You are on page 1of 30
ail att 20:24 © Ovre > x Pemuridan Digital-Bunga @ drive.google.com D TIGA FAKTOR PENDUKUNG Faktor pertama adalah perintah dan janji Tuhan Yesus, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mere- ka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir za- man” (Mart. 28:19-20). Ayat 19 menekankan kepada para murid agar menjadikan semua bangsa menjadi murid Yesus. Jika kita perhatikan dengan seksama, maka kita melihat bahwa bagian ini merupakan pe- rintah yang harus dikerjakan oleh para murid. Perintah ini tidak gugur dalam segala situasi, termasuk di masa pandemi COVID-19. Namun, Tuhan Yesus tidak hanya memerintahkan, tetapi Ia juga memberikan janji penyertaan bagi setiap murid yang mengerjakan pe- rintah-Nya untuk menghasilkan murid (Mat. 19:20b). Ia mengatakan akan menyertai kita senantiasa sampai kepada akhir zaman. Ivulah janji Tuhan, bahwa Ia akan menolong dan menyertai, termasuk di masa pandemi sekarang ini. Faktor kedua adalah perkembangan teknologi. Saat semua aktivitas dialihkan menjadi aktivitas daring, maka teknologi pun mendukung ak- tivitas secara daring ini. Aplikasi-aplikasi pertemuan daring tersedia de- ngan begitu canggih, yang dapat dipakai dan diakses dari mana saja. Hal ini memudahkan saya terhubung dengan adik-adik KTB. Berbagai per- mainan daring yang sederhana namun menarik juga tersedia, dan dapat dipergunakan sebagai pencair suasana dalam pertemuan secara daring. Faktor ketiga adalah ketersediaan. Saya mendapati bahwa adik- adik KTB menjadi lebih tersedia dan mempunyai waktu lebih untuk ber-KTB karena dilakukan secara daring. Tidak hanya adik-adik yang sekota dengan saya, tetapi juga bagi yang sedang berada di luar kota. Sebelum pandemi, beberapa kelompok KTB mengalami kesulitan dalam menentukan waktu pertemuan secara tatap muka. Tetapi ke- tika terjadi pandemi menjadi lebih mudah, karena adik-adik dapat ber-KTB dari rumah/tempat masing-masing. Ketersediaan yang lain, karena pertemuan dilakukan secara daring, adik-adik KTB yang sudah menjadi alumni, mengajak ber-KTB kembali dan akhirnya saya ter- hubung kembali dengan mereka. / lat) (-100\-] acd 51 ail att 20:24 © Ovre > Masuk x Pemuridan Digital-Bunga @ drive.google.com I 4 ot =] =s a o oy = r= ory DUA HAL BARU Selain tiga faktor diatas, saya pun menemukan dua hal baru yang menunjang pemuridan. Yang pertama, di masa pandemi COVID-19 ini pemuridan menjadi lebih utuh. Saya dapat mengenal orang tua dari adik-adik KTB. Saat memulai KTB dengan aplikasi pertemuan daring, dengan sengaja saya meminta adik-adik KTB untuk mengajak orang tuanya, kemudian saya memperkenalkan diri, dan meminta ijin agar anaknya dapat ber-KTB selama kurang lebih 2 jam dan menjelaskan apa yang akan kami lakukan selama waktu tersebut. Hal ini disambut baik oleh orang tua mereka. Orang tua menjadi tahu dan mendukung apa yang anak-anak lakukan. Bahkan pernah suatu ketika kami tidak dapat ber-KTB, dan orang tua salah satu adik KTB pun bertanya, “Kok minggu ini nggak ketemu sama kakak KTB- mu?” Hal ini membuat adik KTB dan saya merasa senang, karena mendapat dukungan dari orang tua. Saya pun bersemangat dapat melakukan pemuridan lebih utuh, dengan melibatkan orang tua. Doug Fields mengemukakan hal serupa. Ia mengatakan, sangatlah penting bagi semua pelayan kaum muda untuk mendapat gambaran yang utuh tentang hubungan penting antara pelayanan pemuda dan keluarga. Sebuah tim pelayanan pemuda yang dekat dengan keluarga akan memperkuat seluruh gereja, membantu keluarga dan mahasiswa, dan membuat pelayanan pemuda terlihat baik di mata jemaat. Doug Fields menyadari bahwa ia hanya dapat memiliki sedikit pengaruh jangka panjang pada kehidupan mahasiswa, jika orang, tua tidak ter- hubung ke dalam proses transformasi spiritual yang sama, yang kami ajarkan. Meskipun mahasiswa mungkin menganggap kita baik dan merasa aman berbicara dengan kita, namun orang tualah pengaruh utama dalam kehidupan mahasiswa. Adalah penting, pelayanan kita terkoneksi dengan keluarga. Hal baru lainnya adalah pentingnya kreativitas dalam memimpin KTB. Mengerjakan pemuridan di masa pandemi juga mendorong saya sebagai pemimpin KTB untuk kreatif memimpin KTB, baik dari segi bahan maupun metode yang dipakai. Pertemuan daring yang dilaku- kan selama masa pandemi cukup banyak dan sering, sehingga adik- adik, dan termasuk saya sendiri, menghadapi kejenuhan. Situasi ini 82 a EY 19 1c ac Mn Lo OEE RIDAN DIGITAL mempengaruhi KTB, sehingga diperlukan cara-cara kreatif agar perte- = Cc a ail att 20:24 © Ovre > Masuk x Pemuridan Digital-Bunga @ drive.google.com I 4 ot =] =s a o oy = r= ory mempengaruhi KTB, sehingga diperlukan cara-cara kreatif agar perte- muan KTB menjadi lebih hidup dan bersemangat. Akhirnya, dalam beberapa pertemuan, saya melakukan modifikasi. Pertama, dari segi bahan, saya membuat ringkasan menjadi beberapa pertanyaan saja, sehingga KTB tidak terlalu lama (mengurangi kejenu- han beraktivitas daring) dan lebih fokus kepada inti pengajaran dari bab yang dibahas. Kedua, saya menggunakan game sebagai pembuka di awal perte- muan. Saya mengajak adik-adik KTB bermain game, dengan menga- jukan pertanyaan atau quiz yang berkaitan dengan bab yang akan kami bahas saat itu. Tujuannya agar menarik minat mereka dan untuk mengetahui sejauh mana mereka sudah mempersiapkan diri sebelum KTB. Ketiga, saya memberi ruang kepada adik-adik KTB untuk me- mimpin pertemuan sesuai cara dan kreativitas masing-masing. Hal ini membuat KTB tidak membosankan, karena dilakukan dengan cara yang berbeda-beda. Saya pun belajar hal-hal baru dari mereka dan semakin mengenal mereka. Seperti, cara mereka memimpin, sejauh mana kedalaman pengertian mereka tentang suatu topik dan firman Tuhan, serta keberanian bertanya saat mereka menemukan hal yang, sulit. Saya menemukan hal-hal itu ketika memberi kesempatan pada mereka untuk memimpin. Hal menarik lainnya adalah mengajak adik-adik KTB dengan menggunakan video singkat yang saya buat. Beberapa waktu ini saya mengirimkan video lucu dan menarik yang berisi kalimat maupun gambar saya sendiri sebagai ajakan ber-KTB. Awalnya tidak mudah, karena saya tidak punya kemampuan untuk mengedit video sama sekali. Tetapi kondisi ini mendorong saya belajar dan mengembangkan diri. Hal-hal seperti ini sangat menarik perhatian mereka. Mengerjakan pemuridan di masa pandemi tentu saja penuh tan- tangan. Adaptasi baru dengan berbagai aplikasi pertemuan daring, in- tensitas komunikasi jarak jauh dengan menggunakan gawai dan media sosial, kondisi sinyal yang tidak stabil di tempat masing-masing, serta kendala kuota yang sering dihadapi oleh pemimpin maupun adik ke- lompok. Halaman 53 JALAN YANG 5| ail att 20:24 © Ovre > Pemuridan Digital-Bunga & drive.google.com JALAN YANG SEMAKIN SUNY! 53 Tentu saja, upaya yang saya lakukan tidak selalu berhasil, adakalanya gagal. Tetapi mendorong saya terus belajar mencari cara baru lainnya, agar dapat terus mengerjakan pemuridan di masa sulit ini. Ternyata saya menemukan hal-hal baru yang belum pernah saya lakukan, bah- kan menurut saya tidak mungkin sanggup melakukannya. Saya yakin, selalu ada cara yang dapat kita lakukan. Jalan sunyi itu... mungkin masih terasa sunyi, tetapi tak lagi sesu- nyi yang saya pikirkan. Jalan itu masih dapat terus diperjuangkan. Ke- tika orang-orang yang berada di jalan itu, dan yang memilih jalan itu, bersedia dengan rela hati dan bertekun mencari cara-cara baru, maka jalan iru tak lagi sunyi. Kita yang saat ini sedang menempuh jalan sunyi, mari terus berse- mangat dan berjuang. Tuhan, Sang Pemilik Jalan, akan menuntun dan menolong kita. Halaman__54__/ x 56 ail att 20:24 © Ovre > Pemuridan Digital-Bunga @ drive.google.com D Masuk ® =} ra i = [on S = a EMBUN UPAS PANDEMI COVID-19 Pracista Lusiansyah Laksono x ieng Plateu (dataran tinggi Dieng) merupakan salah satu destinasi wisata yang terkenal di Jawa Tengah. Selain pemandangan alam yang asri dan berbagai telaga dan candi yang terdapat di sana, salah satu daya tarik wisata Dieng adalah fenomena alam yang cantik em- bun upas — yang terjadi sekali dalam setahun yaitu di bulan Juni-Juli. Fenomena ini terjadi akibat penurunan suhu secara dratis di puncak gunung yang kemudian mempercepat laju kondensasi uap air, sehingga terbentuk embun es yang disebut embun upas oleh masyarakat sekitar. Meski menjadi nilai jual sektor pariwisata, embun es berdampak pula pada sektor pertanian. Mengutip Harian Kompas, Jumat, 9 Agustus 2019, kerusakan akibat embun es terjadi pada tiga puluh hektar lahan tanaman kentang — hasil bumi andalan Dieng. Hal yang menarik, dari sumber yang sama dilaporkan terjadi peningkatan hasil panen berkali lipat dari masa panen normal. Menurut para petani, embun upas yang turun merupakan fase sterilisasi alami yang mampu menyuburkan kembali lahan pertanian mereka, sehingga di masa panen berikutnya mendapatkan hasil yang lebih melimpah. Sungguh, peristiwa alam yang unik dan menakjubkan. Situasi ekstrim yang tampaknya memati- kan, tetapi kemudian membawa kehidupan dengan lebih subur. Sepenggal kisah tentang embun upas ini memberi harapan di tengah kesulitan dan perubahan ekstrim yang terjadi akibat pandemi COVID-19. Situasi yang menguncang dan tampak mematikan Halaman 56 / RIDAN DIGITAL I () u ail att 20:25 © Ovre > x Pemuridan Digital-Bunga @ drive.google.com D Masuk 4 ® e} a i= o [on 3 = a pergerakan pemuridan, akankah menjadi masa yang menumbuhkan kehidupan iman? Kelompok kecil yang saya pimpin sejak 3 tahun lalu, beranggo- takan dua orang yang melankolis, lembut, pemalu, dan sangat lugu. Pada pertemuan pertama, mereka masih memakai seragam putih-abu. Seiring kami belajar mengenal Tuhan melalui firman-Nya, kami pun belajar mengenal satu sama lain. Hingga pada tahun lalu ketika saya harus pindah kota untuk mendampingi studi lanjut suami, kelompok ini pun tidak dapat lagi saya pimpin. Sesekali saya masih menghubungi mereka sekadar untuk menanyakan kabar, berbincang singkat, dan mengingat hari-hari penting mereka. Kemudian datanglah pandemi COVID-19 beserta tatanan kenor- malan baru. Siapa sangka hal itu justru mendekatkan jarak ruang dan waktu. Pertemuan digital yang sebelumnya jarang dijadikan pilihan, kini telah menjadi rutinitas harian. Dalam kesempatan demikian, adik- adik kelompok kecil menginisiasi kembali pertemuan kelompok kecil kami secara daring. Dengan rekun dan semangat mereka mempersiap- kan diri sebaik pertemuan-pertemuan biasanya. Suatu hari mereka menceritakan program saat teduh daring bersama yang sedang mereka lakukan, yang akhirnya diikuti oleh beberapa teman kuliah mereka, di dua kampus yang berbeda. Tidak berhenti di situ, dua bulan yang lalu salah seorang adik rohani saya membagikan beban hatinya untuk terlibat memimpin kelompok kecil di kampusnya. Setelah dua minggu kami berdoa bersama, Roh Kudus memberi keberanian untuk melang- kah, memulai kelompok kecil pertama di kampusnya. Saat menuliskan semua ini, mata saya berkaca-kaca. Begitu nyata pekerjaan Tuhan! Ia setia memelihara dan menumbuhkan tunas iman, dalam ketidak- idealan sekalipun. Tak pernah ada batasan bagi kuasa-Nya bekerja. Justru dalam kesulitan dan ketidakberdayaan inilah makin jelas terlihat. Pengalaman ini beresonansi dengan firman Tuhan yang saya baca dalam Markus 4:26-29, tentang perumpamaan benih yang tumbuh. Yesus menceritakan, bagaimana benih itu bertumbuh dan berbuah. Ada seorang penabur yang menaburkan benih di tanah, kemudian datanglah malam dan ia tidur. Keesokan harinya, saat matahari telah tinggi, penabur iru mendapati benih tadi telah mengeluarkan tunas. Halaman 57 / EMBUN UPAS P 57 ail att 20:25 © Ovre > Pemuridan Digital-Bunga @ drive.google.com D EMBUN UPAS PANDEMI COVID-19 Hari-hari pun berlalu, tunas kecil pun bertumbuh tinggi dan berbuah, tanpa ia tahu pasti bagaimana benih itu mengalami pertumbuhan se- dikit demi sedikit. Dari benih menjadi tunas, kemudian mengeluarkan tangkai, bulir, lalu buah. Penabur itu mengerjakan lagi bagiannya un- tuk menyabit, sebab musim menuai telah tiba. Dari perikop singkat ini setidaknya saya menemukan tiga prinsip tentang memuridkan. Pertama, benih itu harus jatuh ke tanah agar bertumbuh. Se- andainya sang penabur menunda menabur benih, atau membiarkan benih itu berada di dalam kantung plastik untuk waktu yang lama, tentu saja benih itu tetap menjadi biji kecil yang tak dapat dilihat wu- jud aslinya. Entah, benih bayam, benih kangkung atau benih tanaman lain, cetap akan terlihat sebagai sebiji benih. Demikian juga, kebenaran dan kasih Allah harus disampaikan kepada semua orang, agar dapat bertumbuh dan mewujud nyata dalam keseharian mereka yang men- dengar dan percaya. Tanpa hal itu, dunia tak dapat melihat wujud nyata Kerajaan Allah, dan permohonan mulia “...jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga...” hanya menjadi hafalan doa saja. Karena itu, Tuhan memberikan tanggung jawab kecil kepada kita, yang telah lebih dulu mendengar dan percaya, untuk memberitakan dan mengajarkan hal Kerajaan Allah. Apapun yang terjadi, peran dan tugas kita adalah menjadi pemberita firman-Nya. Kedua, siang maupun malam tidak menghalangi firman Tuhan untuk terus bertumbuh. Gelap dan terang kehidupan yang sedang kita jalani bersama adik-adik rohani tidak menjadi penghalang bagi pertumbuhan firman Tuhan. Ada yang dikuatkan melalui jawaban doa, tetapi juga, ada yang imannya diteguhkan melalui pergumulan. Tak ada hal apapun yang mampu membatasi cara Tuhan bekerja bagi setiap kita. Masa pandemi sekalipun tak akan menjadi hambatan bagi Tuhan untuk menyentuh hati dan menarik jiwa datang kepada-Nya. Ketiga, pertumbuhan kecil adalah sebuah awal. Sebiji benih tidak mungkin menghasilkan buah dalam semalam, karena membu- tuhkan proses yang panjang. Sebagaimana dituliskan dalam perum- pamaan di atas, benih perlahan mengeluarkan tunas dan bertahap menjadi tangkai, buliran, hingga butiran memenuhi bulir-bulirnya. Pemuridan pun membutuhkan proses yang sama panjangnya. Karena / at )t-]a0t= 10 estos PEMURIDAN DIGITAL C a) II| C ail att 20:25 © Ovre > Pemuridan Digital-Bunga @ drive.google.com D Pemur ... |.dt ta PEMURIDAN DIGITAL itu, kesetiaan AKK dari hari ke hari adalah hal kecil yang patut kita syukuri di hadapan Tuhan. Dari hal kecil itulah kelak iman mereka akan bertumbuh dan penuh. Ketiga prinsip di atas menguatkan saya kembali sebagai pemimpin kelompok kecil di tengah pandemi ini. Saya menyadari, bagian yang dapat saya lakukan sangat sedikit dan terbatas, tidak lebih dari dua jam setiap minggu dan beberapa saat untuk mendoakan mereka di pagi hari. Ada banyak waktu saya tidak dapat melihat kehidupan mereka secara utuh. Ada banyak waktu saya sibuk mengerjakan keperluan pribadi saya, termasuk waktu untuk beristirahat dan tidur, Dalam ba- nyak waktu itulah, ternyata Tuhan menyatakan diri-Nya secara pribadi bagi adik-adik rohani saya dalam kuasa-Nya. Tak pernah saya mengerti darimana datang kerinduan hati mereka untuk terus belajar firman Tu- han. Tak pernah saya mengerti bagaimana hati mereka terbeban untuk memuridkan, justru pada situasi tidak ideal seperti sekarang ini. Sung- guh tak pernah saya mengerti secara tepat bagaimana iman mereka dapat bertahan menghadapi godaan dan pencobaan, serta berbagai kesulitan akibat pandemi COVID-19. Satu hal saya yakini bahwa Roh Tuhan membimbing mereka senantiasa dan memberi pertum- buhan iman secara personal. Keyakinan bahwa bagian firman Tuhan yang kami baca setiap minggu menjadi benih yang jatuh dan tertanam dalam hati kami, perlahan bertunas dan menjadi semakin kuat hari demi hari. Peran saya sebagai pemimpin rohani tidaklah lebih dari sang penabur dalam perumpamaan di atas. Bagian kecil yang dapat saya lakukan yaitu menabur benih firman Tuhan. Selanjutnya, Tuhanlah yang bekerja dengan cara-Nya yang misterius. Memuridkan di tengah pandemi merupakan anomali. Ada cara- cara yang perlu disesuaikan agar firman Tuhan dapat tetap disampai- kan. Ada kendala yang mungkin tak dapat kita kendalikan. Sangat menghibur, ketika kita ingat kembali bahwa kita tidak mengerjakan bagian ini sendirian. Tuhan menyertai kita dan kuasa-Nya bekerja melampaui segala kendala. Tetaplah setia mengerjakan bagian kita un- tuk memberitakan firman-Nya dan memuridkan, karena Dialah yang akan memberi pertumbuhan. Seperti kisah embun upas, saat ini kita mungkin melihat dan mera- / atlas] oh ail att 20:25 © Ovre > Pemuridan Digital-Bunga dD : @ drive.google.com ° A Masuk EMBUN UPAS PANDEMI COVID-19 59 sakan pemuridan tidak dapat bergerak lincah seperti sebelumnya. Kita sedang melambat dan terhambat. Tetapi, mari kita meneladani para petani kentang yang tetap sabar dan tekun melakukan bagian mereka untuk memelihara dan mengerjakan lahan. Tetaplah bersukacita dan senantiasa berpengharapan akan tuaian mendatang. Setiap firman yang ditabur tidak akan kembali dengan sia-sia. Mari, jangan lelah menger- jakan tugas dan panggilan utama kita sebagai pemberita firman-Nya dan menjadikan semua bangsa murid-Nya. Halaman 60 / 150 ail att 20:25 © Ovre > Pemuridan Digital-Bunga @ drive.google.com D SAATNYA MENGEMBANGKAN PEMURIDAN DIGITAL Juppa Marolob Haloho ay Pa COVID-19 yang bergejolak sampai saat ini sungguh menge- jutkan, sekaligus mengusik kenyamanan kita (baca: masyarakat), serta menyingkapkan kerapuhan dan ketidakberdayaan manusia. DIGITAL RESIDENTS Namun di sisi lain, dampak yang menonjol dari pandemi COVID-19 ialah keterhubungan kita dengan teknologi digital. Tahun 2020 ter- catat 196,7 juta pengguna internet di Indonesia, sementara itu mobile device terjual lebih dari 337 juta. Angka-angka tersebut menunjukkan penggunaan teknologi digital yang tinggi oleh masyarakat. Selain itu, imbauan pemerintah untuk beribadah, bekerja, dan belajar dari rumah membuat kita menggunakan teknologi digital dari sebelum matahari terbit hingga bulan muncul di tengah malam. Interaksi kita dengan teknologi digital semakin akrab. Lebih jauh lagi, keterhubungan ini juga membawa kita masuk ke dalam dunia digital. Kita mendapatkan atau menyebarkan informasi di dalamnya. Kita berinteraksi dengan sesama di dalamnya, tanpa mem- permasahkan jarak. Kita menggunakan emoticon sebagai ganti sentu- han fisik untuk menguatkan sesama. Kegiatan ekonomi seperti industri e-dagang dan rcknologi finansial juga dilakukan dalam dunia digital. / Lat) (la s\= 16 oa ail att 20:25 © Ovre > Pemuridan Digital-Bunga @ drive.google.com D 62 PEMURIDAN DIGITAL Alhasil, saat ini kita semakin sulit membedakan yang virtual dan yang nyata. Sebab, pertemuan virtual telah menjadi pertemuan nyata; dan yang disebut “dunia maya” menjadi “dunia riil.” Sebenarnya, keter- hubungan dengan media digital ini bukanlah hal baru pada masa ini. Dua puluh tahun silam, istilah digital natives dan digital immigrants telah diusulkan oleh Mare Prensky (2001) untuk membedakan antara orang yang sejak lahir telah terhubung dengan media digital dan orang, yang pada masa dewasanya baru mengenal media digital.! Sepuluh ta- hun kemudian, istilah tersebut dikembangkan menjadi digital residents dan digital visitors oleh David S. White dan Alison Le Cornu (2011), yang tidak lagi membedakan kedekatan manusia dengan media digital berdasarkan tahun kelahiran, melainkan berdasarkan banyaknya akti- vitas yang dikerjakan secara digital.” Tak dapat dipungkiri, pandemi COVID-19 yang membatasi perge- rakan masyarakat menjadi katalisator penggunaan teknologi digital. Tak berlebihan jika disimpulkan pandemi COVID-19 menginaugurasi kita menjadi digital residents. PEMURIDAN DIGITAL Memperhatikan keterhubungan kita dengan media digital dan sta- tus kita sebagai digital residents, sudah saatnya kita memikirkan dan mengembangkan pemuridan digital dengan serius. Tak ada alasan bagi setiap orang yang terlibat dalam pemuridan untuk tidak melakukan- nya, demi menghasilkan murid Kristus yang sejati. Pemuridan digital yang dimaksud ialah rangkaian dari berbagai kegiatan pemuridan yang menggunakan teknologi dan informasi digital dalam proses trans- formasi seseorang menuju keserupaan dengan Kristus. Proses pemu- ridan yang meliputi transmisi informasi, pembentukan karakter, dan dorongan untuk menjadi saksi Kristus yang nyata dalam kehidupan sesehari disajikan secara digital dan melalui teknologi digital. Yang saya maksud adalah bukan sekadar memberi informasi (baca: firman Tuhan). Kemuridan seseorang bukan sekadar ditentukan oleh apa yang diketahui maupun yang belum diketahui seseorang, me- lainkan bagaimana ia menaati apa yang ia ketahui dari firman Tuhan. Ketaatan adalah bukti kasih seseorang kepada Tuhan. Yesus berkata, Ul a f)fla0t= 10 oo) ail att 20:25 © Ovre > Pemuridan Digital-Bunga @ drive.google.com D SAATNYA MENGEMBANGKAN PEMURIDAN DIGITAL “Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri- Ku kepadanya” (Yoh. 14:21). Oleh karena itu, memberi informasi saja tidak cukup. Informasi harus dibarengi dengan bukti dari hidup orang yang telah menginternalisasi informasi tersebut dan mewujudkannya dalam transformasi dirinya sendiri. Pemuridan dapat berhasil bukan dengan mentransfer informasi saja melainkan dengan mentransfer hidup. Pemuridan merupakan proses panjang yang menuntun seseorang dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti, dari yang gagal menjadi berhasil, dari yang tidak taat menjadi taat. Pemuridan bersifat resipro- kal, di mana murid yang satu memodelkan kepada murid lain tentang arti menjadi seorang yang mengasihi Tuhan lebih dari apapun dalam keseharian. Proses memodelkan inilah yang disebut transfer hidup. Dengan demikian, pemuridan meliputi transfer pengajaran dan hidup. Pemuridan digital pun meliputi proses membagikan firman Tuhan dan menunjukkan hidup sesuai firman Tuhan tersebut dari satu murid kepada murid lain, dengan menggunakan teknologi informasi. Tujuan- nya tetap sama, yaitu menolong murid lain untuk mencapai keseru- paan dengan Kristus. “RUANG BERBAGI”- SEBUAH CONTOH Kami menyediakan ruang bagi murid-murid Kristus hasil binaan pelayanan Perkantas (siswa, mahasiswa, dan alumni) untuk membagi- kan hidupnya kepada murid lain, agar saling bertumbuh dan saling menopang menuju keserupaan dengan Kristus. Ruang tersebut di- namai “Ruang Berbagi” (RuBer). RuBer ialah dialog antara dua atau tiga orang murid mengenai suatu topik dalam ruang virtual dengan menggunakan platform digital “StreamYard” yang disiarkan secara langsung di platform digital “YouTube” schingga digital residents dapat menyaksikannya dan belajar dari dialog ini. Acara ini disiarkan setiap Kamis malam di akun YouTube Perkantas Medan. Sifat RuBer ialah dialog, yaitu percakapan antara dua atau tiga orang yang setara di mana setiap orang menemukan makna baru dari Halaman 64 / ail att 20:25 © Ovre > Pemuridan Digital-Bunga @ drive.google.com por Pemur... pdt ¥v oy PEMURIDAN DIGITAL percakapan tersebut. Jadi, bukan relasi guru dengan murid di mana yang satu mengajar dan yang lain menganggukkan kepala. Juga, bukan relasi mentor dengan mentee di mana yang satu mencari petunjuk dan yang lain memberi petunjuk. Jadi, benar-benar relasi sesama pembela- jar, di mana setiap orang yang terlibat dalam dialog saling belajar satu sama lain. Yang ingin ditonjolkan dalam dialog ialah proses menemukan makna. Peserta dialog harus menemukan makna baru atau menginter- pretasikan ulang makna yang selama ini dipahami terhadap suatu hal. Pemaknaan seseorang atas suatu hal yang diungkapkan, menjadi pem- belajaran bagi peserta lain. Di sisi lain, peserta lain dapat merespons pemaknaan tersebut dengan persetujuan, pertanyaan, atau sanggahan. Proses saling merespons inilah yang dinamakan dialog, dan dalam dia- log inilah para peserta menemukan makna baru atau menginterpretasi ulang makna yang dipegangnya. Sebagai contoh, pembaruan makna yang saya alami dalam RuBer edisi 24 September 2020, mengenai bagaimana murid Kristus menjadi manusia unggul. Saya berdialog dengan Rigop Sitorus, staf Perkantas yang (saat itu) sedang studi teologi di STTRI dan Marojahan Tampubolon, lulusan $3 dari Taiwan. Awalnya saya memaknai “manu- sia unggul” itu adalah manusia berprestasi yang ditandai dengan penca- paian-pencapaian yang diperoleh (misalnya: Indeks Prestasi Kumulatif atau prestasi lainnya). Namun, hasil dialog bersama— dengan mengulik kehidupan Daniel yang unggul di pembuangan (judul RuBer: Excellent in Exile) — saya memperbarui pemaknaan awal saya. Pemaknaan baru saya ialah unggul bukan sekadar prestasi yang ditandai dengan angka dan pencapaian, melainkan keutuhan hidup yang dijalani secara kon- sisten sebagai pertanggungjawaban atas karunia yang Allah berikan. Selain itu, penekanan RuBer juga terletak pada transparansi hidup. Sebagaimana prinsip pemuridan yang disebutkan di atas, RuBer lebih menekankan kepada bagaimana seseorang menjalani kehidupannya berdasarkan nilai-nilai yang dianutnya. Transparansi ini membuat ke- muridan bukanlah konsep belaka melainkan hidup yang dibagikan. Transparansi ini juga membuat kemuridan bukan utopia melainkan realitas yang dijalani. lac\t-att-|0 soo ail att 20:25 © Orr > Pemuridan Digital-Bunga @ drive.google.com D SAATNYA MENGEMBANGKAN PEMURIDAN DIGITAL 65 Keteladanan dr. Evraim Hutagalung dalam bermisi menjadi suatu contoh bagi kita. Seringkali misi dimaknai sebagai tindakan bersama- sama dengan orang yang sevisi, namun dr. Evraim melakukannya sendirian. Ia meyakini bahwa dirinya ialah murid Tuhan yang dipang- gil menjadi dokter dan Allah ingin ia melakukan sesuatu berdasarkan. panggilan tersebut. Ia, yang sejak mahasiswa telah didorong kepriha- tinan Allah atas umat-Nya untuk melakukan sesuatu, bersedia pergi PTT ke kabupaten dan kecamatan termiskin di NTT. Tidak ada orang yang dikenalnya di daerah itu. Sebagai dokter yang telah mengalami kasih Tuhan, ia bukan saja memberitakan bahwa Allah mengasihi mereka, melainkan juga menghadirkan kasih Allah dengan memberi- kan pelayanan terbaik, memperlakukan semua pasien tanpa diskrimi- nasi, dan bekerja overtime tanpa dibayar. Proklamasi dan demonstrasi Injil diwujudkan dalam kesehariannya. Tak hanya melalui pekerjaan, ia juga bermisi dengan memuridkan. Sebulan berada di sana, ia langsung memuridkan beberapa warga yang baru dikenalnya. Ketika memulai, ia single fighter. Selang beberapa waktu, ia berkomunikasi dengan Perkantas NTT. Selama tiga tahun ia memuridkan secara konsisten. Dari satu kelompok lahirlah kelompok- kelompok pemuridan lainnya. Legacy kehadirannya di NTT ialah Per- kantas Alor yang terus memuridkan dan melayani hingga saat ini. Dari pengalaman dr. Evraim ini, kita melihat bahwa slogan “murid yang memuridkan” bukanlah slogan yang kosong belaka. Pengalaman- nya telah memodelkan bagaimana seorang murid memproklamasikan dan mendemonstrasikan Injil dalam keunikan panggilan masing- masing. BUKAN AKHIR RuBer hanya salah satu bentuk pemuridan digital. Pemuridan digital dapat dilakukan dengan model dan bentuk lain. Pemuridan digital adalah suatu keniscayaan. Sebab, sekalipun pandemi akan berakhir, keterhubungan kita dengan teknologi digital dan status sebagai digital residents akan terus berlanjut. Perlu diingat bahwa pemuridan digital bukanlah akhir melainkan permulaan. Kegiatan pemuridan yang dikerjakan dengan menggunakan. Halaman 66 / ail att 20:25 © Orr > Pemuridan Digital-Bunga dD : @ drive.google.com ° : A Cd 4 Masuk 66 PEMURIDAN DIGITAL teknologi digital haruslah menciptakan relasi antara murid yang satu dengan yang lain untuk berjalan bersama dalam jalan pemuridan. Se- bab pada dasarnya, pemuridan adalah relasi yang sengaja diciptakan untuk saling mengajar, menguatkan, menantang, dan memodelkan hidup yang serupa dengan Kristus dalam keseharian. Halaman 67 / 150 ail att 20:25 © Orr > Pemuridan Digital-Bunga @ drive.google.com D KASIH YANG MENEMBUS RUANG DAN WAKTU Yemima Galih Pradipta x ita akui, bahwa tahun ini menjadi tahun yang berat dan sulit bagi Kes orang. Tak ada yang pernah menduga bahwa pandemi COVID-19 akan melanda seluruh negara dan bangsa. Pandemi ini seakan-akan membawa kita pada era baru dan berbeda—fase normal yang baru, di mana kita diwajibkan melakukan social distancing, karan- tina mandiri di rumah dan penggunaan masker. Secara sederhana, berbagai kegiatan menjadi serba terbatasi dan sebagian di antara kita mungkin merasa “terkekang.” Efek yang paling terlihat adalah lum- puhnya kegiatan-kegiatan umum yang dilakukan masyarakat, entah itu kegiatan ekonomi, keagamaan, belajar-mengajar, pelayanan publik, dan lain-lain. Tentunya, pandemi ini juga sangat berpengaruh terhadap kegiatan pelayanan. Kita tahu bahwa komunitas persekutuan yang digerakkan oleh kasih merupakan fondasi bagi jemaat Kristen. Sebagai satu tubuh Kristus, kita memiliki peran untuk saling mendukung dalam kasih dan pekerjaan baik. Pertemuan ibadah tentu merupakan hal yang funda- mental bagi kita, seperti tertulis dalam Ibrani 10:25, sebagai sarana untuk menyatakan kasih secara nyata, karena dari situlah kita dapat melihat dan mendengar langsung kebutuhan jemaat lainnya. Dengan terjadi pandemi, maka hal-hal tersebut tidak memungkinkan untuk / Halaman 68 RIDAN DIGITAL C a) II| C aH att 20:26 © Orr > Pemuridan Digital-Bunga @ drive.google.com D PEMURIDAN DIGITAL dilakukan. Mau tidak mau, kita harus melakukan pelayanan jarak jauh sambil terus mencari cara yang terbaik dan tepat, agar pelayanan dapat menyesuaikan diri dalam kondisi ini, Tak terkecuali dalam pemuridan yang kunci utamanya adalah pembinaan dan persekutuan. Sebagai kakak rohani, saya juga mengalami dan menemui beberapa kesulitan selama beberapa bulan ini. Pertama, kesulitan untuk menge- tahui kebutuhan adik-adik rohani secara mendalam. Perkembangan teknologi memang sangat membantu sehingga pembinaan dapat terus berjalan (kita syukuri hal iu!), karena telah memungkinkan pertemuan pembinaan dapat berlangsung secara daring. Tetapi teknologi tidak dapat menunjukkan kondisi sebenarnya dari adik-adik rohani. Kita be- gitu terbatas mendengar suara dan sesekali wajah mereka secara virtual, apalagi saat koneksi internet buruk. Padahal, dalam beberapa kasus, adik-adik akan lebih jujur dan terbuka ketika bertemu langsung. Selain itu, ekspresi dan gestur tubuh dapat lebih jelas menyatakan perasaan dan pikiran mereka. Apabila adik-adik rohani menceritakan pergumu- lannya, saya sebagai kakak rohani akan menepuk pundak seraya me- nyediakan tisu saat mereka menangis serta mengungkapkan apresiasi melalui gestur-gestur tertentu. Seringkali saya juga memeluk mereka. Pertemuan daring hanya memungkinkan kita untuk menyatakan ba- hasa kasih secara verbal, melalui kalimat afirmatif maupun doa. Kedua, dinamika kelompok menjadi terbatasi dan berisiko terjadi miskomunikasi. Dalam kelompok pemuridan atau pembinaan rohani, dinamika kelompok dapat menggambarkan sejauh mana pemahaman adik-adik rohani terhadap firman Tuhan yang dipelajari. Respons dan jawaban yang disampaikan adik-adik akan menolong kakak rohani melihat bagian mana dari firman Tuhan yang hendak ditekankan bagi setiap pribadi. Pembelajaran firman Tuhan menjadi lebih hidup, ke- tika setiap anggota aktif mendiskusikan bahan PA atau firman Tuhan. Namun dalam pertemuan daring, seringkali adik-adik menjadi pasif. Kecenderungan untuk mute mic dan off camera menjadi lebih besar. Sebenarnya hal itu bukan masalah besar, tetapi karena tidak semua adik-adik memiliki kuota dan sinyal yang memadai. Hal ini sangat berdampak bagi kakak rohani untuk melihat pertumbuhan adik-adik. Sisi positifnya, kakak rohani dituntut menjadi lebih kreatif dan inovatif Ul all i- 18 oh aH att 20:26 © Orr > x Pemuridan Digital-Bunga @ drive.google.com D dalam menyampaikan bahan ataupun dalam memimpin PA. Kesulitan lainnya adalah keterbatasan waktu. Pertemuan daring yang lebih dari dua jam sangat melelahkan bagi adik-adik. Kakak rohani harus benar- benar mengatur waktu dalam setiap pertemuan, agar tujuan—kualitas murid yang sudah didoakan oleh kakak rohani—dapat tercapai. Ketiga, rasa lelah, baik bagi tubuh, pikiran maupun jiwa. Tidak jarang saya menemui adik sepelayanan dan adik rohani yang sangat kelelahan, karena melakukan banyak pertemuan daring. Hal ini sangat memengaruhi performa mereka dalam berpikir dan berdinamika dalam kelompok. Beberapa kali, saya harus mengganti agenda pembinaan dengan AWG atau istirahat bersama dengan berbagi pergumulan dan memberi kesempatan untuk mengungkapkan keluhan-keluhan me- reka. Melalui pandemi ini, saya pun belajar untuk menghargai kondisi adik-adik dengan tidak tergesa-gesa mendorong mereka untuk mengu- asai dan menyelesaikan bahan pemuridan. Bagi saya, jiwa memerlukan waktu untuk menyesuaikan kondisi tubuh yang dipaksakan untuk ber- pikir, bergerak dan beradaptasi dengan cepat di tengah kondisi saat ini. Di sisi lain, saya sebagai adik rohani sangat merindukan kehadiran kakak rohani untuk mendampingi saya dalam menyelesaikan beberapa pergumulan. Mau tidak mau, dalam masa pandemi ini saya mengupa- yakan self-healing, tanpa kehadiran dan pendampingan secara langsung dari kakak rohani. Padahal dalam beberapa kasus, kehadiran fisik ka- kak rohani sangat dibutuhkan di masa-masa sulit. Kehangatan kasih kakak rohani sangat menolong adik-adik untuk berani bersikap jujur dalam menyelesaikan pergumulannya di hadapan Allah. Bagi saya, ka- kak rohani memiliki peran sebagai gembala yang menjaga dombanya. Domba yang sakit sangat membutuhkan kehadiran dan perawatan gembalanya. Sebagai murid Kristus, kita diajarkan untuk memandang segala sesuatu dari sudut pandang Allah. Selalu ada blessing in disguise dalam segala situasi. Sejarah menceritakan berbagai penderitaan yang diha- dapi para murid Kristus. Nyatanya, Injil dapat terus ada sampai seka- rang. Hal itu membuktikan bahwa Allah tidak pernah gagal menyertai anak-anak-Nya serta menyediakan jalan untuk dapat melalui berbagai kesulitan. Dalam pandemi ini, kita dapat menghayati bersama, bahwa / Halaman 70 URIDAN DIGITAL, C a) II| C aH att 20:26 © Orr > Pemuridan Digital-Bunga & drive.google.com kasih menembus ruang dan waktu. Saya menjadi berlatih menyediakan waktu terbaik untuk berdoa bagi adik-adik. Kita yakin bahwa Allah mengasihi adik-adik kita dan tentu akan melatih mereka dengan cara- Nya. Sekalipun kita telah dipilih untuk menjadi gembala bagi mereka, saya percaya, mereka semua adalah domba-domba dari Sang Gembala Agung. Allah akan mendengar doa-doa kita bagi adik-adik. Pandemi ini menuntut kita untuk memiliki kepekaan yang lebih, serta lebih kreatif dan inovatif dalam menjaga dinamika kelompok. Banyak hal yang saya pelajari dari kisah-kisah Paulus, seringkali ia harus berjauhan dengan adik-adik gembalaannya. Namun melalui doa-doanya, ia tetap dapat menyatakan kasih secara tepat dan dengan segenap hatinya. Harapan saya, kita tetap dapat menyatakan kasih de- ngan segenap hati kepada adik-adik rohani dan saling mendukung agar dapat meneruskan Injil melalui pemuridan. iat) (-100\-] 9 all aH att 20:26 © Orr > Pemuridan Digital-Bunga @ drive.google.com D 12 NAVIGASI PEMBACAAN ALKITAB PENYEDIAAN BAHAN PELAYANAN DI TENGAH PANDEMI: PELUANG ATAU ANCAMAN? Carmia Margaret Qe Mx pandemi ini mengejutkan banyak orang dalam berbagai pro- fesi, tak terkecuali saya sebagai rohaniwan penuh waktu. Dalam kescharian melayani umat melalui pelayanan firman, doa, pendam- pingan pastoral, dan pemerlengkapan rohani, keterbatasan sosial dan fisik telah mendorong saya mengerjakan pelayanan dengan cara-cara lain. Salah satu yang terbersit adalah menyediakan materi khotbah, pembinaan, renungan, dan sejenisnya melalui media digital. Bahan- bahan pelayanan pribadi sebelum pandemi lebih banyak berbentuk catatan dan slide presentasi, namun kini satu per satu beralih-wahana menjadi rekaman video, audio, atau webinar. Pelayanan dengan media digital ini terasa mengasyikkan di masa awal pandemi. Ibarat menyelam di samudera baru dan menemukan banyak harta karun sekaligus peluang berharga di sana. Tetapi, lambat laun, berbagai pertanyaan mengusik benak. Bagaimana saya tahu, je- maat yang saya layani mengakses bahan-bahan ini? Apa respons mereka terhadap semua materi ini? Apakah respons tersebut lahir dari hati dan pikiran yang sungguh-sungguh bergumul dengan firman, atau hanya / iat) (-]a a=] 9 se PEMURIDAN DIGITAL C a) II| C

You might also like