You are on page 1of 9

e-J.

Agrotekbis 7 (1) : 28 - 36, Februari 2019 ISSN : 2338-3011

MORFOLOGI DAN ANATOMI TANAMAN KELOR


(Moringa oleifera L.) PADA BERBAGAI KETINGGIAN TEMPAT TUMBUH

Morphology and Anatomy of Moringa Plant (Moringa oleifera L.)


at Various Place Height Grow
Amir Sandi1), Muh. Nur Sangadji2),Sakka Samudin2)
1)
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Tadulako. Palu.
2)
Staf Dosen Program Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Tadulako. Palu.
Jl. Soekarno-Hatta Km 9. Tondo-Palu 94118. Sulawesi Tengah. Telp. 0451-429738.
E-mail : amirsandi13@gmail.com, E-mail : muhdrezas@yahoo.com, E-mail : sakka_untad@yahoo.com

ABSTRACT

The aim of this experiment is to study the morphology and anatomy of moringa plant at
various height grow place in area of Palu, Sigi and Palolo. This research used the method survey
and direct measurement. First activity was to determine the research location. Determination of
research location was by purpose sampling, that is in height of ± 150; ± 300; ± 450; and > 451 masl,
every altitude place was selected by random as much as 7 moringa crop, so that as a whole moringa
crop in requiring as much 28 tree. Individual difference of observed tree of moringa based on the
morphology and leaf anatomy, to conclude the difference of morphology and antomi, all the data
gathered were analysed by calculating the distance of Euclid constructively program the SYSTAT
8.0. Research result indicated that there are difference of morphology and anatomy of leaf of
moringa plant (Moringa oleifera L.) at different height place. Morphology character differentiating
for example leaf length, wide of leaf, anatomy character that is closeness stomata, number of
epidermis, and make an index to stomata.

Key Words: Anatomy, morphology, place height grow.

ABSTRAK

Tujuan penelitian untuk mengkaji morfologi dan anatomi tanaman kelor pada berbagai
ketinggian tempat tumbuh di daerah Palu, Sigi dan Palolo. Penelitian ini menggunakan metode
survei dan pengukuran langsung. Kegiatan pertama dimaksudkan untuk menentukan lokasi
penelitian. Lokasi penelitian di tentukan secara sengaja (purpose sampling), yaitu di ketinggian ±
150, ± 300, ± 450 dan >451 mdpl, setiap ketinggian tempat dipilih secara acak sebanyak 7 tanaman
kelor, sehingga secara keseluruhan tanaman kelor di butuhkan sebanyak 28 pohon. Perbedaan
individu pohon kelor yang diamati berdasarkan morfologi dan anatomi daun, untuk menyimpulkan
perbedaan morfologi dan antomi semua data yang terkumpul di analisis dengan menghitung jarak
Euclid dengan bantuan program SYSTAT 8.0.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan morfologi dan anatomi daun tanaman kelor (Moringa oleifera L.) pada ketinggian
tempat yang berbeda. Karakter morfologi yang membedakan antara lain panjang daun, lebar daun,
karakter anatomi yaitu kerapatan stomata, jumlah epidermis, dan indeks stomata.

Kata Kunci : Anatomi, ketinggian tempat tumbuh, morfologi.

PENDAHULUAN mudah tumbuh. Tanaman kelor banyak


dijumpai di Aceh, Kalimantan, Sulawesi dan
Tanaman kelor (Moringa Kupang. Tanaman kelor telah menyebar di
oleifera L.) merupakan tanaman yang daerah Afrika dan seluruh Asia yang

28
sebagian besar memiliki iklim tropis seperti apabila pengaruh lingkungan lebih dominan
di Indonesia. Pohon kelor di Indonesia, dari pada pengaruh genetik, maka akan
tumbuh di daerah pedesaan, tetapi belum terjadi variasi morfologi dari satu spesies
dimanfaatkan secara maksimal. yang hidup pada beberapa populasi.
Kelor di Sulawesi Tengah banyak
ditanam di tepi sawah dan pekarangan METODE PENELITIAN
rumah, dengan tujuan sebagai tanaman
penghijauan, atau sebagai bahan olahan Penelitian ini dilaksanakan pada
sayur dan pakan ternak. Terdapat beberapa bulan Desember 2016 sampai Februari 2017
julukan untuk pohon kelor, diantaranya di empat ketinggian yaitu ±150 mdpl di
The Miracle Tree, Tree for Life, dan Kecamatan Mantikulore dan Kecamatan
Amazing Tree. Julukan tersebut muncul Palu Selatan yaitu di jalan Puro, jalan Zebra
karena seluruh bagian pohon kelor mulai 4, jalan Garuda, jalan Veteran, jalan
dari daun, buah, biji, bunga, kulit batang, Lasoani, Kelurahan Kawatuna, ±300 mdpl
hingga akar memiliki manfaat yang luar di Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi
biasa. Tanaman kelor mampu hidup di yaitu Desa Watunonju, Desa Oluboju, Desa
berbagai jenis tanah, tidak memerlukan Bora, ±450 mdpl di Kecamatan Biromaru
perawatan yang intensif, tahan terhadap Kabupaten Sigi yaitu Desa Bora, Desa
musim kemarau dan mudah dikembangbiakan Ranaromba, dan >451 mdpl di Kecamatan
(Simbolan dkk., 2007). Palolo Kabupaten Sigi yaitu Desa Sigimpu,
Morfologi suatu tumbuhan ditentukan Desa Bakubakulu, Desa Bobo. Identifikasi
oleh faktor lingkungan dan faktor genetika. anatomi daun dilaksanakan di Laboratorium
Kedua faktor tersebut akan berinteraksi Hama dan Penyakit Tanaman Faperta UNTAD.
selama siklus hidup tumbuhan, sehingga Alat yang digunakan pada penelitian
memunculkan bentuk luar yang berbeda ini adalah GPSmap 78s, mikroskop model
pada satu spesies. Perkembangan tumbuhan Z1014E (90513B01830H), mistar, android,
mulai dari biji sampai dewasa mengalami cutter, cool box, alat tulis, kertas label, tisu,
perubahan biokimia, fisiologi, anatomi, dan plastik sampel, meter dan SYSTAT Standard
morfologi, misalnya tumbuhan mengalami Version 8.0. Bahan yang digunakan adalah
alkohol, aquades dan tanaman kelor.
plastisitas yaitu perubahan morfologi yang
Penelitian ini mengunakan metode
dipengaruhi oleh faktor lingkungan
survei dan deskriptif secara langsung.
(Jones dan Eluhsinger, 1996).
Penentuan lokasi dipilih secara purpose
Menurut Irwan, (1992) lingkungan sampling, penetapan lokasi ini berdasarkan
adalah suatu sistem kompleks yang berada informasi dari dinas dan hasil survei
di luar individu yang mempengaruhi yang telah dilakukan. Tujuan penelitian
pertumbuhan dan perkembangan organisme. adalah untuk mengkaji morfologi dan
Lingkungan bersifat dinamis atau anatomi tanaman kelor pada berbagai
berubah-ubah. Perubahan dan perbedaan ketinggian tempat tumbuh di daerah Palu,
yang terjadi baik secara mutlak maupun Sigi dan Palolo.
relatif dari faktor-faktor lingkungan Tanaman kelor dipilih secara acak
terhadap tumbuhan akan berbeda-beda sebanyak 7 tanaman kelor, sehingga total
menurut waktu, tempat dan keadaan tanaman kelor yang digunakan berjumlah 28
tumbuhan itu sendiri. pohon. Pemilihan tanaman kelor berdasarkan
Bagian tumbuhan yang dipengaruhi informasi petani dan masyarakat setempat
oleh faktor lingkungan seperti ketinggian tentang karakter tanaman kelor.
tempat salah satunya adalah anatomi Identifikasi morfologi dan anatomi,
stomata dan trikomata. Anatomi stomata dimaksudkan untuk mengkaji perbedaan
meliputi tipe, ukuran, kerapatan dan indeks morfologi dan anatomi tanaman kelor
stomata. Suranto, (2002) mengemukakan yang diambil dari lokasi penelitian. Karakter

29
Cluster Tree

yang diamati adalah batang, daun dan buah P1B P1B


kelor. Pengamatan dilakukan terhadap P1E P1E
ukuran, bentuk dan warna bagian-bagian PA F P1F
k1
organ tersebut pada fase tanaman yang
Ps1D P1D
telah produktif.
e P1C
Data pengamatan yang diperoleh P1C
dikuantitatifkan menjadi data biner dan Ps1A P1A

diolah dengan menggunakan SYSTAT P G P1G


1
8.0 yang menghasilkan data dendogram i 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
Distances
sesuai dengan jarak yang akan dihasilkan Jarak
berdasarkan jarak Euclideus.
Gambar 1. Dendogram Morfologi dan Anatomi
Variabel pengamatan dan pengukuran
Kelor pada Ketinggian ± 150 mdpl Palu.
tanaman kelor yang diamati adalah sebagai
berikut : Keterangan :
P1C P1A 0.603 2
1. Diskripsi tanaman 2. Karakter batang P1C P1D 0.603 3
a. Nama pohon a. Bentuk batang P1C P1F 0.603 4
b. Lokasi tumbuh b. Warna batang P1C P1E 0,674 5
c. Nama pemilik c. Permukaan batang P1G P1C 0.707 6
d. Umur tanaman d. Diameter batang P1G P1B 0.739 7
e. Periode berbuah (cm)
f. Asal benih e. Bentuk batang
3. Karakter daun 4. Karakter buah
a. Bentuk daun a. Panjang buah (cm)
b. Panjang helai b. Berat buah (g) P1B P1B P1B
daun(cm) c. Diameter buah(cm)
c. Lebar helai d. Tekstur kulit buah
daun(cm) e. Jumlah biji
d. Bentuk ujung daun
e. Bentuk dasar daun
f. Tulang daun bagian atas P1E
P1E
P1E
g. Tulang daun bagian bawah
h. Jumlah daun (helai).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian ketinggian


P1G P1G P1G
tempat tumbuh tanaman kelor dan hasil
analisis dendogram terlihat perbedaan aksesi Keterangan : = stomata = epidermis
morfologi dan anatomi kelor.
Tanaman kelor pada ketinggian ± Gambar 2. Morfologi dan Anatomi Tanaman
150 mdpl, pada jarak euclideus 0.603 Kelor P1B, P1E, dan P1G di Palu.
terdapat empat aksesi yang berkerabat yaitu
P1A, P1C, P1D dan P1F. Pada jarak 0.674 Gambar morfologi dan anatomi
terdapat satu aksesi yang berbeda yaitu P1E, tanaman kelor yang memiliki perbedaan
kemudian pada jarak 0.707 terdapat satu baik morfologi maupun anatomi di
aksesi yang berbeda yaitu P1G dan pada tampilkan pada Gambar 2.
jarak 0.739 terdapat satu aksesi yang Ciri utama yang membedakan antara
berbeda yaitu P1B berdasarkan morfologi sampel pada di ketinggian ± 150 mdpl di
dan anatomi tanaman kelor. tampilkan pada Tabel 1.

30
Tabel 1. Karakter Morfologi yang Membedakan jarak 0.0 sampai 0.639 tidak di temukan
Aksesi Tanaman Kelor pada Ketinggian perbedaan morfologi dan anatomi.
± 150 mdpl Pada jarak 0.640 terdapat dua aksesi
Sampel yang berkerabat yaitu P2F dan P2E
No Perbedaan Utama kemudian pada jarak 0.674 terbentuk tiga
P1B P1E P1G
aksesi yang berkerabat yaitu P2A, pada
37. jarak yang sama 0.674 terbentuk dua aksesi
1 Diameter Batang (cm) 25 49
5 yaitu P2D dan P2C, kemudian jarak 0.798
2 Panjang Daun (cm) 2.1 2.6 2.1 terdapat tiga aksesi yang berkerabat yaitu
3 Lebar Daun (cm) 1.4 1.7 1.3 P2B dan pada jarak 0.853 terbetuk enam
Keterangan : aksesi, pada jarak 0.977 terbentuk tujuh
P2F P2E 0.640 2 aksesi, sehingga pada jarak 0.853 pada garis
P2F P2A 0.674 3 pemotong terdapat Ctiga aksesi
luster Treeyang berbeda
P2D P2C 0.674 2 yaitu P2A, P2B dan P2G.
P2D P2B 0.798 3
P2F P2D 0.853 6 P2FP2F
P2G P2F 0.977 7 P2EP2E
A
Pk2AP2A
Tabel 2. Karakter Anatomi yang Membedakan
Ps2BP2B
Aksesi Tanaman Kelor pada Ketinggian
e
±150 mdpl P2CP2C
Perbedaan Sampel Ps2DP2D
No
Utama P1B P1E P1G P2GP2G
Jumlah i
1 48 44 28
stomata (µm2) 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0
Distances
Jarak
Jumlah
2 200 208 196
epidermis
Kerapatan 0.01 Gambar 3. Dendogram Analisis Morfologi dan
3 0.014 0.009
stomata (µm2) 5 Anatomi Tanaman Kelor pada Ketinggian ± 300
Indeks stomata 0.12 mdpl di Desa Bora, Desa Watunonju dan
4 0.174 0.125
(µm2) Cluster Tree
2 Desa Oluboju.

P2F P2F Gambar morfologi dan anatomi


P2E P2E tanaman kelor di ketinggian ±300 mdpl
A yang dimana di peroleh di, Desa Watunonju
Pk2A P2A

P2B
Desa Oluboju, dan Desa Bora di tampilkan
Ps2B pada Gambar 4.
e P2C
P2C Tanaman kelor pada ketinggian
P2D
Ps2D ±450 mdpl yang di peroleh dari Desa
P2G
Ranaromba dan Bora pada jarak 0.564
P2G
i 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 terbentuk dua aksesi yang berkerabat yaitu
Distances
Jarak P3B, dan P3A kemudian pada jarak 0.640
terbentuk dua aksesi yang berkerabat yaitu
Gambar 3. Dendogram Analisis Morfologi dan
P3F, dan P3C.
Anatomi Tanaman Kelor pada Ketinggian ±
300 mdpl di Desa Bora, Desa Watunonju dan Pada jarak 0.769 terbentuk tiga aksesi
Desa Oluboju. yaitu P3D, kemudian pada jarak yang sama
0.769 terbentuk tiga aksesi yaitu P3G pada
Tanaman kelor pada ketinggian jarak 0.853 terbentuk enam aksesi. Pada
± 300 mdpl di peroleh dari Desa Bora, jarak 0.905 terbentuk tujuh aksesi, sehingga
Desa Watunonju dan Desa Oluboju pada pada jarak 0.853 pada garis pemotong terdapat

31
tiga aksesi yang berbeda yaitu P3D, P3E dan Keterangan :
P3G. P3B P3A 0.564 2
Gambar morfologi dan anatomi P3F P3C 0.640 2
tanaman kelor dari Desa Bora dan Desa P3B P3D 0.769 3
Ranaromba di tampilkan pada Gambar 6. P3G P3F 0.769 3
P3G P3B 0.853 6
P3E P3G 0.905 7

Tabel 3. Karakter Morfologi yang Membedakan


Aksesi Tanaman Kelor pada Ketinggian
±300 mdpl
Sampel
P2A P2A P2A No. Perbedaan Utama
P2A P2B P2G

1 Diameter Batang (cm) 28 38 61

2 Panjang Daun (cm) 1.7 2.8 2.0

3 Lebar Daun (cm) 1.4 2.1 1.4

P2B P2B P2B

Tabel 4. Karakter anatomi yang membedakan


Tanaman Kelor pada ketinggian ±300
mdpl

Perbedaan Sampel
No.
Utama P2A P2B P2G
Jumlah stomata
P2G P2G P2G 1 44 32 32
(µm2)
Keterangan : = stomata = epidermis Jumlah
2 192 220 320
Gambar 4. Morfologi dan Anatomi Tanaman epidermis
Kelor P2A, P2B danCPluster
2G diTree
Desa Watunonju, Kerapatan
3 0.014 0.010 0.010
dan Desa Bora. stomata (µm2)
Indeks stomata
P3EP3E 4 0.186 0.126 0.090
(µm2)
P3GP3G
A
P3C
Pk3C Tanaman kelor pada ketinggian
Ps3FP3F >451 mdpl yang di peroleh dari Desa
e P3A Sigimpu, Desa Bakubakulu dan Desa Bobo
P3A
pada jarak 0.477 terbentuk dua aksesi yang
Ps3BP3B
berkerabat yaitu P4C dan P4B, pada jarak
P3D P3D
i 0.522 terbentuk lagi tiga aksesi yaitu P4F.
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 Pada jarak 0.564 terbentuk empat
Distances
Jarak aksesi P4G pada jarak 0.674 lima aksesi,
Gambar 5. Dendogram Analisis Morfologi dan jarak 0.707 terbentuk enam aksesi dan pada
Anatomi Tanaman Kelor pada Ketinggian ±450 jarak 0.739 terdapat tujuh aksesi, sehingga
mdpl Di Desa Bora dan Desa Ranaromba. pada jarak 0.7 pada garis pemotong 0.707

32
Cluster Tree

P4E P4E
terdapat tiga aksesi yang berbeda yaitu P4A,
P4D dan P4E. P4F

P4B
PA4B
k P4C
P3D P3D
P3D P4C
s P4G
Pe4G P4A
P4A P4D
s
P4D 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
P3E Distances
P3E P3E i
Jarak
Gambar 7. Dendogram Analisis Morfologi dan
Anatomi Kelor pada Ketinggian >451 mdpl di
Desa Sigimpu, Desa Bakubakulu, dan Desa Bobo.
P3G P3G P3G
Keterangan :
Keterangan : = stomata P4C
= epidermis P4B 0.477 2
P4F P4C 0.522 3
Gambar 6. Tampilan Morfologi dan Anatomi P4G P4F 0.564 4
Tanaman Kelor P3D, P3E dan P3G di Desa Bora, P4A P4G 0.674 5
Desa Ranaromba. P4A P4E 0.707 6
P4D P4A 0.793 7
Tabel 5. Karakter Morfologi yang Membedakan
Aksesi Tanaman Kelor pada Ketinggian Tabel 7. Karakter Morfologi yang Membedakan
± 450 mdpl Aksesi Tanaman Kelor pada Ketinggian
±450 mdpl
Sampel
No Perbedaan Utama Sampel
No Perbedaan Utama
P3D P3E P3G P4A P4D P4E
Diameter Batang Diameter Batang
1 23 52 25 1 36 46 40.5
(cm) (cm)
Panjang Daun
2 Panjang Daun (cm) 2.6 2.2 3.0 2 3.4 2.7 1.9
(cm)
3 Lebar Daun (cm) 1.6 1.4 2.0 3 Lebar Daun (cm) 1.8 1.8 1.3

Tabel 6. Karakter Anatomi yang Membedakan


Aksesi Tanaman Kelor pada Ketinggian Tabel 8. Karakter Anatomi yang Membedakan
±450 mdpl Aksesi Tanaman Kelor pada Ketinggian
±450 mdpl
Sampel Perbedaan Sampel
Perbedaan
No No Utama P4A P4D P4E
Utama P3D P3E P3G
Jumlah stomata
1 32 52 56
1
Jumlah
48 40 28 (µm2)
2
stomata (µm ) Jumlah
Jumlah 2 140 188 192
2 200 188 276 epidermis
epidermis
Kerapatan Kerapatan
3 0.010 0.016 0.018
3 2
stomata (µm )
0.015 0.013 0.009 stomata (µm2)
Indeks Indeks stomata
4 0.193 0.175 0.092 4 0.186 0.216 0.225
stomata (µm2) (µm2)

33
Gambar morfologi dan anatomi panjang daun tertinggi terdapat pada P4A
stomata tanaman kelor dari Desa Sigimpu, yaitu 3.4 cm dan paling rendah terdapat
dan Bakubakulu, dan Bobo di tampilkan pada P4E yaitu 1.9 cm.
pada Gambar 8. Lingkungan merupakan salah satu
faktor utama dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, adanya faktor
tersebut menyebabkan satu jenis tanaman
yang sama dapat berpeluang mengalami
PA
perbedaan tampilan morfologi hingga
4
PA PA
4 4
fisiologi. Lingkungan merupakan faktor
penentu keragaman dari suatu populasi
tanaman pada sebuah daerah, ketinggian,
curah hujan, dan kelembaban, artinya
perbedaan salah satu faktor lingkungan akan
PD
4 4PD 4PD mempengaruhi karakter dari populasi sejenis
(Ismail 2004).
Ukuran stomata dipengaruhi oleh
genotipe dan lingkungan, sel-sel penutup
yang mengelilingi stomata mengendalikan
pembukaan dan penutupan stomata.
4 PE 4PE 4PE Penutupan stomata penting untuk mencegah
kehilangan air pada waktu persediaan air
Keterangan : = Stomata = Epidermis terbatas sekaligus membatasi pengambilan
CO2 untuk fotosintesis. Stomata membuka
Gambar 8. Morfologi dan Anatomi Tanaman
Kelor P4A,P4D dan P4E di Desa Sigimpu, Desa
pada siang hari dan menutup pada malam
Bakubakulu, dan Desa Bobo. hari, proses membuka dan menutup stomata
dipengaruhi oleh tekanan turgor pada sel
Pembahasan penutup. Menurut Fhan (1991) jumlah
stomata akan berkurang dengan menurunnya
Berdasarkan analisis morfologi dari intensitas cahaya pada tanaman.
ketinggian ± 150 mdpl diameter batang
Pendekatan anatomi dapat
tertinggi terdapat pada P1G yaitu 49 cm, dan
menunjukkan korelasi antara karakter
paling rendah terdapat pada P1E 2.5 cm.
Pada ketinggian ± 300 mdpl diameter batang anatomi dan karakter morfologi, karena
tertinggi terdapat pada P2G yaitu 61 cm dan dapat digunakan untuk menguatkan batasan-
yang paling rendah pada P2A yaitu 28 cm. batasan takson, terutama untuk bukti-bukti
Panjang daun tertinggi terdapat pada P2B taksonomi seperti karakter morfologi yang
yaitu 2.8 cm dan yang paling rendah pada masih meragukan. Umumnya karakter
P2G yaitu 2.0 cm dan lebar daun tertinggi anatomi merupakan basis yang dapat di
terdapat pada P2B yaitu 2.1 cm. andalkan untuk membedakan jenis, tetapi
Pada ketinggian ±450 mdpl biasanya karakter anatomi ini memiliki
diameter batang tertinggi terdapat pada P3E kegunaan yang besar pada takson
yaitu 52cm paling rendah pada P3D yaitu 23 infragenerik (Stone, 1983).
cm, pada panjang daun tertinggi terdapat Berdasarkan analisis dendogram
pada P3G yaitu 2.9 cm dan paling rendah pada ketinggian ±300 mdpl (Gambar 2),
terdapat pada P3E yaitu 2.2 cm dan lebar terdapat tiga aksesi yang berbeda,
daun paling rendah terdapat pada P3E yaitu masing-masing diwakili oleh P2A, P2B dan
1.4 cm. Pada ketinggian >451 mdpl diameter P2G. Karakter morfologi yang membedakan
tertinggi terdapat pada P4D yaitu 46 cm dan adalah diameter batang P2A yaitu 28 cm,
paling rendah pada P4A yaitu 36 cm dan P2B yaitu 38 cm dan P2G yaitu 61 cm.

34
Menurut Chipojola (2009) tanaman yang permukaan secara efisien dan sistem
secara genetik memiliki hasil yang rendah konduksi air, luas permukaan daun dan
akan tetap rendah, meskipun kondisi strukturnya. Menurut Miskin (1972) tanaman
lingkungan optimum. yang mempunyai kerapatan stomata yang
Berdasarkan hasil pengamatan tinggi akan memiliki laju transpirasi yang
anatomi daun tanaman kelor pada empat lebih tinggi dari pada tanaman dengan
ketinggian yang membedakan yaitu jumlah kerapatan yang rendah.
stomata, jumlah epidermis, kerapatan Dari hasil pengamatan di empat
stomata dan indeks stomata di setiap ketinggian yang berbeda terdapat keragaman
ketinggian tempat tumbuh. Tanaman kelor morfologi maupun anatomi daun. Hal ini
ketinggian ±150 mdpl jumlah stomata tampak dari ketinggian tempat tumbuh yang
tertinggi terdapat pada P1B yaitu 48 µm2, berbeda antara karakter morfologi maupun
jumlah epidermis yang tertinggi P1E yaitu anatomi terlihat jelas pada diameter batang,
208, kerapatan stomata tertinggi terdapat serta karakter anatomi yaitu jumlah stomata
pada P1B yaitu 0.015 µm2 dan indeks dan indeks stomata.
stomata tertinggi yaitu P1E 0.174 µm2. Menurut Prawiranata dkk, (1995)
ketinggian ±300 mdpl jumlah stomata keadaan lingkungan mempengaruhi frekuensi
tertinggi terdapat pada P2A yaitu 44 µm2, stomata. Faktor lingkungan mempengaruhi
jumlah epidermis yang tertinggi P2G 320, pertumbuhan fisiologis tanaman, selain itu
kerapatan stomata tertinggi terdapat pada juga akan mempengaruhi berbagai fungsi
P2A yaitu 0.014 µm2 dan indeks stomata tanaman seperti absorbsi unsur mineral.
tertinggi yaitu P2A 0.186µm2 dan paling Stomata merupakan suatu celah pada
rendah P2G 0.090 µm2. epidermis yang dibatasi oleh dua sel penutup
Ketinggian ±450 mdpl jumlah yang berisi kloroplas dan mempunyai
stomata tertinggi terdapat pada P3D yaitu 48 bentuk serta fungsi yang berbeda. Kerapatan
µm2 dan yang paling rendah yaitu P3G 28 stomata, indeks stomata, panjang dan lebar
µm2, jumlah epidermis yang tertinggi P3G daun yang tidak merata. Hal ini disebabkan
yaitu 276 dan yang paling rendah P3E yaitu oleh faktor eksternal seperti pencahayaan,
188, kerapatan stomata tertinggi terdapat suhu, air dan kelembaban.
pada P3D yaitu 0.015µm2 dan yang paling Daun merupakan bagian vegetatif
rendah P3G yaitu 0.009 µm2 dan indeks tanaman yang menarik perhatian, oleh sebab
stomata tertinggi yaitu P3D 0.193 µm2 dan itu bentuk helai daun sering digunakan
paling rendah P3G yaitu 0.092 µm2. untuk memperoleh kepastian mengenai
Ketinggian > 451 mdpl jumlah stomata varietas (Direktoran Jendral Hortikultura,
tertinggi terdapat pada P4E yaitu 56 µm2 dan 2006). Selain itu daun merupakan bagian
yang paling rendah yaitu P4A 32 µm2, vegetatif tanaman yang paling tinggi
jumlah epidermis yang tertinggi P4E yaitu keragamannya (Jintanawong dkk, 1991).
192, kerapatan stomata tertinggi terdapat
pada P4E yaitu 0.018 µm2 dan indeks KESIMPULAN DAN SARAN
stomata tertinggi yaitu P4E 0.225 µm2 dan
yang paling rendah P4A yaitu 0.186 µm2. Kesimpulan
Kerapatan stomata dapat Berdasarkan hasil penelitian di empat
mempengaruhi dua peroses penting pada ketinggian tanaman kelor yang berbeda
tanaman yaitu fotosintesis dan transpirasi, secara morfologi terdapat pada diameter
Levit (1951) menyatakan bahwa banyak batang, yaitu diameter batang tertinggi
faktor yang mempengaruhi ketahanan terdapat pada ketinggian P2G yaitu 61 cm
tanaman terhadap kekeringan termasuk dan yang paling rendah terdapat pada P3D
diantaranya kecenderungan untuk yaitu 23 cm, sedangkan pada anatomi yang
memperlambat dehidrasi seperti aborsi air membedakan yaitu pada jumlah stomata dan

35
indeks stomata. Jumlah stomta Ismail, I. 2004. Seleksi Pohon Induk Aren
tertinggi terdapat pada ketinggian P4E yaitu Berdasarkan Ciri Morfologi Sebagai
Sumber Benih di Kecamatan Lore Utara,
56 µm2 dan yang paling rendah terdapat Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas
P1G dan P3G yaitu 28 µm2, pada indeks Tadulako. Palu.
stomata tertinggi terdapat pada P4E yaitu
0.225 µm2 dan paling rendah terdapat pada Levit, J. 1951. Frost, Drought and Heat Resistance.
P2G yaitu 0.090 µm2. Annual Review of Plant Physiology. 7 (2):
245-268.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan Miskin, E.K., D.C. Rasmusso, and D.N Moss. 1972.
Inheritance and Physiological Effects of
tentang morfologi bunga untuk melengkapi Stomatal Frequency in Barley. Crop
informasi kelor dalam mendukung Science. 12 (18) : 780-783
pemuliaan, pengelolaan dan sumberdaya
tanaman secara berkelanjutan. Prawiranata, Said Harran dan Pin Tjondronegoro.
1995. ITB. Bandung.
DAFTAR PUSTAKA
Simbolan, Shinta J.M., Simbolan, N. dan Katharina,
N. 2007. Cegah Malnutrisi dengan Kelor.
Chipojola, F.M., Mwase, M.B. Kwapata, J.M.
Yogyakarta: Hal 37.
Bokasi, J.P. Njolama, and M.F. Maliro.
2009. Morphological Characterization of
Stone BC. 1983. A Review of Jalan Sepandanaceae
Cashew (Anacardium occidentale L.) in
Which Notes of Plants Cultivated in
Four Populations in Malawi. African
Hortusbogoriasis. Reinwardtia8 : 309-318.
Journal of Biotechnology. 8 (20): 5173-5181.
Suranto, 2002. Could The Enuironmentel Influences
Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan. Edisi Ke-3.
Determine The Plant Morphology. 37-40.
Gadjah Mada University. Yogyakarta.
ISSN: 1411-4402.
Irwan, Z. D. 1992. Prinsip-prinsip Ekologi dan
Organisasi Ekosistem Komunitas dan
Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara Hal. 19

36

You might also like