Professional Documents
Culture Documents
Abstract
I. Pendahuluan
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang sering ditemui pada
sejumlah besar populasi dan menyebabkan peningkatan resiko terjadinya
penyakit jantung dan pembuluh darah1. Tekanan darah yang tinggi biasanya
disertai dengan penyakit metabolik dan diabetes mellitus 2. Hipertensi
merupakan faktor resiko yang dapat dicegah tetapi pengetahuan mengenai
1
patogenesisnya sehingga dapat menyebabkan kerusakan target organ akhir dan
kelainan vaskular belum banyak diketahui3. Diagnosis dan evaluasi tekanan darah
kebanyakan dilakukan pada jam kerja di pagi hari sehingga perlu dipikirkan untuk
memperkirakan tingginya tekanan darah yang sebenarnya. Walau begitu, deviasi
standar tekanan darah sistolik pagi hari pada setiap individu berkisar antara 10
sampai 20 mmHg jika diukur pada beberapa kunjungan klinik yang berbeda 4.
Beberapa artifak dapat mempengaruhi pengukuran tekanan darah pada
jam kerja. Faktor – faktor lingkungan seperti tempat kerja dokter, status fisiologis
dan emosi pasien dan beberapa faktor perancu dapat mempengaruhi nilai
tekanan darah yang sebenarnya. Pengukuran tekanan darah di rumah dapat
digunakan untuk mengurangi kesalahan yang terjadi, tetapi cara ini tidak dapat
digunakan untuk mengukur tekanan darah pada malam hari dan tekanan darah
yang turun selama tidur malam.
Subjek yang normotensif biasanya memiliki irama sirkadian yang jelas
dimana tekanan darah akan lebih tinggi pada siang hari dan lebih rendah pada
malam hari. Profil sirkadian terdiri dari penurunan tekanan darah pada waktu
malam yang disebut dipping dan peningkatan tekanan darah pada dini hari. Pola
dipping pertama kali dipaparkan oleh O’Brien et al. pada tahun 19885. Hubungan
antara kurangnya fenomena dipping (disebut juga non dipping) dan kejadian
kardiovaskular yang tidak diharapkan telah dilaporkan secara luas dalam
berbagai macam penelitian6. Beberapa penelitian juga telah membuktikan
adanya hubungan antara pola nondipping dengan adanya diabetes mellitus7.
ABPM adalah sebuah metode pengulangan pengukuran tekanan darah
yang dapat memberikan evaluasi data – data profil tekanan darah sirkadian
selama aktifitas normal sehari – hari dan selama subjek tidur, berbeda dengan
pengukuran tekanan darah yang konvensional. ABPM dapat menunjukkan data
tekanan darah yang lebih akurat dan spesifik pada pasien yang dicurigai atau
telah diketahui menderita tekanan darah tinggi 8. Kelebihan ABPM jika
dibandingkan dengan pengukuran tekanan darah di klinik untuk memprediksi
mortalitas dan morbiditas kardiovaskular diketahui tidak memiliki hubungan
dengan hasil pengukuran tekanan darah yang diukur pada jam kerja 9. Secara
2
khusus nilai tekanan darah pada malam hari memiliki peran khusus untuk
memprediksi adanya komplikasi kardiovaskular10. Pada makalah ini selanjutnya
akan dibahas mengenai implikasi klinis pola tekanan darah dipping dan non
dipping pada pengukuran menggunakan ABPM sehingga diharapkan dengan
pengetahuan yang baik mengenai pola tekanan darah ini, kita dapat
memperbaiki manajemen pasien dengan tekanan darah tinggi yang pada tahap
lanjut diharapkan dapat digunakan untuk mencegah mortalitas dan morbiditas
kardiovaskular dengan lebih baik.
II. Pengukuran tekanan darah di tempat kerja dokter dan diluar tempat kerja
dokter
Menentukan tingkatan tekanan darah menggunakan
sphygmomanometer raksa dan stetoskop telah dilakukan sejak abad ke sembilan
belas. Pengukuran tekanan darah saat jam kerja memberikan informasi
mengenai tekanan darah sesaat dan sudut pandang potong lintang mengenai
tekanan darah diurnal. Walau begitu, tekanan darah merupakan keadaan yang
bersifat kontinyu dimana pada sebagian besar orang bervariasi setiap harinya
dan dapat dipengaruhi oleh kondisi fisiologis dan lingkungan. Sebagai tambahan,
tekanan darah saat jam kerja menunjukkan bias yang cukup besar baik itu
intraobserver maupun interobserver11. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
hasil pengukuran ini, seperti berbicara saat pengukuran tekanan darah, gagalnya
menyediakan periode istirahat sebelum pengukuran dilakukan, terpapar sakit flu,
ukuran manset yang terlalu kecil maupun terlalu besar, posisi pasien yang salah
terkait dengan tingginya level jantung, pengkempisan manset yang terlalu cepat
dan pengukuran tekanan darah secara bergiliran oleh pengukur tekanan darah
yang sama12. ABPM dapat memberikan data yang mendekati nilai tekanan darah
yang sebenarnya dengan lebih akurat jika dibandingkan dengan pengukuran
tekanan darah pada saat jam kerja, sehingga metode ini disarankan sebagai
standar referensi untuk mendiagnosis hipertensi13.
8
Menurut O’Brien et al, pengukuran menggunakan ABPM harus
mengandung > 14 tekanan darah sistolik dan diastolik pada siang hari dan > 7
pengukuran pada malam hari. Nilai ABPM untuk menentukan tekanan darah
yang normal dan tekanan darah yang meningkat berbeda dengan pengukuran
tekanan darah di klinik. Berdasarkan eviden dari sebuah penelitian,
direkomendasikan rata – rata hasil pengukuran tekanan darah dengan ABPM
sebesar < 135/85 pada siang hari, < 120/70-75 pada malam hari dan < 130/80
selama periode 24 jam. Teknik yang buruk, manset yang tidak sesuai, instruksi
yang kurang baik pada pasien, aritmia, volume nadi yang kecil dan
ketidakmampuan alat untuk mengukur tekanan darah dapat menyebabkan
kegagalan pada penelitian39.
9
Gambar 1. Fenomena Dipping42
Pada pola dipping yang normal, penurunan tekanan darah selama
malam hari berkisar > 10% (dipper). Pada pola nondipping, penurunan tekanan
darah pada malam hari jika dibandingkan dengan tekanan darah siang hari
berkisar < 10% (nondipper). Beberapa subjek dapat diklasifikasikan sebagai
dippers ekstrem (penurunan tekanan darah nokturnal >20%) atau inverse dippers
atau risers ketika tekanan darah saat tidur lebih tinggi dari tekanan darah saat
terjaga43.
Tabel 2. Tekanan darah dan pola dipping40-43
Pola dipping Perbedaan TD siang/malam hari (%)*
Normal 10-20%
Nondipping <10%
Extreme dipping >20%
Inverse dipping <0%
*(Rata – rata TD terjaga – rata – rata TD tidur/ rata – rata TD terjaga) x 100
Nilai prediktif dari fenomena dipping dan nilai prognostik negatif dari
penurunan tekanan darah malam hari telah secara luas diterima oleh kalayak
medis36. Boggia et al. menyimpulkan pada analisis data dasar internasional
dengan sekala besar mereka yang terdiri dari 7.458 subjek penelitian bahwa
tekanan darah malam hari terbukti berhubungan dengan kejadian fatal pada
akhir penelitian dan total prediksi rasio malam dan siang, mortalitas
kardiovaskular dan non kardiovaskular 49. Pada pola nondipping, setiap
12
peningkatan 10 mmHg tekanan darah sistolik malam hari, rata – rata resiko
mortalitas meningkat menjadi 21%50.
VIII. Ringkasan
Hipertensi merupakan masalah kesehatan utama di dunia yang dengan
mudah dapat ditemui di setiap populasi yang diteliti dan juga dapat
meningkatkan resiko untuk terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah.
Beberapa artifak dapat mempengaruhi pengukuran tekanan darah di klinik
seperti waktu pengukurannya, lingkungan pengukuran, serta status fisiologis dan
mental pasien. ABPM adalah sebuah metode pengukuran tekanan darah
berulang – ulang yang memungkinkan evaluasi profil ritme tekanan darah
sirkadian selama aktifitas harian yang normal dan selama tidur, sangat bertolak
belakang dengan pengukuran tekanan darah yang konvensional. Kelebihan
ABPM jika dibandingkan pengukuran klinis untuk memprediksi mortalitas
kardiovaskuler dan keluaran klinis telah dibuktikan tidak berhubungan dengan
tekanan darah klinis. Subjek yang normotensif memiliki ritme tekanan darah
diurnal yang jelas dengan ciri – ciri penurunan tekanan darah selama tidur dan
peningkatan tekanan darah pada pagi hari. Dipping dikenal sebagai variabel
kategorikal untuk mengklasifikasikan populasi berdasarkan nilai tekanan darah
siang hari dan malam hari. Pola dipping telah dibuktikan tidak berhubungan
dengan tekanan darah klinis. Subjek yang normotensif memiliki ritme tekanan
darah diurnal yang jelas dengan ciri – ciri penurunan tekanan darah selama tidur
dan peningkatan tekanan darah pada pagi hari. Pada pola dipping yang normal,
penurunan tekanan darah selama malam hari >10%. Pada pola nondipping
penurunan tekanan darah pada malam hari jika dibandingkan tekanan darah
siang hari sebesar <10%. Status nondipping telah dihubungkan dengan beberapa
faktor resiko kardiovaskular. Pola nondipping juga dipercaya menjadi variabel
prediktor yang penting untuk menentukan morbiditas dan mortalitas
kardiovaskular serta kerusakan target organ. Nilai prediktif dari fenomena
dipping dan nilai prognostik negatif dari penurunan tekanan darah pada malam
hari telah diterima secara luas di kalangan medis. ABPM menjadi alat yang
13
penting untuk menentukan kepentingan terapi dan prognostik dengan
mendeteksi pola tekanan darah dipping dan nondipping.
DAFTAR PUSTAKA
15
34. Gupta AK, Cornelissen G, Greenway FL, Dhoopati V, Halberg F & Johnson WD.
Abnormalities in circadian blood pressure variability and endothelial function:
pragmatic markers for adverse cardiometabolic profiles in asymptomatic obese
adults. 2010. Cardiovasc Diabetol 9:58.
35. Clement DL, De Buyzere ML, De Bacquer DA, de Leeuw PW, Duprez DA, Fagard RH,
Gheeraert PJ, Missault LH, Braun JJ, Six RO, Van Der Niepen P, O'Brien E & Office
versus Ambulatory Pressure Study Investigators. Prognostic value of ambulatory
blood-pressure recordings in patients with treated hypertension. 2003. N Engl J
Med 348(24): 2407–2415.
36. Fagard RH. Dipping pattern of nocturnal blood pressure in patients with
hypertension. 2009. Expert Rev Cardiovasc Ther 7(6): 599–605.
37. Lovibond K, Jowett S, Barton P, Caulfield M, Heneghan C, Hobbs FD, Hodgkinson J,
Mant J, Martin U, Williams B, Wonderling D & McManus RJ. Cost-effectiveness of
options for the diagnosis of high blood pressure in primary care: a modelling study.
2011. Lancet 378(9798): 1219–1230.
38. Pickering TG, Shimbo D & Haas D. Ambulatory blood-pressure monitoring. 2006. N
Engl J Med 354(22): 2368–2374.
39. O'Brien E, Beevers G & Lip GY ABC of hypertension. Blood pressure measurement.
Part III-automated sphygmomanometry: ambulatory blood pressure measurement.
2001. BMJ 322(7294): 1110–1114.
40. Kaya MG, Yarlioglues M, Gunebakmaz O, Gunturk E, Inanc T, Dogan A, Kalay N &
Topsakal R. Platelet activation and inflammatory response in patients with non-
dipper hypertension. 2010. Atherosclerosis 209(1): 278–282.
41. Hermida RC, Ayala DE, Fernandez JR & Calvo C. Chronotherapy improves blood
pressure control and reverts the nondipper pattern in patients with resistant
hypertension. 2008. Hypertension 51(1): 69–76.
42. Vasunta, Riitta-Liisa, Ambulatory blood pressure. Association with metabolic risk
indicators, renal function and carotid artery atherosclerosis. 2012. Acta
Universitatis Ouluensis D Medica 1178.
43. Fogari R, Zoppi A, Malamani GD, Lazzari P, Destro M & Corradi L. Ambulatory blood
pressure monitoring in normotensive and hypertensive type 2 diabetes. Prevalence
of impaired diurnal blood pressure patterns. 1993. Am J Hypertens 6(1): 1–7.
44. Profant J, Mills PJ & Dimsdale JE. Nocturnal blood pressure dipping and
betaadrenergic receptor sensitivity. 2002. Am J Hypertens 15(4 Pt 1): 364–366.
45. Cuspidi C, Meani S, Lonati L, Fusi V, Valerio C, Sala C, Magnaghi G, Maisaidi M &
Zanchetti A. Short-term reproducibility of a nondipping pattern in type 2 diabetic
hypertensive patients. 2006. J Hypertens 24(4): 647–653.
46. de la Sierra A, Redon J, Banegas JR, Segura J, Parati G, Gorostidi M, de la Cruz JJ,
Sobrino J, Llisterri JL, Alonso J, Vinyoles E, Pallares V, Sarria A, Aranda P, Ruilope LM
& Spanish Society of Hypertension Ambulatory Blood Pressure Monitoring Registry
Investigators. Prevalence and factors associated with circadian blood pressure
patterns in hypertensive patients. 2009. Hypertension 53(3): 466–472.
47. Sommer S, Aral-Becher B & Jost W. Nondipping in Parkinson's disease. 2011.
Parkinsons Dis 2011: 897586.
48. Kario K, Pickering TG, Matsuo T, Hoshide S, Schwartz JE & Shimada K. Stroke
prognosis and abnormal nocturnal blood pressure falls in older hypertensives. 2001.
Hypertension 38(4): 852–857.
49. Boggia J, Li Y, Thijs L, Hansen TW, Kikuya M, Bjorklund-Bodegard K, Richart T,
Ohkubo T, Kuznetsova T, Torp-Pedersen C, Lind L, Ibsen H, Imai Y, Wang J, Sandoya
E, O'Brien E, Staessen JA & International Database on Ambulatory blood pressure
16
monitoring in relation to Cardiovascular Outcomes (IDACO) investigators.
Prognostic accuracy of day versus night ambulatory blood pressure: a cohort study.
2007. Lancet 370(9594): 1219– 1229.
50. Dolan E, Stanton A, Thijs L, Hinedi K, Atkins N, McClory S, Den Hond E, McCormack
P, Staessen JA & O'Brien E. Superiority of ambulatory over clinic blood pressure
measurement in predicting mortality: the Dublin outcome study. 2005.
Hypertension 46(1): 156–161.
17