You are on page 1of 13

60

GAYA KEPEMIMPINAN DIREKTUR TERHADAP FUNGSI


KEPEMIMPINAN DIREKTUR DALAM MELAKSANAKAN
MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT PELAMONIA MAKASSAR

Guntur Suryo Putro*)


STIM Lasharan Jaya Makassar, Jl. Abdullah Dg. Sirua Makassar

Abstract: The purpose of this study was to determine the effect of Leadership Style Director
Of Function Leadership Director of Undertaking Management In Hospital Pelamonia
Makassar, the results of research that has been done, it is obtained that There is a significant
relationship between leadership style and flexibility of leadership style to function leadership
but there is no significant correlation between the effectiveness of leadership style with
leadership functions. The individual characteristics by long working director to director
assessed and the type of training that followed had a significant relationship to the function
of leadership, while gender and type of education directors did not have a significant
relationship to the function of leadership. Results OR of long work became director assessed
the function of leadership to come by 0.144 means that directors who have long work became
director who rated less than 1 year likely to be assessed as having a leadership function
"good" by 0.144 times greater than the director with a long working directors rated greater
than or equal to 1 year. It is possible in the director with a long work became director who
rated less than 1 year have managerial experience hospital longer than the director who has
long work became director who rated more than 1 year and length of employment effect on
the onset of saturation resulting in dilution of innovation especially development the new
program also from the staff has been more deeply familiar with the director connected the
downside.

Keywords: Leadership Style, Function Leadership and Management

Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Gaya
Kepemimpinan Direktur Terhadap Fungsi Kepemimpinan Direktur Dalam Melaksanakan
Manajemen Di Rumah Sakit Pelamonia Makassar, dari hasil penelitian yang telah
dilakukan, maka di peroleh bahwa Terdapat hubungan yang bermakna antara gaya
kepemimpinan dan fleksibilitas gaya kepemimpinan terhadap fungsi kepemimpinan tetapi
tidak ada hubungan yang bermakna antara efektifitas gaya kepemimpinan dengan fungsi
kepemimpinan. Karakteristik individu direktur berdasarkan lama kerja menjadi direktur
yang dinilai dan jenis pelatihan yang diikuti mempunyai hubungan yang bermakna terhadap
fungsi kepemimpinan sedangkan jenis kelamin dan jenis pendidikan direktur tidak
mempunyai hubungan yang bermakna terhadap fungsi kepemimpinan. Hasil OR dari lama
kerja menjadi direktur yang dinilai terhadap fungsi kepemimpinan didapat 0,144 artinya
direktur yang mempunyai lama kerja menjadi direktur yang dinilai kurang dari 1 tahun
berpeluang untuk dinilai mempunyai fungsi kepemimpinan “baik” sebesar 0,144 kali lebih
besar dibanding direktur dengan lama kerja direktur yang dinilai lebih atau sama dengan 1
tahun. Hal ini dimungkinkan pada direktur dengan lama kerja menjadi direktur yang dinilai
kurang dari 1 tahun mempunyai pengalaman manajerial rumah sakit lebih lama
dibandingkan direktur yang mempunyai lama kerja menjadi direktur yang dinilai lebih dari 1
tahun dan lama kerja berpengaruh pada timbulnya kejenuhan yang mengakibatkan
berkurangnya inovasi terutama pengembangan program baru juga dari sisi staf telah lebih
dalam mengenal direkturnya yang dihubungkan sisi buruknya.

Kata Kunci : Gaya Kepemimpinan, Fungsi Kepemimpinan dan Manajemen

PENDAHULUAN pelayanan kesehatan yang bersifat dasar,


Rumah sakit adalah salah satu spesialistik dan sub spesialistik serta
sarana kesehatan yang memberikan mempunyai misi memberikan pelayanan
61

kesehatan yang bermutu dan terjangkau darurat dan tindakan medis lainnya,
oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan yang dilaksanakan selama 24 jam
derajat kesehatan masyarakat (SK melalui upaya kesehatan perorangan
MenKes RI No. 983/Menkes/SK/XI/ dimana dalam pelayanannya disediakan
1992). Rumah sakit baik yang oleh dokter, perawat dan tenaga ahli
diselenggarakan oleh pemerintah dan kesehatan lainnya
atau masyarakat juga berfungsi untuk Rumah sakit adalah institusi
melakukan upaya kesehatan dasar atau yang unik dan memiliki tantangan
kesehatan rujukan dan atau upaya tersendiri, karena yang diproduksi
kesehatan penunjang dimana dalam adalah jasa pelayanan medik/kesehatan,
menjalankan fungsinya diharapkan terkatagori unsought product dan juga
senantiasa memperhatikan fungsi sosial bersifat intangible sehingga dalam
dalam memberikan pelayanan kepada pengelolaannya memerlukan tenaga
masyarakat. yang mempunyai ketrampilan tentang
Memang harus disadari bahwa perumahsakitan (science) dan kemampuan
tujuan utama kegiatan di rumah sakit khusus (art) untuk menggerakkan semua
adalah melayani pasien dan juga sumber daya yang ada.
keluarganya dalam berbagai bentuk Sumber daya manusia adalah aset
pelayanan. Dari sini rumah sakit yang dimiliki oleh sebuah organisasi termasuk
mengemban tugas yang sangat besar, rumah sakit yang perlu dikelola secara
dimana di satu sisi dituntut memberi efektif agar memberikan nilai tambah.
pelayanan yang bermutu yang dapat Untuk mengelola sumber daya manusia
memuaskan konsumennya, di sisi lain menjadi aset organisasi seperti rumah
tugasnya sebagai institusi yang berperan sakit diperlukan kepemimpinan yang
penting dalam pelayanan kesehatan efektif (Muninjaya; 2004) begitu juga
masyarakat merupakan salah satu misi untuk meningkatkan mutu, salah satunya
yang harus pula dijalankan oleh rumah perlu meningkatkan ’leadership’ atau
sakit. Pembangunan kesehatan di bidang kepemimpinan.
pelayanan langsung seperti rumah sakit Kepemimpinan direktur rumah
bertujuan untuk meningkatkan mutu, sakit sangat menentukan kinerja rumah
cakupan dan efisiensi pelaksanaan sakit itu sendiri agar fungsi rumah sakit
rujukan secara terpadu serta meningkatkan dan dapat terwujud secara optimal. Direktur
memantapkan manajemen pelayanan rumah sakit harus membangun image
kesehatan yang meliputi kegiatan rumah sakit yang lebih baik agar dapat
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan menghadapi kebutuhan dan tuntutan
dan pengendalian serta penilaian. masyarakat serta mampu bersaing
Keberhasilan rumah sakit dalam dengan sarana pelayanan kesehatan lain.
menjalankan misi dan fungsinya di atas Jelas sudah bahwa sumber daya manusia
ditandai dengan adanya mutu pelayanan bidang kesehatan di rumah sakit yang
prima rumah sakit. Pengelolaan rumah sangat berperan penting adalah direktur
sakit yang bermutu, efektif dan efisien rumah sakit. Sebagai pimpinan rumah
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. sakit, direktur rumah sakit berpengaruh
Adapun faktor yang paling penting dan positif terhadap pencapaian program-
dominan adalah sumber daya manusia program rumah sakit dan tujuan
yang memadai baik kuantitas maupun organisasi, dengan kata lain sekali lagi,
kualitasnya. direktur rumah sakit merupakan tokoh
Rumah sakit merupakan sarana yang berperan sangat penting dalam
kesehatan yang menyelenggarakan pengelolaan manajemen rumah sakit.
perawatan rawat jalan, rawat inap, gawat
62

Untuk mengetahui faktor-faktor situasi tertentu. (Gibson; 1996, Goetsch;


gaya kepemimpinan apa saja yang 1997, Hersey & Blanchard; 1998, Yulk;
berhubungan dengan fungsi kepemimpinan 1998, Kreitner; 2005, Terry; 2005, Ilyas;
direktur rumah sakit dalam pelaksanaan 2006, Robbins; 2006 dan Siagian; 2006
manajemen rumah sakit di Rumah Sakit serta Kartono; 2008)
Pelamonia Makassar maka penulis
mengambil judul : “Pengaruh Gaya Fungsi kepemimpinan
Kepemimpinan Direktur Rumah Sakit Fungsi kepemimpinan menurut
Terhadap Fungsi Kepemimpinan Dalam Kartono (2008), Kreitner (2005), Yulk
Pelaksanaan Manajemen Di Rumah (1998) dan Drucker (1992) adalah menetapkan
Sakit Pelamonia Makassar”. tujuan, memandu, memimpin, memberi
ataupun membangunkan motivasi kerja,
Rumusan Masalah mengemudikan organisasi dengan cara
Berdasarkan hal tersebut di atas menyusun struktur kelompok, menjalin
perlu kiranya dilakukan penelitian untuk jaringan komunikasi yang baik,
mengkaji gaya kepemimpinan terhadap membangun tim, menciptakan kesatuan,
fungsi kepemimpinan direktur rumah mempertahankan hubungan kerja sama
sakit dalam melaksanakan manajemen yang harmonis dan menyelesaikan
rumah sakit. Dalam penelitian ini, untuk perselisihan di antara para anggota
mengetahui : “Pengaruh Gaya Kepemimpinan sehingga dapat menyelesaikan tugas
Direktur Terhadap Fungsi Kepemimpinan organisasi dengan baik, memberikan
Direktur Dalam Melaksanakan Manajemen Di supervisi atau pengawasan dan evaluasi
Rumah Sakit Pelamonia Makassar”. yang efisien, proses pengendalian,
pendelegasian dan pelimpahan wewenang serta
LANDASAN TEORI membawa para pengikutnya kepada
sasaran yang ingin dituju sesuai dengan
Kepemimpinan ketentuan waktu dan perencanaan.
Beberapa ahli memberi batasan Menurut Ilyas (2006), pemimpin
pengertian kepemimpinan yang antara lebih berperan sebagai fasilitator yang
lain dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan mengembangkan, mengkoordinasikan
adalah seni, kemampuan dan ketrampilan dan memotivasi anggota tim untuk
seorang personel atau kelompok yang menyelesaikan pekerjaan. Pemimpin tim
menduduki jabatan sebagai pimpinan yang sukses dapat menciptakan atmosfer
satuan kerja yang berupa suatu hubungan atau kerja yang mendorong anggota tim
proses untuk mempengaruhi, meyakinkan, untuk melakukan pemecahan masalah,
menginspirasi dan membimbing perilaku mencari solusi dan berpartisipasi dalam
orang lain terutama pengikut atau pengambilan keputusan.
bawahannya melalui proses komunikasi
sehingga orang-orang tersebut dapat Sifat-sifat kepemimpinan
berpikir, berpartisipasi, bertindak dan Upaya untuk menilai sukses atau
beraktivitas sedemikian rupa serta dapat gagalnya pemimpin antara lain
digerakkan secara maksimal, terorganisir dilakukan dengan mengamati sifat dan
dan berkomitmen total, diinginkan atau mutu perilakunya yang dipakai sebagai
sukarela untuk berperilaku positif, kriteria untuk menilai kepemimpinannya.
bekerja sama dan melaksanakan tugas- Kartono (2008), Siagian (2006), Terry
tugas yang ada sehingga akan (2005), Nasution (2004), Edwin H
memberikan sumbangsih nyata dalam Schell dan Ordway Tead seperti yang
usaha pencapaian tujuan organisasi yang dikutip Winardi (2000), John D Millet
diinginkan atau melebihi itu dalam Azwar (1996), Drucker (1992) dan
63

Zalenik (1986) menyebutkan sifat-sifat tenaga manusia agar tercapai


kepemimpinan yang baik dan perlu maksimalisasi efektifitas kerja dan
dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu : produktivitas, tehnik lain yang juga
1) Energi jasmani/badaniah dan harus dikuasai adalah antara lain
mental/rohaniah. ketrampilan atau kemampuan mengajar atau
Energi jasmani seperti daya tahan, mendidik, ketrampilan berkomunikasi
keuletan, kekuatan tenaga serta dengan anggota secara efektif
kemampuan berkembang secara termasuk kemampuan mendengar,
mental berupa semangat juang, sosial dan kecakapan teknis dan
motivasi kerja, disiplin, kesabaran, manajerial.
kedewasaan mental dan stabilitas 8) Ketegasan dalam mengambil keputusan.
emosi yang baik dimana pemimpin Setiap pemimpin harus dapat mengambil
yang baik tidak mudah marah, tidak keputusan secara tepat, tegas dan
mudah tersinggung dan tidak cepat dan harus mampu meyakinkan
meledak-ledak secara emosional. anggota akan kebenaran keputusannya.
2) Kesadaran akan tujuan dan arah. Pemimpin berusaha agar para pengikut
Memiliki keyakinan yang teguh akan bersedia mendukung kebijakan yang
kebenaran dan kegunaan dari semua telah diambilnya. Pemimpin harus
perilaku yang dikerjakan dan menampilkan ketetapan hati.
pengaruhnya atas pihak lain maupun 9) Kecerdasan, rasionalitas atau
persepsinya tentang situasi yang kecenderungan berpikir ilmiah dan
sedang dihadapi serta memiliki kemampuan objektifitas.
untuk menentukan tindakan yang Yaitu kemampuan untuk melihat,
terbaik dan tahu persis kemana arah menemukan hal-hal yang krusial,
yang akan dituju yang pasti memberikan bukti-bukti nyata dan memahami,
kemanfaatan dalam mencapai tujuan mengerti dengan baik serta mempunyai
kelompok yang dipimpinnya. alasan yang rasional sebab dan akibat
3) Antusiasme. setiap kejadian juga cepat menemukan cara
Pekerjaan yang dilakukan dan tujuan penyelesaian. Disertai dengan daya
yang akan dicapai harus sehat, imajinasi yang tinggi dan rasa humor
berarti, bernilai, memberikan harapan serta dapat dengan cepat mengurangi
yang menyenangkan, memberikan ketegangan.
kesuksesan dan menimbulkan semangat. 10) Kepercayaan.
4) Keramahan, kecintaan, kasih sayang, Kepercayaan bahwa para angggota
simpati yang tulus, kepedulian dipimpin dengan baik, dipengaruhi
terhadap kemanusiaan, kesediaan secara positif dan diarahkan pada
berkorban, dedikasi, membuka hati sasaran yang benar. Apapun tingkatan
untuk bekerja sama demi mencapai dan dimanapun keberadaannya,
satu sasaran tertentu. pemimpin yang baik harus memiliki
5) Integritas. kewibawaan dan kelebihan atau
6) Terbuka, merasa utuh bersatu, sejiwa kemampuan untuk mempengaruhi,
dan seperasaan dengan anak buah, mengajak, meyakinkan, memotivasi
senasib dan sepenanggungan dalam serta mengarahkan bawahannya atau
satu perjuangan yang sama. orang lain untuk melaksanakan tugas
7) Pendidikan umum yang luas dan secara efektif dan kooperatif serta
penguasaan teknis. bertanggung jawab untuk mencapai
Pemimpin harus memiliki satu atau tujuan.
beberapa kemahiran teknis tertentu.
Terutama tehnik untuk mengkoordinasikan
64

Teori Kepemimpinan 2) Teori Psikologis


Dalam beberapa literatur dikenal Teori ini menyatakan bahwa fungsi
macam-macam teori kepemimpinan seorang pemimpin adalah memunculkan dan
antara lain menurut Robbins (2006) serta mengembangkan sistem motivasi terbaik
Kreitner dan Kinicki (2000) dalam buku untuk merangsang kesediaan bekerja
Organizational Behaviour, membagi dari bawahan. Guna mencapai
teori kepemimpinan menjadi : sasaran organisatoris maupun untuk
1) Teori Ciri Kepribadian memenuhi tujuan pribadi.
Diyakini bahwa pemimpin dilahirkan, 3) Teori sosiologis
tidak dibuat. Orang-orang terpilih Kepemimpinan dianggap sebagai
dianggap memiliki karakteristik usaha untuk melancarkan antar relasi
bawaan lahir yang menjadikan dalam organisasi dan menyelesaikan
mereka pemimpin. setiap konflik organisatoris antara
2) Teori Gaya Perilaku para pengikut agar tercapai kerjasama yang
Titik tolak teori ini berpusat pada baik. Pemimpin menetapkan tujuan,
perilaku pemimpin dan bukan pada memberi petunjuk dan menyertakan
karakteristik kepribadian. Diyakini para pengikut dalam pengambilan
bahwa perilaku pemimpin secara keputusan akhir.
langsung mempengaruhi efektifitas 4) Teori suportif
kelompok kerja. Menurut teori ini, para pengikut
3) Teori Kontinjensi atau Situasional harus berusaha sekuat mungkin dan
Efektifitas gaya perilaku kepemimpinan bekerja dengan penuh gairah sedangkan
tergantung pada situasi dan hal lain pemimpin akan membimbing dengan
yang mampu mengisolasi kondisi- sebaik-baiknya melalui policy
kondisi situasi itu. Dengan berubahnya tertentu. Ada yang menamakannya
situasi, gaya yang berbeda menjadi dengan teori partisipatif atau teori
sesuai. kepemimpinan demokratis.
Kepemimpinan karismatik menekankan 5) Teori Laissez Faire
perilaku pemimpin yang simbolis, daya Pemimpin adalah ketua yang
tarik terhadap nilai-nilai idiologis, pesan- bertindak sebagai simbol, biasanya
pesan mengenai visi dan memberikan inspirasi, tidak memiliki ketrampilan teknis.
komunikasi nonverbal, stimulasi intelektual Kedudukannya biasanya dimungkinkan
terhadap para pengikut oleh pemimpin, oleh sistem nepotisme dan koneksi.
penampilan percaya diri sendiri dan atas 6) Teori Kelakuan Pribadi
para pengikut serta harapan pemimpin Kepemimpinan jenis ini akan
akan pengorbanan diri para pengikut dan muncul berdasarkan kualitas-kualitas
untuk kinerja yang melampaui panggilan pribadi atau pola-pola kelakuan para
tugas. pemimpin.
G. R. Terry dan L. W. Rue (2005) 7) Teori sifat Orang-orang Besar
mengemukakan teori tentang Beberapa ciri-ciri unggul yang
kepemimpinan sebagai berikut : diharapkan dimiliki seorang pemimpin yaitu
1) Teori Otokratis dan Pemimpin Otokratis memiliki intelegensi tinggi, banyak
Teori ini didasarkan atas perintah, inisiatif, energik, punya kedewasaan
paksaan dan tindakan yang arbiter emosional, memiliki daya persuasif
(sebagai wasit). Pemimpin melakukan dan ketrampilan komunikatif,
pengawasan yang ketat agar semua memiliki kepercayaan diri, peka,
pekerjaan berlangsung secara efisien. kreatif dan mau memberikan
Kepemimpinannya berorientasi pada partisipasi sosial yang tinggi.
struktur organisasi dan tugas-tugas.
65

8) Teori situasi menyelenggarakan pelayanan


Teori ini menjelaskan bahwa harus kesehatan perorangan secara
terdapat daya lenting yang tinggi paripurna yang menyediakan
atau luwes pada pemimpin untuk pelayanan rawat inap, rawat
menyesuaikan diri terhadap tuntutan jalan dan gawat darurat.
situasi, lingkungan sekitar dan 2) Peraturan Menkes RI Nomor
jaman. Situasi dianggap elemen yang 1045/Menkes/Per/XI/2006,
sangat penting karena memiliki rumah sakit didefinisikan sebagai
paling banyak variabel dan suatu fasilitas pelayanan
kemungkinan yang bisa terjadi. kesehatan perorangan yang
9) Teori Humanistik atau Populistik menyediakan rawat inap dan
Fungsi kepemimpinan menurut teori rawat jalan yang memberikan
ini ialah merealisir kebebasan pelayanan kesehatan jangka
manusia dan memenuhi segenap pendek dan jangka panjang
kebutuhan insani yang dicapai yang terdiri dari observasi,
melalui interaksi pemimpin dengan diagnostik, terapeutik dan
rakyat, melalui kerjasama yang baik rehabilitatif untuk orang-orang
dengan memperhatikaan kepentingan yang menderita sakit, cidera
masing-masing. dan melahirkan.
Teori kepemimpinan situasional 3) Kep. Menkes Nomor
(Situational Leadership Theory-SLT) 582/Menkes/SK/VI/1997
berkembang berdasarkan pemikiran menyebutkan rumah sakit
bahwa tidak ada satupun gaya sebagai sarana kesehatan yang
kepemimpinan yang efektif untuk semua menyelenggarakan pelayanan
situasi. Kekuatan yang ada pada diri kesehatan secara merata dengan
pemimpin dan yang dimiliki oleh mengutamakan upaya penyembuhan
kelompok (hubungan interpersonal di penyakit dan pemulihan
antara keduanya) serta lingkungan kesehatan yang dilaksanakan
(orientasi tugas) akan ikut menentukan secara serasi dan terpadu
gaya kepemimpinan seseorang jika ia dengan upaya peningkatan
berhubungan dengan stafnya kesehatan dan pencegahan
(Muninjaya; 2004). penyakit dalam suatu tatanan
rujukan serta dapat dimanfaatkan
Pengertian dan Lingkup Rumah Sakit untuk pendidikan tenaga dan
a. Etimologi penelitian.
Istilah hospital (rumah sakit) 4) Komite ahli WHO pada
berasal dari kata Latin, hospes (tuan organisasi perawatan medis,
rumah), yang juga menjadi akar kata rumah sakit adalah bagian
hotel dan hospitality (keramahan). integral dari organisasi sosial
Rumah sakit (hospital) adalah sebuah dan medis, yang berfungsi
institusi perawatan kesehatan profesional yang menyediakan perawatan kesehatan
pelayanannya disediakan oleh dokter, lengkap bagi penduduk baik
perawat dan tenaga ahli kesehatan kuratif dan preventif dan layanan
lainnya. pasien luar yang menjangkau
b. Definisi keluarga dan lingkungan rumah,
1) UU Nomor 44 Tahun 2009 rumah sakit juga merupakan
tentang Rumah Sakit Pasal 34, pusat pelatihan pekerja kesehatan dan
rumah sakit adalah fasilitas untuk penelitian biososial.
pelayanan kesehatan yang
66

5) Sebuah bangunan di mana c) Mengembangkan dan


orang sakit, cedera atau sakit memperbaiki pola anggaran.
diterima dan diobati. d) Memperbaiki sistem
6) Sebuah lembaga umum atau komunikasi dengan pasien.
swasta yang didirikan untuk 6) Planning surveilans lingkungan
penerimaan dan menyembuhkan atau (Environmental Surveillance
perlindungan bagi orang-orang Planning)
berpenyakit tubuh atau pikiran a) Menetapkan dan menentukan
atau ketidakmampuan, lemah prioritas untuk jenis
atau ketergantungan dimana pelayanan baru.
mereka diperlakukan baik b) Menginterpretasikan
dengan biaya sendiri atau lebih bagaimana hukum dan
sering oleh penyantun secara peraturan dapat mempengaruhi
keseluruhan atau sebagian. rumah sakit.
c) Menginterpretasikan
Tugas Pokok dan Fungsi Kepemimpinan bagaimana
Direktur Rumah Sakit dalam melaksanakan kecenderungan masalah
Manajemen Rumah Sakit keuangan dan pelayanan
Kegiatan Direktur Rumah Sakit : kesehatan dapat mempengaruhi
a. Manajemen Internal rumah sakit.
1) Perencanaan (Planning) b. Hubungan eksternal (External Relation)
2) Pengorganisasian 1) Menginformasikan kepada
(Organizing) masyarakat luas tentang rumah
a) Menyusun organisasi secara sakit.
umum dan prioritas 2) Berhubungan dengan tokoh
tujuan. masyarakat dalam masalah
b) Menetapkan bagaimana perumahsakitan.
kewenangan dan tanggung 3) Mempengaruhi legislatif dan
jawab dibagi diantara regulator.
perorangan dan departemen.
c) Menetapkan pola komunikasi METODE PENELITIAN
baku (dan pelaporan)
dalam rumah sakit. Metode Pengumpulan Data
3) Staffing 1. Observasi, yaitu pengamatan yang
a) Menetapkan strata staf di lakukan secara sistematis pada
departemen. obyek penelitian melalui proses
b) Menetapkan skala penggajian. identifikasi berbagai macam
c) Evaluasi, pelatihan dan masalah yang berkaitan dengan
pengembangan personil obyek penelitian.
manajemen. 2. Wawancara, adalah suatu proses
4) Directing yang di lakukan untuk memperoleh
Memotivasi, memberi saran informasi dengan melalui wawancara
dan konseling bagi personil langsung dengan narasumber
manajemen. 3. Kuesioner, adalah suatu metode
5) Controlling yang dipakai dalam pengumpulan
a) Mengembangkan dan data di mana dengan cara membuat
meningkatkan sistem informasi. daftar pertanyaan dan jawaban yang
b) Meningkatkan efisiensi sistematis dan memudahkan bagi
dan produktivitas. responden untuk memberikan
67

jawaban sesuai dengan kenyataan lebih kecil daripada r tabel maka Ho


yang ada pada Rumah Sakit gagal ditolak berarti variabel tidak valid.
Pelamonia Makassar.
c. Uji Reliabilitas
Metode Analisis Data Pada uji reliabilitas ini digunakan
Jenis penelitian yang digunakan indikator nilai alpha cronbach. Menurut
adalah metode penelitian deskriptif ketentuan statistik bila nilai alpha
analitik dan konfirmasi dengan pendekatan cronbach lebih besar dari 0,5 maka Ho
cross-sectional yang bersifat kuantitatif ditolak yang berarti variabel reliable dan
dan kualitatif. Dalam rancangan cross- sebaliknya bila nilai alpha cronbach
sectional, tiap subyek hanya diobservasi lebih kecil daripada 0,5 maka Ho gagal
satu kali saja, diukur menurut keadaan ditolak berarti variabel tidak reliable.
atau status pada waktu observasi Dari hasil uji reliabilitas penelitian ini
(Pratiknya; 2001). didapat hasil untuk kuesioner fungsi
Untuk pendahuluan penelitian kepemimpinan didapat nilai alpha
dilakukan penelitian deskriptif cronbach aspek koordinasi = 0,936,
kuantitatif melalui pembagian kuesioner komunikasi = 0,956, motivasi = 0,945,
kepada staf Rumah Sakit Pelamonia supervisi=0,961 dan pendelegasian
Makassar yang terdiri dari kuesioner wewenang = 0,837 maka seluruh
gaya kepemimpinan dan kuesioner pertanyaan untuk kuesioner fungsi
fungsi kepemimpinan. kepemimpinan adalah reliable karena
lebih besar dari 0,5.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN Tabel 1. Distribusi Responden Mengenai
Gaya Kepemimpinan
Penelitian Kuantitatif
a. Hasil Uji Instrumen Gaya Jumlah %
Kepemimpinan
Pengumpulan data penelitian
Directing 14 14,6
diawali dengan melakukan uji kuesioner Coaching 23 24
pada 30 staf terbagi di Rumah Sakit Supporting 42 43,7
Pelamonia Makassar. Uji kuesioner ini Delegating 17 17,7
bertujuan untuk memperoleh keyakinan Jumlah 96 100
bahwa apakah instrumen atau kuesioner
yang digunakan dalam penelitian Setelah dilakukan penyesuaian
menunjukkan ketepatan dan kecermatan seperti yang terlihat pada tabel 1
yang baik (valid) dan sejauh mana didapatkan hasil yaitu didapat responden
penilaian tersebut konsisten dilakukan mengungkapkan paling banyak gaya
dua kali atau lebih terhadap pertanyaan kepemimpinan supporting. Kedua
serta alat ukur yang sama (reliable). terbanyak gaya kepemimpinan coaching,
diikuti dengan gaya kepemimpinan
delegating dan direktur dengan gaya
b. Uji Validitas kepemimpinan directing paling sedikit
Dilakukan dengan membandingkan r frekuensinya. Perbedaan hanya terdapat
hasil dari masing-masing pertanyaan pada nilai jumlahnya saja.
dengan r tabel, dimana df = n-2 = 30-2 =
28 dan didapat r tabel = 0,361. Menurut d. Fleksibilitas Gaya Kepemimpinan
ketentuan statistik bila r hasil lebih besar
dari r tabel maka Ho ditolak yang berarti
variabel valid dan sebaliknya bila r hasil
68

Tabel 2. Distribusi Responden Mengenai Tabel 4. Distribusi Responden Fungsi


Fleksibilitas Gaya Kepemimpinan Kepemimpinan

Fleksibilitas Gaya Jumlah % Fungsi Kepemimpinan Jumlah %


Kepemimpinan Fungsi Koordinasi :
Sangat Fleksibel 61 63,5 Baik 56 58,3
Fleksibel 31 32,3 Kurang Baik 40 41,7
Kaku 4 4,2 Fungsi Komunikasi :
Jumlah 96 100 Baik 55 57,3
Sumber : data diolah 2015 Kurang Baik 41 42,7
Sebagian besar responden yaitu Fungsi Motivasi :
Baik 57 59,4
lebih dari separuh menilai fleksibilitas
Kurang Baik 39 40,6
gaya kepemimpinan ”sangat fleksibel”. Fungsi Supervisi :
Sisanya menilai kepemimpinan direktur Baik 48 50
”fleksibel” dan hanya sedikit yang Kurang Baik 48 50
menilai kepemimpinan direktur ”kaku”. Fungsi Pendelegasian
Wewenang : 42 43,75
Baik 54 56,25
e. Efektifitas Gaya Kepemimpinan Kurang Baik
Fungsi Kepemimpinan :
Tabel 3. Distribusi Responden Mengenai Baik 55 57,3
Efektifitas Gaya Kepemimpinan Kurang Baik 41 42,7
Jumlah 96 100
Efektifitas Gaya Jumlah %
Kepemimpinan Secara umum lebih banyak
Tinggi 9 9,4
Sedang 87 90,6
jumlah responden yang menilai fungsi
Rendah 0 0 kepemimpinan direktur ”baik” dibanding yang
Jumlah 96 100 menilai ”kurang baik”. Fungsi koordinasi,
komunikasi dan motivasi direktur dinilai
Penilaian terhadap efektifitas gaya ”baik” oleh lebih banyak responden. Untuk
kepemimpinan hampir sebagian besar fungsi supervisi jumlah penilaiannya
menilai pada tingkat ”sedang” dan sama atau berimbang antara yang
sangat dominan jumlahnya. Sedangkan menilai ”baik” dan ”kurang baik”.
efektifitas gaya kepemimpinan ”tinggi” Sedangkan dalam menjalankan fungsi
sangat sedikit dan efektifitas gaya pendelegasian wewenang direktur lebih
kepemimpinan ”rendah” tidak ada. banyak dinilai ”kurang baik”.

f. Fungsi Kepemimpinan Direktur Hasil Analisis Bivariat


Rumah Sakit Pelamonia Makassar Pada analisis bivariat ini dilakukan
Untuk melihat fungsi kepemimpinan dengan menggunakan tabel silang untuk
yang terdiri dari fungsi koordinasi, melihat pengaruh Gaya Kepemimpinan,
komunikasi, motivasi, supervisi dan Fleksibilitas dan Efektifitas Gaya
pendelegasian wewenang serta fungsi Kepemimpinan serta Karakteristik
kepemimpinan secara menyeluruh dapat Individu Direktur terhadap Fungsi
dilihat pada tabel dan grafik berikut : Kepemimpinan. Uji statistik yang
digunakan adalah Uji Chi-Square. Untuk
melihat hasil analisis tersebut dapat
dijelaskan dalam tabel dan grafik
berikut:
69

Hubungan Gaya Kepemimpinan terhadap Fungsi Kepemimpinan

Tabel 5. Distribusi menurut Gaya Kepemimpinan dan Fungsi Kepemimpinan

Masa/Lama Kerja Fungsi Kepemimpinan Total OR P Value


menjadi Direktur Baik Kurang Baik Σ %
yang Dinilai Σ % Σ %
≥ 1 Tahun 17 35,4 31 64,6 48 100
< 1 Tahun 38 79,2 10 20,8 48 100 0,144 < 0,001
Total 55 57,3 41 42,7 96 100

Dari responden yang menilai dengan lama kerja menjadi direktur yang
fungsi kepemimpinan direktur dengan dinilai terhadap fungsi kepemimpinannya. Dan
lama kerja menjadi direktur yang dinilai dari nilai OR yang diperoleh = 0,144
kurang dari 1 tahun, lebih banyak menyatakan dapat dikatakan bahwa direktur dengan
fungsi kepemimpinan “baik” dan sebaliknya dari lama kerja menjadi direktur yang dinilai
responden yang menilai fungsi kepemimpinan kurang dari satu tahun berpeluang untuk
direktur dengan lama kerja menjadi dinilai memiliki fungsi kepemimpinan
direktur yang dinilai lebih atau sama “baik” sebesar 0,144 kali lebih besar
dengan 1 tahun, lebih banyak yang dibanding direktur dengan lama kerja
menilai fungsi kepemimpinan “kurang baik”. direktur yang dinilai lebih atau sama
Dari Uji Statistik Pearson Chi dengan 1 tahun.
Square yang dilakukan, diperoleh p
value < 0,001 yang berarti bahwa pada Hubungan Karakteristik Individu
alpha 0,05 dapat disimpulkan ada Direktur berdasarkan Pendidikan
hubungan yang bermakna antara direktur terhadap Fungsi Kepemimpinan

Tabel 6 Distribusi responden menurut Karakteristik Individu Direktur berdasarkan Pendidikan


Direktur dan Fungsi Kepemimpinan

Fungsi Kepemimpinan Total OR P Value


Pendidikan Baik Kurang Baik Σ %
Σ % Σ %
MARS 14 43,75 18 56,25 32 100
Non MARS 41 64,1 23 35,9 64 100 0,436 0,075
Total 55 57,3 41 42,7 96 100

Dari responden yang menilai value = 0,075 yang berarti bahwa pada
fungsi kepemimpinan direktur dengan alpha 0,05 dapat disimpulkan tidak ada
pendidikan “MARS”, lebih banyak hubungan yang bermakna antara jenis
menilai fungsi kepemimpinan “kurang pendidikan direktur terhadap fungsi
baik” dan sebaliknya dari responden kepemimpinannya.
yang menilai fungsi kepemimpinan
direktur dengan pendidikan “Non Hubungan Karakteristik Individu
MARS” lebih banyak menilai fungsi Direktur berdasarkan Jenis Pelatihan
kepemimpinan “baik”. yang Pernah Diikuti Direktur
Dari Uji Statistik Pearson Chi terhadap Fungsi Kepemimpinan
Square yang dilakukan, diperoleh p
70

Tabel 7. Distribusi menurut Karakteristik Individu Direktur berdasarkan


Jenis Pelatihan yang Pernah Diikuti Direktur dan Fungsi Kepemimpinan

Fungsi kepemimpinan Total P Value


Pelatihan Baik Kurang Baik Σ %
Σ % Σ %
Manajemen, Tehnis Fungsional dan 41 64,1 23 35,9 64 100
Program Kegiatan RS
Manajemen dan Tehnis Fungsional RS 12 75 4 25 16 100
Manajemen RS 2 12,5 14 87,5 16 100
Total 55 57,3 41 42,7 96 100 < 0,001

Dari responden yang menilai Gaya supporting ini cocok


fungsi kepemimpinan direktur yang diterapkan dan diperlukan untuk tingkat
telah mengikuti ”pelatihan manajemen perkembangan pada bawahan atau
dan tehnis fungsional rumah sakit” dan pelaksana yang mampu tetapi ragu-ragu.
direktur yang telah mengikuti ”pelatihan Adapun tingkat kemampuan bawahan
manajemen, tehnis fungsional dan ”sedang” sampai ”tinggi” tetapi
program kegiatan rumah sakit”, lebih memiliki komitmen yang tidak menentu.
banyak menilai fungsi kepemimpinan Terdapatnya juga gaya supporting
“baik” dan sebaliknya dari responden sebagai gaya terbanyak pada direktur
yang menilai fungsi kepemimpinan Rumah Sakit Pelamonia Makassar
direktur yang hanya mengikuti pelatihan adalah hal yang paling diharapkan
manajemen rumah sakit, lebih banyak karena sesuai dengan kebutuhan
menyatakan fungsi kepemimpinan organisasi rumah sakit. Unsur kerjasama
“kurang baik”. tim antara direktur dan staf dengan
Dari Uji Statistik Pearson Chi keterlibatan secara langsung dari
Square yang dilakukan, diperoleh p direktur dalam kegiatan rumah sakit
value < 0,001 yang berarti bahwa pada merupakan hal yang menentukan
alpha 0,05 disimpulkan ada hubungan keberhasilan pelaksanaan tugas secara
yang bermakna antara jenis pelatihan keseluruhan.
yang telah diikuti direktur terhadap Selanjutnya penilaian 17,7%
fungsi kepemimpinannya. responden menyatakan direktur rumah
sakit mempunyai gaya kepemimpinan
Pembahasan Hasil delegating (gaya S4). Ciri-ciri gaya
Dari hasil penelitian memperlihatkan kepemimpinan ini adalah perilaku
responden terbanyak menilai gaya mengarahkan dan mendukung rendah.
kepemimpinan direktur Rumah Sakit Pada gaya kepemimpinan ini, pemimpin
Pelamonia Makassar adalah gaya menyerahkan pembuatan keputusan dan
kepemimpinan supporting (gaya S3) tanggung jawab pelaksanaan kegiatan
yaitu sebanyak 43,7% responden. kepada bawahan serta pengarahan dan
Gaya kepemimpinan ini mempunyai pengawasan pun dilakukan secara minim, ini
ciri-ciri yaitu perilaku mengarahkan menunjukan kepercayaan pemimpin
rendah dan perilaku mendukung tinggi. akan kemampuan bawahan sangat besar.
Pemimpin dan bawahan saling Gaya kepemimpinan direktur
memberikan gagasan dan bersama-sama Rumah Sakit Pelamonia Makassar yang
membuat keputusan serta melakukan dinilai oleh paling sedikit responden,
evaluasi terhadap pelaksanaan tugas juga yaitu sebanyak 14,6% responden adalah
pemimpin mendorong bawahan dalam gaya kepemimpinan directing (gaya S1)
menyelesaikan tugas. dimana gaya ini mempunyai ciri-ciri
71

perilaku mengarahkan tinggi dan Gaya kepemimpinan direktur Rumah


perilaku mendukung rendah. Pemimpin Sakit Pelamonia Makassar Tahun 2015
pada gaya ini memberikan instruksi dinilai mayoritas bersifat supporting
yang spesifik tentang peran dan tujuan (43,7%) dan diikuti oleh gaya
pemimpin, menerangkan apa, bagaimana, kapan kepemimpinan coaching (24%),
dan dimana pekerjaan yang harus dilakukan oleh delegating (17,7%) dan paling sedikit
bawahan melalui komunikasi satu arah bersifat directing (14,6%).
sehingga peran bawahan sangat minim Fleksibilitas gaya kepemimpinan
serta pemimpin melakukan pengawasan direktur Rumah Sakit Pelamonia
secara ketat dan memecahkan msalah Makassar Tahun 2015 dinilai dominan
serta mengambil keputusan sendiri. bersifat ”sangat fleksibel” (63,5%) dan
Gaya ini dibutuhkan untuk bawahan ”fleksibel” (32,3%) serta walaupun
yang memiliki kemampuan rendah dan masih ada sangat sedikit yang bersifat
komitmen tinggi. ”kaku” (4,2%).
Gaya kepemimpinan ini kurang Kefleksibelan gaya
sesuai untuk diterapkan di rumah sakit kepemimpinan dilakukan selama proses
karena tidak mendorong dan melibatkan kegiatan yang dilakukan tidak
staf dalam memikirkan gagasan dan ide menimbulkan masalah. Tetapi pada hal
baru dalam pelaksanaan tugas. Direktur yang menyangkut visi misi, peraturan,
dengan gaya ini cenderung menilai beresiko hukum dan pelanggaran,
kemampuan staf rendah dimana staf direktur cenderung bersikap kaku.
dianggap tidak siap sehingga perlu Efektifitas gaya kepemimpinan
bimbingan penuh bahkan kemungkinan direktur Rumah Sakit Pelamonia
direktur menilai staf malas, tidak bisa Makassar Tahun 2015 dominan dinilai
dipercaya dan tidak bertanggungjawab ”sedang” (90,6%) dibanding yang
sehingga untuk mempengaruhi aktivitas menilai ”tinggi” (9,4%) tetapi tidak ada
staf, direktur menggunakan paksaan, yang menilai ”rendah”.
ganjaran dan hukuman serta pengawasan Fungsi kepemimpinan direktur
secara ketat yang sebenarnya merupakan Rumah Sakit Pelamonia Makassar
cara lama yang sudah tidak sesuai Tahun 2015 lebih banyak dinilai ”baik”
dengan tuntutan perubahan situasi (57,3%) dibanding yang menilai ”kurang
masyarakat saat ini. Pada staf, gaya baik” (42,7%) dengan fungsi koordinasi,
kepemimpinan ini kemungkinan akan komunikasi dan motivasi lebih banyak
membuat staf merasa takut, kecewa, yang menilai ”baik” berturut-turut
tidak percaya, tidak didengar dan tidak 58,3%, 57,3% dan 59,4% dibanding
dihargai keberadaannya. Sikap direktur yang menilai ”kurang baik” yaitu
yang tidak membina hubungan baik berturut-turut 41,7%, 42,7% dan 40,6%.
dengan staf ini akan menumbuhkan Untuk fungsi supervisi, seimbang antara
sikap acuh tak acuh staf terhadap yang menilai ”baik” dan ”kurang baik”
pelaksanaan kegiatan rumah sakit (50%). Sedangkan untuk fungsi
sehingga akan sangat berpengaruh pada pendelegasian wewenang lebih banyak
pencapaian hasil dari kegiatan tersebut. yang menilai ”kurang baik” (57,3%)
dibanding yang menilai ”baik” (42,7%).
KESIMPULAN DAN SARAN
Saran
Kesimpulan Agar lebih bisa mengembangkan
Dari hasil analisis dan pembahasan gaya kepemimpinan, fleksibilitas dan
variabel-variabel yang diteliti dapat efektifitas gaya kepemimpinannya dalam
diambil kesimpulan sebagai berikut : situasi yang berbeda-beda dalam
72

melaksanakan manajemen rumah sakit Behaviour Utilizing Human


sehingga fungsi kepemimpinan menjadi Resources, fifth ed. Prentice
lebih baik. Hall International Edition
Agar terus mengembangkan USA.
karakter personality terutama leadership
dan softskill, membina hubungan Ilyas, Y. (2006). Kiat Sukses
interpersonal atau relationship dan Manajemen Tim Kerja. PT.
meningkatkan kemampuan belajar Gramedia Pustaka Utama.
terutama bidang manajerial rumah sakit Jakarta.
dengan banyak mengikuti pelatihan
perumahsakitan dimana kesemuanya ini Kartono, K. (2008). Pemimpin dan
sangat berperan penting dalam Kepemimpinan. Raja Grafindo
meningkatkan fungsi kepemimpinan di Persada. Jakarta.
rumah sakit.
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
DAFTAR PUSTAKA 157/Menkes/SK/III/1999.

Ayuningtyas, D. (2005). Modul Mata Kep. Menkes dan Kesos Nomor


Kuliah Strategic Leadership 191/Menkes Kesos/SK/II/2001.
and System Thinking. FKM UI.
Jakarta. Kreitner, R. Kinicki, A. (2005). Perilaku
Organisasi. Alih Bahasa
Blanchard, K. et al. (1985). LBA II, Suandy. Salemba Empat.
Leader Behaviour Analysis II, Jakarta.
Self Perception of Leadership
Style. Blanchard Training and Kunders G, D. (2004). Hospitals
Development. USA. Facilities Planning and
Management. Tata McGraw-
Blanchard, K. (2007). Leading at A Hill Co Ltd. India.
Higher Level. Alih Bahasa
Poniman. PT. Elex Media Moeljono. (2008). More about Beyond
Komputindo. Jakarta. Leadership. PT. Elex Media
Computindo. Jakarta.
Direktorat Keperawatan & Ketehnisian
Medik, Direktorat Jenderal Muninjaya. (2004). Manajemen
Pelayanan Kesehatan. EGC. Jakarta.

Medik, Departemen Kesehatan RI. Nasution, N. (2004). Manajemen Mutu


(2005). Standar Tenaga Terpadu. Edisi Revisi. Graha
keperawatan di Rumah Sakit. Indonesia. Bogor.
(Cetakan ke II). Jakarta.
Kesehatan Daerah. Peraturan Menkes RI
Goetsch, D. Darvis, S. (1997). Nomor
Manajemen Mutu Total. Alih 1045/Menkes/Per/XI/2006.
Bahasa Molan. Prehallindo. Permenkes No. 159b tahun
Jakarta. 1988. Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 2007.
Hersey, P. Blanchard, K. (1998).
Management of Organizational PP Nomor 41 Tahun 2007.

You might also like