You are on page 1of 9

JURNAL EKUBIS

Volume 2, No. 1, September 2017, ISSN: 2541-1950


Studi Dekriptif Kualitatif Tentang Pengalaman Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
dalam mengadopsi Teknologi Informasi & Komunikasi (TIK)

Soecipto
soecipto@uninus.ac.id
Prodi Teknik Informatika, Fakultas Teknik Universitas Islam Nusantara

Abstract
This study investigated the role of ICTs in the operational management of Rural Bank (BPR) using a
qualitative descriptive research design, involving the interview of operational staffs of four selected BPR
in Bandung City. Findings revealed that ICTs have indeed contributed a lot in improving the functioning
of all departments of the BPR as marketing, operations, finance customer services, etc. The benefits
gained by the various banks after the implementation of ICTs include better online and offline support for
their customers, increasing in saving, reduction of queues in the banking halls, and very interactive
websites. There are however, many departments and other functional areas where ICTs have not been
fully utilized. Moreover, many BPR have not fully adopted and applied ICT to all functional areas. The
study recommends that these can be resolved through proper training, i.e. the provision of ICT related
training to staff with respect to the operational management of the BPR as well as exploration of the
importance of the recruitment of external consultants who are specialized in their respective fields to
render solid supports.

Keywords: ICT, management operation, customer, interactive websites

PENDAHULUAN dan jasa perbankan konvesional, yang besar


Latar Belakang maupun yang kecil, termasuk Bank Perkreditan
Karena industri jasa keuangan tergolong Rakyat (BPR) di Indonesia misalnya. Tanda-
padat teknologi, terutama teknologi informasi & tandanya sudah makin nyata, Indonesia tercatat
komunikasi (TIK), maka perkembangannya pun sebagai menjadi negara dengan pertumbuhan
tidak akan lepas dari bayang-bayang kemajuan aplikasi fintech tertinggi di Dunia (Prastowo,
teknologi itu sendiri. Artinya industri jasa 2018). Secara umum financial technology
keuangan dapat berkembang pesat apabila mampu (fintech) adalah business line perangkat lunak
memanfaatkan kemajuan TIK atau sebaliknya yang digunakan untuk memberikan pelayanan
gulung tikar karena tidak dapat mengikuti keuangan, dibuat oleh perusahaan startup dengan
perkembangannya. Perkembangan teknologi telah tujuan mengacaukan sistem keuangan
membuat cemas beberapa pemimpin perbankan di konvensional yang tidak atau kurang berbasis
dunia. Misalnya CEO Bank DBS memperkirakan perangkat lunak.
bahwa perusahaan teknologi besar bersama Perkembangan fintech kini menjadi
financial technology (fintech) akan merampas ancaman serius bagi Industri jasa keuangan
pasar perbankan (Gupta, 2017) dan parahnya lagi, konvensional. Bukan tanpa alasan, Prateek
pertumbuhan perusahaan fintech menyasar produk Roongta (Direktur Boston Consulting Group)

Soecipto | 215
JURNAL EKUBIS
Volume 2, No. 1, September 2017, ISSN: 2541-1950
menyatakan pendanaan bagi perusahan fintech di Ancaman perkembangan TIK tersebut
Asia sejak 2010 telah naik 36 kali lipat dan dipastikan akan menerpa Industri jasa keuangan di
mendekati USD 30 miliar (Teng, 2018). Indonesia, tidak terkecuali bank-bank kecil seperti
Persaingan big tech dengan bank dapat Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank
menyebabkan 20.000 bank di seluruh dunia Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan salah satu
menyusut menjadi ribuan dan bahkan turun jenis bank yang dikenal melayani golongan
menjadi lusinan karena umumnya perbankan pengusaha mikro, kecil dan menengah. BPR
belum sepenuhnya merespon digitalisasi (White, merupakan lembaga perbankan resmi yang diatur
2017). Sebagai contoh, digital payment seperti dalam Undang-Undang Perbankan yang berfungsi
Alibaba's Alipay dan Tencent's WechatPay telah tidak hanya sekedar menyalurkan kredit dalam
menyebabkan bank kehilangan pasar payment bentuk kredit modal kerja, investasi maupun
settlement, dan secara berantai hal ini dapat konsumsi tetapi juga melakukan penghimpunan
menyebabkan bank kehilangan basis nasabah. dana masyarakat dalam bentuk deposito
Sayangnya Indonesia termasuk Negara berjangka, tabungan dan bentuk lain yang
yang tergolong belum terlalu siap untuk dipersamakan dengan itu. Saat ini tercatat ada
menghadapi kemajuan teknologi tersebut. 1.621 BPR di Indonesia dengan jumlah asset
Misalnya berdasarkan ICT Development Index mencapai Rp.115,2 triliun, dan berhasil
2017 (ITU, 2017), menempatkan kualitas ICT menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sekira Rp
Indonesia berada pada peringkat 111, tertinggal 95,5 triliun (Kontan, 2017).
dari negara-negara di Asia Tenggara seperti Elektronic banking hadir sebagai dampak
Singapura (18), Malaysia (63), Thailand (78), laju evolusi yang cepat dalam perkembangan TIK.
Philipine (101), Vietnam (108). Gambaran lain, Berkaitan dengan hal itu, Agwu & Carter (2014)
hasil survey Global Financial Center Index 2017 menegaskan bahwa penggunaan teknologi
memposisikan Jakarta sebagai ibukota Indonesia informasi memainkan peran penting dalam
berada di peringkat 67 dari 88 negara yang manajemen stratejik dan operasional industri jasa
disurvei (Yeandle, 2017). Indek ini keuangan dan merupakan factor kunci untuk
menggambarkan kualitas sumberdaya manusia, menghadapi persaingan di masa mendatan.
lingkungan bisnis, pengembangan sektor Pendapat yang senada diajukan oleh Law (2009)
keuangan, infrastruktur (termasuk ICT), dan aspek yang menyatakan bahwa TIK merupakan
lainnya. Serbuan financial technology (fintech) peralatan strategis dan taktis yang powerfull bagi
dipastikan tidak dapat dicegah, termasuk di organisasi, yang bila digunakan secara tepat akan
Indonesia. Maka jalan keluarnya hanya satu yaitu mampu meningkatkan keunggulan dan kekuatan
Industri jasa keuangan konvensional seperti bersaingnya. Dari sudut pandang manajemen
perbankan, harus segera menyesuaikan diri bisnis TIK dapat dimanfaat oleh semua fungsi-
dengan perkembangan TIK tersebut. fungsi manajemen, mulai dari tugas-tugas

Soecipto | 216
JURNAL EKUBIS
Volume 2, No. 1, September 2017, ISSN: 2541-1950
administrative, manajemen keuangan, sumberdaya Fokus masalah penelitian ini adalah
manusia, dan pengadaan. Premis lain diajukan bagaimana pengalaman BPR
oleh Preece and Laurila (2003) yang menekankan mengimplementasikan Teknologi Informasi &
bahwa ekplorasi perangkat keras dan lunak TIK Komunikasi (TIK) dalam mendukung kelancaran
dan pengintegrasiannya dengan aplikasi manajemen operasionalnya . Tujuan penelitian
manajemen hubungan pelanggan, diharapkan yaitu meningvestigasi peran, manfaat dan kendala
dapat memberikan manfaat seperti: kualitas yang dihadapi BPR di Kota Bandung dalam
produk dan pelayanan, kepuasan pelanggan, mengimplementasikan TIK. Hasil penelitian ini
peningkatan produktivitas, meningkatkan kinerja diharapkan dapat melengkapi khazanah keilmuan
keuangan dan menciptakan barriers to entry serta dalam bidang Teknologi Informasi & Komunikasi
memudahkan pelayanan pelanggan. Ringkasnya, (TIK), khususnya yang berkaitan dengan
kecepatan insdustri jasa keuangan dalam penerapannya di industri jasa keuangan. Bagi
mengadopsi teknologi menjadi penentu daya saing BPR hasil penelitian ini diharapkan dapat
di masa depan. dijadikan masukan alternative untuk
Bank telah mengadopsi TIK pada mengembangkan strategi dalam mengadopsi TIK
berbagai level sejalan dengan tuntutan dari yang sesuai dengan kebutuhan dan postur BPR.
pelanggan. BPR harus memiliki kemampuan
bersaing dalam industri perbankan, untuk itu METODE PENELITIAN

pemanfaatan TIK dalam operasionalisasi BPR Penelitian ini menggunakan pendekatan

menjadi sebuah keharusan. Paling tidak BPR kualitatif karena focus terhadap pengalaman

harus memiliki infrastruktur TIK yang terkait participan (dalam hal ini adalah staf BPR) ketika

dengan connectivity, cloud services, managed berinteraksi dengan sebuah fenomena (dalam hal

application, bill payment & layanan remittance. ini adalah penerapan TIK), pada waktu dan kontek

Sayangnya, belum semua lembaga keuangan tertentu dan dan dalam kondisi atau situasi yang

memiliki mengambil manfaat penuh dari potensi alamiah (natural setting), serta beragam makna

penuh TIK. Oleh karena itu penelitian ini akan (meaning) yang diperolehnya (Crocker, 2009).

menguji bagaimana pengalaman BPR di Kota Penelitian kualitatif ditujukan untuk

Bandung dalam mengadopsi TIK, terutama yang mengeksplorasi sikap, perilaku, dan pengalaman

ditujukan untuk mendukung kelancaran melalui metode seperti wawancara atau kelompok

manajemen operasionalnya. fokus untuk memperoleh pendapat yang


mendalam dari partisipan (Bryman & Bell, 2011).
Penggunaan pendekatan kualitatif cenderung
diminati akhir-akhir ini karena diyakini beragam

Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian pilihan desain penelitian yang ditawarkannya
dapat menjawab dan menjelaskan semua masalah

Soecipto | 217
JURNAL EKUBIS
Volume 2, No. 1, September 2017, ISSN: 2541-1950
penelitian terutama dalam disiplin ilmu social partisipan (staf BPR) dari empat BPR di Kota
(Yin, 2011). Bandung, dan dipandu dengan pedoman
Penelitian ini menggunakan desain wawancara yang bersifat semi-structured
deskriptif kualitatif (qualitative description) atau (Sandelowski, 2000; Neergaard et al., 2009).
dalam beberapa literature sering juga disebut Wawancara yang kurang terstruktur ini
dengan interpretive qualitative (Elliott & memungkinkan untuk terjadi diskusi dua arah, dan
Timulak, 2015), basic/generic qualitative memberikan kebebasan bagi peneliti dan
(Merriam & Tisdell, 2016) dan pragmatic partisipan untuk berinteraksi. Kesepuluh orang
qualitative approach (Savin-Baden & Major, partisipan tersebut dipilih dengang menggunakan
2013). Desain kualitatif deskriptif ditujukan teknik purposive sampling karena diyakini lebih
menghasilkan deskripsi yang langsung tetapi kaya tepat untuk mengungkapkan banyak insight dan
(rich) mengenai sebuah pengalaman, persepsi atau informasi lebih luas. Mereka yang terpilih sebagai
peristiwa yang belum dipahami secara utuh anggota sampel dianggap tepat dan memiliki
(poorly understood) dengan menggunakan bahasa pengalaman dan informasi yang diperlukan untuk
yang sehari-hari melalui penafsiran-penafsiran penelitian ini.
yang sederhana (straight description) selama Dalam memenuhi isu etik pada setiap
proses analisis data berlangsung (Suardi, 2017). studi kualitatif, dalam penelitian ini, untuk
Dalam penelitian ini, pengalaman dan persepsi menjaga kerahasiaan partisipan, nama dan sebutan
yang dimaksud adalah pengalaman staf BPR para peserta diperlakukan dengan kerahasiaan
dalam menerima kehadiran TIK di BPR tempat sepenuhnya dengan perjanjian bahwa detail
kerjanya. mereka tidak akan dipublikasikan. Pertanyaan
Data dianalisis dengan menggunakan yang dapat menyebabkan konflik atau yang dapat
teknik analisis isi (content analysis) dan dilakukan mengekspos kerahasiaan para partisipan jelas
dengan penalaran induktif-deduktif. Analisis isi dihindari. Oleh karena itu, pertimbangan etis
merupakan salah satu instrumen yang dianggap secara ketat telah dalam penelitian ini.
obyektif dan sistimatik untuk menggambarkan
dan mengkuantifikasikan sebuah fenomena HASIL & DISKUSI

sehingga darinya dapat dihasilkan kategori- Pemanfaatan TIK di Industri Jasa Keuangan

kategori, model, dan sistem atau peta konsep Beberapa konsep dan penegasan yang

penelitian yang diinginkan (Schreier, 2012). diajukan oleh beberapa pakar mengenai TIK,

Selain itu, teknik ini dipandang paling tepat untuk berbeda-beda namun pada intinya sama. Misalnya

penelitian yang menggunakan desain deskriptif ada yang berpendapat bahwa TIK sebagai istilah

kualitatif (Vaismoradi et al., 2013). generik yang mengacu pada teknologi yang

Data penelitian dikumpulkan dengan digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan,

menggunakan teknik wawancara terhadap 10 mengedit dan menyampaikan informasi dalam

Soecipto | 218
JURNAL EKUBIS
Volume 2, No. 1, September 2017, ISSN: 2541-1950
berbagai bentuk (Laukkanen, 2007). Berikutnya panjang dalam melakukan inovasi teknologi
ada juga yang menekankan bahwa TIK adalah dibandingkan dengan banyak organisasi lain.
kombinasi industri manufaktur dan jasa yang Penelitian ini merupakan diskusi eksploratif
menangkap, mentransmisikan, menampilkan data dengan para staf BPR terpilih di Kota Bandung
dan informasi secara elektronik (Chen, et al, untuk mengngkapkan pemanfaatan dan dampak
2002). Kemudian Gill (2008) menegaskan bahwa penggunaan TIK serta permasalahan atan kendala
TIK adalah seperangkat alat teknologi dan sumber yang dihadapinya.
daya yang digunakan untuk berkomunikasi dan
menciptakan, menyebarluaskan, menyimpan, dan Peran TIK dalam mendukung manajemen
operasional BPR
mengelola informasi. Kolodinsky, Hogarth &
Mayoritas partisipan menyatakan bahwa
Shue (2000) mengidentifikasi TIK sebagai
TIK telah meningkatkan kinerja operasional BPR
rangkaian kegiatan yang difasilitasi oleh
mereka. Pengalaman partisipan diantaranya
perangkat elektronik yang melibatkan
terungkap dari komentar berikut: TIK
pemrosesan, transmisi, dan tampilan informasi.
memudahkan dalam pengambilan keputusan
Sedangkan menurut Kamel (2006) Teknologi
jangka panjang, mendukung kelancaran proses
Informasi merupakan agregasi berbagai bidang
internal serta aktivitas koordinasi pada umumnya.
yang terkait informasi, seperti perangkat keras dan
Pandangan berikutnya yaitu: TIK telah
perangkat lunak komputer, jaringan dan peralatan
memudahkan petugas dalam hal berkomunikasi
telekomunikasi, dan industri berbasis teknologi
atau berinteraksi dengan nasabah diantaranya
informasi; serta penerapannya di berbagai sektor.
untuk kepentingan pembukan akun, pertanyaan
Menurut Black et al., (2001)
tentang pinjaman/kredit dan pengaduan keluhan.
perkembangan teknologi kini telah mengubah dan
Dengan demikian TIK telah memudahkan
memperbanyak fungsi layanan keuangan, mulai
petugas dalam melayani nasabah, termasuk
dari pemasaran tatap muka yang sederhana hingga
menyimpan dan memelihara profil semua
periklanan online dan penawaran produk-produk
nasabah.
keuangan yang inovatif, yang pada gilirannya
Semua partisipan percaya bahwa
memengaruhi pilihan dan perilaku konsumen,
pengembangan TIK dapat memajukan BPR
serta telah mengarah pada konstruksi model bisnis
tempat kerjanya. Beberapa alasannya yang
yang baru. Selanjutnya, Agarwal et al, (2009)
terungkap yaitu: perubahan TIK telah
menegaskan bahwa institusi jasa keuangan saat ini
menyebabkan perekrutan staf profesional harus
menunjukkan ketergantungannya teknologi untuk
diselaraskan dengan perkembangan TIK karena
pemasaran, operasional, dan pengembangan
akan berdampak terhadap kualitas layanan.
manajemen stratejik mereka. Floros (2008) juga
Konsekuensinya mereka setuju bahwa semua staf
menyatakan bahwa lembaga keuangan adalah
yang ada harus secara secara teratur mengikuti
pengadopsi TIK dan mereka memiliki sejarah
kursus, pelatihan, lokakarya, dan seminar-seminar

Soecipto | 219
JURNAL EKUBIS
Volume 2, No. 1, September 2017, ISSN: 2541-1950
untuk terus mengikuti tren TIK terbaru yang persyaratan keuangan dan layanan yang
dibutuhkan oleh BPR. Beberapa partisipan diinginkan nasabahnya melalui penerapan TIK.
memandang bahwa perkembangan TIK harus Staf call center sekarang lebih efisien dan
diikuti oleh restrukturisasi di beberapa bagian efektif dalam mendukung dan memenuhi
untuk memastikan setiap staf sepenuhnya terlatih kebutuhan nasabah. Hal ini berdampak terhadap
dan dilengkapi dengan peralatan TIK yang relevan efektivitas staf pemasaran karena menjadi lebih
dengan tugas merek. Selain itu, website yang proaktif dalam mencapai target promosi serta
dimiliki BPR harus dikembangkan agar lebih fokus kepada target pelanggan. Staf TI kini lebih
interaktif, fleksibel, dan aman untuk berbagai hal diperlengkapi dengan informasi dan pengetahuan
transaksi perbankan. yang berkaitan dengan teknologi dan mampu
Sebagian besar partisipan melaporkan merekomendasikan yang tepat mengenai arah
bahwa BPR-nya telah mengembangkan website- perkembangan TIK berikutnya. Sementara staf
BPR sehingga kini nasabah dapat memperoleh keuangan kini lebih efisien karena proses
informasi secara online, nasabah dapat rekonsiliasi pembayaran/akun dilakukan tidak
berhubungan dengan BPR secara interaktif, atau secara manual lagi. Sedangkan dalam SDM, kini
menyampaikan keluhan. Selain itu BPR juga pimpinan BPR lebih dekat lagi dengan staf
dapat mengirim email atau pertanyaan survei sehingga kebutuhan pelatihan seperti apa yang
untuk menerima pengalaman nasabah serta dibutuhkan untuk mengembangkan keterampilan
menerima umpan balik tentang bagaimana mereka staf menjadi lebih mudah teridentifikasi.
menilai layanan BPR.
Beberapa Kendala
Dampak Pemanfatan TIK oleh BPR Sebagian besar partisipan melaporkan
Semua partisipan setuju bahwa BPR telah bahwa BPR-nya banyak menghadapi kendala
memperoleh banyak manfaat setelah implementasi selama implementasi TIK. Resistensi untuk
TIK. Sekarang sebagian besar staf lebih terlatih berubah adalah masalah utama yang dihadapi oleh
dalam melayani nasabah baik secara online mereka. Mereka merasa kesulitan untuk
maupun offline. Karena proses umpan balik yang menyesuaikan dengan sistem yang baru sehingga
telah diintegrasikan ke dalam website, maka berdampak terhadap pelayanan nasabah karena
dipastikan bahwa BPR senantiasa selaras dengan mengalami perlambatan. Untuk mengatasi
keinginan nasabah. Pemasaran produk bank pun tantangan ini, BPR memastikan bahwa seluruh
menjadi lebih tepat sasaran kepada pelanggan atau staf diberitahu tentang manfaat kehadiran sistem
pelanggan potensial. Partisipan lainnya yang baru dan diikuti dengan pemberian pelatihan
melaporkan bahwa BPR menerima lebih banyak yang cukup.
kunjungan nasabah melalui media sosial. BPR Tantangan yang mereka hadapi selama
kini telah mampu memantau dan memahami dalam mengimplementasikan TIK mencakup

Soecipto | 220
JURNAL EKUBIS
Volume 2, No. 1, September 2017, ISSN: 2541-1950
resistensi terhadap perubahan dan keinginan untuk resistensi terhadap perubahan atau sistem baru
menunda pelaksanaannya, serta kurangnya dapat dikurangi dan dapat dieliminasi.
pengetahuan sumberdaya internal dan masalah
pendanaan. Tantangan yang masih dihadapi harus KESIMPULAN & REKOMENDASI

di masa mendatang adalah lambatnya respons Temuan penelitian menunjukkan bahwa

terhadap perubahan TIK, pelatihan dan TIK telah meningkatkan fungsi operasional semua

peningkatan pengetahuan teknis staf, serta bagian di BPR. Manfaat yang diperoleh oleh bank

instabilitas sistem. Kendala lainnya yaitu karena setelah menerapkan TIK diantaranya adalah

kurang pengetahuan dan keterampilan terbangunnya dukungan online dan offline untuk

sumberdaya manusia internal yang dimiliki BPR. pelanggan, peningkatan jumlah nasabah,

Beberapa BPR mencoba mengatasinya dengan pengurangan pemalsuan uang tunai, dan

cara memperlambat implementasi TIK. Kendala berfungsinya situs web interaktif. BPR lebih

lainnya yang terungkap adalah karena banyak menggunakan jasa konsultan eksternal

implementasi TIK memerlukan biaya yang tinggi, untuk membantu melakukan seminar, lokakarya,

dan perlu dipastikan bahwa pembiayaannya harus dan perdagangan pertunjukan. Selain itu, akan

dapat tertutupi oleh perolehan laba di tahun-tahun bermanfaat untuk mengumpulkan informasi

berikutnya. melalui website, forum online, dan sosial media

Walaupun terbilang sedikit, masih ada untuk tujuan pengambilan keputusan strategis dan

beberapa staf yang tingkat kesadarannya masih operasional. Hasil wawancara mengungkapkan

rendah dalam merespon terhadap penggunaan bahwa dengan penggunaan media sosial, BPR

perangkat lunak atau peralatan baru yang telah mampu mempromosikan berbagai produk

berkaitan dengan pengembangan TIK. Oleh keuangannya. Selain itu, berita elektronik,

karena itu karyawan BPR harus diberikan informasi kurs mata uang, dan berita lokal lainnya

kesempatan untuk mengikuti pelatihan, lokakarya, dapat diinformasikan kepada nasabah melalui

atau seminar untuk mengikuti tren terbaru penerapan TIK.

penggunaan TIK di industri perbankan. Dengan Studi ini mengungkapkan bahwa TIK

cara ini staf akan menjadi terbiasa dengan telah meningkatkan manajemen operasional BPR

teknologi baru dan pengenalan teknologi atau secara signifikan. Berdasarkan wawancara dengan

sistem baru akan mudah diakomodasi di dalam para partisipan, website dan internet telah

organisasi. Selain itu, peralatan yang memadai memainkan peran besar dalam pengelolaan

dan diperlukan untuk menunjang penggunaan TIK layanan pelanggan, operasional serta promosi

harus secara bertahap disediakan. Upaya ini produk BPR, karena kini prosedur dan proses

diharapkan dapat meningkatkan apresiasi menjadi otomatis dan mudah dikontrol dan

karyawan terhadap penggunaan TIK dalam dipantau. Karena penggunaan TIK, keunggulan

manajemen operasional BPR. Dengan demikian kompetitif BPR menjadi berkembang. Studi ini

Soecipto | 221
JURNAL EKUBIS
Volume 2, No. 1, September 2017, ISSN: 2541-1950
menunjukkan bahwa TIK digunakan di hampir dukungan manajemen puncak merupakan salah
semua bagian, seperti pemasaran, administrasi, satu tantangan utama yang dihadapi oleh BPR.
sumber daya manusia, pengadaan, manajemen Jadi masalah utama yang dihadapi BPR selama
keuangan dan manajemen operasional sehari-hari. implementasi TIK adalah resistensi terhadap
Di bagian pemasaran, TIK telah memainkan perubahan, keterlambatan dalam implementasi,
peran penting dalam manajemen operasional dan kurangnya pengetahuan SDM internal, dan
juga menentukan bauran pemasaran, keputusan kurangnya dukungan keuangan. Hal ini dapat
strategis, promosi produk iklan online, layanan dimitigasi dengan mempekerjakan jasa konsultan
pelanggan, dll. Terungkap pula bahwa TIK telah untuk sementara waktu dengan spesialisasi tugas
meningkatkan efisiensi operasional dan membantu melatih staf yang ada untuk
otomatisasi. Oleh karena itu dapat dikatakan memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang
bahwa terdapat hubungan positif antara dibutuhkan. Pelatihan yang terus menerus di
penggunaan TIK dengan layanan pelanggan dan tempat kerja dapat dilihat sebagai solusi untuk
tingkat orientasi informasi. Temuan studi ini mengatasi kesenjangan pengetahuan dan
menunjukkan bahwa TIK telah berkontribusi keterampilan staf, walaupun biayanya mungkin
banyak dalam meningkatkan fungsi operasional tinggi, tetapi hal ini akan membantu BPR dalam
secara di semua bagian di BPR, seperti penjualan mencegah berpindahnya nasabah ke lembaga
dan pemasaran produk perbankan, SDM, keuangan lain.
keuangan, call center, dan layanan pelanggan.
Studi ini juga mengungkapkan bahwa TIK telah DAFTAR PUSTAKA

meningkatkan fungsi pengembangan produk, Agarwal, R., Rastogi, S., & Mehrotra, A. (2009).
evaluasi pasar, pencitraan merek, penyaluran Customers' perspectives regarding e-
banking in an emerging economy.
kredit dan pemantauan pesaing. Berdasarkan Journal of Retailing and Consumer
diskusi dengan partisipan, manfaat yang Services, 16(5), 340-351.

diperoleh oleh BPR setelah penerapan TIK adalah Agwu, E., & Murray, P. J. (2014, March). Drivers
and Inhibitors to E-Commerce Adoption
adanya dukungan online dan offline yang lebih Among SMEs in Nigeria. Journal of
baik bagi pelanggan mereka, volume penjualan Emerging Trends in Computing and
Information Sciences, 5(3), 192-199.
yang menguntungkan, pengurangan kesalahan
Bryman, A., & Bell, E. (2011). Business Research
karena pengunaan uang tunai yang berlebihan dan Methods (3rd ed.). Oxford: University
website yang menjadi lebih interaktif. Bahkan Press.
Chen, L.-d., Gillenson, M. L., & Sherrell, D. L.
menurut salah satu partisipan, kemampuan
(2002). Enticing Online Consumers: An
manajemen strategis dan operasional telah Extended Technology Acceptance
Perspective. Information and
meningkat terutama karena penggunaan TIK.
Management, 39(8), 605-719.
Seperti yang dinyatakan oleh salah satu
Crocker, R. A. (2009). An introduction to
partisipan, ketersediaan sumberdaya internal dan qualititative research. In R. A. Crocker, J.

Soecipto | 222
JURNAL EKUBIS
Volume 2, No. 1, September 2017, ISSN: 2541-1950
Heigham, & R. A. Crocker (Eds.), Neergaard, M., Olesen, F., Andersen, R., &
Qualitative research in applied Sondergaard, J. (2009). Qualititative
Linguistic: A practical introduction (1st description-The poor cousin of health
ed., pp. 3-24). Hampshire: Palgrave research. BMC Medical Research
Macmillan. Methodology, 9(52).
Elliott, R., & Timulak, L. (2015). Descriptive and Prastowo, Y. (2018). Masa Depan Industri
interpretive approaches to qualitative Keuangan, Perbankan dan
research. In J. Miles, & P. Gilbert, A Telekomunikasi di Era Ekonomi Digital
handbook of research methods for 2018. Seminar Ekonomi dan Bisnis IKA
clinical and health psychology (p. 147). UNPAD. Bandung.
Oxford University Press.
Laurila, J., & Preece, D. (2003). Technological
Floros, C. (2008). Internet banking websites Change and Organizational Action.
performance in Greece. Journal of London: Routledge .
Internet Banking & Commerce, 13(3).
Sandelowski, M. (2010). What's in a name?
Gill, C. (2008). Restoring consumer confidence in Qualititative description revisited.
financial services. International Journal Research in Nursing & Health, 33, 77-84.
of Bank Marketing, 26(2), 148-52.
Sandelowski, M. (2000). Whatever happened to
Gupta, P. (2017). Banking Disrupted. qualitative description? Research in
https://www.dbs.com/newsroom/influence Nursing in Health, 23, 334-340.
r/default.page.
Savin-Baden, M., & Major, C. H. (2013).
ITU. (2017). ICT Development Index 2017. Qualitative Research: The essential guide
Retrieved from www.itu.int: to theory and practice. Routledge.
http://www.itu.int/net4/ITU-D/idi/2017/
Schreier, M. (2012). Qualitative content analysis
Kamel, S. (2006). Electronic business in in practice. CA: Sage.
developing countries : Opportunities and
Suardi, W. (2017, September). Catatan kecil
challenges. Hershey: Idea Group.
mengenai desain deskriptif kualitatif
Kolodinsky, J., Hogarth, J. M., & Shue, J. F. (QD). Ekubis, 2(1), 1-10.
(200). Bricks or Clicks? Consumers:
Teng, A. (2018, May Saturday). Banking leaders
Adoption of Electronic Banking
sound dire warning: Transform or die.
Technologies. Consumer Interests
https://www.todayonline.com.
Annual, 46, Available online at
http://www.consumerinterests.org/files/pu Vaismoradi, M., Turunen, H., & Bondas, T.
blic/bricks.PDF, (Diakses pada tgl 23 (2013). Content analysis and thematic
Mei 2018). analysis: Implications for conducting a
qualitative descriptive study. Nursing and
Kontan. (2017, JUli 10). Aset BPR naik 10% di
Health Sciences, 15, 398-405.
April 2017. http://keuangan.kontan.co.id.
White, D. (2017). Can banks be a threat to big
Laukkanen, T. (2007). Internet versus Mobile
tech? https://www.bbva.com/en/can-
Banking: Comparing consumer value
banks-be-threat-big-tech/.
perceptions. Business Process
Management Journal, 13(6), 788-797. Yeandle, M. (2017). The Global Financial
Centres Index 21. Financial Future
Law, J. (2009). Oxford Dictionary of Business
and Management. Dictionary, 5th. Yin, R. K. (2011). Qualitative research from start
Oxford: Oxford University Press. to finish. London: The Guilford Press.
Merriam, S. B., & Tisdell, E. J. (2016).
QUALITATIVE RESEARCH: A Guide to
Design and Implementation (fourth ed.).
San Francisco: Jossey-Bass.

Soecipto | 223

You might also like