You are on page 1of 8

ANALISIS KERENTANAN BANGUNAN RANGKA BETON DENGAN DAN TANPA

SHEAR WALLS

Senot Sangadji 1), Stefanus Adi Kristiawan 2), dan Heribertus Alvian Putera Legowo3
1) Pengajar Fakultas Teknik, Prodi Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret
2) Pengajar Fakultas Teknik, Prodi Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret
3) Mahasiswa Fakultas Teknik, Prodi Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp. 0271-634524. Email: heribertusapl@gmail.com

Abstract
This geographical condition on Indonesia that surrounded by a lot of active volcano (The Ring of Fire) and above of three tectonic plates, makes
Indonesia as one of the countries with high risk of disaster especially earthquake. Most of Indonesia’s buildings are susceptible to earthquake so it
is important to evaluate the structural performance of those buildings. Seismic vulnerability analysis is one of the evaluation that could find how
vulnerable are the building due to the seismic hazard. In this research, the vulnerability analysis was carried out by modeling the Panti rapih Hospital
in Yogyakarta with and without shear wall. The buildings model were created on the software Seismostruct by using and analyzed by means of
Dynamic Time History Analysis.
Further, research was conducted to relate structural fragility of the building with the loss function expressed as repair cost to the Vulnerability curve.
To build the vulnerability curve, first it is required to find the fragility curve of the building. Than transform the fragility curve into vulnerability
curve by multiply the probability damage of the building with the repair cost for every damage state for various ground motion intensity. HAZUS
MH MR5 procedure was used to classify the damage level or damage state into four damage conditions: slight damage, moderate damage, extensive
damage, and complete damage. The damage state was shown in 2 ways, the first based on strain stress level by referring to performance criteria of the
seismostruct and based on Maximum Base Shear occurred by the building.
The results of the vulnerability seismic analysis of the building shows the probability of repair cost based on strain stress level is 64,12 % for the
shear wall building and 49,85 % for the open frame building for the spectral displacement of 0,1 m. And the probability of repair costs based on
Maximum Base Shear is 57.01% for the shear wall building and 77.19% for the open frame building for the spectral displacement of 0.1 m.
Keywords: Vulnerability analysis, dynamic time history, fragility curve, shear wall, seismostruct

Abstrak
Kondisi geografis di Indonesia yang dikelilingi oleh banyak gunung berapi aktif (The Ring of Fire) dan berada di atas tiga lempeng
tektonik, menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan risiko bencana yang tinggi terutama gempa bumi. Sebagian
besar bangunan di Indonesia rentan terhadap gempa sehingga penting untuk mengevaluasi bangunan struktur berdasarkan
kinerjanya. Analisis Kerentanan Seismik adalah salah satu analisis yang dapat menemukan seberapa rentan bangunan akibat
bahaya seismik. Dalam penelitian ini, analisis kerentanan dilakukan dengan memodelkan gedung Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta dengan dan tanpa shear wall. Model bangunan dibuat menggunakan Analisis Dynamic Time History pada Seismostruct.
Lebih lanjut, penelitian ini dilakukan untuk menghubungkan kerapuhan dari struktur bangunan dengan fungsi kerugian yang
ditunjukan dengan biaya perbaikan menjadi kurva Kerentanan. Untuk membangun kurva kerentanan, pertama-tama perlu
menemukan kurva kerapuhan bangunan terlebih dahulu. Kemudian mengubah kurva kerapuhan menjadi kurva kerentanan
dengan mengalikan probabilitas kerusakan bangunan dengan biaya perbaikan setiap batas kerusakan untuk berbagai intensitas
gerakan tanah. Penelitian ini menggunakan prosedur HAZUS MH MR5 untuk mengklasifikasikan tingkat kerusakan bangunan
menjadi empat kondisi kerusakan: slight damage, moderate damage, extensive damage, dan complete damage. Batas kerusakan ditunjukkan
dengan 2 cara yaitu berdasarkan strain stress level dengan mengacu pada performa kriteria dalam program Seismostruct dan ber-
dasarkan Maximum Base Shear yang dialami bangunan tersebut.
Hasil analisis kerentanan seismik dari bangunan menunjukan probabilitas biaya perbaikan berdasarkan strain stress level sebesar
64,12 % untuk struktur bangunan shear wall dan sebesar 49,85 % untuk struktur bangunan open frame bila perpindahan gempa
yang terjadi sebesar 0,1 m. Dan probabilitas biaya perbaikan berdasarkan Maximum Base Shear sebesar 57,01 % untuk struktur
bangunan shear wall dan sebesar 77,19 % untuk struktur bangunan open frame bila perpindahan gempa yang terjadi sebesar 0,1
m.
Kata Kunci : analisis kerentanan, dynamic time history, kurva kerapuhan, shear wall, Seismostruct

PENDAHULUAN
Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng tektonik besar dunia, yaitu lempeng Eurasia, Pasifik dan Indo-Aus-
tralia. Indonesia juga terletak pada jalur gunung bereapi aktif dunia (Ring of Fire). Karena itu, Indonesia merupakan
negara yang rawan terhadap gempa bumi. Gempa bumi tidak dapat diprediksi dan dapat menimbulkan kerugian.
Setiap bangunan rentan akan bahaya gempa dan memiliki resiko yang setara dengan besarnya. Karena itu perlu
dilakukan tindakan pencegahan untuk mengurangi jumlah kerugian seperti dengan menganalisis performa dari
bangunan akan bahaya gemapa. Salah satunya adalah dengan menganalisis kerentanan bangunan akan bahaya
gempa.

1
Pada penelitian ini, digunakan metode analitis untuk menganalisa kerentanan bangunan. Metode ini menggunakan
matriks probabilitas kerusakan yang memperkirakan tingkat kerusakan (sumbu y) yang berhubungan dengan inten-
sitas gerakan tanah (sumbu x) sebagai faktor probabilitas bersyarat. Metode ini dilakukan dengan memodelkan
struktur bangunan dalam software Siesmostruct mengguanakan analisis dynamic time history. Hasil analisis software akan
menghasilkan kurva kapasitas. Kurva kapasitas ini akan di ubah kedalam spektrum kapasitas dengan format ADRS
(Acceleration-Displacement Response Spectral). Kemudian spektrum kapasitas diubah menjadi kurva kerapuhan.
Kurva kerapuhan ini yang dibutuhkan untuk mendapatkan kurva kerentanan.

Analisis kerentanan dilakukan dengan memodelkan bangunan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta, dengan 2 sis-
tem struktur yang pertama struktur dengan moment frame dan yang kedua struktur dengan shear wall. Hasil akhir dari
penelitian ini berupa Kurva kerentanan bangunan dengan dinding geser dan dengan sistem rangka penahan mo-
men.

LANDASAN TEORI
Analisi kerentanan merupakan analisi yang cukup penting untuk dilakukan. Karena dengan mengetahui kerentanan
dari suatu bangunan bisa segera dilakukan antisipasi apabila ditemukan bangunan yang rentan, yaitu dengan dil-
akukan perkuatan struktur. Hal ini sudah sering dilakukan di negara-negara maju sebagai salah cara untuk mengan-
tisipasi bersarnya kerusakan bangunan akan bahaya gempa. Hal ini merupakan salah satu langkah dalam menjalan-
kan menejemen resiko.

Kerentanan
Kerentanan didefinisikan sebagai tingkat kerugian pada elemen tertentu yang berisiko akibat dari tingkat bahaya
tertentu. Kerentanan seismik mengkuantifikasi kecenderungan jenis bangunan menjadi rusak karena gerakan tanah
tertentu (Seismic Hazard). Kerentanan seismik penting untuk dianalisis, karena dengan mengetahui kerentanan dari
suatu bangunan bisa segera dilakukan antisipasi apabila ditemukan bangunan yang rentan, yaitu dengan dilakukan
perkuatan struktur.
Analisis kerentanan bangunan dapat dilakukan dalam tiga metode estiamsi, yaitu Empirically, Analytically, dan Ex-
pert Opinion (Porter dkk 2012a). Tiga Metode ini saling melengkapi satu sama lain. fungsi kerentanan yang di-
turunkan secara empiris umumnya paling diinginkan karena semuanya berasal dari pengamatan kinerja aktual
bangunan dalam gempa bumi yang nyata. Pendekatan opini ahli dapat digunakan untuk memperkirakan kerawanan
dan kerentanan seismik yang ditentukan oleh opini ahli. Dan pendekatan analitis adalah metode yang menggunakan
prinsip pemodelan/rekayasa untuk memperkirakan kerusakan atau kerugian yang dapat terjadi.
Pendekatan analitis untuk menciptakan fungsi kerentanan seismik cenderung memiliki tiga langkah umum: analisis
struktural, analisis kerusakan, dan analisis kerugian. Analisis struktural dilakukan untuk memperkirakan respon
struktural terhadap gerakan tanah, dalam hal gaya internal dan deformasi. Respons struktural kemudian dimasuk-
kan ke satu set fungsi kerapuhan komponen untuk menentukan status kerusakan setiap komponen dalam analisis.
Akhirnya, biaya kerusakan dijumlahkan atas semua komponen untuk menentukan kerugian total. Untuk mencip-
takan fungsi kerentanan seismik, proses ini diulang untuk berbagai tingkat intensitas gempa.

P[Z|X,O,B] P[D|Z] P[Y|D] Vulnerability


Fuction

X, O, B P[Z] P[D] P[Y] Y[X]

X = ground motion
O = Site properties Z = Structural re- D = damage Y = loss
B = facility prop- spone
erties

Gambar 1 Pembuatan Skematis Dari Fungsi-Fungsi Analitis Kerentanan.

Kurva Kerapuhan
Kerapuhan secara sederhana dapat dipahami sebagai “kualitas mudah rusak atau hancur.”. Kurva kerapuhan
struktur menurut Hazus-MH adalah fungsi log normal yang menggambarkan probabilitas kerusakan struktural
tertentu dengan memperhitungkan ketidaktentuan yang terkait dengan kapasitas, demand, dan kondisi kerusakan.

2
Hasil dari kurva kerapuhan adalah hubungan dari probabilitas kumulatif dari tiap kondisi kerusakan (sumbu y) pada
tingkat percepatan tanah tertentu (sumbu x). Bentuk matematis untuk kurva kerapuhan adalah :
1 𝑆𝑎 (𝑇)
𝑃(𝐷𝑆 ≥ 𝑑𝑠𝑖 |𝑠𝑎) = Φ ( 𝑙𝑛 ( ))
𝛽 ̅
𝑆𝑎.𝑑𝑠 (𝑇𝑖 )
𝑖

dengan,
Φ = fungsi kumulatif probabilitas,
𝛽 = stadardeviasi untuk ketidaktentuan total dari tiap kondisi kerusakan,
Sa = percepatan spektra,
̅
𝑆𝑎.𝑑𝑠 = nilai tengah percepatan spektra pada saat struktur mengalami kerusakan.
𝑖
Standar deviasi untuk ketidaktentuan total dari tiap kondisi kerusakan (𝛽) merupakan gabungan dari ketidaktentuan
pada nilai batas kondisi kerusakan, ketidaktentuan dalam properti kapasitas struktur yang ditinjau, dan ketidakten-
tuan pada demand yang berupa gerakan tanah. Ketidaktentuan total dari tiap kondisi kerusakan dapat dihitung
dengan persamaan berikut :
2
𝛽 = √(𝐶𝑂𝑁𝑉[𝛽𝐶, 𝛽𝐷, ̅̅̅̅̅̅̅
𝑆𝑑,𝑆𝑑𝑠 ]) + (𝛽𝑑𝑠 )2
dengan:
βc = standar deviasi dari ketidaktentuan kapasitas struktur,
βd = standar deviasi dari ketidaktentuan spektrum demand (βd = 0,45 untuk
periode pendek dan βd = 0,5 untuk periode panjang),
𝛽𝑑𝑠 = standar deviasi dari ketidaktentuan nilai batas kondisi kerusakan, diambil
sebesar 0,4.

Gambar 2 Kurva Kerapuhan

Kurva Kerentanan
Kurva kerentanan menunjukan probabilitas kerusakan yang memperkirakan tingkat kerusakan (sumbu y) yang
berhubungan dengan intensitas gerakan tanah (sumbu x) sebagai faktor probabilitas bersyarat. Untuk menghasilkan
kurva kerentanan dapat dilakukan Seperti yang rekomendasikan dalam HAZUS-MH [FEMA 2003], pendekatan
ini menghasilkan Kurva Kerentanan (Vulnerability curve) dengan menggabungkan Kurva Kerapuhan (Fragility
Curve) dengan besar kumulatif dari damage state yang diberikan (fungsi damage to loss). Oleh karena itu, pertama-
tama perlu untuk mendapatkan kurva kerapuhan di tingkat bangunan global, atau, alternatifnya.
Transformasi kurva kerapuhan menjadi kerentanan dapat dilakukan melalui hubungan probabilitas total berikut :
𝑛

𝐸(𝐶 > 𝑐|𝑖𝑚) = ∑ 𝐸(𝐶 > 𝑐|𝑑𝑠𝑖 ). 𝑃( 𝑑𝑠𝑖 |𝑖𝑚)


𝑖=0
Dengan:
n = jumlah kerusakan yang dipertimbangkan,
P (dsi | im) = probabilitas bangunan yang mengalami damage state i (dsi) yang
diberikan oleh intensitas im;
E(C>c|dsi) = distribusi kumulatif komplementer dari biaya (kerugian) yang diberikan (dsi);
E(C>c|im) = distribusi kumulatif komparatif dari biaya (atau kerugian) yang diberikan di tingkat intensitas im.

3
(a) Kurva kerapuhan dengan n = 4 damage state (b) Kolom probabilitas kerusakan untuk intensitas im
Ds0 = No Damage; ds1 = Slight Damage; ds2 = Moderate Damage; ds3 = Near Collapse; ds4 = Collapse
Gambar 3 Perhitungan Probabilitas Kerusakan Dari Kurva Kerapuhan Untuk Tingkat Pengukuran
Intensitas Gempa Tertentu, IM.

Sebagaimana dibahas di atas, fungsi kerentanan seismik mendefinisikan kerugian sebagai fungsi eksitasi, seperti
intensitas gemetar. Sebaliknya, fungsi kerapuhan seismik mendefinisikan probabilitas dari beberapa kejadian yang
tidak diinginkan (misalnya, kolaps) sebagai fungsi eksitasi. Sebagai contoh, fungsi kerapuhan dapat memberikan
probabilitas bahwa sebuah bangunan akan runtuh, mengingat tingkat getaran tertentu. Fungsi kerentanan analog
akan memberikan faktor kerusakan untuk bangunan (biaya perbaikan dibagi dengan biaya penggantian), mengingat
intensitas guncangan.

Gambar 4 Kurva Kerapuhan (Kiri), Dan Kurva Kerentanan (Kanan)

METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis. Tahapan penelitian meliputi tahap persiapan
dengan studi pustaka dan melakukan pengumpulan data sekunder seperti denah gedung Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta dan properti material yang digunakan. Gedung Rumah Sakit dimodelkan menggunakan software seismo-
struct, dianalisis menggunakan dynamic time history dan menghasilkan kurva kapasitas yang selanjutnya diolah menjadi
kurva spektrum kapasitas yang nanti akan digabungkan dengan data damage state berdasarkan strain limit dan maxi-
mum base shear, dan akan terbentuk kurva fragility. Kurva vulnerability merupakan hasil pengolahan kurva fragility men-
jadi fungsi damage to loss yang digabungkan dengan loss fuction

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pembebanan gempa yang digunakan berupa beban dinamik berwujud akselerogram gempa pada area Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta, untuk grafik akselerogram dapat dilihat pada Gambar 5

4
Gambar 5 Kurva Akselerogram Gempa Pada Daerah Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Berdasarkan hasil analisa menggunakan software seismostruct, didapatkan hasil respon struktur bangunan seperti sep-
erti pada Gambar 6

0.6 0.2
0.4
Displacement (m)
Displacement (m)

0.1
0.2

0 0
0 10 20 30 40 0 10 20 30 40
-0.2
-0.1
-0.4

-0.6 -0.2
Time (s) Time (s)

Gambar 6 Kurva Respon Struktur Moment Frame (Kiri), Dan Kurva Respon Struktur Shear Wall (Kanan)

Berdasarkan Kurva kapasitas pada Gambar 5, dapat diketahui bahwa nilai maksimum struktur moment frame terjadi
saat basae shear sebesar 45869,57 kN, dengan displacement sebesar 0,058 m dan nilai maksimum struktur shear wall
terjadi saat base shear sebesar 60059,81 kN, dengan displacement sebesar 0,144 m. Jangkauan displacement kurva kapa-
sitas moment frame lebih besar dibandinkan dengan kurva kapasitas shear wall karena struktur shear wall lebih kaku
(rigid) dibandingkan dengan struktur moment frame.
Berikut adalah hasil dari damage state yang diperoleh melalui strain level pada Tabel 1 dan maximum base shear pada
Tabel 2

Tabel 1. Damage State Berdasarkan Strain Level


No. Damage State Moment Frame, Sd (m) Shear Wall, Sd (m)
1. Slight 0,0004 0,0356
2. Moderate 0,0280 0,0553
3. Extensive 0,1884 0,0910
4. Complete 0,2526 0,1060

Tabel 2. Damage State Berdasarkan Maximum Base Shear


No. Damage State Moment Frame, Sd (m) Shear Wall, Sd (m)
1. Slight 0,0280 0,0736
2. Moderate 0,0582 0,0917
3. Extensive 0,1459 0,1003

Dari data kurva kapasitas yang didapat diubah menjadi spektrum kapasitas dan disatukan dengan damage state ber-
dasarkan strain level dan maximum base shear, didapatkan kurva fragility sebagai berikut.

5
1

0.8

Probabilitas (%)
0.6

0.4

0.2

0
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00
Sa (g)
Moment Frame SLIGHT MODERATE EXTENSIVE COMPLETE
Shear Wall SLIGHT MODERATE EXTENSIVE COMPLETE

Gambar 7 Kurva Fragility General Struktur Gedung Moment Frame dan Gedung Shear Wall Berdasarkan Strain Level

1.0

0.8
Probabilitas (%)

0.6

0.4

0.2

0.0
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00
Sa (g)
Moment Frame SLIGHT MODERATE EXTENSIVE
Shear Wall SLIGHT MODERATE EXTENSIVE
Gambar 8. Kurva Fragility General Struktur Gedung Moment Frame dan Gedung Shear Wall Berdasarkan Maximum
Base Shear

Hasil kurva fragility pada Gambar 7 memperlihatkan bahwa probabilitas terjadinya kerusakan pada struktur gedung
dengan shear wall lebih kecil dibandingkan dengan probabilitas kerusakan struktur gedung moment frame. Sebagai
contoh, dari Gambar 6, pada saat Sd sebesar 0,10 m probabilitas terjadi kerusakan moderate pada struktur gedung
shear wall sebesar 72,35%, dan pada struktur moment frame sebesar 90,25%. Terlihat jelas bahwa adanya perbedaan
sebesar 72-90% diantara kerusakan moderate struktur shear wall dan struktur moment frame. Pada Gambar 8
memperlihatkan bahwa probabilitas terjadinya kerusakan pada struktur gedung dengan shear wall lebih kecil
dibandingkan dengan probabilitas kerusakan struktur gedung moment frame. Sebagai contoh, dari Gambar 7, pada
saat Sd sebesar 0,10 m probabilitas terjadi kerusakan moderate pada struktur gedung shear wall sebesar 53,46%, dan
pada struktur moment frame sebesar 70,90%. Terlihat jelas bahwa adanya perbedaan sebesar 54-71% diantara
kerusakan moderate struktur shear wall dan struktur moment frame.
Dari hasil kurva fragility yang diperoleh, dibentuk menjadi fungsi damage to loss dan dihubungkan dengan loss function
Negara Turkey berdasarkan Bal, et al (2008) terbentuklah kurva vulnerability sebagai berikut.

6
1.2

Probabilitas (%)
0.8

0.6

0.4

0.2

0
0 0.5 1 1.5 2
Sd (m)
Vulnerability Shear Wall Vulnerability Open Frame

Gambar 9. Kurva Vulnerability Struktur Gedung Moment Frame dan Shear Wall Berdasarkan Strain Level
1.2

1
Probabilitas (%)

0.8

0.6

0.4

0.2

0
0 0.5 1 1.5 2
Sd (m)
Vulnerability Open Frame Vulnerability Shear Wall

Gambar 10. Kurva Vulnerability Struktur Gedung Moment Frame dan Shear Wall Berdasarkan Maximum Base Shear

Pada Gambar 9 dapat dilihat bahwa kurva kerentanan struktur bangunan moment frame lebih kecil dibandingkan
dengan kurva kerentanan struktur bangunan shear wall. Hal ini dikarenakan batas kerusakan (damage state) yang di
gunakan berdasarkan kriteria performa pada software Seismostruct menunjukan kerusakan yang terjadi pertama kali
pada struktur. Tidak menunjukan kerusakan pada struktur secara global. Sehingga probabilitas kerusakan yang
terjadi pada batas kerusakan rusak sedang, rusak berat, dan hancur untuk pertama kali terjadi pada struktur gedung
shear wall jika dibandingkan dengan struktur gedung moment frame. Sedangkan pada Gambar 10 didapatkan hal yang
sama dikarenakan karakteristik kerusakan pada struktur bangunan shear wall berbeda dengan karakteristik kerusakan
pada struktur bangunan moment frame. Walaupun kurva kerentanan yang terbentuk untuk struktur gedung shear wall
lebih besar dibandingkan dengan struktur gedung moment frame. Tidak dapat disimpulkan bahwa bangunan shear wall
lebih rentan terhadap gempa dibandingkan dengan gedung moment frame karena tidak digambarkan secara global.

SIMPULAN
Hasil dari kurva kerapuhan berdasarkan strain level dan max. base shear memperlihatkan bahwa probabilitas terjadinya
kerusakan pada struktur gedung dengan shear wall lebih kecil dibandingkan dengan probabilitas kerusakan struktur
gedung moment frame. Sebagai contoh, dari pada saat Sd sebesar 0,10 m probabilitas terjadi kerusakan moderate pada
struktur gedung shear wall sebesar 72,35% dan 53,46%, dan pada struktur moment frame sebesar 90,25% dan 70,90%.
Terlihat jelas bahwa adanya perbedaan sebesar 72-90% dan 54%-71% diantara kerusakan moderate struktur shear
wall dan struktur moment frame. Hasil dari kurva kerentanan berdasarkan strain level dan max. base shear dapat dilihat
bahwa kurva kerentanan struktur bangunan open frame lebih kecil dibandingkan dengan kurva kerentanan struktur
bangunan shear wall. Hal ini dikarenakan batas kerusakan (damage state) yang di gunakan berdasarkan kriteria
performa pada software Seismostruct menunjukan kerusakan yang terjadi pertama kali pada struktur, tidak
menunjukan kerusakan pada struktur secara global. Nilai probabilitas biaya kerusakan struktur gedung shear wall
sebesar 64,12% dan probabilitas biaya kerusakan struktur gedung moment frame sebesar 49,85% berdasarkan strain
level jika perpindahan gempa terjadi sebesar 0,1 m dan probabilitas biaya kerusakan struktur gedung shear wall sebesar

7
57,01% dan probabilitas biaya kerusakan struktur gedung moment frame sebesar 77,19% berdasarkan maximum base
shear jika perpindahan gempa terjadi sebesar 0,1 m.

REKOMENDASI
1. Perlu penelitian lebih lanjut pada model struktur bangunan dengan sistem penahan beban latereal lainnya
seperti sistem braced frame, Wrapping, dll untuk mendapatkan kurva kerentanan yang dapat digunakan untuk
menentukan resiko gempa (seismic risk).
2. Mencari RAB struktur gedung dan melakukan analisis kerugian (loss analysis), agar kurva vulnerability yang
dihasilkan lebih kredibel.
3. Kurva vulnerability sebaiknya menghubungkan probabilitas biaya kerusakan dengan percepatan gempa (Sa),
sehingga dapat dihubungkan dengan besarnya bahaya gempa (seismic hazard) untuk menentukan besarnya
resiko gempa (seismic risk).

UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih pertama ditujukan kepada Tuhan atas berkat-Nya selama penelitian ini. Selanjutnya kepada
Bapak Dr. Senot Sangadji S.T., M.T dan Bapak Prof. Stefanus Adi Kristiawan S.T., M.Sc., Ph.D. selaku dosen
pembimbing yang telah memberi arahan dan masukan dalam penelitian ini. Selain itu penulis juga berterimakasih
kepada kedua orang tua yang selalu mendukung dan memotivasi, serta kepada Rn. Claresta Vania yang memberi
semangat serta membantu segala keperluan penelitian ini.

REFERENSI
Applied Technology Council. (1985), ATC-13 Earthquake Damage Evaluation Data for California, Washington, D.C.
Tjasyono, Bayong HK. 2006. Pengantar Ilmu Kebumian, Penerbit ITB, Bandung
Brzev, S., Scawthorn, C., Charleson, A.W., and Jaiswal, K. (2012), GEM basic building taxonomy. Report produced in the
context of the GEM Ontology and Taxonomy Global Component project, 45 pp.
Bal, I.E., Crowley, H. and Pinho, R., (2008), Detail assessment of structural characteristics of Turkish RC buildings stock for
loss assessment models, Soil Dynamic and Earthquake Engineering, 28, 914-932.
D’Ayala, D., and Meslem, A. (2013a), Guide for selection of existing fragility curves and compilation of the database”, GEM
Technical Report 2013-X, GEM Foundation.
D’Ayala, D., and Meslem, A. (2013c), Derivation of analytical vulnerability functions considering modeling
uncertainties, Proceedings of the 11th International Conference on Structural Safety & Reliability, New York.
D’Ayala, D., A. Meslem, D. Vamvatsikos, K. Porter, T. Rossetto, 2015. Guidelines for Analytical Vulnerability
Assessment of low/mid--‐rise Buildings, Vulnerability Global Component project.
Federal Emergency Management Agency (FEMA P-58) (2012), Seismic Performance Assessment of Buildings, ATC-58, Applied
Technology Council, Washington, D.C.
Federal Emergency Management Agency (FEMA) (2003), HAZUS-MH - Multi-hazard loss estimation methodology,
Technical and user’s manual, Washington, DC.
HAZUS 99, 1999. Earthquake Loss Estimation Methodology, HAZUS99 Service Release 1 (SR1) Technical Manual,
developed by the Federal Emergency Management Agency, Washington, D.C. through agreements with the National
Institute of Building Sciences, Washington, D.C.
Kazantzi, A., Vamvatsikos, D., And Porter, K. (2014) Analytical Vulnerability Assessment of Modern Highrise Rc Moment-
Resisting Frame Buildings In The Western Usa For The Global Earthquake Model, Washington, DC.
Nugroho, Fajar. (2017), Pengaruh Dinding Geser Terhadap Perencanaan Kolom Dan Balok Bangunan Gedung
Beton Bertulang. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Padang, Padang, Indonesia.
Nur A,Gita. 2011. Diagrafma dan Dinding Geser. Jakarta
Porter, K., 2018. A Beginner’s Guide to Fragility, Vulnerability, and Risk. University of Colorado Boulder, 110 pp.,
Porter, K. 2013. Earthquake Engineering Handbook Chapter 21 “Seismic Vulnerability”. Pasadena, California
Porter, K.A., Farokhnia, K., Cho, I.H., Rossetto, T., Ioannou, I., Grant, D., Jaiswal, K., Wald, D., D’Ayala, D.,
Meslem, A., n.d. Global Vulnerability Estimation Methods for the Global Earthquake Model 9. 15 WCEE LISBOA
2012
Porter K., K. Farokhnia, D. Vamvatsikos and I. Cho. 2015. Guidelines for componentbased analytical vulnerability assessment
of buildings and nonstructural elements Version 1, Global Methods Models.
Silva, V., Varum, H., Crowley, H., Sousa, R., Pinho, R., n.d. Evaluation of Analytical Methodologies to Derive Vulnerability
Functions 10. 15 WCEE LISBOA 2012
Team Pusat Studi Gempa Nasional, 2017. Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017. Jakarta,
Indonesia
Warsa R, Muhammad. (2016), Efek Penambahan Shearwall Berbentuk L Pada Bangunan Rusunawa Unand.
Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang, Indonesia.
8

You might also like