You are on page 1of 45

KONSEP DASAR & STRUKTUR

KONSEP DASAR PENCEGAHAN DAN


PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DAN
ORGANISASI

Rosdelima Simarmata, BN, SE, MARS


Pelatihan Dasar Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi,
PERSI – BANTEN, 20 – 22 April 2015
PEMBAHASAN

1. Pendahuluan
2.Defenisi HCAI
3.Dasar Hukum
4.Struktur Organisasi PPI RS
5.Kesimpulan
6.Acuan
I. PENDAHULUAN

 Penyakit infeksi merupakan masalah


penting, terutama di negara berkembang
 Rantai infeksi, meliputi 3 hal utama:
1) Kuman penyebab (mikroorganisme)
2) Pejamu/inang (host)
3) Lingkungan
 Menurut asalnya:
1) Infeksi berasal dari komunitas
2) Infeksi berasal dari RS
SEGITIGA INFEKSI

Lingkungan

Kuman Pejamu
Penyebab (Host)
HCAI Burden in USA
– Incidence: 5–6%; 1.7 million affected patients
– Urinary Tract Infection: 36%; 561,667 episodes, 13,088 deaths
– Surgical Site Infection: 20%; 274,098 episodes (1.98%)
– Catheter Related Bloodstream Infections: 11%; 250,000 episodes,
28,000 deaths
– Ventilator Associated Pneumonia: 11%; 5.4/1000 ventilator-days
– Attributable mortality: 3.6%, approximately 99,000 deaths
– Annual economic impact: about US$ 4,5 billion
Klevens RM, et al. Public Health Reports 2007

Surveillance network, study period, setting CR-BSI* VAP* CR-UTI*


NNIS, 2006–2007, PICU 2.9 2.1 5.0
NNIS, 2006–2007, Adult ICU (med/surg) 1.5 3.1 2.3
* Overall (pooled mean) infection rates/1000 device-days NHSN report. Am J Infect Control 2008
Most Frequent Sites of Infection
and Their Risk Factors

URINARY TRACT INFECTIONS 34% 13% LOWER RESPIRATORY TRACT INFECTIONS


Urinary catheter Mechanical ventilation
Urinary invasive procedures Aspiration
Advanced age Nasogastric tube
Severe underlying disease Central nervous system depressants
Urolitiasis Antibiotics and anti-acids
Pregnancy Prolonged health-care facilities stay
Diabetes Malnutrition
Advanced age
LACK OF Surgery
Immunodeficiency
HAND
SURGICAL SITE INFECTIONS HYGIENE BLOOD INFECTIONS
Inadequate antibiotic prophylaxis Vascular catheter
Incorrect surgical skin preparation Neonatal age
Inappropriate wound care Critical care
Surgical intervention duration Severe underlying disease
Type of wound Neutropenia
Poor surgical asepsis Immunodeficiency
Diabetes New invasive technologies
Nutritional state
WHO , April 2010 Immunodeficiency
Lack of training and supervision
Lack of training and supervision 17% 14%
DAMPAK HCIA

More serious illness


Prolongation of stay in A health-care
facility
Long-term disability
Excess deaths
High additional financial burden
High personal costs on patients and
their families
WHO , April 2010
II. DEFENISI (1)
Kolonisasi:
- suatu keadaan dimana ditemukan adanya
agen infeksi, dimana organisme tersebut
hidup, tumbuh dan berkembang biak, tetapi
tanpa disertai adanya respons imun atau
gejala klinik
- Pasien atau petugas kesehatan bisa
mengalami kolonisasi dengan kuman
patogen tanpa menderita sakit, tetapi dapat
menularkan kuman tersebut ke orang lain
 “Carrier”
DEFENISI (2)
• Infeksi: suatu keadaan dimana ditemukan adanya
agen infeksi (organisme), terdapat respons imun,
tetapi tidak disertai gejala klinik

• Penyakit infeksi: suatu keadaan dimana


ditemukan adanya agen infeksi yang disertai adanya
respons imun dan gejala klinik

• Penyakit menular atau infeksius: penyakit


(infeksi) tertentu yang dapat berpindah dari satu
orang ke orang lain, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Defenisi (3)
• Vehikulum :
Bahan yang dapat berperan dalam mempertahankan kehidupan
kuman penyebab sampai masuk (tertelan atau terokulasi) pada
pejamu yang rentan
Contoh : air, darah, serum, plasma, tinja, makanan

• Vektor :
Artropoda (umumnya serangga) atau binatang lain yang dapat
menularkan kuman penyebab dengan cara menggigit pejamu yang
rentan atau menimbun kuman penyebab pada kulit pejamu atau
makanan
Contoh : nyamuk, lalat, pinjal/kutu, binatang pengerat
DEFENISI (4)
Inflamasi (radang atau perdangan lokal ):
merupakan bentuk respons tubuh terhadap
suatu agen (tidak hanya infeksi, dapat berupa
trauma, pembedahan atau luka bakar),
yang ditandai dengan adanya:
sakit/nyeri(dolor), panas (calor),
kemerahan (rubor), pembengkakan (tumor)
dan gangguan fungsi
DEFENISI (5)
“Systemic Inflammatory Respons Syndrome”
(SIRS): sekumpulan gejala klinik atau kelainan
laboratorium yang merupakan respons tubuh
(inflamasi) yang bersifat sistemik
SIRS dapat disebabkan karena infeksi atau non-infeksi
 karena infeksi disebut “Sepsis”

Kriteria SIRS bila ditemukan > 2 keadaan berikut :


(1) hipertermi/hipotermi atau suhu tubuh yang tidak
stabil,
(2) takikardi (sesuai usia),
(3) takipnea (sesuai usia), serta
(4) leukositosis atau leukopenia (sesuai usia) atau pada
hitung jenis leukosit jumlah sel muda (batang) > 10%.
Infeksi Nosokomial - HCAI
Definisi Baru
Definisi lama Health care-associated infection
 Infeksi nosokomial = Hospital (HCAI)
acquired infection  Also referred to as “nosocomial”
infeksi terjadi atau didapat di or “hospital” infection
rumah sakit :
“An infection occurring in
 - Saat masuk RS tidak ada
tanda/gejala a patient during the
 - Saat masuk RS tidak dalam process of care in a
masa inkubasi hospital or other health-
 - Terjadi 3 X 24 jam setelah care facility which was not
perawatan present or incubating at the
 - Infeksi pada lokasi sama time of admission. This
tetapi mikroorganisme includes infections acquired in
 Penyebab berbeda dari m.O. the health-care facility but
Pada saat masuk RS appearing after discharge, and
 Atau M.O penyebab sama also occupational infections
tetapi lokasi berbeda among health-care
workers of the facility”
Tujuan Pengendalian Infeksi

 Melindungi pasien dari risiko mendapatkan


infeksi di rumah sakit selama masa perawatan

 Melindungi pasien dari risiko mendapatkan


infeksi lainnya yang mungkin didapat sebagai
akibat terjadinya kontak dengan pasien lain atau
tenaga kesehatan yang memiliki koloni atau
terinfeksi kuman menular lain.

 Melindungi tenaga kesehatan, pengunjung dan


yang berada di lingkungan rumah sakit dari
risiko infeksi yang tidak perlu terjadi
RANTAI INFEKSI

Reservoir/
Microorganism
Source

Susceptible
host
INFEKSI Port of exit

Mean of
Port of entry
transmission
Agen Infeksi
(Infectious Agent)

• Mikroorganisme yang dapat menyebabkan


infeksi
• Pada manusia: bakteri , virus, ricketsia, jamur
dan parasit
• Tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya
infeksi:
 Patogenitas
 Virulensi
 Jumlah (dosis)
KUMAN PENYEBAB (AGEN INFEKSI

• Bakteri • Jamur

• Virus • Parasit
Reservoir
• Tempat dimana agen infeksi dapat
hidup, tumbuh, berkembang biak dan
siap ditularkan kepada orang
• Reservoir yang paling umum:
manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan,
tanah, air dan bahan-bahan organik
lainnya
• Pada manusia: permukaan kulit, selaput
lendir saluran nafas atas, usus dan
vagina
Port of exit
(Pintu keluar)
 Jalan darimana agen infeksi meninggalkan
reservoir
 Pintu keluar meliputi :
saluran pernafasan
Saluran pencernaan
Saluran kemih dan kelamin
Kulit dan membrana mukosa
Darah serta cairan tubuh lain
Transplasenta
Transmisi (cara penularan)

• Mekanisme bagaimana transport agen infeksi


dari reservoir ke penderita (yang suseptibel)
• Ada beberapa cara penularan yaitu :
(1) Kontak : langsung dan tidak langsung
(2) Droplet
(3) Airborne
(4) Melalui vehikulum (makanan, air, darah)
(5) Melalui vektor (serangga dan hewan
pengerat)
Rantai Penularan

Petugas Alat
kesehatan kesehatan

Pasien 1 Pasien 2 *

Lingkungan Pengunjung/
Keluarga
Cara Penularan (1)

• Contact transmission:
- Direct / Langsung:
kontak badan ke badan
transfer kuman penyebab secara fisik
 pemeriksaan fisik, memandikan pasen
- Indirect / Tidak langsung: paling sering !!!
kontak melalui objek (benda/alat)
perantara
 melalui instrumen, jarum, kasa
 tangan yang tidak dicuci
Cara Penularan (2)

• Droplet transmission :
- Partikel droplet > 5 μm
- Melalui batuk, bersin, bicara
- Jarak sebar pendek, tidak bertahan lama di udara
- “Deposit” pada mukosa konjungtiva, hidung, mulut
- Contoh :
Difteria, Pertussis, Mycoplasma, Haemophillus Influenza

Type B (Hib), Virus Influenza, Mumps, Rubella


Cara Penularan (3)

• Airborne Transmission :
- Partikel kecil ukuran < 5 Μm
- Bertahan lama di udara
- Jarak penyebaran jauh
- Dapat terinhalasi
- Contoh : Mycobacterium Tuberculosis
Virus Campak
Varisela (Cacar Air)
Spora Jamur
Cara Penularan (4)

Vehikulum :
–Makanan: Salmonella
–Darah: Hepatitis B, Hepatitis C, HIV
–Air: Hepatitis A, Typhoid, Cholera,
Dysentri

Vektor
–Nyamuk: Demam berdarah, malaria
–Lalat  makanan
–Tikus: leptospirosis
Port of Entry (Pintu Masuk)

• Tempat dimana agen infeksi memasuki


pejamu (yang suseptibel)
• Pintu masuk bisa melalui:
 Saluran pernafasan
 Saluran pencernaan
 Saluran kemih dan kelamin
 Selaput lendir
 Serta kulit yang tidak utuh (luka)
Faktor Pejamu (Host)
Ada 3 macam pertahanan tubuh:
1) Mekanis
2) Kimiawi
3) Biologi

Pejamu rentan adalah:


orang yang tidak memiliki daya tahan
tubuh yang cukup untuk melawan
kuman penyebab, atau mencegah infeksi
atau penyakit
~ faktor risiko
Faktor Pejamu (Host)

• Faktor yang mempengaruhi:


umur, status gizi, status imunisasi,
penyakit kronis, luka bakar yang luas,
trauma atau pembedahan, pengobatan
dengan imunosupresan
• Faktor lain: jenis kelamin, ras atau etnis
tertentu, status ekonomi, gaya hidup,
pekerjaan dan herediter
PERTAHANAN TUBUH SECARA
MEKANIS

• Efektif sebagai pertahanan pertama


 mencegah invasi kuman kedalam tubuh
dengan cara menahan masuknya,
menghancurkan, ataupun mengeluarkan kuman
yang sudah masuk melalui lubang tertentu

• Contoh:
– Kulit
– Sistem pencernaan
– Sistem saluran kencing
– Sistem respirasi
PERTAHANAN TUBUH SECARA
KIMIAWI
• Bahan-bahan kimiawi yang membantu tubuh
mengatasi infeksi
• Contoh :
– Asam lambung
– Lysosim: menghancurkan kuman dengan
merusak dinding selnya, terdapat pada air
mata, air liur, dan lain-lain

• Pemberian antibiotika, imunoglobulin dan


imunisasi termasuk pertahanan kimiawi eksogen
PERTAHANAN TUBUH SECARA
BIOLOGI

• Mekanisme untuk mengisolasi, melumpuhkan


atau membunuh kuman yang berhasil masuk
dan mencapai jaringan tubuh

• Terbagi atas 2 mekanisme:


1) Humoral:
antibodi dan komplemen
1) Seluler:
sel darah putih: limfosit, granulosit
sel makrofag (jaringan)
APSIC CONFERENCE, 26 – 29 March
2015, TAIPEI – TAIWAN
Prinsip Pencegahan Infeksi

• Peningkatan daya tahan pejamu

• Inaktivasi agen penyebab infeksi

• Memutus rantai penularan

• Tindakan pencegahan paska pajanan


(“Post Exposure Prophylaxis” / PEP)
PREVENTION IS PRIMARY!

Protect patients…protect healthcare workers…


promote quality healthcare!
III.DASAR HUKUM

Regulasi di Indonesia
• UURI No. 23 Th. 1992 ttg Kesehatan
(LNRI Th 1992 No. 100, TLNRI No. 3495);
• UURI No. 8 Th. 1999 ttg Perlindungan Konsumen
(LNRI Th. 1999 No. 42, TLNRI No. 3821);
• UURI No. 29 Th 2004 ttg Praktik Kedokteran
(LNRI Th. 2004 No. 116, TLNRI No. 4431);
• PP No. 32 Th. 1996 ttg Tenaga Kesehatan;
• Permenkes RI No. 159b/Menkes/Per/II/1988
ttg Rumah Sakit;
• Permenkes No. 986/Menkes/Per/XI/1992
ttg Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
• Permenkes RI No. 1333/Menkes/SK/XII/1999
ttg Standar Pelayanan Rumah Sakit;
• Permenkes RI No. 1575/Menkes/Per//2005
ttg Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.
Standard Joint Commission
International (JCI)
 International Patient Safety Goal (IPSG) 5: Reduce the Risk of
Health Care–Associated Infections
 Prevention and Control of Infections (PCI):
Standard 5: The hospital designs and implements a
comprehensive program to reduce the risks of health care–
associated infections in patients and health care work
Standard PCI.5.1: All patient, staff, and visitor areas of the
hospital are included in the infection prevention and control
program.
Standard PCI.6: The hospital uses a risk-based approach in
establishing the focus of the health care–associated
infection prevention and reduction program
 Standard GLD.2: A chief executive(s) is responsible for operating
the hospital and complying with applicable laws and regulations .
IV. STRUKTUR
ORGANISASI PPI RS

DIREKTUR UTAMA /
DIREKTUR

KOMITE
DIREKTORAT DIREKTORAT DIREKTORAT KOMITE
PPI

TIM PPI

Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya untuk
mendukung pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi  SK Menkes No. 270/Menkes/SK/III/2007
TUGAS KOMITE PPI (1)

1. Membuat kebijakan PPI - RS.


2. Mensosialisasi kebijakan PPI-RS .
3. Membuat SOP PPI.
4. Menyusun pelaksanaan program PPI .
5. Menyusun program pelatihan / pendidikan PPI.
6. Melakukan investigasi dan penanggulangan
masalah/ KLB infeksi nosokomial bersama tim PPI.
7. Mengevaluasi program PPI & rekomendasi
perbaikan PPI.
8. Memberi konsultasi petugas kesehatan RS dalam
PPI.

Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya untuk
mendukung pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi  SK Menkes No. 270/Menkes/SK/III/2007
TUGAS KOMITE PPI (2)
9. Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai
dengan prinsip PPI dan aman bagi yang
menggunakan.
10. Melakukan pertemuan berkala, termasuk evaluasi
kebijakan.
11. Menerima laporan Tim PPI & membuat laporan
kepada Direktur.
12. Berkoordinasi dengan Unit dan tim terkait lain (Tim
K3 RS).
13. Memberikan usulan kepada Direktur mengenai
pemakaian antibiotika yang rasional di RS
Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya untuk
mendukung pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi  SK Menkes No. 270/Menkes/SK/III/2007
TUGAS KOMITE PPI (3)
14. Turut menyusun kebijakan clinical governance dan
patient safety.
15. Mengembangkan, mengimplementasikan dan secara
periodik mengkaji kembali rencana manajemen PPI
apakah telah sesuai kebijakan manajemen rumah sakit.
16. Memberikan masukan yang menyangkut konstruksi
bangunan dan pengadaan alat dan bahan kesehatan,
renovasi ruangan, cara pemrosesan alat, penyimpanan
alat & linen sesuai dgn prinsip PPI.
17. Menentukan sikap penutupan ruangan rawat bila
diperlukan karena potensial menyebarkan infeksi.
18. Melakukan pengawasan terhadap tindakan-tindakan
yang menyimpang dari standar prosedur / monitoring
surveilans proses.

Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya untuk
mendukung pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi  SK Menkes No. 270/Menkes/SK/III/2007
V. KESIMPULAN

 Sangat penting mengetahui Konsep dasar terjadinya


Infeksi dan proses terjadinya infeksi Nosokomial
sebagai acuan dalam menetapkan Strategi
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RS
 Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Lainnya telah membuat pedoman
tentang Struktur Organisasi PPI RS yang disertai
dengan dasar-dasar hukum yang berlaku di
Indonesia
Acuan

 Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2007. Guideline


for Isolation Precautions: Preventing Transmission of Infectious Agents
in Healthcare Settings. http://www.cdc.gov
 Joint Commission International Accrediatation for Hospital, 5th edition,
2013
 World Health Organization (WHO), 2009. Guidelines on Hand Hygiene
in Health Care. http://www.who.int/en
 2007 Guideline for Isolation Precautions: Preventing Transmission of
Infectious Agents in Healthcare Settings, Jane D. Siegel, MD; Emily
Rhinehart, RN MPH CIC; Marguerite Jackson, PhD; Linda Chiarello,
RN MS; the Healthcare Infection Control Practices Advisory Committee

You might also like