You are on page 1of 13

Media Peternakan, Desember 2008, hlm. 212-224 Vol. 31 No.

3
ISSN 0126-0472
Terakreditasi SK Dikti No: 43/DIKTI/Kep/2008

Pembentukan Model Penciptaan Pengetahuan (Knowledge Creation)


dalam Mendorong Inovasi pada Koperasi Susu di Indonesia:
Suatu Studi Konfirmatori
The Formation of Knowledge Creation Model in Encouraging Innovation in the
Dairy Cooperation in Indonesia: a Confirmatory Study

A. Sukmawati a *, M. S. Ma’arif b, Mariminb, K. Mudikdjo c, H. Hardjomidjojob &


N. S. Indrastib
a
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
Jl. Lingkar Kampus, Wing Rektorat Lt. 3 IPB Darmaga Bogor 16680
b
Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Jl. Lingkar Akademik, Kampus IPB Darmaga Bogor 16680
c
Departemen Ekonomi & Sumber Daya Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor
Jl. Lingkar Kampus, Wing Rektorat Lt. 3 IPB Darmaga Bogor 16680
(Diterima 04-03-2008; 21-07-2008)

ABSTRACT

Many theories highlighted the critical importance of knowledge creation on the long-
term success of the organization. However, the scarcity of empirical work on knowledge
creation model has limited our understanding of the overall organizational process
involved. To overcome this, we attempt a comprehensive analyze of knowledge creation
model within the organization, exploring the relationship between innovation, knowledge
creation model, problem-solving capability, absorptive capacity, knowledge acquisition and
assets. Data of this case study were taken from three dairy cooperations in Java. Analysis
was conducted using Structural Equation Modeling (SEM) with Lisrel 8.72. The results
revealed that several contributing factors (problem-solving capability, absorptive capacity,
knowledge acquisition and assets) had significant effect on innovation. On the other
hand, knowledge creation model had no significant effect on innovation in the context
of the dairy cooperation in Indonesia. The implication for managers is that by focusing
on externalization process in knowledge creation model within the organization. In the
pattern of innovations, product innovation is the most important.

Key words: innovation, knowledge creation, problem-solving capability, absorptive


capacity, dairy cooperation

PENDAHULUAN

* Korespondensi: Koperasi susu di Indonesia merupakan


Jl. Lingkar Kampus, Wing Rektorat Lt. 3 IPB Darmaga Bogor
16680. E-mail: anggrainism@ipb.ac.id salah satu koperasi yang hidup dalam persaing-

212 Edisi Desember 2008


SUKMAWATI ET AL. Media Peternakan

an yang makin ketat. Hal ini ditunjukkan de- Para pakar manajemen telah mengem-
ngan adanya penurunan jumlah koperasi persu- bangkan berbagai konsep tentang penciptaan
suan maupun rendahnya pertumbuhan produksi nilai melalui inovasi. Hasil penelusuran be-
susu dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. berapa rujukan ilmiah menunjukkan bahwa
Produksi susu segar Indonesia pada tahun 2005 penelitian-penelitian mengenai strategi dan
hanya mampu memenuhi 25% dari 1.751,6 kinerja perusahaan cenderung mengemukakan
juta l yang merupakan kebutuhan total industri sumber daya internal sebagai basis keunggulan
pengolahan susu (Indocommercial, 2005). bersaing. Kesuksesan perusahaan tidak selu-
Peningkatan keunggulan bersaingnya menjadi ruhnya ditentukan oleh lingkungan eksternal-
hal yang krusial karena agroindustri susu ber- nya, tetapi justru kesuksesan tersebut berakar
peran penting dalam pembangunan ekonomi. dalam perusahaan sendiri pada sumber daya
Hal ini ditunjukkan oleh besarnya kontribusi yang berharga, langka, sulit ditiru dan sulit
pada pembangunan ekonomi Indonesia, mulai digantikan. Berdasarkan pandangan ini, bebe-
dari penciptaan lapangan kerja, peningkatan rapa pakar mengkaji bahwa pengetahuan meru-
kesejahteraan petani dan penghematan devisa pakan sumber daya yang paling strategik yang
negara. dimiliki oleh perusahaan (Nonaka & Takeuchi,
Konsumsi susu dan produk susu olah- 1995; Tuomi, 1999; Probst et al., 2000). Lebih
an per kapita per tahun di Indonesia pada lanjut dikemukakan bahwa pengetahuan dan
tahun 2005 baru mencapai 7 l. Konsumsi kemampuan untuk menciptakan pengetahuan
ini tergolong rendah di Asia Tenggara bila baru merupakan hal yang paling memung-
dibandingkan Malaysia sebesar 21 l/tahun kinkan perusahaan untuk memanfaatkan dan
dan Thailand 24,96 l/tahun (Indocommercial, menstransformasikan sumber daya-sumber
2005). Delgado et al. (1999) memprediksi daya lain. Perusahaan yang membangun ke-
bahwa pada tahun 2020 rataan konsumsi susu unggulan bersaingnya dengan berbasis pada
per kapita per tahun di Asia Tenggara 16 kg. pengetahuan dan kemampuan menciptakan
Hal tersebut menunjukkan tersedia potensi pengetahuan baru, akan mampu mengungguli
pasar yang besar di Indonesia, apabila dikait- para pesaingnya karena perusahaan tersebut
kan dengan jumlah penduduk yang pada tahun mampu mempelajari dan menciptakan penge-
2000 telah mencapai 210,44 juta jiwa dan ke- tahuan baru dengan lebih cepat.
cenderungan peningkatan konsumsi per kapita Salah satu indikator terjadinya proses
di masa mendatang. Potensi pasar yang besar penciptaan pengetahuan di suatu perusahaan
ini tentunya memberi peluang yang menarik adalah adanya inovasi-inovasi yang dihasil-
bagi agroindustri susu domestik maupun luar kan (Nonaka & Takeuchi, 1995). Inovasi
negeri untuk memperbesar pangsa pasarnya. tersebut dapat diamati dari produk baru yang
Persaingan ini akan sangat ditentukan oleh dihasilkan, kemasan produk yang baru dan
kemampuan entitas usaha dalam menciptakan cara baru dalam memproduksi maupun pe-
nilai tambah bagi pelanggan. rubahan-perubahan positif dalam mutu produk
Semakin ketatnya persaingan dalam (Q atau quality), biaya produksi (C atau cost),
memperebutkan pangsa pasar telah mendorong kecepatan sampainya produk ke pelanggan (D
perusahaan-perusahaan untuk mengembang- atau delivery), keamanan dalam memproduksi
kan kemampuan menciptakan nilai tambah (S atau safety) serta semangat karyawan dalam
bagi pelanggan dalam mempertahankan posisi menjalankan tugas dan tanggung jawabnya (M
bersaingnya. Kemampuan menciptakan nilai atau morale) (Rogers, 1998).
tambah dalam agroindustri susu akan sangat Apabila pengetahuan dan kemampuan
ditentukan oleh kemampuan melakukan ino- perusahaan menciptakan pengetahuan baru
vasi. Kemampuan berinovasi ini memerlukan secara terus menerus merupakan sumber daya
perilaku organisasi yang fleksibel, lebih efektif kunci yang menyebabkan perusahaan mampu
dan bersikap kompetitif. bertahan, maka penting memahami proses

Edisi Desember 2008 213


Vol. 31 No. 3 PEMBENTUKAN MODEL

penciptaan pengetahuan tersebut. Gagasan me- fungsional. Hal ini dimaksudkan agar kompo-
ngenai penciptaan pengetahuan ini merupakan nen komponen yang terlibat dalam koperasi
hal baru, maka masih terbatas sekali penelitian susu terwakili pendapatnya (Singarimbun &
mengenai bagaimana organisasi menciptakan Effendi, 1995). Data yang diambil pada pe-
dan memproses pengetahuan sebagai sumber nelitian ini berjumlah 104 responden. Hal ini
keunggulan bersaing. Berdasarkan pertimbang- sesuai dengan saran Hair et al. (1998).
an tersebut, maka penelitian mengenai pencip-
taan pengetahuan ini dilakukan pada koperasi Pengolahan dan Analisis Data
susu yang mempunyai karakteristik bersaing
melalui inovasi dan rentannya entitas bisnis Data yang dikumpulkan melalui kue-
ini dalam menghadapi persaingan global yang sioner dan wawancara ditabulasikan, diolah
makin ketat, sehingga perlu segera diupayakan dan dianalisa dengan perangkat lunak LISREL
peningkatan keunggulan bersaingnya. (Linear Structural Relationship) versi 8.72.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi Beberapa tahapan yang penting dilakukan
struktur pembentukan model penciptaan penge- dalam operasional SEM adalah spesifikasi
tahuan di Koperasi Susu di Indonesia. Hal ini model, identifikasi model, pemilihan matriks
dilakukan dengan merumuskan peubah-peubah input, estimasi model, evaluasi model dan
penciptaan pengetahuan pada koperasi susu. interpretasi model (Hair et al., 1998). Teknik
SEM mempunyai dua kemampuan, yaitu: (1)
METODE estimasi hubungan ketergantungan berganda
dan saling terkait dan (2) menggambarkan
Pengumpulan Data konsep tak teramati dalam hubungan-hubung-
an tersebut dan memperhitungkan pengukuran
Populasi yang diteliti adalah kelompok kesalahan dalam proses estimasi (Hair et
koperasi persusuan yang tergabung dalam al.,1998). Tahapan membentuk model SEM
Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) diuraikan pada Gambar 1.
yang bertindak sebagai pemasok susu segar
bagi IPS. Saat ini terdapat 192 koperasi yang Perancangan Model
menjadi anggota GKSI yang terkonsentrasi di
pulau Jawa dengan rincian Jawa Barat dan DKI Koperasi merupakan entitas bisnis de-
Jakarta berjumlah 96 koperasi, Jawa Tengah ngan karakteristik khusus, yaitu (1) adanya re-
dan DI Yogyakarta berjumlah 34 koperasi dan lational contracting yang menunjukkan bahwa
Jawa Timur berjumlah 38 koperasi (GKSI, pemilik dan konsumen adalah orang yang sama
2005). dan (2) mutual benefit anggota menjadi pri-
Pengumpulan data dilakukan dengan oritas utama (Nasution, 2000). Berdasarkan hal
metode studi literatur dan survei lapang. tersebut ukuran kinerja koperasi haruslah lebih
Contoh untuk survei lapang dalam penelitian didasarkan pada kesuksesan pencapaian misi
ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan secara luas daripada sekedar perolehan keun-
mempertimbangkan produksi, sebaran wilayah, tungan. Kinerja suatu entitas bisnis sangat di-
jumlah anggota dan kesediaan koperasi men- pengaruhi adanya inovasi. Sellani (1994) mem-
jadi tempat penelitian. Penelitian dilaksanakan bagi inovasi menjadi dua jenis, yaitu inovasi
pada tiga koperasi, yaitu KPS Bogor, SAE teknikal dan inovasi administratif/manajerial.
Pujon-Malang dan Koperasi Susu Sukamulya Inovasi teknikal merupakan implementasi ide
Kediri. Responden peternak ditentukan secara untuk produk, proses dan jasa baru, sedangkan
acak terstratifikasi (stratified random sampling) inovasi administratif/manajerial merupakan
dari masing-masing koperasi berdasarkan inovasi yang bersifat intangible dan merupakan
kepemilikan sapi laktasi, sedangkan penge- implementasi ide untuk suatu kebijakan baru.
lola koperasi ditentukan berdasarkan klaster Nasution (2005) membagi inovasi menjadi

214 Edisi Desember 2008


SUKMAWATI ET AL. Media Peternakan

Membangun basis model secara teoritis

Menentukan konstruk diagram jalur

Identifikasi kolerasi konstruk dan indikator

Pemilihan tipe
matriks input

Penetuan masalah penelitian

Identifikasi model

Evaluasi estimasi model

Interpretasi model
Ya,
Respesifikasi model
Modifikasi model

Tidak

Model final

Gambar 1. Tahapan pengembangan structural equation modeling

tiga, yaitu inovasi administratif, proses dan Indikator adanya konversi pengetahuan berupa
produk. Adanya inovasi dapat diidentifikasikan pembelajaran, artikulasi, kerjasama dan rekon-
dengan adanya konversi pengetahuan serta figurasi, sedangkan indikator KPMPK adalah
peningkatan kemampuan pemecahan masalah adanya kreativitas, konsensus dan kelengkapan
dan pengambilan keputusan (KPMPK). (Ginsberg, 1994). Merujuk pada studi Soo et
Perancangan model konseptual didasar- al. (2002a), digunakan proses KPMPK sebagai
kan pada konsep penciptaan pengetahuan yang suatu proses yang diamati untuk mengiden-
dikemukakan Nonaka & Takeuchi (1995) yang tifikasi adanya pengetahuan, karena dalam
dikenal dengan model SECI (Socialisation, realitanya pengetahuan tidak dapat diamati dan
Externalisation, Combination, Internalisation). diukur secara langsung (Kaplan et al., 2001).
Model SECI didasarkan pada interaksi dinamis Kemampuan pemecahan masalah dan
antara pengetahuan eksplisit (explicit know- pengambilan keputusan itu sendiri dipe-
ledge) dan pengetahuan tacit (tacit knowledge) ngaruhi oleh akuisisi pengetahuan dan daya
yang membentuk spiral proses penciptaan serap. Menurut Soo et al. (2002a), akuisisi
pengetahuan dan terus berputar dengan empat pengetahuan meliputi interaksi informal dan
cara konversi pengetahuan, yaitu sosialisasi, kolaborasi formal dengan pemasok maupun
eksternalisasi, kombinasi dan internalisasi. konsumen, sedangkan daya serap meliputi

Edisi Desember 2008 215


Vol. 31 No. 3 PEMBENTUKAN MODEL

daya serap individu dan daya serap organisasi. peubah endogen, yaitu DSERAP (Daya
Daya serap merupakan kemampuan mengenali Serap), KONVERSI (Konversi Pengetahuan),
nilai informasi atau pengetahuan yang baru KPMPK (Kemampuan Pemecahan masalah
dan strategis bagi organisasi, mengasimilasi- dan Pengambilan Keputusan) dan INOVASI
kannya dan menggunakannya untuk kegiatan- (Inovasi Koperasi).
kegiatan yang berujung pada inovasi (Cohen &
Levinthal, 1990). Hipotesis penelitian. Berdasarkan model
Daya serap di sisi lain, juga mempe- struktural yang disusun, maka hipotesis yang
ngaruhi konversi pengetahuan secara bersama- diuji dalam penelitian tercantum di bawah ini:
sama dengan aset pengetahuan. Nonaka et al. 1. pengaruh positif antara aset pengetahuan
(2000) mengelompokkan aset pengetahuan dengan konversi pengetahuan,
yang dimiliki perusahaan menjadi empat tipe, 2. pengaruh positif antara akuisisi pengetahuan
yaitu eksperimental, konseptual, sistemik dan dengan daya serap,
rutin. Indikator aset pengetahuan meliputi 3. pengaruh positif antara akuisisi pengetahuan
kepercayaan antara anggota dan koperasi, citra dengan kemampuan pemecahan masalah
koperasi, keterampilan anggota dan karyawan dan pengambilan keputusan,
koperasi serta prosedur dalam organisasi. 4. pengaruh positif antara daya serap dengan
Berdasarkan kerangka pikir di atas, konversi pengetahuan,
dilakukan perancangan model struktural 5. pengaruh positif antara daya serap dengan
(Gambar 2). Terdapat dua peubah eksogen kemampuan pemecahan masalah dan pe-
pada model yang disusun ini, yaitu: ASET ngambilan keputusan,
(Aset Pengetahuan) dan AKUISISI (Akuisisi 6. pengaruh positif antara konversi penge-
Pengetahuan). Selain itu, terdapat empat tahuan dengan kemampuan pemecahan

X1
Y3 Y4 Y5 Y6
X2

Aset
X3

Konversi Y 10
X4

Y1
Daya Serap Inovasi Y 11
Y2

KPMPK Y 12
X5
Akuisisi
X6
Y7 Y8 Y9

Gambar 2. Model struktural hubungan antar peubah penciptaan pengetahuan pada koperasi persusuan di
Indonesia. KPMPK=kemampuan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan; notasi X
mewakili peubah eksogen yang terdiri atas X1=eksperimental, X2=konseptual, X3=sistemik,
X4=rutin, X5=interaksi dan X6=kolaborasi; notasi Y mewakili peubah endogen yang terdiri
atas Y1=daya serap individu, Y2=daya serap organisasi, Y3=internalisasi, Y4=eksternalisasi,
Y5=sosialisasi, Y6=kombinasi, Y7=kreativitas, Y8=konsensus, Y9=kelengkapan, Y10=
administrasi, Y11=proses, Y12=produk.

216 Edisi Desember 2008


SUKMAWATI ET AL. Media Peternakan

Aset Pengetahuan
Konversi
ƒ Eksperiental Pengetahuan
ƒ Konseptual Hipotesis 1
ƒ Hipotesis 7
Sistemik
ƒ Rutin • Internalisasi
• Eksternalisasi
• Sosialisasi
Hipotesis 4
• Kombinasi

Hipotesis 6 Inovasi
Daya Serap
Hipotesis 5 Hipotesis 8
ƒ Individu Kapabilitas ƒ Administrasi
ƒ Organisasi Pemecahan ƒ Proses
Masalah & ƒ Produk
Pengambilan
Hipotesis 2 Keputusan

Akuisisi
Hipotesis 3 ƒ Kreativitas
Pengetahuan
ƒ Konsensus
ƒ Kelengkapan
ƒ Interaksi
ƒ Kolaborasi

Gambar 3. Kerangka pemikiran penciptaan pengetahuan pada koperasi persusuan di Indonesia. Tanda
panah menggambarkan hipotesis pengaruh positif antara dua peubah.

masalah dan pengambilan keputusan anak panah lain yang bukan berasal dari faktor
7. pengaruh hubungan positif antara konversi laten yang menuju ke indikator menunjukkan
pengetahuan dengan inovasi, ragam alat pengukuran. Selanjutnya, angka
8. pengaruh positif antara kemampuan pe- yang menyertai anak panah yang berasal dari
mecahan masalah dan pengambilan kepu- suatu faktor laten dan menuju faktor laten lain
tusan dengan inovasi. menunjukkan besaran pengaruhnya.
Selengkapnya terdapat pada Gambar 3. Masing-masing peubah eksogen mem-
punyai indikator yang dinotasikan dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN X, meliputi eksperiental (X1), konseptual
(X2), sistemik (X3), rutin (X4), interaksi
Pengujian model SEM dilakukan (X5) dan kolaborasi (X6). Masing-masing
menggunakan program LISREL yang meng- peubah endogen mempunyai indikator yang
hasilkan model gabungan berikut: (1) model dinotasikan Y, meliputi daya serap individu
persamaan struktural yang menjelaskan (Y1), daya serap organisasi (Y2), internalisasi
hubungan antar peubah laten dan (2) model (Y3), eksternalisasi (Y4), sosialisasi (Y5),
pengukuran (measurement model) faktor laten kombinasi (Y6), kreativitas (Y7), konsensus
dengan indikator-indikatornya. Nama-nama (Y8), kelengkapan (Y9), administrasi (Y10),
indikator ditempatkan di dalam bidang segi proses (Y11) dan produk (Y12).
empat, sedangkan nama-nama peubah laten Keterangan Gambar 4:
ditempatkan dalam bidang oval (Gambar 4). ξ1 = ASET (Aset Pengetahuan), disebut se-
Angka yang menyertai anak panah yang keluar bagai Faktor 1 (F1)
dari faktor laten ke indikator menunjukkan ξ 2 = AKUISISI (Akuisisi Pengetahuan) dise-
nilai loading, sedangkan angka yang menyertai but Faktor 2 (F2)

Edisi Desember 2008 217


Vol. 31 No. 3 PEMBENTUKAN MODEL

Y1 0.66
0.64 X1 0.62
0.87 DAYA SERAP Y2 0.11
1.00
1.00 Y3 0.64
ASET
0.52 X2 0.15
0.79 Y4
0.99 0.42
0.35 KONVERSI 1.00
0.97 Y5 0.46
0.94 X3 0.51 0.34 0.72
0.82 Y6 0.70
0.37
0.34 KPMPK
0.85 Y7 0.55
AKUISISI
0.68 X4
0.51 0.98 Y8 0.37
0.71 1.00
-0.25 Y9
INOVASI 0.39
0.63 X5 0.96
1.00 Y10 0.17
0.92
Y11 0.23
0.25 X6 1.00
Y12 0.10

Gambar 4. Model struktural dengan koefisien estimasi. KPMPK=kemampuan pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan; notasi X mewakili peubah eksogen yang terdiri atas X1= eksperi-
mental, X2=konseptual, X3=sistemik, X4=rutin, X5=interaksi dan X6=kolaborasi; notasi Y
mewakili peubah endogen yang terdiri atas Y1=daya serap individu, Y2=daya serap organ-
isasi, Y3=internalisasi, Y4=eksternalisasi, Y5=sosialisasi, Y6=kombinasi, Y7=kreativitas,
Y8=konsensus, Y9=kelengkapan, Y10= administrasi, Y11= proses, Y12=produk.

η1 = DSERAP (Daya Serap), disebut Faktor 3 (studi konfirmatori) disampaikan pada karya
(F3) ini, sehingga penilaian kesesuaian model
η 2 = KONVERSI (Konversi Pengetahuan), secara deskriptif dilihat dari nilai GFI (GFI=
disebut Faktor 4 (F4) 0,72). Nilai tersebut mengindikasikan bahwa
η 3 = KPMPK (Kemampuan Pemecahan ma- model dapat diterima. Kriteria kedua berdasar-
salah dan Pengambilan Keputusan) dise- kan incremental fit measures menunjukkan
but Faktor 5 (F5) penelitian ini dapat diterima, karena nilai GFI
η 4 = INOVASI (Inovasi Koperasi), disebut yang disesuaikan (AGFI=0,62) mengindikasi-
Faktor 6 (F6) kan bahwa model cukup sesuai dengan data.
Kriteria ketiga berdasarkan parsimonious
Kesesuaian Model fit measures menunjukkan model ini dapat
diterima (Tabel 1).
Kesesuaian model penelitian ini dianalisa
berdasarkan kriteria goodness-of-fit, yaitu Validitas dan Reliabilitas Model
pengukuran kesesuaian matriks input observasi
atau aktual (peragam atau korelasi) dengan Kesahihan peubah indikator dapat dilihat
prediksi model yang diajukan (Hair et al., dari nilai uji-t lebih besar dari 1,96 (Tabel 2).
1998). Hasil evaluasi model berdasarkan kri- Semua peubah indikator mempunyai nilai
teria pertama, absolute fit measures menunjuk- uji-t lebih besar dari 1,96, sehingga dapat
kan bahwa derajat bebasnya (db) cukup kecil dikatakan bahwa semua peubah indikator
demikian juga nilai Khi-kuadrat (χ2), sehingga yang digunakan adalah sahih. Hasil pengujian
model dapat dikatakan sesuai. Satu model tingkat reliabilitas dapat disimpulkan bahwa

218 Edisi Desember 2008


SUKMAWATI ET AL. Media Peternakan

Tabel 1. Hasil uji kesesuaian model

Ukuran kesesuaian Ketentuan Nilai yang diperoleh


Absolut fit measures
db Diharapkan kecil 126
χ2 Diharapkan kecil 363,36 (p= 0,00000)
GFI 0 – 1, mendekati 0,9 good fit 0,72
RMR <0,5 0,11
RMSEA <0,08 0,13
Incremental fit measures
AGFI 0 – 1, mendekati 0,9 good fit 0,62
NFI 0 – 1, mendekati 0,9 good fit 0,73
Parsimonious fit measures
PGFI 0–1, Semakin tinggi semakin baik 0,53
PNFI 0-1, Semakin tinggi semakin baik 0,60
Keterangan: db=derajat bebas, χ2=Khi-kuadrat, GFI=goodness-of-fit index, RMR=standardized root mean square
residual, RMSEA=root mean square error of approximation, AGFI=adjusted goodness-of-fit index,
NFI=normed fit index, PGFI=parsimony goodness-of-fit index, PNFI=parsimony normed fit index.

model pengukuran (measurement model) Nilai λX(1)=0,87 merupakan besaran


penelitian ini sesuai dengan data, karena hasil muatan faktor, yang berarti 87% fluktuasi nilai
perhitungan reliabilitas konstruk tidak ada peubah laten ASET menjelaskan fluktuasi indi-
yang kurang dari 0,70, sehingga sesuai dengan kator X1, atau 87% fluktuasi X2 menjelaskan
saran Sharma (1996). fluktuasi X1, karena skala ASET adalah X2.
Lamda X3 menunjukkan bahwa setiap pe-
Analisis Model Pengukuran rubahan satu satuan X3 dijelaskan 0,35 satuan
peubah laten ASET dan λX(4) menunjukkan
Peubah laten eksogen dan endogen yang bahwa setiap perubahan satu satuan X4 dijelas-
dibentuk didasarkan analisis faktor, yang kan oleh 0,82 satuan peubah laten ASET.
masing-masing dikonfirmasi melalui model Keterangan ini merupakan konfirmasi dari
pengukurannya. Peubah indikator yang mem- hubungan peubah laten ASET dengan keempat
punyai nilai lamda paling besar ditetapkan indikator pengamatan. Semua hubungan ber-
sebagai skala pengukuran dan kemudian diberi sifat searah karena koefisien lamda semuanya
nilai 1, serta ragam galatnya dianggap nol, positif. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin
sehingga muatan faktor pada indikator lainnya tinggi peran aset pengetahuan terhadap proses
mengacu secara relatif terhadap indikator penciptaan pengetahuan ditandai oleh mening-
skala. Sebagai contoh, pada model pengukuran katnya penguasaan pengetahuan yang bersifat
ASET indikator skalanya adalah X2 (citra), eksperiental, konseptual, sistemik dan rutin.
maka λX(6,1)=1,0. Penafsiran pada sub Demikian seterusnya pemaknaan untuk peubah
model ini mengandung persamaan-persamaan laten yang lain (Tabel 2).
berikut: Temuan penelitian ini menunjukkan
X1 = 0,87 *ASET + δ1 bahwa keberadaan aset pengetahuan yang
X2 = 1,00 *ASET + δ2 paling berpengaruh tampak pada pengetahuan
X3 = 0,35 *ASET + δ3 konseptual (1,00), dibandingkan pengetahuan
X4 = 0,82 *ASET + δ4 eksperiental (0,87) dan pengetahuan rutin

Edisi Desember 2008 219


Vol. 31 No. 3 PEMBENTUKAN MODEL

Tabel 2. Ringkasan hasil komputasi statistik SEM model pengukuran peran penciptaan pengetahuan
dalam mendorong inovasi pada koperasi susu di Indonesia

Model pengukuran
Standard error Nilai t-hitung
Reliabilitas Validitas isi R2
Peubah laten Indikator (SE) (α = 0,05)
(batas bawah 0,7)
X1 0,87 0,17 5,15 0,36
X2 1,00 0,10 * 0,48
ASET 0,86
X3 0,35 0,16 2,22 0,06
X4 0,82 0,17 4,89 0,32
X5 0,71 0,17 4,20 0,37
AKUISISI 0,85
X6 1,00 0,16 * 0,75
Y1 0,62 0,14 4,58 0,34
DAYA SERAP 0,81
Y2 1,00 0,16 * 0,89
Y3 0,79 0,14 5,49 0,35
Y4 1,00 0,08 * 0,57
KONVERSI 0,96
Y5 0,97 0,14 6,73 0,53
Y6 0,72 0,14 5,04 0,29
Y7 0,85 0,13 6,42 0,44
KPMPK 0,96 Y8 1,00 0,08 * 0,62
Y9 0,98 0,13 7,44 0,60
Y10 0,96 0,06 15,93 0,83
INOVASI 0,97 Y11 0,92 0,06 14,39 0,77
Y12 1,00 0,03 * 0,90
Keterangan: * Indikator ini digunakan untuk mendefinisikan skala faktor laten dengan menetapkan nilai loading-
nya sama dengan 1. KPMPK=kemampuan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan; notasi X
mewakili peubah eksogen yang terdiri atas X1=eksperimental, X2=konseptual, X3=sistemik, X4=rutin,
X5=interaksi dan X6=kolaborasi; notasi Y mewakili peubah endogen yang terdiri atas Y1=daya serap in-
dividu, Y2=daya serap organisasi, Y3=internalisasi, Y4=eksternalisasi, Y5=sosialisasi, Y6=kombinasi,
Y7=kreativitas, Y8=konsensus, Y9=kelengkapan, Y10=administrasi, Y11=proses, Y12=produk;
R2=regresi.

(0,82). Hal ini menunjukkan bahwa aset pe- formal dengan akuisisi pengetahuan (1,00)
ngetahuan terbesar yang dimiliki koperasi susu lebih kuat dibandingkan dengan pengaruh
adalah pengetahuan konseptual. Aset penge- terhadap kegiatan interaksi informal dan
tahuan konseptual dibentuk dari pengetahuan akuisisi pengetahuan (0,71). Perbedaan kekuat-
eksplisit, sehingga lebih mudah diartikulasikan an tersebut dapat dijelaskan melalui studi
melalui simbol, pencitraan dan gaya berbahasa. Szulanski (1996) yang menyatakan bahwa
Aset pengetahuan konseptual juga memberikan agar terjadi alih informasi atau pengetahuan,
mekanisme untuk memfasilitasi proses inter- diperlukan suatu konteks yang membuat
aksi, inovasi dan pembelajaran (Chou & He, manusia atau perusahaan dapat secara
2004). efektif melakukan akuisisi. Hal yang sama
Kegiatan akuisisi pengetahuan dapat disampaikan Von Krogh et al. (2000) bahwa
dilakukan dengan berbagai cara, baik secara mobilisasi aset-aset tanwujud (intangible
formal maupun informal (Probst et al., 2000). assets) seperti informasi dan pengetahuan
Penelitian ini menunjukkan bahwa pada kope- membutuhkan konteks. Selanjutnya Mowery
rasi susu, pengaruh antara kegiatan kolaborasi & Oxley (1996) menyampaikan bahwa akuisisi

220 Edisi Desember 2008


SUKMAWATI ET AL. Media Peternakan

pengetahuan dipengaruhi oleh seberapa formal efektivitas pembelajaran dan lebih lanjut dari
hubungan antara organisasi-organisasi yang penciptaan pengetahuan. Penelitian kali ini
melakukan aliansi. Aliansi yang didasarkan tidak mengeksplorasi peran dari konsep ‘care’,
oleh suatu perjanjian formal dengan derajat namun mengingat bahwa sering dikatakan
mengikat akan memberikan peluang besar bagi bahwa orang Indonesia senang bekerja pada
terjadinya alih pengetahuan. situasi yang gotong royong, maka hal ini
Daya serap koperasi susu terhadap hasil merupakan topik menarik untuk diteliti lebih
akuisisi pengetahuan lebih dipengaruhi oleh lanjut.
daya serap organisasi (1,00) dibandingkan daya Peubah inovasi merupakan tujuan utama
serap individu (0,62). Hal ini relevan dengan penelitian ini, maka adanya temuan bahwa
temuan dari penelitian ini, bahwa kegiatan inovasi produk (1,00) merupakan indikator
akuisisi pengetahuan lebih dipengaruhi oleh adanya inovasi yang paling berpengaruh, bila
kegiatan kolaborasi formal. Daya serap organi- dibandingkan dengan inovasi administratif
sasi bukanlah merupakan penjumlahan daya (0,96) dan proses (0,92). Hal ini berarti bahwa
serap individu yang berkerja pada organisasi inovasi pada koperasi susu yang paling ber-
bersangkutan (Cohen & Levinthal, 1990). pengaruh terhadap terciptanya keunggulan
Ada faktor-faktor organisasi yang bekerja bersaing adalah inovasi produk. Hal yang sama
lintas struktur dalam hal ini yang dapat ditemukan pada industri kecil yang bergerak
membuat akuisisi pengetahuan dilakukan di bidang furnitur bahwa inovasi produk
secara efektif, misalnya kebijakan-kebijakan adalah inovasi yang paling berpengaruh
dan sistem komunikasi. Koperasi susu perlu (Indarti & van Geenhuizen, 2005). Konversi
memanfaatkan semaksimal mungkin daya pengetahuan mempengaruhi seluruh tahap
serap organisasi untuk meningkatkan daya inovasi produk baru cara yang berbeda setiap
serap koperasi terhadap hasil-hasil akuisisi tahapannya (Schulze & Hoegl, 2006). Hal ini
pengetahuan. mengindikasikan bahwa agar koperasi susu
Indikator terkuat adanya konversi pe- dapat menciptakan inovasi produk, maka perlu
ngetahuan pada koperasi susu adalah proses didorong terjadinya konversi pengetahuan
eksternalisasi (1,00). Eksternalisasi merupakan melalui proses eksternalisasi yang mengubah
proses mengartikulasikan pengetahuan tacit pengetahuan tasit menjadi eksplisit.
menjadi pengetahuan eksplisit (Nonaka et al.,
2000). Analisis Model Struktural
Faktor konsensus (1,00) merupakan
faktor paling berpengaruh dalam kegiatan Pengujian terhadap hipotesis dilakukan
pemecahan permasalahan dan pengambilan dengan melihat nilai regresi terbobot pada
keputusan pada koperasi susu bila diban- kolom CR (critical ratio) yang dihasilkan
dingkan dengan kreativitas (0,98) dan faktor program LISREL versi 8.72. Nilai CR ini
kelengkapan (0,85). Faktor konsensus merupa- identik dengan uji-t dalam regresi. Nilai t-hitung
kan faktor yang merujuk pada kemampuan ini dibandingkan dengan nilai kritisnya, yaitu
mengatasi hambatan sosial, karena merupakan 1,96 pada taraf nyata 5% dan 2,58 pada taraf
refleksi keharmonisan dan komitmen bersama nyata 1%. Jika nilai t-hitung hasil pengolahan
untuk mencapai sasaran. Seperti dikemuka- data telah melampaui nilai kritisnya pada
kan Von Krogh et al. (2000), bahwa dalam taraf P<0,05, maka hipotesis alternatif yang
kegiatan-kegiatan yang mengarah pada pen- diajukan diterima. Sebaliknya, jika nilai t-hitung
ciptaan pengetahuan, ‘care’ yang dicirikan belum dapat melampaui nilai kritisnya dengan
dengan keterbukaan, rasa saling percaya, taraf nyata P<0,05 maka hipotesis alternatif
kebiasaan tolong-menolong, tidak berorientasi ditolak. Hasil uji hipotesis secara lengkap
pada kepentingan pribadi dan tanpa pamrih, ditampilkan pada Tabel 3. Berdasarkan hasil uji
merupakan hal-hal yang mempengaruhi tersebut, pengaruh konstruk aset dan akuisisi

Edisi Desember 2008 221


Vol. 31 No. 3 PEMBENTUKAN MODEL

Tabel 3. Analisis model persamaan struktural

Seluruh responden (n= 104)


Path coeficient antar peubah
Nilai koefisien t-hitung Hipotesis (H)
Pengaruh aset pengetahuan terhadap konversi
0,99 5,36** Terima H1
pengetahuan
Pengaruh akuisisi pengetahuan terhadap daya serap 0,51 3,46** Terima H2
Pengaruh akuisisi pengetahuan terhadap kemampuan
0,34 2,55* Terima H3
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
Pengaruh daya serap terhadap konversi pengetahuan 0,15 1,97* Terima H4
Pengaruh daya serap terhadap kemampuan
0,37 2,98** Terima H5
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
Pengaruh konversi pengetahuan terhadap
kemampuan pemecahan masalah dan pengambilan 0,34 3,18** Terima H6
keputusan
Pengaruh konversi pengetahuan terhadap inovasi -0,25 -1,70 Tolak H7
Pengaruh kemampuan pemecahan masalah dan
0,51 3,47** Terima H8
pengambilan keputusan terhadap inovasi
Keterangan: * : nyata pada P< 0,05; ** : sangat nyata pada P< 0,01

pengetahuan terhadap daya serap, konversi akuisisi dan konversi dengan sama besar. Hal
pengetahuan, kemampuan pemecahan masalah ini sejalan dengan penelitian Soo et al. (2002b)
dan pengambilan keputusan serta inovasi dapat yang menyimpulkan bahwa efektivitas peme-
dilihat pada Gambar 4. cahan masalah dan pengambilan keputusan
Berdasarkan model struktural (Gambar tergantung kepada efektivitas pemanfaatan
4) diketahui bahwa ada dua peubah laten yang sumber pengetahuan. Sumber pengetahuan or-
mempengaruhi model penciptaan pengetahuan, ganisasi adalah akuisisi (Soo et al., 2002a) dan
yaitu aset pengetahuan (0,99) dan daya serap konversi pengetahuan (Nonaka et al., 2000;
(0,15). Temuan ini menguatkan pendapat Irsan, 2005; Muthusamy & Palanisamy, 2006).
Nonaka et al. (2000) yang menyatakan bahwa Berdasarkan model struktural yang telah
kepemilikan aset pengetahuan sangat menen- dibentuk, terdapat dua peubah laten yang
tukan keberhasilan konversi pengetahuan pada mempengaruhi inovasi, yaitu konversi pe-
suatu entitas bisnis dalam hal kecepatan proses ngetahuan (-0,25) dan kemampuan pemecahan
dan biaya atas proses konversi pengetahuan masalah dan pengambilan keputusan (0,51).
tersebut. Inovasi yang terjadi pada koperasi susu yang
Kemampuan pemecahan masalah dan diteliti berhubungan erat dengan kemampuan
pengambilan keputusan dipengaruhi oleh pemecahan masalah dan pengambilan keputus-
tiga peubah laten, yaitu akuisisi pengetahuan an. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Soo
(0,34), daya serap (0,37) dan konversi penge- et al. (2000b), yang menyatakan bahwa proses
tahuan (0,34). Akuisisi pengetahuan dan pemecahan masalah yang efektif merupakan
konversi pengetahuan mempengaruhi KPMPK sumber pengetahuan yang efektif bagi organi-
yang sama besar, yaitu 34%, tetapi konversi sasi. Hasil ini mendukung pernyataan Hubeis
pengetahuan mempunyai taraf nyata yang lebih (2005), bahwa inovasi merupakan sikap
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa keberha- termotivasi untuk memecahkan masalah yang
silan pemecahan masalah dan pengambilan didukung oleh kemampuan berpikir kreatif.
keputusan pada koperasi susu dipengaruhi oleh Proses konversi pengetahuan di sisi lain, tidak

222 Edisi Desember 2008


SUKMAWATI ET AL. Media Peternakan

menunjukkan adanya hubungan dengan inovasi Cohen, W. M. & D. A. Levinthal. 1990. Absorp-
yang terjadi. Hal ini dapat dipahami karena tive capacity: a new perspective on learning
memang belum ada produk inovatif yang di- and innovation. Administrative Science
Quarterly 35: 128-152.
hasilkan, maupun inovasi administrasi yang Delgado, C., M. Rosegrant, H. Steinfeld, S. Ehui
diterapkan. Temuan Allaire & Wolf (2004) & C. Courbois. 1999. Livestock to 2020;
menyatakan bahwa keberhasilan inovasi di the next food revolution. Discussion Paper
bidang agrofood tergantung proses konversi 28. International Food Policy Research
pengetahuan yang dilakukan berbagai pihak, Institute, Washington D.C.
antara lain sektor publik, swasta dan moda Ginsberg, A. 1994. Minding the Competition:
From Mapping to Mastery. Strategic Mana-
kolektif dari pertukaran pengetahuan. gement Journal 15: 153-174.
Hair, Jr, J. F., R. E. Anderson, R. L. Tatham
KESIMPULAN & W. C. Black. 1998. Multivariate Data
Analysis. 5th Ed. Prentice-Hall International,
Keberadaan aset pengetahuan yang pa- Inc., New Jersey.
ling berpengaruh tampak pada pengetahuan Hubeis, M. 2005. Manajemen Kreativitas dan
Inovasi dalam Bisnis. PT. Hecca Mitra
konseptual, sedangkan terjadinya akuisisi pe- Utama, Jakarta.
ngetahuan tercermin adanya kegiatan kolabora- Indarti, N. & M. van Geenhuizen. 2005. Know-
si formal. Daya serap koperasi susu terhadap ledge as a critical resource in innovation
hasil akuisisi pengetahuan lebih dipengaruhi among small furniture companies in
oleh daya serap organisasi. Indikator terkuat Indonesia. An exploration. Gadjah Mada
adanya konversi pengetahuan pada koperasi International Journal of Business 7: 371-390.
Indocommercial No. 364. 2005. Perkembangan
susu adalah proses eksternalisasi, sedangkan ekonomi 2005. PT. Capricorn Indonesia
faktor paling berpengaruh dalam kegiatan Consult Inc., Jakarta.
pemecahan masalah dan pengambilan keputus- Irsan, I. 2005. Dimensi-dimensi “enablers”
an adalah konsensus. Inovasi pada koperasi pengetahuan yang mempengaruhi persepsi
susu lebih dicirikan adanya inovasi produk. pegawai terhadap pengetahuan perusahaan
Inovasi yang terjadi pada koperasi susu di kelompok Kalbe. Disertasi. Depatermen
Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan
berhubungan erat dengan kemampuan pe- Politik, Universitas Indonesia, Depok.
mecahan masalah dan pengambilan keputusan, Kaplan, S., A. Schenkel, G. Von Krogh & C.
sedangkan konversi pengetahuan tidak terbukti Weber. 2001. Knowledge-based theories of
berpengaruh terhadap inovasi. Keberhasilan the firm in strategic management: A review
pemecahan masalah dan pengambilan kepu- and extension. MIT Sloan Working Paper
tusan pada koperasi susu dipengaruhi oleh 4216-01. http://www.mit.edu/people.skaplan/
kbv-0303.pdf [20 Juni 2006].
akuisisi dan konversi dengan sama besarnya. GKSI. 2005. Laporan Tahunan. Gabungan Kope-
Konversi pengetahuan yang terjadi terbukti rasi Susu Indonesia, Jakarta.
sangat dipengaruhi oleh kepemilikan aset Mowery, D. C. & J. E. Oxley. 1996. Strategic
pengetahuan. alliances and interfirm knowledge transfer.
Strategic Management Journal 17: 77-91.
DAFTAR PUSTAKA Muthusamy, S. K. & R. Palanisamy. 2006.
Leveraging cognition for competitive advan-
tage: a knowledge-based strategy process.
Allaire, G. & S. A. Wolf. 2004. Cognitif represen- Journal of Information & Knowledge Mana-
tations and insitutional hybridity in agrofood gement 3: 258-272.
innovation. Science, Technology & Human Nasution, M. 2000. Pengembangan Kelembagaan
Values 29: 431-458. Koperasi Pedesaan untuk Agroindustri. IPB
Chou, S. W. & M. Y. He. 2004. Knowledge Press, Bogor.
management: the distinctive roles of know- Nasution, H. N. 2005. Inovasi organisasi: konsep
ledge assets in fasilitating knowledge dan pengukurannya. Usahawan 34: 42-48.
creation. Journal of Information Science 30: Nonaka, I. & H. Takeuchi. 1995. The know-
146-164. ledge Creating Company; How Japanese

Edisi Desember 2008 223


Vol. 31 No. 3 PEMBENTUKAN MODEL

Companies Create the Dynamics of Penelitian, Pendidikan dan Penerangan


Innovation. Oxford University Press, Oxford. Ekonomi dan Sosial, Jakarta.
Nonaka, I., R. Toyama & A. Nagata. 2000. A firm Soo, C. W., D. F. Midgley & T. Devinney.
as a knowledge-creating entity: A new per- 2002a. The process of knowledge creation
spective on the theory of the firm. Industrial in organization. The INSEAD Working
dan Corporate Change 9: 1-20. Paper. http://knowledge.insead.edu/article.
Probst, G., S. Raub & K. Romhardt. 2000. cfm?id=444&uncat=11 [ 20 Juni 2006]
Managing Knowledge: Building Blocks Soo, C. W., D. F. Midgley & T. Devinney.
for Success. John Wiley & Sons, Ltd., West 2002b. The process of knowledge creation
Sussex. in organization: Exploring firm and context
Rogers, M. 1998. The definition and measurement specific effects. The INSEAD Working
of innovation. Melbourne Institute. Working Paper. http://knowledge.insead.edu/article.
Paper no. 10/98. http://www.econ.unimbelb. cfm?id=444&uncat=11. [ 20 Juni 2006]
edu.au/iaesrwww/home.html [20 Juni 2006] Szulanski, G. 1996. Exploring internal stickness:
Schulze, A. & M. Hoegl. 2006. Knowledge cre- Impediments to the transfer of best prac-
ation in new product development project. tices within the firm. Strategic Management
Journal of Management 32: 210-236. Journal. 17: 27-43.
Sellani, R. J. 1994. Organizational lag and its Tuomi, I. 1999. Corporate knowledge; Theory
effects on financial performance, produc- and Practice of intelligent Organizations.
tion and inventory. Management Journal. Metaxis, Helsinki.
Alexandria: Third Quarter 35: 77-81. Von Krogh, G., K. Ichijo & I. Nonaka. 2000.
Sharma, S. 1996. Applied Multivariate Techniques. Enabling Knowledge Creation; How to
John Wiley & Sons, New York. Unlock Mystery of Tacit knowledge and
Singarimbun, M. & S. Effendi. 1995. Metode Release the Power of Innovation. Oxford
Penelitian Survei. Cetakan Kedua. Lembaga Univesity Press, New York.

224 Edisi Desember 2008

You might also like