You are on page 1of 17
tin nut 20:30 -** Pemuridan Digital-Bunga & drive.google.c beri pengaruh”. Seperti halnya Khotbah di Bukit yang Tuhan Yesus ucapkan, utamanya perumpamaan garam dan terang atau pelita yang menyala tidak ditutup dengan gantang dipahami oleh orang Kristen mengajarkan tentang kepemimpinan. Yakni, memberi pengaruh tat- kala menjadi pemimpin. Sekalipun hal ini tidak salah, tetapi telah PEMURIDAN DIGITAL menempatkan followership ke “suduc” Dalam Ulangan 28:13 tertulis: “TUHAN akan mengangkat eng- kau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan se- tia,” juga dapat menjadi penghalang untuk membahas followership jikea tidak dimengerti secara tepat, Dalam bagian ini tegas dinyatakan bahwa Tuhan akan menjadikan Istael sebagai kepala, bukan ekor. Sepengeta- huan penulis, beberapa pengkotbah sering mengutip ayat ini dikaitkan dengan kepemimpinan. Israel akan menjadi pemimpin, bukan pengi kut! Tentu saja, jika makna ayat tersebut ditarik sekadar memotivasi agar seseorang memiliki mental “berjuang” mencapai posisi pemimpin, maka followership jelas akan tersingkir. Bersyukur, karena followership masih “diamankan” oleh orang menggumuli bidang kepemimpinan secara serius, sekalipun da konteks dunia kerja. Groosman dan Valiga menyebutkan bahwa followership adalah sikap atau kecenderungan seseorang untuk mengi- kuti orang lain. Followership bukanlah peran yang pasif, scbaliknya para pengikut yang paling berharga adalah orang yang terampil, karya- wan yang mandiri, orang yang berpartisipasi aktif dalam menetapkan arah, kelompok yang menginvestasikan waktu dan tenaga dalam kerja kelompok, berpikir kritis, dan pendukung bagi ide-ide baru.? Dari pengertian ini, kita mendapat kepastian bahwa followership bukanlah kondisi negatif, tidak berharga atau rendahan. Sebaliknya, followership menempati posisi penting. Kelley, seorang yang juga menggeluti dang deadership berpendapat, bahwa berdasarkan studi kualitatif ven- tang kepemimpinan yang ia lakukan terhadap para pemimpin sukses, menemukan bahwa seorang pemimpin hanya menyumbang, sekitar 10%-20% dari keberhasilan organisasinya, sedangkan sisanya 80%- 90% merupakan sumbangan followers dalam organisasi tersebut.’ Tanpa followership maka kepemimpinan nyaris tidak dapat bergerak. Kelley melihat followership dari dua dimensi, yakni derajat berpikir kcritis dan derajat keaktifan pengikut dalam bekerja. Dari dua dimensi ini, terbangun lima tingkatan followership* yaitu: Alienated Follower. Citi urama jenis pengikut ini adalah berpi aint att 20:30 Pemuridan Digital-Bunga é drive.google.com kritis dan derajat keaktifan pengikut dalam bekerja. Dari dua dimensi ini, 120 , terbangun lima tingkatan followership* yaitu: Alienated Follower. C i utama jenis pengikut ini adalah berpikir FOLLOWERSHIP DALAM PEMURIDAN kritis tinggi, sedangkan derajat keilutsertaan dalam pekerjaan rendah. Ia scorang yang pasif dalam bertindak, tapi sangat kritis verhadap or- ganisasi dan pemimpin. Conformist Follower. Kategori yang termasuk dalam bagian ini adalah pengikut yang tidak berpikir kritis, tapi sangat aktif ikut serta dalam pekerjaan. Ia mempunyai karakteristik dan aktif melaksanakan tugas tanpa berpikir kritis. Kelompok ini sering disebut “yes men" yang selaltu mengerjakan tugas yang diberikan tanpa banyak berkomentar. Passive Follower. Pengikut yang derajat berpikirnya rendah dan pasif keikutsertaannya dalam pekerjaan. Ia tidak mempunyai inisiatif dan tanggungjawab, selalu diarahkan sera tidak melakukan pekerjaan melebihi yang telah ditetapkan. Pragmatist Follower. Pengikut yang memiliki tingkat berpikir kri- tis dan keaktifan sedang, jarang setia terhadap ujuan organisasi dan tak pernah berusaha untuk mengubah. Ia meletakkan segala sesuatu dalam perspektif tahu bagaimana menyelesaikan pekerjaan serta mampu menjaga organisasi tetap berjalan sesuai arahnya dengan menggunakan aturan main. Effective Follower. Para pengikut yang sangat diharapkan oleh petusahean, yang inenunjukkah petilaku kepada peinimpin dan teiman kerjanya sebagai orang yang independen, inovatif, kreatif, konsisten dan mau membela pemimpin. Ia menerapkan bakatnya untuk kepen- tingan organisasi, bahkan ketika mereka terbentur pada hambatan. Dari lima tingkatan ini nampak bahwa tidak serta merta seseorang akan menjadi pengikut yang effektif. Derajat followership akan ber- dampak pada tujuan. Seorang pemimpin harus terus mengupayakan, membangun, dan mendorong pengikut bergerak dari satu tingkat ke tingkat berikutnya PEMURIDAN DAN KADERISASI Selama bertahun-tahun bergelut dalam pelayanan siswa dan maha- siswa, salah satu tantangan yang tidak ringan adalah menghasilkan penerus generasi (regenerasi) dalam kepengurusan. Jika ternyata tidak ditemukan calon-calon pengurus baru, dapat dipastikan bahwa kaderi- sasi telah gagal. PEMURIDAN DIGITAL Cc a) aint att 20:30 Pemuridan Digital-Bunga & drive.google.com siswa, salah satu tantangan yang tidak ringan adalah menghasilkan penerus generasi (regenerasi) dalam kepengurusan, Jika ternyata tidak ditemukan calon-calon pengurus baru, dapat dipastikan bahwa kaderi- sasi telah gagal. PEMURIDAN DIGITAL Harus diakui bahwa selain upaya menolong para murid mengalami transformasi hidup menuju keserupaan dengan Kristus, pemuridan juga telah menjadi model kaderisasi yang dilakukan pelayanan siswa dan mahasiswa pada saat ini, Scharusnya model ini sudah cukup memenuhi sekadar kebutuhan sebagai pengurus Persckutuan Maha- siswa Kristen atau Persekutuan Siswa Kristen. Tetapi faktanya tidaklah demikian. Masih ada saja kendala ketika harus mencari pengurus baru. Di mana letak persoalannya? Sederhana saja, hal tersebut cukup men- jadi bukti bahwa pemuridan belum berjalan dengan baik. Lemahnya pemuridan berdampak pada lemahnya kaderisasi Dalam tujuan organisasi yang lebih luas lagi, lemahnya pemuridan berdampak pada kegagalan mengisi posisi-posisi penting pada berbagai lini di negeri ini. Lembaga tidak mampu bergerak maju untuk mewu- judkan visi yang akan dicapai bersama. Ingat bahwa semua berang- kat dari pemuridan. Namun pemuridan yang bagaimana, yang akan menjawab persoalan tersebut? Pemuridan yang dikembangkan tanpa meninggalkan followership. FOLLOWERSHIP DALAM PEMURIDAN Pemuridan mengarahkan para murid atau orang-orang untuk mengikut Kristus. Tuhan Yesus menjadi pusar dari hidupnya. Hal ini sepenuh- nya benar. Tetapi, mereduksi bagian penting dalam pemuridan karena alasan “rohani” sangatlah berbahaya. Hampir sama bahayanya dengan berhentinya masa depan pelayanan itu sendiri! Ayat yang sangat terkenal terkait pemuridan dan multiplikasi adalah 2 Timotius 2:2. Ayat ini menjelaskan prinsip pemuridan dan pelipatgandaan yang Paulus lakukan kepada Timotius. Timotius mem- percayakan kepada orang lain lagi, dan seterusnya. Ada yang perlu di- ungkapkan dari bagian ini. Timotius bukan hanya murid Kristus, atau murid Paulus. Ia adalah pengikut Paulus. Tentu saja Timotius pengikut Kristus. Tanpa adanya followership Timotius kepada Paulus, tidale akan terjadi proses pelipatgandaan dan kaderisasi dari Paulus. Contoh lain tentang followership, Paulus pernah menolak keikut- sertaan Yohanes Markus dalam tim pelayanannya. Alasan yang Paulus kemukakan adalah Yohanes Markus pernah meninggalkan mereka di FOLLOWERSHIP DALAM PEMURIDAN 121 tin nut 20:30 -** Pemuridan Digital-Bunga & drive.google.com murid Paulus. Ta adalah pengikut Paulus. Tentu saja Timotius pengikut Kristus. Tanpa terjadi proses pelipatgandaan dan kaderisasi dari Paulus. Contoh lain tentang followership, Paulus pernah menolak keikut- danya followership Timotius kepada Paulus, tidak akan sertaan Yohanes Markus dalam tim pelayanannya. Alasan yang Paulus kemukakan adalah Yohanes Markus pernah meninggalkan mereka di FOLLOWERSHIP DALAM PEMURIDAN Pamfilia. Mengapa ia meninggalkan mereka? Karena, Yohanes Markus bukanlah pengikur Paulus. Inilah pentingnya followership dalam pemuridan. Menjadikan para murid menjadi “pengikutku” tampaknya tidak ro- hani. Ketakutan menjadi “tidak rohani” ini mungkin ada dalam benak para pemimpin kelompok kecil. Seakan jika seorang murid menjadi pengikutnya, maka hal itu setara dengan menggeser posisi Kristus. Pe- mikiran serupa ini perlu dikikis, Kristus tetap berada pada posisi-Nya! Tanpa followership, seseorang tidak akan mengikuti apa yang orang lain ajarkan, Fakta bahwa Paulus tidak segan ketika ia meminta jemaat Ko- rintus untuk menjadi pengikutnya (1 Kor. 11:1). Hal ini sama sekali tidak berarti Paulus kehilangan derajat “kerohaniannya”. Paulus sendiri adalah pengikut Kristus, yang bermaksud membawa jemaat lebih se- rupa dengan Kristus. MENGUSAHAKAN GAGASAN INI ‘Tidak ada pemimpin tanpa pengikut. Hal ini telah menjadi ungkapan umum. Seseorang dapat disebut pemimpin kelompok kecil, jika mem- punyai pengikut. Karena kelompok kecil, tentu saja jumlah pengikut- nya juga kecil. Sang pemimpin itu sendiri adalah seorang pengikut. Dia mengikuti pemimpinnya. Dalam kelompok kecil, tidak ada seorang- pun yang absolut pemimpin. Semua pernah menjadi pengikut. Saat ini yang dibucubkan adalah menjadikan para murid Kristus ini sebagai pengikut pemimpinnya. Penjelasan sederhananya demikian: Scbagai pemimpin kelompok, saya merupakan pengikut Kristus. Anggota kelompok atau para murid juga pengikut Kristus. Dengan mereka menjadi pengikut saya, maka apa yang sedang saya lakukan dan kerjakan akan mudah untuk ditkuti dan dikerjakan juga. Sebagai pemimpin, saya harus mengupayakan agar setiap murid bergerak menuju tingkat followership tertinggi. Jika seorang murid tidak bersedia menjadi pengikut, apakah pemu- ridan itu gagal? Jawabannya adalah tidak! Tetapi, sangat mungkin pekerjaan, atau bahkan visi organisasi gagal dilanjutkan. Jika tadi disebuckan bahwa pemuridan merupakan bagian integral dalam ka- derisasi, maka followership dalam pemuridan amatlah penting dan 1 20:31 -- x Pemuridan Digital-Bunga dan dikerjakan juga. Sebagai pemimpin, saya harus mengupayakan agar setiap murid bergerak menuju tingkat followership tertinggi. Jika seorang murid tidak bersedia menjadi pengikut, apakah pemu- ridan itu gagal? Jawabannya adalah tidak! Tecapi, sangat munglin pekerjaan, atau bahkan visi organisasi gagal dilanjutkan. Jika tadi disebuckan bahwa pemuridan merupakan bagian integral dalam ka- derisasi, maka followership dalam pemuridan amarlah penting dan PEMURIDAN DIGITAL perlu dilakukan, agar pekerjaan terus berlanjut dan kaderisasi berjalan. Kecuali, jika berani mengatakan, bahwa apa yang sedang dikerjakan tidak berguna, maka tidak diperlukan followership! situ 20:31 + x Pemuridan Digital-Bunga SG 21 TETAP SEHAT SECARA EMOSI DAN SPIRITUAL: MEMIMPIN KTB DI TENGAH PANDEMI Victor Kurniawan a Meine’ Kelompok Tumbuh Bersama (KTB) di tengah situasi pandemi sangatlah berbeda dan membutuhkan usaha yang be- sar. Perbedaan terbesarnya adalah hampir semua pertemuan dilakukan secara daring, dan pertemuan secara tatap muka semakin berkurang, Pada awal pandemi situasi ini dapat dijalani, tetapi lama-kelamaan tampaknya semakin berat, terutama bagi para pemimpin, karena dapat mengancam keschatan emosi dan spiritual. Penulis bercakap-cakap dengan beberapa pemimpin KTB dan menemukan bahwa mereka mengalami kesulitan yang serius saat me- mimpin di era pandemi ini. Jason, salah seorang pemimpin menga- takan, “Adik-adikku tidak merespons pesan yang kukirim dan hal itu membuatku frustasi. Sampai-sampai aku merasa siapa sih mereka ini sehingga aku harus memperjuangkannya sedemikian rupa.” Pemimpin lainnya, Ita mengatakan, “Sulit sekali membangun ke- dekatan dengan mereka di kala pandemi ini. Pertemuan-pertemuan kami terasa hambar dan kami tidak terlalu mengenal satu sama lain. Sungguh berat dan membosankan. Beberapa kali aku berpikir untuk melepaskan KTB yang kupimpin.” )) ) situ 20:31 + ) x Pemuridan Digital-Bunga DY) & drive.googl m dekatan dengan mereka di kala pandemi ini. Pertemuan-pertemuan kami terasa hambar dan kami tidak terlalu mengenal satu sama lain. Sungguh berat dan membosankan. Beberapa kali aku berpikir untuk melepaskan KTB yang kupimpin.” PEMURIDAN DIGITAL Seorang pemimpin lain bernama Jesika mengeluhkan, “Berat sekali memimpin KTB di masa pandemi ini. Berjam-jam aku menatap layar dan hal itu membuatku stres.” Yusuf, pemimpin lainnya juga menceritakan demikian, “Pada awal- nya aku berpikir bahwa pandemi ini suatu anugerah. Mengapa? Karena banyak orang yang dapat kuajak ber-KTB, namun akhirnya aku begitu sibuk dengan jadwal KTB, Dampaknya, tanggung jawab lainnya men- jadi agak terbengkalai dan juga waktu-waktu pribadiku dengan Tuhan terabaikan.” Keluh kesah di atas patut kita cermati, bisa jadi, pengalaman me- reka adalah pengalaman kita juga. Ada hal yang perlu diwaspadai ke- tika pemimpin mulai frustasi, stres, merasa tertekan dan bahkan mulai abai dengan waktu-waktu bersama Tuhan, dapat dipastikan mereka menjadi tidak efektif dalam memimpin. Karena mereka sedang berada dalam kondisi tidak schat sccara emosi dan spiritual. Peter Scazzero mengatakan, bahwa pemimpin yang tidak sehat secara emosi dan spiti- tual tidak akan membangun sesuatu yang bertahan lama, tetapi hanya sesuatt yang akan bertahan sementara saja.' KEMBALI PADA HAL YANG MENDASAR Ada sebuah cerita dalam Injil Matius yang menarik bagi saya, yaitu tentang dua macam dasar (Mat. 7:24-27). Dikisahkan bahwa rumah yang kuat dan berahan menghadapi angin dan banjir adalah rumah yang dibangun di atas batu. Rumah yang bertahan memiliki fondasi yang kuat. Fondasi yang kuat juga merupakan kunci bagi para pemimpin KTB agar tetap sehat dalam memimpin di tengah situasi pandemi yang bera pertisekarang ini. Namun, fondasi yang kuat bagi para pemimpin bukan- lah batu, tetapi menjawab undangan Yesus untuk melekat kepada-Nya. Yesus menyampaikan undangan-Nya dalam alegori pokok anggur (Yoh. 15:1-8), di mana Yesus adalah pokok anggur, dan setiap ranting yang melekat kepada-Nya akan berbuah (Yoh. 15:8), karena pokok anggur akan memberikan gizi dan makanan bagi setiap ranting, Agar para pemimpin KTB dapat menghasilkan bangunan yang ber- tahan lama, serta tetap schat dalam memimpin di tengah situasi pan ait att 20:31 Pemuridan Digital-Bunga & drive.google.com PEMURIDAN DIGITAL emosi dan spiritual kita di tengah pandemi. Meskipun untuk mem- praktekkannya kita pun harus berjuang. Menurut survey, alasan orang Kristen tidak dapat mempertahankan devosional yang teratur dengan Allah adalah karena kendala waktu, adanya pengalih perhatian, konsis- tensi, dan terakhir kedisiplinan’. Selain firman dan doa, Peter Scazzero mengingatkan pula para pemimpin rohani, termasuk pemimpin KTB, agar para pemimpin memelihara hari Sabat. Sabat seringkali kita Iupakan karena budaya kerja di dunia modern menuntut produktivitas tinggi schingga tidak menyediakan ruang untuk beristirahat. Sabat dalam Alkitab meru- pakan kurun wakeu 24 jam, di mana kita berhenti bekerja, menikmati istirahat, menikmati kesenangan, dan memikirkan Allah.’ Jadi, hari Sa- bat merupakan praktek untuk menjawab undangan Yesus agar melekat kepada-Nya. Ketika kita mempraktekkan sabat, kita melepaskan kendali atas hidup kita, mengakui keterbatasan kita dan menyerahkannya kepada Allah untuk memegang kendali sepenuhnya. Apa yang kita lakukan, ketika mempraktekkan sabat?"” Berhenti, mengakui bahwa kita tidak dapat menyelesaikan semua tujuan proyek kita, dan Allah yang bertahta, mampu mengatur alam semesta tanpa bantuan kita. Istirahat, menerima undangan Allah untuk memperbaharui dan menyegarkan kita, Intinya, kita beristirahat dari pekerjaan yang dibayar maupun yang tidak. Menikmati kesenangan, di hari Sabat kita menikmati dan bersu- kacita dalam ciptaan dan pemberian Allah Merenungkan, di hari Sabat kita mengingat akan kasih Allah se- bagai fokus urama sabat kia. Firman, doa dan memelihara sabat adalah jalan untuk tetap schat secara jasmani dan rohani, dan jalan untuk kita melekat kepada Yesus. Namun, kita sebagai pemimpin KTB, tidak dapat melakukannya sendiri, kita membutuhkan dukungan teman perjalanan rohani, sebab hidup kerohanian Kristen menuntut perjalanan yang dilakukan ber- sama-sama. Kita bukan hanya disertai dan dibimbing olch Roh Allah, tetapi juga disertai dan dibimbing oleh sesama kita manusia."" TETAP SEHAT SECARA EMOS! DAN SPIRITUAL v7 Alasan mendasar bahwa kita membutuhkan teman perjalanan ro- hani dalam peziarahan spiritual adalah karena pengenalan yang men- dalam terhadap diri dan Allah yang sangat mendasar bagi kerohanian Kristen, menuntut pengenalan yang mendalam tentang orang lain dan juga dikenali oleh orang lain.”? Karena itu untuk menunjang pertum- Cc a) x Pemuridan Digital-Bunga tetapr juga ausertar aan a1pimoing o1en sesama Kita manusta. TETAP SEHAT SECARA EMOSI DAN SPIRITUAL Alasan mendasar bahwa kita membutuhkan teman perjalanan ro- hani dalam peziarahan spiritual adalah karena pengenalan yang men- dalam terhadap diri dan Allah yang sangat mendasar bagi kerohanian Kristen, menuntut pengenalan yang mendalam tentang orang lain dan juga dikenali oleh orang lain." Karena itu untuk menunjang pertum- buhan rohani, kita memerlukan teman perjalanan rohani yang dapat dipercaya dan memiliki tujuan yang sama, yaitu mengenal dan me- ngasihi Allah, menjadi utuh dan kudus serta menemukan kesejatian diri di dalam Kristus. Memimpin KTB di tengah pandemi memang terasa berat dan dapat mengancam kesehatan emosi dan spiritual kita. Tetapi perlu kita ingat bahwa ada Tuhan Yesus yang akan menolong dan menguatkan kita melewati masa sulit ini. Ketika kita berada di dalam Dia, maka kita akan menghasilkan buah. Setiap pemimpin KTB perlu melekat pada- Nya, akrab dengan firman-Nya, intim berelasi dengan-Nya melalui doa, memelihara sabat dan memiliki teman perjalanan rohani. x Pemuridan Digital-Bunga )) ) 1 20:31 -- ) G 22 PEMBACAAN ALKITAB KOMUNAL REVITALISASI PEMBELAJARAN ALKITAB DALAM KTB PADA MASA PANDEMI Yusuf Deswanto a andemi COVID-19 telah meluluhlantakkan kehidupan manusia di bumi. Namun tidak semua akibat pandemi ini menjadi kege- lapan bagi hidup manusia. Masa pandemi yang mengharuskan orang agar tetap berada di rumah, sebenarnya telah menciptakan banyak ke- sempatan untuk pembangunan rohani yang kontemplatif dan intro- spektif bagi orang percaya. Ketika kesempatan berjumpa secara fisik dan langsung itu dibatasi, maka seseorang diperhadapkan pada kelelua- saan perjumpaan dengan Allah. Pembacaan Alkitab secara personal dan kontemplatif menjadi ruang yang justru terbuka luas untuk dikem- bangkan bagi pertumbuhan rohani komunitas Kristen. Disiplin pembacaan Alkitab adalah makanan pokok pemuridan Kristen yang berbasis pada Kelompok Kecil (KK) atau Kelompok Tum- buh Bersama (KTB). Namun disadari atau tidak, pelembagaan KTB telah sedikit banyak menjadikan praktik pembacaan dan pembelajaran Alkicab yang terjebak dalam pendekatan penafsiran Alkitab yang me- kanistis dan rasionalis. Dengan hadirnya pandemi serta pembatasan sosial sebagai konsekuensinya, maka terbuka ruang revitalisasi gerakan PEMURIDAN DIGITAL C a) II| C 1 20:31 -- Pemuridan Digital-Bunga & drive.google.com Kanisus Uati rasionaus, Wengan tauimya parueni serta permbavasan sosial sebagai konsekuensinya, maka terbuka ruang revitalisasi gerakan PEMURIDAN DIGITAL pembacaan Alkitab kaum awam yang kontemplatif, tanpa tereduksi pola mekanisasi-dogmatisasi KT itu sendiri. “RAGI” RASIONALISME-MODERNISME DALAM POLA PENDEKATAN PA DALAM KTB Pemuridan melalui KTB adalah praktik Kristen yang berorientasi ke- pada pertumbuhan rohani yang efektif, dengan memanfaatkan pem- belajaran Alkitab dalam relasi antar-personal yang saling membangun. Gerak KTB didasarkan atas keyakinan bahwa hanya melalui Alkitab sebagai firman Allah, sescorang yang telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Jurusclamat, dapat bertumbuh (mengalami wans- formasi hidup) dalam kebenaran yang akhirnya memimpin kepada keserupaan dengan Kristus (2 Tim. 3:16-17, Ef. 4:13-16). Gerakan Pembelajaran Alkitab (PA) di dalam KTB sejak awal merupakan gera- kan “kaum awam’.' “Kaum awam” di sini adalah orang-orang yang tidak memiliki latar belakang pendidikan formal Alkitab atau teologi. KTB sebagai bentuk “pembelajaran Alkitab” yang riil berawal dari gerakan mahasiswa yang rindu bertumbuh secara rohani melalui pem- bacaan dan pembelajaran Alkitab dalam komunitas kecil (KTB). KTB yang semakin melembaga, seiring perkembangan lembaga pelayanan yang menaunginya (termasuk Perkantas), di satu sisi me- mang telah memperkaya pola pembelajaran Alkitab dalam KTB. Dari pengamatan penulis, kehadiran pembina rohani (staf lembaga pela- yanan seperti Perkantas) yang sudah menempuh pendidikan teologi secara formal, mau tidak mau telah mempengaruhi pendekatan penaf- siran dan pembelajaran Alkitab dalam KTB, Pendekatan pembelajaran Alkitab dalam kelompok akhirnya makin diperlengkapi dengan ilmu penafsiran Alkitab atau hermencutika Alkitab akademis. Pendckatan hermeneutik Alkitab dari pendidikan teologi di satu sisi memang akan memperlengkapi pendekatan penafsiran kaum awam, yang sebelum- nya menjadi ciri khas pola pembelajaran Alkitab dalam KTB. Namun di sisi lain, diakui atau tidak, hermeneutika Alkitab akademis sangat dipengaruhi semangat skolastik yang menempatkan Alkitab dalam ketegangan pendekatan: Alkitab sebagai buku atau karya sastra yang lain, dan Alkitab sebagai firman Allah. PEMBACAAN ALKITAB KOMUNAL 131 Craig A. Carter mengatakan, “The purpose of a college or seminary education ic tn teain butuve nreachers and teachers im the hictnvical methad = C om) ait att 20:31 Pemuridan Digital-Bunga & drive.google.com di sisi lain, diakui atau tidak, hermeneutika Alkitab akademis sangat dipengaruhi semangat skolastik yang menempatkan Alkitab dalam ketegangan pendekatan: Alkitab sebagai buku atau karya sastra yang lain, dan Alkitab sebagai firman Allah. PEMBACAAN ALKITAB KOMUNAL Craig A. Carter mengatakan, “The purpose of a college or seminary education is to train future preachers and teachers in the historical method. «tis the job of the preacher, teacher, or individual reader to decide how the gap between the ancient meaning and the contemporary situation should be bridged.” ("Tujuan dari pendidikan tinggi teologi atau seminari adalah melatih para pengkhotbah dan pengajar masa depan dengan metode historikal. ...Pekerjaan pengkhotbah, pengajar, atau pembaca indi- vidual adalah menjembatani jarak ancara makna kuno dan situasi masa kini.”}' Tidak dapat dipungkiri, istilah “eksegesis”, “pendekatan grama- tikal bahasa asli”, atau “konteks sejarah penulis” merupakan ungkapan penafsiran Alkitab yang bercorak akademis, dan di dalamnya dipenga- ruhi oleh spirit “pencerahan” yang dipenuhi semangat modernisme dan rasionalisme. Abad Pencerahan telah mendorong studi Alkitab yang bercorak “desakralisasi teks”, yang kemudian disebut dengan historis- kritis (Aistorical-criticism).’ Desakralisasi dapat dipahami sebagai upaya penanggalan presuposisi dasar Kristen, yaitu bahwa Alkitab adalah fir man Allah. Bagi para promotor metode historis-kritis, Alkitab harus diperlakukan tidak berbeda seperti buku-buku lain. Inilah yang disebut “tagi rasionalisme-modernisme” yang telah mengkhamirkan penafsiran dan pembelajaran Alkitab akademis-modern. Dalam perkembangannya, kaum injili berusaha “melunakkan” metode “historis-kritis” sekaligus juga “memanfaarkan” pendekatan ini, dengan tetap mempertahankan pra-anggapan bahwa Alkitab adalah firman Allah, penyingkapan diri dan kehendak Allah, yang melaluinya manusia dapat menggenapi rencana keselamatan di dalam Kristus. Metode yang kemudian dikenal dengan “gramatikal-historis” ini menggunakan temuan pendekatan “historis-kritis” dalam ba- tasan tertentu untuk membaca dan menafsirkan Alkitab. Pendekatan “gramatikal-historis” digagas atas presuposisi bahwa: a) Alkitab diinspi- rasikan dengan menggunakan bahasa tertencu (Ibrani, Yunani, dan Aram); dan b) Alkitab ditulis oleh orang tertentu pada zaman tertentu dengan ikatan atau lapisan adat istiadat yang mayoritas sangat berbeda dengan kita yang hidup saat ini. Presuposisi (2) mengharuskan penyeli- dikan dalam rentang linguistik, sedangkan presuposisi (b) mengharus- kan penyelidikan historis (sejarah).‘ Pendekatan “gramatikal-historis” 132 PEMURIDAN DIGITAL Cc a) situ 20:31 + Pemuridan Digital-Bunga & drive.google.com dengan kita yang hidup saat ini. Presuposisi (a) mengharuskan penycli- dikan dalam rentang linguistik, sedangkan presuposisi (b) mengharus- lidikan historis (sejarah).‘ Pendekatan “gramatikal-historis” kan peny PEMURIDAN DIGITAL pada kenyataannya, dalam praksis penafsiran dan pembelajaran Al- kitab kaum awam, bukanlah pendekatan yang “wer-fiendly” (mudah digunakan). Jika tidak berhati-hati, hal ini akan menimbulkan potensi pergeseran gerakan pembacaan, penafsiran, dan pembelajaran Alkitab kaum awam kepada “tafsir-tunggal” yang dimonopoli kaum akade- misi/ sarjana (teologi). MENGEMBALIKAN NATUR PEMBELAJARAN ALKITAB DALAM KTB KEPADA PEMBACAAN ALKITAB KAUM AWAM Dalam dua dekade terakhir ini, dunia penafsiran Alkitab diramaikan dengan pendekatan penafsiran Alkitab yang disebut dengan Theological Interpretation of Scripture (Interpretasi Teologis Kitab Suci; sering di- singkat “TIS”), Pendekatan TIS ini berusaha mengembalikan warisan penafsiran Alkitab pra-modern yang selaras dengan tradisi teologis gercja mula-mula, bapa-bapa gereja, hingga tradisireformasi.’ TIS berusaha mendekati reks Alkitab dengan presuposisi, pertanyaan, dan concern teologis secara cksplisit. Ia berusaha untuk membaca Alkitab ti- dak berdasar pikiran dan suara penulis manusianya sebagai yang utama, tetapi berdasar satu presuposisi (iman) bahwa Alkitab menyatakan su- ara'Tuhan yang berotoritas untuk pengenalan kita akan Dia.é Beberapa teolog biblika yang melakukan pendekatan-pendekatan penafsiran TIS antara lain Kevin J. Vanhoozer, J. Todd Billings, Joel B Green, Daniel J. Treier, Craig A. Carter, dan masih banyak lagi. Sayangnya, pendekatan penafsiran Alkitab TIS ini belum banyak dirangkul dalam studi herme- neutika di Indonesia. Sebagai pendekatan penafsiran Alkitab, TIS memang memiliki banyak spektrum, sesuai dengan tekanan teolog yang mengembang- kannya, Carmia Margaret menyederhanakan karakteristik pendekaran TIS ini dalam empat ciri. Pertama, pendekatan TIS mencoba mengem- balikan keyakinan penafsir terhadap natur Alkitab yang merupakan Kitab Suci milik orang Kristen, yang sifatnya sakral dan tidak netral, schingga cara membacanya pun semestinya berbeda dengan pem- bacaan buku-buku lain. Kedua, pendekatan TIS menunjukkan bahwa presuposisi teologi sescorang merupakan salah satu unsur determinatif PEMBACAAN ALKITAB KOMUNAL 133 sin nut 20:32 ++ x Pemuridan Digital-Bunga & drive.google.com sehingga cara membacanya pun semestinya berbeda dengan pem- bacaan buku-buku lain. Kedua, pendekatan TIS menunjukkan bahwa presuposisi teologi sescorang merupakan salah satu unsur determinatif PEMBACAAN ALKITAB KOMUNAL dalam penafsiran. Ketiga, pendekaan TIS memandang kegiatan penaf- siran sebagai bentuk partisipasi umat Allah dalam sejarah keselamatan yang masih terus berlangsung, sehingga unsur yang perlu diperhatikan dalam penafsiran bukan hanya teks dan penulis, tetapi juga pembaca itu sendiri, Keempat, pendekatan TIS secara sederhana memberi ruang yang sama besar bagi fungsi normatif atau aplikasi teks dalam kehi- dupan pembaca, bukan hanya bagi fungsi deskriptif atau hasil eksegesis dari teks. Tulisan ini tentu saja bukan risalah teologis yang membahas herme- neutika secara komprehensif. Penulis bermaksud mengangkat TIS se- bagai pendekatan penafsiran Alkitab dalam kaitannya dengan gerakan pembelajaran Alkitab dalam KTB, adalah untuk mengembalikan pembelajaran Alkitab kaum awam dalam gerak pelayanan KTB me- lalui beberapa elemen pendekatan TIS. Karakteristik TIS memiliki dua elemen penting yang akan memperkuat natur pembelajaran Alkitab kaum awam dalam pelayanan KTB: yaitu peran komunitas iman se- bagai pembaca Alkitab masa kini, dan peran vital Roh Kudus yang merupakan pemandu utama penafsiran Alkitab yang membawa kepada pertumbuhan iman kepada Kristus. Dalam pendekatan TIS, penafsiran Alkitab tidak berorientasi kepada penemuan makna tunggal yang dimaksud penulis. Pada ke- nyataannya, penemuan makna tunggal yang dipromosikan metode historis-kritis ataupun gramatikal-historis merupakan upaya yang nyaris mustahil, karena sumber-sumber kuno di luar naskah Alkitab itu sendiri dapat dikatakan tidak ada. Karena itu, sebagaimana gereja mula-mula membangun tradisi pembacaan Kitab Suci (Perjanjian Lama) dalam terang penafsiran Rasul-rasul, yang kemudian dilanjut- kan dalam tradisi penafsiran teologis para bapa gereja, penafsiran Al- kitab secara komunal merupakan elemen mendasar dari pendekatan TIS, Hal ini sejalan dengan gerak pembelajaran Alkitab (dengan ber- bagai metode PA yang dikembangkan secara kreatif) yang dibangun dalam komunitas pelayanan KTB, Pemaknaan dan penafsiran Alkitab dalam KTB secara mendasar tidak boleh bergantung kepada para pe- mimpin KTB yang sudah “dipersenjatai” berbagai metode tafsir Al- kitab. Penafsiran dan pembelajaran Alkitab dalam KTB berorientasi 134 PEMURIDAN DIGITAL sin nut 20:32 ++ Pemuridan Digital-Bunga & drive.google.com bagai metode PA yang dikembangkan secara kreatif) yang dibangun dalam komunitas pelayanan KTB. Pemaknaan dan penafsiran Alkitab dalam KTB secara mendasar tidak boleh bergantung kepada para pe- mimpin KTB yang sudah “dipersenjatai” berbagai metode tafsir Al- kitab. Penafsiran dan pembelajaran Alkitab dalam KTB berorientasi PEMURIDAN DIGITAL penuh kepada pembacaan dan penghayatan Alkitab dalam komunitas KTB itu sendiri. Selanjutnya, peran vital Roh Kudus menjadi elemen yang ternyata juga selaras dengan pendekatan pembelajaran Alkitab dalam komuni- tas KTB. Sebagai suatu pendekatan pemutidan, di dalam KTB dikenal proses transformasi hidup petobat baru menjadi murid. Dalam proses ini peran Roh Kudus yang melahirbarukan dan sekaligus menuntun sescorang dalam transformasi hidup seorang murid merupakan aspek yang vital. Peran Roh Kudus dalam pertumbuhan rohani seorang murid dalam KTB senafas dengan natur TIS yang menitikberatkan peran Roh Kudus yang memimpin komunitas orang percaya dalam pembacaan dan penafsiran Alkitab yang transformatif. Hanya melalui pimpinan Roh Kudus suatu komunitas iman seperti KTB dapat menangkap Kata-kata Allah dalam pembacaan Alkitab. Pemahaman dan pembela- jaran Alkitab dalam KTB tidak boleh bergantung kepada pengetahuan satu-dua orang yang menguasai pengetahuan historis penulisan teks Alkitab, tetapi bertumpu penuh pada terang Roh Kudus yang telah berbicara dan memelihara penulis Alkitab, yang saat ini juga berbicara secara langsung kepada komunitas iman pembaca Alkitab masa kini. Dengan demikian, pendekatan TIS merupakan satu pendekatan yang dapat mereformasi dan mengembalikan natur pembacaan dan pembe- F 8 F P lajaran Alkitab komunal dalam KTB. PEMBELAJARAN ALKITAB SECARA KOMUNAL PADA MASA PANDEMI Mengaitkan pembacaan dan pembelajaran Alkitab komunal dengan pemuridan pada masa pandemi bukan pemikiran yang mengada-ada. Sebagaimana telah disinggung dalam pengantar di atas, situasi pan- demi yang serba membatasi perjumpaan sccara fisik dan langsung, sejatinya telah menciptakan ruang perjumpaan (encounter) komunitas murid dalam KTB dengan Roh Kudus dalam pembacaan Alkitab yang kontemplatif, Ada dua pendekatan praktis yang dapat dikembangkan oleh setiap komunitas pemuridan dalam KTB, sehingga pembacaan Alkitab yang benar-benar digerakkan dan diterangi Roh Kudus dapat terjadi di tengah masa pandemi ini: pertama, memperbanyak pemba- sin nut 20:32 ++ Pemuridan Digital-Bunga & drive.google.com demi yang serba membatasi perjumpaan secara fisik dan langsung, sejatinya telah menciptakan ruang perjumpaan (encounter) komunitas murid dalam KTB dengan Roh Kudus dalam pembacaan Alkitab yang kontemplatif, Ada dua pendekatan praktis yang dapat dikembangkan oleh setiap komunitas pemuridan dalam KTB, sehingga pembacaan Alkitab yang benar-benar digerakkan dan diterangi Roh Kudus dapat terjadi di tengah masa pandemi ini: pertama, memperbanyak pemba- PEMBACAAN ALKITAB KOMUNAL caan Alkitab secara personal yang utuh; dan kedua, mengombinasikan bahan-bahan KTB dengan pembacaan Alkitab komunal di dalam per- temuan kelompok secara daring. Pembacaan Alkitab secara personal dan menyeluruh, yang ti- dak terbatas pada teks-teks pilihan yang dipilih sesuai agenda bahan atau kurikulum pemuridan tertentu adalah praktik yang scharusnya memperkaya KTB di tengah masa pandemi ini. Situasi pembatasan perjumpaan langsung antara pemimpin KTB dengan anggota KTB seharusnya dapat dilihat sebagai kesempatan dari Tuhan (kairos) untuk memperbanyak pembacaan Alkitab yang utuh. Tidak dapat dipungkiri bahwa kebiasaan yang dibangun dalam pertemuan-pertemuan KTB selama ini seringkali hanya menyajikan pilihan-pilihan teks yang di- baca dan ditafsirkan anggota, rent saja dengan panduan pemimpin kelompok. Bahkan tak jarang, penafsiran teks Alkitab yang dipelajari bersama, telah diarahkan kepada satu interpretasi atau makna yang tertuang di dalam bahan dan kurikulum KTB. Pembacaan Alkitab secara utuh, baik dalam konteks perikop menuju pasal, dan konteks pasal menuju kescluruhan kitab yang dipelajari, scringkali memang dijadikan sebuah proyek ketaatan bersama. Namun sejujurnya, proyek pembacaan Alkitab secara utuh dalam KTB selama ini belum menjadi “menu utama” dari KTB. Masa pembatasan sosial seperti sekarang ini seharusnya menjadi ruang yang luas bagi komunitas pemuridan KTB untuk dibimbing penuh oleh Roh Kudus melalui pembacaan Alkitab secara personal dan utuh. Kemudian, ketika pertemuan kelompok di- mungkinkan secara daring, tiap anggota KTB dapat membagikan ha- sil perjumpaannya secara langsung dengan “Kata-kata Allah” melalui pertolongan Roh Kudus. Inilah salah satu bentuk pembacaan Alkitab secara komunal. Hal praktis lainnya yang perlu dikembangkan untuk mereformasi ulang pembelajaran Alkitab dalam KTB adalah secara bertahap, sesuai proses pertumbuhan masing-masing KTB, yakni ketergantungan ter- hadap bahan-bahan KTB yang terlalu dogmatis dan mono-tafsir perlu dilepaskan secara bertahap. Sckali lagi, masa pandemi saat ini meru- pakan kairos bagi komunitas KTB, untuk melepaskan kerergantungan KTB kepada bahan-bahan KTB, yang sebenarnya secara perlahan dapat ain att 20:32 x Pemuridan Digital-Bunga & drive.googl com ulang pernbelayaran AuKitap Garam 11D agalan secara Dertanap, sesuar proses pertumbuhan masing-masing KTB, yakni ketergantungan ter- hadap bahan-bahan KTB yang terlalu dogmatis dan mono-tafsir perlu dilepaskan secara bertahap. Sekali lagi, masa pandemi saat ini meru- pakan kairos bagi komunitas KTB, untuk melepaskan ketergantungan KTB kepada bahan-bahan KB, yang sebenarnya secara perlahan dapat PEMURIDAN DIGITAL menggeser kebergantungan komunitas KTB kepada Roh Kudus dalam penafsiran Alkitab. Tidak semua bahan KTB bercorak mono-tafsir dengan pendekatan penafsiran gramatikal-historis. Namun cukup ba- nyak bahan KTB yang digunakan sclama ini memang mendekati teks secara gramatikal-historis, serta mengarahkan komunitas KTB kepada penafsiran tunggal. Untuk itu, pola pembacaan Alkitab secara komu- nal dan lepas dari bahan-bahan PA sangat perlu dikembangkan dalam KTB. Bahan-bahan KTB dapat menjadi semacam guideline, namun penafsiran komunal dengan terang Roh Kudus harus menjadi porsi yang diperhatikan. Sebagai catatan akhir, pola pembacaan Alkitab secara komunal dalam KT ini dapat diiringi dengan pembelajaran tradisi ajaran atau doktrin gereja yang utama. Pendekatan TIS sendiri menckankan pen- tingnya “Tradisi Agung” berupa rumusan-rumusan Pengakuan Iman atau Kredo, serta ajaran-ajaran tradisional gereja yang paling utama (misalnya ajaran Tritunggal), dalam pendekatan penafsiran Alkitab.* Namun mengingat keterbatasan ruang, hal ini cukup menjadi catatan penting terakhir, bahwa ruang-ruang perjumpaan bersama antar KTB secara daring dapat digunakan sebagai kesempatan untuk menegaskan kembali Ajaran-ajaran atau Doktrin Agung dari Gereja yang universal, untuk memberikan panduan iman bagi pembacaan Alkitab komunal.

You might also like