Professional Documents
Culture Documents
Kekuatan Tarik Dan Tekan Komposit Laminat Hibrid Aluminium-Fiberglass-Bambu
Kekuatan Tarik Dan Tekan Komposit Laminat Hibrid Aluminium-Fiberglass-Bambu
Galing Kalapaksi, Paryanto Dwi Setyawan, Sugiman, Agus Dwi Catur, M. Faruq Ramadhani
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mataram
Jl. Majapahit No.62 Mataram, NTB 83125
Email : paryanto_ds@yahoo.com
Abstract
The main benefit of the use of composites is a combination of high stiffness and strength
properties and light density. This research is aimed to determine the effect of configuration of the
hybrid laminate composite of aluminium-fiberglass-bamboo on the tensile and compressive
strength. In this study, the hybrid composites have several configurations, namely were Al/Fb-3/2,
Al/Bb-3/2 (woven and 0/90), Al/Bb-3/2 (woven and 0/90), [Al/Bb/Fb/Bb/Al*] s (woven and 0/90),
dan [Al/Fb/Bb/Fb/Al*] s (woven and 0/90). The matrix of this hybrid composite was epoxy resin.
The specimens were tested in tension and compression, according to ASTM D30933 and ASTM
D695. The results indicate that the hybrid composites that contain more layers of fiberglass have
higher tensile and compressive strength than those of having more layers of bamboo. The highest
average value of tensile and compressive strength is found in the configuration of [Al/Fb-3/2]. The
tensile and compressive strength of the configurations with woven bamboo is higher than those of
the configurations with 0/90 bamboo. In all configurations, the tensile strength is higher tan the
compressive strength. This is because in compression the delamination occurs extensively than in
tension.
Keywords: hybrid laminate composites, compressive strength, aluminium, fiberglass, bamboo,
epoxy.
PENDAHULUAN
Bambu merupakan tanaman dengan laju pertumbuhan paling tinggi dan dapat dipanen dalam
3-4 tahun (Amada et al., 1997) dan mempunyai sifat mekanik yang tinggi (Defoirdt et al., 2010). Strip
(bilah) bambu banyak digunakan sebagai panel dinding, tanpa melalui proses rekayasa. Namun
keunggulan bambu telah menarik perekayasa untuk penggunaan bahan teknik yang lebih luas. Verma
dan Chariar (2009) menggunakan strip bambu untuk membuat laminat dengan perekat epoxy. Zhang et
al. (2000) meningkatkan kekuatan strip bambu (reformed) dan menggunakannya untuk pembuatan
komposit sandwich dengan kulit dari aluminium (Al). Huda et al. (2012) menggunakan strip bambu
untuk memperkuat polypropelene (PP).
Anggela (2006) mempelajari kekuatan tarik dan tekan laminat terbuat dari hibrid anyaman
bambu-fiberglass dengan matrik epoxy dan polyester, sedang Trisono (2006) dengan material yang
sama dengan Angela mempelajari kekuatan bendingnya. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa
laminat bambu mempunyai kekuatan tarik, tekan dan bending yang tinggi, namun penambahan
material fiberglass secara umum mampu meningkatkan kekuatan laminat bambu tersebut. Hal yang
menarik dalam hibrid anyaman bambu-fiberglass adalah dengan menurunnya rasio kandungan
fiberglass/bambu atau bambu/fiberglass, kekuatan laminat dengan rasio fiberglass/bambu dan
bambu/fiberglass menjadi sebanding.
Analog dengan fiber metal laminate yang terdiri dari aluminium dan komposit fiberglass yang
disusun secara bergantian, penambahan material aluminium dalam susunan (lay up) hibrid
bambu/fiberglass diharapkan dapat meningkatkan kekuatan laminat tersebut lebih lanjut, seperti
kekuatan tarik dan yang lebih utama adalah kekuatan impak yang tinggi, ketahanan terhadap pengaruh
lingkungan dan api (kebakaran) seperti yang dimiliki oleh fiber metal laminate (Vlot et al., 1999).
Pengembangan fiber metal laminate terus berlanjut karena sifat mekanik yang lebih baik dari logam
konvensional dan komposit, seperti diversifikasi metal yang digunakan, dari aluminium ke stainless
steel (Khalili et al., 2005; Rooijen et al., 2005), titanium (Johnson et al., 2008), dan magnesium
(Lawcock et al., 1997). Sedang diversifikasi jenis fiber seperti dari fiberglass ke fiber carbon (Lin et
al., 1996; Reyes et al., 2007), dan matriknya dari epoxy ke polypropylene (Carrillo et al., 2009), namun
penggunaan serat alam belum diaplikasikan dalam pengembangan tersebut. Penggunaan fiber metal
METODOLOGI
Bahan yang dipakai adalah anyaman bambu, fiberglass, aluminium dan perekat epoxy. Bambu
diambil dari daging bambu dengan ketebalan sekitar 0,5 mm, lebar sekitar 0,5 cm dan panjang sekitar
30 cm yang dianyam silang. Bambu diperlakukan permukaan dengan merendam dalam larutan NaOH
4% berat selama 2 jam. Fiberglass yang digunakan mempunyai densitas 527 gr/m2. Plat Aluminium
mempunyai ketebalan 0,3 mm. Sebelum direkatkan aluminium diperlakukan permukaan menggunakan
laturan campuran NaOH dan H2SO4 selama 10 menit. Perekat/matrik yang dipakai adalah perekat
epoxy dengan hardener polyamine.
Resin epoxy dan hardener dicampur dan diaduk hingga merata, kemudian dimasukkan ke
dalam alat penghilang udara (vakum). Resin epoxy dioleskan pada permukaan anyaman bambu,
aluminium, dan fiberglass kemudian disusun untuk membentuk konfigurasi yang telah ditentukan.
Konfigurasi laminat yang dipelajari adalah Al/Fb-3/2, Al/Bb-3/2 (anyam dan 0/90), Al/Bb-3/2 (anyam
dan 0/90), [Al/Bb/Fb/Bb/Al*]s (anyam dan 0/90), dan [Al/Fb/Bb/Fb/Al*]s (anyam dan 0/90).
Komposit laminat kemudian ditekan dengan tekanan 0,1 MPa selama ± 24 jam. Selanjutnya, komposit
laminat dipotong sesuai dengan standar pengujian, ASTM D 30933 untuk pengujian tarik dan ASTM
D 695 untuk pengujian tekan. Pengujian spesimen dilakukan dengan Universal Testing Machine
dengan kapasitas load cell 2000 kN.
Pengujian aluminium, komposit bambu/epoxy dan komposit fiberglass/epoxy juga dilakukan
untuk mengetahui kekuatan tariknya. Pengujian tarik komponen laminat ini untuk menyediakan data
penghitungan kekuatan tarik teoritis laminat sebagai pembanding kekuatan tarik eksperimental. Secara
teoritis kekuatan tarik laminat dihitung dengan hukum metal volume fraction (MVF) seperti Pers. (1).
180
160 Kekuatan tarik
140 Kekuatan tekan
Kekuatan (MPa)
120
100
80
60
40
20
0
Al/Fb-3/2
[Al/Fb/Bb/Fb/Al*]s
[Al/Fb/Bb/Fb/Al*]s
Al/Bb-3/2
(anyam)
(anyam)
Al/Bb-3/2 (0/90)
[Al/Bb/Fb/Bb/Al*]s
[Al/Bb/Fb/Bb/Al*]s
(anyam)
(anyam)
(0/90)
(0/90)
Konfigurasi
Gambar 2. Diagram hubungan antara konfigurasi laminat terhadap kekuatan tarik dan tekan.
Hasil dari pengujian tarik dan tekan terhadap komposit laminat untuk semua variasi yang
dilakukan dapat dilihat dari gambar 2. Dari gambar 2 dapat diketahui bahwa secara umum kekuatan
tarik dan tekan Al/Fb-3/2 paling tinggi di antara konfigurasi yang lain. Konfigurasi 3/2, Al/Fb-3/2
memiliki kekuatan tarik paling tinggi diikuti oleh Al/Bb-3/2 (anyam) dan Al/Bb-3/2 (0/90). Kekuatan
tarik Al/Fb-3/2 hampir 2 kali kekuatan tarik Al/Bb-3/2 (anyam) dan 3 kali kekuatan tarik Al/Bb-3/2
(0/90). Hal itu dapat dipahami karena kekuatan tarik fiberglass jauh lebih tinggi dari kekuatan bambu.
Sedangkan kekuatan tarik Al/Bb-3/2 (anyam) lebih tinggi dari Al/Bb-3/2 (0/90), hal ini disebabkan
karena pada Al/Bb-3/2 (0/90) adanya perekat antara bambu 0 dan bambu 90 yang mungkin
menyumbang delaminasi lebih awal karena kekuatan ikatan yang rendah. Hal yang sama tidak terjadi
pada Al/Bb-3/2 (anyam).
Kecenderungan yang terjadi pada kekuatan tarik juga terjadi pada kekuatan tekan laminat.
Namun kekuatan tekan edgewise laminat lebih rendah dari kekuatan tarik. Dalam hal komposit
Perbandingan kekuatan tarik hasil eksperimen dan hasil perhitungan dengan hukum metal
volume fraction ditunjukkan pada tabel II. Secara umum, kekuatan tarik teoritis lebih tinggi dari
kekuatan tarik hasil eksperimen, seperti yang diharapkan. Secara teoritis, ikatan antar komponen
laminat dianggap sempurna, sedangkan pada kenyataannya, ikatan tersebut tidak sempurna yang dapat
tergantung banyak faktor seperti: arah serat, kondisi interface aluminium-fiberglass/epoxy,
aluminium-bambu/epoxy, fiberglass/epoxy-bambu/epoxy, bambu-epoxy dan fiberglass-epoxy. Faktor-
faktor tersebut juga menyebabkan variasi antara kekuatan tarik eksperimen dan kekuatan tarik teoritis
yang dihasilkan terlihat tidak sama.
KESIMPULAN
Pengujian tarik dan tekan telah dilakukan pada specimen Al/Fb-3/2, Al/Bb-3/2 (anyam dan
0/90), Al/Bb-3/2 (anyam dan 0/90), [Al/Bb/Fb/Bb/Al*]s (anyam dan 0/90), dan [Al/Fb/Bb/Fb/Al*]s
(anyam dan 0/90). Secara umum spesimen Al/Fb-3/2 mempunyai kekuatan tarik dan tekan tertinggi.
Bambu anyam memberikan penguatan yang sedikit lebih baik dibandingkan bambu 0/90 dalam
komposit hybrid tersebut. Komposit laminat dengan kandungan fiberglass lebih banyak memberikan
kekuatan yang lebih baik. Untuk semua jenis spesimen kekuatan tarik lebih tinggi dari kekuatan tekan
yang menunjukkan bahwa ikatan antar lapisan lebih sensitif terhadap beban tekan edgewise.
DAFTAR PUSTAKA
Amada S, Ichikawa Y, Munekata T, Nagase Y, Shimizu K, 1997, Fiber texture and mechanical graded
structure of bamboo, Composites Part B 28, pp. 13–20.
Anggela NKYC, 2006, Pengaruh Jumlah dan Konfigurasi Lapisan Terhadap Kekuatan Tarik dan
Kekuatan Tekan Komposit Hibrid Bambu-Fiberglass dengan Matrik Polyester dan Epoxy,
Skripsi, Universitas Mataram.