Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Formalin is a preservative for faeces containing parasites. The formalin that frequently used
is formalin10% in distilled water, but it could also be dissolved in a 0.85% NaCl or sodium
phosphate buffer. The 0.85% NaCl serves to maintain the osmosic pressure of cell, while the
buffer solution serves to maintain the stability of pH of the solution. Purpose this research is
to determine whether there are differences in the ability of 10% formalin dissolved in
distilled water, 0.85% NaCl and sodium phosphate buffer in terms of maintaining the
morphology of cell and prevent the development of Ascaris lumbricoides eggs. This is an
experiment research using the randomized posttest control group design. This research using
three treatments, there are faeces added with formalin 10% in distilled water; 0.85% NaCl or
sodium phosphate buffer; and control without adding the formalin 10%. Each treatment
consists of 9 replication. Control and treatment groups are observed microscopically every
day. Based on the research. There is no difference in eggs cell morphology and development
of Ascaris lumbricoides eggs in all treatments. According to Kruskal Wallis and Mann
Withney test, P count > 0.05 which means there is no significant difference in time needed by
Ascaris lumbricoides eggs to become infective in every treatment. Formalin 10% in various
solvents is not effective as faeces preservatives, in particular to prevent the development of
Ascaris lumbricoides eggs due to they have already developed in average of 10 days.
Keywords: Formalin 10%, Ascaris lumbricoides, faeces preservative
ABSTRAK
Formalin merupakan pengawet faeces yang mengandung parasit. Formalin yang sering
digunakan adalah formalin 10% dalam aquadest, namun dapat juga dilarutkan dalam NaCl
0.85% maupun buffer sodium fosfat. Larutan NaCl 0.85% berfungsi untuk mempertahankan
tekanan osmosis sel, sedangkan larutan buffer berfungsi untuk menjaga stabilitas pH larutan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan formalin
10% dalam berbagai pelarut dalam hal menjaga morfologi sel serta mencegah
perkembangan telur Ascaris lumbricoides. Penelitian ini merupakan penelitian true
experiment dengan rancangan The Randomized Posttest Control Group Design. Penelitian
ini menggunakan tiga perlakuan yaitu faeces ditambahkan dengan formalin 10% dalam
aquadest, NaCl 0.85% dan buffer sodium fosfat serta kontrol tanpa penambahan formalin
10%. Tiap perlakuan terdiri dari 9 replikasi. Kontrol dan perlakuan diamati setiap hari
secara mikroskopik. Berdasarkan hasil penelitian tidak ditemukan perbedaan morfologi sel
dan perkembangan telur Ascaris lumbricoides pada seluruh perlakuan. Berdasarkan uji
Kruskal wallis dan Mann Withney diperoleh P hitung >0.05 yang artinya tidak ada
perbedaan yang signifikan waktu yang diperlukan tiap perlakuan dalam perkembangan telur
Ascaris lumbricoides untuk menjadi infektif. Formalin 10% dengan berbagai pelarut tidak
efektif sebagai pengawet faeces khususnya untuk mencegah perkembangan telur Ascaris
lumbricoides karena rata-rata setelah 10 hari telur telah mengalami perkembangan.
Kata kunci: Formalin 10%, Ascaris lumbricoides, pengawet faeces
PENDAHULUAN askariasis (Garcia, et al, 1996). Cara
Penyakit kecacingan sampai saat ini masih menegakkan diagnosis penyakit adalah
merupakan masalah kesehatan di daerah dengan pemeriksaan tinja secara langsung.
tropis termasuk Indonesia (Asihka, V., et Adanya telur dalam tinja memastikan
al, 2014). Manusia merupakan hospes diagnosis askariasis. Selain itu diagnosis
beberapa nematoda usus (Samarang, et al, dapat dibuat bila cacing dewasa keluar
2009). Masyarakat pedesaan atau daerah sendiri baik melalui mulut atau hidung
perkotaan yang sangat padat dan kumuh karena muntah maupun melalui tinja
merupakan subyek dengan risiko tinggi (Sutanto, et al, 2008). Pada fase migrasi
terinfeksi cacing (Lobo, L., T., et al, larva diagnosis dapat dibuat dengan
2016). Infeksi cacing merupakan masalah menemukan larva dalam sputum atau bilas
kesehatan masyarakat yang utama lambung (Garcia, L.S. et al, 1996).
(Samudar, et al, 2013). Infeksi kecacingan
Telur Ascaris lumbricoides fertile
tergolong penyakit neglected disease yaitu
bentuknya lebar dan oval dengan ukuran
infeksi yang kurang diperhatikan dan
panjang 45-75 um dan lebar 35-45 um.
penyakitnya bersifat kronis tanpa
Dinding tebal tetapi transparan
menimbulkan gejala klinis. Dampak yang
mengelilingi sel telur dan dibungkus oleh
ditimbulkan dari penyakit ini baru terlihat
lapisan kuning gelap sampai coklat oleh
dalam jangka panjang (Kurniawan, 2010).
zat warna empedu. Bila lapisan terluar
Meskipun tidak menyebabkan kematian,
hilang, telur disebut decorticated. Telur
kecacingan dapat mengakibatkan
infertile lebih panjang dibandingkan telur
penurunan kondisi gizi, anemia, gangguan
fertile, dengan ukuran panjang 80-90 µm
saluran pencernaan, penurunan kecerdasan
dan bagian dalam tampak struktur yang
hingga penurunan kualitas sumber daya
tidak jelas (Ridley, 2012). Telur dibuahi
manusia (Indriyati, L., et al, 2015).
berukuran 45-84 um x 35-58 um, bentuk
Beberapa species cacing yang dapat oval atau bulat, dinding tebal, halus,
menyebabkan kecacingan adalah Ascaris biasanya bergelombang oleh lapisan
lumbricoides, Ancylostoma duodenale, albumin. Biasanya mengandung satu atau
Necator americanus, Trichuris trichura granular sel (zygote). Berwarna kuning
dan Strongyloides stercoralis (Winita, et hingga coklat (bila lapisan albumin hilang,
al, 2012). Manusia merupakan satu- warna telur menjadi lebih terang dan
satunya hospes Ascaris lumbricoides. transparan. Telur tidak dibuahi berukuran
Penyakit yang disebabkannya disebut 78-105 um x 38-55 um, berbentuk oval,
kadang bentuk tidak teratur, dinding tipis, dalam halus, tebal, tidak berwarna; kulit
dinding halus, biasanya bergelombang luar berwarna coklat dan isinya tidak
oleh lapisan albumin. Mengandung masa berwarna atau kuning pucat; berisi masa
granular yang homogen. Berwarna kuning bulat bergranula yang terletak di bagian
hingga coklat (bila lapisan albumin hilang, tengah. Telur Fertile dengan Lapisan Kulit
warna telur menjadi lebih terang dan Decorticated sama dengan telur yang
transparan. Waktu antara infestasi dan berkulit ganda, tetapi tanpa kulit luar; kulit
pematangan telur adalah 2-3 bulan. tunggal, halus, tebal, dan tidak berwarna
Perkiraan produksi telur per hari 200.000, (atau kuning pucat); suatu masa tunggal
dan perkiraan lama hidup 1-3 tahun bulat bergranula, tidak berwarna, terletak
(Potters et al, 2009). Telur Ascaris di tengah.
lumbricoides yang baru dikeluarkan dapat
Telur Infertile dengan Lapisan Kulit
berupa telur dibuahi/fertile (morula) dan
Corticated ukuran sekitar 80-90 µm;
telur tidak dibuahi/ infertile (Prasetyo,
bentuk lebih memanjang (elips); kulit
2002).
terdiri dari 2 lapisan yang kulit luar dengan
Telur Fertile dengan Lapisan Kulit to njolan-tonjolan, kulit dalam tipis;
Corticated memiliki ukuran sekitar 70 µm; seluruh telur dipenuhi butiran membias.
bentuk oval terkadang bulat; kulit ganda Telur Infertile dengan Lapisan Kulit
berbatas jelas, kulit luar kasar, coklat, Decorticated memiliki kulit luar halus
tertutup tonjolan-tonjolan kecil. Kulit tipis; berisi butiran-butiran bulat.
Gambar 1. Telur Fertile dengan Lapisan Kulit Gambar 2. Telur Fertile dengan Lapisan
Corticated Kulit Decorticated
Gambar 3. Telur Infertile dengan Lapisan Gambar 4. Telur Infertile dengan Lapisan
Kulit Corticated Kulit Decorticated
Gambar 5
Morfologi dan Perkembangan Telur Ascaris lumbricoides yang
diawetkan dengan formalin 10% dalam aquades, formalin 10% dalam
NaCl 0.85%, dan formalin 10% dalam buffer sodium fosfat
1 10 11 10 12
2 12 10 11 10
3 9 12 12 12
4 11 12 10 11
5 11 11 12 12
6 10 11 12 10
7 11 10 11 10
8 9 12 11 11
9 9 10 10 11
Rata-rata 10.22 11.00 11.00 10.74
Std Baku 1.09 0.87 0.87 0.93
Waktu
Chi-Square 3.581
Df 3
Asymp. Sig. .310
Tabel 3
Hasil Uji Mann Withney
Kontrol Kontrol Kontrol Formalin Formalin Formalin
dan dan dan 10% 10% 10%
Formalin Formalin Formalin dalam dalam dalam
10% 10% 10% aquadestd aquadest NaCl
dalam dalam dalam an dan 0.85%
aquadest NaCl buffer Formalin Formalin dan
0.85% fosfat 10% 10% Formalin
dalam dalam 10%
NaCl buffer dalam
0.85% fosfat buffer
fosfat
Mann-Whitney U 24.000 24.000 24.000 40.500 40.500 40.500
Wilcoxon W 69.000 69.000 69.000 85.500 85.500 85.500
Z -1.512 -1.512 -1.512 .000 .000 .000
Asymp. Sig. (2-tailed) .131 .131 .131 1.000 1.000 1.000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .161a 161a .161a 1.000a 1.000a 1.000a
Berdasarkan hasil uji Mann Withney tiap perlakuan untuk telur Ascaris
diperoleh nilai P>0.05 untuk tiap lumbricoides menjadi infektif.
perlakuan. Hal tersebut menunjukkan Peneliti belum menemukan sumber lain
bahwa tidak ada perbedaan yang yang berhubungan dengan pengawet
bermakna jumlah hari yang dibutuhkan faeces khususnya dalam mencegah
perkembangan telur Ascaris jangka waktu tertentu sebelum
lumbricoides. Selain itu dari berbagai dimusnahkan sebaiknya ditambahkan
sumber yang ada menyatakan bahwa dengan pengawet untuk mencegah telur
cacing Ascaris lumbricoides tergolong tersebut mengalami perkembangan.
dalam Soil Transmitted Helminth yang Bila tidak diawetkan, telur akan
mengandung makna bahwa dalam mengalami perkembangan menjadi
perkembangan atau siklus hidupnya bentuk infektif dan selanjutnya
cacing ini memerlukan media tanah menetas. Sisa cangkang telur cacing
untuk menjadi infektif namun dalam Ascaris lumbricoides yang telah
penelitian ini dapat diketahui bahwa menetas secara morfologi mirip dengan
tanpa media tanah bahkan dalam telur cacing Toxocara sp sehingga bila
pengawet formalin 10% dalam berbagai kurang teliti seorang Ahli Teknologi
pelarut telur Ascaris lumbricoides tetap Laboratorium Medik dapat memberikan
mengalami perkembangan. Secara interpretasi yang salah.
keilmuan penelitian ini memperoleh Formalin merupakan bahan kimia yang
informasi baru. biasa dipakai untuk membasmi bakteri
Mengawetkan faeces yang mengandung atau berfungsi sebagai desinfektan. Zat
telur cacing sangat penting bagi dunia ini termasuk dalam golongan kelompok
pendidikan karena kompetensi seorang desinfektan kuat, dapat membasmi
tenaga Ahli Teknologi Laboratorium berbagai jenis bakteri pembusuk,
Medik dalam bidang parasit khususnya penyakit, cendawan atau kapang.
kemampuan dalam mendeteksi suatu Disamping itu mengeraskan jaringan
telur cacing dalam spesimen dapat tubuh (Winarno, 2004). Formalin
dilatih melalui melihat langsung telur merupakan senyawa kimia yang
tersebut bukan hanya gambar dari memiliki aktivitas antimikroba karena
sumber referensi. Namun seringkali dapat membunuh bakteri dan virus.
sulit mendapatkan faeces yang positif Larutan formaldehida 0,5% dalam
telur cacing sehingga bila ada specimen waktu 6-12 jam dapat membunuh
positif yang mengandung telur cacing bakteri dan dalam waktu 2-4 hari dapat
biasanya faeces tersebut diberi membunuh spora. Sementara itu,
pengawet. Selain itu bagi laboratorium larutan formaldehida 8% dapat
pelayanan umumnya specimen yang membunuh spora dalam waktu 18 jam
tertunda pemeriksaannya maupun (Alsuhendra, et al, 2013). Namun
specimen yang akan disimpan dalam setelah dilakukan penelitian ternyata
telur cacing Ascaris lumbricoides SIMPULAN
memiliki kemampuan bertahan di Berdasarkan penelitian yang telah
dalam larutan formalin tersebut dan dilakukan diperoleh hasil bahwa tidak ada
tetap mampu berkembang menjadi perbedaan perkembangan maupun
bentuk infektif walaupun secara teori morfologi sel telur Ascaris lumbricoides
cacing Ascaris lumbricoides termasuk pada faeces yang diberi formalin 10%
golongan Soil Transmitted Helminth dalam aquades, NaCl 0.85%, dan sodium
yaitu golongan cacing yang fosfat. Larutan formalin 10% tidak efektif
memerlukan media tanah untuk bisa digunakan sebagai pengawet faeces untuk
membuat telur menjadi mencegah perkembangan telur cacing
infektif/berkembang menjadi larva. Ascaris lumbricoides.
Formalin 10% tidak mampu
menghambat perkembangan telur DAFTAR RUJUKAN
cacing Ascaris lumbricoides untuk Alsuhendra, Ridawati. 2013. Bahan toksik
dalam Makanan. PT Remaja
menjadi infektif. Hal ini dapat
Rosdakarya. Bandung.
disebabkan karena dinding sel telur
Asihka, V., Nurhayati, dan Gayatri. 2014.
sangat tebal, terdiri dari 3 lapisan yaitu
Distribusi Frekuensi Soil
lapisan terluar adalah lapisan Transmitted Helminth Pada Sayuran
Selada (Lactuca sativa) yang Dijual
albuminoid, lapisan hyaline dan lapisan
di Pasar Tradisional dan Pasar
vitelin. Ketiga dinding sel telur Ascaris Modern di Kota Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas. Available from
lumbricoides bersifat impermiabel
http://jurnal.fk.unand.ac.id
sehingga kemungkinan besar larutan
Diasys. Instruction Sheet DY004. Parasito
formalin tidak mampu menembus
logy Fixatives, Reagents and Stain.
dinding sel telur sehingga sel morula
Garcia, L. S., and Bruckner, D. A. 1996.
tetap mengalami perkembangan.
Diagnostik Parasitologi Kedokteran.
Penelitian ini masih memiliki Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
kelemahan yaitu tidak terbukti adanya
pengaruh pelarut formalin dalam Indriyati, L., Hairani, B., Fakhrizal, D.,
2015. Kehilangan Nutrisi dan Darah
menghambat perkembangan telur
Serta Kerugian Biaya Akibat
cacing Ascaris lumbricoides. Secara Kecacingan pada Anak Sekolah di
SDN Manurung 1 Pagatan. Jurnal
aplikatif penelitian ini belum
Epidemiologi dan Penyakit
memberikan solusi dalam permasalahan Bersumber Binatang (Epidemiology
and Zoonosis Journal). Vol. 5. No 3.
yang ada sehingga diperlukan adanya
Juni 2015. 107-114.
penelitian lanjutan.
Kurniawan, A., 2010. Infeksi Parasit: Donggala. Badan Penelitian dan
Dulu dan Masa Kini. Majalah Pengembangan Kesehatan.
Kedokteran Indonesia. Departemen Kesehatan RI. Vol. III
2010;60(11):487-88. No 1. Hal 41-44.
Lobo, L., T., Widjaja, J., Octaviani, Samudar, N., Hadju, V., Jafar, N. 2013.
Puryadi. 2016. Kontaminasi Telur Hubungan Infeksi Kecacingan
Cacing Soil Transmitted Helminths Dengan Status Hemoglobin Pada
(STH) Pada Sayuran Kemangi Anak Sekolah Dasar Di Wilayah
Pedagang Ikan Bakar di Kota Palu Pesisir Kota Makasar Propinsi
Sulawesi Tengah. Media Litbangkes. Sulawesi Selatan Tahun 2013.
Vol 26 No 2. Juni 2016. 65-70. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas
Potters I., Gillet, P., Jacobs J. 2009. Hasanuddin.
Human Parasitology in Tropical
Settings. Modul 2. Clinical & Sumanto, D. 2016. cacing-gelang-
Biomedical Sciences of Tropical ascaris-lumbricoides . Available
Diseases. Instituto de Medicina from
Tropical Principe Leopoido. http://didik.dosen.unimus.ac.id/2011
/11/23/cacing-gelang-ascaris-
Raden Heru Prasetyo, 2002. Pengantar lumbricoides/. Access at 17-2-2016
Praktikum Helmintologi Kedokteran. 10.52 pm.
Edisi 2. Airlangga University Press.
Sutanto, I., Ismid, I. S., Sjarifuddin, P.
Ridley, J. W., 2012. Parasitology for K., Sungkar, S. 2008. Buku Ajar
Medical and Clinical Laboratory Parasitologi Kedokteran. Edisi
Professionals. Delmar Cengage Keempat. Balai Penerbit FKUI
Learning. USA. Jakarta.
Samarang, Nurwidayati, A., dan Winita, R., Mulyati, Astuty, H. 2012.
Leonardo. 2009. Tingkat Kecacingan Upaya Pemberantasan Kecacingan di
Pada Anak Sekolah Dasar Sekolah Dasar. Makara Kesehatan
Kecamatan Labuan Kabupaten Vol 16. No 2. Desember 2012: 65-
Donggala Sulawesi Tengah. Jurnal 71.
Vektor Penyakit. Balai Litbang P2B2