-nilai sosial budaya dan kat jasad, ruh, akal, hati dan nafs. Revo-
nilai-nilai falsafah bangsa. Menurut lusi mental harus berangkat dari kete-
Mudji Sutrisno (1994:178), sisi negatif patan memahami perangkat itu. Karena
dari globalisasi ialah: (1) kecen-derungan perangkat itulah alat bagi mental. Jika
untuk massifikasi, penyeragaman pemahaman terhadap hal itu keliru,
manusia dalam kerangka teknis, sistem maka akan keliru pula dalam menentu-
industri yang menempatkan semua kan bagaimana strategi revolusi mental
orang sebagai mesin atau sekrup good character. Menurut Harefa (2001: 4)
dari sebuah sistem teknis rasional; bahwa dosa terbesar para guru adalah
(2) sekularisme, yang berarti tidak terlalu banyak melakukan pengajaran
diakuinya lagi adanya ruang nafas dan pelatihan, namun hampir tidak per-
buat yang Ilahi, atau dimensi religius nah mela-kukan pendampingan (men-
dalam hidup kita; (3) orientasi nilainya torship) terhadap peserta didik untuk
yang menomorsatukan instant solution, mengejar dan mencari jati dirinya se-
resep jawaban tepat, cepat, langsung. bagai pribadi, anggota kelompok, dan
Dengan faktor negatif arus globalisasi sebagai manusia warga masyarakat du-
seharusnya manusia kembali ke ajaran nia. Dosa besar itu terjadi karena keliru
fun-damental agama yang sumbernya dalam memahami siapa sesungguhnya
Alquran dan hadis, nilai-nilai falsafah jati diri manusia.
bangsa dan nilai-nilai tradisi-budaya. Jati diri manusia bermental baik
Karena wahyu Tuhan yang diturunkan, dalam Islam adalah manusia yang me-
bukan untuk kepentingan Tuhan tetapi nyadari esensi keberadaannya sebagai
untuk kepentingan ketenteraman makhluk individu, makhluk sosial, dan
manusia (Fajlur Rahman, 1980:58). makhluk Tuhan. Artinya yang sung-
Akibat dari manusia tidak mengin- guh menjadi manusia, tidak cukup
dahkan nilai-nilai luhur (nilai agama, saleh indivi-du (personal), tetapi harus
sosial budaya dan falsafah bangsa), juga saleh sosial. Itulah revolusi men-
maka masyarakat akan dikendalikan tal good character yang dibangun Nabi
oleh paham liberalisme, hedonisme,dan SAW kepada umatnya berbasis Islam
sekuralisme. Dalam kondisi yang menuju kedamaian (rahmah) bagi selu-

162
Maragustam, Paradigma Revolusi Mental ...,

ruh alam semesta (QS. Al-Anbiya’:107). tercapai kriteria-kriteria tersebut mau


Kenyataan di negara kita ini banyak di- tidak mau harus melalui pendidikan
antara kelompok anak bangsa beragama dan pembudayaan di masyarakat.
justru menaburkan sikap kebenci-an, Mental berkaitan dengan batin
sikap anti terhadap perbedaan aliran yang mewujud dalam cara berpikir,
dalam seagama, sikap bermusuhan ter- cara merasa, dan cara bersikap atau
hadap penganut agama lain, truth claim meyakiniyang melahirkan tindakan.
(meng-klaim kebenaran hanya untuk Menurut Poerwadar-minta (2005: 762)
dirinya atau kelompoknya), kekerasan bahwa mentalitas berarti keadaan batin;
dan konflik antar/intra agama, tudu- cara berpikir dan ber-perasaan. Sedan-
han penodaan agama, mengkafirkan gkan revolusi mental pada hakikatnya
yang tidak sealiran, menuduh orang mengisi mental manusia dengan nilai-
lain sebagai aliran sesat, sengketa ru- nilai luhur (nilai agama, nilai tradisi bu-
mah ibadah dan sikap negatif lainnya. daya dan nilai falsafah bangsa) secara
Kasus-kasus seperti ini pada hakikat- besar-besaran sehingga terbentuk kara-
nya sudah keluar dari garis mental anak kter baik (good character).
bangsa yang sejatinya. Tentu penye- Acuan revolusi mental good char-
babnya antara lain mental (pola pikir, acter yang berbasis Islam dan filsafat
pola rasa dan pola keyakinan) terhadap pendidikan ialah QS. Rum (30): 30 dan
Islam sendiri keliru. Untuk itu revolusi karakteristik Islam. Menurut Yusuf al-
mental menjadi signifikan melalui pen- Qardhawi (1983: vii) karakteristik Islam
didikan dan lewat kultur di masyarakat. ialah rabbaniyah (ketuhanan), insaniyah
Karena melalui dua jalur itulah diang- (kemanusiaan), syumul (universal) un-
gap paling efektif. tuk semua zaman, tempat dan manusia,
Dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 al-wasthiyyah (pola keseimbangan atau
tentang Sisdiknas Bab II Pasal (3) dise- keadil-an), al-waqi’iyyah (berpijak pada
butkan bahwa pendidikan nasional ber- kenyataan objektif manusia), al-wudluh
fungsi mengembangkan kemampuan (kejelasan), dan integrasi antara tsabat
dan membentuk watak serta peradaban (konsisten) dan murunah (luwes).
bangsa yang bermartabat dalam rangka Dari ayat ini, karakteristik Islam
mencer-daskan kehidupan bangsa, ber- dan filsafat pendidikan melahirkan em-
tujuan untuk berkembangnya potensi pat aliran filsafat pendidikan revolusi
peserta didik agar manusia yang beri- mental untuk membangun mental good
man dan bertakwa kepada Tuhan Yang character yaitu (1) fatalis-pasif, (2) ne-
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, ber- tral-pasif, (3) positif-aktif dan (4) dualis-
ilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan men- aktif. (Yasin Muham-mad, 1997: 41-75).
jadi warga Negara yang demokratis Berbeda dengan apa yang dikemukakan
serta bertanggung jawab. Dari tujuan oleh Morris L. Bigge (1982: 16), ada em-
itu bahwa dikatakan manusia sebagai pat sifat dasar manusia dan hubungan-
manusia berjati diri bangsa Indonesia nya dengan alam sekitar yaitu bad-active
jika seseorang memiliki mental seperti (jelek-aktif), good-active (baik-aktif), neu-
itu. Maka sebagai implikasinya agar tral-passive (netral-pasif) dan neutralin-

163
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 2, Desember 2015

teractive (netral-interaktif). Qur’an Majid,tth., dan Syekh Nawawi


al-Bantani, Maraqi al-’Ubudiyah, Syarh’ala
Metode Penelitian Matn Bidayah al-Hidayah, tth. Sedangkan
Pendekatan yang digunakan ialah sumber sekunder adalah berupa buku-
tematik untuk mengkaji Islam dan fil- buku, jurnal, dan lain-lain yang ber-
safat pendidikan. Pendekatan tema- hubungan dengan revolusi mental dan
tik ialah mengumpulkan ayat-ayat al- pendidikan karakter. Untuk mengeta-
Qur’an yang membahas topik tertentu hui keshahihan data, penulis menggu-
dan menertibkan-nya sedapat mungkin nakan triangulasi data sumber. Analisis
sesuai dengan masa turunnya, selaras data menggunakan anali-sis isi, reduksi
dengan sebab-sebab turunnya, kemu- data, display data, dan verifikasi data.
dian memperhatikan ayat-ayat terse-
but dengan penjelasan, keterangan Hasil Penelitian dan Pembahasan
dan hubungannya dengan ayat lain, Aspek-aspek Paradigma Revolusi
kemu-dian mengistinbatkan makna Mental
dibalik fakta. Namun demikian, bila Pada hakikatnya paradigma rev-
hal itu sulit dilaku-kan, dipandang me- olusi mental adalah pandangan baru
madai dengan menyelek-si ayat-ayat tentang perubahan besar dalam struk-
yang respresentatif. Sedangkan maksud tur mental manusia dalam membangun
pendekatan filsafat pendidikan ialah mentalitas good character. Struktur men-
dalam memahami, meng-klasifikasi, tal manusia mewujud dan didasari dari
mendeskripsikan, dan mekons-truksi (1) cara berpikir (pola pikir), (2) cara
pem-bentukan mentalitas good cha- meyakini (spiritual-hati), (3) dan cara
racter dilihat dari perspektif pemikiran bersikap (polarasa-karsa). Dari tiga pola
pendidikan Islam, dengan pendeka- inilah mentalitas good character mewu-
tan eklektik inkor-poratif. Penelitian ini jud dalam bentuk prilaku. Karakter ses-
sepenuhnya jenis penelitian kepusta- eorang baik dan jelek tergantung pada
kaan. Sebagai sumber primer ini adalah mentalitas yang mendasa-rinya. Dis-
Jansen Sinamo (editor), Buku Revolusi amping tiga yang mendasari ter-sebut
Mental Dalam Intitusi Birokrasi dan Kor- (faktor internal) juga dipicu oleh faktor
porasi, 2014, Thomas Lickona, Educating luar (eksternal).
For Character. How Our School Can Teach Kondisi mentalitas bangsa Indo-
Respect and Responsibility, 1991, Thomas nesia sedang sakit. Berkaitan dengan
Lickona, Character Matters, 2012, Doni perasaan, banyak orang selalu mera-
Koesoema A, Pendidikan Karakter Strate- sa gelisah, stress dan depresi karena
gi Mendidik Anak di Zaman Global, 2010. kurang mampu menyelesaikan masalah-
Jalal, Min al-Usul al-Tarbiyah fial-Islam, masalah yang diha-dapinya. Berkaitan
1977, Ibnu Kasir, Tafsir Ibnu Katsir, 1986, dengan pola pikir, sese-orang merasa
Ahmad Shawiy al-Maliky, al-Shawi ’ala kurang mampu melanjut-kan sesuatu
al-Jalalain,tth., Ahmad Musthafa, Tafsir yang telah direncanakan sebelum-nya,
al-Maraghi, 1974, Syekh Nawawi al-Ban- seperti tidak dapat berkonsen-trasi da-
tani, Murah Labid Tafsir li Kasyf Ma’na lam melakukan sesuatu pekerjaan, pe-

164
Maragustam, Paradigma Revolusi Mental ...,

ma-las, pelupa, dan apatis. Berkaitan dapat beradaptasi dengan lingkungan


pola prilaku, seseorang keras kepala, baik lingkungan alam maupun lingkun-
munafiq, suka berdusta, mencuri, me- gan sosial. Dengan potensi kemampuan
nyeleweng, korupsi, freesex, prostitusi, ber-adaptasi, manusia perlu direvolusi
pemerkosaan, menyiksa orang lain, dan mental-nya dengan pemberian ilmu,
menzalimi.Untuk itu revolusi mental yang dengan ilmu itu mempercepat
merupakan sebuah keha-rusan diberba- manusia mampu beradaptasi dengan
gai jalur pendidikan (formal, informal lingkungan alam dan sosial budaya dan
dan non formal) secara integral dan ho- mempersiapkan diri dengan berbagai
listik. ilmu untuk mampu beradaptasi di masa
Jati diri manusia pada prinsip- yang akan datang yang tantangannya
nya mengacu kepada dua kata dalam lebih kompleks dan global.
Alquran yakni materi diwakili dengan Jati diri manusia dapat dididik (ed-
kata basyar dan jism dan immateri diwak- ucandus/dipengaruhi) dan mendidik
ili dengan kata insan. Kata basyarah men- (educandum/mempengaruhi) dalam
gacu pada aspek lahiriah atau prilaku kerang-ka revolusi mental. Sebagai
yang dapat tumbuh secara alami sesuai konsekwensi predikat educandum dan
dengan makanan dan minuman yang educandus itu, maka Allah memberikan
dikonsumsinya (QS. al-Baqarah, [2]:247) perangkat fitrah (sistem dan kecend-
dan (QS. al-Munafiqun, [63]: 4). Kedua erungan asli) berupa potensi internal
ayat ini menunjukkan bahwa kekuatan yakni aql (akal), qalb (hati-spiritual), dan
fisik dapat membantu seseorang dalam nafs (sisi dalam manusia yang berpotensi
menjalankan tugas mora-lnya dan men- baik dan buruk) dan potensi eksternal
jerumuskan seseorang ke da-lam mak- yaitu kelenturan fisik. Berikut penjela-
siat (tuna karakter). Keperkasaan tubuh san yang berkaitan dengan aspek-aspek
merupakan modal untuk sehat mental. mental yakni:
Sedangkan kata insanberasal dari tiga Pertama, Alat bagi mental ialah as-
kata yaitu anasa, nasiya, dan anisa. Kata pekakal termasuk kata lubb yang searti
anasa berarti (1) melihat, mengetahui, dengan akal. Menurut Syekh Nawawi
dan minta izin, kata (2) nasia berarti (tth: 43-44) akal ialah:
lupa, dan kata (3) anisa berarti jinak. Dari
kata insanmemberi petunjukadanya kai-
tan sub-stansial antara manusia dengan
kemampuan penalaran, manusia lupa
terhadap sesuatu hal, disebabkan ia ke-
hilangan kesadaran terhadap sesuatu. Sejalan dengan pendapat Syekh
Oleh karena itu, dalam Islam dibenar- Nawawi tersebut dan dihubungkan
kan,, orang yang lupa tidak dibebani hu- dengan Alquran, maka akal adalah alat
kum atau tidak diminta pertanggung ja- bagi mental yang berfungsi untuk:(1)
waban. Disamping itu manusia adalah memahami dan menggambarkan ses-
makhluk yang jinak, yang berbudaya, uatu agar seseorang mencapai hakikat
dan dapat mendidik dan dididik serta yang menuntunnya ber-iman kepada-

165
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 2, Desember 2015

Nya (QS. Al-Baqarah, [2]:73), (2) penun- al-fu’aad yang secara bahasa berarti al-
tun seseorang memahami hakikat kebe- qalb pula, serta kata saadr dan suuduur
naran yang mengantarkannya kepada yang juga menunjuk pada kata al-qalb.
keimanan (QS. al-Baqarah [2]:164-165, Kata qalb terambil dari akar kata yang
al-An’am [6]:50, al-Rum [30]:19-21, al- bersifat membalik karena seringkali
Baqarah [2]:197, al-Gasyiyah [88]:17, dan ia berbolak-balik. Alquran pun meng-
Shad [38]:29,(3) daya dorong bermoral gambarkan demi-kian, ada yang baik,
(QS. Al-An’am [6]:151, (4) mengambil dan ada pula sebalik-nya. Hati ini berisi
hikmah dari sesuatu peristiwa (QS. Al- keyakinan-spritual yang diantaranya
Baqarah (2):186), dan (5) alat dzikrullah keyakinan tauhid (QS ar-Ruum :30) dan
(berzikir/mengingat kepada Allah) dan QS. Al- A’raf: 172). Karena sifat hati itu
alat memikirkan ciptaan Allah. bolak balik, karenanya dapat direvolusi
Kata ulu al-babmenurut al-Malikiy menjadi good character.
dan Ibnu Katsir adalah orang yang mem- Di antara fungsi hati ialah (1) tempat
punyai akal sempurna (Maliky, tth.:172 bersemayam iman (QS. Al-Hajj [22]:32);
dan Ibnu Katsir, tth.: 438-439). Dari (2) hati alat ma’rifah (memperoleh ilmu)
penjelasan diatas, menunjukkan bahwa (QS. Al-Hajj [22]:46 dan al-An’am [6]:25)
akal disebut-sebut dalam Alquran diser- dan (3) pusat kesadaran mental-moral
tai dengan kedudukannya yang agung yang memiliki kemampuan membe-
sambil diingatkan kepada kewajiban dakan yang baik dan yang buruk serta
mengguna-kannya. Karena akal men- mendorong manusia memilih hal yang
jadi penopang tiang agama, dan seba- baik dan meninggalkan hal yang buruk.
gai tempat penyan-daran tugas khalifah Untuk itu Nabi SAW dengan hadis yang
dan hamba. Untuk itu penyebutan akal shahih:
selalu dalam bentuk kata kerja. Orang
yang tidak menggunakan akalnya dicap
sebagai binatang ternak (QS. al-Furqan
[25] :43-44; al-Mulk [67]:10 dan al-Anfal
[8]:22). Dengan penjelasan fungsi hati tersebut,
Kedua, Alat bagi mental berikutnya maka hati yang telah dicerahkan berke-
ialah aspek qalb (hati). Kata al-qalb (mu- mampuan memberikan jawaban keba-
frad-tunggal), dan al-quluub (jamak-plu- jikan ketika seseorang harus memutus-
ral) yang berarti spiritual-hati-perasaan. kan sesuatu yang sangat penting. Kar-
Menurut Imam al-Ghazali bahwa hati enanya terdapat hubungan sebab akibat
ialah sesuatu yang latiifah (halus), ber- antara mentalitas (hati) dan prilaku. Jika
sifat rabbaaniyah (ketuhanan) dan kero- menta-litas hati seseorang baik maka
hanian yang ada hubungannya dengan pola prila-kunya akan baik pula. Seba-
jasmani. Hati yang halus itulah hakikat liknya jika mentalitas hati seseorang
manusia yang dapat menangkap se- jelek, maka prilakunya pun jelek pula.
gala rasa, mengetahui dan mengenal Ketiga, Alat bagi mental berikutnya
segala sesuatu bukan hati dalam arti ialah aspek nafs. Kata nafs berarti diri-
fisik Imam al-Ghazali, 1975: 5-6). Kata rasa-karsa. Alquran mengisyaratkan

166
Maragustam, Paradigma Revolusi Mental ...,

bermacam-macam kecenderungan nafs pendidikan untuk merevolusi mentali-


yakni nafs al-muthmainnah (nafs yang tas manusia menjadi good character yak-
tenang) (QS. Al-Fajr [89]:27), nafs al-was- ni positif-aktif, dan dualis-aktif.
wasah yakni jiwa yang selalu was-was Pertama: Mazhab Positif-Aktif. Ma-
dalam memilih ber-bagai opsi dalam zhab ini berpandangan bahwa bawaan
kehidupan, kebaikan atau keburukan, dasar atau sifat manusia sejak lahir
kebenaran atau kesalahan, ke-nikmatan adalah bermental good character (QS. al-
atau kesusahan, dan seterusnya (QS. A’raf (7):172) dan aktif mempengaruhi
Qaf [50]:16), nafs al-lawwamah yakni jiwa lingku-ngan sekitar, sedangkan ses-
yang tidak pernah merasa cukup dan eorang menjadi bermental bad charac-
selalu mencaci maki (QS. Al-Qiyamah ter adalah bersifat kecelakaaan dan se-
[75]:3) dan nafs ammaarah bissu’ yakni mentara. Semua anak dilahirkan dalam
jiwa yang selalu mendorong berbuat keadaan fitrah, dan good character, yaitu
kerusakan dan tidak mengindahkan dalam keadaaan berpihak kepada ke-
nilai-nilai kemanusiaan dan ketuhanan baikan secara kodrati, dan lingkungan
(QS. Yusuf [12]:53). Dari pengertian sosiallah menyebabkan individu meny-
tersebut, secara umum kata nafs menun- impang dari keadaan ini dan bertum-
juk kepada sisi dalam manusia yang buh semakin menjauhi dari kodratnya.
berpotensi baik dan buruk. Sekalipun Sifat dasar mental manusia memiliki
informasi dari Alqu-ran bahwa nafs ber- lebih dari sekedar pengetahuan tentang
potensi untuk positif dan negatif, na- Allah yang ada secara inheren di dalam-
mun diperoleh pula isyarat bahwa pada nya, tetapi juga suatu cinta kepada-Nya
hakikatnya potensi positif ma-nusia dan keinginan untuk melaksanakan aja-
lebih kuat dari potensi negatifnya, han- ran agama secara tulus sebagai seorang
ya saja daya tarik keburukan lebih kuat hanif sejati sesuai QS. Ar-Rum (30):30.
daripada daya tarik kebaikan. Karena Menurut ash Shabuni, kebaikan dan
itu manusia dituntut agar memelihara kesucian menyatu pada diri manusia,
kesucian nafs, dan tidak mengotorinya sementara kejahatan bersifat aksiden-
(QS. Al-Syams [91]:9-10. Maka paradig- tal. Manusia secara alamiah cende-rung
ma hakikat mental itu sebagai berikut: kepada kebaikan dan kesucian. Akan
tetapi, lingkungan sosiallah, terutama
orangtua, yang merusak terhadap diri
(nafs), akal dan fitrah anak. Menurut
Ismail Raji al-Faruqi, bahwa kecintaan
kepada semua yang baik dan bernilai
merupakan kehendak ketuhanan seba-
gai sesuatu yang Allah tanamkan ke-
pada manusia. Penge-tahuan dan ke-
Filsafat Pendidikan Paradigma patuhan bawaan kepada Allah bersifat
Revolusi Mental dan Hal-hal yang alamiah, sementara kedurhakaan tidak
Mempengaruhinya bersifat alamiah (Yasien Mohammad,
Paling tidak ada dua macam filsafat 1997: 46). Dari penjelasan ini nampak

167
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 2, Desember 2015

jelas ada hubungan erat antara lemba- sebagai berikut:


ga pendidikan, kultur politik, budaya
dan tradisi, kehidupan sosial, dengan ͻ Lingkungan (alam benda, ͻ Lingkungan (alam benda,

pertum-buhan mentalitas good character. - pendidikan, sosial, pendidikan, sosial,


pergaulan, tradisi pergaulan, budaya,
budaya, regulasi, tradisi, regulasi,
keteladanan, dll)
Melalu teori positif-aktif, manusia men- at keteladanan, dll)
Potensi Potensi
mental baik- mental jahat-
jadi pelaku yang bertindak serta bereak- aktif-warisah- aktif-warisah-
bebas bebas
si atas dunia di luar dirinya.
Kedua: Mazhab Dualis-Aktif. Men- - Potensi
mental jahat-
Potensi
mental baik-
tal manusia sejak awalnya membawa aktif-warisah-
bebas
aktif-warisah-
bebas
uk ͻ Lingkungan (alam ͻ Lingkungan (alam benda,
sifat ganda. Di satu sisi cenderung ke- benda, pendidikan, pendidikan, sosial,
si sosial, pergaulan, pergaulan, tradisi,
pada good character karena pengaruh tradisi, budaya, regulasi,
keteladanan, dll)
budaya, regulasi,
keteladanan, dll)

al-waarisah/hereditas-hereditas meru- -
pakan kecenderungan alami cabang- Islam sangat memperhatikan faktor
cabang untuk meniru sumber mulanya al-warisah (hereditas) ini dalam mem-
dalam komposisi fisik dan psikologi bentuk mentalitas good character. Seperti
atau penyalinan cabang-cabang dari Allah melebihkan keturunan Nabi Ibra-
sumbernya) dan di sisi lain bad character him dan Imran di atas bumi ini (QS.
karena pengaruh lingkungan. Dua Ali Imran [3]:34), dan pemilihan jodoh.
unsur pembentuk esensial dari struktur Nabi bersab-da: “Seleksilah untuk air
manusia secara menyeluruh, yaitu mani (istri) kamu sekalian. Karena se-
ruh dan tanah, mengakibatkan mental sungguhnya keturunan itu kuat penga-
good character dan bad character sebagai ruhnya (HR. Dailami dan Ibnu Majah).
suatu kecen-derungan yang setara pada Faktor al-warisah antara lain kecer-
manusia, yaitu kecenderungan untuk dasan, bakat, seks, beragama tauhid,
mengikuti Tuhan berupa nilai-nilai etis dan lain-lain. Disamping faktor warisan,
spiritual dan kecende-rungan mengikuti mentalitas manusia juga dipengaruhi
syetan berupa nilai-nilai a-moral dan oleh lingkungan baik lingkungan alam
kesesatan. Kecenderungan kepada good benda maupun lingkungan sosial (pen-
character dibantu oleh energi positif didikan, tradisi-budaya, dll). Menurut
berupa kekuatan spiritual (fitrah tauhid), Jacques Rous-seau (1712-1778) bahwa
kenabian dan wahyu Tuhan, bisi-kan semua adalah baik pada waktu datang
malaikat, kekuatan akal-hati yang dari tangan Sang Pencipta, tetapi semua
sehat, dan nafs muthmainnah (jiwa yang menjadi buruk di tangan manusia. De-
tenteram). Sedangkan kecenderungan mikian juga menurut Syekh Nawawi
bad-character berupa energi negatif begitu pentingnya pengaruh lingkun-
yakni nafsu ammarah bissu’ (nafsu yang gan sosial dalam pembentukan men-
selalu cenderung destruktif), nafsu talitas yang good character, katanya:
lawwamah (nafsu yang tercela dan
peragu), kesesatan dan bisikan setan.
Jika digambarkan paradigma filsafat
pendidikan dan Islam merevolusi
mental manusia menjadi good character

168
Maragustam, Paradigma Revolusi Mental ...,

Kemampuan dan kecenderungan Dari lima ini melahirkan enam rukun


ganda tersebut kemudian saling mem- strategi pembentu-kan mentalitas good
pengaruhi secara aktif dengan pole- character yaitu:
san lingkungan sehingga tumbuh dan Rukun Pertama: Habituasi dan
berkembang menjadi lebih baik atau pem-budayaan moral acting (tindakan
lebih buruk. Hal ini dapat dilihat tafsir- yang baik).
an dari QS. al-Hijr [15]:28-29), al-Balad Menurut Ibrahim Alfikiy, kebi-
[90]:10) dan al-Syams [91]:7-10. Dari asaan adalah pikiran yang diciptakan
berbagai kajian literatur dan fakta-fakta seseorang dalam benaknya, kemudian
emprik di lapangan bahwa filsafat dual- dihubungkan dengan perasaan dan diu-
is-aktif-warisah-bebas, adalah paling co- lang-ulang hingga akal meyakininya se-
cok membentuk paradigma filsafat pen- bagai bagian dari perilakunya (Ibrahim
di-dikan dalam revolusi mental. Hanya Alfikiy, 2012: 91). Artinya pembiasaan
saja kecendurungan dasar kepada men- dan pembudayaan adalah memberi si-
tal good character sudah diberikan pada fat dan jalan tertentu dalam pikiran,
zaman azali khususnya kecenderungan keyakinan, perasaan-keinginan dan pri-
kepada agama tauhid (QS. Al-A’raf:172 laku secara terus menerus; kemudian
dan ar-Ruum:30). Tuhan menghendaki jika sifat kebiasaan itu telah terpatri,
agar manusia bermen-tal good charac- seseorang sangat suka melakukannya.
ter, dan Dia tidak ingin manusia ber- Menurut Ahmad Amin kebiasaan baru
mental bad character (QS. An Nisa’:79). dapat menjadi mental berkarakter jika
Bahkan Tuhanpun kadang memberikan seseorang senang atau ada keinginan
hidayah kepada seseorang yang secara kepada sesuatu yang dibiasakan dan
terus menerus mengharap-kannya den- diterimanya keinginan itu, dan diulang-
gan perbuatan baik. Menurut Imam ulang keinginan dan penerimaan itu
Ibnu Katsir bahwa, hidayah ini dibatasi secukupnya (Ahmad Amin, 1975: 27).
masalah iman saja (al-Shabuni, 2004: Hukum pembiasaan itu melalui lima
21). tahapan yakni (1) berpikir, (2) pereka-
man, (3) pengulangan, (4) penyimpan-
Ranah Strategi dalam revolusi mental an, dan (5) kebiasaan (Ibrahim Alfikiy,
Good Character 2012: 91). Contoh pembiasaan dalam Is-
Paling tidak ada lima pendeka- lam ialah shalat untuk anak yang belum
tan dalam penanaman nilai yakni: (1) dewasa (HR. al-Hakim). Ulama fiqh
pende-katan penanaman nilai (inculca- pun menciptakan kaidah fiqh kulliyah
tion approach), (2) pendekatan perkem- yakni“al-‘adah muhak-kamah,” bahwa
bangan moral kognitif (cognitif moral tradisi yang baik bisa menjadi pertim-
development approach), (3) pendekatan bangan hukum. Di antara penyebab
analisis nilai (values analysis approach), ketidakmampuan seseorang bermental
(4) pendekatan klarifikasi nilai (values good character meskipun ia telah memi-
clarification approach), dan (5) pendeka- liki pengetahuan tentang kebaikan itu
tan pembe-lajaran berbuat (action learn- adalah karena ia tidak terlatih (terbiasa)
ing approach) (Zaim Mubarok, 2009: 60). untuk melakukan kebaikan itu. Syaiba-

169
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 2, Desember 2015

ni menyebutkan bahwa bahwa 99 per- peserta didik dapat menyadari, simpati,


sen dari perbuatan yang dilakukan oleh empati, menjiwai dan mengidentifikasi-
manusia adalah suatu kebiasaan yang kan nilai-nilai mereka sendiri serta nilai-
otomatik (1979: 157). nilai orang lain, agar mampu berkomu-
Rukun Kedua: Membelajarkan hal- nikasi secara terbuka dan jujur dengan
hal yang baik (moral knowing). orang lain, dan kesadaran emosional
Dengan membelajarkan yang baik- untuk memahami perasaan, nilai-nilai,
buruk itu, peserta didik dapat memu- keyakinan, dan pola tingkah laku mer-
tuskan nilai-nilai mana yang dipilih eka sendiri dan orang lain.
dalam pertim-bangan kesadaran moral, Rukun Keempat: Keteladanan (moral
pemahaman dan kebebasan, dan nilai modeling)
mana yang lebih ting-gi dan banyak Mentalitas good characer pada fitrah-
manfaatnya dari berbagai kebiasaan pri- nya butuh keteladanan dari lingkungan
laku di masyarakat. Tanpa ada pemaha- sekitar. Manusia lebih banyak belajar
man dan pengertian, kesadaran dan dan mencontoh dari apa yang ia lihat
kebebasan tidak mungkin ada sebuah dan alami. Salah satu makna hakiki dari
mental tindakan berkarakter. Dalam Is- terma tarbiyah (pendidikan) adalah
lam pun sebuah tindakan baru diminta mencontoh atau imi-tasi. Keteladanan
pertang-gungjawabannya apabila yang yang paling berpengaruh adalah yang
melakukan itu sudah dewasa, berakal paling dekat dengan diri kita terutama
(memahami dan berpengetahuan), da- pergaulan sosial. Begitu tertan-capnya
lam keadaan sadar, dan ada kebebasan pengaruh keteladanan ini, dapat diikuti
untuk memilih. Sebuah tindakan yang dialog antara Nabi SAW dengan saha-
tidak disadari, tidak dibim-bing oleh bat bernama Handzalah. Handzalah
pemahaman tertentu, dan tidak ada ke- ketika bersama keluarganya merasakan
bebasan, maka tindakan itu tidak akan perasaan yang berbeda dengan ketika
memiliki makna bagi individu tersebut, bersama Rasulullah dalam segi kejerni-
sebab ia sendiri tidak menyadari dan han, kepatuhan dan ketakutannya ke-
tidak mengetahui makna dan akibat tin- pada Allah.
dakan yang dilakukannya. Tindakan itu Rukun Kelima: Pertaubatan dengan
itu disebut tindakan instingtif atau ritu- melaksanakan takhalli, tahalli, dan
al yang lebih dekat pada cara bertindak tajalli
bi-natang (Dalam QS. Al-Zumar: 9). Tobat pada hakikatnya ialah kem-
Rukun Ketiga: Moral feeling dan bali kepada Allah setelah melakukan
loving(merasakan dan mencintai yang kesalahan dengan menyesali atas dosa-
baik). dosa yang dilakukannya dan berjanji
Strategi ini menekankan untuk untuk tidak melakukannya lagi serta
mengkaji perasaaan dan perbuatan pe- bertekad berbuat kebajikan di masa
serta didik sendiri dan perbuatan orang yang akan datang (QS. Al-Baqarah: 222).
lain, untuk meningkatkan kesadaran Dalam tobat, ingatan, pikiran, perasaan,
mereka ten-tang nilai-nilai mereka dan hati nurani, secara total diguna-
sendiri. Strategi ini dimaksudkan agar kan untuk menangkap makna dan nilai

170
Maragustam, Paradigma Revolusi Mental ...,

yang dilakukan selama ini, menemukan


hubungan dengan Tuhannya, dan kes-
iapan menanggung konsekwensi dari
tindakan tobatnya. Tobat akan memben-
tuk kesadaran tentang hakikat hidup,
tujuan hidup, melahirkan optimisme,
nilai kebajikan, nilai-nilai yang di dapat
dari berbagai tindakannya, manfaat dan
keham-paan tindakannya, dan lain-lain
sedemikian rupa, sehingga seseorang
dibawa maju un-tuk melakukan suatu Nilai-Nilai Utama Dalam Revolusi
tindakan dalam paradigma baru dan Mental
karakter baru di masa-masa akan da- Inti dari tujuan pendidikan nasional
tang. Pertobatan membu-tuhkan tiga adalah mengembangkan potensi peser-
rukun: (1) Rukun takhalli berarti meng- ta didik untuk memiliki karakter cerdas,
kosongkan atau membersihkan diri dari spiritualitas dan good character. Menurut
sifat-sifat tercela dan dari kotoran pe- Diane Tilman (2004: vii), ada dua belas
nyakit hati yang merusak. Takhalli me- nilai utama karakter yang perlu diinter-
rupakan filosofis terberat, karena terdiri nalisasikan yakni sebagai berikut: 1) ke-
dari mawas diri, pengekangan segala damaian/peace, 2) penghargaan/respect,
hawa nafsu dan mengkosongkan hati 3) cinta/love, 4) tole-ransi/tolerance, 5)
dari segala-galanya termasuk dosa-do- kejujuran/honesty, 6) kerendahan hati/
sa, kecuali dari diri yang dikasihi yaitu humility, 7) kerjasama/cooperation, 8)
Allah SWT. (2) Rukun tahalli berarti ber- kebahagiaan/happiness, 9) tanggung-
hias dengan prilaku terpuji baik kepada jawab/responsibility, 10) kesederhana-
Tuhan maupun kepada manusia. Tahal- an/simpliticity, 11) kebebasan/freedom,
li berproses meditasi, meleburkan ke- dan 12) persatuan/unity. Karakter ini
sadaran dan pikiran untuk dipusatkan juga merupakan nilai-nilai univer-
dalam perenungan kepada Tuhan, set- sal yang disepakati. Menurut Thomas
elah melewati proses pember-sihan hati Lickona, menawarkan dua nilai utama
yang ternoda oleh nafsu-nafsu duniawi yang berdasar atas hukum moral, yaitu
. (3) Rukun tajalli, ialah seseorang hati- sikap hormat dan bertanggung jawab.
nya terbebaskan dari tabir (hijab) yaitu Nilai-nilai tersebut mewakili dasar mo-
sifat-sifat kemanusian atau memper- ralitas utama yang berlaku secara uni-
oleh cahaya yang selama ini tersembu- versal. Dua nilai utama tersebut sangat
nyi atau fana segala selain Allah ketika diperlukan untuk 1) pengembangan
nampak (tajalli) wajah-Nya. mental (jiwa) yang sehat, 2) kepedu-
Jika digambarkan maka para- lian akan hubungan interpersonal, 3)
digama holistik interkonektif dalam hal sebuah masyarakat yang humanis dan
strategi pembentukan mentalitas good demokratis, dan 4) dunia yang adil dan
character adalah sebagai berikut: damai (Lickona, 2013: 69-70). Tentunya
nilai-nilai tersebut harus disesuaikan

171
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 2, Desember 2015

dengan konteks budaya dan falsafah yakni seseorang mengekspresikan rasa


negara masing-masing. Menurut Her- keterkaitan, tujuan hidup, makna hidup
mawan nilai yang perlu direvolusi di dan kesadaran ke dimensi transen-
Indonesia ialah dapat dipercaya dan dental (Yang Maha Tinggi). Pola pikir,
kewargaan, mandiri dan kreatif, saling sikap, keyakinan, dan perilaku patuh
menghargai dan gotong royong. Setiap akan melaksanakan ajaran agamanya,
nilai tersebut akan dilihat dari dua sisi, toleran terhadap pelaksanaan ibadah
yakni atribut vertikal yang dilakukan agama lain, dan hidup rukun dengan
oleh pemerintah dan atribut horizontal pemeluk agama lain. Dengan kata lain,
yang dilakukan oleh masyarakat. Inti- seseorang akan menjalin hubungan baik
nya, nilai-nilai baru ini dihidupi oleh dan hormonis dengan Tuhan (hablun
kedua pihak atau butuh kolaborasi minallah) dan dengan manusia (hablun
antara pemerintah dan rakyat (http:// min annas).
www.Mediaindonesia.com/, diakses Spiritualitas adalah inti dari hati
tanggal 22 Agustus 2015). nurani moral (moral consequence). Hati
Mengelaborasi dari berbagai penda- nurani moral ini merupakan kekuatan
pat tersebut dan ditinjau dari perspektif ruhaniyah dan keimanan yang mem-
Islam, filsafat pendidikan dan nilai-nilai beri semangat kepada seseorang untuk
luhur bangsa, maka paling tidak ada tiga berbuat terpuji (good character) dan men-
belas nilai utama yang perlu dipatrikan ghalanginya dari berbuat jahat (bad cha-
ke dalam mental manusia Indonesia. racter). Mental character consequence dap-
Penggerak utama dari tiga belas nilai at menguasai dan mengawasi seseorang
itu ialah spiritual keagamaan/tauhid dalam setiap geraknya dan merupakan
(ma’rifatullah) menuju kedamaian. titik tolak seseorang untuk bersikap dan
Ma’rifatullah pada hakikatnya beri- berbuat. Iman yang letaknya dalam hati
man kepada Allah dalam tiga hal yakni akan menimbulkan konsekuensi logis
(1) mengimani TauhidUluhiyah ialah terhadap tindakan-tindakan mental
bahwa Allah Maha Tunggal yang paling berkarakter berupa pengalaman norma-
berhak di sembah, ditaati, dan dipatuhi; norma Islam (moral judgement), tang-
(2) mengimani TauhidRububiyah, ialah gung jawab moral (moral responsibility),
Allah yang Maha Pengatur itu yang men- dan ganjaran moral (moral rewards).
ciptakan, mengatur perkara-perkaranya Sebelum seseorang melakukan
dan yang mendidiknya serta yang me- perbuatan positif atau negatif, pada
ngawasi, dan (3) mengimani Tauhidal- hakikatnya dalam diri manusia ada
Asma’ wa al-Sifah ialah bahwa tiap-tiap mental kekuatan yang dikenal dengan
yang berlaku di alam ini bersumber dari suara batin/hati (conscience) untuk men-
perbuatan dan pengaturan Allah, dan dorong atau mengingatkannya. Bila su-
kepada-Nya setiap kesudahan akhir, ara batin negatif yang dituruti, maka ia
dan daripada-Nya pula bermula set- akan berprilaku jahat dan menguasai
iap sesuatu. Ma’rifatullah berimplikasi kebaikan serta menjauh dari prilaku
kepada pandangan pribadi (pola pikir, baik. Sebaliknya jika suara batin yang
pola hati dan pola rasa) dan perilaku positif yang dilakukan, maka seseorang

172
Maragustam, Paradigma Revolusi Mental ...,

akan menguasai keburukan dan terhin- kan tingkatan ketiga, ialah sangat cinta
dar dari prilaku buruk. Menurut Ah- pada hak dan kebenaran, mengorbank-
mad Amin, suara hati itu tiga tingkatan; an diri dan hartanya untuk menolong
tingkatan pertama, perasaan melakukan dan menguatkan realisasi kebenaran,
kewajiban karena takut kepada manu- tidak takut dicela didalam jalan kebe-
sia.Tingkatan kedua, perasaaan meng- naran, mengajak manusia kepada kebe-
haruskan mengikuti apa yang diperin- naran walaupun mereka menghadapi
tahkan oleh undang-undang, meskipun mati, dan mereka melakukan menurut
sendirian atau dimuka orang banyak, keyakinannya walaupun disiksa dan di-
dan tingkatan ketiga, perasaan seharus- hina, dia tidak terikat kecuali apa yang
nya mengikuti apa yang dipandang be- dipandangnya benar, dia melaksanakan
nar oleh dirinya berbeda dengan penda- pandangannya dibelakang peraturan
pat orang lain atau sesuai, menyalahai dan undang-undang agar diketahui
undang-undang atau berbeda (Ahmad dasar kebenaran, dan bila ia tiak sam-
Amin, 1975: 75-76). pai kesitu ia lakukan dengan perbuatan,
Faktor negatif dari tingkatan per- walaupun menyalahi pendapat para
tama ialah 1) seseorang suka jatuh di pembesar. Tingkatan ini adalah men-
dalam lembah kehinaan, bila berada tal suara hati yang paling tinggi karena
sendirian dan jauh dari penglihatan mengikuti keyakinan dan pendapatnya
orang lain, dan 2) bila terpengaruh yang dipandang benar oleh dirinya,
dengan lingkungan yang buruk, tentu walau orang lain tidak merestuinya.
dia tidak malu akan berbuat keji dan Keyakinan yang paling kuat ialah be-
tidak takut penglihatan orang untuk rasal dari ajaran agama.
melakukan segala kejahatan, serta 3) Hubungan hati nurani moral dan
jika aturan lemah atau ada celah, maka ibadah hubungan interaktif (timbal
ia akan melakukan berbagai kejahatan balik). Hati nurani moral (moral conse-
tanpa batas. Sedangkan sisi positifnya, quence) melahirkan ibadah dan ibadah
jika selalu di kawal dan peraturannya juga melahirkan hati nurani moral. Maka
super ketat, maka dia akan melakukan ibadah dan moral consequence secara sa-
kebaikan. Pada tingkatan kedua ada- dar atau tidak sadar akan mengembang-
lah perasaaan seseorang mengharuskan kan sikap hidup, sifat-sifat, kehendak,
mengikuti apa yang diperintahkan oleh perilaku dan akhlak terpuji dan mengu-
undang-undang, meskipun sendirian rangi akhlak tercela.
atau dimuka orang banyak. Suara hati Dari karakter 1) spritualitas kea-
ini lebih tinggi dari yang pertama, kar- gamaan berintikan ma’rifatullah (tauhid),
ena menetapkan dirinya untuk tunduk akan melahirkan karakter 2) integritas
kepada undang-undang sehingga ter- [kejujuran-amanah], 3) tanggung jawab,
hindar dari siksaan. Namun sisi negat- 4) saling menghormati, 5) kerendahan
ifnya apabila ada celah untuk dilanggar hati, 6) toleransi menuju harmoni, 7)
dalam undang-undang tersebut, dia peduli sosial berbasis sayang, 8) cin-
akan melakukan kejahatan karena ter- ta ilmu/kecerdasan, 9) etos dan kerja
hindar dari menyalahi aturan. Sedang- keras, [kreatif, kerajinan, ulet, teliti,

173
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 2, Desember 2015

tekun, komitmen, disiplin, teguh pendi- toleransi menuju harmoni, peduli sosial
rian dan berilmu],10) cinta tanah air, 11) berbasis sayang, cinta ilmu/kecerdasan,
kesabaran, 12) mandiri, dan 13) silatur- etos dan kerja keras, (kreatif, kerajinan,
rahim-komunikasi yang santun. Tentu ulet, teliti, tekun, komitmen, disiplin,
masih banyak lagi nilai-nilai selain yang teguh pendirian dan berilmu), cinta ta-
13 ini namun dengan mempatrikan 13 nah air, kesabaran, mandiri, dan silatur-
ini akan berimplikasi kepada nilai-nilai rahim-komunikasi yang santun.
terpuji lainnya.
___
Penutup
Paradigma revolusi mental bahwa DAFTAR PUSTAKA
pada dasarnya mentalitas manusia itu-
good character-aktif. Hubungan mental
Amin, Ahmad (1975). Al-Akhlaq, Farid
manusia dengan lingkungan itu saling Ma’ruf (penterjemah). Jakarta:
mempengaruhi. Disamping paradigma Bulan Bintang.
good character-aktif, juga dualis aktif. Ar- Bigge, Morris L (1982). Learning Theories
tinya manusia membawa mental yang for Teachers. USA: Harper and Row
baik dan buruk secara berhadap-hada- Publishers.
pan dan seimbang. Sedangkan pengar- Doni, Koesoema A (2010). Pendidikan
uh dari luar saling mempengaruhi. Men- Karakter Strategi Mendidik Anak di
talitas manusia dapat dibentuk menjadi Zaman Global. Jakarta: Grasindo.
good character dan sebaliknya juga bisa Elfiky, Ibrahim (2012). Terapi Beripikir
bad character. Karena pada hakikatnya Positif. Jakarta: Zaman.
mental (jiwa) manusia bagaikan tanah Harefa, Andrias (2001).Menjadi Manusia
liat, yang siap ditempa dalam bentuk Pembelajar. Jakarta: Kompas Media
Indonesia.
apa saja. Untuk itu merovolusi mental
dimulai dari masa anak-anak (pemben- Ibnu Katsir (1966). Tafsiir Ibnu Katsiir.
Lebanon: Liththaba’ah wa al-
tukan), masa remaja (pengembangan), Nasyar.
masa dewasa (pemantapan), dan masa
Ibnu Katsir (2004). Mukhtashor Tafsir
tua (pembijaksanaan) dan dilakukan Ibnu Katsir, Juz al-Tsalis.Beirut:
secara terus menerus, integral dan ho- Mathba’ah al-Ashriyah.
listik. Strateginya melalui lima rukun Jalal, Abdul Fatah (1977). Min al-Ushuul
yang holistik dan integral yakni habi- al-Tarbiyah fii al-Islaam. Beirut: Daar
tuasi-pembudayaan yang baik, moral al-Fikr.
knowing, moral loving and feeling, ketela- Lickona, T (2013).Educating For Character.
danan dan pertobatan dengan melak- How Our School Can Teach Respect
sanakan takholli, tahalli dan tajalli. Nilai- and Responsibility, Juma Abdu
Wamaungo (penterjemah). Jakarta:
nilai utama mentalitas yang berkarakter Bumi Aksara.
itu ialah spritualitas keagamaan berin-
Maliky al, Ahmad Shawiy, al-Sawi ’ala>
tikan ma’rifatullah (tauhid), integritas al-Jalalain, (ttp. Dar al-Ihya al-Kutb
(kejujuran-amanah), tanggung jawab, al-’Arabiyah, tt.), Juz 1.
saling menghormati, kerendahan hati,

174
Maragustam, Paradigma Revolusi Mental ...,

Maraghi, Ahmad Musthofa (1974). Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:


Tafsiir al-Maraagi. Beirut: Syirkah Balai Pustaka.
Maktabah. Qardhawi, Yusuf (1983). Al-Khasais
Mudji, Sutrisno SJ (1994). Dialog Kritis Al-Ammah Li Al-Islam. Beirut:
dan Identitas Agama, Bandung: Muassasah al-Risalah.
Mizan. Rahman, Fajlur (1980).Major Themes of
Nawawi al-Bantani, Syekh (tth).Maraqi the Qur’an. Chicago: Bibliotheca
al-’Ubudiyah, Syarh’ala Matn Bidayah Islamica.
al-Hidayah. Semarang: Toha Putra. Yasin, Mohammad (1997). Insan Yang
Nawawi al-Bantani, Syekh (tth).Qami’ Suci, Konsep Fitrah Dalam Islam,
al-Tugyan ‘Ala Manzumah Sya’ab al- Masyhur Abadi (penerjemah).
Iman, Semarang: Thaha Putra. Bandung: Mizan.
Poerwadarminta, W.J.S. (2005). Kamus

175
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 2, Desember 2015

176

You might also like