You are on page 1of 25

PENGARUH WORK LIFE BALANCE TERHADAP KINERJA AUDITOR

(STUDI KASUS PADA ALUMNI AKUNTANSI UNIVERSITAS


AIRLANGGA ANGKATAN 2014 - 2016)

Aisyah Galih Amini


Email: aisyah.galih.amini-2017@feb.unair.ac.id
Dr. Ardianto, SE., M.Si., Ak., CMA, CA.
Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga

Abstract. Human resource is necessary for managing a business. Human resource


could be classified into an intangible company asset. However, the presence of
human resource is highly influential for business sustainability. An excellent human
resource management could give positive impact to the company development. This
research is conducted to investigate the influence of work life balance toward an
auditor’s performance. Work life balance itself consists of three balances: time
balance, involvement balance, and satisfaction balance. This research aims to
measure each balance toward auditor performance. Data used in this research are
primary data that were gathered through questionnaire distributed to every auditor.
The number of respondents participated in this research is 77 respondents with 75
respondents match to the criteria determined by the researcher. The number of
questionnaire distributed was 102 questionnaires. Thus, there is 75,49% respondent
in this research. All of the questionnaires were distributed in form of Google form
link and mainly distributed through LinkedIn and Whatsapp Applications.
Sampling method used is simple random sampling with multiple linear regressions
data analysis method. The data were processed and analyzed through SPSS
software. Finding of the research reveals that Work life Balance variable does not
significantly influence auditor performance. Work life balance affects 2, 4% of
auditor performance and the rest 97, 6% is influenced by other variables that are
not researched in this research.
Keywords: Work Life Balance, Time Balance, Involvement Balance, Satisfaction
Balance, Auditor Performance
1. PENDAHULUAN
Memasuki dunia kerja saat ini, para karyawan dituntut untuk selalu berkarya
dan meningkatkan kreatifitas untuk menciptakan inovasi – inovasi yang terbarukan
sehingga dapat menciptakan persaingan di dunia kerja yang sangat ketat. Adanya
persaingan yang ketat menuntut karyawan untuk mengorbankan waktu lebih
banyak dalam bekerja. Begitu pula dengan seorang auditor yang menghadapi
tuntutan waktu yang besar karena lingkungan bisnis yang berkembang, pembaruan
standar profesional, kemajuan dalam teknologi informasi serta perundang –
undangan perpajakan yang selalu berubah. Sifat pekerjaan auditor membutuhkan
peningkatan berkelanjutan dalam kemampuan dan keterampilan pribadi.

Auditor menghadapi tuntutan waktu yang besar karena lingkungan bisnis


yang berkembang, pembaruan standar profesional, kemajuan dalam teknologi
informasi, teknologi dan undang-undang perpajakan yang selalu berubah. Sifat
pekerjaan auditor membutuhkan peningkatan berkelanjutan dalam keterampilan
dan kemampuan pribadi. Pada saat yang sama, hidup lebih dari sekedar pekerjaan.
Orang-orang di semua bidang pekerjaan, termasuk auditor, memilih untuk
memprioritaskan aspek kehidupan selain kerja.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa lingkungan kerja yang


memberi fasilitas untuk keseimbangan kehidupan kerja tidak hanya bermanfaat
bagi kehidupan pribadi karyawan tetapi juga mengarah pada kinerja pekerjaan yang
lebih baik dan pengambilan keputusan etis (Linnhoff, Smith, & Smith, 2014; Smith,
Smith, & Brower, 2011)

Brough (2020), Eight hours to work, Eight hours to play, Eight hours to
sleep, Eight bob a day. Afair day’s work, For a fair day’s pay.” Kalimat ini
diucapkan oleh tukang batu yang keluar dari tempat kerja mereka di Universitas
Melbourne pada tahun 1856. Kalimat itu juga memberikan arti bahwa dalam
kehidupan sangat penting untuk mendistribusikan waktu secara baik. Pada
penelitian sebelumnya dikatakan bahwa mendistribusikan waktu sangat penting
untuk kesehatan mental karyawan. Lingkungan kerja yang memberikan fasilitas
work life balance tidak hanya mempengaruhi kehidupan pribadi auditor akan tetapi
juga dapat mempengaruhi kinerja auditor dalam mengaudit laporan keuangan
perusahaan dan menentukan opini apa yang akan dikeluarkan.

Pemikiran dini yang tertanam dalam mahasiswa akuntansi bahwa pekerjaan


sebagai auditor akan menjadi pekerjaan yang menjanjikan dapat membuat
persaingan dalam kalangan auditor berkembang pesat. Perkembangan yang pesat
tersebut menuntut auditor untuk selalu meningkatkan kinerja auditor, sehingga
dapat menghasilkan kualitas audit yang tinggi dan juga meminimalisir kegagalan
audit (audit failure).

Kinerja auditor merupakan hasil yang didapat atau biasa yang disebut
outcome yang telah dilampaui atau dicapai oleh seorang auditor dalam menjalankan
berbagai kewajibannya dalam bekerja yang diberikan dan dalam pencapaiannya
memerlukan intelektual yang tinggi, kecakapan, pengalaman, distribusi waktu
dengan tepat serta mempertimbangkan kualitas dan kuantitas, kejujuran, integritas,
independensi, dan juga sikap skeptisisme. Menurut Larkin (1990) dalam Hanna dan
Firnanti (2013), kinerja auditor dapat diukur dalam empat dimensi personalitas,
antara lain: kemampuan, komitmen profesional, motivasi, dan kepuasan kerja.
Kinerja auditor yang baik akan tercermin pada laporan audit yang berkualitas.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai pengawas dan konsultan, tentu


kualitas hasil kerja auditor secara tidak langsung akan mempengaruhi tepat atau
tidaknya keputusan yang diambil, untuk itu auditor dituntut untuk mampu secara
tepat memberikan hasil audit yang berkualitas. Hal ini menyebabkan tingginya
tuntutan kerja yang harus dilakukan auditor. Selain itu auditor juga dituntut untuk
terus meningkatkan kualitas yang dimiliki agar tetap mendapat kepercayaan
masyarakat dan mampu bersaing didalam peningkatan karir.

Auditing Standard Board (ASB) mengeluarkan Statement on Auditing


Standard (SAS) No.82 dalam upaya meningkatkan kinerja auditor dengan cara
menambahkan spesifikan dan juga penjelasan pendoman operasional bagi auditor
dalam mendeteksi kecurangan yang bersifat material. Auditor harus dengan cermat
mengamati suatu peristiwa yang terjadi sehingga mampu menghadapi berbagai
macam permasalahan, tantangan dan juga ancaman selama proses audit laporan
keuangan agar dapat menjaga tingkat kinerjanya dan juga menjaga etika
profesionalisme sebagai seorang auditor.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, Penelitian ini dilakukan


untuk mengetahui hubungan antara pentingnya work life balance terhadap kinerja
auditor. Penelitian ini akan menggunakan metode kuantitatif dengan penyebaran
kuesioner. Subjek penelitian yang digunakan adalah alumni Universitas Airlangga
yang memiliki pekerjaan sebagai auditor di kantor akuntan publik. Subjek dipilih
dengan pertimbangan bahwa penelitian ini nantinya akan dilakukan pada bulan
Desember – Februari yang mana pada saat itu merupakan peak season bagi auditor,
maka dari itu untuk memudahkan dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan
subjek alumni Universitas Airlangga yang telah memiliki hubungan dengan
peneliti.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Katherine (2016) mengemukakan


bahwa baik akuntan saat ini dan akuntan masa depan percaya bahwa faktor
keseimbangan kehidupan (Work Life Balance) terhubung dengan rasa kepuasan
kerja, prestasi kerja dan pengambilan keputusan yang etis. Karyawan yang
memiliki keseimbangan kehidupan (Work Life Balance) yang baik akan mengalami
peningkatan rasa kepuasan kerja. Begitu pula dengan prestasi kerja, ketika
seseorang dengan keseimbangan kehidupan yang baik akan cenderung
menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan tenggat waktu yang telah di tentukan.
Hal itu dapat menyebabkan prestasi dan kinerja dari karyawan tersebut meningkat.
Tak berbeda dengan kepuasan kerja dan prestasi kerja, menurut Katherine seorang
yang memiliki keseimbangan kehidupan yang baik akan mampu berfikir secara
rasional dan realistis. Ketika masalah internal dalam perusahaan terjadi maka
karyawan tersebut dapat dengan tenang mengetahui apa yang harus dia perbuat
untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Sedangkan pada Ganapathi (2016), menunjukkan bahwa kesimbangan


kehidupan (Work Life Balance) secara umum tidak berpengaruh terhadap kepuasan
kerja karena tingkat pengaruh keseimbangan kehidupan terhadap kepuasan kerja
kuang dari 50% yakni sebesar 42,2% dan sisanya sebesar 57,8% kepuasan kerja
dapat dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian tersebut.
Akan tetapi, secara parsial subvariabel keseimbangan kepuasan berpengaruh secara
signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan. Untuk subvariabel keseimbangan
waktu dan keseimbangan keterlibatan yang dikatakan oleh Ganapathi tidak terbukti
secara signifikan kepengaruhannya terhadap kepuasan kerja. Tidak terbuktinya
hipotesis dari Ganapathi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tidak bisa di
kendalikan oleh peneliti seperti persepsi setiap responden, dan juga latar belakang
dari responden.

Adanya perbedaan variabel pada satu diantara beberapa penelitian tersebut


memunculkan pertanyaan apakah hasil yang sama akan tetap terjadi jika dilakukan
penelitian lagi dengan variabel yang berbeda dengan teori dan metode yang sama
tetapi dengan populasi dan sampel yang berbeda. Penelitian ini pada dasarnya
adalah replika dari penelitian yang dilakukan oleh Ganapathi (2016) dan juga
Hanna dan Firnanti (2013) di mana akan ada perbedaan variabel yang akan diteliti
pada penelitian ini. Perbedaan tersebut selain sampel dan lokasi yang berbeda tetapi
juga variabel yang berbeda dari penelitian sebelumnya.

Variabel work life balance pada penelitian sebelumnya disandingkan


dengan kepuasan kerja, sedangkan variabel kinerja auditor akan disandingkan
dengan struktur audit,konflik peran, ketidakjelasan peran, budaya organisasi, gaya
kepemimpinan, dan pemahaman good governance. Pada penelitian ini akan
meneliti Apakah akan sama hasilnya apabila di mana variabel work life balance
tersebut akan disandingkan dengan Kinerja auditor. Dengan adanya perbedaan
antara kedua variabel maka hipotesis yang diajukan adalah :

Hipotesis 1 : Penerapan work life balance dapat mempengaruhi kinerja auditor.

H0 : Work Life Balance tidak dapat mempengaruhi kinerja auditor

H1 : Work life balance mempengaruhi kinerja auditor


Berdasarkan latar belakang di atas tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana work life balance terhubung dengan Kinerja auditor pada
auditor.
2. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Work life balance dan penyebab terjadinya

Pekerjaan dan kehidupan pribadi seharusnya selalu berjalan beriringan.


Sudut pandang seorang karyawan keseimbangan antara kehidupan dan bekerja
adalah kemampuan untuk memprioritaskan secara efektif antara pekerjaan dan
kehidupan pribadi lainnya seperti merawat tanggungan hidup (anak, adik, orang tua,
suami, dan lain – lain), melakukan hobi di luar pekerjaan, melakukan olahraga,
menjaga kesehatan, dan lain sebagainya. Mereka yang memiliki anak tanggungan
mungkin juga ingin menyeimbangkan beberapa aktivitas ini dengan pekerjaan.
Sama halnya, sedikit yang diketahui tentang keseimbangan kehidupan kerja
individu yang memiliki pengaturan pekerjaan non-standar, seperti yang ada di
kontrak jangka pendek, paruh waktu, atau tanpa jam kerja, mereka yang memiliki
banyak pekerjaan, dan mereka yang berwiraswasta, termasuk peningkatan angka
dalam "ekonomi pertunjukan" (Deloitte, 2018; McKinsey, 2016).

Dalam Jones dan Taylor (2017), Polkowska, (2015) menyatakan bahwa


keseimbangan tercapai ketika “pekerjaan tidak menggantikan kehidupan rumah
atau keluarga dan sebaliknya”, sejalan dengan Polkowska, O’Reilly (2016) juga
menyatakan bahwa keseimbangan kehidupan atau yang sering disebut Work Life
Balance ialah tentang interaksi antara pekerjaan berbayar dan aktivitas lain, yang
mencakup pekerjaan yang tidak dibayar dalam keluarga dan komunitas, waktu
luang, dan pengembangan pribadi.

Konflik dapat terjadi di antara dua domain tersebut pekerjaan dan kehidupan
dan batas-batas antara ini bisa kabur. Batas antara pekerjaan (work) dan juga
kehidupan (life) yang abu – abu pun masih kerap dilanggar oleh sebagian orang.
Seseorang dengan ambisi yang kuat akan meningkatkan persentase waktu kerjanya
hingga lebih dari 30% sehari waktu kerja produktif.
Tipe – Tipe Keseimbangan

Pengukuran Work Life Balance yang digunakan oleh McDonald dan


Bradley yang diungkapkan dalam Ghanapathi (2016), meliputi tiga keseimbangan
yang nantinya akan menjadi subvariabel pada penelitian ini yaitu:

1. Keseimbangan waktu
Keseimbangan waktu merupakan keseimbangan yang meliputi kegiatan
mempertimbangkan banyaknya waktu yang didistribusikan untuk
melakukan pekerjaan dan melakukan kegiatan lainnya di luar pekerjaan.
Keseimbangan waktu yang dimaksudkan menjelaskan bahwa waktu
yang digunakan oleh seorang karyawan dalam melakukan kewajibannya
dalam hal bekerja yang akan mulai dihitung dari lamanya waktu yang
ditempuh oleh seorang karyawan tersebut mulai dari rumah menuju
tempat kerja hingga kembali ke rumah kembali.
2. Keseimbangan keterlibatan
Keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan tidak cukup diukur
dengan seimbangnya waktu yang didistribusikan dengan baik seperti
yang telah dijabarkan diatas, dalam mengukur Work Life Balance diukur
dengan tiga keseimbangan, keseimbangan waktu, keseimbangan
keterlibatan dan keterlibatan kepuasan. Selain mendistribusikan waktu,
tingkat keterlibatan emosi yang berkualitas setiap kegiatan yang
karyawan jalani juga ikut andil dalam pengukuran Work Life Balance.
Dalam keseimbangan keterlibatan tidak hanya melibatkan emosi tetapi
juga melibatkan rasa tanggungjawab karyawan terhadap kewajibannya,
kewajiban pekerjaan maupun kewajiban lain yang diluar pekerjaan.
3. Keseimbangan kepuasan
Hal ketiga yang dapat digunakan dalam mengukur Work Life Balance
adalah keseimbangan kepuasan. Tingkat kepuasan setiap individu
berbeda – beda banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan bisa
dari faktor yang berasal dari internal maupun eksternal. Tingkat
kepuasan seorang karyawan dalam melakukan kewajibannya dalam hal
bekerja bisa saja mempengaruhi baik atau buruknya tingkat Work Life
Balance karyawan tersebut. kepuasan tidak dapat dibentuk akan tetapi
kepuasan itu sendiri dapat muncul dengan sendirinya apabila individu
tersebut menganggap bahwa hal yang sedang ia lakukan sesuai dengan
apa yang dia kehendaki dan cukup berjalan den dengan lancar dan baik.
Teori Kinerja Auditor

Kinerja auditor juga dapat diartikan sebagai produk kerja yang dicapai oleh
seorang auditor dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab dan
juga dilandasi dengan standar akuntansi yang berlaku yang dilaksanakan dengan
mempertimbangkan kode etik seorang auditor.

Kinerja auditor selalu menjadi titik perhatian publik maupun klien dalam
menilai hasil audit yang telah dilakukan. Kinerja auditor ditentukan tidak hanya
oleh kompleksitas yang melekat pada perusahaan atau unit bisnis diaudit, tetapi
juga menurut tugas audit dan kondisi kerja yang kurang atau tidak kondusif.
Ketidak kondusifan kerja dapat disebabkan oleh regulasi yang selalu diperbaharui
dapat meningkatkan kompleksitas tugas audit sehingga membutuhkan lebih banyak
usaha dan pengetahuan auditor internal, auditor keuangan serta auditor pajak.

Hanna dan Firnanti (2013) dalam jurnalnya menyatakan bahwa kinerja


auditor dapat dipengaruhi oleh struktur audit jika sebuah kantor akuntan publik
(KAP) tidak memiliki struktur audit yang baku dan jelas, maka auditor tidak
memiliki pedoman dalam melaksanakan pekerjaan sehingga akan menurunkan
kinerjanya. Hal serupa juga terjadi ketika ketidakjelasan peran dialami oleh auditor.

Kinerja auditor tidak hanya dipengaruhi oleh struktur audit akan tetapi
faktor lain seperti ketidakjelasan peran, gaya kepemimpinan, struktur audit, budaya
organisasi dan lain sebagainya.

3. METODE PENELITIAN
Sumber dan Jenis Data
Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif yang diukur dengan
menggunakan skala ordinal (tingkat skala 1 sampai dengan 5). Penelitian ini
menggunakan sumber data primer, yaitu data yang hanya diperoleh ketika peneliti
menggali informasi langsung dari narasumber. Data primer yang digunakan
penelitian ini adalah data yang dihasilkan dari kuesioner yang terkait dengan Work
Life Balance dan juga kinerja auditor.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dalam menjawab pertanyaan
penelitian. Hipotesis bahwa Work Life Balance dapat mempengaruhi kinerja auditor
yang dibuat merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah yang diajukan,
kemudian penelitian ini akan menguji kebenaran hipotesis tersebut. Proses
pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan program statistik.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah alumni universitas Airlangga angkatan 2014
sampai dengan angkatan 2016 yang memiliki pekerjaan sebagai auditor disalah satu
kantor akuntan publik. Penelitian ini berfokus pada alumni universitas Airlangga
yang memiliki pengalaman atau sedang bekerja sebagai auditor. Hal ini disebabkan
peneliti berasumsi bahwa kinerja seorang auditor akan sangat dipengaruhi oleh
Work Life Balance terutama para auditor junior yang mungkin belum bisa untuk
mendistribusikan waktu dengan benar untuk bekerja dan kehidupan pribadi.
Metode pengambilan sampel mempertimbangkan kemungkinan respon
yang akan diperoleh, keterkaitan dengan subjek penelitian, keterkaitan sampel
dengan topik penelitian, dan keterbatasan peneliti dalam waktu, tenaga, dan biaya.
Oleh karena itu metode penentuan sampel menggunakan simple sampling random,
sehingga setiap individu di dalam populasi dapat menjadi sampel dalam percobaan
ini dan tidak ada sesuatu spesifikasi yang mengatur dalam pemilihan sampel ini.
Ukuran sampel yang digunakan untuk penelitian ini menggunakan
pendekatan tabel Isaac dan Michael yang dikutip dalam Duli (2019). Peneliti
menggunakan pendekatan tersebut dikarenakan tidak diketahuinya jumlah populasi
secara tepat. Adapun rumusnya adalah:
(𝑍𝑎/2 )2 𝑝. 𝑞
𝑛=
𝑒2
N merupakan sampel, p merupakan proporsi populasi. q = 1- p, dan Z
merupakan tingkat kepercayaan (signifikansi), dan e merupakan margin of error.
Pada penelitian ini akan menggunakan tingkat proporsi sebesar 0,3 dengan tingkat
signifikansi 90% dan margin of error 10% sehingga dapat dihasilkan sebagai
berikut:
a = 1 – 0,9 = 0,1 P = 0,3
0,1 / 2 = 0,05 q = 1 – 0,3 = 0,7
Z = 1 – 0,05 = 0,95  e = 0,1
distribusi normal 1,65
(1,65)2 0,3.0,7
𝑛= = 56,8
(0,1)2
Dari perhitungan di atas dihasilkan bahwa minimal sampel yang harus
didapat sebesar 57 sampel yang berasal dari populasi tersebut.
Periode Data Penelitian
Peneliti akan mendistribusikan kuesioner ini dalam kurun waktu kurang
lebih 2– 3 minggu. Karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk bertatap muka
maka kuesioner akan didistribusikan secara online. Dalam penelitian ini kuesioner
yang digunakan bersifat tertutup, di mana jawaban sudah tersedia sehingga
responden dapat memilih jawaban yang telah disediakan dalam form kuesioner
yang disediakan.
Identifikasi Variabel
Variabel dalam penelitian ini hanya ada dua variabel yaitu Work Life
Balance dan kinerja auditor. Dua variabel tersebut dibagi sebagai berikut:

1. Variabel Independen : Variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel lain


tapi justru mempengaruhi variabel yang lain. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah Work Life Balance.
2. Variabel Dependen : Variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen
melalui variabel mediasi. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
kinerja auditor.

Deskripsi Operasional Variabel


Pengertian variabel – variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Work life balance

Secara umum Work Life Balance merupakan keseimbangan yang diperlukan


karyawan atau pekerja dalam hal bekerja dan juga kehidupan di luar kantor setiap
hari. Selain itu Work Life Balance merupakan kemampuan karyawan untuk mengatur
sendiri waktu yang mereka perlu dalam kehidupan sehari – harinya. Kesalahan dalam
mengatur waktu yang tepat dalam kehidupan sehari – hari dapat memberikan
pengaruh buruk pada pekerja.

Menurut McDonald dan Bradley dalam Ganapathi (2016), Work Life


Balance dapat diukur dengan menggunakan beberapa indikator yaitu:

a. Keseimbangan waktu
b. Keseimbangan keterlibatan
c. Keseimbangan kepuasan

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Skala


Likert. Adapun jawaban dari responden akan diklasifikasikan dibagi dalam lima
kategori penilaian yaitu:

Sangat Setuju (SS) =5

Setuju (S) =4

Cukup Setuju (CS) =3

Tidak Setuju (TS) =2

Sangat Tidak Setuju (STS) =1

Dalam skala likert yang digunakan pada penelitian bertujuan untuk


mengukur sikap, pendapat dan persepsi dari auditor tentang pengaruh Work – Life
Balance.

2. Kinerja Auditor

Kinerja auditor secara umum merupakan seorang akuntan publik yang


sedang melaksanakan tugasnya dalam pemeriksaan pada laporan keuangan suatu
perusahaan yang dilakukan secara objektif. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah
untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Skala


Likert sama seperti variabel Work Life Balance. Dalam skala likert yang digunakan
pada penelitian bertujuan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi dari auditor
tentang kinerja auditor.

Teknik Analisis Data


Statistik Deskriptif
Sugiyono (2011), Statistik deskriptif yang digunakan di dalam penelitian
kuantitatif bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena menggunakan angka yang
dapat mendeskripsikan karakteristik fenomena yang diteliti..
Uji Validitas dan Reliabilitas
Pengujian ini digunakan untuk menyakinkan bahwa kuesioner yang kita susun akan
benar-benar baik dalam mengukur variabel yang terkait dalam penelitian ini yaitu
work life balance dan juga kinerja auditor serta bertujuan untuk membuktikan
bahwa penelitian ini menghasilkan data yang valid.
Analisis Model Regresi
Analisis model regresi di dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Berikut model
persamaan regresi yang akan digunakan di dalam penelitian ini untuk menguji
hipotesis yang telah dibuat:
Hipotesis :

KA = 𝛼 + 𝛽1WLB + 𝑒 KA = Kinerja Auditor

Keterangan : WLB = Work life balance

Penelitian ini menggunakan model regresi dari software SPSS untuk dapat
menguji pengaruh antara variabel dependen dan variabel independen tanpa
melibatkan variabel kontrol dalam penelitian ini..
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Umum Subjek dan Objek Penelitian


Responden yang berpartisipasi pada penelitian ini adalah seorang auditor di
berbagai kantor akuntan publik. Responden yang berpartisipasi pada penelitian ini
sebesar 77 responden dengan 75 responden yang sesuai kriteria yang di tetapkan
oleh peneliti. Jumlah kuesioner yang disebar kurang lebih 102 kuesioner. Sehingga
pada penelitian ini terdapat 75,49%.
Responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini merupakan alumni
Universitas Airlangga angkatan 2014 – 2016 yang berprofesi sebagai junior
auditor, senior auditor, dan assurance associate pada kantor akuntan publik masing
– masing responden. Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan
dengan presentase 64%, dan 36% berjenis kelamin laki – laki. Usia responden
paling dominan diantara usia 20 tahun hingga 25 tahun dengan prosentase 98,67%,
dan 1,3% berusia diatas 25 tahun. Responden didominasi berasal dari angkatan
2015 sebesar 36%, angkatan 2014 sebesar 33,33% dan juga angkatan 2016 sebesar
30,67%. Status dari responden 100% belum berkeluarga atau belum menikah.
Waktu kerja rata – rata responden sehari lebih dari 8 jam sehari dipilih oleh 78,67
% responden, 18,67% responden memiliki 8 jam kerja dan sisanya sebesar 2,67%
memiliki kurang dari 8 jam sehari.

Analisis Data
Statistik Deskriptif
Data primer yang telah diperoleh dari responden merupakan parameter atas
variabel work life balance dan juga kinerja auditor. Jumlah data yang diperoleh
adalah 75 data untuk masing – masing variabel. Kuesioner yang dibagikan kepada
responden terdiri dari 14 pertanyaan seputar variabel work life balance dan juga 32
pertanyaan seputar kinerja audit. Seluruh pertanyaan telah valid dengan 75 jawaban
dari responden.

Hasil analisis deskriptif keseimbangan waktu menunjukkan bahwa


sebanyak 59 responden memiliki jam kerja lebih dari 8 jam kerja sehari, hal ini
melibihi waktu idealnya dalam bekerja. Pada pernyataan kedua dengan pernyataan
“keluarga saya sering memprotes karena kurangnya perhatian saya karena sibuk
bekerja.” diketahui bahwa sebanyak 32% memilih setuju, dengan artian hampir
setiap auditor kehilangan waktunya untuk keluarga karena waktu kerja mereka.
Beralih kepernyataan ketiga dengan pernyataan “beban pekerjaan membuat
saya mengabaikan keinginan keluarga.” diketahui bahwa sebesar 32% memilih
untuk tidak setuju dengan artian bahwa meskipun tuntutan pekerjaan yang banyak
dan waktu yang tersita untuk bekerja melebihi waktu normal, para auditor berusaha
untuk menyeimbangkan waktu mereka untuk keluarga. Begitupun dengan
pernyataan keempat dan kelima yang menyatakan bahwa ‘Saya kehilangan waktu
untuk keluarga dan teman – teman saya’, sebesar 40% auditor memilih untuk tidak
setuju dengan penyataan tersebut dengan artian bahwa sesibuk apapun mereka
bekerja, mereka akan berusaha untuk memaksimalkan waktu istirahat dan juga akan
berusaha untu menyisihkan waktu mereka untuk bersama teman dan juga keluarga.
Pada pernyataan keenam dan ketujuh diketahui bahwa memang benar
auditor kesusahan untuk membagi waktunya antara bekerja dan kegiatan lain di luar
pekerjaan akan tetapi itu tidak menjadikan alasan bagi seorang auditor untuk
kehilangan fokus pada pekerjaannya, ini terbukti pada pernyataan kedelapan
dengan 44% memilih untuk tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Dari analisa
tersebut maka diketahui bahwa keseimbangan waktu yang dimiliki oleh sebagian
auditor cukup baik meskipun waktu bekerja yang lebih banyak, auditor akan
berusaha menyeimbangkan waktu mereka diluar pekerjaan.
Hasil deskriptif keseimbangan keterlibatan menunjukkan bahwa pada
pernyataan kesembilan “saya dapat membagi tanggungjawab saya kepada
pekerjaan dan juga keluarga saya”, sebagian besar 40% memilih tidak setuju,
dengan artian bahwa keseimbangan keterlibatan yang dimiliki oleh auditor
didukung baik oleh pembagian tanggung jawab dari para auditor untuk memenuhi
tuntutan pekerjaan dan tuntutan keluarga.
Selain keseimbangan keterlibatan pada pernyataan keseimbangan kepuasan
diatas banyak responden yang memilih cukup setuju, setuju dan sangat setuju untuk
32 pertanyaaan diatas. Artinya, auditor sudah merasa kinerja yang auditor lakukan
sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden dengan rata –rata
memilih cukup setuju, setuju dan sangat setuju. Hasil analisis deskriptif kinerja
auditor cukup baik. Hal ini berarti karyawan merasa nyaman untuk bekerja di
perusahaan tersebut. selain itu dukungan yang diberikan oleh perusahaan sangat
membantu auditor untuk mencapai kinerja yang stabil dengan cenderung yang
meningkat
Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji Validitas
Tabel 4.2
Hasil Uji Validitas Work Life Balance
Variabel No Item R Hitung R Tabel Sig. Keterangan
X1 0,727 0,2272 0,000 Valid
X2 0,727 0,2272 0,000. Valid.
X3 0,608 0,2272 0,000. Valid.
X4 0,570 0,2272 0,000. Valid.
X5 0,554 0,2272 0,000. Valid.
Work Life X6 0,595 0,2272 0,000. Valid.
Balance X7 0,658 0,2272 0,000. Valid.
X8 0,691 0,2272 0,000. Valid.
X9 0,558 0,2272 0,000. Valid.
X10 0,594 0,2272 0,000. Valid.
X11 0,593 0,2272 0,000. Valid.
X12 0,408 0,2272 0,000. Valid.
X13 0,400 0,2272 0,000. Valid.
X14 0,256 0,2272 0,027. Valid.

Tabel 4.3
Hasil Uji Validitas Kinerja Auditor
Variabel No Item R Hitung R Tabel Sig. Keterangan
Y1 0,267 0,2272 0,021. Valid.
Y2 0,689 0,2272 0,000. Valid.
Y3 0,374 0,2272 0,001. Valid.
Y4 0,436 0,2272 0,000. Valid.
Y5 0,420 0,2272 0,000. Valid.
Y6 0,511 0,2272 0,000. Valid.
Y7 0,465 0,2272 0,000. Valid.
Y8 0,702 0,2272 0,000. Valid.
Y9 0,557 0,2272 0,000. Valid.
Y10 0,720 0,2272 0,000. Valid.
Y11 0,762 0,2272 0,000. Valid.
Y12 0,781 0,2272 0,000. Valid.
Y13 0,691 0,2272 0,000. Valid.
Y14 0,735 0,2272 0,000. Valid.
Y15 0,624 0,2272 0,000. Valid.
Kinerja Y16 0,592 0,2272 0,000. Valid.
Auditor Y17 0,699 0,2272 0,000. Valid.
Y18 0,227 0,2272 0,050. Valid.
Y19 0,402 0,2272 0,000. Valid.
Y20 0,636 0,2272 0,000. Valid.
Y21 0,681 0,2272 0,000. Valid.
Y22 0,686 0,2272 0,000. Valid.
Y23 0,737 0,2272 0,000. Valid.
Y24 0,633 0,2272 0,000. Valid.
Y25 0,724 0,2272 0,000. Valid.
Y26 0,665 0,2272 0,000. Valid.
Y27 0,511 0,2272 0,000. Valid.
Y28 0,389 0,2272 0,001. Valid.
Y29 0,593 0,2272 0,000. Valid.
Y30 0,417 0,2272 0,000. Valid.
Y31 0,270 0,2272 0,019. Valid.
Y32 0,599 0,2272 0,000. Valid.

Dari hasil uji validitas yang ditampilkan diatas menunjukkan bahwa seluruh
item memiliki r hitung yang lebih besar dari r tabel. Selain dengan membandingkan
nilai r hitung dengan r tabel, uji validitas juga dapat dicari dengan membandingkan
nilai signifikansi dengan 0,1. Dapat dikatakan valid ketika nilai signifikansi lebih
rendah dari 0,1 (sig < 0,1). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa seluruh butir
pertanyaan telah valid dan dapat digunakan untuk mengukur variabel di dalam
penelitian ini.

Uji Reliabilitas
 Uji Reliabilitas

Instrumen yang digunakan untuk melakukan uji reliabilitas pada penelitian


ini akan menggunakan analisis reliabilitas dengan menggunakan teknik Alpha
Cronbach. Untuk menguji reliabilitas ini peneliti menggunakan bantuan software
SPSS 20. Pertanyaan akan dapat dikatakan bersifat reliabel dan dapat diproses pada
tahap selanjutnya jika nilai koefisien r > 0,6. Adapun hasil uji reliabilitas disajikan
sebagai berikut:

Tabel 4.4
Tabel Uji Reliabilitas Variabel Work Life Balance
Cronbach’s Alpha Cronbach’s Alpha N of Item
Based on Standardized
Item
0,751 0,867 14

Jika dilihat dari tabel hasil pengujian reliabilitas Work Life Balance,
menunjukkan angka cronbach’s alpha sebesar 0,867 yang merupakan angka lebih
besar dari minimal nilai cronbach’s alpha 0,6. Sehingga, dapat ditarik kesimpulan
bahwa hasil uji reliabilitas variabel Work Life Balance tersebut instrumen penelitian
yang digunakan dapat dikatakan bersifat reliabel atau handal.

Tabel 4.5
Tabel Uji Reliabilitas Variabel Kinerja Auditor
Cronbach’s Alpha Cronbach’s Alpha N of Item
Based on Standardized
Item
0,744 0,940 32

Tidak berbeda dari hasil yang sebelumnya, berdasarkan hasil pengujian


reabilitas, angka cronbach’s alpha ebesar 0,940 yang mana lebih besar dari minimal
nilai croncbach’s alpha 0,6; maka dapat disimpulkan instrument penelitian yang
digunakan dapat dikatakan reliabel atau handal.

4.2.3 Analisis Regresi Berganda


Tabel 4.6
Analisis Regresi Berganda Keseimbangan Waktu
Unstandardized Standar 90% Confidence
Mo Coefficient dized T Sig. Interval for B
del Coeffici
ent
B Std. Beta Lower Upper
Error Boun Bound
d
Constan 138,145 6,12 22,40 0,000 126,9 147,344
1 t 2 2 5
K. -0,334 0,29 -0,125 -1,073 0,287 -0,799 0,173
Waktu 2

a. Dependent Variable: Total_Y


Jika dilihat dari tabel analisis regresi berganda keseimbangan waktu
menunjukkan bahwa kinerja auditor bernilai 138,145 jika tidak dipengaruhi oleh
keseimbangan waktu. Setiap terjadi peningkatan keseimbangan waktu maka kinerja
auditor akan menurun sebesar -0,334 per penurunan keseimbangan waktu.

Menjadi seorang auditor merupakan pekerjaan yang sangat sulit. Banyak


tekanan yang didapatkan dari berbagai pihak. Banyak waktu yang dikorbankan
untuk sekedar memenuhi kepuasan klien. Tidak sedikit auditor yang akan
mengundurkan diri setelah satu hingga tiga tahun bekerja sebagai auditor, bahkan
ada yang kurang dari satu tahun kerja sebagai auditor. Untuk kondisi yang seperti
ini kemungkinan sangat sulit untuk mencapai keseimbangan waktu bagi auditor.

Tabel 4.7
Analisis Regresi Berganda Keseimbangan Keterlibatan
Unstandardized Standardi 90%
M Coefficient zed t Sig. Confidence
od Coefficien Interval for B
el t
B Std. Beta Lower Upper
Error Boun Boun
d d
Constant 136,68 4,361 31,34 0,00 129,4 143,9
1 6 0 0 20 52
K. -1,117 0,774 -0,167 -1,444 0,15 -2,406 0,171
Keterlibat 3
an

a. Dependent Variable: Total_Y


Sama dengan keseimbangan waktu, hasil dari analisis regresi linier
berganda untuk keseimbangan keterlibatan menunjukkan bahwa kinerja auditor
bernilai 136,686 jika tidak dipengaruhi oleh keseimbangan keterlibatan. Setiap
terjadi peningkatan keseimbangan keterlibatan maka kinerja auditor akan menurun
sebesar -1,117 per penurunan keseimbangan keterlibatan.

Keseimbangan keterlibatan merupakan tingkat keseimbangan yang sangat


sukar untuk dicapai mengingat sifat manusia yang fleksibel terhadap apapun.
Seorang individu tidak dapat dikatakan memiliki keseimbangan keterlibatan yang
baik ketika seorang individu tersebut harus meninggalkan kewajibanya untuk
memenuhi kewajibannya yang lain. Ketika seorang individu berada di posisi
tersebut, maka rasa tanggungjawab yang dimilikinya akan dipertanyakan. Menurut
peneliti sangat wajar karena sebagai seorang auditor kita tidak pernah bisa
memprediksi beban pekerjaan dan tanggung jawab kepada keluarga.
Tabel 4.8
Analisis Regresi Berganda Keseimbangan Kepuasan
Unstandardiz Standar 90%
M ed Coefficient dized T Sig. Confidence
od Coefficie Interval for B
el nt
B Std. Beta Lower Upper
Error Bound Boun
d
Constan 134,8 6,970 19,34 0,00 123,22 146,4
1 t 35 6 0 3 46
K. -0,348 0,584 -0,070 -0,596 0,55 -1,322 0,626
Kepuasa 3
n

a. Dependent Variable: Total_Y


Hasil dari analisis regresi linier berganda untuk keseimbangan kepuasan
menunjukkan bahwa kinerja auditor bernilai 134,835 jika tidak dipengaruhi oleh
keseimbangan kepuasan. Setiap terjadi peningkatan keseimbangan keterlibatan
maka kinerja auditor akan menurun sebesar -0,348 per penurunan keseimbangan
kepuasan.

Keseimbangan kepuasan merupakan keseimbangan yang berada ditingkat


medium untuk dicapai oleh auditor. Tidak sedikit auditor yang merasa tidak
nyaman dalam hal melakukan pekerjannya. Akan tetpi tidak sedikit pula auditor
merasa nyaman dengan pekerjaannya. Bagi auditor yang memiliki rasa nyaman
dalam melakukan pekerjaannya dapat diartikan auditor tersebut telah mencapai
tingkat kepuasan yang auditor tersebut rasakan dan begitu pun sebaliknya.

Tabel 4.9
ANOVA
Model Sum of Df Mean F Sig.
Squares Square
Regression 314,500 1 312,500 1,784 0,186b
1 Residual 12853,087 73 176.138
Total 13172,587 74
a. Dependent Variable: Total_Y

b. Predictors : (constant), K. Waktu, K. Keterlibatan, K. Kepuasan.

Pengujian hipotesis menyatakan bahwa secara simultan Work Life Balance


yang terdiri dari keseimbangan waktu, keseimbangan keterlibatan dan
keseimbangan kepuasan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
auditor. Ini berarti Ho di terima dan H1 ditolak karena f hitung < f tabel yaitu 1,784
< 2,77.

Berdasarkan hasil pengujian, keseimbangan waktu tidak berpengaruh secara


signifikan terhadap kinerja auditor. Hal ini disebabkan oleh kebiasaaan dari para
auditor yang kurang disiplin dalam mengatur waktunya. Beban pekerjaan dan juga
tuntutan atasan pun juga menjadi salah satu alasan mengapa auditor tidak bisa
disiplin dalam mengatur waktunya.

Sama dengan keseimbangan waktu, keseimbangan keterlibatan juga tidak


berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor. Sebagai contoh ketika
responden dihadapi pada pernyataan pembagian tanggungjawab antara pekerjaan
dan keluarga yang dilakukan auditor tidak bisa terpenuhi salah satunya. Hal ini
wajar menurut penulis harena ada banyak hal yang tidak dapat kita prediksi dalam
kehidupan.

Berdasarkan hasil pengujian parsial, keseimbangan kepuasan tidak


berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Tingkat kepuasan dari seorang
auditor dapat dipengaruhi oleh banyaknya variabel. Ketika kepuasan auditor telah
terpenuhi maka belum tentu kinerja auditor juga akan meningkat. Meskipun dengan
rasa kepuasan yang dirasakan oleh auditor itu akan mempengaruhi rasa nyaman
auditor dalam bekerja, tetapi untuk mengukur kinerja auditor itu meningkat atau
menurun tidak hanya dihitung dari tingkat kepuasan auditor.

Tidak terbuktinya hipotesis pada penelitian ini dapat dipengaruhi oleh teori
yang kurang tersedia secara general tentang Work Life Balance karena tidak banyak
jurnal acuan yang meneliti tentang pentingnya keseimbangan kehidupan dalam
melakukan segala pekerjaan.

Seperti yang dijelaskan pada penelitian yang dilakukan oleh Hanna dan
Firnanti, banyak variabel yang mempengaruhi baik atau menurunnya kinerja
auditor seperti struktur audit, budaya organisasi, gaya kepemimpinan, konflik peran
auditor dan lain sebagainya yang tidak dijadikan variabel pada penelitian ini,
sehingga variabel – variabel lain tersebut tidak ikut diteliti pada penelitian ini.

Tabel 4.10
Tabel Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R Std. Error of
Square The Estimate
1 0,154a 0,024 0,010 13,272
a. Predictors: (constant), Total_X

Hasil koefisien determinasi yaitu R square sebesar 0,024 yang berarti


pengaruh Work Life Balance terhadap kinerja auditor sebesar 2,4% dan sisanya
97,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini. Dengan
demikian penelitian ini menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan antara
Work Life Balance terhadap kinerja auditor.

Adapun variabel lain yang kemungkinan dapat mempengaruhi kinerja


auditor sebesar 97,6% meliputi, struktur audit, komitmen diri, latar belakang
pribadi, gaya kepemimpinan, konflik dalam organisasi, tenggat waktu yang sangat
tidak manusiawi dan lai sebagainya.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa hal keterbatasan yang kemungkinan bisa
menimbulkan gangguan terhadap hasil penelitian.

1. Data penelitian ini bersumberkan dari penggunaan instrumen kuesioner


yang mendasarkan pada persepsi masing – masing responden. Hal ini akan
menimbulkan beberapa masalah jika persepsi responden tidak
mencerminkan keadaan yang sebenarnya pada kondisi kerja di kantor
maupun di lapangan. Penulis menyatakan bahwa jawaban responden tidak
dapat dikonfirmasi kebenarannya.
2. Pengaruh lingkungan kerja, pendidikan, pengalaman, lingkungan keluarga
dan budaya responden sangat mempengaruhi persepsi responden terhadap
kuesioner yang diajukan oleh penulis. Sehingga, hasil dari penelitian ini
masih sangat dipengaruhi oleh segala hal yang berkaitan dengan latar
belakang responden.
3. Waktu yang digunakan untuk mengajukan kuesioner kepada responden
termasuk dalam waktu tersibuk bagi auditor sehingga ada beberapa auditor
yang terburu – buru dalam mengisi kuesioner, atau tidak membaca
kuesioner dengan seksama. Sehingga, bisa saja menimbulkan jawaban –
jawaban responden yang tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
Kesimpulan

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan penting berkaitan dengan penelitian


Work Life Balance. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa tidak adanya hubungan
yang signifikan antara Work Life Balance dan juga kinerja auditor pada alumni
Universitas Airlagga angkatan 2014 – angkatan 2016.

Pengujian pada hipotesis 1 menunjukkan hasil bahwa Work Life Balance tidak
mempengaruhi secara langsung terhadap kinerja auditor. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Ghanapati (2016) bahwa keseimbangan waktu, keseimbangan keterlibatan
dan juga keseimbangan kepuasan tidak menghubungkan Work Life Balance dengan
kepuasan karyawan. Meskipun salah satu faktor dari Work Life Balance adalah
keseimbangan kepuasan tetapi itu tidak cukup membuktikan bahwa Work Life Balance
dapat mempengaruhi kepuasan karyawan. Sehingga, pada penelitian ini Work Life
Balance juga terbukti tidak berpengaruh langsung terhadap kinerja auditor. Meskipun,
salah satu dimensi dari kinerja menurut choriah (2013) adalah kepuasan, tidak
membuktikan bahwa keseimbangan kepuasan dari Work Life Balance tidak
mempengaruhi secara signifikan terhadap kinerja auditor.

Saran.
1. Penelitian selanjutnya hendaknya mampu menetapkan metode penelitian yang minimal
kelemahan berkaitan dengan persepsi setiap responden dengan menyamakan latar
belakang derai masing – masing respoden. Penelitian semacam ini akan mampu
menghasilkan kesimpulan yang lebih terjaga dari gangguan dan kemampuan
generalisasinya lebih besar.
2. Bagi perusahaan yang ingin untuk meningkatkan kinerja auditor melalui Work Life
Balance maka perusahaan harus memfokuskan untuk meningkatkan keseimbangan
kepuasan terlebih dahulu tanpa melupakan untuk meningkatkan keseimbangan waktu
dan keseimbangan keterlibatan.
Daftar Referensi

Auditing Standard Board in Statement on Auditing Standard (SAS) No.82

Beauregard, Alexandra and Lesley C. Henry. (2008), “Making the link between work-
life balance practices and organizational performance”, Human Resources
Management Review, Volume 19.

C. Anis. 2013. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan


Spiritual dan Etika Profesi Terhadap Kinerja Auditor dalam Kantor Akuntan
Publik (Studi Empiris Pada Auditor dana Kantor Akuntan Publik di Kota
Padang dan Pekanbaru) [Skripsi]. Padang (ID): Universitas Negeri Padang.

D. Nikolaus. 2019. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Beberapa Konsep Dasar untuk


Penulisan Skripsi & Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Penerbit
Deepublish.

DeAngelo, L.E. 1981. Auditor Size and Audit Quality. Journal of Accounting &
Economics.

Ganapathi. 2016. Pengaruh Work Life Balance Terhadap Kepuasan Kerja pada PT. Bio
Farma. Ecodemica. 4(01): 125 – 135.

H. Elizabeth, F. Frizka. 2013. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor.


Jurnal Bisnis dan Akuntansi. 15(01): 13 – 28Machuca, Mirabent, Alegre.
2016. Work Life Balance and Its Relationship With Organizational Pride and
Job Satisfaction. Journal of Managerial Psychology. 31(02): 586 – 602.

K. Hidayat. 2020. Kasus – Kasus Melilit KAP Besar di Indonesia [internet]. Tersedia
pada https://akuntansi.or.id/baca-tulisan/44_kasus-kasus-melilit-kap-besar-
di-indonesia.html

Katherine T. Smith, L. Murphy Smith and Tracy R. Brower. 2016. How Work-Life
Balance, Job Performance, and Ethics Connect: Perspectives of Current and
Future Accountants. Research on Professional Responsibility and Ethics in
Accounting. 20. 219 – 238.

Kompas.com. (2013). “Work Life Balance” Indikator Baru Kesuksesan,


http://kompas.com/work-life.balnce.indikator.baru.kesuksesan/. Diakses 3
Januari 2021 pukul 20.35 WIB. Situbondo

Pura, R. (2017). Effects of auditor competence, information technology, accounting


information systems and organizational commitment on
auditors’performances at the state audit agency, in south sulawesi.

Sharpe, M., Grossman, A. M., Smith, K. T., & Smith, L. M. (2013, April). An
examination of ethics, religiosity and other factors associated with work-life
balance perspectives of future accounting and business professionals.
Nashville, TN: American Accounting Association Southeast Region Annual
Meeting.

Smith, K.T., Smith, L.M. and Brower, T.R. 2011. An Examination of Work-Life
Balance Perspectives of Accountants. Int. J. Critical Accounting. 3(04).
367–383.

Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Trisnaningsih, Sri. 2007. Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi Sebagai


mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan dan
Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor.

Wulandari. (2015). Pengaruh Komitmen Organisasi dan Ambiguitas Peran terhadap


Kinerja Auditor Dengan Motivasi Sebagai Variabel Moderasi. Jom Fekon, 2(1), 1–14.
https://doi.org/10.1192/bjp.112.483.211-a

You might also like