Professional Documents
Culture Documents
1)
Mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan
2)
Dosen Program Studi Teknologi Pangan
ABSTRACT
This study aims to evaluate the proportion of taro flour to produce
the best noodles based on the physical characteristics and preferences by
panelists. This study uses a completely randomized design with 4 treatments
A (100% wheat flour) as a control, B (80% taro flour: 20% wheat flour), C
(70% taro flour: 30% wheat flour), D (60% taro flour: 40% wheat flour).
The parameters analyzed were water absorption, elasticity, cooking time,
cooking loss, moisture content, antioxidant activity and acceptance level of
the panelists. From the results of the research on testing the physical
properties of taro noodles with water absorbency an average value of
90.40%, elasticity obtained an average value of 15.87%, cooking time
obtained an average value of 210.67 seconds, cooking loss obtained value
on average 21.37% and water content obtained an average value of 24.83%.
Meanwhile, the antioxidant activity of taro noodles is classified as weak,
namely the IC50 value is 225.82 µg / ml. For organoleptic tests, the average
panelist gave likes value for color and neutral for smell, but they did not like
the taste and texture of wet noodles made from taro flour with the addition
of red spinach juice.
PENDAHULUAN
Mie merupakan salah satu produk orang dewasa. Menurut Murniyati, dkk.,
pangan yang banyak diminati masyarakat (2010), konsumsi mie di Indonesia tercatat
Indonesia, mulai dari anak-anak sampai terbesar kedua di dunia setelah RRC.
1
Sifat Fisik dan Organoleptik Mie……..Meiheski R. Rara, dkk.
Volume impor gandum atau terigu sebagai menurunnya fungsi ginjal, aterosklerosis,
bahan baku pembuatan mie terus osteoporosis dan lain-lain. Selain itu,
meningkat. Berdasarkan data Asosiasi penambahan bayam merah pada produk
Tepung Terigu Indonesia (APTINDO) pangan akan memberikan warna yang
volume impor gandum Indonesia pada menarik.
2017 naik sekitar 9% menjadi 11,48 juta Berdasarkan latar belakang tersebut,
ton dari tahun sebelumnya dengan nilai maka dilakukan penelitian mengenai
US$ 2,65 miliar pengembangan produk mie basah dari
Upaya untuk mengurangi impor tepung talas untuk mengurangi
terigu dapat dilakukan dengan ketergatungan terhadap tepung terigu dan
memberdayakan pangan lokal termasuk potensi mie sebagai pangan fungsional
talas. Talas (Colocasia esculenta) dengan parameter uji karakteristik fisik,
termasuk sumber penghasil karbohidrat aktivitas antioksidan dan uji organoleptik.
non beras dari golongan umbi-umbian,
dengan kandungan karbohidrat yang METODE PENELITIAN
tinggi, terutama pati yaitu 80%
(Rahmawati, dkk., 2012). Dengan Tempat dan Waktu Penelitian
kandungan pati yang tinggi, maka talas Penelitian ini dilakukan di
dapat dimanfaatkan sebagai pengganti Laboratorium Ilmu Pangan, Laboratorium
sebagian dari fungsi terigu dalam Paska Panen Jurusan Teknologi Pertanian,
pembuatan produk pangan. Untuk Fakultas Pertanian dan Laboratorium
mempermudah penggunaan dan Analisis Ilmu Farmasi Universitas Sam
memperpanjang umur simpan, umbi talas Ratulangi sejak bulan Oktober 2018
diolah menjadi tepung talas. Tepung talas sampai dengan bulan April 2019.
yang tergolong halus dan mudah dicerna,
berguna untuk pembuatan kue kering, kue Bahan dan Alat
basah, roti dan mie (Suhaeni, 2007). Bahan yang digunakan dalam
Beberapa penelitian telah dilakukan penelitian ini adalah umbi talas yang
menggunakan tepung talas seperti mie diolah menjadi tepung talas menggunakan
basah, mie instan, roti (Permatasari, metode penggilingan kering, sari bayam
dkk.,2009; Gumilang, dkk., 2015; Pratiwi, merah yang diperoleh dari Sulawesi utara
dkk.,2017). Namun, tepung talas tidak dan tepung terigu.
mengandung gluten yang membuat mie Alat yang digunakan pada
elastis, sehingga pada pembuatan produk penelitian ini terdiri dari cabinet dryer,
seperti mie, perlu adanya penambahan oven listrik, timbangan, blender, slicer,
bahan yang mengandung gluten seperti kompor, roll press.
tepung terigu.
Bayam merah manado (Amaranthus Rancangan Penelitian
blitum) dapat dimanfaatkan sebagai Penelitian ini dilakukan dengan
produk pangan fungsional karena menggunakan Rancangan Acak Lengkap
memiliki kandungan antioksidan yaitu (RAL) dengan masing-masing perlakuan
betalain, karotenoid, vitamin C, flavonoid ditambahkan sari bayam merah sebanyak
dan polifenol (Wiyasihati dan Kristanti, 40 ml yang terdiri dari 4 perlakuan dengan
2016). Antioksidan merupakan senyawa proporsi tepung talas dan terigu yang
yang berfungsi mengikat pembentukan berbeda berbeda:
radikal bebas. Radikal bebas dalam tubuh
dapat menyebabkan penyakit degeneratif A: 100% Tepung Terigu (kontrol)
seperti serangan jantung, kanker, katarak, B: 80% Tepung Talas + 20% Tepung
Terigu
2
Jurnal Teknologi Pertanian Volume 10, Nomor 2, Juni
2019
selama 5 menit. Sampel dipanaskan aroma dan tekstur dengan skala penilaian
kembali dalam oven selama 30 menit, (1) Sangat tidak suka; (2) Tidak suka; (3)
didinginkan dalam eksikator dan Netral; (4) Suka; (5) Sangat suka.
ditimbang (diulangi sampai berat sampel
konstan). HASIL DAN PEMBAHASAN
𝑊𝑜 − 𝑊1 Daya Serap Air (DSA)
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 % = × 100% Daya serap air mie basah dari
𝑊𝑜
Keterangan : tepung komposit talas dan terigu dengan
Wo = Berat awal sampel (g) penambahan sari bayam merah berkisar
W1 = Berat kering sampel antara 90,40% – 114,88% dapat dilihat
(g) pada Gambar 1
106
Jurnal Teknologi Pertanian Volume 10, Nomor 2, Juni
2019
dihomogenkan, sehingga daya serap hal tersebut, proses pemasakan juga akan
airnya semakin tinggi. Hal tersebut sesuai berpengaruh terhadap gelatinisasi dan
dengan pendapat Tam, dkk (2004), bahwa koagulasi protein yang dapat membentuk
jika suatu bahan mudah dan cepat sifat elastisitas mie basah.
dihomogenkan, maka akan cenderung
memiliki kadar air yang tinggi. Cooking Time
Cooking time mie basah dari tepung
Elastisitas komposit talas dan terigu dengan
Elastisitas mie basah dari tepung penambahan sari bayam merah berkisar
komposit talas dan terigu dengan antara 124,33 detik – 210,67 detik dapat
penambahan sari bayam merah berkisar dilihat pada Gambar 3.
Rata-rata Elastisitas(%)
450.00 450.33
35 (d)
30 400.00
32,22
25
20 (c) 350.00
15
10 300.00
210.67
5 15,87
189.00 (c)
(b)
0 250.00
150.00
ABCD
A PBerlakuaCn D
Perlakuan BNT100.00
1% = 6,84 (*) Notasi yang berbeda menunjukkan
BNT 1% = 5,77 (*) Notasi yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata
50.00
adanya perbedaan yang nyata
Gambar0.00 3. Nilai Rata-rata Cooking Time
Gambar 2. Nilai Rata-rata Elastisitas (%) (detik) Mie Talas
Mie Talas
Hasil uji sidik ragam menunjukkan Hasil uji sidik ragam menunjukkan
bahwa perlakuan tepung komposit talas adanya perbedaan sangat nyata dari
dan terigu terhadap mie basah perlakuan tepung komposit talas dan
memberikan pengaruh yang berbeda terigu terhadap cooking time mie basah.
sangat nyata terhadap elastisitas. Cooking time paling cepat terdapat pada
Elastisitas terendah terdapat pada perlakuan B (80% tepung talas : 20%
perlakuan B (80% tepung talas : 20% tepung terigu) dan terlama terdapat pada
tepung terigu) dan tertinggi terdapat pada perlakuan D (60% tepung talas : 40%
perlakuan D (60% tepung talas : 40% tepung terigu), diikuti perlakuan C (70%
tepung terigu) diikuti perlakuan C (70% tepung talas : 30% tepung terigu).
tepung talas : 20% tepung terigu). Semakin banyak jumlah tepung talas,
Semakin sedikit penambahan tepung cooking time mie basah semakin cepat.
terigu semakin rendah elastisitas mie Hal ini sesuai dengan daya serap air mie
basah. Semakin banyak penambahan basah yang semakin meningkat dengan
tepung talas pada mie basah, semakin meningkatnya penambahan tepung talas.
rendah elastisitasnya. Hal ini karena Air yang tinggi masuk kedalam mie basah
kandungan gluten semakin menurun saat pemasakan menyebabkan cooking
menyebabkan mie mudah patah. Selain time akan semakin cepat.
107
Sifat Fisik dan Organoleptik Mie……..Meiheski R. Rara, dkk.
Kadar Air(%)
25
Cooking Loss (%)
5
0 A B C D
Perlakuan
0
Gambar 5. Nilai rata-rata kadar air (%) mie
A B C D talas
Perlakuan
BNT 1% = 2,59 (*) Notasi yang berbeda
menunjukkan adanya perbedaan yang nyata Hasil uji sidik ragam menunjukkan
tidak adanya perbedaan nyata perlakuan
Gambar 4. Nilai rata-rata Cooking Loss (%) terhadap kadar air mie basah. Kadar air
mie talas tertinggi terdapat pada perlakuan B (80%
tepung talas : 20% tepung terigu) dan
Hasil uji sidik ragam menunjukkan terendah terdapat pada perlakuan D
adanya perbedaan nyata dari perlakuan (24,83). Tingginya kadar air pada mie
tepung komposit talas dan terigu terhadap basah diduga karena adanya kandungan
cooking loss mie basah. Cooking loss serat dari sari bayam merah dimana serat
tertinggi terdapat pada perlakuan B(80% mempunyai sifat yang hidrokoloid yang
tepung talas : 20% tepung terigu) dan mampu mengikat air. Selain itu, pati yang
terendah terdapat pada perlakuan D(60% terdapat pada bahan cenderung suka air
tepung talas : 40% tepung terigu), diikuti (hidrofil), karena jumlah gugus hidrofil
perlakuan C(70% tepung talas : 30% dalam molekul pati sangat besar sehingga
tepung terigu). Tingginya cooking loss kemampuan dalam menyerap air juga
dipengaruhi oleh kurangnya kandungan besar yang menyebabkan air berada dalam
protein pada mie basah, karena protein butir-butir pati dan tidak dapat bergerak
berfungsi membentuk viskositas dan bebas (Winarno, 2002).
mengikat bahan sehingga tidak mudah
larut dalam air. Kurangnya gluten akan Aktivitas Antioksidan
membuat jaringan dalam mie basah Gambar 6 menunjukkan bahwa
melemah, sehingga sebagian padatannya aktivitas antioksidan mie dari tepung
mudah larut dalam air saat pemasakan. komposit talas dan terigu dengan
Mie yang baik memiliki cooking loss yang penambahan sari bayam merah tergolong
rendah (Engelen, 2015). lemah dilihat dari nilai IC50 yg lebih besar
dari 200 µg/ml. IC50 didapat dari
Kadar Air
penyelesaian persamaan regresi Y
Kadar air mie basah dari tepung
=0,0151X + 46,69 dimana Y adalah
komposit talas dan terigu dengan
persentasi penghambatan 50% (0,5) dan X
108
Jurnal Teknologi Pertanian Volume 10, Nomor 2, Juni
2019
70 (Lingga, 2010).
60
y = 0.0151x + 46.59
50 R² = 0.9679
40 4
30 3.5
20 3 3.56
10
Warna 3.48 3.44 3.40
2.5
0 2
1.5
1
0.5
0100 200 300 400
0
KONSENTRASI
Gambar 6. Grafik hubungan antara
konsentrasi aktivitas antioksidan dengan
persen penghambatan untuk mendapat nilai A D
PBerlakuaCn
IC50.
Gambar 8. Tingkat kesukaan terhadap warna
Tingkat kesukaan
Warna Aroma
Tingkat kesukaan terhadap warna Tingkat kesukaan terhadap warna
mie basah berbahan baku tepung talas dan mie basah berbahan baku tepung talas dan
tepung terigu dengan penambahan sari tepung terigu dengan penambahan sari
bayam merah berkisar antara 3,40% – bayam merah berkisar antara 2,28% –
3,56% dengan tingkat penilaian dari 2,96% dengan tingkat penilaian dari
sangat tidak suka sampai sangat suka. sangat tidak suka sampai sangat suka.
Hasil dari uji organoleptik terhadap Hasil dari uji organoleptik terhadap warna
warna dapat dilihat pada Gambar 8. Hasil dapat dilihat pada Gambar 9.
uji sidik ragam menunjukkan tidak adanya Hasil uji sidik ragam menunjukkan
pengaruh dari tingkat kesukaan panelis tidak adanya pengaruh tingkat kesukaan
terhadap warna mie basah yang panelis dari perlakuan (tepung talas dan
dihasilkan. Nilai rata-rata warna mie tepung terigu) terhadap aroma mie basah.
basah yang disukai tertinggi terdapat pada Tingkat kesukaan terhadap aroma
perlakuan B (80% tepung talas : 20% terendah terdapat pada perlakuan C (70%
tepung terigu) dan terendah pada tepung talas : 30% tepung terigu) nilai
perlakuan D (60% tepung talas :40% 2,80 dan diikuti perlakuan B dan C de
tepung terigu). Tidak adanya pengaruh ngan nilai 24,83. Panelis cenderung
terhadap organoleptik warna mie basah kurang menyukai aroma mie basah yang
disebabkan jumlah penambahan sari besar proporsi tepung talasnya karena
bayam pada masing-masing perlakuan aroma talas yang tajam. Hal ini juga
109
Sifat Fisik dan Organoleptik Mie……..Meiheski R. Rara, dkk.
disebabkan panelis lebih terbiasa tepung terigu) dengan nilai 25,50%. Hal
mengonsumsi mie basah dengan bahan ini diduga karena kebiasaan mengonsumsi
baku tepung terigu. mie dari tepung terigu pada umumnya
sehingga rasa mie basah dengan
penambahan tepung talas kurang disukai.
3.5
3 3.32 Tekstur
2.96 2.96
2.5 Hasil uji organoleptik tekstur mie
Aroma
2.80
2
1.5
basah dari tepung talas dan tepung terigu
1 dengan penambahan sari bayam merah
0.5 berkisar antara 2,96 – 3,36 dengan tingkat
0 penilaian dari sangat tidak suka sampai
sangat suka. Hasil dari uji organoleptik
A BCD tingkat kesukaan terhadap tekstur dapat
Gambar 9. TingkatPerlakuan
kesukaan terhadap aroma dilihat pada Gambar 11.
4
Rasa 3.5 3.64
Hasil uji organoleptik rasa mie 3 3.36
basah dari tepung talas dan tepung terigu 3.16
2.96
dengan penambahan sari bayam merah 2.5
berkisar antara 2,96 – 2,24 dengan tingkat 2
Tekstur
4 A B C D
3.5
3 Perlakuan
3.40
3,20 3.24
BNT 5% = 0,49 (*) Notasi yang berbeda menunjukkan
2.5 adanya perbedaan yang nyata
Rasa
2.64
2
1.5 Gambar 11. Tingkat kesukaan terhadap
1 tekstur
0.5
0 Hasil uji sidik ragam menunjukkan
adanya pengaruh tingkat kesukaan panelis
dari perlakuan tepung talas dan tepung
A B C D
terigu terhadap tekstur mie basah. Tekstur
Perlakuan
yang paling banyak disukai terdapat pada
BNT 1% = 0,47 (*) Notasi yang berbeda menunjukkan
adanya perbedaan yang nyata perlakuan D (60% tepung talas : 40%
tepung terigu) dengan nilai 3,36. Tekstur
Gambar 10. Tingkat kesukaan terhadap rasa mie basah dengan proporsi tepung talas
yang besar cenderung kurang kenyal dan
Hasil uji organoleptik menunjukkan lunak/mudah patah, sehingga panelis
adanya perbedaan tingkat kesukaan cenderung kurang menyukai. Hal ini
terhadap rasa pada perlakuan mie basah. disebabkan tepung talas tidak
Rasa yang paling banyak disukai terdapat mengandung gluten.
pada sampel D(80% tepung talas : 20%
110
Jurnal Teknologi Pertanian Volume 10, Nomor 2, Juni
2019
DAFTAR PUSTAKA
Andri, D. dan Hersoelistyorini, W. 2013.
Aktivitas Antioksidan dan Sifat
tekstur Organoleptik dari Daun Sirsak
(Anoma muricate Linn). Jurusan
Teknologi Pangan Fakultas
Gambar 7. Tingkat Penerimaan Panelis Pertanian Universitas
Secara Keseluruhan Muhammadiyah Semarang. Jurnal
Pangan dan Gizi Vol. 4 No. 7.
KESIMPULAN
Bambang, Kartika, Pudji, H., Wahyu, S.
Semakin besar proporsi tepung
1988. Pedoman Uji Indrawi Bahan
talas, makin besar daya serap air dan
Pangan. Yogyakarta: Universitas
cooking loss mie talas. Nilai tertinggi
Gajah Mada.
untuk daya serap air dan cooking loss
Chillo, S., J. Laverse, PM Falcone, A.
terdapat pada perlakuan B(80% tepung
Protopapa dan MA Del Nobile.
talas : 20% tepung terigu) dan terendah
2008. Pengaruh dari penambahan
terdapat pada perlakuan A (kontrol 100%
tepung soba dan gandum durum
tepung terigu). Namun sebaliknya untuk
dedak pada kualitas spageti. Jurnal
elastisitas dan cooking time semakin
Cereal Sci. 47 (2): 144–152.
111
Sifat Fisik dan Organoleptik Mie……..Meiheski R. Rara, dkk.
Departemen Kesehatan RI. 2009. Daftar dan Nilai Gizi Roti Manis. Jurnal
Komposisi Bahan Makanan. Sains dan Teknologi Pangan
Jakarta : Bhratara Karya Asara. (JSTP) Vol. 2 No. 4: 749-758.
Engelen, A. 2015 Optimasi Proses da Ramlah. 1997. Sifat Fisik Adonan Mie
Formula pada Karakteristik dan Beberapa Jenis Gandum
Kelengketan Mi Sagu, Jtech. dengan Penambahan Kansui,
01:40-47. Telur, dan Ubi Kayu. Yogyakarta:
Gumilang, R., S. Bambang, Y. Rini. Universitas Gajah Mada.
2015. Uji Karakteristik Mie Instan Rahmawati, W. A. K. Yovita, A. Nita.
Berbahan Baku Tepung Terigu 2012. Karakterisasi Pati Talas
dengan Substitusi Tepung Talas (Colocasia esculenta (L.) Schoot)
(Colocasia Esculenta (L.) Schott). sebagai Alternatif Sumber Pati
Jurnal Bioproses Komoditas Industri Indonesia. Jurnal
Tropis Vol. 3 No. 2. Teknologi Kimia dan Industri,
Goldberg. 1994. Introduction, in Vol. 1 No. 1, Tahun 2012,
Functional Foods; Designer Halaman 347-351.
Foods, Pharmafoods, Rufaizah, U. 2011. Pemanfaatan Tepung
Nutraceuticals, Chapman and Sorgum (Sorghum bocolor L.
Hall, London. Moench) pada Pembuatan Snack
Kang, J., Jung, L., Moonkyeung, C., Bar Tinggi Serat Pangan dan
Yongik, J., Dongchil, C., Yoon, Sumber Zat Besi untuk Remaja
H.C., Misook, K., Yoonhwa, J., Putri. Departemen Gizi
dan Youngseung, L. 2017. Masyarakat. Fakultas Ekologi
Physicochemical and Textura Manusia. Institut Pertanian Bogor.
Properties of Noodles Prepared Sudarmaji, S, dkk. 1989. Analisa Bahan
from Different Potato Varieties. Makanan dan Pertanian. Penerbit
Lingga, L. 2010. Cerdas Memilih Liberty: Yogyakarta.
Sayuran, PT. Agro Media Pustaka, Suyanti. 2008. Membuat Mie Sehat
Jakarta. Bergizi dan Bebas Pengawet.
Murniyati, Subaryono, H. Irma. 2010. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pengolahan Mie yang Difortifikasi Suhaeni, N., 2007. Petunjuk Praktis
dengan Ikan dan Rumput Laut Menanam Talas. Jembar
sebagai Sumber Protein, Serat Publishing: Bandung.
Kasar, dan Iodium. Jurnal Setyarini, E. 2013. Pengaruh
Pascapanen dan Bioteknologi Perbandingan Tepung Terigu
Kelautan dan Perikanan Vol. 5 Dengan Tepung Pisang Ambon
No. 1. Terhadap Elastisitas dan Daya
Permatasari, S., Sry, W., Suciyati. 2009. Terima Mie Basah. Tidak
Pengaruh Rasio Tepung Talas dan Diterbitkan. Fakultas Ilmu
Tepung Terigu Terhadap Sifat Kesehatan Universitas
Kimia dan Organoleptik Mie Muhammadyah: Surakarta.
Basah. Prosiding Seminar Tam L. M., H. Corke, W.T. Tan, J. Li,
Nasional Fakultas Teknologi dan L. S. Collado. 2004.
Pertanian Universitas Udayana. Production of Bihon-Type
Pratiwi, A., Ansharullah, Abdu, R.B. Noodles from Maize Starch
2017. Pengaruh Substitusi Tepung Differing in Amylosa Content. J
Talas (Colocasia esculenta L. Cereal Chem. 81(4):475-480.
Schoott) Terhadap Nilai Sensorik
112
Jurnal Teknologi Pertanian Volume 10, Nomor 2, Juni
2019
113