You are on page 1of 10

PERSEPSI MAHASISWA UGM TERKAIT JOGJA RENAISSANCE PADA

BRANDING “JOGJA ISTIMEWA”

Divia Singi Joyanda


divia.singi@mail.ugm.ac.id

M. Baiquni
baiquni99@gmail.com

Abstract
Branding of “Jogja Istimewa” contains Jogja Renaissance which is the goal and
purpose of the development of DIY in nine sectors; education, tourism, technology, economy,
health, food, energy, spatial scope, and community protection. DIY’s identity as The City of
Education in Indonesia is based on the fact of the numerous universities there are in this city
as well as the existence of Universitas Gadjah Mada. The aim of this research is to identify
the perception of students in UGM of Jogja Renaissance to “Jogja Istimewa” branding using
the concept of livable city, smart city, student city, and tourism destination city; and to see
the difference perceptions from students in UGM that are originally from DIY and outside of
DIY regarding to the concept of Jogja Renaissance. The research method used in this
research are the quantitative descriptive, which is Independent Sample Test and Man
Whitney Test The results of the research point out that the education, tourism, and economic
sectors are three out of many sectors of Jogja Renaissance that really show the speciality of
DIY. The difference of perception between the students originally from DIY and outside of
DIY was caused by the different lifestyle between the resident students and foreign students
which lived by themselves.

Keyword : Regional Branding, Jogja Renaissance, Jogja Istimewa, Independent Sample Test,
Mann Whitney Test.

Abstrak
Pada branding “Jogja Istimewa” terkandung Jogja Renaissance yang merupakan cita-
cita dan arah pembangunan DIY di sembilan bidang, yaitu pendidikan, pariwisata, teknologi,
ekonomi, kesehatan, pangan, energi, tata ruang dan lingkungan, dan keterlindungan warga.
Identitas DIY sebagai Kota Pendidikan di Indonesia disebabkan karena banyaknya jumlah
Perguruan Tinggi dan eksistensi Universitas Gadjah Mada. Tujuan penelitian adalah
mengindentifikasi persepsi mahasiswa UGM terkait Jogja Renaissance pada branding “Jogja
Istimewa” menggunakan konsep Kota Layak Huni, Kota Pintar, Kota Pelajar, dan Kota
Destinasi Pariwisata; dan melihat perbedaan persepsi mahasiswa UGM asal DIY dan luar
DIY terkait Jogja Renaissance. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif
kuantitatif dengan uji independent sample test dan uji man whitney test. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa bidang pendidikan, bidang pariwisata, dan bidang ekonomi
merupakan merupakan bidang Jogja Renaissance yang paling menunjukkan keistimewaan
DIY. Perbedaan persepsi antara mahasiswa asal DIY dan luar DIY disebabkan perbedaan
gaya hidup antara resident dan mahasiwa rantau yang hidup sendiri.

Kata Kunci: Regional Branding, Jogja Renaissance, Jogja Istimewa, Uji Independent
Sample Test, Uji Mann Whitney Test

1
PENDAHULUAN Yogyakarta yang terdapat pada 9 bidang,
D.I. Yogyakarta (DIY) memiliki yaitu bidang pendidikan, pariwisata,
tagline “Jogja Never Ending Asia” sejak ekonomi, teknologi, pangan, energi, tata
tahun 2001. Selama 14 tahun terakhir, ruang dan lingkungan, keterlindungan
branding yang telah dibentuk ini tidak warga, dan kesehatan (Panitia 11, 2015). 9
terimplementasi baik dikarenakan bidang renaissance dituangkan kedalam
kurangnya koordinasi antar pemerintah konsep Kota Pelajar, Kota Layak Huni,
dan proses branding yang kurang Kota Pintar, dan Kota Destinasi
melibatkan partisipasi masyarakat. Faktor Pariwisata.
lain yang menyebabkan branding tidak Kota Pelajar merupakan Kota yang
terimplementasi dengan baik adalah memiliki populasi Pelajar yang beragam
bencana gempa bumi yang mengguncang dengan kondisi Kota yang nyaman untuk
DIY pada tahun 2010, dimana sosialisasi belajar dan beraktifitas, memiliki biaya
branding “Jogja Never Ending Asia” hidup yang terjangkau, dan mendukung
intensitasnya semakin berkurang karena perkembangan ilmu pengetahuan (QS
dana sosialisasi dialihkan untuk bantuan Staff Writer, 2016). Bidang renaissance
dan perbaikan akibat gempa bumi yang dikaitkan dengan konsep Kota
(Pratama, 2011). Hal ini berdampak pada Pelajar adalah bidang pendidikan dan
branding “Jogja Never Ending Asia” yang bidang ekonomi.
semakin kurang familiar di masyarakat. Kota Pintar merupakan Kota yang
Identitas DIY sebagai Kota mengaplikasikan penggunaan teknologi
Pendidikan karena faktor sejarah sekolah dalam aktifitas sehari-hari, Kota Pintar
pertama yang didirikan Ki Hajar didukung oleh sumber daya manusia,
Dewantara berada di DIY, jumlah teknologi, dan pemerintah yang
perguruan tinggi yang banyak (dengan mendukung perkembangan ICT di
jumlah 129 Perguruan Tinggi), dan Perkotaan (Cohen, 2012). Konsep Kota
eksistensi Universitas Gadjah Mada yang Pintar dikaitkan dengan bidang energi dan
memiliki puta-putri terbaik dari seluruh teknologi.
Provinsi di Indonesia (Rhamdani, dkk, Kota yang menjadi destinasi
2012). pariwisata adalah Kota yang memiliki
Selain Kota Pendidikan, DIY daya tarik pariwisata, dilengkapi dengan
memiliki identitas sebagai Kota akses dan fasilitas yang mendukung
Pariwisata, dan Kota Budaya di Indonesia. perkembangan pariwisata (Spillane, 1994).
Identitas tersebut sudah dikenal dan Konsep Kota Destinasi Pariwisata
melekat pada masyarakat pada umumnya dikaitkan dengan bidang pariwisata.
sebagai citra (image) DIY. Identitas DIY Suatu Kota dapat dikatakan layak
yang telah berkembang sejak dahulu huni apabila Kota tersebut aman dan
berhubungan dengan rencana memiliki tingkat kejahatan yang rendah;
pembangunan DIY yang memiliki visi D.I. memberi kemudahan akses pada
Yogyakarta memiliki harapan menyonsong perumahan, pendidikan, pelayanan sosial
peradaban baru menjadi lebih berkarakter, dan kesehatan; tersedia nya ruang terbuka
berbudaya, maju, mandiri, dan sejahtera. publik, transportasi umum, dan tempat
Berdasarkan visi DIY tersebut, pada 7 rekreasi; Kota yang memiliki kebebasan
Maret 2015, Pemerintah DIY melakukan demokrasi dan berpeluang mendapatkan
rebranding dari “Jogja Never Ending kesempatan kerja; dan memiliki
Asia” menjadi “Jogja Istimewa”. Cita-cita lingkungan alam yang kondusif (Lowe, et
dan harapan DIY yang tersirat pada all, 2013). Bidang renaissance yang
branding “Jogja Istimewa” terdapat pada dikaitkan dengan konsep Kota Layak Huni
Jogja Renaissance. Jogja Renaissance adalah bidang ekonomi, keterlindungan
adalah cita-cita dan arah pembangunan

2
warga, kesehatan, pangan, tata ruang dan Populasi penelitian adalah
lingkungan, dam energi. Mahasiswa UGM asal 34 Provinsi di
Branding yang sukses adalah Indonesia. Penentuan jumlah sampel pada
branding yang dikomunikasikan sehingga penelitian ini menggunakan tabel rumus
tujuan branding dapat tercapai. Issac & Michael (dalam Sukandarrumidi
Komunikasi branding yang baik akan dan Haryanto, 2008) dengan jumlah
berdampak pada kesadaran (awareness) populasi 30.000 dan tingkat kesalahan 5%.
konsumen branding. Konsumen branding Jumlah sampel minimal berdasarkan tabel
yang menjadi responden penelitian adalah tersebut adalah 344 responden. Pembagian
Mahasiswa UGM asal 34 Provinsi di sampel di bagi berdasarkan asal
Indonesia. Mahasiswa UGM dibagi mahasiswa dari seluruh provinsi di
menjadi mahasiswa asal DIY dan Indonesia. Sampel penelitian yang di di
mahasiswa asal luar DIY. Tujuan batasi pada mahasiswa S1 UGM.
responden dipisah berdasarkan asal Pemilihan sampel mahasiswa S1 UGM
mahasiswa adalah untuk memperlihatkan karena merupakan populasi terbesar di
perbedaan persepsi antara resident (yang UGM sehingga peluang untuk
telah lama tinggal di DIY) dengan mendapatkan mahasiswa asal 34 Provinsi
mahasiswa asal luar DIY, yang dapat di Indonesia cukup besar, dan mahasiswa
membandingkan keistimewaan DIY S1 adalah mahasiswa yang memiliki masa
dengan daerah asal mahasiswa. studi paling lama di UGM (selama lebih
Persepsi mahasiswa yang sadar kurang 4 tahun), dibandingkan mahasiswa
dengan dengan keberadaan branding vokasi dan pascasarjana. Berdasarkan data
“Jogja Istimewa” dapat memperlihatkan yang di dapat dari Direktorat Pendidikan
pengalaman dan pengetahuan mahasiswa dan Pengajaran UGM, jumlah mahasiswa
terkait 9 bidang renaissance pada S1 yang melakukan heregistrasi periode
rebranding DIY. Perbedaan persepsi gasal 2015/2016 hingga 27 April 2016
mahasiswa yang berasal dari luar DIY dan berjumlah 32586 mahasiwa.
asli DIY akan memperlihatkan Teknik sampling yang digunakan
keistimewaan Yogyakarta yang pada penelitian ini adalah disproportionate
terkandung dalam Jogja Renaissance pada stratified random sampling. Teknik
branding “Jogja Istimewa” menggunakan disproportionate sampling digunakan
konsep pengembangan kota. Penelitian ini untuk mendapatkan sampel dari anggota
memiliki tujan: populasi yang heterogen dengan jumlah
1. Untuk mengidentifikasi persepsi yang tidak proporsional. Sehingga di tiap
mahasiswa UGM terkait Jogja provinsi (yang merupakan populasi dalam
Renaissance pada branding “Jogja penelitian) harus mewakili sampel
Istimewa”. penelitian. Stratified sampling dalam
2. Untuk mengidentifikasi apakah ada penelitian ini dibagi berdasarkan 3 jenjang,
perbedaan persepsi antara mahasiswa yaitu mahasiswa S1 UGM dengan syarat
asal luar Yogyakarta dengan minimal angkatan 2015, mahasiswa asal
mahasiswa asal Yogyakarta terkait Yogyakarta dan luar Yogyakarta, dan
Jogja Renaissance. pembagian berdasarkan 34 Provinsi di
Indonesia. Tabel pembagian strata sampel
METODE PENELITIAN terlampir pada gambar berikut.
Metode penelitian menggunakan Penelitian ini menggunakan teknik
pendekatan kuantitatif. Alat penelitian pengukuran skala Likert 1 hingga 5.
yang digunakan adalah kuesioner, website Analisis yang dilakukan dalam penelitian
google form, dan software SPSS. Bahan ini adalah analisis deskriptif kuantitatif
penelitian menggunakan data primer dari dengan pengolahan data crosstab untuk
hasil pengumpulan data kuesioner. tujuan pertama dan menggunakan uji

3
independent sample test (untuk data pendidikan, pariwisata, ekonomi,
normal) dan uji mann whitney test (untuk teknologi, pangan, keterlindungan warga,
data tidak normal) untuk melihat tata ruang dan lingkungan, energi, dan
perbedaan persepsi antara mahasiswa asal kesehatan. Persepsi mahasiswa S1 UGM
DIY dan luar DIY. terkait Jogja Renaissance dengan upaya
rebranding sebagai berikut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah responden ada 353 Bidang Pendidikan
responden yang berasal dari 34 Provinsi di Bidang pendidikan dibahas
Indonesia. Responden berdasarkan jenis menggunakan konsep Kota Pelajar.
kelamin terdiri dari 57% perempuan dan Indikator utama suatu kota dapat menjadi
43% laki-laki. Responden berdasarkan destinasi pendidikan oleh pelajar dari
angkatan terbagi menjadi 71 orang berbagai wilayah adalah di Kota tesebut
angkatan 2015, 52 orang angkatan 2014, memiliki banyak Perguruan Tinggi yang
50 orang angkatan 2013, 147 orang berkualitas dan menawarkan berbagai
angkatan 2012, 31 orang angkatan 2011, macam program studi. 79.9% responden
dan 2 orang angkatan 2010. Pembagian sangat setuju bahwa DIY dikatakan kota
responden berdasarkan 18 fakultas di pelajar karena memiliki banyak Perguruan
UGM terlampir pada gambar berikut. Tinggi yang menawarkan berbagai macam
program studi.
53,8% mahasiswa asal DIY dan
luar DIY sangat setuju bahwa mudah
menemukan tempat bimbingan belajar /
kursus di DIY. Responden berpendapat
bahwa program bimbingan belajar dan
kursus yang ditawarkan sangat beragam
dengan harga yang variatif. Fasilitas yang
diberikan pada bimbingan belajar di DIY
Dari 353 responden, ada 338 juga cukup baik. DIY merupakan kota
responden yang sadar dengan keberadaan pendidikan yang peduli terhadap
branding “Jogja Istimewa”, terdiri dari keterampilan dan soft skill pelajar karena
143 mahasiswa angkatan 2012, 65 orang mudah menemukan tempat bimbingan
mahasiswa angkatan 2015, 49 orang belajar dan kursus.
mahasiswa angkatan 2014, 48 orang Kota pelajar merupakan kota yang
mahasiswa angkatan 2013, 31 orang mendukung ilmu pengetahuan, salah satu
mahasiswa angkatan 2011, dan 2 orang bentuk perkembangan ilmu pengetahuan
mahasiswa angkatan 2010. Mahasiswa seperti kemudahan untuk mendapatkan
angkatan 2012 merupakan responden yang kegiatan seminar, talkshow, exhibition, dan
paling dominan mengetahui branding konfrensi. 53.8% mahasiswa asal DIY dan
”Jogja Istimewa”. 383 responden yang luar DIY sangat setuju bahwa mudah
sadar dengan keberadaan branding “Jogja menemukan kegiatan seminar dan
Istimewa” mengetahui perubahan konfrensi di DIY karena kegiatan tersebut
branding DIY dan informasi branding banyak di selenggarakan oleh kampus dan
“Jogja Istimewa” paling banyak dari komunitas / organisasi di luar kampus.
baliho / brosur, internet, dan pembicaraan. Biaya untuk masuk berbagai acara
Branding “Jogja Istimewa” bervariasi hingga gratis. Sosialisasi
mengandung Jogja Renaissance yang melalui media internet dan baliho / brosur
berarti sembilan bidang cita-cita arah menambah kemudahan akses informasi
pembangunan D.I. Yogyakarta. Bidang- terkait kegiatan seminar, talkshow,
bidang Jogja Renaissance meliputi bidang exhibition, dan konfrensi. Tidak hanya

4
melalui acara formal, forum-forum diskusi setuju bahwa DIY memiliki daya tarik
mudah di temukan di D.I. Yogyakarta wisata alam. Wisata alam di DIY ada 7
seperti bedah buku, kegiatan pameran dan pilihan wisata alam di Kabupaten Kulon
pertemuan sharing pengalaman. Progo, 7 pilihan wisata alam di Kabupaten
Salah satu dampak dari besarnya Bantul, 3 pilihan wisata alam di Kabupaten
populasi pelajar di Yogyakarta adalah Sleman, dan 21 pilihan wisata alam di
berkembangnya fasilitas penunjang Kabupaten Gunung Kidul. Wisata alam di
pendidikan dan kemudahan menemukan D.I. Yogyakarta memiliki fasilitas
sarana tempat belajar. DIY juga memberi pariwisata yang baik, namun jarak menuju
kemudahan menemukan komunitas / lokasi pariwisata alam cukup jauh dari
organisasi untuk menyalurkan minat dan pusat kota. Aksebilitas menuju tempat
bakat mahasiswa pada bidang yang sama. wisata alam menurut persepsi responden
Sehingga DIY adalah kota yang memberi sudah sangat baik, dan penunjuk arah
kenyamanan dalam suasana belajar. menuju lokasi wisata mempermudah
91% responden sangat setuju wisatawan.
bahwa D.I. Yogyakarta adalah Kota Selain daya tarik wisata alam,
Pendidikan. Keunikan pendidikan di DIY Yogyakarta memiliki daya tarik pada
yang tidak hanya sebatas pelajaran di kelas bangunan-bangunan bersejarah. Situs
formal, namun terdapat juga pendidikan bangunan bersejarah di Yogyakarta
karakter dan pendidikan budaya. terletak di Kabupaten dan Kota di
Pendidikan karaker didapat dari kehidupan Yogyakarta. 58% responden sangat setuju
bermasyarakat di Yogyakarta seperti bahwa DIY memiliki daya tarik pada
budaya tegur sapa, sopan santun, peduli, bangunan-bangunan bersejarah. Salah satu
dan saling tolong-monolong, sedangkan bangunan bersejarah yang menjadi magnet
pendidikan budaya dapat dipelajari dari wisatawan mengunjungi DIY adalah
aspek multikultural pelajar yang berasal Taman Sari dan Keraton. Dua bangunan
dari berbagai daerah di Indonesia yang bersejarah ini sangat kental dengan budaya
memiliki ciri khas, logat, dan kebiasaan jawa, responden memiliki persepsi bahwa
yang unik untuk di pelajari sehingga mengunjungi DIY tidak lengkap apabila
memperkaya pengetahuan dari segi tidak mengunjungi Malioboro dan
kebudayaan yang bisa didapatkan di DIY. Keraton. Bangunan bersejarah di DIY
yang terdapat di Kabupaten Sleman ada 12
Bidang Pariwisata bangunan candi. Kota Yogyakarta
Bidang pariwisata dibahas memiliki bangunan bersejarah Benteng
menggunakan konsep Kota Destinasi Vredeburg dan Kompleks Keraton, Taman
Pariwisata. 53,6% responden sangat setuju Sari, Kampung Pecinaan Ketandan, dan
bahwa DIY adalah Kota Budaya dan Mesjid Gede Kauman. Kabupaten Bantul
49.7% responden sangat setuju bahwa DIY memiliki 11 bangunan bersejarah yang
merupakan kota wisata karena memiliki memiliki benda cagar budaya, dan
fasilitas pariwisata yang lengkap, objek Kabupaten Kulon Progo memiliki
daya tarik wisata yang beragam dari wisata bangunan bersejarah Candi Pringtali dan
alam hingga wisata bangunan-bangunan Candi Sambiroto.
bersejarah, atraksi seni dan budaya, dan 53% responden sangat setuju dan
masyarakat lokal yang ramah sehingga 42% responden setuju bahwa event yang
memberi kenyamanan bagi wisatawan diadakan di D.I. Yogyakarta sangat banyak
dalam berwisata. dan beragam. Setiap Kabupatan dan Kota
Wisata alam yang ada di DIY di DIY memiliki agenda tahunan untuk
sangat beragam, seperti wisata alam pergelaran seni dan budaya di DIY.
pegunungan, pantai, goa, karst, hingga Masyarakat lokal memiliki peran
gumuk pasir. 65.5% responden sangat penting dalam kenyamanan pariwisata.

5
Mahasiswa asal luar DIY dominan setuju sandang dapat ditemui dengan harga yang
bahwa peran sukses nya DIY menjadi bervariatif, namun biaya hidup untuk
salah satu destinasi pariwisata di Indonesia kebutuhan primer di bidang papan (dalam
adalah peran masyarakat lokal. Masyarakat hal ini berupa rumah kos atau asrama
lokal Yogyakarta terkenal ramah dan selama menempuh pendidikan di
murah senyum sehingga memberi Yogyakarta) harga nya cenderung naik
kenyamanan tersendiri bagi wisatawan. setiap tahunnya, terutama di sekitar
Wisatawan yang berkunjung ke DIY kawasan kampus UGM. Walau demikian,
merasa dilayani saat melakukan kegiatan masih terdapat rumah kos / asrama dengan
pariwisata karena masyarakat DIY yang harga terjangkau yang jarak dengan
sopan, suka menolong, dan sabar dalam kampus masih dapat ditempuh
menghadapi wisatawan. menggunakan kendaraan.
Baiquni (2013: 30) mengatakan
pariwisata yang berkelanjutan adalah Bidang Teknologi
pariwisata yang memperkuat ekonomi Bidang teknologi dibahas
lokal, memberdayakan komunitas menggunakan penerapan konsep Kota
masyarakat, dan melindungi peninggalan Pintar. 39.1% responden setuju bahwa
sejarah dan alam. Ketiga indikator mudah menemukan spot-spot WiFi di
pariwisata berkelanjutan tersebut sudah DIY, namun kecepatan internet nya masih
diterapkan di Yogyakarta, sehingga DIY standar karena dipengaruhi oleh lokasi
memiliki pariwisata yang berkelanjutan pengguna dengan sinyal WiFi, keadaan
(sustainable tourism). cuaca, jumlah pengguna, dan kecepatan
transmisi pada kabel optik.
Bidang Ekonomi 50.3% responden setuju bahwa
Bidang ekonomi dibahas jaringan telekomunikasi di DIY baik dan
menggunakan konsep Kota Layak Huni memudahkan untuk berkomunikasi,
dari segi ketersediaan pelayanan sosial berbagai provider jaringan telekomunikasi
(khusus nya fasilitas ekonomi) untuk tersedia di DIY.
memenuhi kebutuhan dan gaya hidup, dan Di era modern ini, perkembangan
konsep Kota Pelajar dari segi biaya hidup. teknologi selalu berinovasi. 43.8%
88.1% mahasiswa asal DIY dan responden setuju bahwa perkembangan
luar DIY memiliki persepsi bahwa teknologi di DIY selalu berkembang dan
ketersediaan fasilitas di DIY dapat dapat mengikuti tren. Perkembangan
memenuhi kebutuhan hidup mahasiswa. teknologi ini juga di pengaruhi oleh
Fasilitas ekonomi di DIY sudah lengkap, keberadaan Perguruan Tinggi di DIY yang
mudah diakses, dan mendukung kehidupan bergerak di bidang IT (Informasi dan
mahasiswa. Kemudahan dalam memenuhi Teknologi). Salah satu dampak nya adalah
kebutuhan hidup di DIY menjadi salah perkembangan startup yang cukup tinggi
satu faktor mahasiswa asal luar DIY betah di DIY.
tinggal di DIY. 45.9% responden memiliki
Biaya hidup merupakan hal yang persepsi setuju bahwa fasilitas teknologi di
relatif bagi setiap individu karena Yogyakarta mudah ditemukan, lengkap,
berhubungan dengan kebutuhan dan gaya dengan harga yang variatif. Hal ini
hidup yang berbeda. Mahasiswa asal DIY disebabkan populasi mahasiswa yang
dan dari luar DIY sama-sama memiliki besar, sehingga permintaan fasilitas
persepsi bahwa biaya hidup di DIY teknologi untuk menunjang perkuliahan
termasuk murah di kantong pelajar. menjadi kebutuhan yang tinggi. Pameran
Mahasiswa asal luar DIY memiliki dan expo teknologi sering diadakan di
persepsi biaya hidup untuk kebutuhan DIY, sehingga memenuhi kebutuhan
primer seperti kebutuhan pangan dan mahasiswa terkait penggunaan teknologi.

6
40.5% responden setuju bahwa mengganggu estetika visual. Untuk
DIY memiliki e-government yang baik. menekan laju pertumbuhan pembangunan,
Upaya yang sedang dikembangkan upaya yang sedang direncanakan
pemerintah DIY adalah meningkatkan Pemerintah DIY adalah mempertegas
pelayanan masyarakat secara online, pengawasan pembangunan sesuai dengan
terbuka dan transparan dengan membuat Rencana Tata Ruang dan Wilayah DIY.
website pemerintahan yang dapat diakses 55% responden sangat setuju
24 jam sehingga memberi kemudahan bagi bahwa keunikan tata ruang dan lingkungan
masyarakat. Bentuk realisasi Pemerintah di DIY adalah budaya penunjukan lokasi
DIY dalam mengembangkan konsep Kota dengan arah mata angin, dan tata ruang
Pintar adalah menetapkan Blueprint Jogja yang unik seperti sumbu imajiner merapi –
Cyber Province. tugu – keraton. Seluruh mahasiswa asal
Provinsi di Indonesia mengakui dua
Bidang Pangan keistimewaan tata ruang ini menjadi
Bidang pangan dibahas keunikan dan tidak ditemukan di daerah
menggunakan konsep Kota Layak Huni. asal responden. Ciri khas penunjuk arah
Suatu kota dapat dikatakan layak huni berdasarkan mata angin adalah Gunung
apabila tercukupi dan memberi kemudahan Merapi yang menjadi patokan arah utara,
untuk mengakses makanan dan barang dan untuk arah mata angin lainnya akan
lokal lainnya. Bidang pangan yang menyesuaikan kondisi lapangan.
dimaksud dalam penelitian ini lebih
mengarah kepada makanan mentah dan Bidang Keterlindungan Warga
makanan yang sudah diolah sebagai Bidang keterlindungan warga
bentuk kebutuhan pangan mahasiswa. dibahas menggunakan konsep Kota Layak
Responden dominan memiliki persepsi Huni, yang meliputi tingkat kriminalitas,
bahwa DIY memberi kemudahan kemudahan akses ke fasilitas keamanan,
menemukan berbagai macam makanan rasa aman, dan nyaman penduduk di Kota
segar (fresh food), air bersih, dan tersebut. Tingkat kriminalitas DIY di
menemukan berbagai jenis makanan Indonesia termasuk kategori rendah,
Indonesia dan Intrernasional. Mahasiswa namun 42.9% responden setuju bahwa
juga mudah mendapatkan makanan dengan kasus-kasus pencurian masih sering terjadi
nutrisi yang seimbang di DIY. di kalangan hunian mahasiswa.
Dari segi fasilitas keamanan,
Bidang Tata Ruang dan Lingkugan 38.5% responden memiliki persepsi netral
Bidang tata ruang dan lingkungan terkait fasilitas keamanan di DIY, karena
dibahas menggunakan konsep Kota Layak fasilitas keamanan di DIY biasa saja dan
Huni. Keistimewaan tata ruang DIY dalam sama seperti daerah asal mahasiswa.
penelitian dibatasi pada tata ruang terkait Keistimewaan fasilitas keamanan di DIY
dengan budaya yang dianut oleh justru lebih terlihat pada keamanan ronda
masyarakat dan permasalahan ruang yang yang memiliki sistem jimpitan (sistem
terjadi di DIY. memberikan uang receh di bagian depan
52.7% responden setuju bahwa rumah sebagai dana sukarela bagi warga
kualitas lingkungan di daerah Perkotaan di yang mendapat tugas ronda).
DIY sudah menurun akibat maraknya 49.1% responden memiliki
pembangunan vertikal dan horizontal. persepsi netral terkait keamanan di DIY
Volume kendaraan yang meningkat setiap karena rasa aman bersifat relatif dan
tahunnya menyebabkan kantong parkir di dipengaruhi oleh isu-isu kejahatan yang
DIY selalu tidak tercukupi. Begitu juga terjadi di lingkungan sekitar tempat tinggal
dengan permasalahan pemasangan papan dan kampus.
iklan / reklame yang tidak tertata dan

7
49,4% responden berpendapat DIY pembangunan PLTH di kawasan Pantai
adalah kota yang nyaman untuk Baru Pandansimo yang memiliki 33
beraktifitas dan menjadi tempat tinggal menara turbin angin dan 218 panel surya.
karena fasilitas yang tersedia mudah
diakses dan lengkap, dan peran masyarakat Bidang Kesehatan
yang ramah dan suka tolong-menolong. Bidang kesehatan dibahas
menggunakan konsep Kota Layak Huni.
Bidang Energi Dimana suatu kota dapat dikatakan layak
Bidang energi dibahas huni apabila di kota tersebut memberikan
menggunakan konsep Kota Layak Huni kemudahan akses ke pelayanan kesehatan.
untuk perumahan (dari sisi ketersediaan 50% responden memiliki persepsi
listrik pada setiap rumah), transportasi setuju bahwa fasilitas kesehatan dasar di
(dari sisi kemudahan mendapatkan stasiun DIY mudah untuk di akses. Kemudahan
bahan bakar kendaraan dan menemukan pelayanan kesehatan yang
ketersediaannya); dan konsep Kota Pintar baik di DIY berhubungan dengan
untuk penggunaan energi alternatif yang banyaknya jumlah Perguruan Tinggi dan
mendukung kehidupan berkelanjutan. 50% Program Studi yang bervariasi di bidang
responden setuju bahwa listrik di DIY kesehatan, seperti pendidikan dokter,
sudah tercukupi dan mendukung pendidikan dokter gigi, pendidikan
kehidupan mahasiswa. 53% responden keperawatan, pendidikan kebidanan, dan
setuju ketersediaan bahan bakar di DIY lain-lain. Hal positif yang dapat ditemui
mudah diakses dan ketersediaan bahan dari praktek tersebut seperti kemudahan
bakar sudah memenuhi kebutuhan menemukan calon-calon dokter praktek
mahasiswa. yang memerlukan “pasien” dan banyak
45.6% responden memiliki nya gerakan sosial di bidang kesehatan
persepsi netral terkait penggunaan energi yang memberi penawaran program
alternatif di DIY karena penggunaan kesehatan dengan biaya murah hingga
energi alternatif di DIY sudah ada, namun gratis.
belum di rasakan dampak nya pada 45.6% responden setuju bahwa
kehidupan sehari–hari. Contoh mudah menemukan fasilitas olahraga di
penggunaan energi alternatif di DIY DIY. Fasilitas olahraga di DIY sudah
adalah penggunaan energi surya pada lengkap dan tersedia untuk berbagai
lampu aphil, penggunaan energi surya macam kebutuhan olahraga, namun DIY
pada gedung-gedung pemerintahan, dan tidak memiliki ruang khusus untuk
pengembangan energi alternatif di olahraga seperti taman untuk berlari.
beberapa daerah di DIY. 46.2% responden setuju bahwa
Pemerintah DIY sedang melakukan kondisi sanitasi di DIY sudah baik, namun
perencanaan pengembangan energi pengetahuan masyarakat terhadap sanitasi
alternatif di beberapa Kabupaten di D.I. yang baik dan benar masih sangat kurang
Yogyakarta, seperti Kabupaten Sleman di beberapa daerah. Upaya yang telah
telah membangun 181 unit Pembangkit dilakukan Pemerintah DIY adalah
Listrik Tenaga Surya (PLTS), 3 unit melakukan sosialiasi dan optimalisasi
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro infratruktur sanitasi.
(PLTMH), dan 105 unit instalasi biogas
limbah ternak sejak tahun 2009. Identifikasi perbedaan persepsi
Kabupaten Kulon Progo sudah Mahasiswa asal DIY dan luar DIY
mengembangkan pembuatan digester Identifikasi perbedaan persepsi
biogas, dan Kabupaten Bantul telah mahasiswa UGM asal DIY dengan luar
mengembangkan energi hibrid antara DIY menggunakan dua uji statistik, yaitu
energi angin dan surya dalam bentuk uji Independent Sample Test untuk data

8
yang berdistribusi normal dan Uji Man- merupakan mahasiswa yang tinggal
Whitney Test untuk data yang berdistribusi jauh dari orang tua, dimana untuk
tidak normal. Dari 45 data, terdapat 5 data memperoleh makanan dilakukan oleh
yang berdistribusi normal sehingga diri sendiri, berbeda dengan
menggunakan uji independent sample test. mahasiswa asal DIY yang tinggal
Hasil uji independent sample test dengan keluarga, dimana makanan
memperlihatkan 5 data ini memiliki nilai dengan gizi seimbang dan kemudahan
sig. > 0,05 sehingga tidak terdapat mendapatkan makanan segar sudah
perbedaan persepsi antara mahasiswa asal tersedia di rumah.
DIY dengan mahasiswa asal luar DIY. - Seluruh indikator pada variabel
Hasil uji mann whitney test keterlindungan warga memiliki nilai
memperlihatkan terdapat 12 data yang sig. < 0.05. Perbedaan pendapat ini
memiliki sig. < 0.05 yang berarti 12 data dikarenakan mahasiswa asal DIY
tersebut terdapat perbedaan pendapat lebih merasakan rasa aman dan
antara mahasiswa asal luar DIY dengan nyaman serta merasakan kemudahan
mahasiswa asal DIY. Perbedaan persepsi mengakses fasilitas keamanan karena
dijelaskan sebagai berikut: berada di daerah asal nya sendiri dan
- Variabel pendidikan indikator 3 dekat dengan keluarga, berbeda
membahas kemudahan menemukan dengan rasa aman dan nyaman yang
kegiatan seminar, talkshow, dimiliki oleh mahasiswa asal luar DIY
exhibition, dan konfrensi di DIY, sebagai anak rantau untuk bertahan
memiliki nilai sig. 0.03. Perbedaan hidup.
persepsi ini dikarenakan respon - Variabel tata ruang dan lingkungan
terhadap kemudahan menemukan yang memiliki nilai sig. <0.05 adalah
kegiatan seminar, talkshow, indikator 1 (pertumbuhan papan iklan
exhibition, dan konfrensi di DIY. / reklame), indikator 2 (pembangunan
Mahasiswa asal luar DIY lebih vertikal dan horizontal), dan indikator
antusias dan lebih merasakan 3 (kualitas lingkungan Yogyakarta).
kemudahan mendapatkan kegiatan Nilai mean tinggi terdapat pada
seminar, talkshow, exhibition, dan mahasiswa asal DIY dibandingkan
konfrensi dibandingkan daerah asal mahasiswa asal luar DIY. Hal ini
mereka. dikarenakan mahasiswa asal DIY
- Variabel kesehatan indikator 2 yang telah lama tinggal di DIY lebih
memiliki nilai sig. 0.013. Perbedaan merasakan perubahan - perubahan
pendapat terkait kondisi sanitasi lingkungan di DIY dibandingkan
dikarenakan perbedaan tempat hunian. mahasiswa asal luar DIY yang tinggal
Mahasiswa asal luar DIY rata-rata selama masa studi.
tinggal di rumah kos dengan
penggunaan kamar mandi bersama Perbedaan persepsi antara mahasiswa
atau bergantian, berbeda dengan asal DIY dan luar DIY adalah dominan
mahasiswa asal DIY (resident) yang berasal dari konsep Kota Layak Huni. Dari
menggunakan kamar mandi keluarga konsep Kota Layak Huni, dapat terlihat
yang kebersihan sanitasinya lebih bahwa DIY memiliki seluruh komponen-
terjamin kebersihannya. komponen Kota Layak Huni, perbedaan
- Variabel pangan yang memiliki nilai persepsi mahasiswa hanya disebabkan oleh
sig. < 0.05, Nilai mean tinggi terdapat gaya hidup antara mahasiswa rantau dan
pada mahasiswa asal DIY mahasiswa yang tinggal bersama keluarga.
dibandingkan mahasiswa asal luar Dari segi fasilitas yang tersedia dan
DIY. Perbedaan pendapat dikarenakan kondisi lingkungan DIY, bagi Mahasiswa
mahasiswa luar DIY sebagian besar asal luar DIY, D.I. Yogyakarta merupakan

9
Kota Layak Huni yang memberikan
kenyamanan untuk beraktifitas. Rasa DAFTAR PUSTAKA
nyaman yang di ciptakan merupakan salah Baiquni, M. (2013). Ecotourism
satu sukses nya bidang Keterlindungan Destinations in Archipelago
Warga pada branding “Jogja Istimewa”, Countries. Yogyakarta: Gadjah
kinerja Pemerintah DIY yang baik optimal Mada University Press.
pada fasilitas dan pelayanan masyarakat, Cohent, B. (2012). What Exactly Is A
dan kemudahan mengakses berbagai Smart City. Diakses 16 Mei 2016
fasilitas untuk memenuhi kebutuhan. dari http://safecities2015.
wbresearch.com/
KESIMPULAN Lowe, M., Whitzman, C., Badland, H.
Penelitian ini memberi kontribusi (2013). Liveable, Healthy,
pengetahuan keistimewaan DIY dari Sustainable: What Are the Key
kacamata Mahasiswa (mahasiswa Indicators for Melbourne
Universitas Gadjah Mada dari luar DIY Neighbourhoods?. Diakses tanggal
dan asli DIY). Persepsi mahasiswa UGM 08 Maret 2016, dari
terkait Jogja Renaissance pada rebranding http://www.communityindicators.n
D.I. Yogyakarta adalah sebagai berikut: et.au/files/docs/Liveability%20
1. Sosialisasi branding “Jogja Istimewa” Indicators%20report.pdf.
yang dilakukan Pemerintah DIY sudah Panitia 11. (2015). Rebranding Jogja :
baik. Tujuan yang diharapkan dari Perancangan Logo dan Tagline
rebranding DIY sudah tersampaikan Jogja. Diakses 31 Maret 2015
pada konsumen branding (dalam dari http://jogjaprov.go.id/attachme
penelitian ini adalah Mahasiswa UGM). nts/rebranding_jogja_publish.pdf.
Persepsi mahasiswa UGM terkait Jogja Pratama, E. H. (2011). Evaluasi Branding
Renaissance memperlihatkan bidang Jogja Never Ending Asia sebagai
pendidikan, bidang pariwisata, dan Strategi Memasarkan Daerah di
bidang ekonomi merupakan bidang Era Otonomi. Tesis. Yogyakarta:
Jogja Renaissance yang paling Sekolah Pasca Sarjana, Universitas
menunjukkan keistimewaan DIY. Gadjah Mada.
Bidang teknologi merupakan bidang QS Staff Writer. (2015). QS Best Student
yang paling banyak memiliki persepsi Cities 2016: Methodology. Diakses
netral karena penggunaan teknologi di pada 8 Maret 2016 dari
DIY masih biasa saja. http://www.topuniversities.com/uni
2. Ada perbedaan persepsi antara versity-rankings-articles/qs-best-
mahasiswa asal luar DIY dengan student-cities/qs-best-student-
mahasiswa asal DIY yang terdapat pada cities-2016-methodology.
konsep Kota Layak Huni dikarenakan Rhamdani, S., Istiqomah, E.N., Ardiyanti,
faktor perbedaan gaya hidup antara G. K. (2012). The History of
resident (mahasiswa asal DIY) yang Yogyakarta, an Education City.
tinggal bersama keluarga dan anak IPEDR Vol. 58. hal. 21-24.
rantau yang mengurus kebutuhan Spillane, J. (1994). Pariwisata Indonesia:
sehari-hari oleh diri sendiri. Perbedaan Siasat Ekonomi dan Rekayasa
persepsi juga terlihat antara mahasiswa Kebudayaan. Yogyakarta:
asal Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa Kanisius.
dari sisi ketimpangan pembangunan
wilayah.

10

You might also like