You are on page 1of 6

JURNAL ILMIAH PETERNAKAN TERPADU Vol.

7(1): 206 - 211, Maret 2019


Arif Qisthon et al.
Terakreditasi Peringkat 3 Kemenristekdikti RI No. 21/E/KPT/2018
ISSN: 2614-0497

RESPONS FISIOLOGIS DAN KETAHANAN PANAS KAMBING BOERAWA DAN


PERANAKAN ETTAWA PADA MODIFIKASI IKLIM MIKRO KANDANG
MELALUI PENGKABUTAN

Physiological Responses and Heat Tolerance Ability of Boerawa and Ettawa Crossbreed Goat
in the Microclimate Modification with Misting

Arif Qisthon dan Madi Hartono

Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture, University of Lampung


Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1, Gedong Meneng, Rajabasa, Bandar Lampung 35145
Email: arqisthon@gmail.com

ABSTRACT

This research aimed to study the effect of microclimate modification of pensby misting and the goats
breeds (Boer and Ettawa crossbreeds) on physiological responses to adapt to the hot environments. The
study was conducted from August-September 2018 at the UPTD Goat Breeding Center, Lampung
Plantation and Livestock Service Office located in Negeri Sakti, Pesawaran Regency. The study used a split
plot design in completely randomized design. Two treatments were applied in this study, namely
modification of the pen consisting of pens without misting and pens with misting and the goat breed namely
Boerawa and Ettawa crossbreed (PE). Twelve female goats were used in this study, each of six Boerawa
and PE respectively. The parameters observed were microclimate conditions, namely air
temperature,relative humidity, and Temperature Humidity Index (THI) and physiological responses
consisted of respiration rate, heart rate, rectal temperature, and Heat Tolerance Coefficient (HTC). The
results showed that there was no effect of the interaction between the treatment of misting and the breeds
of goat on respiration rate, heart rate, rectal temperature, and HTC. Misting can improve air temperature,
THI, respiration rate and HTC, on the other hand, does not affect the heart rate and rectal temperature.
Goat breed has no effect on all physiological responses. Thus, modification of the microclimate by misting
effectively maintains body temperature under normal conditions and increases the adaptability of goats to
hot environments.

Keywords: Physiological Responses, Microclimate Conditions, Microclimate Modification, Misting

PENDAHULUAN penurunan nafsu makan dan metabolisme,


peningkatan konsumsi air minum, peningkatan
Suhu dan kelembaban lingkungan, serta pengeluaran panas melalui evaporasi; penurunan
radiasi matahari yang tinggi merupakan kendala konsentrasi hormon metabolis dalam darah,
dalam pengembangan dan peningkatan peningkatan suhu tubuh, frekuensi pernafasan,
produktivitas ternak di Indonesia, khususnya di dan denyut jantung (Qisthon dan Suharyati, 2007;
wilayah dataran rendah, karena menyebabkan Aguilar et al., 2010; dan Seixas et al., 2017).
cekaman panas pada ternak. Cekaman panas yang Kendala iklim di atas perlu diantisipasi
terjadi menunjukkan bahwa toleransi atau sehingga akan berdampak pada perbaikan
adaptasi ternak terhadap iklim sekitarnya rendah. produktivitas ternak. Memodifikasi kandang
Konsekuensi dari cekaman panas atau toleransi dapat dilakukan untuk memperbaiki mikroklimat
panas yang rendah secara langsung adalah sehingga menghasilkan lingkungan yang lebih
terjadinya penurunan produktivitas ternak, baik nyaman. Beberapa teknik modifikasi lingkungan
pertumbuhan, produksi susu, maupun reproduksi. mikroklimat untuk mengantisipasi dampak
Mabjeesh et al. (2013) melaporkan bahwa terjadi negatif suhu udara tinggi dalam kandang telah
penurunan produksi susu pada kambing yang dilaporkan oleh para peneliti, seperti penggunaan
terkena cekaman panas. Parameter lain yang naungan atau atap, penyiraman air, penggunaan
menunjukkan cekaman panas adalah adanya kipas angin (Marcillac-Embertson et al., 2009;
perubahan fisiologis dan tingkahlaku, yaitu Koluman dan Daskiran, 2011; Boonsanit et al.,

©JIPT 7(1): 206 - 211, Maret 2019 206


Arif Qisthon dan Madi Hartono

2012; Worley, 2012; Ohnstad, 2013), modifikasi bobot tubuh awal 26-31 kg dan umur 1-2,5 tahun.
rancang bangun kandang (Brouk et al., 2001; Peralatan yang digunakan diantaranya mistfan
Worley, 2012), dan pengkabutan kandang sebanyak 2 buah (Misty Cool®, type DH650, 26
(House, 2002 dan Palulungan, 2012). Efektivitas inc, 1.400 r/min), dry-wet bulb thermometer, dan
hasil dari berbagai teknik tersebut bervariasi, stetoskop.
namun secara umum dapat menurunkan cekaman Penelitian menggunakan rancangan Split
panas. Plot dengan rancangan dasar acak lengkap. Dua
Pada lingkungan panas, mekanisme perlakuan diterapkan dalam penelitian ini, yaitu
termoregulasi akan aktif untuk mengeluarkan perlakuan modifikasi iklim mikro kandang yang
panas agar suhu tubuh tetap normal. Mekanisme terdiri kandang tanpa pengkabutan (TP) dan
ini melibatkan kerja sistem respirasi, sirkulasi, kandang dengan pengkabutan (P) serta perlakuan
ekskresi, endokrin, dan syaraf (Seixas et al., pada bangsa kambing Boerawa (B) dan kambing
2017). Mekanisme tersebut bervariasi di antara Peranakan Ettawa (PE). Bangsa kambing sebagai
spesies, bangsa, dan individu dalam bangsa yang anak petak dan modifikasi iklim mikro kandang
sama. Oleh karena itu, informasi respons sebagai petak utama. Kambing ditempatkan
fisiologis dan daya adaptasi ternak terhadap iklim secara individual pada petak-petak berukuran 200
panas pada berbagai bangsa kambing di suatu x 100 cm dalam kandang tipe panggung dengan
wilayah sangat diperlukan. atap terbuat dari asbes.
Parameter lingkungan yang umum Pengambilan data penelitian berlangsung
digunakan untuk mengevaluasi cekaman panas empat minggu. Pengkabutan kandang dengan
adalah temperatur-humidity index (THI) yang mistfan yang diletakkan setinggi 1,8 m dari lantai
merupakan satu nilai dari kombinasi suhu dan di depan ternak. Pengkabutan dilakukan setiap
kelembaban lingkungan yang merujuk pada beban hari dari pukul 11.00-14.00. Saat berlangsungnya
panas ternak. Selain parameter lingkungan, pengkabutan, keempat sisi dinding kandang
parameter fisiologis yang biasa digunakan untuk ditutup dengan tirai terpal. Konsentrat pabrik
mengukur daya adaptasi ternak terhadap diberikan pukul 07.00 dan 16.00, sedangkan
lingkungan panas adalah heat tolerance hijauan pukul 08.00 dan 17.00. Air minum
coefficient (HTC) yang dihitung berdasarkan suhu diberikan secara ad libitum.
rektal yang dikembangkan oleh Rhoad (Seixas et Parameter yang diamati terdiri atas iklim
al., 2017) maupun kombinasi suhu rektal dan mikro (suhu udara, kelembaban udara relatif
frekuensi respirasi yang dikembangkan oleh (RH), dan temperatur humidity index (THI)), dan
Benezra (Seixas et al., 2017 dan Thakare et al., kondisi fisiologis (suhu rektal, frekuensi respirasi,
2017). frekuensi denyut jantung, heat tolerance
Modifikasi kandang dengan pengkabutan coefficient (HTC)). Iklim mikro diamati setiap
telah banyak dilakukan pada sapi perah, namun hari pada setiap jam mulai pukul 07.00—16.00.
belum banyak diaplikasikan pada kambing. Oleh Temperatur humidity index dihitung berdasarkan
karena itu penting dipelajari aplikasi pengkabutan formulasi yang dipergunakan Thompson dan Dahl
dalam kandang untuk mengevaluasi daya adaptasi (2012) yaitu :
terhadap lingkungan panas kambing Boerawa dan
Peranakan Ettawa (PE). Dari penelitian ini THI = (1,8 x T + 32) – [(0,55-0,0055 x RH) x
diharapkan menghasilkan temuan berupa (1,8 x T -26)]
informasi daya adaptasi kambing dan efektifitas
teknik modifikasi iklim mikro kandang dalam Keterangan :
mengatasi cekaman panas ternak kambing. T = Suhu udara (oC)
RH = Kelembaban udara (%).
MATERI DAN METODE
Parameter fisiologis diukur seminggu
Penelitian dilaksanakan di kandang UPTD sekali sesaat menjelang pengkabutan (10.30-
Balai Pembibitan Ternak Kambing, Dinas 11.00) dan segera setelah pengkabutan (14.00-
Perkebunan dan Peternakan Lampung yang 14.30). Cara pengukuran dilakukan menurut
berlokasi di Negeri Sakti, Kabupaten Pesawaran. Qisthon et al. (2018), yaitu suhu rektal diukur
Penelitian berlangsung pada Agustus hingga dengan memasukkan termometer klinis digital ke
September 2018. Ketinggian lokasi penelitian dalam rektum kambing dan ujungnya menyentuh
sekitar 300 m dpl dengan suhu lingkungan 25,9- mucosa hingga terdengan bunyi alarm dari
32,5 oC Sebanyak 12 ekor kambing digunakan termometer (sekitar 1-2 menit). Frekuensi
pada penelitian ini masing-masing 6 ekor respirasi diukur dengan cara menghitung
Boerawa dan Peranakan Ettawa (PE) dengan pergerakan naik-turun di daerah flank selama satu

©JIPT 7(1): 206 - 211, Maret 2019 207


Arif Qisthon dan Madi Hartono

menit. Frekuensi denyut jantung diukur dengan kambing berkisar 25-30°C. Namun demikian,
cara menempelkan stetoskop di dada sebelah kiri interaksi suhu dan kelembaban akan berpotensi
selama satu menit. Heat tolerance coefficient menyebabkan kambing mengalami cekaman
dihitung dengan rumus Benezra (Thakare et al., panas. Indikasi cekaman panas tersebut terlihat
2017) menggunakan data suhu rektal dan dari nilai THI yang mencapai 80-83,7. Hamdan et
frekuensi respirasi yang diperoleh, yaitu: al. (2018) menyatakan bahwa nilai THI normal
jika <74, 75-78 adalah status siaga, 79-83 status
HTC = (RT/39,44) + (RR/24) bahaya dan sangat berbahya apabila nilai THI
>84.
Keterangan : Pengkabutan mampu memperbaiki kondisi
RT = suhu rektal (oC) klimat kandang menjadi lebih baik dengan
RR = frekuensi respirasi (kali/menit); menurunkan suhu maupun THI. Hasil ini sesuai
39,44 = suhu rektal normal kambing (oC) dengan penelitian Chanchai et al. (2010) bahwa
24 = respirasi normal kambing (kali/menit) suhu udara dan THI pada kandang tanpa
pengkabutan signifikan lebih tinggi dari kandang
Data fisiologis dianalisis dengan sidik dengan tambahan pengkabutan. Kondisi
ragam dan uji-t untuk data mikroklimat dengan lingkungan yang lebih nyaman tersebut akan
bantuan software statistik IBM-SPSS ver.20. menurunkan beban panas ternak, sehingga
diharapkan dapat menampilkan produktivitas
HASIL DAN PEMBAHASAN yang lebih baik.
Kelembaban kedua kandang relatif sama
Kondisi Iklim Mikro Kandang dan cukup tinggi, lebih besar dari kisaran
Rataan suhu udara, kelembaban, dan THI kelembaban optimum yang dibutuhkan oleh
kandang terlihat pada Tabel 1. Rataan suhu kambing, yaitu sekitar 75% (Smith dan
kandang tanpa pengkabutan sangat nyata Mangkuwidjojo, 1988). Tingginya kelembaban
(P<0,01) lebih tinggi daripada kandang dengan tersebut dapat menyebabkan ternak mengalami
pengkabutan, demikian pula pada THI. Kondisi kesulitan dalam melepaskan panas tubuh ke
suhu udara kandang masih dalam batas toleransi lingkungan melalui jalur evaporatif, sehingga
bagi kambing sebagaimana pendapat Lu (1989) memperberat beban panas (heat load) yang
bahwa batas toleransi suhu lingkungan bagi dialami ternak.

Tabel 1 . Kondisi mikro klimat kandang


Kandang Suhu Udara (oC) RH (%) THI
Tanpa 30,2±1,6a 80,9±5,3 83,3±2,3a
Pengkabutan

Dengan 28,6±1,4b 80,6±5,1 80,7±1,7b


Pengkabutan
Keterangan: Huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan sangat berbeda (P<0,01)

Pengaruh Perlakuan terhadap Respons menit (Smith dan Mangkuwidjoyo,1988). Kondisi


Fisiologis ini disebabkan nilai THI yang mencapai lebih dari
a. Frekuensi respirasi 80, sehingga sistem termoregulasi kambing
Rataan frekuensi respirasi kambing selama melalui jalur respirasi untuk melepaskan beban
penelitian disajikan pada Tabel 2. Frekuensi panas tubuh ke lingkungan menjadi aktif dan
respirasi kambing berkisar antara 34,8 dan 44 meningkat.
kali/menit. Hasil analisis ragam menunjukkan Kambing pada kandang tanpa
bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi (P>0,05) pengkabutan menunjukkan tingkat cekaman
antara perlakuan pengkabutan dan bangsa panas yang lebih besar yang terlihat dari lebih
kambing terhadap respons frekuensi respirasi. tingginya frekuensi respirasi dibandingkan
Selanjutnya, faktor pengkabutan sangat nyata dengan kambing dengan pengkabutan. Hasil ini
(P<0,01) berpengaruh terhadap respons frekuensi sejalan dengan penelitian sebelumnya dengan sapi
respirasi, sebaliknya faktor bangsa kambing tidak perah, yaitu frekuensi respirasi signifikan lebih
berpengaruh (P>0,05). tinggi pada kandang tanpa pengkabutan
Frekuensi respirasi kedua bangsa kambing dibandingkan dengan pada kandang dengan
berada di atas kisaran normal, yaitu 10-20 kali per pengkabutan (Chanchai et al., 2010 dan

©JIPT 7(1): 206 - 211, Maret 2019 208


Arif Qisthon dan Madi Hartono

Boonsanit et al., 2012). Peningkatan cekaman cekaman panas. Peningkatan frekuensi respirasi
panas pada perlakuan tanpa pengkabutan merupakan salah satu mekanisme termoregulasi
diakibatkan oleh perolehan panas dari lingkungan untuk menjaga suhu tubuh tidak ikut meningkat
(heat gain) yang diindikasikan dengan dan relatif konstan. Peningkatan pernafasan
peningkatan suhu udara dan THI. Bernabucci et. menyebabkan panas tubuh bagian dalam akan
al. (2010) menyatakan bahwa peningkatan cepat dialirkan oleh darah ke saluran respirasi dan
frekuensi respirasi merupakan salah satu respons selanjutnya dikeluarkan melalui evaporasi.
segera yang dilakukan ternak yang terkena

Tabel 2. Respons fisiologis dan HTC kambing


Parameter
Perlakuan RR HR TR
HTC
(kali/menit) (kali/menit) (kali/menit)
Modifikasi mikro klimat
a. Tanpa Pengkabutan 42,8±1,77a 75,8±0,2a 38,7±0,1a 2,8±0,1a
b a a
b. Dengan Pengkabutan 35,7±1,18 72,0±3,3 38,6±0,1 2,5±0,1b
Bangsa Kambing
a. Boerawa 40,3±5,3a 75,0±0,9a 38,7±0,1a 2,7±0,2a
a a a
b. Peranakan Ettawa 38,2±4,7 72,8±4,8 38,6±0,1 2,6±0,2a
Interaksi
Modifikasi mikroklimat * Bangsa tn tn tn tn
kambing
Keterangan: Huruf superskrip yang sama pada parameter dan perlakuan yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata (P>0,05), sedangkan superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan sangat
nyata (P<0,01); tn: tidak berbrda nyata (P>0,05); RR: Frekuensi Respirasi; HR: Frekuensi
Denyut Jantung; TR: Suhu Rektal; HTC: Heat Tolerance Coefficient

Penurunan frekuensi respirasi kambing Frekuensi denyut jantung semua kambing


dalam kandang yang dikabut diduga diakibatkan baik di kandang tanpa pengkabutan maupun
oleh penurunan suhu permukaan tubuh setelah dengan pengkabutan masih dalam kisaran normal,
pengkabutan sehingga memungkinkan terjadinya yaitu 70-80 kali per menit (Dukes, 1985).
pelepasan panas tubuh ke lingkungan yang lebih Menurut Astuti et al. (2015), meningkatnya
besar melalui konduksi, konveksi, dan evaporasi. denyut jantung bertujuan untuk mengatur tekanan
Hal ini berakibat pada penurunan kecepatan darah dan membantu mengedarkan panas dari
pelepasan panas melalui saluran respirasi agar organ tubuh bagian dalam ke permukaan tubuh.
panas yang dibuang ke lingkungan tidak Pada penelitian ini, kondisi cekaman panas yang
berlebihan dan suhu tubuh tetap konstan. tinggi sehingga ternak memaksimalkan pelepasan
Kambing Boer dan PE memiliki frekuensi panas tubuh ke lingkungan dengan jalur respirasi.
pernafasan yang relatif sama. Hal ini Pada cekaman panas tinggi, sebagian besar
menunjukkan bahwa kemampuan adaptasi pada mekanisme pelepasan panas akan efektif melalui
lingkungan panas kedua bangsa kambing tersebut respirasi, sehingga frekuensi denyut jantung
tidak berbeda dan kemungkinan disebabkan relatif tidak banyak meningkat.
keduanya yang berasal dari daerah tropis sehingga
sudah beradaptasi. c.Suhu rektal
Rataan suhu rektal berkisar antara 38,55
b. Frekuensi denyut jantung dan 38,76oC (Tabel 2). Analisis ragam
Rataan frekuensi denyut jantung kambing menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh
selama penelitian berkisar dari 69,7-76 kali/menit interaksi yang nyata (P>0,05) antara perlakuan
(Tabel 2). Hasil analisis ragam menunjukkan pengkabutan dan bangsa kambing terhadap
bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi (P>0,05) respons suhu rektal. Selanjutnya, baik perlakuan
antara perlakuan pengkabutan dan bangsa pengkabutan maupun bangsa kambing juga tidak
kambing terhadap frekuensi denyut jantung. menunjukkan adanya pengaruh terhadap suhu
Selanjutnya, baik perlakuan pengkabutan maupun rektal (P>0,05). Pada sapi perah penambahan
bangsa kambing masing-masing juga tidak pengkabutan nyata menurunkan suhu rektal
menunjukkan adanya pengaruh terhadap (Boonsanit et al., 2012). Hasil yang berbeda
frekuensi denyut jantung (P>0,05). tersebut diduga berkaitan dengan kemampuan

©JIPT 7(1): 206 - 211, Maret 2019 209


Arif Qisthon dan Madi Hartono

adaptasi terhadap lingkungan panas pada kambing berpengaruh pada respons frekuensi respirasi,
yang lebih baik dibandingkan dengan sapi perah. denyut jantung, dan suhu rektal, serta daya
Suhu rektal semua kambing percobaan adaptasi kambing, sedangkan pada aplikasi
masih dalam kisaran normal. Menurut Aye pengkabutan dalam kandang efektif memperbaiki
(2007), suhu rektal normal untuk domba dan respons frekuensi respirasi dan ketahanan panas
kambing berkisar 32,60°C sampai 39,60°C. kambing.
Dalam kondisi cekaman panas ternak akan
mengaktifkan mekanisme termoregulasi, ternak DAFTAR PUSTAKA
akan memperbesar pelepasan panas tubuh ke
lingkungan guna mempertahankan suhu tubuh Aguilar, I., I. Misztal, and S. Tsuruta. 2010. Short
tetap dalam kondisi normal. Pada penelitian ini communication:Genetic trends of milk
sangat terlihat bahwa pelepasan panas dilakukan yield under heat stress for US Holstein. J.
dengan jalur respirasi yang meningkat di atas Dairy Sci. 93:1754-1758
normal (Tabel 2), baik pada kandang pengkabutan Astuti, A., Erwanto, dan P. E. Santosa. 2015.
maupun tanpa pengkabutan. Dengan demikian Pengaruh cara pemberian konsentrat –
dapat dinyatakan bahwa mekanisme hijauan terhadap respon fisiologis dan
termoregulasi ternak berjalan dengan baik karena perforam sapi Peranakan Simental. Jurnal
suhu tubuh dapat dipertahankan dalam kisaran Ilmiah Peternakan Terpadu 3(4):201–7.
normal. Aye, P. A. 2007. Production of Multi-Nutrient
Blocks for Ruminants and Alcohol from
d. Heat Tolerance Coefficient Waste Products of Leucaena and Gliricidia
Heat tollerance coefficient merupakan Leaves Using Local Technologies. Federal
nilai yang digunakan untuk mengetahui University of Technology Akure.
kemampuan adaptasi ternak terhadap kondisi Boonsanit, D. S., Chanpongsang, and N.
panas atau ketahanan panas di suatu wilayah. Chaiyabutr. 2012. Effects of supplemental
Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa recombinant bovine somatotropin and
pengaruh interaksi antara perlakuan pengkabutan mist-fan cooling on the renal tubular
dan bangsa kambing tidak nyata (P>0,05) handling of sodium in different stages of
terhadap nilai HTC (Tabel 2). Selanjutnya, lactation in crossbred Holstein cattle.
diketahui bahwa perlakuan bangsa kambing tidak Research in Vet. Sci. 93:417–426.
berpengaruh (P>0,05) terhadap nilai HTC, Bernabucci, U., N. Lacetera, L.H. Baumgard, R.
sebaliknya nilai HTC pada kandang dengan P. Rhoads, B. Ronchi, and A. Nardone.
pengkabutan lebih baik dibandingkan tanpa 2010. Metabolic and hormonal acclimation
pengkabutan (P<0,01). to heat stress in domestic ruminants.
Perlakuan pengkabutan mampu Animal 4 (7):1167-1183.
menurunkan nilai HTC mendekati 2 dibandingkan Brouk, M.J., J.F. Smith, J.P. Harner. 2001.
dengan kandang tanpa pengkabutan. Hal ini Facility and Climate Effects on Dry Matter
menunjukkan bahwa pengkabutan dapat Intake of Dairy Cattle. Proceedings of the
meningkatkan daya adaptasi ternak terhadap 5th Western Dairy Management
kondisi lingkungan. Sebaliknya ternak pada Conference, April 4-6, Las Vegas,
kambing tanpa pengkabutan akan lebih keras Nevada. In Arizona and New Mexico
berusaha beradaptasi terhadap lingkungan klimat Dairy Newsletter Cooperative Extension,
dengan meningkatkan frekuensi respirasi. The University of Arizona New Mexico
Nilai HTC kambing Boer cenderung lebih State University, May 2005. http://www.
tinggi dibandingkan dengan kambing PE, publish.csiro.au/?act=view_file&file_
meskipun secara statistik tidak berbeda. Kondisi id=SA0501219.pdf. Diakses pada 19
ini mengindikasikan bahwa kambing PE memiliki September 2013.
kemampuan menyesuaikan dengan lingkungan Chanchai, W., S. Chanpongsang and N.
klimat sekitarnya relatif lebih baik. Chaiyabutr. 2010. Effects of cooling and
supplemental recombinant bovine
SIMPULAN somatotropin on diet digestibility,
digestion kinetics and milk production of
Tidak terdapat pengaruh interaksi antara cross-bred Holstein cattle in the tropics. J.
perlakuan pengkabutan dan bangsa kambing Agric. Sci. 148(2): 233-242
terhadap respons frekuensi respirasi, denyut Dukes. 1985. Physiology of Domestic Animal.
jantung, suhu rektal, dan HTC kambing. Pada Comstock Publishing New York
perlakuan bangsa kambing juga tidak University Collage. Camel.

©JIPT 7(1): 206 - 211, Maret 2019 210


Arif Qisthon dan Madi Hartono

Hamdan, A., B.P. Purwanto, D.A. Astuti, A. Kondisi Fisiologis Sapi Perah Peranakan
Atabany, dan E. Taufik. 2018. Respons Fries Holland. Tesis. Program
kinerja produksi dan fisiologis kambing Pascasarjana Fakultas Peternakan
peranakan ettawa terhadap pemberian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
pakan tambahan dedak halus pada Qisthon, A. dan S. Suharyati. 2007. Pengaruh
agroekosistem lahan kering di Kalimantan naungan terhadap respons termoregulasi
Selatan. Pengkajian dan Pengembangan dan produktivitas kambing Peranakan
Teknologi Pertanian 12(1) : 73--84. Ettawa. Majalah Ilmiah peternakan, 10(1):
House, H. 2002. Keeping Cool - Set Up 13-16.
Supplemental Fans Now to Comfort Cows Qisthon, A., W. Busono, P. Surjowardojo, S.
Next Summer. http://www. Suyadi. 2018. Pengaruh penyiraman air
omafra.gov.on.ca/english/livestock/dairy/f dan penganginan tubuh pada musim hujan
acts/info_ keeping.htm. Diakses pada 15 terhadap respons fisiologis dan produksi
Oktober 2013 susu sapi perah PFH di dataran rendah.
Koluman, N. and I. Daskiran. 2011. Effects of Prosiding. Seminar Persepsi III: Strategi
ventilation of the sheep house on heat dan Kebijakan Pengembangan Bisnis
stress, growth and thyroid hormones of Peternakan dalam Mendukung Kedaulatan
lambs. Trop. Anim. Health Prod. 43: Pangan Nasional. Universitas Sam
1123–1127. Ratulangi. Manado.
Lu, C.D. 1989. Effect of Heat Stress on Goat Seixas, L., C.B. de Melo, C.B. Tanure, V.
Production. Elseiver science publisher Peripolli, and C. Mc.Manus. 2017. Heat
B.V. Amsterdam tolerance in Brazilian hair sheep. Asian-
Mabjeesh, S.J., C. Sabastian, O. Gal-Garber, and Australasian J. Anim. Sci. 30(4): 593-601.
A. Shamay. 2013. Effect of photoperiod Smith, J.B. dan S. Mangkuwidjoyo. 1988.
and heat stress in the third trimester of Pemeliharaan, Pembiakan dan
gestation on milk production and Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah
circulating hormones in dairy goats. J. Tropis. Cetakan Pertama. Penerbit UI.
Dairy Sci. 96 :189–197. Jakarta.
Marcillac-Embertson, N.M., P.H. Robinson, J.G. Thakare, P.D., A.R. Sirothia, and A.R. Sawarkar.
Fadel, and F.M. Mitloehner. 2009. Effects 2017. Heat tolerance ability and its
of shade and sprinklers on performance, variability in different breeds of goat with
behavior, physiology, and the environment reference to pulse rate. Int. J. Current
of heifers. J. Dairy Sci. 92: 508-517. Innovation Research 3(9): 805-806
Ohnstad,, I. 2013. Managing Heat Stress in Dairy Thompson, I.M. and G.E. Dahl. 2012. Dry-period
Cows. National Animal Disease seasonal effects on the subsequent
Information Service (NADIS). lactation. Professional Animal Scientists
http://www.nadis.org.uk/bulletins/managi 2012: 628-631.
ng-heat-stress-in-dairy-cows.aspx? Worley, J.W. 2012. Cooling Systems for Georgia
altTemplate=PDF. Diakses pada 26 Dairy Cattle. The University of Georgia.
September 2013. http://www.caes.uga.edu/applications/pub
Palulungan, J.A. 2012. Pengaruh Kombinasi lications/files/pdf/B%201172 _4.PDF.
Pengkabutan dan Kipas Angin terhadap Diakses pada 23 September 2013.

©JIPT 7(1): 206 - 211, Maret 2019 211

You might also like